Professional Documents
Culture Documents
770 212
Ind
p
PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2005
Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua
DR Bambang Hartono, SKM, MSc
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Sekretaris
Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota,
Sugito, SKM, MKes
Sunaryadi, SKM, MKes
Nuning Kurniasih, SSi, Apt
Boga Hardhana, SSi, MM
Evida Manullang, SSi
M. Syahrul Anam, Dr.
Wardah, SKM
Marlina Indah Susanti, SKM
Supriyono, SKM
Dewi Roro Kumbini, SS
Istiqomah, SS
Rida Sagitarina, Dra.
Sariyono
Sondang Tambunan
Kontributor
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Ditjen Pelayanan Medik
Ditjen PPM-PL
Ditjen Yanfar & Alkes
Badan Litbangkes
Badan PPSDMKes
Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Kepegawaian
Biro Umum dan Humas
Pusat Promosi Kesehatan
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
351.770 212
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p Profil Kesehatan Indonesia 2005. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2007
“Profil Kesehatan Indonesia 2005” selain memuat informasi seperti profil kesehatan
sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2005, antara lain
munculnya kembali penyakit polio, flu burung dan gempa bumi di Nias. Namun demikian
“Profil Kesehatan Indonesia 2005” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data
yang masih belum bisa terkumpul, untuk itu akan kami masukan ke Profil Kesehatan
berikutnya. “Profil Kesehatan Indonesia 2005” ini dapat juga diakses melalui
http://www.depkes.go.id.
Jakarta, 2007
i
ii
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2005” yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya
Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2005 dan menyusunnya menjadi
“Profil Kesehatan Indonesia 2005”.
Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak
kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi
secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2005” yang juga memuat
kejadian-kejadian penting di tahun 2005, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam
pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta
digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2005”.
Jakarta, 2007
Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI v
BAB I: PENDAHULUAN 1
v
BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN BEBERAPA NEGARA 111
A. Kependudukan 111
B. Derajat Kesehatan 116
LAMPIRAN
***
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 2.10 Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005
(Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.10.a Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005
(Perkotaan)
Lampiran 2.10.b Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005
(Perdesaan)
Lampiran 2.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2),
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.12.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2005 (Perkotaan)
Lampiran 2.12.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2005 (Perdesaan)
Lampiran 2.13 Persentase Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum dari
Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat Tahun 2005
Lampiran 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 2.15 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Sebulan yang Lalu Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan
Provinsi Tahun 2005
Lampiran 2.16 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 2.17 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 2.18 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat Yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2005
Lampiran 2.19 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.19.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan)
Lampiran 2.19.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan)
viii
Lampiran 3.1 Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Harapan Hidup,
dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2002-2003
Lampiran 3.2 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2005
Lampiran 3.2.a Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut BAB ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2005
Lampiran 3.3 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2005
Lampiran 3.3.a Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut BAB ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2005
Lampiran 3.4 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 3.5 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2005
Lampiran 3.6 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan
Penyakit TB Paru Tahun 2005
Lampiran 3.7 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 3.8 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan
Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.9 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember
2005
Lampiran 3.10 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA
Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2005
Lampiran 3.11 Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri
Wulan Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.12 Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.13 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.14 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.15 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.16 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.17 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.18 Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit
dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.19 Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat
Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.20 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap
Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
ix
Lampiran 3.21 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.22 Jumlah Kasus AFP Polio Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.23 Jumlah Kasus AFP Polio Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun
2005
Lampiran 3.24 Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2005
Lampiran 3.25 Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.26 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2005
Lampiran 3.27 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2005
Lampiran 3.28 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2000-
2005
Lampiran 3.29 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001– 2005
Lampiran 3.30 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.31 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2005
Lampiran 3.32 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.33 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan
Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2004
Lampiran 3.34 Persentase Batita (0-35 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun
2005
Lampiran 3.35 Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun
2005
Lampiran 3.36 Distribusi Kasus Gizi Buruk Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.37 Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Prevalensi Gizi Kurang Pada
Balita Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 3.38 Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Umur Tahun 2005
Lampiran 3.38.a Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Umur Tahun 2005 (Perkotaan)
Lampiran 3.38.b Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Umur Tahun 2005 (Perdesaan)
Lampiran 3.39 Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Berat Badan Tahun 2005
Lampiran 3.39.a Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Berat Badan Tahun 2005 (Perkotaan)
x
Lampiran 3.39.b Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan
Berat Badan Tahun 2005 (Perdesaan)
Lampiran 3.40 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan
Ukuran LILA Tahun 2005
Lampiran 3.41 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Kelompok Umur, Tipe
Daerah dan Ukuran LILA Tahun 2005
Lampiran 3.42 Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium
Menurut Provinsi Tahun 2002-2005
Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.2 Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi
Ibu Hamil dan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.3 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2005
Lampiran 4.4 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.5 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2005 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.5.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2005 (Perkotaan)
Lampiran 4.5.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2005 (Perdesaan)
Lampiran 4.6 Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda
Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.7 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat
Pelayanan dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.8 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 4.9 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.10 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.11 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi (DPT1-Campak) pada Bayi
Menurut Provinsi Tahun 1998-2005
Lampiran 4.12 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.13 Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2005
xi
Lampiran 4.14 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.15 Pemeriksaan Radiodiagnostik Pada Rumah Sakit Umum Depkes dan
Pemda Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.16 Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005 – 2006
Lampiran 4.17 Jumlah dan Persentase Balita yang Naik Berat Badannya dan Balita
Bawah Garis Merah Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.18 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.19 Cakupan Distribusi Tablet Besi pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun
2005
Lampiran 4.20 Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) dan Mendapat Kapsul Yodium
Menurut Provinsi Tahun 2004
Lampiran 4.21 Jumlah Kegiatan Farmasi pada Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda
Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 4.22 Jumlah dan Persentase Penulisan Resep Obat Generik Menurut Provinsi
Tahun 2004
Lampiran 4.23 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA pada RS di Indonesia Menurut
Kepemilikan Tahun 2005
Lampiran 4.24 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2005
Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Keadaan Tahun 2005
Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rasionya terhadap
Penduduk, serta Rasio Pustu per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun
2000-2005
Lampiran 5.3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2000-2005
Lampiran 5.4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per
Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2000-2005
Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 5.6 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2005
Lampiran 5.7 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun
1995-2005
Lampiran 5.8 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 1997 – 2005
Lampiran 5.9 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut
Jenis dan Provinsi Tahun 2001 – 2005
Lampiran 5.10 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi
Tahun 2001 – 2005
xii
Lampiran 5.11 Jumlah Unit Pengelola Obat (eks Gudang Farmasi) Kabupaten/Kota
Menurut Provinsi Tahun 2002-2005
Lampiran 5.12 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Menurut Provinsi Tahun 2005
Lampiran 5.13 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi
Tahun 2005
Lampiran 5.14 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun
2005
Lampiran 5.15 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan
Provinsi Tahun 2005
Lampiran 5.16 Rekapitulasi Institusi Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan dan
Provinsi per Maret 2005
Lampiran 5.17 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Politeknik
Kesehatan Tahun 2005
Lampiran 5.18 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut
Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 5.19 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Status
Kepemilikan Tahun 2005
Lampiran 5.20 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang Bekerja di Rumah
Sakit Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2005
Lampiran 5.21 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Keadaan
Tahun 2005
Lampiran 5.22 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2005/2006 di Politeknik Kesehatan
Menurut Profesi
Lampiran 5.23 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2005/2006 di Non Politeknik
Kesehatan Menurut Profesi
Lampiran 5.24 Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2005
Lampiran 5.25 Jumlah Lulusan Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi
dan Kota Tahun 2005
Lampiran 5.26 Jumlah Pelatihan yang Dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes
Nasional Tahun 2005
Lampiran 5.27 Realisasi DIPA Menurut Pusat dan Daerah Per Provinsi dan Per Jenis
Belanja
Lampiran 5.28 Alokasi dan Realisasi Anggaran Depkes Tahun Anggaran 2005 Menurut
Eselon I
Lampiran 5.29 Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2005
xiii
Lampiran 5.30 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis
dan Provinsi Tahun 2005
Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN
Lampiran 6.2 Perbandingan Beberapa Data Indikator Derajat Kesehatan di Negara
ASEAN Tahun 2004
Lampiran 6.3 Perbandingan Data Cakupan Imunisasi di Negara ASEAN Tahun 2004
Lampiran 6.4 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004
Lampiran 6.5 Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005
Lampiran 6.6 Status Gizi Buruk dan BBLR di Negara ASEAN Tahun 2001 - 2003
Lampiran 6.7 Perbandingan Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan
yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara ASEAN Tahun
2004
***
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan visi “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”, dan
mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, Departemen Kesehatan mempunyai empat
strategi utama yaitu :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005 ini berupaya untuk mengacu
kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan
pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan
digambarkan pada Bab V.
Profil Kesehatan Indonesia 2005 ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Indonesia 2005 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2005 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi.
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2005, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai
upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2005 ini. Gambaran tentang keadaan sumber
daya sampai dengan tahun 2005 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas
1
kesehatan yang ada sampai tahun 2005. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan
penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas
termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
***
2
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Indonesia terdiri atas banyak pulau dan kepulauan dengan karakteristik budaya
penduduk yang beragam, mempunyai kebiasaan/adat-istiadat yang berbeda, termasuk
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
Sejak tahun 2001 Indonesia melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain
berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota. Pada tahun 2005
secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota.
Wilayah tersebut meliputi 5.263 kecamatan, 62.806 desa, dan 7.123 kelurahan. Dalam uraian
bab ini, data yang berasal dari Statistik Kesra 2005 tidak mengikutsertakan 3 provinsi, yaitu
Provinsi Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Provinsi
NAD tidak diikutsertakan karena penghitungan data penduduk dilakukan tidak bersamaan
dengan 30 provinsi lainnya. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan per
provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
Adapun gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2005 yang
diuraikan meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan
lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.
A. KEADAAN PENDUDUK
Sesuai dengan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2005, jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2005 tercatat sebesar 218.868.791 jiwa. Tingkat kepadatan
penduduk 2005 sebesar 117,6 jiwa per km2. Provinsi-provinsi di Pulau Jawa memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan di luar Jawa. Provinsi yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 11.968,8 jiwa per km2.
Provinsi DI Yogyakarta merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke-
2 dengan kepadatan 1.067,2 jiwa per km2. Provinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3
masih berada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat sebesar 1.055,3 jiwa per km2. Provinsi-provinsi
di Papua, Pulau Kalimantan, dan Kepulauan Maluku memiliki kepadatan penduduk yang
relatif rendah. Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 5,9 jiwa per km2.
Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2
yaitu sebesar 12,5 jiwa per km2, yang kemudian disusul oleh Kalimantan Timur dengan
kepadatan 14,6 jiwa per km2.
Persebaran penduduk sampai dengan tahun 2005, baik antar pulau maupun antar
provinsi masih sangat timpang. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk antar pulau
yang menunjukkan lebih dari separuh penduduk Indonesia (58,7%) berada di Pulau Jawa
(yang luas wilayahnya hanya 7% wilayah Indonesia); 21% berada di Pulau Sumatera; 7,2% di
Sulawesi; 5,5% di Kalimantan; 5,4% di Kepulauan Nusa Tenggara dan Bali; dan hanya 2,1%
yang berada di Kepulauan Maluku, dan Papua. Jumlah penduduk dan angka kepadatan
penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
Menurut hasil SUPAS 2005, persentase penduduk menurut tipe wilayah menunjukkan
bahwa jumlah penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan masih lebih besar daripada yang
tinggal di wilayah perkotaan, yaitu sebesar 56,88% di wilayah perdesaan dan yang bertempat
3
tinggal di wilayah perkotaan sebesar 43,12%. Provinsi dengan persentase penduduk tinggal di
kota tertinggi adalah DKI Jakarta (100%) disusul oleh Kepulauan Riau (79,39%) dan DI
Yogyakarta (59,14%). Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang tinggal di
perkotaan terendah adalah Nusa Tenggara Timur (15,60%) disusul oleh Sulawesi Tengah
(19,97%), dan Lampung (20,97%).
Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 107.274.528 jiwa penduduk laki-laki dan 106.100.759 jiwa penduduk
perempuan. Dengan demikian rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 101,11. Rasio
penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua, yaitu sebesar 112,34,
Kalimantan Timur (109,71) dan Kepulauan Bangka Belitung (109,00). Sedangkan yang
terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 93,49, Sulawesi Selatan sebesar
94,78 dan Sumatera Barat sebesar 97,49. Jumlah penduduk menurut provinsi, daerah
perkotaan/perdesaan dan jenis kelamin terdapat pada Lampiran 2.2, 2.3 dan 2.3.a.
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa
penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,04%, yang berusia produktif (15-64
tahun) sebesar 66,31%, dan yang berusia tua (U> 65 tahun) sebesar 4,65%. Dengan demikian
maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2005
sebesar 50,81%. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 sebesar
52,26%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur
sebesar 71,67%, disusul oleh Sulawesi Tenggara sebesar 61,98%, dan Maluku Utara sebesar
61,44%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta
sebesar 37,22%, disusul oleh Kepulauan Riau sebesar 40,92% dan DI Yogyakarta sebesar
43,77%. Berdasarkan wilayah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar
dibandingkan perkotaan, yaitu 54,89% berbanding 45,73%. Rincian jumlah penduduk
menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 2.4, 2.4.a, dan 2.4.b.
Komposisi penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada
kelompok umur 15 – 49 tahun dan umur 50 – 64 tahun. Gambaran komposisi penduduk
secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut.
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2005
75 +
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 -59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
Usia
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 -19
10 - 14
5-9
0-4
6 4 2 0 2 4 6
Persentase
Laki-Laki Perempuan
4
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan
menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun
2003 tumbuh sebesar 4,88% dan tahun 2004 meningkat menjadi 5,13%. Pada tahun 2005
kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat yang mencapai 5,60%. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tiga
tahun terakhir, ternyata tidak diimbangi dengan penurunan laju inflasi. Data BPS
menyebutkan bahwa tahun 2003 laju inflasi sebesar 5,06 %. Angka ini merangkak naik
menjadi 6,40% pada tahun 2004, hingga pada tahun 2005 laju inflasi mencapai 17,17 %
(Januari – November 2005).
Statistik Kesra Tahun 2005 menampilkan persentase rumah tangga yang memiliki
bukti kemiskinan dan memanfaatkannya. Bukti kemiskinan tersebut berupa JPK-MM, Kartu
Sehat, JPK-Gakin, Kartu Miskin dan Surat Miskin. Secara nasional persentase rumah tangga
yang memiliki bukti kemiskinan sebesar 12,12%. Angka tersebut tidak termasuk Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, karena waktu penghitungan yang tidak bersamaan. Provinsi
dengan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar (37,44%) yang disusul oleh
Nusa Tenggara Barat (26,56%) dan Gorontalo (24,06%).
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang
terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Penentuan GKM berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan
dasar, baik makanan maupun non makanan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan
Februari 2005 sebesar 35,10 juta (15,97%) yang kemudian meningkat menjadi 39,05 juta
pada bulan Maret 2006 (17,75%). Dengan demikian terjadi peningkatan penduduk miskin
sebesar 3,95 juta.
GAMBAR 2.2
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
TAHUN 2000 - 2005
40 20
Persentase (%)
Jumlah (Juta)
35 15
30 10
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah 38,7 37,9 38,4 37,3 36,2 35,1
(Juta)
Persentase 19,1 18,4 18,2 17,4 16,7 16
(%)
Tahun
4
Indeks
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
P2 1.23 1.02 0.97 0.79 0.85 0.78 0.76
P1 4.33 3.51 3.42 3.01 3.13 2.89 2.78
6
Kepulauan Riau (0,39%), dan Maluku Utara (0,34%). Rincian jumlah dan persentase rumah
tangga miskin penerima BLT menurut klasifikasi dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.7.
GAMBAR 2.4
PERSENTASE RUMAH TANGGA MISKIN PENERIMA BLT
MENURUT KLASIFIKASI TAHUN 2005
Sangat
miskin
Hampir
20,39%
miskin
36,49%
Miskin
43,12%
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka
Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat
membaca huruf latin pada tahun 2005 sebesar 69,35%. Sedangkan mereka yang dapat
membaca huruf lainnya sebesar 1,03%, huruf latin dan lainnya sebesar 21,53% dan yang buta
huruf sebesar 8,09%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang terdiri dari
penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya adalah 91,91%.
Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar
98,84%, menyusul DKI Jakarta sebesar 98,48% dan Riau 98,04%. Sedangkan persentase
melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 73,56%, disusul oleh Nusa Tenggara
Barat sebesar 81,73%, dan Sulawesi Tengah sebesar 86,28%. Penduduk berumur 10 tahun ke
atas menurut kepandaian membaca dan menulis per provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada
Lampiran 2.8.
Pada tahun 2005, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum
pernah bersekolah sebesar 7,82%. Sedangkan yang masih bersekolah sebesar 19,24%, terdiri
atas 8,05% bersekolah di SD/MI, sebesar 6,02% di SLTP/MTs, sebesar 3,75% di SMU/SMK,
dan 1,42% di Akademi/Universitas. Selebihnya, sebesar 72,94% sudah tidak bersekolah lagi.
Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah
sekolah di perdesaan (10,63%) lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan (4,31%).
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut status pendidikan dan wilayah yang
lebih rinci terdapat pada Lampiran 2.9, 2.9.a, dan 2.9.b.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2005 dikategorikan
menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun
mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara
umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,14%, kelompok umur 13-15 tahun
sebesar 84,02% dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,86%. Semakin tinggi kelompok
7
umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah,
APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan.
Layaknya APS, Angka Partisipasi Murni yang menunjukkan banyaknya penduduk
usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya
bervariasi berdasarkan golongan umur maupun tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan
sebesar 92,76%, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,58%. APM
SLTP di perkotaan sebesar 72,74%, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar
60,17%. Sedangkan APM SMU di perkotaan sebesar 56,81% dan di perdesaan hanya
32,75%. Secara nasional APM SD sebesar 93,25%, APM SLTP sebesar 65,37%, dan APM
SMU 43,50%.
TABEL 2.1
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN
MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
TAHUN 2005
Kelompok Umur (Tahun)
Daerah/Jenis Kelamin
7-12 13-15 16-18
Perkotaan
Laki-laki 97,82 90,07 66,48
Perempuan 98,14 89,08 64,33
Laki-Laki + Perempuan 97,98 89,59 65,41
Perdesaan
Laki-laki 96,38 79,27 44,24
Perempuan 96,75 80,98 44,84
Laki-Laki + Perempuan 96,56 80,09 44,52
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 96,96 83,70 53,96
Perempuan 97,32 84,37 53,75
Laki-Laki + Perempuan 97,14 84,02 53,86
Perdesaan
Laki-laki 93,57 58,94 32,48
Perempuan 93,59 61,50 33,04
Laki-Laki + Perempuan 93,58 60,17 32,75
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 93,31 64,34 43,57
Perempuan 93,18 66,47 43,43
Laki-Laki + Perempuan 93,25 65,37 43,50
8
Sumber : Statistik Kesra, 2005
Di Indonesia pada tahun 2005, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang
tidak memiliki ijazah/STTB sebanyak 29,28%. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah/STTB
yang dimiliki yakni SD/MI sebanyak 32,34%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,06%, tamat
SMU/MA/SMK sebanyak 17,07%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar
4,25%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki
ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 21,32%.
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau
lebih tinggi adalah DKI Jakarta (44,15%), Kepulauan Riau (41,20%) dan DI Yogyakarta
(33,60%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (12,83%), Kalimantan
Barat (14,96%), dan Gorontalo (15,67%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas
menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10.
TABEL 2.3
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2005
Perdesaan
Laki-laki 32,82 37,86 16,63 8,08 2,84 0,53 0,31 0,93 100
Perempuan 40,82 36,45 13,86 5,83 1,64 0,60 0,26 0,55 100
L+P 36,82 37,16 15,24 6,96 2,24 0,57 0,29 0,74 100
Perkotaan +
Perdesaan
Laki-laki 25,86 32,33 17,87 14,03 5,20 0,72 1,03 2,96 100
Perempuan 32,68 32,34 16,26 11,61 3,30 0,93 0,93 1,95 100
L+P 29,28 32,34 17,06 12,82 4,25 0,82 0,98 2,45 100
Pada Tabel 2.3 di atas kita diketahui bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas
yang tidak memiliki ijazah/STTB di perdesaan (36,82%) lebih besar dibandingkan perkotaan
(19,88%). Perbedaan signifikan juga terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas
yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas. Pada perkotaan sebesar
34,48%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 10,08%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin
persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga
Universitas pada laki-laki (23,94%) lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan
(18,72%).
9
D. KEADAAN LINGKUNGAN
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan berisiko menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit.
Cakupan rumah sehat pada tahun 2005 mencapai 69%, sedikit mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya walaupun masih di bawah target yang ditetapkan (75%), dapat
dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini.
GAMBAR 2.5
TARGET DAN REALISASI CAKUPAN RUMAH SEHAT
TAHUN 2000 – 2005
80
70
60
50
40 Target
Realisasi
30
20
10
0
2000 2001 2002 2004 2005
10
terlindung, yaitu 98,45%, disusul oleh Bali (92,33%) dan DI Yogyakarta (90,62%).
Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah
berada di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 53,86%, disusul oleh Bengkulu
(56,92%) dan Papua (57,94%).
Pada kelompok sumber air minum terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian
besar memiliki sumur terlindung dengan persentase 35,63%. Persentase rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu 17,99%, kemudian
pompa (13,73%), mata air terlindung (8,52%), air kemasan (4,06%) dan air hujan (2,70%).
Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia, sebagian
besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 9,75%, disusul oleh mata air tak
terlindung sebesar 3,96%, air sungai sebesar 3,21% dan lainnya sebesar 0,45%. Persentase
rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan
pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b.
GAMBAR 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
SUMBER AIR MINUM TAHUN 2005
Tak Terlindung
17.37%
Terlindung
82.67%
40
30
20
10
0
2001 2002 2003 2004 2005
Cakupan 74,11 64,87 79,91 79 79,8
(%)
11 Tahun
Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung di
wilayah perkotaan lebih tinggi
Sumber: daripada
Profil di wilayah
Ditjen PP&PL, perdesaan, yaitu 93,8% di wilayah
Depkes, 2005
perkotaan, dan 74,03% di wilayah perdesaan. Persentase rumah tangga menurut sumber air
minum per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.12.
GAMBAR 2.7
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
TAHUN 2005
Tidak Ada
19.93%
Umum
6.18%
Sendiri
Bersama 60.28%
13.6%
12
tempat/cara berobat, jenis obat yang digunakan dan persentase anak 2-4 tahun yang pernah
disusui. Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2005.
13
sebesar 42,80% yang kemudian disusul oleh bayi 12-17 bulan (21,86%), dan bayi 18-23
bulan (21,21%).
Wilayah dengan persentase anak yang pernah disusui selama > 24 bulan tertinggi
adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 57,87%, disusul oleh Jawa Tengah (52,37%) dan
Kalimantan Selatan (50,01%). Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Maluku
(14,12%), disusul oleh Sumatera Utara (21,59%) dan Kepulauan Riau (23,39%). Secara
nasional, persentase bayi yang disusui selama > 24 bulan mengalami fluktuasi selama 3 tahun
terakhir. Pada tahun 2003, persentase mencapai 43,08%, angka ini turun menjadi 41,36%
pada tahun 2004 yang kemudian kembali naik pada tahun 2005 mencapai 42,80%. Rincian
per provinsi dan wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2.19, 2.19.a, dan 2.19.b.
Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2005
secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti kependudukan,
perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang
memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan.
***
14
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
60
55 54
50 52 50 50
47
44
Estimasi AKB
40
35
30
20
10
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002-2003
Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai
krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000
15
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada
tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-
2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Provinsi dengan AKB
terendah adalah Bali (14 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (20 per 1.000 kelahiran
hidup), dan Sulawesi Utara (25 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di
Provinsi Gorontalo (77 per 1.000 kelahiran hidup), Nusa Tenggara Barat (74 per 1.000
kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (67 per 1.000 kelahiran hidup).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dinyatakan pula
AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tinggal di
perkotaan dan di perdesaan, tingkat pendidikan, dan menurut indeks kekayaan. AKB menurut
ketiga karakteristik latar belakang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
SMP+ 23
Perdesaan 52
Tidak tamat SMP 36
Tamat SD 43
Perkotaan 32
Tidak tamat SD 65
Tidak sekolah 67
0 10 20 30 40 50 60
0 20 40 60 80
GAMBAR 3.4
ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT
LATAR BELAKANG INDEKS KEKAYAAN, 2002-2003
Atas 17
Tengah atas 36
Tengah 44
Tengah bawah 50
Terendah 61
0 10 20 30 40 50 60 70
Pada tahun 2000, AKB di rumah sakit adalah 15,8 per 1.000 kelahiran hidup,
kemudian meningkat tajam pada tahun 2001 dan 2002 menjadi 42,9 dan 40,6 per 1.000
kelahiran hidup. Tahun 2003, AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar
22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan
menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 mengalami penurunan kembali menjadi
23,7 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi selama kurun waktu 5 tahun (2001-2005) angka
kematian bayi tidak bisa menurun seperti pada tahun 2000 (15,8). Tabel 3.1 di bawah ini
merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2000–2005.
16
TABEL 3.1
ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2000 - 2005
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk
menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma
kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak
adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab
lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia
intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian
perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan.
TABEL 3.2
DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA
PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2005
2 245 P00 - P04 Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit 461 6.87
kehamilan persalinan dan kelahiran
3 246 P05 - P 07 Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang 2.606 38.85
berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah
4 247 P10 - P 15 Cedera lahir 51 0.76
6 249 P22 - P 28 Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan dengan masa 724 10.79
perinatal
7 250 P35 - P 37 Penyakit infeksi dan parasit kongenital 516 7.69
8 251 P38 - P39 Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal 138 2.06
9 252 P55 Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir 26 0.39
10 253.9 P08,P29,P50-P54, Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal 255 3.8
P56-P94, P96
Jumlah 6.707 100
17
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2000. Selain itu, tingkat kematian anak balita laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan
kematian anak balita perempuan pada kurun waktu 1998-2000.
Berdasarkan estimasi Susenas, AKABA di Indonesia yang pada tahun 1995 sebesar
73 per 1.000 kelahiran hidup, turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998.
Ternyata pada tahun 2001 AKABA tersebut tidak mengalami perubahan yaitu tetap 64 per
1.000 kelahiran hidup. Hal ini diperkirakan karena menurunnya akses terhadap pelayanan
kesehatan, salah satunya sebagai akibat dari krisis ekonomi. Hasil SDKI menyatakan bahwa
AKABA pada tahun 2002-2003 telah turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2002-2003 provinsi dengan AKABA terendah adalah Bali (19 per 1.000 kelahiran hidup), DI
Yogyakarta (23 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (33 per 1.000 kelahiran
hidup). Sedangkan AKABA tertinggi di Nusa Tenggara Barat (103 per 1.000 kelahiran
hidup), Gorontalo (97 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (92 per 1.000
kelahiran hidup). Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 – 2003 disajikan pada
Tabel 3.3 berikut ini.
TABEL 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2003
18
GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
HASIL SDKI DAN SKRT, TAHUN 1982 – 2003
500
450 450 450
425
400 390 373
350
Perkiraan AKI
334
300 307
250
200
150
100
50
0
1982 1986 1992 1994 1995 1997 2002-2003
AKI yang dihasilkan oleh SKRT dan SDKI hanya menggambarkan angka nasional,
tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut provinsi.
Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2001-2005 cenderung menurun dari
7,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2001 menjadi 0,9 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari
sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka
kematian ibu maternal tahun 2001 - 2005 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2005
Tahun Jumlah Kematian Ibu Jumlah Lahir Hidup Kematian Per 1.000 KH
2001 1.203 161.073 7,5
2002 649 127.053 5,1
2003 153 135.094 1,1
2004 956 109.297 8,6
2005 116 132.745 0,9
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen
Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.5 di bawah
ini.
19
TABEL 3.5
DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI
MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2005
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005
adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%,
diikuti dengan kehamilan yanmg berakhir abortus (26%). Sedangkan jika dilihat dari nilai
CFR (Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia
dengan CFR 2,35%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 4,91% dari keseluruhan
kasus obstetri.
TABEL 3.6
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA
TAHUN 2005
20
Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit
pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.
TABEL 3.7
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
21
TABEL 3.8
UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)
MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1990 – 2002
Tabel di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok
penduduk perempuan dari waktu ke waktu relatif lebih tinggi daripada umur harapan hidup
waktu lahir untuk kelompok penduduk laki-laki. Rincian angka kematian bayi, angka
kematian balita, dan umur harapan hidup waktu lahir menurut provinsi tahun 2002 – 2003
dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
GAMBAR 3.6
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TAHUN 1996-2005
80
60 67.7 69.6
64.3 65.8
IPM
40
20
0
1996 1999 2002 2005
B. MORBIDITAS
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data)
yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh
melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2005 disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.
TABEL 3.9
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005
Jumlah
No Golongan Sebab Sakit %
Pasien
1 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 1,117,179 7.05
2 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 501,280 3.16
3 Hipertensi esensial (primer) 464,697 2.93
4 Demam yang sebabnya tidak diketahui 446,897 2.82
5 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 389,568 2.46
6 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.) 370,479 2.34
7 Tuberkulosis paru lainnya 369,071 2.33
8 Diabetes melitus YTT 338,056 2.13
9 Penyakit pulpa dan periapikal 319,080 2.01
10 Gastritis dan duodenitis 255,689 1.61
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2005 dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini.
TABEL 3.10
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005
Jumlah
No Golongan Sebab Sakit %
Pasien
1 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu ( kolitis infeksi ) 193.856 7,52
2 Demam tifoid dan paratifoid 81.116 3,15
3 Demam berdarah dengue 77.539 3,01
4 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 69.92 2,71
5 Cedera intrakranial 59.468 2,31
6 Kecelakaan angkutan darat 54.463 2,11
7 Demam yang sebabnya tidak diketahui 50.376 1,95
8 Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan Multipel 49.477 1,92
9 Malaria (termasuk semua jenis malaria) 42.633 1,65
10 Pneumonia 42.512 1,65
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
23
Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan
penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit,
walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera
juga berada di peringkat atas.
Pada tahun 2005 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 7,05%, diikuti penyakit kulit
dan jaringan subkutan lainnya 3,16% dan hipertensi esensial (primer) 2,93%.
Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit, terbanyak adalah Diare
& gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,52%, diikuti penyakit
Demam tifoid dan paratifoid 3,15% dan penyakit Demam Berdarah Dengue 3,01%.
Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit Indonesia tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.2.a dan 3.3.a.
Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB
Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis,
Frambusia, dan Antraks.
a. Penyakit Malaria
Penyakit Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk Jawa-Bali
dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada Gambar 3.7
berikut ini.
GAMBAR 3.7
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰)
DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 1989 – 2005
0.9 50
0.8 45
0.7 40
0.6 35
30
0.5
25
0.4
20
0.3 15
0.2 10
0.1 5
0 0
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
API 0.21 0.17 0.14 0.12 0.19 0.17 0.07 0.08 0.12 0.3 0.52 0.81 0.62 0.47 0.22 0.15 0.15
A M I 28.06 24.1 27 22.79 20.51 22.22 19.38 21.72 16.06 21.97 24.9 31.09 26.2 22.3 21.8 21.2 18.94
Gambar di atas menunjukkan bahwa peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode
1997 – 2000. Pada bulan April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria
(Gebrak Malaria). Pada tahun 2001 – 2005 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun
24
2001 angka kesakitan Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada
tahun 2002 menjadi 0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk dan tahun 2004 menjadi
0,15 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan Malaria (termasuk
penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk menjadi 22,30 pada tahun
2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000 penduduk pada tahun 2004,
18,94 per 1.000 penduduk pada tahun 2005.
Selama tahun 2005 terjadi KLB di Provinsi Kalimantan Barat (Kab. Melawi), Maluku
(Kab. Seram Bagian Timur), Maluku Utara (Kab. Halmahera Tengah), Kalimantan Selatan (Kab.
Hulu Sungai Selatan), Sumatera Utara (Kab. Samosir), Banten (Bayah), Kepulauan Bangka
Belitung (Kab. Bangka), Jambi, Sulawesi Utara, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat dengan
jumlah penderita sebesar 10.560 penderita dan 97 orang meninggal. (sumber: Profil
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2005).
Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000
penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk
wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia
Timur dengan AMI tertinggi antara lain Papua (208,82), Nusa Tenggara Timur (100,49), dan
Maluku Utara (67,24). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan API tertinggi antara lain
Jambi (13,55), Kepulauan Bangka Belitung (11,18), dan Sumatera Utara (7,24).
Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 3.4 dan Lampiran 3.5.
b. Penyakit TB Paru
Pelaksanaan penanggulangan penyakit TB Paru telah dapat menurunkan prevalensi
dari 122/100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 115/100.000 penduduk pada tahun
2003 dan 107/100.000 penduduk pada tahun 2005.
Tabel 3.11
Proporsi Kasus TBC Menurut Tipe (Jenis)
Tahun 2001-2005
Tolok Ukur/Kegiatan Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
BTA Positif 0,51 0,49 0,52 0,60 0,60
BTA Negatif 0,30 0,47 0,43 0,36 0,32
Relaps/Kambuh 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02
Ekstra Paru 0,16 0,02 0,03 0,02 0,06
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 296.381 kasus.
Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 259.969 kasus, dengan 158.640 kasus
TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar
53,53 %. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru
tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.6.
25
GAMBAR 3.8
PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2005
Esktra Paru, 6%
Kambuh, 2%
BTA -, 32%
BTA+, 60%
Pada tahun 2005, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak
pada laki-laki sebesar 58,70 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah
kasus BTA positif yaitu sebanyak 28.541 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling
banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 20.906 kasus, di Provinsi Jawa Barat
terbanyak dengan 4.114 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin,
kelompok umur, dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.
c. Penyakit HIV/AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun
berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya
mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di
Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) melalui suntikan,
secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Saat ini Indonesia
telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated
level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya
pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Jumlah penderita
HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu
jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang
sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya
belum diketahui dengan pasti.
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember
2005 sebanyak 9.565 kasus terdiri dari 4.244 kasus infeksi HIV dan 5.321 kasus AIDS, 1.332
kasus di antaranya telah meninggal dunia. Rate kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk
secara nasional sebesar 2,65. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 49,06 (18,51 kali angka
nasional), DKI Jakarta sebesar 23,15 (8,74 kali angka nasional), Bali sebesar 7,19 (2,71 kali
angka nasional), dan Maluku sebesar 5,75 (2,17 kali angka nasional). Kasus yang dilaporkan
telah meninggal dunia sebesar 25,03%.
Cara penularan AIDS pada tahun 2003 adalah melalui hubungan heteroseksual,
namun hingga akhir tahun 2005 cara penularan terbanyak yang dilaporkan adalah penularan
pada penyalahguna NAPZA suntik (Intravenous Drug User = IDU). Penularan yang terkait
dengan IDU tahun 2005 terjadi pada 48,9% kasus AIDS disusul penularan melalui hubungan
26
heteroseksual 39,4%, 5,5% tidak diketahui cara penularannya, melalui hubungan
homoseksual 4,8%, melalui perinatal 1,2%, dan melalui transfusi 0,1%.
Sepanjang tahun 2005, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah
pada triwulan IV sebanyak 1.135 kasus (43,01%). Persentase kasus AIDS yang menggunakan
NAPZA suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Tengah (100%), Banten (90,48%)
dan Lampung (85,07%).
Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000
penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005, persentase kasus AIDS yang
menggunakan NAPZA suntikan (IDU), dan persentase kasus per triwulan dapat dilihat pada
Lampiran 3.9, 3.10, dan 3.11.
GAMBAR 3.9
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2005
0.1
1.2
5.5 IDU
4.8
Heteroseks
48.9 Homoseks
Tidak diketahui
39.4
Perinatal
Transfusi
4000
2500
Jumlah kasus
3500
2000 3000
2500
1500 2000
1500
1000 1000
500 500
0
0 2001 2002 2003 2004 2005
2001 2002 2003 2004 2005
Kasus baru 219 345 316 1195 2638
Kasus baru 732 648 168 649 875
Kasus 826 1171 1487 2682 5321
Kasus 1172 1904 2552 2720 3368 kum ulatif
kum ulatif Tahun
Tahun
27
tahun sebanyak 2.873 penderita (54,07%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 1.383
penderita (25,86%), kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 451 penderita (8,48%), kelompok
umur 15-19 tahun sebanyak 193 penderita (3,63%), kelompok umur 50-59 tahun sebanyak
115 penderita (2,18%), kelompok umur > 60 tahun sebanyak 32 penderita (0,62%), umur <1
tahun sebanyak 29 penderita (0,55%) kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 23 penderita
(0,45%), kelompok umur 5-14 tahun 12 penderita (0,23%) dan tidak diketahui kelompok
umurnya sebanyak 210 penderita (3,95%), sebagaimana disajikan pada Gambar 3.12 berikut
ini.
GAMBAR 3.12
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2005
60 54.07
50
40
30 25.86
20
8.48
10 3.63 3.95
2.18
0.55 0.45 0.23 0.62
0
<1 thn 1-4 thn 5-14 thn 15-19 thn 20-29 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59 thn >=60 thn Tdk Diketahui
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS
di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (88,41%). Seperti diketahui bahwa
penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum
suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang
aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat
diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam
jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan
menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.9.
Dari Gambar 3.13 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate
AIDS menurut provinsi tahun 2005.
GAMBAR 3.13
CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
28
d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada
dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit Sistem Napas menempati
peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia,
yaitu dengan persentase 15,1%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan
ke-4 dengan persentase 7,38%. (Lampiran 3.2 dan 3.3)
Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita. Pada
tahun 2005 didapatkan 600.720 kasus Pneumonia pada balita, lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 6 tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini.
TABEL 3.12
HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2005
Tahun Penderita
2000 479.283
2001 619.107
2002 549.035
2003 502.275
2004 625.611
2005 600.720
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2005 sebesar 204
balita yang terdiri dari 155 balita berumur di bawah 1 tahun dan 49 balita berumur 1-4 tahun.
e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara
nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada
tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat
menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni
2000.
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah
penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini
sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka
kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat
tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan.
Jumlah penderita menurun dari 120.000 pada tahun 1990 menjadi 21.537 pada tahun 2005.
Maka dengan sendirinya angka prevalensi menurun dari 5,9 menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan
29
penderita baru tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi
penemuan penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109
kabupaten endemik pada tahun tersebut.
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000,
sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal
ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita Kusta di Indonesia.
Pada tahun 2005, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 21.537
kasus dengan 18.742 kasus (87,02%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler
(MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular. Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk
yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar 9,05, disusul oleh Papua sebesar 4,67 dan
Gorontalo yang sebesar 3,54. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000
penduduk terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 0,10 , disusul oleh Bengkulu sebesar 0,17
dan Sumatera Utara sebesar 0,23.
Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, di
antaranya 15.639 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (79,41%) sedangkan kasus
Pausi Basiler sebesar 4.056 (20,59%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai
8,74% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 23 kecacatan
dari 33 kasus baru penyakit Kusta (69,7%) yang kemudian disusul oleh Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung sebesar 25% (8 kecacatan dari 32 kasus baru) dan Provinsi Kalimantan
Selatan sebesar 20,72% (52 kecacatan dari 251 kasus baru). Situasi penyakit Kusta, jumlah
kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.13 dan 3.14.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.13 berikut.
TABEL 3.13
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2000 – 2005
Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,74% sudah mengalami kecacatan tingkat
II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program
yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta adalah
9,09% yang juga masih di atas indikator program (5%). Proporsi terbesar pada tahun 2005
terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 18,48%, disusul Nusa Tenggara Barat sebesar
12,71% dan Jawa Tengah sebesar 12,28%.
30
Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada
penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15 di
bawah ini.
GAMBAR 3.14
PROPORSI KECACATAN TINGKAT II
PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2000 - 2005
9 8,9
8,74
% Cacat tingkat 2
8,6
8,5 8,4
8 8
7,7
7,5
7
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
GAMBAR 3.15
PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA
PENDERITA BARU KUSTA
TAHUN 2000-2005
8
6
4
2
0
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Sementara itu, dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak
menyimpan kantong-kantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia.
Pada tahun 2005 ada 12 provinsi yang masih belum mencapai eliminasi Kusta, yaitu Provinsi
Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku,
Maluku Utara, dan Papua, sedangkan Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat
tidak ada datanya.
31
GAMBAR 3.16
PREVALENSI KUSTA TAHUN 2005
1) Tetanus Neonatorum
Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah
usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin
dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2005. Pada tahun
2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik
menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56%
pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%,
namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140
kasus. Hal ini diduga karena masih banyaknya ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi
TT.
GAMBAR 3.17
JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2005
Jumlah kasus/kematian
300 80,00
250
60,00
CFR (%)
200
150 40,00
100
20,00
50
0 0,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005
32
Jumlah kasus tetanus neonatorum menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada
Lampiran 3.15 dan Lampiran 3.16.
2) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB). KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467
dan CFR 0,48% (Lampiran 3.26). Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun
sebelumnya. Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada
tahun 2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada
tahun 2005.
Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002,
CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada
tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005.
Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 6 tahun terakhir
dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut.
TABEL 3.14
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK
TAHUN 2000-2005
Frekuensi Jumlah
Tahun CFR (%)
KLB Penderita
2000 101 1.259 0,3
2001 32 85 1,6
2002 247 5.509 1,45
2003 89 2.914 0,3
2004 97 2.818 1,56
2005 122 1.467 0,48
Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2005 dapat
dilihat pada Tabel 3.15 di bawah ini.
TABEL 3.15
JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2005
Umur Kasus
<1 tahun 1.855
1-4 tahun 5.513
5-9 tahun 4.391
10-14 tahun 2.233
>15 tahun 1.850
Jumlah 15.842
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, dari 15.842 kasus penyakit campak, 13.731 kasus (86,67%)
diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit
campak menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.15 dan 3.17.
33
Khusus untuk campak pada umur < 1 Tahun, Profil Ditjen PP-PL menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan kasus. Peningkatan ini nampak pada Angka Insidens (AI)
Campak per 10.000 umur < 1 tahun. Pada tahun 2001 AI sebesar 5,3 sempat turun menjadi
4,7 pada tahun 2002 kemudian naik menjadi 6,8 pada tahun 2003. Angka ini naik menjadi 7,0
pada tahun 2004, hingga naik kembali pada menjadi 9,38 pada tahun 2005.
GAMBAR 3.18
ANGKA INSIDENS (AI) CAMPAK PER 10.000 PENDUDUK UMUR < 1 TAHUN
TAHUN 2001-2005
10
9.38
8
Angka Insidens
6.8
7
6 5.3
4.7
4
0
2001 2002 2003 2004 2005
3) Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya
kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali
KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih
rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian
turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005.
Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun 2000-2005 disajikan pada Tabel
3.16 berikut ini.
TABEL 3.16
FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI
TAHUN 2000 – 2005
Pada tahun 2005, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas
sebanyak 1.031 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan 980 kasus,
dengan kasus terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (422 kasus), diikuti Lampung
sebanyak 24 kasus. Jumlah kematian 1 kasus di Sumatera Selatan. Jumlah kasus penyakit
Difteri menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.18.
34
4) Pertusis/Batuk Rejan
Pada tahun 2005, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
685 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 199 kasus dan yang dirawat di
puskesmas sebanyak 4.759 kasus. Gambaran kasus Pertusis (Batuk Rejan) menurut kelompok
umur disajikan pada Tabel 3.17 berikut ini.
TABEL 3.17
KASUS PERTUSIS (BATUK REJAN) MENURUT UMUR TAHUN 2005
Umur Kasus
< 1 tahun 569
1-4 tahun 1.042
5-14 tahun 1.457
15-44 tahun 1.382
>45 tahun 1.193
Jumlah 5.643
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada
tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.19.
Angka insiden
30,000 1.50
20,000 1.00
10,000 0.50
0 0.00
2001 2002 2003 2004 2005
35
Menurut Laporan pada tahun 2005, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan
di rumah sakit sebanyak 2.933 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.639 kasus
dengan kematian pada 8 kasus, dan yang dirawat di puskesmas 13.938 kasus. Jumlah kasus
penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.20.
Pada tahun 2005, jumlah kasus Hepatitis B di Indonesia sebesar 884 kasus terdiri dari
456 kasus rawat jalan di rumah sakit dan 428 kasus rawat inap di rumah sakit. Sedangkan
terjadi kematian 5 kasus di rawat inap rumah sakit. Jumlah kasus penyakit Hepatitis B
menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.21.
GAMBAR 3.20
KASUS POLIO LIAR DAN SEBARAN POLIO DI INDONESIA, 2005
Gambar 3.21 di bawah ini adalah bagan yang menggambarkan jumlah penemuan
kasus Polio per minggu. Pada awal periode ditemukan 1 kasus. Kemudian pada minggu
berikutnya tidak lagi ditemukan kasus. Namun, pada periode 27 Maret - 2 April, kembali
ditemukan 1 kasus Polio. Angka tersebut terus bertambah hingga pada puncaknya (34 kasus)
yaitu periode 29 Mei - 4 Juni bersamaan dengan dilaksanakannya mopping up putaran 1 (31
Mei 2005). Dua (2) minggu pasca pelaksanaan mopping up putaran 1, terjadi penurunan
signifikan terhadap temuan kasus Polio, yaitu 1 kasus. Hingga mopping up putaran kedua
tidak ditemukan lagi kasus Polio.
36
GAMBAR 3.21
KASUS POLIO DI INDONESIA, 2005
Mopping-Up
31 May 2005
36
34
32
30
28
26
24
22 Mopping-Up
20 28 June 2005
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
6- 12 13- 19 20- 26 27 3- 9 10- 16 17- 23 24- 30 1- 7 8- 14 15- 21 22- 28 29 5- 11 12- 18 19- 25 26 3- 9 10- 16 17- 23 24- 30 31 J ul-
Mar Mar Mar Mar - Apr Apr Apr Apr May May May May May - J un Jun J un J un- 2 J ul J ul J ul J ul 6 Aug
WPV c ases 0 1 0 1 1 3 6 9 10 16 20 18 34 31 2 1 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan jenis kelamin, 53% penderita Polio adalah laki-laki dan 47% adalah
perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 63% Polio menyerang anak berumur 12-35 bulan,
19% menyerang anak berumur 36-59 bulan, 14% menyerang anak di atas 60 bulan dan yang
paling rendah menyerang anak berumur 0-11 bulan (4%).
Pada tahun 2005, jumlah kasus AFP sebanyak 1.939 kasus, dengan AFP Rate per
100.000 penduduk sebesar 3,12 dan Non Polio AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,44.
Kasus AFP terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (349 kasus) diikuti Jawa Timur (319
kasus) dan Banten (253 kasus).
Berdasarkan klasifikasi klinis diketahui kasus virus polio liar sebanyak 303 kasus.
Dari 10 provinsi yang ditemukan virus polio liar, terbanyak di Provinsi Banten (161), Jawa
Barat (59) dan Lampung (26). Terdapat 8 kasus kematian akibat AFP sepanjang tahun 2005
yang seluruhnya di Provinsi Banten. Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus
AFP Polio menurut kriteria klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.22, 3.23 dan 3.24.
7) Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang dikeluarkan oleh
basil tetanus (Clostridium tetani) yang hidup secara anaerobic pada luka. Ciri khas dari
tetanus adalah adanya kontraksi otot disertai rasa sakit, terutama otot leher kemudian diikuti
dengan otot-otot seluruh badan. Gejala pertama yang muncul yang mengarahkan kita untuk
memikirkan tetanus pada anak usia lebih tua dan orang dewasa adalah jika ditemukan adanya
kaku otot pada abdomen. Kejang seluruh tubuh dapat terjadi akibat rangsangan. Posisi yang
khas pada penderita tetanus yang mengalami kejang adalah terjadinya opisthotonus dan
ekspresi wajah yang disebut dengan risus sardonicus.
37
Spora tetanus masuk ke dalam tubuh biasanya melalui luka tusuk yang tercemar
dengan tanah, debu jalanan atau tinja hewan dan manusia, spora dapat juga masuk melalui
luka bakar atau luka lain yang sepele atau tidak dihiraukan, atau juga dapat melalui injeksi
dari jarum suntik yang tercemar yang dilakukan oleh penyuntik liar. Tetanus kadang kala
sebagai kejadian ikutan pasca pembedahan termasuk setelah sirkumsisi.
Semua orang rentan terhadap tetanus. Pemberian imunisasi aktif dengan tetanus
toxoid (TT) dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan paling sedikit selama 10
tahun setelah pemberian imunisasi lengkap. Kekebalan pasif sementara didapat setelah
pemberian Tetanus Immunoglobin (TIG) atau setelah pemberian tetanus anti serum.
Pada tahun 2005, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
473 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 922 kasus dan 43 di antaranya
meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 380 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus
menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.25.
Khusus untuk kasus tetanus pada kelompok umur < 1 tahun, terdapat kecenderugan
penurunan dalam 5 tahun terakhir yang tercermin dalam AI per 10.000 penduduk umur < 1
tahun. Tahun 2001 AI sebesar 0,15 turun menjadi 0,13 pada tahun 2002, lalu kembali turun
hingga 0,11 pada tahun 2003. Tahun 2004 tercatat AI sebesar 0,09 hingga pada tahun 2005
AI sebesar 0,04 per 10.000 penduduk umur < 1 tahun.
Jumlah Provinsi
Tahun Jumlah Kasus Meninggal CFR (%)
dengan KLB
2000 16 5.680 109 1,92
2001 12 4.428 100 2,26
2002 15 5.789 94 1,62
2003 22 4.622 128 2,77
2004 16 1.436 23 1,60
2005 12 5.051 127 2,51
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, Profil PP-PL 2005
38
Dari 12 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian
tertinggi akibat Diare adalah Sulawesi Tengah, yaitu 18,84% (13 meninggal dari 69 kasus),
disusul oleh Papua dengan CFR sebesar 7,61% (37 kasus meninggal dari 486 kasus) dan
Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,26% (7 meninggal dari 133 kasus). Jumlah kasus,
meninggal dan CFR Diare tiap provinsi dari tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.27.
50.00 3.0
2.5
per 100.000 penduduk
40.00
Angka insiden
2.0
CFR (%)
30.00
1.5
20.00
1.0
10.00 0.5
0.00 0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Provinsi dengan angka insiden DBD tertinggi pada tahun 2005 adalah DKI Jakarta
(296,87 per 100.000 penduduk), Kalimantan Timur (121,74 per 100.000 penduduk), dan
Sulawesi Utara (119,89 per 100.000 penduduk). Sedangkan CFR tertinggi di Provinsi Bangka
Belitung sebesar 4,35%, disusul oleh Maluku Utara sebesar 4,17%, dan Kepulauan Riau
sebesar 3,49%.
Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden DBD menurut provinsi pada
tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.28, sedangkan jumlah kabupaten/kota yang
terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.29.
3) Chikungunya
39
Penyakit Chikungunya (CHIK) adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan disebabkan oleh virus Chikungunya. Virus Chikungunya termasuk dalam
Togaviridae, genus alphavirus.
Gejala Demam Chikungunya mirip dengan Demam Berdarah Dengue yaitu demam
yang tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta
bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah
dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian.
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2 - 4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3 - 10
hari. Virus ini termasuk Self Limiting Disease atau sembuh dengan sendirinya.
Di Indonesia, demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973.
Kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di
Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001
kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim (Sumatera Selatan)
dan Nanggroe Aceh Darussalam, disusul Bogor (Jawa Barat). Demam Chikungunya
berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah) tahun 2002.
Dalam 5 tahun terakhir (2001-2005), penyakit ini telah tersebar di 11 provinsi, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara
Barat. Profil Ditjen PP-PL Depkes menyebutkan bahwa pada tahun 2004 dilaporkan kasus di
5 provinsi dengan jumlah 1.266 tanpa kematian. Sedangkan pada Tahun 2005 Chikungunya
dilaporkan di 4 provinsi dengan 340 kasus tanpa kematian.
TABEL 3.19
JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004-2005
NTB 6 0 Januari
Total 1.266 0 340 0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.23
SEBARAN KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004 DAN 2005
40
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Insert : Sebaran kasus demam chikungunya tahun 2004
h. Penyakit Rabies
Pada tahun 2005, jumlah kabupaten/kota terjangkit Rabies sebanyak 186
kabupaten/kota. Kasus gigitan hewan tertular Rabies sebanyak 13.993 orang. Jumlah
spesimen yang diperiksa sebanyak 884 dan yang positif 575 (65,05%).
Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit dan jumlah kasus gigitan hewan tertular
Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 3.30.
Pada awal tahun 2005, terjadi KLB Rabies di Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku
Utara yang pada tahun sebelumnya masih merupakan daerah bebas Rabies, sehingga sampai
saat ini Rabies telah terjangkit di 22 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Peta daerah
tertular Rabies tahun 2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
GAMBAR 3.24
DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2005
Pada tahun 2005, kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 13.993
orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 9.200
hewan. Jumlah kasus Rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa) sebanyak 121 orang.
Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun
2005 menurun. Persentase kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) dari
tahun 2001 – 2003 meningkat, tetapi menurun pada tahun 2004 dan kembali naik pada tahun
2005. Namun Lyssa selama tahun 2001 – 2005 cenderung meningkat, seiring dengan
terjadinya KLB Rabies di Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara. Situasi Rabies di
Indonesia Tahun 2001-2005 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.25
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2005
41
16,000 140
120
12,000 100 GHPR
80
8,000 PET
60
4,000 40 Lyssa
20
0 0
2001 2002 2003 2004 2005
GAMBAR 3.26
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2005
3000 35
2500 30
25
2000
20
GH PR
1500
15 L YS S A
1000
10
500 5
0 0
al Ma T T
i
Ja u
tim
um ut
K im
IY
al l
S l
g l
S D
S ra
J a en
B ar
U u
r
m lu
ul t
J a ta
ng
S g
S mb
ng
ra
K r
r
en e
K l se
se
S ul u
ba
ba
ba
ia
u uk
un
n
A
B ms
La ku
um
t
D
ta
t
N
t
te
te
te
Ja
ka
al
ul
R
ul
N
Ja
an
a
al
ul
uk l
S
p
K
u
S
Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit dan jumlah kasus gigitan hewan penular
Rabies serta hasil pemeriksaan specimen hewan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
dalam Lampiran 3.30.
i. Filariasis
Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun
2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem The Year 2020”.
Jumlah kasus Filariasis pada tahun 2004 sebanyak 6.430 orang yang tersebar di 231
kabupaten pada 30 provinsi. Terdapat 88 kab/kota yang berstatus endemis Filariasis, tersebar
di 22 provinsi. Jumlah ini meningkat pada tahun 2005, yaitu terdapat kasus kronis sebanyak
10.239 orang yang tersebar di 33 provinsi, lebih dari 301 kabupaten/kota. Temuan kasus
terbanyak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 2.354.
42
Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu
Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
GAMBAR 3.27
JUMLAH KASUS FILARIASIS
TAHUN 2001-2005
12,000
10,000
8,000
Jumlah
6,000
Kasus
10,239
4,000
6,635 6,430
6,181 6,217
2,000
0
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Jumlah penderita Filariasis menurut provinsi pada tahun 2001 – 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 3.31.
j. Frambusia
Penyakit Frambusia sampai saaat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah
Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 10.000
penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2004/2005 adalah 0,23 per 10.000
penduduk. Daerah yang angka prevalensinya masih cukup tinggi, terutama di daerah-daerah
wilayah Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur (7,13), Sulawesi Tenggara
(6,84), dan Maluku (1,53). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut disebabkan karena
penderita Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Perkembangan angka
prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 1984-2005 dapat dilihat pada Gambar 3.28 di bawah
ini.
43
GAMBAR 3.28
PREVALENSI FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 1984-2005
25
22.1
20
PR/10.000 penduduk
19.3
15
13.3
10 9.5
8.2
6.6 7
5
4
2.2 3
2
1 1 0.8 0.8
0 0 0.1 0.24 0.15 0.260.23
5
5
/9
/9
/9
/9
/9
/9
/0
/0
/0
/8
/8
/8
/8
/8
/9
/9
/9
/9
/0
/0
/0
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
00
01
02
03
04
Tahun
Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2005 dapat dilihat dalam
Lampiran 3.32.
k. Antraks
Jumlah kasus dan kematian Antraks pada tahun 2005 telah berhasil ditekan bila
dibandingkan tahun 2004, bahkan sampai dengan akhir Desember 2005 tidak dilaporkan
adanya kematian karena Antraks (CFR = 0%). Kasus dan kematian Antraks di Indonesia
tahun 2000-2005 dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
TABEL 3.20
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS 2000 – 2005
GAMBAR 3.29
KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2000 -2005
44
120 9
8
100
7
80 6
5
60
4
40 3
2
20
1
0 0
2001 2002 2003 2004 2005
K as us 25 35 40 109 30
M e n in g g a l 2 8 2 8 0
Sampai saat ini daerah tertular Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Provinsi yang
melaporkan adanya kasus Antraks pada manusia hanya di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Kasus Antraks pada tahun 2005 paling banyak dilaporkan dari Kota Makasar dan
Kab. Gowa (Sulawesi Selatan) yaitu 16 kasus Antraks tipe kulit, tanpa kematian (CFR=0%).
Kasus dan kematian Antraks menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
GAMBAR 3.30
KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
20
15
10
5
0
JABAR JATENG NTB NTT SULSEL
kasus 5 0 9 0 16
meninggal 0 0 0 0 0
l. Pes
Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan
(Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat).
GAMBAR 3. 31
DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA
45
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Selama tahun 2005 telah terjadi penurunan hasil surveilans Pes yang dilakukan di 4
(empat) provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2004 dilaporkan 7 orang,
pada tahun 2005 menurun menjadi 1 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap
human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB Pes.
GAMBAR 3.32
HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2001 – 2005
600 8
500 7
6
400 5
300 4
200 3
2
100 1
0 0
2001 2002 2003 2004 2005
diperiksa 512 507 216 254 85
spesimen positif 1 1 2 7 1
m. Taeniasis / Cysticercosis
Daerah endemis Taeniasis/Cysticercosis adalah di Provinsi Bali, Sumatera Utara,
NTT, dan Papua. Jumlah kasus Taeniasis/Cysticercosis cenderung menurun dari tahun 2001
sampai dengan 2005.
GAMBAR 3.33
SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2005
46
800
600
400
200
0
2001 2002 2003 2004 2005
n. Leptospirosis
Daerah tertular Leptospirosis di Indonesia tersebar di 14 provinsi, tetapi selama tahun
2005 kasus Leptospirosis dilaporkan di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2005, meskipun jumlah kasus Leptospirosis
masih tinggi tetapi sudah dapat menekan angka kematian bila dibandingkan dengan tahun
2004 (CFR = 14,2%). Angka kematian tertinggi adalah di Provinsi Jawa Tengah yaitu 10
orang (CFR=29,4%), yang berasal dari Kab. Semarang dan Demak.
GAMBAR 3.34
DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
GAMBAR 3.35
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2005
47
200 16
14
150 12
10
100 8
6
50 4
2
0 0
2002 2003 2004 2005
Kasus 150 87 166 113
CFR 14 11.49 15.06 14.16
GAMBAR 3. 36
PETA PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA UNGGAS DI INDONESIA
TAHUN 2005
Avian Influenza (AI) pada unggas diyakini muncul pertama kali pada bulan Agustus
2003 di beberapa peternakan ayam ras komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kemudian
meluas ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
48
Yogyakarta, Lampung, Bali, dan beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun
2003 wilayah yang terjangkit penyakit tersebut mencakup 9 provinsi, yang terdiri dari 51
kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2004 daerah terinfeksi flu burung pada unggas menjadi
16 provinsi yang mencakup 100 kabupaten/kota. Sedangkan tahun 2005 daerah tertular AI
pada unggas adalah di 26 provinsi dan 187 kabupaten/kota.
GAMBAR 3.37
SITUASI AVIAN INFLUENZA (AI) PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2005
Kasus konfirmasi AI pada manusia selama tahun 2005 paling banyak dilaporkan dari
Provinsi DKI Jakarta yaitu 6 kasus dengan kematian 6 orang (CFR=85,7%), kasus paling
sedikit dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah yaitu 1 orang, tanpa kematian (CFR=0%).
GAMBAR 3.38
KASUS KONFIRMASI AVIAN INFLUENZA (AI) MENURUT BULAN
SELAMA TAHUN 2005
7
6
5
4
3
2
1
0
Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
Kasus 1 1 2 4 3 6 2
49
Kasus AI menurut bulan kejadian meningkat tajam pada bulan Nopember yaitu 6
kasus, kemudian menurun pada bulan Desember.
GAMBAR 3.39
PERBANDINGAN KASUS AI MENURUT JENIS KELAMIN
TAHUN 2005
Dari laporan kasus konfirmasi AI pada manusia menunjukkan bahwa persentase laki-
laki lebih tinggi (63,2 %) dibandingkan dengan perempuan (36,8 %).
GAMBAR 3.40
KASUS KONFIRMASI AI PADA MANUSIA MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN 2005
0
0- 5 5 - 10 11- 15 16 - 20 21- 25 26 - 30 31- 35 36 - 40 41- 45 46 - 50 >50
Kasus 2 4 0 4 3 1 3 1 1 0 0
TABEL 3.21
PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
50
SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2005
TABEL 3.22
PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG
(ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN
Kawasan Persentase
Sumatera 1,3
Jawa-Bali 1,3
Kaw. Timur Indonesia 1,2
Indonesia 1,3
Sumber: Surkesnas/Susenas 2004
c. Diabetes Melitus
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1%
penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes.
51
Diabetes Melitus merupakan penyakit nomor 8 terbanyak pada pasien rawat jalan
rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.9) dan peringkat 9 penyakit tidak menular penyebab
kematian di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.7).
d. Neoplasma/Tumor
Neoplasma/Tumor menunjukkan peningkatan peringkat pada pola penyakit penyebab
kematian umum di Indonesia. Pada SKRT 1992, Neoplasma menempati urutan ke-10, pada
SKRT 1995 menempati urutan ke-9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5.
Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi gambaran bahwa 12% dari seluruh
kematian di dunia disebabkan penyakit kanker.
Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 dapat
dilihat pada dua tabel berikut ini.
TABEL 3.23
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
TABEL 3.24
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2005
52
e. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas (KLL)
Cedera dan kecelakaan angkutan darat/lalu lintas termasuk dalam pola 10 penyakit
terbanyak pasien rawat jalan/inap rumah sakit (Tabel 3.9 dan 3.10), cedera/perdarahan
intrakranial dan cedera badan multiple menempati peringkat 10 terbanyak. Cedera
intrakranial juga menempati peringkat 5 dari penyakit utama penyebab kematian di rumah
sakit tahun 2005 (Tabel 3.7).
GAMBAR 3.41
JUMLAH KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA
TAHUN 2003-2005
25000
20000
Jumlah
kecelakaan
15000 Meninggal
Luka ringan
10000
Luka berat
5000
0
2003 2004 2005
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah KLL dari 2003 hingga 2005 terus
meningkat. Begitu pula dengan jumlah korban luka maupun meninggal terus bertambah dari
tahun 2003-2005.
Berdasarkan Surkesnas/Susenas 2004, prevalensi cedera karena KLL di Indonesia
pada penduduk berumur > 15 tahun adalah 1,02%, tertinggi di DI Yogyakarta (3,04%) dan
terendah di Maluku Utara (0,28%). Prevalensi cedera karena KLL di perkotaan 1,3%
sedangkan di perdesaan 0,8%. Sedangkan prevalensi cedera bukan karena KLL (jatuh,
terbakar, keracunan, tenggelam, kekerasan, dan lain-lain) pada penduduk berumur > 15 tahun
adalah 0,4%.
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, prevalensi penduduk berumur > 15 tahun yang
mengalami KLL 1 tahun terakhir adalah 2,9% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok
umur 15-24 tahun. Sedangkan prevalensi penduduk berumur > 15 tahun yang mengalami
cedera bukan karena KLL adalah 2,8% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 65
tahun ke atas.
f. Keracunan
Selama periode 2001-2005, jumlah kasus dan penderita tertinggi terjadi pada tahun
2005 dengan 112 kasus dan 7.679 penderita.
GAMBAR 3.42
KERACUNAN MAKANAN DI INDONESIA
TAHUN 2001-2005
53
8000 7679
7000
5948
6000
5000
4000
2952
3000 2625 Kasus
Penderita
2000
907 Mati
1000 72 27 35 74 112 9
23 82 6 22
0
2001 2002 2003 2004 2005
GAMBAR 3.43
KEJADIAN KERACUNAN MAKANAN DI INDONESIA
TAHUN 2005
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
DKI
NAD Sumut Sumbar Riau Kepri Jambi Sumsel Bengkulu Babel Banten Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTT Kalsel Kalbar Sulsel Sultra Maluku
Jakarta
Kasus 3 2 1 5 2 1 2 3 1 7 3 40 28 1 3 1 2 1 1 3 1 1
Penderita 394 13 14 81 32 22 128 202 63 898 74 4469 540 35 141 27 315 18 88 75 18 32
M eninggal 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur
Kurang Energi Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
sebagaimana diuraikan berikut ini.
54
(SDKI). Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa proporsi BBLR pada periode tahun 1992-
1997 dan 2002-2003.
TABEL 3.25
PROPORSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
TAHUN 1992-1997 DAN 2002-2003
1992-1997 2002-2003
Nasional 7,7 7,6
Perkotaan 6,6
Perdesaan 8,4
Provinsi 3,6 - 15,6
Sumber: SDKI
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR
karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat
badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus
gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum
konsepsi atau pada saat hamil.
BBLR bersama kehamilan pendek mengakibatkan gangguan yang menjadi penyebab
nomor 3 kematian pada masa perinatal di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.2). Sementara itu
data BBLR yang dihimpun dari rumah sakit umum, Rumah Sakit Ibu Anak, dan Rumah Sakit
Bersalin pada tahun 2005 memberikan gambaran bahwa persentase bayi lahir hidup dengan
BBLR di rumah sakit sebesar 27,9%.
2. Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan
anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U). Kategori yang
digunakan adalah: gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi
kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); gizi buruk (z-score < -3SD).
Dari hasil Susenas dan SKRT yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir,
diperoleh gambaran perkembangan status gizi balita seperti terlihat pada Gambar 3.44
berikut.
GAMBAR 3.44
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK
DAN GIZI LEBIH, TAHUN 1998 – 2005
55
80
60
40
20
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2005
Gizi buruk 10,51 8,11 7,53 6,3 7,47 8,55 8,8
Gizi kurang 19 18,25 17,13 19,8 18,35 19,62 19,24
Gizi baik 67,33 69,06 72,09 71,1 71,88 69,59 68,48
Gizi lebih 3,15 4,58 3,25 2,7 2,3 2,24 3,48
Dari laporan hasil Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT
selama periode 1998-2000 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang menurun. Namun,
mulai tahun 2001 hingga 2005 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang terus meningkat.
Tahun 2005 diketahui bahwa persentase balita yang bergizi baik/normal sebesar 68,48%.
Dari tabel berikut dapat diketahui persentase balita perempuan yang bergizi baik
relatif lebih tinggi dibandingkan balita laki-laki.
TABEL 3.26
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2003 – 2005
Sementara itu, untuk persentase balita dengan status gizi buruk menurut provinsi
dapat dilihat pada Gambar 3.45 berikut ini, sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.35.
GAMBAR 3.45
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
56
Gorontalo
Maluku
Papua
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
Sulawesi Tenggara
Riau
Kepulauan Bangka
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Utara
Kalimantan Timur
DKI Jakarta
Lampung
Banten
Bengkulu
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
Jambi
Bali
DI Yogyakarta
0 2 4 6 8 10 12 14 16
GAMBAR 3.46
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
Persentase balita dengan status gizi buruk dan kurang menurut provinsi dalam bentuk
peta wilayah Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.47 di bawah ini.
GAMBAR 3.47
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK DAN KURANG
57
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
Pada tahun 2005 jumlah kasus gizi yang dilaporkan adalah 76.178 kasus, 0,38%
merupakan kasus gizi buruk. Jumlah kasus meninggal sebanyak 293 kasus. Distribusi kasus
gizi buruk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.36.
GAMBAR 3.48
PERSENTASE WANITA USIA SUBUR DENGAN LILA <23,5 CM (BERISIKO KEK)
MENURUT GOLONGAN UMUR, TAHUN 2000 – 2005
50
40
30
persen
20
10
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
2000 38.04 26.59 19.01 15.11 14.04 13.16 13.16
2001 40.85 27.53 19.12 14.59 12.9 13.18 13.18
2002 35.7 23.7 18.7 18 10.4 11 11
2003 35.1 21.43 13.82 10.17 8.6 9.62 10.1
2005 33.08 21.67 14.55 10.45 9.05 9.37 10.26
58
perdesaan. Persentase WUS berstatus gizi baik menurut daerah tempat tinggal pada tahun
2001 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 3.49 di bawah ini.
GAMBAR 3.49
PERSENTASE WUS BERSTATUS GIZI BAIK
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL 2001 – 2005
90
85
persen
80
75
70
2001 2002 2003 2004* 2005
Perkotaan 80.61 83.57 84.28 82.1 90.2
Perdesaan 76.64 81.39 82.35 78.7 88.47
Perkotaan+Perdesaan 78.47 82.42 83.3 80.3 89.5
Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga 2001-2005, dan
SKRT 2004, Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
***
59
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut.
59
GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
TAHUN 1995 – 2005
100
80
60
persen
40
20
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
K1 84.99 87.75 89.08 87.55 92.72 88.3 93.03 88.56 87.73 88.09 88.6
K4 64.82 68.52 71.32 71.85 75.66 74.98 77.38 73.01 76.29 77 77.1
Sumber : Hasil Pemutahiran Data Tingkat Pusat, Data Indikator SPM Kabupaten/Kota
dan Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.
Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2005, dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut ini.
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Babel
Bali
Sumsel
Riau
Lampung
DI
Sulut
Kaltim
NTB
Sumbar
Jatim
Gorontalo
Maluku
Jateng
Kepri
Jambi
Sumut
Kalteng
Jabar
Sulteng
DKI Jakarta
Kalsel
Bengkulu
NAD
Banten
Malut
Sulsel
Sultra
NTT
Kalbar
Papua
0 20 40 60 80 100
60
GAMBAR 4.3
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Data cakupan kunjungan ibu hamil K4 tahun 2005 menurut provinsi disajikan pada
Lampiran 4.1.
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DENGAN PERTOLONGAN OLEH DAN MELALUI
PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 1995 – 2005
80
69.16
70 74.47 74.27
70.62 72.37
66.15 67.56
60
59.85 60.75
50 55.04
49.74
40
30
20
10
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Sumber : Hasil Pemutahiran Data Tingkat Pusat, Dit. Kesehatan Ibu dan
data indikator Kabupaten/Kota
61
Adapun dalam Gambar 4.5 terlihat bahwa beberapa provinsi dengan cakupan tertinggi
adalah Bali (89,49%), Bangka Belitung (87,07%) dan Jawa Timur (86,10%), sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (33,52%), Maluku (58,81%) dan Nusa
Tenggara Timur (59,31%). Untuk data secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 4.1.
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Bali
Babel
Jatim
DIY
Jambi
Kepri
Sumsel
Kalsel
Sumbar
Lampung
Kalteng
NTB
Sumut
Kaltim
Jateng
Riau
Gorontalo
DKI
Bengkulu
Sulsel
Kalbar
Sultra
Sulut
Jabar
Sulteng
Banten
NAD
Malut
NTT
Maluku
Papua
Irjabar
Sulbar
- 20 40 60 80 100
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional
dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
62
tenaga kesehatan tahun 2005 sebesar 7,87% sedangkan oleh masyarakat (kader, toma, dll)
masih 2,62%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk sebesar 2,94%
dan obstetri komplikasi yang ditangani sebesar 0,99%. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.2.
d. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari
dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun 2000 –
2005 dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.
GAMBAR 4.7
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
TAHUN 2000 – 2005
83.72
90 78.44 76.26 75.73
80 68.89
65.11
70 2000
60 2001
50 2002
40 2003
30 2004
20 2005
10
0
Dalam tahun 2005 terdapat delapan provinsi yang tidak ada datanya yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Papua dan Irian Jaya Barat, sedangkan provinsi dengan
cakupan tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur (87,61%), Sumatera Barat (86,78 %) dan
Lampung (86,44 %) seperti terlihat pada Gambar 4.8.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
63
Jatim
Sumbar
Lampung
DIY
NTB
Kalteng
Banten
Gorontal
Kaltim
Jabar
Riau
NTT
Bengkulu
Sultra
Malut
DKI
Maluku
Sulteng
Jateng
Jambi
Bali
Sulsel
Kalbar
Sulut
Sumut
Papua
Babel
Sumsel
NAD
Irjabar
Sulbar
Kalsel
Kep. Riau
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
64
TAHUN 2004-2005
80
70
60
50
71,97 74,05
40
56,71 57,89
30
20
10
0
2004 2005
Proporsi wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah
menggunakan/memakai alat KB pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,08%
dibandingkan dengan tahun 2004, dari 71,97% pada tahun 2004 menjadi 74,05% pada tahun
2005. Terdapat enam provinsi memiliki cakupan ≥ 80% dengan angka tertinggi dicapai
Sulawesi Utara (85,90%), dua provinsi dengan cakupan ≤ 50 % meliputi Papua (43,50%) dan
Maluku (39,78%). Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak diperoleh
datanya. Rincian persentase Wanita Usia Subur (WUS) yang sedang/pernah menggunakan
alat KB menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan 4.4.
Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2005 tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2004 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11
berikut.
GAMBAR 4.11
PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN
TAHUN 2003-2005
60
50
40
30
20
10
0
2003 2004 2005*
Dari gambar di atas masih menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2005 alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2005 jenis
kontrasepsi lain seperti susuk, AKDR dan jenis lainnya mengalami penurunan persentase,
sebaliknya pemakaian kontrasepsi suntikan dan pil KB persentasenya meningkat. Rincian
persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6.
65
GAMBAR 4.12
TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB
TAHUN 2003 - 2005
60
50
40
30
20
10
0
2003 2004 2005
Sumber : BKKBN
Tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB pemerintah sedikit meningkat
pada tahun 2005 (59,66%), demikian pula di bidan praktek swasta (31,9%), dan dokter
praktek swasta (2,98%), sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta sedikit
menurun tahun 2005 (5,47%). Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut
tempat pelayanan dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.7.
3. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah
mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan.
Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan
tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat
desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004
menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13). Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2004
terdapat 6 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2004: ≥ 83%) UCI
Desa/Kelurahan yaitu pencapaian tertinggi Provinsi Bali, DI Yogyakarta, Lampung, Nusa
Tenggara Barat, Jawa Tengah dan Jambi, sedangkan pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi
yang telah mencapai target (target tahun 2005: ≥ 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali
(100%), DI Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%),
Nusa Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%). Pencapaian desa UCI
menurut provinsi tahun 2004 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.8.
GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2005
66
80
60
76.23 2004
40 69.43
2005
20
0
Desa UCI
GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2005
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali),
Hepatitis-B (3 kali) dan Imunisasi Campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin
di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Rincian cakupan imunisasi bayi untuk
masing-masing jenis vaksin menurut provinsi selama tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran
4.9 dan Lampiran 4.10.
Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar
4.15 berikut ini.
GAMBAR 4.15
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK
SERTA ANGKA DROP OUT (DO)
TAHUN 2000 – 2005
67
100
80
persen
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak selama
tahun 2000-2004 tidak melewati angka 5,8% - 10,1%, tetapi pada tahun 2005 angka drop out
menurun cukup tajam (1,48%).
Beberapa provinsi tidak mencapai target program dimana drop out cakupan DPT1-
Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau,
Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua. Angka drop out
cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.11.
Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2005 yang diukur dari imunisasi
Campak, cakupan tertinggi dicapai Provinsi DKI Jakarta (108,1%), Bali (98,8%) dan Jambi
(94,5 %); sedangkan yang mencapai cakupan terendah adalah Gorontalo (57,5%), Papua
(59,4%) dan Sulawesi Tengah (73,1%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2005
dapat dilihat pada Gambar 4.16 berikut.
GAMBAR 4.16
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada
Gambar 4.17 berikut ini.
GAMBAR 4.17
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
TAHUN 2000 – 2005
68
100
80
60
persen
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pada kurun waktu 2000-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil
mengalami penurunan. Cakupan TT-2 pada tahun 2000 sebesar 76,7% menurun menjadi
49,4% pada tahun 2005. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah di Provinsi Bangka
Belitung (90%), Nusa Tenggara Barat (84,2%), dan DKI Jakarta (79,1%); adapun yang
terendah adalah di Provinsi Jawa Timur (6,6%), Banten (11,3%) dan Papua (17,9%).
Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat
pada Gambar 4.18. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.12.
GAMBAR 4.18
CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2005
69
GAMBAR 4.19
PERSENTASE PENCAPAIAN BIAS DT DAN TT
DAN PENCAPAIAN CRASH PROGRAM IMUNISASI CAMPAK
SECARA NASIONAL TAHUN 2005
100
BIAS TT;
BIAS DT; 95,9
50 94,1
BIAS
Cam pak;
0 29,6
TABEL 4.1
RUJUKAN PADA RSU MENURUT KEPEMILIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2005
Jumlah % Jumlah %
70
1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai
segi, yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan, Beberapa
indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur
dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien
keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam
perawatan (NDR). Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun
pada tahun 2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus.
Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama tiga tahun terakhir dapat
dilihat dalam Gambar 4.20 berikut ini.
GAMBAR 4.20
PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , GDR, NDR, LOS, BTO DAN TOI
RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003 S.D 2005
60 56 55 56
48
42,0 43
38,7 37
40 35
20
22,8 21
18,0 4,0 4,4 4,8 8,6
4,0 3,4
0
2003 2004 2005
71
Angka GDR dan NDR pada tahun 2005, mengalami penurunan dari tahun 2004
sebesar 4,9 dan 1,8 dimana tahun 2004 : 47,9 (GDR), 22,8 (NDR) menjadi 43 (GDR) dan 21
(NDR) pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit sedikit
mengalami peningkatan.
Sedangkan indikator lamanya hari rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat
tidur mengalami peningkatan sedikit dari tahun sebelumnya, menjadi 4,8 (LOS, ideal 6-9
hari) dan 8,6 (TOI, ideal 1-3 hari).
Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit umum dan khusus tahun
2005 dapat dilihat dalam Tabel 4.2 dan 4.3, sedangkan rincian indikator pelayanan RSU
Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.14.
TABEL 4.2
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM
MENURUT KEPEMILIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2005
Rata2
Pemilik RSU RSU TT BOR LOS BTO TOI NDR GDR
Kunj.Poli/hari
Departemen Kesehatan 13 8.483 67,5 6,7 34,5 3,9 40 61 1.152
TNI & POLRI 110 10.814 43,3 4,3 27,7 13,5 12 19 159
Departemen
Lain/BUMN 71 6.827 55 4,9 29,3 15,3 18 36 179
Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum pada tahun 2005 sebesar
12,2 % dari seluruh kunjungan dan 12,4% kunjungan unit darurat berasal dari pasien rujukan.
Kunjungan unit darurat terbesar terdapat pada rumah sakit swasta sebesar 38,35%, terendah
pada rumah sakit TNI dan POLRI 1,42%. Untuk kunjungan unit darurat yang berasal dari
rujukan terbesar diterima oleh RSU Pemerintah Kab/Kota (42,65%) dan terendah oleh rumah
72
sakit TNI dan POLRI (0,18%). Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut.
TABEL 4.4
KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK
DI INDONESIA TAHUN 2005
Jumlah Kunjungan Unit
Pemilik RSU Pasien Rujukan
Pengunjung Darurat
Jumlah % Jumlah %
Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan
dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 46,5% terus dirawat, 1,4% di rujuk ke
rumah sakit lain, 51,5% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 0,6% yang
meninggal, dapat dilihat pada Gambar 4.21 di bawah ini.
GAMBAR 4.21
PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 2005
MATI, 0.6%
DIRAWAT, 46.5%
ULANGKAN,
51, 5%
DIRUJUK, 1.4%
73
Pemeriksaan Laboratorium
Rata - rata
Pemilik RSU Patologi Patologi
Jumlah Pemeriksaan/Hari/RS
Klinik Anatomi
Departemen Kesehatan 6.342.443 44.140 6.386.583 1.638
Pemerintah Provinsi 5.553.592 19.405 5.572.997 563
Pemerintah Kab/Kota 11.884.336 17.852 11.902.188 189
TNI & POLRI 1.263.553 5.500 1.269.053 184
Departemen Lain/BUMN 3.154.154 15.308 3.169.462 311
Swasta 21.329.652 128.232 21.457.884 285
Total 49.527.730 230.437 49.758.167 294
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2005 sedikit
mengalami peningkatan dari tahun 2004 dengan jumlah pemeriksaan 1.843.117 berasal dari
255 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 378 jumlah RSU sedangkan tahun 2004
berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 361 jumlah
RSU. Rincian pemeriksaan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.15.
GAMBAR 4.22
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE
74
TAHUN 1998 – 2005
100% per 100.000
93.7 5
anak <15 th 90.1
88.10
80.10 79.50 82.40
78.10
80 71.40 4
60 3
2.44
40 2
1.26 1.31 1.21 1.26
1.00 0.90 1.02
20 1
0 0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi
peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas
polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium.
Indonesia telah melaksanakan PIN sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1995, 1996, 1997
dan 2002, telah berhasil memutus transmisi virus polio liar indigenous Indonesia, sehingga 10
tahun terakhir sejak tahun 1996 virus polio liar indigenous Indonesia tidak ditemukan lagi.
Pelaksanaan PIN didasarkan pada adanya kecurigaan silent transmission di wilayah
Indonesia, atau transmisi virus diketahui telah menyebar ke beberapa wilayah Indonesia.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang
menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat
yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian
hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil
pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 – 2004) tidak ditemukan adanya infeksi
virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun
1998 – 2004 relatif stabil.
Tahun 2005, tanggal 21 April, Laboratorium Bio Farma melaporkan hasil
pemeriksaan positif virus Polio liar tipe P1 terhadap seorang penderita AFP anak laki-laki
usia 20 bulan di Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Temuan ini merupakan temuan
yang sangat mengejutkan setelah 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas dari virus Polio liar.
Untuk mengetahui apakah virus merupakan virus indigenous atau asli Indonesia atau impor,
maka pemeriksaan sequencing dilakukan di laboratorium Global Specilize Laboratory (GSL)
di Mumbai India. Pada tanggal 3 Mei 2005, Laboratorium GSL Mumbai mengidentifikasi
bahwa virus Polio liar Sukabumi merupakan virus Polio impor, karena strain virus tidak
mempunyai kemiripan dengan virus yang pernah diidentifikasi di Indonesia, tetapi
mempunyai kemiripan dengan virus Sudan yang bersirkulasi di Arab Saudi pada akhir tahun
2004 (akhir bulan Desember) yang bertepatan dengan musim haji.
Walau tindakan cepat dilakukan melalui kegiatan Outbreak Respons Immunization (ORI)
72 jam setelah penderita pertama dilaporkan, penemuan penderita terus bertambah. Hal ini
disebabkan karena virus Polio sangat menular, dengan ditemukan satu penderita lumpuh
berarti lebih dari 100 anak di sekitar penderita telah terinfeksi.
75
Dari hasil kajian Tim Epidemiologi, dapat diprediksikan bahwa 3 provinsi (Jawa Barat,
DKI Jakarta dan Banten) provinsi yang paling berisiko tertular virus Polio liar. Hal ini
didasarkan pada mudahnya transportasi, mobilitas penduduk yang sangat tinggi dari dan ke
tiga provinsi tersebut. Berdasarkan kajian tersebut, maka Tim merekomendasikan
pelaksanaan Mop-up di 3 provinsi tersebut.
Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta
ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus
yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran
pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan
pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu,
cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional, Putaran ke-
1 sebesar 95,0 % Putaran ke-2 97,8 %, Putaran ke-3 98,2 %, Putaran ke-4 98,5 %, dan
Putaran ke-5 99,6 %. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 4.16.
2. Pengendalian TB-Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) sampai tahun 2005 telah
dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi) di 432 Kab/Kota (98% dari 440 Kab/Kota),
7.349 Puskesmas (97% dari 7.592 Puskesmas), di seluruh Balai Pengobatan Penyakit Paru-
paru (BP4)/RS TBC Paru/RSTP (100%), sedangkan untuk rumah sakit persentasenya baru
mencapai 25% dari 1.289 RS. Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan
pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket
pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2005 ditemukan gambaran
kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.23 berikut.
GAMBAR 4.23
JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN
TAHUN 2000 – 2005
320.000
240.000
160.000
80.000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Catatan: Angka BTA+ dan TB lain tahun 2000-2004 revisi ( berbeda dengan profil tahun 2004)
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
76
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi Tuberkulosis (TBC), setiap tahun semakin
menunjukkan kemajuan, terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan
disembuhkan. Berdasarkan penemuan kasus TB BTA+ maka dapat digambarkan angka Case
Detection Rate (CDR) selama lima tahun terakhir seperti Gambar 4.24.
GAMBAR 4.24
CASE DETECTION RATE KASUS BARU TB-BTA+
TAHUN 2000 – 2005
100
80
60 51.8 53.5
persen
41.6
40
29
20 21
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
80
84,65 86,5 86,12 87,16 88,93 86,26
60
40
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
% SR % Kambuh
Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2005 telah dapat menurunkan
insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (1995) menjadi 107/100.000 penduduk.
77
3. Pengendalian Penyakit ISPA
Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA)
lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat
terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu
manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau
lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS
semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita
sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita
langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia
dapat dilihat pada gambar berikut ini, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita
dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Seperti terlihat pada Gambar 4.26 berikut.
GAMBAR 4.26
PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN)
KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2000 – 2005
40
36
30 30,1 30
27,7
25
22,1
20
10
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
TABEL 4.6
KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
TAHUN 2000 – 2005
Provinsi Kab./Kota Penderita Kelengkapan
Tahun
Melapor Melapor Ditemukan Laporan
2000 25 258 479.283 93%
2001 27 269 619.107 86%
2002 29 293 549.035 80%
2003 24 323 502.275 34%
2004 23 296 625.611 83%
2005 31 436 600.720 93%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
78
GAMBAR 4.27
CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Tahun 2005, jumlah penderita AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate 1,33 per
100.000 penduduk tahun 2004 meningkat menjadi 2,65 per 100.000 penduduk tahun 2005),
namun dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows
periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi
sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan
79
pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut
Pada Desember 2003, WHO menetapkan kebijakan ”Three by Five Initiative” yaitu
mentargetkan secara global akses pengobatan Anti Retro Viral (ARV) terhadap 3 juta ODHA
(Orang Dengan HIV AIDS) pada tahun 2005. Indonesia menetapkan bahwa target untuk
aksesibilitas ODHA terhadap pengobatan ARV sebesar 10.000 orang pada tahun 2005, yang
dimulai dengan pemberian ARV pada 5.000 ODHA pada tahun 2004. Dan hingga tahun 2005
pengobatan ARV telah diakses oleh 5.400 ODHA. Di samping itu Departemen Kesehatan
telah menetapkan 50 rumah sakit tambahan sebagai tambahan Pusat Rujukan pengobatan
Anti Retro Viral (ARV) sehingga menjadi 75 rumah sakit, hal ini sebagai komitmen untuk
mendukung 3 by 5 initiative, sehingga lebih banyak lagi ODHA yang dapat terlayani
pengobatan ARV.
Upaya pemantauan yang dilakukan pada kelompok berisiko melalui kegiatan survei
dan kegiatan rutin serta skrining darah donor selama 6 tahun terakhir dapat dilihat dalam
Tabel 4.8 berikut.
TABEL 4.8
HASIL PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS & PMS
TAHUN 2000 – 2005
1200000
800000
400000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
TABEL 4.9
PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU ,
PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2005
Suspek Suspek Positif Penderita Penderita
Tahun Diperiksa CDR Cacat Diobati
PB MB (%)
2003 163.781 3.594 11.956 7,3 8,0
81
Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Penderita cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat) mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2004 sebesar 1.430 (8,6%) menjadi 1.722 (8,7%)
pada tahun 2005. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak di antara kasus baru penyakit
Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi masih relatif stabil. Hal ini berarti
penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat
penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi
anak tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.29 di bawah ini.
GAMBAR 4.29
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK
TAHUN 2000 – 2005
15
10,5
10,2 10 8,9 10,6 9,1
10
8,7
8,8
8 8 8,6
7,7
5
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
TABEL 4.10
HASIL PENATALAKSANAAN KASUS FILARIASIS
SAMPAI DENGAN TAHUN 2005
DI AREA ENDEMIS
2005
No Provinsi Desa Sentinel Diperiksa Positif Mf Rate
1 Sumatera Utara Sigara-gara 420 6 1.43
Pekan Sialang Buah 151 2 1.37
2 Sumatera Barat Taratak 100 7 7
3 Riau Tanjung Bunga 500 18 3.6
Kota Lama 224 3 1.34
Hidup Baru 129 3 2.3
4 Kepulauan Riau Semahal 331 9 2.7
Cenot Mepar 259 14 5.4
5 Sumatera Selatan Batu Marta 224 3 1.4
Jambu Ilir 250 5 2
6 Kalimantan Timur Moderen 170 44 26
Merayek 92 11 11.9
Gunung Sari 300 3 1
Liang Hulu 264 9 3.41
Pulau Sapi 373 4 1.07
82
Kelinjau Ulu 363 7 1.93
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa Mf Rate (Mikrofilaria
Rate) di wilayah sentinel selama tahun 2005 sangat bervariasi antara 1 sampai 26, rate
tertinggi di Desa Moderen, Kalimantan Timur dan terendah di Desa Gunung Sari, Kalimantan
Timur.
Sedangkan cakupan pengobatan masal yang dilakukan selama empat tahun terakhir
dapat dilihat pada Gambar 4.30 berikut.
GAMBAR 4.30
REALISASI PENGOBATAN FILARIASIS SECARA MASSAL
SECARA NASIONAL TAHUN 2002-2005
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
2002 2003 2004 2005
83
Dari gambar di atas terlihat bahwa target dan realisasi pengobatan selama tiga tahun
terakhir mengalami peningkatan, dimana cakupan pengobatan tahun 2002 sebesar 79,18 %
meningkat menjadi 88,76 % pada tahun 2005.
GAMBAR 4.31
PENCAPAIAN INDIKATOR SEKOLAH SEHAT
TAHUN 2000 – 2005
84
80
74 75
65
60 60
5454 54 5555 5658
51
40 TARGET
REALISASI
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
2. Surveilans Vektor
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas
kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem
surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.
Pada tahun 2004 petugas pusat melakukan kegiatan survei jentik dalam bentuk
evaluasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di 10 kota (Bogor, Denpasar, Jambi, Kendari,
Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan Yogyakarta). Rata-rata Angka Bebas
Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M adalah
79,04%. Hal ini menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih dibawah 95%, menjelaskan
bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di
lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi
terutama di wilayah-wilayah endemis DBD.
GAMBAR 4.32
PERSENTASE CAKUPAN PENGAWASAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)
DAN TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN TAHUN 2001-2005
85
80
60
40
20
0
2001 2002 2003 2004 2005
TTU 60 68 73 76 77
TPM 60.8 57.9 60.24 66.13 68.74
Persentase TPM memenuhi syarat kesehatan menurut provinsi tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 2.16.a.
GAMBAR 4.33
JUMLAH BALITA MEMILIKI KARTU MENUJU SEHAT (KMS), DITIMBANG,
BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM
DI INDONESIA TAHUN 2005
86
24.000.000
18.000.000
12.000.000
6.000.000
0
Jml Balita KMS Ditimbang BB Naik BGM
Pada tahun 2005 dari jumlah balita yang ada 82,40 % memiliki KMS dengan balita berat
badan naik dari balita yang ditimbang sebesar 77,65% sedangkan untuk balita dengan berat badan
di Bawah Garis Merah (BGM) dari balita yang ditimbang sebesar 6,6%. Balita berat badan naik
dari yang ditimbang tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 95,06% dan terendah
Sumatera Selatan (0,82%) sedangkan balita berat badan di Bawah Garis Merah dari yang
ditimbang, tertinggi di Provinsi Jawa Timur (29,6%) dan Nusa Tenggara Timur (28,53%) terendah
di Provinsi Sulawesi Tenggara (0%) dan DKI Jakarta (0,67%). Untuk Provinsi Sulawesi Barat dan
Irian Jaya Barat tidak ada datanya. Gambaran secara rinci hasil penimbangan balita menurut
provinsi selama tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.17.
GAMBAR 4.34
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN ”A”
MENURUT SASARAN DAN PERIODISASI PEMBERIAN
87
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2005
90
80.7 82.9
81.2 80.4 77.25
73.1 71.56 75.66
70.46
61.5
60
50.8
39.8
30
0
2003 2004 2005
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa cakupan terhadap semua sasaran dan
menurut periode pemberian menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2004 namun
mengalami sedikit penurunan pada tahun 2005.
Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, selama tahun
2005 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.18.
GAMBAR 4.35
PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI
PADA IBU HAMIL TAHUN 2000 – 2005
100
80
persen
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005*
Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe-
3) dari tahun 2000 hingga 2005 menunjukkan peningkatan, walaupun pada tahun 2002 dan
2005 sedikit mengalami penurunan. Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil
menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.19.
4. Pemberian Kapsul Minyak Beryodium
88
Pemberian kapsul minyak beryodium dimaksudkan untuk menanggulangi kekurangan
yodium secara cepat pada kelompok yang menderita kekurangan yodium dan untuk
mencegah dampak negatif akibat kekurangan yodium pada kelompok khusus baik diberikan
secara individual maupun secara massal.
GAMBAR 4.36
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL MINYAK BERYODIUM
PADA WANITA USIA SUBUR DAN ANAK SD
SECARA NASIONAL TAHUN 2003
5.000.000
4.000.000
3.000.000
4.035.876
2.000.000
1.000.000
1.561.920
0
WUS Anak SD
Cakupan pemberian kapsul beryodium pada wanita usia subur tahun 2003 sebesar
4.035.876 sedangkan pada anak sekolah sebesar 1.561.920 (Gambar 4.36), rincian menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.20.
89
rumah sakit dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut. Data menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 4.21.
GAMBAR 4.37
JUMLAH KEGIATAN FARMASI PADA RSU DEPKES
DAN PEMDA DI INDONESIA
TAHUN 2005
16.000.000 14.986.804
12.000.000 10.281.995
8.000.000 5.402.272
4.000.000
0
Generik Non Generik Non Generik
Formularium
GAMBAR 4.38
PERSENTASE PEMBUATAN RESEP OBAT GENERIK
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2004
40,000,000 35,821,800
30,000,000
28,389,957
20,000,000
26,651,053
20,810,557
10,000,000
-
2003 2004
90
Dari gambar di atas terlihat bahwa proporsi penulisan resep obat generik di sarana
pelayanan kesehatan selama dua tahun terakhir tidak banyak mengalami perubahan yaitu
74,4% pada tahun 2004 dan 73,3% pada tahun 2003.
Sebanyak sebelas provinsi melaporan cakupan penulisan obat generik ≥ 90% dengan
cakupan tertinggi Provinsi Gorontalo dan Banten (100%), Jambi (99,95%), Bangka Belitung
(99,76%), enam provinsi memiliki cakupan ≤ 50% dengan angka terendah dilaporkan
Provinsi Irian Jaya Barat (5,85%), Lampung (27,3%), Kalimantan Timur (28,87%) dan DI
Yogyakarta (35,91%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi dilaporkan Provinsi
Nusa Tenggara Barat (95,17%), Jambi (94,77%), dan Sulawesi Utara (92,29%); sedangkan
Provinsi Sulawesi Barat dan DKI Jakarta tidak ada data.
Rincian persentase penulisan resep obat generik menurut provinsi tahun 2004
disajikan pada Lampiran 4.22.
GAMBAR 4.39
KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2005
7000 6130
6000
5000
4000
3000
2000
263 40
1000
0
Kuratif Rehabilitatif Aftercare
91
G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
GAMBAR 4.40
PERSENTASE HOTSPOT BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN
DI WILAYAH SUMATERA TAHUN 2005
92
30 30
9
31
2. Bencana Alam
Secara geografis Indonesia termasuk daerah rawan bencana. Pada tahun 2005 bencana
alam gempa bumi terjadi di 8 provinsi dengan korban meninggal 1.801 orang, luka berat
3.272 orang, luka ringan 155 orang, 278 kepala keluarga dan 561 orang mengungsi.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah meliputi evakuasi korban,
memberikan pelayanan rawat inap dan rawat jalan di RSUD, menyiagakan pos kesehatan 24
jam dan memantau penyakit pasca bencana.
Gempa bumi yang terbesar terjadi di Pulau Nias dan Tapanuli Tengah yaitu 8,7 Skala
Richter pada tanggal 28 Maret 2005, 85% bangunan gedung dan landasan pesawat hancur,
849 orang meninggal dunia, 1.415 luka berat dan 72.173 berobat. Dalam hal ini pemerintah
pusat memberikan bantuan berupa 350 buah kantong mayat, obat 2 paket, 1 unit genset.
***
93
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah
sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas
Pada periode tahun 2000 – 2005, jumlah Puskesmas (termasuk Puskesmas Perawatan)
terus meningkat dari 7.237 unit pada tahun 2000 menjadi 7.669 unit pada tahun 2005. Dalam
periode tahun itu, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk berada dalam kisaran 3,46 –
3,56 per 100.000 penduduk. Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas
terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2,
gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada Gambar
5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.
93
GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana
sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka
jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2005 rata-rata 1,07 unit tidak mengalami
perubahan dibandingkan data tahun 2004 yaitu 1,04 unit per 30.000 penduduk.
Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung meningkat dari
21.267 unit pada tahun 2000 menjadi 22.171 unit pada tahun 2005. Sementara itu, rasio
Puskesmas Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 dan 2005 berkisar 10,13-
10,53. Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 10-11 unit
Puskesmas Pembantu. Jumlah Puskesmas Pembantu dan rasio Puskesmas Pembantu terhadap
100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5
berikut ini, sedangkan menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.2.
94
Berdasarkan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu pada tahun 2000 – 2005,
maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas rata-rata 3:1, artinya setiap Puskesmas
rata-rata didukung oleh 3 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas menurut provinsi pada
tahun 2000 – 2005 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.2.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III
sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan.
Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan
kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2000 – 2005
perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali pada tahun 2003
turun sebesar 0,10%, pertambahan yang paling besar pada tahun 2002 (5,94%), tahun 2004
(4,47%), tahun 2005 (3,33%) dan 2001 (1,85%). Perkembangan jumlah Puskesmas dan
Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini,
sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.
GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
TAHUN 2000 – 2005
8,000
6,000
4,000
2,000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Puskesmas 7,237 7,277 7,309 7,413 7,550 7,609
Puskesmas Perawatan 1,785 1,818 1,926 1,924 2,010 2,077
95
terhadap Puskesmas pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini,
sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.4.
GAMBAR 5.7
JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS
TAHUN 2000 – 2005
10,000 1.00
6,000 0.60
4,000 0.40
2,000 0.20
0 0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pusling PB 841 716 654 317 805 591
Pusling R4 5,551 5,084 4,984 2,795 5,358 5,552
Rasio Pusling 0.9 0.8 0.8 0.4 0.8 0.8
Demikian pula rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas pada periode itu juga
cenderung menurun dari 0,9 pada tahun 2000 menurun menjadi 0,8 pada tahun 2001 dan
2002. Rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas pada tahun 2003 sebesar 0,4 dan pada
tahun 2004 – 2005 sebesar 0,8.
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain
dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah
rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.
Pada tahun 2000 – 2005, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di
Indonesia terus meningkat, yaitu dari 1.145 unit pada tahun 2000 menjadi 1.178 unit pada
tahun 2001 (bertambah 2,88%) dan 1.215 unit pada tahun 2002 (bertambah 3,14%),
kemudian meningkat lagi menjadi 1.234 unit pada tahun 2003 (bertambah 1,56%), 1.246 unit
pada tahun 2004 (bertambah 0,97%) dan 1.268 unit pada tahun 2005 (bertambah 1,77%). Bila
dilihat menurut kepemilikannya, pada periode itu jumlah rumah sakit pemerintah kira-kira
separuh dari seluruh jumlah rumah sakit yang ada. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum
dan khusus) di Indonesia tahun 2000 – 2005 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini,
sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
96
TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2005
No. Pengelola/Kepemilikan 2000 2001 2002 2003 2004 2005
1 Departemen Kesehatan 59 31 31 31 31 31
2 Pemerintah Provinsi/Kab/Kota 357 386 389 396 404 421
4 TNI/POLRI 111 111 112 112 112 112
5 BUMN/Departemen Lain 68 70 78 78 78 78
6 Swasta 550 580 605 617 621 626
Jumlah 1.145 1.178 1.215 1.234 1.246 1.268
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 1996 – 2005
1200
1000
Jumlah RSU
800
600
400
200
0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RSU Pemerintah 523 522 525 517 520 524 526 534 542 559
RSU Swasta 335 351 363 370 390 411 427 432 434 436
Jumlah RSU 858 873 888 887 910 935 953 966 976 995
97
Jumlah rumah sakit khusus (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 1997 – 2005
juga meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.9. Bila dilihat berdasarkan
kepemilikannya, jumlah rumah sakit khusus milik pemerintah yang mencakup milik
Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan
Departemen Lain/BUMN pada periode itu ada kenaikan namun kecil (dari tahun 1996-2005
bertambah 7,79%), sedangkan jumlah rumah sakit khusus milik swasta kenaikannya cukup
bermakna (dari tahun 1996-2005 bertambah 30,15%). Jumlah rumah sakit khusus di
Indonesia tahun 2005 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
GAMBAR 5.9
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
TAHUN 1997 – 2005
500
Jumlah RS Khusus
400
300
200
100
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RSK Pemerintah 77 76 76 75 74 76 83 83 83
RSK Swasta 140 148 148 160 170 191 185 187 190
Jumlah RSK 217 224 224 235 244 267 268 270 273
GAMBAR 5.10
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
TAHUN 1997 – 2005
150,000
Jumlah Tempat Tidur RS
125,000
100,000
75,000
50,000
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
TT RSK 18,110 17,894 17,815 17,970 17,269 18,675 18,750 19,591 20,480
TT RSU 103,886 105,292 105,783 107,537 109,948 111,539 112,379 112,640 116,286
Jumlah TT RS 121,996 123,186 123,598 125,504 127,588 130,214 131,129 132,231 136,766
98
Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan
berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung
berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun rumah sakit
khusus. Pada tahun 2000 – 2005, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk relatif
berkisar antara 61 – 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur rumah sakit dan rasionya
per 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.11 di bawah ini.
GAMBAR 5.11
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2000 – 2005
140.000 65
135.000 63
Penduduk
130.000 61
125.000 59
120.000 57
115.000 55
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah TT RS 125.50 127.58 130.21 131.12 132.23 136.76
Rasio TT 60,97 61,22 61,71 61,17 60,92 62,49
1,000
800
600
400
200
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Industri Farmasi 235 205 195 198 205 226 229 272 265
Industri Obat Tradisional 77 79 87 93 81 86 86 89 103
Industri Kecil Obat Tradisional 559 608 722 872 794 811 1,130 1,134 894
Industri Alat Kesehatan 198 173 163 272 400 457 498
Industri Perbkl Kes RT 413 482 554 1,015 698
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI dan Hasil pemutakhiran data
99
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 1997
– 2005 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi
pada tahun 2002 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.10.
GAMBAR 5.13
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS TAHUN 1997 – 2005
10,000
Jumlah Sarana Distribusi
8,000
6,000
4,000
2,000
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pedagang Besar Farmasi 1,631 1,718 1,819 2,026 2,082 2,249 2,478 2,432 2,392
Apotek 6,903 7,467 7,794 6,196 6,391 7,767 8,364 8,456 9,216
Toko Obat 7,101 5,028 7,000 5,246 4,518 5,405 6,610 6,806 6,737
Penyalur Perbekalan Alkes 555 574 1,061 1,152 1,639 1,982 1,008
Sub penyalur Perbekalan Alkes 621 722 291 343 711 819 2,087
GAMBAR 5.14
JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2001 – 2005
500
100
0
2001 2002 2003 2004 2005
100
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat
Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau
perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2005 jumlah
Posyandu sebanyak 315.921 buah. Jumlah Posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah
Posyandu tahun 2004, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini.
GAMBAR 5.15
JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA
TAHUN 2000-2005
350,000
315,921
300,000
242,221
234,843
250,000
238,699
200,000
220,198
150,000
100,000
50,000
-
2001 2002 2003 2004 2005
Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 5,01 atau rata-rata pada tiap
desa/kelurahan terdapat 5 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah
Papua (28,40), DKI Jakarta (14,65) dan DI Yogyakarta (13,74). Sedangkan rasio terkecil di
Provinsi Irian Jaya Barat (0,49), NAD (0,83) dan Sulawesi Tenggara (1,56). (Lampiran 5.12)
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga
dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama,
Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Polindes
sebanyak 27.056 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,43. Rasio Polindes
terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (1,58), Sumatera Barat (1,50) dan
Kalimantan Timur (0,95). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Maluku (0,10) dan Papua
(0,11). (Lampiran 5.12)
Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu
Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Pos Obat
Desa sebanyak 9.010 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14. Rasio POD
terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (1,48), Sulawesi Tenggara (1,38)
dan NTB (0,37). Sedangkan rasio terkecil di Maluku Utara (hanya terdapat 2 POD atau rasio
101
0,00) dan Nanggroe Aceh Darussalam (terdapat 84 POD atau rasio 0,01). Data selengkapnya
mengenai Sarana UKBM tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.
B. TENAGA KESEHATAN
GAMBAR 5.16
KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010
UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010
MENURUT JENIS TENAGA
400,000.00
350,000.00
300,000.00
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
-
dr Peraw Prw.Gi Apote Ass Sanita Ketera Ketekn
dr drg Bidan SKM Gizi
Spes at gi ker Apt rian pian isan
Jumlah 14,156. 56,625 25,953 372,78 94,376 70,782 21,235. 70,782 82,579 94,376 51,907. 9,438. 35,391.
103
10 Sanitarian 16.239 2,97 7.42
11 Gizi 13.570 2,48 0.62
12 Keterapian Fisik 4.551 0,83 2.08
13 Keteknisan Medis 35.827 6,55 16.37
Jumlah 547.305 250.06
Jumlah penduduk Indonesia = 218.868.791 (Sumber: BPS, SUPAS 2005)
Sumber: Data tenaga dari Pusren-gun SDM Kes tahun 2003 ditambah lulusan tahun 2004 dan tahun 2005
(Pusdiknakes dan Ditjen Dikti)
Jumlah PNS Kesehatan yang bertugas pada unit utama Depkes dan UPTnya sebanyak
44.941 orang dengan tenaga terbanyak bertugas di Ditjen Yanmedik dan UPTnya (27.221
orang) dan yang paling sedikit bertugas di Inspektorat Jendreal dan UPTnya (148 orang).
TABEL 5.3
JUMLAH PNS DI UNIT UTAMA DEPKES DAN UPTNYA
TAHUN 2004
Berdasarkan laporan Ditjen Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah sakit tahun
2005 adalah 244.844 orang, terdiri dari 159.999 orang (65,35%) tenaga kesehatan dan 84.845
orang (34,65%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak
adalah DKI Jakarta (27.953 orang), diikuti Jawa Timur (21.053 orang) dan Jawa Tengah
(20.861 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan terendah adalah Gorontalo
(258 orang), Maluku Utara (351 orang) dan Bangka Belitung (521 orang). Berdasarkan
profesinya, dari 159.999 tenaga kesehatan, terbanyak adalah perawat 105.563 orang (65,98%)
dan medis 25.941 orang (16,21%), yang dapat dilihat pada Lampiran 5.20.
Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2005 adalah 168.377 orang.
Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.425 orang (PNS maupun PTT).
104
Dengan jumlah Puskesmas sebanyak 7.669, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2
orang dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang
berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 37.143 orang
sehingga setiap Puskesmas dilayani 4-5 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak 52.112 orang
sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Jumlah bidan di desa sebanyak 32.598
orang, dengan jumlah desa/kelurahan 69.994 maka perbandingan bidan desa dengan
desa/kelurahan 1:2. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5.21.
Jumlah dokter, dokter gigi dan bidan PTT yang masih aktif sampai dengan bulan
Desember 2005 sebanyak 36.755 orang, terdiri dari dokter 3.801 orang (10,34%), dokter gigi
781 orang (2,31%) dan bidan 32.173 orang (87,53%).
GAMBAR 5.17
JUMLAH DOKTER, DOKTER GIGI DAN BIDAN PTT MASIH AKTIF
MENURUT KRITERIA DAERAH PENEMPATAN
TAHUN 2005
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
Do kter Do kter Gigi B idan
Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah peserta didik sebanyak 161.589 orang terdiri dari
peserta didik Poltekkes sebanyak 39.439 orang (24,41%) dan peserta didik non Poltekkes
sebanyak 122.150 orang (75,59%). (Lampiran 5.22 dan Lampiran 5.23)
Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, pendidikan tinggi setingkat diploma III
(JPTD-III) sebanyak 145.985 orang (90,34%), jenjang pendidikan tinggi setingkat diploma I
(JPTD-I) sebanyak 185 orang (0,11%), dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak
15.419 orang (9,55%). Perkembangan jumlah peserta didik pada institusi pendidikan tenaga
kesehatan pada tahun 2002 – 2005 yang meningkat dari tahun ke tahun adalah pendidikan
setingkat D-III, sedangkan D-I dan JPM cenderung tidak banyak berubah seperti yang
terlihat pada Gambar 5.18 di bawah ini.
105
GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2001 – 2005
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
-
2002 2003 2004 2005
DI 170 60 70 185
2.7. LULUSAN
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2005 sebanyak 43.320 orang
terdiri dari lulusan Poltekkes 11.463 orang (26,46%) dan Non Poltekkes 31.857 orang
(73,54%). (Lampiran 5.24, Lampiran 5.25). Jumlah lulusan berdasarkan jurusan/program
studi dapat dilihat pada Tabel 5.4.
TABEL 5.4
LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI
TAHUN 2005
106
Lulusan
No Jurusan/Prodi
Poltekkes Non Poltekkes Jumlah
1 SPK dan D3 Keperawatan 4.059 20.208 24.267
2 SPRG dan D3 Kesehatan Gigi 773 188 961
3 Bidan 2.966 2.985 5.951
4 Ass Apoteker (SMF) - 2.294 2.294
5 Farmasi 365 742 1.1074
6 Farmasi dan Makanan 40 689 729
7 Kesling 1.017 838 1.855
8 Gizi 1.161 358 1.519
9 Fisioterapi 120 529 649
10 Okupasi Terapi 40 - 40
11 Terapi W icara - 50 50
12 SMAK & D3 Analis Kesehatan 559 1.477 2.036
13 Teknik Gigi 40 110 150
14 Teknik Radiodiagnostik 140 343 483
15 Perekam Medis - 581 581
16 Teknik Elektromedis 183 227 410
17 Refraksi Optisi - 238 238
18 PTTD - 70 70
19 Akupuntur - - -
20 Teknik Radiovaskuler - - -
Jumlah 11.464 31.857 43.321
GAMBAR 5.19
PERKEMBANGAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2001-2005
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
2001 2002 2003 2004 2005
107
Pada tahun 2005 jumlah peserta Diklat yang dilaporkan sebanyak 12.258 orang,
dengan rincian Diklat Pra/Jabatan sebanyak 1.150 orang (9,38%), Diklat Pimpinan sebanyak
460 orang (3,75%), Diklat Fungsional sebanyak 9.779 orang (79,78%), dan Diklat Teknis
sebanyak 869 orang (7,09%), sebagaimana disajikan pada Gambar 5.20 berikut ini.
GAMBAR 5.20
PROPORSI TENAGA KESEHATAN YANG MENGIKUTI
PELATIHAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2005
Pelatihan
Pimpinan Pelatihan
3.8% Fungsional
79.8%
Pelatihan Pra-
Jabatan
9.4%
Pelatihan
Teknis
7.1%
TABEL 5.5
JUMLAH DAN PROPORSI TENAGA KESEHATAN YANG MENGIKUTI
BERBAGAI JENIS PELATIHAN TAHUN 2000 – 2005
Pelatihan Pra-Jabatan 4.368 25 2.465 22 206 5,5 428 4,8 978 10,3 1.150 9,4
Pelatihan Pimpinan 349 3 220 2 181 4,8 235 2,6 343 3,6 460 3,8
Pelatihan Fungsional 1.730 9 1.060 10 708 19,0 1.448 16,3 528 5,6 9.779 79.8
Pelatihan Teknis 16.336 63 7.228 66 2.640 70,7 6.793 76,3 7.612 80,5 869 7,1
Jumlah 22.783 100 10.973 100 3.735 100 8.904 100 9.461 100 12.258 100
Dari Tabel 5.5 di atas, terlihat bahwa jumlah peserta diklat mengalami penurunan
pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena adanya penyerahan sebagian besar Bapelkes
milik Departemen Kesehatan kepada Pemerintah Daerah. Sejak saat itu kegiatan pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes milik Daerah tidak terpantau oleh Pusdiklat
Departemen Kesehatan. Jumlah pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan
Bapelkes nasional serta jumlah pesertanya pada tahun 2005 dapat pula dilihat pada Lampiran
5.26.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
108
Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri dari pembiayaan kesehatan oleh
pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran rumah
tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
GAMBAR 5.21
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
109
TAHUN 2000 – 2005
Jutaan rupiah
11.000.000
10.000.000
9.000.000
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Alokasi 2.913.312,57 3.364.345,95 3.440.915,63 5.138.546,09 6.156.706,42 10.671.905,25
Realisasi 2.803.178,17 3.579.098,93 3.225.542,03 4.290.402,60 5.203.710,96 6.519.959,54
Sementara itu, bila dilihat menurut Eselon I Pusat, dari alokasi anggaran Departemen
Kesehatan yang dialokasikan 10,49 trilyun rupiah pada tahun 2005, alokasi terbesar adalah
untuk Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat sebesar 4,34 trilyun rupiah (41,35%),
Sekretariat Jenderal 3,8 trilyun rupiah (36,21%), sedangkan alokasi terkecil adalah untuk
Inspektorat Jenderal 19,78 milyar rupiah (0,19%), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 74,24 milyar rupiah (0,71%). Persentase anggaran Departemen Kesehatan yang
direalisasikan pada unit pusat pada tahun 2005 sebesar 62,0%, dengan persentase realisasi
terbesar adalah Badan PPSDM Kesehatan (96,2%), Inspektorat Jenderal (94,6%) sedangkan
yang terkecil adalah Sekretariat Jenderal (36,8%), Ditjen Pelayanan Medik (61,9%). Alokasi
dan realisasi anggaran Departemen Kesehatan menurut Eselon I pada tahun 2005 disajikan
pada Lampiran 5.28.
2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat
GAMBAR 5.22
PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT
BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN
TAHUN 2001 - 2005
110
100
80
60
40
20
0
2001 2002 2003 2004 2005
Non JPK 79.8 78.9 76.4 73.7 58.3
JPK 20.2 21.1 23.6 26.3 41.7
% 15
10
5
0
Dana Kartu
Askes Jamsostek JPKM Lain-lain
Sehat Sehat
2002 7,15 1,75 1,07 1,09 9,45 0,57
2003 7,19 3,59 2,18 1,04 8,31 1,3
2004 7,0 2,5 1,5 1,03 12,6 2,3
2005 6,7 2,08 1,92 0,95 27,7 2,51
Sumber: PJPK
***
111
BAB VI
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN
NEGARA - NEGARA ASEAN
ASEAN (Association of South East Asian Nations) terbentuk pada tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama negara-negara di Asia
Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara anggota sekaligus pendiri ASEAN.
Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dan anggota negara ASEAN
lainnya dari segi kependudukan dan derajat kesehatan.
A. KEPENDUDUKAN
Indonesia 222,781
Singapura
Vietnam 84,238 293 6,389
Filipina
Kepadatan penduduk
Thailand 64,233
Indonesia 126
Myanmar 50,519
Kamboja 75
Malaysia 25,347
Malaysia 73
Kamboja 14,071 65
Brunei Darussalam
Laos 5,924 Myanmar 63
Singapura 4,326 Laos 26
Brunei Darussalam 374
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Sumber: WHO Health Report, 2006 Sumber: WHO Health Report, 2006
111
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan
migrasi. Selama kurun waktu 1994 – 2004, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di
antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam, Laos dan Singapura dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 2,4%. Dari 10 negara ASEAN, 4 negara di antaranya
(Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam) mempunyai laju pertumbuhan penduduk
antara 1,0-1,5%.
GAMBAR 6.3
KOMPOSISI PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2004
120
.8
34
.5
.8
Persentase Penduduk
.1
.1
.3
35
31
.4
39
44
35
33
41
37
28
100
80
58.9
64.2
55.2
62.7
66.9
71.6
65
kelompok usia
66
69
20 15-65 tahun
0
Th ra
Br nd
a
M sia
Vi ar
Ka na
ja
do D
os
m
si
bo
na
u
nm
ei
La
la
i
ay
ne
lip
ap
un
ai
m
et
ya
al
Fi
ng
M
In
Si
112
Development Report 2006, pada tahun 2004 dua negara anggota ASEAN dengan rasio beban
tanggungan tertinggi adalah Laos (81%) dan Kamboja (70%). Singapura merupakan negara
dengan rasio beban tanggungan terendah (40%), dan untuk Indonesia rasio beban tanggungan
sebesar 52%.
GAMBAR 6.4
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, 2004
Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi (IPM > 0,799), sedang (IPM
0,500-0,799), dan rendah (IPM < 0,500). Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2004,
70% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan
IPM 0,711. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kategori tinggi, negara tersebut
adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
113
Angka kesuburan wanita masing-masing negara anggota ASEAN tahun 2004 dapat
dilihat dalam Lampiran 6.2.
GAMBAR 6.5
ANGKA KESUBURAN WANITA TAHUN 2004
GAMBAR 6.6
ANGKA KELAHIRAN KASAR TAHUN 2004
33.6 34.2
35
30 24.6
23.2
25 22.8
20.2 21.3 19.9
20 14.5
15 11.4
10
5
0
a
Ka si a
Vi nd
ja
M ys ia
Th ura
In ei D
m
Fi r
al s
a
Si pi n
bo
na
nm
la
ne
La
ap
i
a
un
ai
m
et
l
ya
do
ng
Br
114
7. Sosial Ekonomi
PDB (Produksi Domestik Bruto atau Gross Domestic Product) merupakan indikator
yang baik untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara. PDB adalah nilai uang atau nilai
moneter semua barang-barang serta jasa yang dihasilkan oleh suatu negara pada suatu periode
tertentu. Meliputi konsumsi, belanja/pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor bersih
(ekspor dikurangi impor).
Berdasarkan ASEAN Statistical Yearbook 2005, pada tahun 2004 negara yang
memiliki PDB per kapita tertinggi adalah Singapura yaitu 25.191 US$. Kesembilan negara
lainnya memiliki PDB per kapita di bawah 15.000 US$. Negara dengan PDB per kapita
terendah adalah Myanmar (166 US$). Sedangkan Indonesia memiliki PDB per kapita sebesar
1.184 US$. PDB dari masing-masing anggota ASEAN tahun 2004 dapat dilihat dalam
Lampiran 6.1.
8. Pembiayaan Kesehatan
Beberapa indikator penting yang digunakan untuk melihat dan menganalisis
pembiayaan kesehatan adalah Persentase Keseluruhan Pengeluaran di Bidang Kesehatan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Persentase Pengeluaran Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan, Persentase Pengeluaran
Sektor Swasta di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan, dan
Persentase Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran Pemerintah.
Pada tahun 2003, Kamboja merupakan negara dengan persentase keseluruhan
pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB paling tinggi yaitu 10,9%. Sedangkan
kesembilan negara anggota ASEAN lainnya mempunyai persentase keseluruhan pengeluaran
di bidang kesehatan terhadap PDB di bawah 6%. Begitu pula dengan Indonesia yang
mempunyai keseluruhan pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB sebesar 3,1%.
TABEL 6.7
INDIKATOR PEMBIAYAAN KESEHATAN TERPILIH
DI BERBAGAI NEGARA ASEAN TAHUN 2003
Persentase Persentase
Persentase Pengeluaran Pengeluaran Sektor Pengeluaran
No Negara Persentase Keseluruhan Pemerintah di Bidang Swasta di Bidang Pemerintah di Bidang
Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap
Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran
Produk Domestik Bruto Bidang Kesehatan Bidang Kesehatan Pemerintah
1 Brunei Darussalam 3.5 80 20 5.2
2 Kamboja 10.9 19.3 80.7 11.8
3 Indonesia 3.1 35.9 64.1 5.1
4 Laos 3.2 38.5 61.5 6.2
5 Malaysia 3.8 58.2 41.8 6.9
6 Myanmar 2.8 19.4 80.6 2.5
7 Filipina 3.2 43.7 56.3 5.9
8 Singapura 4.5 36.1 63.9 7.7
9 Thailand 3.3 61.6 38.4 13.6
10 Vietnam 5.4 27.8 72.2 5.6
115
pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang paling rendah adalah Kamboja. Di Kamboja
pemerintah hanya membiayai kesehatan 19,3% dari total seluruh pengeluaran kesehatan
sehingga sektor swasta mempunyai kontribusi lebih besar yaitu 80,7%. Di Indonesia 35,9%
pengeluaran di bidang kesehatan dibiayai pemerintah. Hal tersebut berarti pengeluaran yang
dibiayai sektor swasta lebih besar yaitu 64,1%.
Indikator yang terakhir, yakni persentase pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan
terhadap seluruh pengeluaran pemerintah. Negara yang persentasenya paling tinggi adalah
Thailand dengan 13,6% dan diikuti oleh Kamboja dengan 11,8%. Di Indonesia pengeluaran
pemerintah di bidang kesehatan terhadap seluruh pengeluaran pemerintah hanya 5,1% dan
berada di urutan ke-2 terendah setelah Myanmar (2,5%).
B. DERAJAT KESEHATAN
GAMBAR 6.8
ANGKA KEMATIAN BAYI, 2004
116
Myanmar, dan Laos memiliki angka kematian balita di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia di bawah 20 per 1.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup.
GAMBAR 6.9
ANGKA KEMATIAN BALITA, 2004
160 141
140
120 105
100 83
80
60 38 34
40 21 23
9 12
20 3
0
GAMBAR 6.10
ANGKA KEMATIAN KASAR, 2004
117
4. Umur Harapan Hidup
Umur harapan hidup menggambarkan kondisi kematian yang terjadi di sebuah negara,
oleh karena itu indikator tersebut juga menggambarkan kondisi kesehatan yang sedang
terjadi. Perubahan terhadap indikator tersebut mencerminkan juga perubahan kesehatan
penduduk secara umum dan kualitas kesehatan yang didapat oleh masyarakat. Gambar di
bawah memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 di antara kesepuluh negara-negara anggota
ASEAN, Singapura merupakan negara dengan umur harapan hidup waktu lahir (Expectation
of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun, diikuti oleh Brunei Darussalam dan Malaysia
dengan masing-masing memiliki umur harapan hidup (UHH) sebesar 77 dan 72 tahun.
Negara yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Kamboja yaitu 54
tahun. Sedangkan Indonesia berada di urutan keempat terendah umur harapan hidup yaitu 67
tahun.
GAMBAR 6.11
UMUR HARAPAN HIDUP TAHUN 2004
5. Cakupan Imunisasi
Di antara penyakit-penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin,
Campak adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan Campak
merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. 22 tujuan yang
disepakati dalam pertemuan dunia tentang anak salah satunya adalah mempertahankan
cakupan Campak sebesar 90%.
Berdasarkan data Human Development Report 2006, pada tahun 2004, 50% negara
anggota ASEAN telah mencapai target cakupan Campak yaitu 90%. Kelima negara tersebut
adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam
merupakan negara dengan cakupan Campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang terendah
adalah Laos dengan cakupan Campak sebesar 36%. Di Indonesia sebanyak 72% balita telah
mendapat vaksin Campak.
DPT merupakan gabungan imunisasi untuk mencegah penyakit Diptheria, Pertussis,
dan Tetanus. Target imunisasi DPT adalah 90%. Tidak seperti Campak yang membutuhkan 1
dosis, imunisasi DPT membutuhkan 3 dosis. Maka yang diukur adalah DPT3 yaitu ketika
bayi telah mendapatkan imunisasi DPT sebanyak 3 dosis (3 kali).
Gambar 6.11 menunjukkan bahwa negara-negara yang telah mencapai target
imunisasi Campak 90% adalah negara-negara yang juga berhasil mencapai 90% imunisasi
DPT3. Begitu pula dengan Laos yang juga memiliki pencapaian terendah untuk imunisasi
118
DPT3 selain Campak. Sedangkan di Indonesia terdapat 70% balita yang telah mendapat
imunisasi DPT3.
Data lebih lengkap tentang imunisasi Campak dan DPT di negara ASEAN dapat
dilihat di Lampiran 6.3.
GAMBAR 6.12
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DAN DPT, 2004
92 99 99 95 94 94 9896 96 97
Cakupan Imunisasi (%)
85 82 80
90 80 78 79
7072
60 45 DPT3
36
Campak
30
a
Ka i a
nd
ja
M s ia
Th a
m
D
ar
os
in
ur
s
bo
na
nm
la
ei
l ip
ne
ay
La
ap
un
ai
m
et
Fi
ya
al
do
ng
Vi
Br
M
In
GAMBAR 6.13
PREVALENSI TUBERKULOSIS TAHUN 2004
800 708.7
700
600 463.3
500
400 317.8275.2
231.8207.7179.6
300 132.7
200 63 40.8
100
0
ya d
us ia
a
al r
a
V i ia
In a o s
Fi a
Si lam
Th m
ur
n
j
in
s
s
bo
na
m
la
ne
ay
lip
ap
L
sa
n
ai
m
et
do
ng
Ka
M
M
ar
D
ei
un
Br
119
7. Status Gizi
Terbebas dari kelaparan dan malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi yang baik adalah
hak asasi manusia. Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan kematian
dini. Pengukuran antropometri untuk mendapatkan status gizi seseorang telah dikenal luas
dan terutama dilakukan pada anak-anak. Rendahnya persentase berat badan terhadap usia
mencerminkan akibat kumulatif dari malnutrisi yang berkepanjangan atau kekurangan nutrisi
sejak lahir.
GAMBAR 6.14
PREVALENSI GIZI BURUK TAHUN 2003
120
sarana sanitasi sehat tertinggi dengan 100%, sedangkan yang terendah adalah Kamboja yaitu
hanya 17%. Penduduk Indonesia yang menggunakan sarana sanitasi sehat sebesar 55%.
GAMBAR 6.15
PERSENTASE PENGGUNAAN SUMBER AIR BERSIH DAN
SANITASI SEHAT TAHUN 2004
120
9994 100 100 99
99
100 78 85 85
77 77
80 72 Penggunaan Sumber Air
55 61 Bersih
60 51
41 Penggunaan Sarana
40 30 Sanitasi Sehat
17
20
0 a
Ka i a
nd
ja
M s ia
Th ra
m
ar
os
in
s
bo
na
nm
la
l ip
ne
ay
La
ap
ai
m
et
Fi
ya
al
do
ng
Vi
M
In
Si
***
121
BAB VII
PENUTUP
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan
organisasi dalam pelaksanaan manajemen, sehingga penyediaan data dan informasi yang
berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan.
Profil Kesehatan Indonesia ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan untuk
menilai pencapaian program di setiap provinsi. Dengan adanya penyajian data dan informasi
di dalam Profil Kesehatan Indonesia dalam bentuk narasi dan lampiran diharapkan dapat
digunakan untuk mengambil langkah–langkah perbaikan dari setiap program, sehingga
hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau.
Kami sadari, sistem informasi kesehatan yang ada pada saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, sehingga kualitas data dan
informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005 belum sesuai dengan
harapan.
Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu terbit dari
Profil Kesehatan Indonesia ini dibutuhkan adanya komitmen bersama, keseriusan dan
dukungan dari segala pihak khususnya unit-unit di lingkungan Departemen Kesehatan agar
penyajian Profil Kesehatan Departemen Kesehatan ini baik substansi penyajian maupun
waktu terbitnya menjadi lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga
tujuan agar Profil Kesehatan Indonesia dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi
dapat tercapai.
Besar harapan kami untuk mendapatkan saran dan kritik dan semua pihak untuk
peningkatan penampilan data dan informasi pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006
mendatang.
***
122
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta
___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta
___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro.
Calverton, Maryland, USA
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC
Macro. Calverton, Maryland, USA
BPS, Depkes. 2005. Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas 2005. BPS - Depkes, Jakarta
Departemen Kesehatan. 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
123
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan . Depkes, Jakarta
___________. 1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan
Litbangkes, Jakarta
___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta
BPS dan Depkes. 2005. Laporan Kegiatan Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas Tahun
2005. BPS, Jakarta
Tim Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Pusat. 2006. Situasi Pangan Dan Gizi Di
Indonesia 2004-2005. Tim Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Pusat ,
Jakarta
UNICEF. 2006. The State of the World’s Children 2006. UNICEF, New York.
The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006.
UNDP, New York.
World Health Organization. The World Health Report 2006: working together for health.
2006. WHO Press, Geneva.
***
124
Lampiran 2.1
Jumlah Luas
No Provinsi*) Wilayah
Kabupaten Kota Kab + Kota Kecamatan Kelurahan Desa Kel. + Desa 2
(Km )
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 17 4 21 241 112 5,853 5,965 56,500.51
2 Sumatera Utara 18 7 25 326 547 4,924 5,471 72,427.81
3 Sumatera Barat 12 7 19 158 256 634 890 42,224.65
4 Riau 9 2 11 124 190 1,236 1,426 87,844.23
5 Jambi 9 1 10 76 117 1,072 1,189 45,348.49
6 Sumatera Selatan 10 4 14 149 294 2,428 2,722 60,302.54
7 Bengkulu 8 1 9 73 123 1,071 1,194 19,795.15
8 Lampung 8 2 10 164 164 1,967 2,131 37,735.15
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 36 54 266 320 16,424.14
10 Kepulauan Riau 4 2 6 41 105 144 249 8,084.01
11 DKI Jakarta 1 5 6 44 267 - 267 740.29
12 Jawa Barat 16 9 25 568 547 5,231 5,778 36,925.05
13 Jawa Tengah 29 6 35 564 744 7,817 8,561 32,799.71
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 47 391 438 3,133.15
15 Jawa Timur 29 9 38 654 785 7,682 8,467 46,689.64
16 Banten 4 2 6 130 144 1,340 1,484 9,018.64
17 Bali 8 1 9 56 89 602 691 5,449.37
18 Nusa Tenggara Barat 7 2 9 100 91 711 802 19,708.79
19 Nusa Tenggara Timur 15 1 16 194 299 2,300 2,599 46,137.87
20 Kalimantan Barat 10 2 12 149 80 1,409 1,489 120,114.32
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 93 133 1,179 1,312 153,564.50
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 119 121 1,835 1,956 38,884.28
23 Kalimantan Timur 9 4 13 122 177 1,201 1,378 194,849.08
24 Sulawesi Utara 6 3 9 105 253 984 1,237 13,930.73
25 Sulawesi Tengah 9 1 10 99 133 1,369 1,502 68,089.83
26 Sulawesi Selatan 20 3 23 244 616 1,964 2,580 46,116.45
27 Sulawesi Tenggara 8 2 10 117 271 1,342 1,613 36,757.45
28 Gorontalo 4 1 5 46 83 364 447 12,165.44
29 Sulawesi Barat 5 5 44 47 312 359 16,787.19
30 Maluku 7 1 8 57 32 842 874 47,350.42
31 Maluku Utara 6 2 8 45 80 676 756 39,959.99
32 Papua 19 1 20 173 81 2,506 2,587 309,934.40
33 Irian Jaya Barat 8 1 9 74 41 1,154 1,195 114,566.40
Indonesia 349 91 440 5,263 7,123 62,806 69,929 1,860,359.67
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005
Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005[a]
SUPAS & SPAN BPS, 2005[b]
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Lampiran 2.3
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Indonesia 31,778,704 70,702,575 4,793,249 107,274,528 30,186,488 70,781,537 5,132,734 106,100,759 61,965,192 141,484,112 9,925,983 213,375,287
Sumber : BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak ada data untuk provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.3.a
Perkotaan+Perdesaan
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan
Golongan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
0-4 4,129,250 3,988,416 8,117,666 5,603,328 5,374,157 10,977,485 9,732,578 9,362,573 19,095,151
5-9 4,417,551 4,155,714 8,573,265 6,671,927 6,318,753 12,990,680 11,089,478 10,474,467 21,563,945
10 - 14 4,343,105 4,129,534 8,472,639 6,613,543 6,219,914 12,833,457 10,956,648 10,349,448 21,306,096
15 -19 4,254,987 4,330,117 8,585,104 5,848,791 5,363,026 11,211,817 10,103,778 9,693,143 19,796,921
20 - 24 4,647,995 4,946,054 9,594,049 4,885,965 4,965,165 9,851,130 9,533,960 9,911,219 19,445,179
25 - 29 4,392,942 4,562,097 8,955,039 4,685,382 5,039,672 9,725,054 9,078,324 9,601,769 18,680,093
30 - 34 3,905,345 4,040,074 7,945,419 4,638,275 4,836,335 9,474,610 8,543,620 8,876,409 17,420,029
35 - 39 3,642,139 3,624,962 7,267,101 4,543,921 4,643,078 9,186,999 8,186,060 8,268,040 16,454,100
40 - 44 3,162,768 3,148,916 6,311,684 4,110,785 4,067,433 8,178,218 7,273,553 7,216,349 14,489,902
45 - 49 2,706,752 2,587,877 5,294,629 3,596,917 3,491,272 7,088,189 6,303,669 6,079,149 12,382,818
50 - 54 2,167,922 1,986,331 4,154,253 3,007,874 2,778,937 5,786,811 5,175,796 4,765,268 9,941,064
55 -59 1,440,270 1,390,325 2,830,595 2,315,262 2,116,322 4,431,584 3,755,532 3,506,647 7,262,179
60 - 64 1,079,057 1,114,046 2,193,103 1,669,226 1,749,498 3,418,724 2,748,283 2,863,544 5,611,827
65 - 69 750,321 815,201 1,565,522 1,206,716 1,339,927 2,546,643 1,957,037 2,155,128 4,112,165
70 - 74 519,815 581,857 1,101,672 928,209 960,046 1,888,255 1,448,024 1,541,903 2,989,927
75 + 495,774 547,555 1,043,329 892,414 888,148 1,780,562 1,388,188 1,435,703 2,823,891
- - -
Indonesia 46,055,993 45,949,076 92,005,069 61,218,535 60,151,683 121,370,218 107,274,528 106,100,759 213,375,287
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ Tanggungan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 34.12 62.73 3.14 100 33.24 63.20 3.56 100 33.68 62.97 3.35 58.81 100
3 Sumatera Barat 33.42 62.04 4.54 100 30.94 63.08 5.98 100 32.16 62.57 5.27 59.82 100
4 Riau 32.41 65.11 2.48 100 33.21 64.80 1.99 100 32.80 64.96 2.24 53.94 100
5 Jambi 31.58 65.67 2.75 100 30.83 66.53 2.64 100 31.21 66.08 2.70 51.32 100
6 Sumatera Selatan 30.46 66.27 3.27 100 30.01 66.63 3.36 100 30.24 66.45 3.31 50.49 100
7 Bengkulu 32.11 65.01 2.88 100 31.48 65.43 3.09 100 31.80 65.22 2.98 53.33 100
8 Lampung 30.16 65.04 4.80 100 30.60 65.59 3.81 100 30.37 65.31 4.32 53.12 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 30.05 66.53 3.42 100 28.78 67.23 3.98 100 29.44 66.87 3.69 49.54 100
10 Kepulauan Riau 27.81 69.93 2.26 100 26.51 71.99 1.50 100 27.16 70.96 1.88 40.92 100
11 DKI Jakarta 24.67 72.73 2.60 100 24.20 73.02 2.79 100 24.43 72.87 2.69 37.22 100
12 Jawa Barat 29.60 65.97 4.44 100 29.27 66.42 4.31 100 29.44 66.19 4.37 51.08 100
13 Jawa Tengah 27.65 66.08 6.26 100 26.33 66.73 6.94 100 26.99 66.41 6.60 50.58 100
14 DI Yogyakarta 23.21 68.69 8.11 100 19.44 70.42 10.13 100 21.33 69.55 9.12 43.78 100
15 Jawa Timur 25.44 68.74 5.82 100 23.60 69.37 7.03 100 24.51 69.06 6.43 44.80 100
16 Banten 32.70 64.76 2.54 100 30.96 66.52 2.51 100 31.85 65.63 2.53 52.38 100
17 Bali 26.61 67.77 5.62 100 25.18 68.47 6.35 100 25.91 68.11 5.98 46.82 100
18 Nusa Tenggara Barat 34.92 61.40 3.68 100 31.86 64.28 3.86 100 33.34 62.89 3.77 59.01 100
19 Nusa Tenggara Timur 38.76 56.86 4.37 100 36.30 59.64 4.06 100 37.53 58.25 4.22 71.67 100
20 Kalimantan Barat 31.82 65.05 3.14 100 32.15 65.23 2.62 100 31.98 65.14 2.88 53.52 100
21 Kalimantan Tengah 32.62 64.99 2.39 100 32.87 65.20 1.93 100 32.75 65.09 2.17 53.65 100
22 Kalimantan Selatan 30.93 66.16 2.91 100 28.96 67.54 3.50 100 29.95 66.85 3.20 49.59 100
23 Kalimantan Timur 30.24 67.73 2.03 100 31.12 66.99 1.89 100 30.66 67.38 1.96 48.41 100
24 Sulawesi Utara 27.31 67.15 5.54 100 27.31 66.78 5.91 100 27.31 66.97 5.72 49.32 100
25 Sulawesi Tengah 33.41 63.69 2.91 100 33.16 64.25 2.59 100 33.29 63.96 2.75 56.35 100
26 Sulawesi Selatan * 33.30 62.48 4.22 100 30.13 65.15 4.71 100 31.67 63.85 4.47 56.60 100
27 Sulawesi Tenggara 36.72 60.45 2.83 100 34.33 63.04 2.63 100 35.53 61.74 2.73 61.97 100
28 Gorontalo 33.74 63.60 2.67 100 32.98 63.76 3.26 100 33.36 63.68 2.96 57.04 100
29 Maluku 34.71 61.35 3.94 100 33.74 62.84 3.41 100 34.24 62.09 3.68 61.07 100
30 Maluku Utara 36.10 61.07 2.83 100 35.16 62.86 1.98 100 35.64 61.94 2.42 61.45 100
31 Papua * 35.58 63.45 0.97 100 35.44 63.96 0.60 100 35.51 63.69 0.80 57.01 100
Indonesia 29.62 65.91 4.47 100 28.45 66.71 4.84 100 29.04 66.31 4.65 50.81 100
Sumber : BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.4.a
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perkotaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ Tanggungan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 31.85 65.62 2.53 100 31.94 65.44 2.62 100 31.89 65.53 2.58 52.60 100
3 Sumatera Barat 30.68 66.43 2.89 100 29.23 66.68 4.08 100 29.95 66.56 3.49 50.24 100
4 Riau 32.43 65.51 2.06 100 31.22 66.83 1.94 100 31.84 66.16 2.00 51.15 100
5 Jambi 30.88 66.87 2.25 100 29.10 68.16 2.74 100 30.02 67.50 2.49 48.16 100
6 Sumatera Selatan 28.49 68.18 3.33 100 27.69 68.38 3.93 100 28.09 68.28 3.63 46.46 100
7 Bengkulu 32.16 65.72 2.12 100 29.53 67.05 3.43 100 30.82 66.39 2.79 50.63 100
8 Lampung 28.93 66.95 4.11 100 30.34 66.43 3.23 100 29.64 66.69 3.67 49.95 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 27.12 68.56 4.33 100 24.68 70.23 5.09 100 25.95 69.35 4.69 44.18 100
10 Kepulauan Riau 27.49 70.76 1.75 100 25.31 73.70 0.98 100 26.39 72.25 1.36 38.41 100
11 DKI Jakarta 24.67 72.73 2.60 100 24.20 73.02 2.79 100 24.43 72.87 2.69 37.22 100
12 Jawa Barat 28.71 67.49 3.80 100 28.04 68.25 3.71 100 28.38 67.87 3.75 47.34 100
13 Jawa Tengah 26.96 67.33 5.71 100 25.19 68.55 6.26 100 26.07 67.94 5.99 47.19 100
14 DI Yogyakarta 21.74 71.28 6.98 100 18.80 72.64 8.56 100 20.28 71.96 7.77 38.98 100
15 Jawa Timur 24.92 70.04 5.05 100 22.99 70.83 6.18 100 23.94 70.44 5.62 41.96 100
16 Banten 30.62 67.02 2.36 100 28.80 68.92 2.28 100 29.72 67.96 2.32 47.15 100
17 Bali 26.88 68.73 4.39 100 24.56 70.12 5.32 100 25.73 69.42 4.85 44.05 100
18 Nusa Tenggara Barat 33.30 63.38 3.32 100 31.09 65.27 3.64 100 32.17 64.35 3.48 55.40 100
19 Nusa Tenggara Timur 33.41 64.01 2.57 100 32.02 65.09 2.89 100 32.73 64.55 2.73 54.93 100
20 Kalimantan Barat 30.51 66.04 3.45 100 27.88 68.59 3.53 100 29.20 67.31 3.49 48.57 100
21 Kalimantan Tengah 31.42 66.58 2.00 100 30.06 68.19 1.76 100 30.75 67.37 1.88 48.43 100
22 Kalimantan Selatan 29.64 67.72 2.65 100 26.82 69.99 3.18 100 28.24 68.85 2.91 45.24 100
23 Kalimantan Timur 29.33 69.31 1.35 100 29.66 68.67 1.66 100 29.49 69.01 1.50 44.91 100
24 Sulawesi Utara 26.66 68.70 4.64 100 26.46 68.17 5.37 100 26.56 68.44 5.01 46.13 100
25 Sulawesi Tengah 29.57 68.20 2.23 100 27.92 69.44 2.64 100 28.75 68.82 2.44 45.32 100
26 Sulawesi Selatan * 31.17 65.82 3.01 100 28.79 67.30 3.91 100 29.95 66.58 3.47 50.20 100
27 Sulawesi Tenggara 33.42 64.57 2.01 100 29.84 68.51 1.65 100 31.63 66.54 1.83 50.29 100
28 Gorontalo 30.15 68.06 1.79 100 30.29 66.42 3.29 100 30.22 67.21 2.57 48.79 100
29 Maluku 31.71 64.98 3.30 100 30.48 66.25 3.27 100 31.10 65.61 3.29 52.42 100
30 Maluku Utara 34.25 63.56 2.19 100 30.35 67.13 2.52 100 32.32 65.33 2.35 53.07 100
31 Papua * 33.44 65.68 0.89 100 34.72 64.65 0.63 100 34.05 65.19 0.76 53.40 100
Indonesia 27.99 68.18 3.83 100 26.71 69.06 4.23 100 27.35 68.62 4.03 45.73 100
Sumber: BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.4.b
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Perdesaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
No Provinsi Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Angka Beban
Jumlah Jumlah Jumlah
0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+ 0-14 15-64 65+
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 36.00 60.35 3.65 100 34.37 61.26 4.37 100 35.19 60.80 4.00 64.46 100
3 Sumatera Barat 34.58 60.17 5.24 100 31.67 61.54 6.79 100 33.11 60.86 6.03 64.31 100
4 Riau 32.40 64.87 2.73 100 34.34 63.63 2.02 100 33.35 64.26 2.38 55.60 100
5 Jambi 31.84 65.22 2.94 100 31.48 65.92 2.61 100 31.66 65.56 2.78 52.53 100
6 Sumatera Selatan 31.43 65.33 3.24 100 31.22 65.73 3.06 100 31.32 65.52 3.15 52.61 100
7 Bengkulu 32.09 64.74 3.17 100 32.29 64.76 2.95 100 32.19 64.75 3.06 54.44 100
8 Lampung 30.47 64.56 4.97 100 30.68 65.35 3.97 100 30.57 64.94 4.49 53.99 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 32.09 65.12 2.80 100 31.62 65.16 3.21 100 31.86 65.14 3.00 53.52 100
10 Kepulauan Riau 28.97 66.92 4.11 100 31.41 64.98 3.62 100 30.13 65.99 3.88 51.54 100
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 30.54 64.34 5.12 100 30.58 64.47 4.95 100 30.56 64.40 5.04 55.28 100
13 Jawa Tengah 28.13 65.24 6.64 100 27.12 65.49 7.40 100 27.62 65.36 7.02 53.00 100
14 DI Yogyakarta 25.35 64.89 9.77 100 20.37 67.25 12.38 100 22.85 66.07 11.08 51.35 100
15 Jawa Timur 25.81 67.84 6.35 100 24.02 68.37 7.61 100 24.91 68.10 6.99 46.84 100
16 Banten 35.01 62.26 2.73 100 33.40 63.83 2.78 100 34.22 63.02 2.75 58.66 100
17 Bali 26.33 66.79 6.87 100 25.83 66.76 7.41 100 26.08 66.78 7.14 49.75 100
18 Nusa Tenggara Barat 35.82 60.31 3.88 100 32.27 63.75 3.98 100 33.98 62.09 3.93 61.06 100
19 Nusa Tenggara Timur 39.77 55.52 4.71 100 37.08 58.65 4.27 100 38.42 57.09 4.49 75.16 100
20 Kalimantan Barat 32.29 64.69 3.02 100 33.76 63.96 2.27 100 33.00 64.34 2.66 55.42 100
21 Kalimantan Tengah 33.11 64.35 2.54 100 34.04 63.96 2.00 100 33.56 64.16 2.28 55.86 100
22 Kalimantan Selatan 31.72 65.21 3.07 100 30.28 66.03 3.69 100 31.01 65.61 3.38 52.42 100
23 Kalimantan Timur 31.40 65.70 2.90 100 33.03 64.79 2.18 100 32.17 65.27 2.56 53.21 100
24 Sulawesi Utara 27.69 66.25 6.06 100 27.84 65.93 6.23 100 27.76 66.10 6.14 51.29 100
25 Sulawesi Tengah 34.34 62.59 3.07 100 34.50 62.92 2.57 100 34.42 62.75 2.83 59.36 100
26 Sulawesi Selatan * 34.21 61.04 4.74 100 30.71 64.22 5.06 100 32.42 62.68 4.91 59.56 100
27 Sulawesi Tenggara 37.63 59.32 3.05 100 35.59 61.50 2.91 100 36.62 60.40 2.98 65.56 100
28 Gorontalo 34.93 62.12 2.96 100 33.98 62.77 3.25 100 34.46 62.44 3.10 60.15 100
29 Maluku 35.92 59.89 4.19 100 35.06 61.47 3.47 100 35.50 60.67 3.83 64.83 100
30 Maluku Utara 36.69 60.28 3.04 100 36.74 61.45 1.81 100 36.71 60.85 2.44 64.34 100
31 Papua * 36.32 62.68 1.00 100 35.69 63.71 0.60 100 36.03 63.16 0.81 58.33 100
Indonesia 30.85 64.20 4.95 100 29.78 64.92 5.30 100 30.32 64.56 5.12 54.89 100
Sumber: BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.5
2004 2005
No Provinsi
Jumlah Kab/Kota Kabupaten Tertinggal (%) Jumlah Kab/Kota Kabupaten Tertinggal (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Dengan mencoba matching 83%, kesetaraan terhadap Garis Kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin10.068.981
Sumber : BPS, 2006
Lampiran 2.8
Perkotaan+Perdesaan
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 77.46 1.10 18.11 3.33 100 72.94 1.78 18.10 7.18 100 69.35 1.03 21.53 8.09 100
2 Sumatera Utara 84.36 0.27 13.42 1.95 100 80.74 0.41 14.41 4.44 100 82..54 0.34 13.93 3.20 100
3 Sumatera Barat 77.78 0.39 19.42 2.41 100 74.82 0.81 19.55 4.82 100 76.24 0.61 19.49 3.66 100
4 Riau 77.33 0.60 20.82 1.25 100 75.99 1.31 19.99 2.70 100 76.68 0.95 20.41 1.96 100
5 Jambi 72.03 0.94 24.37 2.66 100 68.31 2.13 22.47 7.09 100 70.18 1.53 23.43 4.86 100
6 Sumatera Selatan 83.37 0.48 13.80 2.35 100 80.61 1.03 13.04 5.32 100 81.99 0.75 13.42 3.84 100
7 Bengkulu 86.83 0.32 9.55 3.30 100 81.95 0.58 9.25 8.23 100 84.43 0.44 9.40 5.72 100
8 Lampung 75.63 0.53 19.90 3.93 100 71.63 1.19 18.44 8.73 100 73.68 0.85 19.19 6.28 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 69.12 0.51 27.75 2.63 100 65.84 1.10 27.51 5.55 100 67.52 0.79 27.63 4.05 100
10 Kepulauan Riau 78.25 0.21 19.29 2.24 100 74.75 0.63 19.26 5.36 100 76.54 0.42 19.27 3.77 100
11 DKI Jakarta 81.02 0.29 18,05 0.64 100 79.61 0.68 17.32 2.40 100 80.31 0.49 17.68 1.52 100
12 Jawa Barat 64.29 0.73 32.19 2.78 100 60.65 1.51 31.07 6.77 100 62.49 1.12 31.63 4.76 100
13 Jawa Tengah 68.79 0.76 23.69 6.77 100 61.59 1.07 21.94 15.41 100 65.15 0.91 22.81 11.13 100
14 DI Yogyakarta 67.27 0.30 25.62 6.80 100 60.99 0.51 21.29 17.21 100 64.07 0.41 23.41 12.11 100
15 Jawa Timur 67.65 1.32 23.33 7.71 100 58.95 1.84 21.56 17.65 100 63.21 1.58 22.42 12.79 100
16 Banten 72.35 0.66 24.81 2.18 100 67.63 1.73 25.07 5.47 100 70.06 1.19 24.94 3.81 100
17 Bali 65.05 0.45 27.65 6.85 100 61.21 0.68 19.84 18.27 100 63.14 0.57 23.77 12.52 100
18 Nusa Tenggara Barat 63.38 2.15 17.06 12.40 100 59.64 1.95 14.86 23.55 100 63.78 2.05 15.90 18.27 100
19 Nusa Tenggara Timur 86.45 0.42 1.92 11.21 100 82.52 0.30 1.79 15.39 100 84.47 0.36 1.85 13.32 100
20 Kalimantan Barat 81.17 1.28 10.68 6.86 100 72.93 1.66 10.30 15.12 100 77.15 1.46 10.50 10.89 100
21 Kalimantan Tengah 79.28 0.43 19.03 1.25 100 76.59 0.56 19.69 3.16 100 77.98 0.50 19.35 2.17 100
22 Kalimantan Selatan 65.19 0.79 31.48 2.54 100 60.91 1.91 29.88 7.31 100 63.05 1.35 30.68 4.92 100
23 Kalimantan Timur 71.95 0.97 24.23 2.85 100 68.33 1.70 24.24 5.73 100 70.21 1.32 24.23 4.24 100
24 Sulawesi Utara 94.89 0.23 3.86 1.02 100 94.58 0.14 3.98 1.29 100 94.74 0.18 3.92 1.16 100
25 Sulawesi Tengah 77.99 0.46 17.50 4.05 100 73.93 0.78 18.36 6.93 100 76.01 0.61 17.92 5.46 100
26 Sulawesi Selatan * 74.73 1.20 12.73 11.33 100 70.15 1.61 12.33 15.91 100 72.35 1.41 12.52 13.71 100
27 Sulawesi Tenggara 80.91 0.64 12.75 5.70 100 73.51 0.86 13.96 11.68 100 77.17 0.75 13.26 8.73 100
28 Gorontalo 76.39 0.63 17.73 5.25 100 71.91 0.67 22.90 4.53 100 74.10 0.65 20.37 4.88 100
29 Maluku 86.54 0.36 10.54 2.57 100 84.84 0.74 10.16 4.25 100 85.69 0.55 10.35 3.42 100
30 Maluku Utara 79.96 0.52 16.98 2.55 100 78.76 0.94 14.31 6.00 100 79.37 0.72 15.67 4.24 100
31 Papua * 73.05 0.24 4.85 21.85 100 63.75 0.33 4.52 31.40 100 68.59 0.28 4.69 26.43 100
Indonesia 72.01 0.78 22.11 5.09 100 66.71 1.28 20.95 11.07 100 69.35 1.03 21.53 8.09 100
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.8.a
Perkotaan
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 79.38 0.69 18.65 1.28 100 77.53 0.78 18.69 2.99 100 78.45 0.74 18.67 2.15 100
2 Sumatera Utara 85.71 0.19 13.58 0.52 100 83.02 0.35 14.62 2.01 100 84.35 0.27 14.11 1.28 100
3 Sumatera Barat 84.64 0.22 14.22 0.92 100 83.25 0.19 14.81 1.74 100 83.92 0.20 14.53 1.35 100
4 Riau 78.18 0.12 20.19 0.79 100 78.17 0.63 20.00 1.20 100 78.18 0.37 20.46 0.99 100
5 Jambi 81.69 0.42 17.06 0.83 100 77.81 1.09 17.70 3.40 100 79.74 0.76 17.38 2.12 100
6 Sumatera Selatan 81.29 0.35 17.35 1.01 100 80.82 0.62 16.07 2.50 100 81.05 0.49 16.69 1.78 100
7 Bengkulu 86.42 - 12.71 0.87 100 84.59 0.29 12.76 2.36 100 85.49 0.15 12.74 1.62 100
8 Lampung 86.81 0.13 11.49 1.57 100 83.16 0.39 11.93 4.52 100 84.89 0.26 11.71 3.05 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 70.57 0.14 27.37 1.92 100 62.26 0.60 25.96 4.19 100 69.93 0.36 26.68 3.03 100
10 Kepulauan Riau 79.76 0.11 18.53 1.60 100 76.96 0.33 18.99 3.73 100 78.38 0.22 18.75 2.65 100
11 DKI Jakarta 81.02 0.29 18.05 0.64 100 79.61 0.68 17.32 2.40 100 80.31 0.49 17.69 1.52 100
12 Jawa Barat 68.32 0.40 29.72 1.56 100 66.22 1.07 28.61 4.10 100 67.28 0.73 29.17 2.82 100
13 Jawa Tengah 73.86 0.30 21.50 4.34 100 67.66 0.69 20.04 11.61 100 70.69 0.50 20.75 8.06 100
14 DI Yogyakarta 68.27 0.16 27.93 3.64 100 64.12 0.38 23.78 11.73 100 66.16 0.27 25.82 7.75 100
15 Jawa Timur 73.51 0.63 22.42 3.44 100 67.11 1.28 21.65 9.97 100 70.25 0.96 22.02 6.77 100
16 Banten 79.67 0.12 19.10 1.11 100 75.69 0.66 20.33 3.32 100 77.69 0.39 19.71 2.21 100
17 Bali 66.29 0.27 29.73 3.70 100 64.64 0.37 22.24 12.75 100 65.46 0.32 25.96 8.25 100
18 Nusa Tenggara Barat 70.04 2.46 19.09 8.42 100 62.42 2.37 15.77 19.44 100 66.03 2.41 17.34 14.21 100
19 Nusa Tenggara Timur 94.29 0.13 3.38 2.20 100 91.67 0.16 3.55 4.62 100 92.99 0.15 3.47 3.40 100
20 Kalimantan Barat 79.72 1.16 14.82 4.30 100 73.84 1.66 14.40 10.11 100 76.78 1.41 14.61 7.20 100
21 Kalimantan Tengah 70.37 0.17 28.63 0.82 100 67.30 0.57 30.28 1.84 100 68.86 0.37 29.45 1.32 100
22 Kalimantan Selatan 70.58 0.41 27.96 1.05 100 68.25 1.50 27.26 2.99 100 69.41 0.96 27.61 2.02 100
23 Kalimantan Timur 70.05 0.64 27.69 1.61 100 67.12 1.46 28.17 3.25 100 68.63 1.04 27.93 2.41 100
24 Sulawesi Utara 93.86 0.31 5.15 0.68 100 94.46 0.17 4.43 0.94 100 94.17 0.24 4.78 0.81 100
25 Sulawesi Tengah 75.63 0.06 23.18 1.13 100 72.49 0.10 25.91 1.51 100 74.04 0.08 24.56 1.32 100
26 Sulawesi Selatan * 84.04 0.38 11.08 4.49 100 81.51 0.62 10.64 7.22 100 82.73 0.51 10.85 5.91 100
27 Sulawesi Tenggara 85.65 0.42 12.25 1.68 100 82.51 0.32 13.26 3.91 100 84.04 0.37 12.76 2.82 100
28 Gorontalo 63.89 0.07 32.63 3.41 100 60.54 0.36 36.42 2.68 100 62.11 0.22 34.64 3.02 100
29 Maluku 88.45 - 10.78 0.77 100 86.79 0.21 10.29 2.71 100 87.59 0.11 10.53 1.77 100
30 Maluku Utara 78.28 0.21 20.85 0.66 100 80.02 0.11 17.04 2.83 100 79.18 0.16 18.88 1.78 100
31 Papua * 90.76 0.19 8.51 0.54 100 89.64 0.44 8.37 1.54 100 90.23 0.31 8.44 1.02 100
Indonesia 75.40 0.40 21.86 2.34 100 71.81 0.86 20.74 6.40 100 73.59 0.63 21.40 4.39 100
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.8.b
Perdesaan
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 76.87 1.22 17.95 3.95 100 71.57 2.07 17.93 8.43 100 74.17 1.66 17.94 6.23 100
2 Sumatera Utara 83.28 0.33 13.29 3.10 100 78.86 0.46 14.23 6.45 100 81.07 0.40 13.76 4.78 100
3 Sumatera Barat 74.66 0.48 21.79 3.08 100 70.95 1.10 21.73 6.23 100 72.74 0.80 21.76 4.71 100
4 Riau 76.88 0.85 20.78 1.49 100 74.82 1.69 19.98 3,51 100 75.87 1.26 20.39 1.48 100
5 Jambi 68.14 1.15 27.31 3.40 100 64.38 2.56 24.45 8.62 100 66.28 1.85 25.89 5.98 100
6 Sumatera Selatan 84.43 0.55 11.98 3.04 100 80.49 1.26 11.34 6.91 100 82.49 0.90 11.66 4.94 100
7 Bengkulu 86.98 0.44 8.35 4.23 100 80.86 0.69 7.81 10.63 100 84.01 0.56 8.09 7.34 100
8 Lampung 72.54 0.64 22.24 4.59 100 68.22 1.43 20.37 9.98 100 70.45 1.02 21.33 7.20 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 68.00 0.78 28.04 3.17 100 63.16 1.49 28.73 6.62 100 65.65 1.13 28.38 4.84 100
10 Kepulauan Riau 72.78 0.58 22.06 4.58 100 66.41 1.78 20.28 11.53 100 69.71 1.16 21.20 7.93 100
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 59.69 1.11 35.02 4.18 100 54.24 2.10 33.89 9.84 100 57.00 1.56 34.36 6.98 100
13 Jawa Tengah 65.20 1.09 25.23 8.48 100 57.08 1.35 23.35 18.22 100 61.14 1.22 24.29 13.35 100
14 DI Yogyakarta 65.82 0.51 22.25 11.42 100 56.51 0.69 17.73 25.06 100 61.04 0.60 19.93 18.42 100
15 Jawa Timur 63.33 1.82 24.00 10.85 100 53.00 2.25 21.49 23.27 100 58.04 2.04 22.71 17.21 100
16 Banten 63.24 1.34 31.92 3.50 100 57.69 3.08 31.06 8.18 100 60.49 2.20 31.50 5.81 100
17 Bali 63.75 0.64 25.49 10.11 100 57.49 1.02 17.22 24.27 100 60.68 0.83 21.43 17.06 100
18 Nusa Tenggara Barat 67.35 1.96 15.79 14.90 100 57.91 1.69 14.29 26.11 100 62.37 1.82 15.00 20.81 100
19 Nusa Tenggara Timur 84.81 0.48 1.61 13.11 100 80.68 0.32 1.43 17.56 100 82.72 0.40 1.52 15.36 100
20 Kalimantan Barat 81.70 1.32 9.18 7.80 100 72.58 1.66 8.71 17.05 100 77.28 1.48 8.96 12.28 100
21 Kalimantan Tengah 82.89 0.54 15.14 1.43 100 80.54 0.56 15.19 3.71 100 81.76 0.55 15.16 2.53 100
22 Kalimantan Selatan 62.03 1.02 33.54 3.42 100 56.55 2.15 31.43 9.87 100 59.30 1.58 32.49 6.63 100
23 Kalimantan Timur 74.20 1.37 20.12 4.32 100 69.81 2.00 19.47 8.73 100 72.10 1.67 19.81 6.43 100
24 Sulawesi Utara 95.50 0.18 3.09 1.23 100 94.66 0.12 3.69 1.53 100 95.10 0.15 3.38 1.37 100
25 Sulawesi Tengah 78.60 0.56 16.05 4.80 100 74.33 0.97 16.26 8.44 100 76.53 0.76 16.15 6.56 100
26 Sulawesi Selatan * 70.72 1.56 13.45 14.27 100 65.23 2.03 13.06 19.67 100 67.87 1.81 13.25 17.08 100
27 Sulawesi Tenggara 79.61 0.70 12.89 6.81 100 70.96 1.01 14.15 13.88 100 75.25 0.85 13.53 10.37 100
28 Gorontalo 80.84 0.83 12.43 5.90 100 76.43 0.79 17.52 5.26 100 78.62 0.81 14.99 5.58 100
29 Maluku 85.79 0.50 10.44 3.27 100 84.02 0.97 10.11 4.91 100 84.91 0.73 10.28 4.09 100
30 Maluku Utara 80.52 0.62 15.67 3.19 100 78.27 1.26 13.25 7.22 100 79.43 0.93 14.50 5.14 100
31 Papua * 65.81 0.26 3.36 30.57 100 0.28 2.94 43.70 100 59.71 0.27 3.16 36.86 100
Indonesia 69.33 1.09 22.31 7.27 100 62.58 1.62 20.95 14.84 100 65.96 1.36 21.63 11.05 100
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.9
Perkotaan+Perdesaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 5.52 9.14 8.36 6.08 2.56 26.14 68.34 100.00
2 Sumatera Utara 2.89 9.70 7.98 5.64 1.42 24.74 72.38 100.00
3 Sumatera Barat 2.84 9.02 6.82 5.22 2.23 23.29 73.88 100.00
4 Riau 2.63 9.73 7.25 4.90 1.40 23.28 74.09 100.00
5 Jambi 5.31 8.33 6.63 3.87 1.12 19.95 74.74 100.00
6 Sumatera Selatan 4.16 9.26 7.01 4.53 1.34 22.14 73.70 100.00
7 Bengkulu 5.55 9.22 6.84 4.98 1.62 22.66 71.79 100.00
8 Lampung 5.60 9.34 6.70 3.60 0.85 20.49 73.91 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.61 7.57 6.55 4.02 1.10 19.24 76.14 100.00
10 Kepulauan Riau 4.18 6.22 5.03 3.86 1.26 16.37 79.45 100.00
11 DKI Jakarta 1.82 5.69 5.57 4.76 3.11 19.13 79.06 100.00
12 Jawa Barat 5.01 8.05 5.63 3.11 1.26 18.05 76.94 100.00
13 Jawa Tengah 10.03 7.61 6.18 3.49 1.08 18.36 71.62 100.00
14 DI Yogyakarta 11.07 5.90 5.20 3.81 6.40 21.31 67.62 100.00
15 Jawa Timur 12.40 6.74 5.10 3.18 1.13 16.15 71.46 100.00
16 Banten 4.12 8.89 6.27 4.06 1.55 20.77 75.11 100.00
17 Bali 12.40 6.01 4.75 3.45 1.49 15.70 71.90 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 18.65 9.34 7.27 3.97 1.25 21.83 59.52 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 11.10 11.91 5.44 2.97 0.90 21.22 67.69 100.00
20 Kalimantan Barat 11.66 10.09 6.10 3.36 0.84 20.39 67.96 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.42 9.63 7.58 3.88 1.03 22.12 75.46 100.00
22 Kalimantan Selatan 4.56 8.45 5.31 3.09 0.96 17.81 77.63 100.00
23 Kalimantan Timur 4.50 7.65 6.56 4.36 1.53 20.10 75.41 100.00
24 Sulawesi Utara 0.74 6.09 5.36 4.41 1.44 17.30 81.95 100.00
25 Sulawesi Tengah 5.05 8.10 6.26 3.48 1.50 19.34 75.60 100.00
26 Sulawesi Selatan * 13.20 8..79 5.77 3.74 1.83 20.13 66.66 100.00
27 Sulawesi Tenggara 8.43 9.82 7.79 4.84 1.92 24.37 67.21 100.00
28 Gorontalo 2.48 9.08 5.09 2.84 1.07 18.08 79.44 100.00
29 Maluku 3.78 9.94 8.49 5.92 1.49 25.84 70.38 100.00
30 Maluku Utara 3.62 10.38 7.15 5.42 1.12 24.07 72.31 100.00
31 Papua * 26.35 9.93 5.67 4.35 0.88 20.83 52.83 100.00
Indonesia 7.82 8.05 6.02 3.75 1.42 19.24 72.94 100
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.9.a
Perkotaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 2.07 7.25 7.83 6.87 5.36 27.31 70.62 100.00
2 Sumatera Utara 0.97 8.23 7.75 6.34 2.37 24.69 74.33 100.00
3 Sumatera Barat 0.81 7.52 6.75 6.75 5.77 26.79 72.40 100.00
4 Riau 1.15 8.05 6.99 5.72 2.58 23.34 75.51 100.00
5 Jambi 2.20 6.80 6.32 4.91 2.66 20.69 77.11 100.00
6 Sumatera Selatan 1.97 7.90 7.31 7.09 3.28 25.58 72.44 100.00
7 Bengkulu 1.40 8.66 6.86 7.48 3.73 26.73 71.88 100.00
8 Lampung 2.65 7.66 6.89 5.74 2.90 23.19 74.16 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.21 6.16 7.60 5.09 1.68 20.53 76.26 100.00
10 Kepulauan Riau 2.91 5.84 4.70 3.90 1.50 15.94 81.14 100.00
11 DKI Jakarta 1.82 5.69 5.57 4.76 3.11 19.13 79.06 100.00
12 Jawa Barat 3.01 7.39 6.14 4.19 2.04 19.76 77.23 100.00
13 Jawa Tengah 7.37 7.01 6.36 4.53 1.94 19.84 72.78 100.00
14 DI Yogyakarta 6.90 5.49 4.98 3.96 10.21 24.64 68.47 100.00
15 Jawa Timur 6.51 6.00 5.56 4.28 2.19 18.03 75.46 100.00
16 Banten 2.40 7.29 6.83 5.30 2.56 21.98 75.62 100.00
17 Bali 8.21 5.42 4.79 4.03 2.37 16.61 75.18 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 15.52 9.09 6.77 4.77 2.11 22.74 61.74 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 2.82 7.56 8.05 7.83 4.18 27.62 69.56 100.00
20 Kalimantan Barat 7.56 7.87 6.62 5.50 2.38 22.37 70.07 100.00
21 Kalimantan Tengah 1.33 7.34 7.42 5.81 2.95 23.52 75.15 100.00
22 Kalimantan Selatan 2.14 7.35 5.64 4.22 1.90 19.11 78.75 100.00
23 Kalimantan Timur 2.61 6.93 6.55 5.05 2.29 20.82 76.56 100.00
24 Sulawesi Utara 0.66 5.46 5.08 5.18 2.45 18.17 81.16 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.25 7.06 6.56 7.07 5.30 25.99 72.76 100.00
26 Sulawesi Selatan * 5.82 7.78 6.42 5.46 4.68 24.34 69.84 100.00
27 Sulawesi Tenggara 3.23 7.42 7.84 8.09 5.83 29.18 67.59 100.00
28 Gorontalo 1.67 7.80 6.14 3.99 2.32 20.25 78.09 100.00
29 Maluku 2.11 8.06 8.45 7.23 3.57 27.31 70.57 100.00
30 Maluku Utara 1.66 7.22 8.29 7.73 3.21 26.45 71.89 100.00
31 Papua * 1.25 6.41 7.33 7.43 1.97 23.14 75.62 100.00
Indonesia 4.31 6.93 6.22 4.84 2.63 20.62 75.07 100.00
Perdesaan
Tidak/Belum Masih Sekolah Jumlah Tidak
No Provinsi Pernah SLTP/ SMU/ yang Masih Bersekolah Jumlah
SD/MI D-I/Univ.
Sekolah MTs. SMK/MA Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 6.56 9.70 8.52 5.85 1.73 25.80 67.65 100.00
2 Sumatera Utara 4.45 10.89 8.17 5.06 0.64 24.76 70.79 100.00
3 Sumatera Barat 3.76 9.71 6.85 4.52 0.60 21.68 74.56 100.00
4 Riau 3.42 10.63 7.39 4.46 0.77 23.25 73.33 100.00
5 Jambi 6.57 8.96 6.76 3.45 0.50 19.67 73.77 100.00
6 Sumatera Selatan 5.34 9.99 6.85 3.15 0.30 20.29 74.37 100.00
7 Bengkulu 7.20 9.44 6.84 3.99 0.78 21.05 71.75 100.00
8 Lampung 6.44 9.82 6.65 2.99 0.26 19.72 73.84 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 5.70 8.67 5.73 3.20 0.64 18.24 76.06 100.00
10 Kepulauan Riau 8.88 7.63 6.26 3.70 0.36 17.95 73.17 100.00
11 DKI Jakarta - - - - - - - -
12 Jawa Barat 7.32 8.80 5.05 1.88 0.36 16.09 76.59 100.00
13 Jawa Tengah 11.96 8.04 6.04 2.73 0.45 17.26 70.77 100.00
14 DI Yogyakarta 17.10 6.50 5.51 3.59 0.90 16.50 66.40 100.00
15 Jawa Timur 16.71 7.28 4.76 2.37 0.36 14.77 68.52 100.00
16 Banten 6.26 10.91 5.57 2.50 0.30 19.28 74.47 100.00
17 Bali 16.85 6.64 4.69 2.84 0.57 14.74 68.41 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 20.61 9.50 7.58 3.47 0.71 21.26 58.13 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 12.80 12.81 4.91 1.97 0.22 19.91 67.30 100.00
20 Kalimantan Barat 13.20 10.92 5.90 2.55 0.26 19.63 67.17 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.87 10.58 7.64 3.08 0.24 21.54 75.58 100.00
22 Kalimantan Selatan 6.00 9.10 5.11 2.42 0.40 17.03 76.97 100.00
23 Kalimantan Timur 6.76 8.51 6.56 3.52 0.62 19.21 74.03 100.00
24 Sulawesi Utara 0.79 6.48 5.54 3.93 0.81 16.76 82.45 100.00
25 Sulawesi Tengah 6.07 8.37 5.54 2.53 0.49 17.57 76.37 100.00
26 Sulawesi Selatan * 16.39 9.23 6.18 3.00 0.60 18.32 65.29 100.00
27 Sulawesi Tenggara 9.87 10.49 5.49 3.93 0.82 23.02 67.11 100.00
28 Gorontalo 2.78 9.56 7.78 2.41 0.61 17.28 79.94 100.00
29 Maluku 4.46 10.72 8.50 5.38 0.64 25.24 70.30 100.00
30 Maluku Utara 4.33 11.52 6.73 4.59 0.37 23.21 72.46 100.00
31 Papua * 36.64 11.38 4.99 3.08 0.43 19.88 43.48 100.00
Indonesia 10.63 8.95 5.86 2.88 0.44 18.13 71.24 100
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.10
Perkotaan+Perdesaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/MI SMU/ MA SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 26.03 30.24 20.81 16.35 2.31 1.10 0.88 2.11 0.17 100.00
2 Sumatera Utara 22.58 28.20 21.67 18.09 5.26 0.73 1.13 2.26 0.08 100.00
3 Sumatera Barat 30.05 25.13 18.55 15.41 4.86 1.22 1.61 3.01 0.16 100.00
4 Riau 22.87 33.72 20.13 15.60 3.73 0.70 1.03 2.12 0.10 100.00
5 Jambi 28.15 32.08 18.88 13.10 3.52 1.20 0.94 2.07 0.07 100.00
6 Sumatera Selatan 27.63 34.66 18.28 13.52 2.93 0.66 0.69 1.58 0.06 100.00
7 Bengkulu 29.63 30.26 17.73 13.84 3.91 1.02 0.98 2.56 0.06 100.00
8 Lampung 32.91 32.76 18.44 9.20 3.64 0.80 0.63 1.51 0.11 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 30.25 33.86 16.49 11.07 5.12 0.93 0.82 1.44 0.03 100.00
10 Kepulauan Riau 18.70 23.94 16.16 28.24 7.21 1.28 1.64 2.73 0.10 100.00
11 DKI Jakarta 12.82 22.39 20.65 24.64 9,67 1.14 2.99 5.32 0.39 100.00
12 Jawa Barat 26.49 37.55 16.00 11.91 3.86 0.85 1.15 2.04 0.14 100.00
13 Jawa Tengah 31.81 35.43 16.61 8.73 4.06 0.74 0.82 1.72 0.07 100.00
14 DI Yogyakarta 25.25 24.23 16.91 18.23 7.17 1.22 2.04 4.52 0.42 100.00
15 Jawa Timur 33.04 31.97 16.57 10.41 4.39 0.60 1.56 2.38 0.09 100.00
16 Banten 25.13 32.16 17.22 15.20 4.74 0.74 1.50 2.97 0.33 100.00
17 Bali 30.05 27.91 13.65 18.46 3.60 1.87 0.89 3.36 0.21 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 43.32 26.95 13.77 11.29 1.72 0.82 0.40 1.65 0.09 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 42.85 33.38 10.94 7.99 2.32 0.57 0.52 1.36 0.07 100.00
20 Kalimantan Barat 41.00 28.49 15.55 9.95 2.70 0.68 0.56 1.01 0.06 100.00
21 Kalimantan Tengah 21.83 38.34 20.65 13.16 2.32 1.05 0.76 1.78 0.11 100.00
22 Kalimantan Selatan 31.42 33.14 15.64 12.36 3.18 1.06 0.70 2.38 0.12 100.00
23 Kalimantan Timur 23.00 28.29 19.25 18.01 5.79 1.02 1.24 3.18 0.21 100.00
24 Sulawesi Utara 21.34 28.08 21.20 20.14 4.83 1.04 0.70 2.45 0.21 100.00
25 Sulawesi Tengah 25.71 37.68 17.21 12.63 2.93 0.98 0.53 2.26 0.06 100.00
26 Sulawesi Selatan * 35.31 28.16 15.07 13.96 2.78 0.85 0.74 2.92 0.21 100.00
27 Sulawesi Tenggara 29.64 30.13 17.99 15.00 2.80 1.24 0.64 2.45 0.10 100.00
28 Gorontalo 39.01 33.55 11.79 9.32 2.96 0.97 0.35 1.90 0.17 100.00
29 Maluku 23.99 30.85 19.52 18.15 3.18 1.64 0.59 1.94 0.15 100.00
30 Maluku Utara 29.10 30.31 20.26 14.28 3.12 0.67 0.25 1.88 0.12 100.00
31 Papua * 44.45 21.14 14.45 12.91 3.77 0.49 0.75 1.93 0.12 100.00
Indonesia 29.28 32.34 17.06 12.82 4.25 0.82 0.98 2.32 0.13 100.00
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.10.a
Perkotaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/MI SMU/ SM SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 15.31 20.33 20.86 29.07 4.77 1.47 2.06 5.57 0.56 100.00
2 Sumatera Utara 15.37 23.68 21.86 24.59 7.19 0.99 2.01 4.13 0.16 100.00
3 Sumatera Barat 16.89 18.39 18.67 26.53 1.82 1.42 0.52 6.32 0.44 100.00
4 Riau 14.09 23.58 21.44 25.29 7.46 1.13 2.18 4.58 0.25 100.00
5 Jambi 17.06 24.76 20.45 22.23 6.60 1.73 2.21 4.77 0.19 100.00
6 Sumatera Selatan 17.95 24.70 20.17 24.61 5.63 1.21 1.65 3.91 0.17 100.00
7 Bengkulu 17.52 21.10 18.72 22.72 7.98 1.87 2.76 7.13 0.20 100.00
8 Lampung 21.14 24.56 19.70 18.19 7.20 1.59 2.27 4.90 0,46 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 19.96 29.46 19.39 17.08 8.39 1.41 1.55 2.69 0.07 100.00
10 Kepulauan Riau 14.41 19.53 16.56 34.05 8.56 1.38 2.01 3.37 0.13 100.00
11 DKI Jakarta 12.82 22.39 20.65 24.64 9.67 1.14 1.99 5.32 0.39 100.00
12 Jawa Barat 19.28 30.76 19.14 18.15 5.85 1.22 1.94 3.41 0.25 100.00
13 Jawa Tengah 24.87 29.86 19.31 14.10 6.09 0.95 1.55 3.13 0.14 100.00
14 DI Yogyakarta 19.25 19.45 16.67 24.49 8.25 1.45 3.04 6.68 0.70 100.00
15 Jawa Timur 22.74 27.09 19.22 16.96 7.30 0.87 1.02 4.61 0.20 100.00
16 Banten 16.42 23.67 19.76 23.55 7.41 1.05 2.60 4.97 0.58 100.00
17 Bali 22.04 24.19 14.70 25.07 4.33 2.48 1.41 5.40 0.37 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 38.33 23.65 15.59 14.90 2.58 1.08 0.61 3.05 0.30 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 18.68 24.26 18.70 23.44 6.38 1.06 1.82 5.32 0.37 100.00
20 Kalimantan Barat 27.88 22.49 18.46 19.58 5.59 1.29 1.39 3.12 0.30 100.00
21 Kalimantan Tengah 14.72 27.13 21.17 23.59 4.07 1.90 1.95 5.10 0.37 100.00
22 Kalimantan Selatan 22.14 25.27 17.13 21.67 5.52 1.51 1.39 5.06 0.30 100.00
23 Kalimantan Timur 15.64 22.69 20.41 24.27 8.31 1.27 1.98 5.05 0.37 100.00
24 Sulawesi Utara 15.62 21.31 20.70 29.64 5.92 1.31 1.08 4.04 0.39 100.00
25 Sulawesi Tengah 13.94 22.11 19.19 29.23 5.04 1.32 1.63 7.27 0.27 100.00
26 Sulawesi Selatan * 22.36 21.62 16.84 24.34 4.69 1.18 1.62 6.78 0.57 100.00
27 Sulawesi Tenggara 17.12 19.01 19.02 29.32 5.80 1.91 1.56 5.89 0.37 100.00
28 Gorontalo 26.02 26.37 15.93 17.81 6.09 1.22 0.73 5.31 0.51 100.00
29 Maluku 14.01 21.39 21.18 28.49 6.46 2.45 1.36 4.21 0.46 100.00
30 Maluku Utara 14.80 23.02 20.59 26.35 7.40 1.18 0.42 5.77 0.47 100.00
31 Papua * 12.02 19.32 22.28 29.26 8.97 0.79 1.81 5.25 0.39 100.00
Indonesia 19.88 26.23 19.33 20.13 6.76 1.15 1.85 4.31 0.28 100.00
Perdesaan
Tidak Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
No Provinsi Mempunyai SLTP/ Ak/ S1/ Jumlah
SD/ MI SMU/ SM SMK D-I/D-II S2-S3
Ijazah MTs. D-III D-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 29.25 33.21 20.80 12.53 1.57 0.99 0.53 1.07 0.05 100.00
2 Sumatera Utara 28.47 31.89 21.52 12.78 3.68 0.51 0.41 0.73 0.01 100.00
3 Sumatera Barat 36.07 28.20 18.49 10.33 3.51 1.12 0.74 1.50 0.03 100.00
4 Riau 27.55 39.13 19.43 10.43 1.73 0.48 0.42 0.81 0.02 100.00
5 Jambi 32.67 35.07 18.23 9.37 2.26 0.98 0.43 0.96 0.02 100.00
6 Sumatera Selatan 32.84 40.00 17.26 7.55 1.48 0.36 0.18 0.32 0.00 100.00
7 Bengkulu 34.41 33.87 17.34 10.34 2.31 0.69 0.28 0.76 0.00 100.00
8 Lampung 36.28 35.11 18.08 6.62 2.63 0.57 0.16 0.54 0.01 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 38.24 37.28 14.24 6.39 2.58 0.56 0.24 0.47 0.00 100.00
10 Kepulauan Riau 34.64 40.30 14.66 6.69 2.19 0.89 0.25 0.39 0.00 100.00
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 34.76 45.35 12.40 4.74 1.58 0.44 0.25 0.47 0.02 100.00
13 Jawa Tengah 36.85 39.47 14.64 4.84 2.59 0.59 0.29 0.70 0.01 100.00
14 DI Yogyakarta 33.92 31.14 17.26 9.16 5.61 0.90 0.60 1.38 0.03 100.00
15 Jawa Timur 40.59 35.55 14.62 5.60 2.25 0.39 0.22 0.74 0.02 100.00
16 Banten 36.04 42.79 14.05 4.74 1.40 0.36 0.12 0.47 0.02 100.00
17 Bali 38.56 31.87 12.54 11.43 2.83 1.22 0.34 1.19 0.03 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 46.44 29.01 12.63 9.03 1.18 0.65 0.26 0.77 0.02 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 47.82 35.26 9.35 4.81 1.48 0.47 0.25 0.54 0.01 100.00
20 Kalimantan Barat 45.91 30.74 14.46 6.34 1.62 0.45 0.25 0.23 0.01 100.00
21 Kalimantan Tengah 24.78 42.99 20.43 8.84 1.60 0.69 0.26 0.41 0.00 100.00
22 Kalimantan Selatan 36.89 37.78 14.75 6.88 1.80 0.80 0.29 0.80 0.01 100.00
23 Kalimantan Timur 31.83 35.00 17.87 10.51 2.77 0.73 0.35 0.94 0.00 100.00
24 Sulawesi Utara 24.92 32.33 21.51 14.19 4.15 0.88 0.46 1.46 0.11 100.00
25 Sulawesi Tengah 28.85 41.83 16.69 8.20 2.37 0.89 0.24 0.92 0.01 100.00
26 Sulawesi Selatan 40.91 30.98 14.30 9.47 1.96 0.71 0.36 1.26 0.05 100.00
27 Sulawesi Tenggara 33.14 33.23 17.70 11.01 1.97 1.05 0.39 1.49 0.03 100.00
28 Gorontalo 43.90 36.25 10.23 6.12 1.78 0.87 0.20 0.61 0.04 100.00
29 Maluku 28.08 34.72 19.84 13.91 1.84 1.31 0.27 1.01 0.02 100.00
30 Maluku Utara 34.27 32.95 20.14 9.92 1.57 0.48 0.19 0.48 0.00 100.00
31 Papua 57.75 21.92 11.24 6.20 1.64 0.37 0.31 0.57 0.01 100.00
Indonesia 36.82 37.16 15.24 6.96 2.24 0.57 0.29 0.72 0.02 100.00
2
Luas lantai (m )
No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
<= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah <= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah <= 19 20-49 50-99 100-149 150+ Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 4.07 37.99 38.46 11.57 7.92 100.00 5.19 59.95 29.27 3.86 1.74 100.00 4.94 55.16 31.27 5.54 3.08 100.00
2 Sumatera Utara 2.70 33.31 44.68 11.26 8.05 100.00 2.30 50.60 40.89 4.46 1.75 100.00 2.48 43.06 42.54 7.43 4.50 100.00
3 Sumatera Barat 8.21 23.89 40.54 18.75 8.61 100.00 3.10 39.97 46.22 7.92 2.80 100.00 4.62 35.20 44.53 11.13 4.52 100.00
4 Riau 1.12 38.66 42.81 10.21 7.21 100.00 2.52 48.07 43.17 4.54 1.71 100.00 2.04 44.84 43.04 6.49 3.60 100.00
5 Jambi 2.25 31.97 41.65 18.69 5.44 100.00 1.87 42.49 48.82 4.81 2.01 100.00 1.97 39.63 46.87 8.58 2.95 100.00
6 Sumatera Selatan 5.26 45.44 33.88 9.18 6.24 100.00 2.62 48.67 45.02 2.52 1.17 100.00 3.48 47.62 41.41 4.68 2.81 100.00
7 Bengkulu 7.33 39.64 35.60 10.45 6.97 100.00 3.03 51.34 38.16 3.20 4.26 100.00 4.22 48.11 37.46 5.20 5.01 100.00
8 Lampung 4.59 25.71 48.56 10.28 10.87 100.00 1.59 29.90 61.07 5.55 1.89 100.00 2.25 28.98 58.34 6.58 3.85 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.15 38.94 43.55 9.13 5.22 100.00 1.49 45.13 44.21 7.40 1.76 100.00 2.20 42.48 43.93 8.14 3.25 100.00
10 Kepulauan Riau 9.79 33.57 44.79 7.25 4.60 100.00 2.07 49.57 38.01 7.79 2.56 100.00 8.19 36.88 43.38 7.36 4.18 100.00
11 DKI Jakarta 19.24 34.73 25.65 10.53 9.85 100.00 - - - - - 100.00 19.24 34.73 25.65 10.53 9.85 100.00
12 Jawa Barat 5.73 36.14 42.55 10.07 5.52 100.00 1.92 50.52 41.62 4.56 1.37 100.00 3.81 43.39 42.08 7.29 3.42 100.00
13 Jawa Tengah 2.90 15.95 54.29 16.68 10.17 100.00 0.37 13.91 58.16 17.85 9.71 100.00 1.40 14.74 56.58 17.37 9.90 100.00
14 DI Yogyakarta 22.35 13.98 36.93 15.05 11.70 100.00 0.09 10.17 50.28 25.00 14.47 100.00 13.89 12.53 42.00 18.83 12.75 100.00
15 Jawa Timur 6.01 24.71 49.35 11.81 8.13 100.00 0.51 27.29 54.63 11.18 6.40 100.00 2.78 26.22 52.44 11.44 7.12 100.00
16 Banten 10.44 18.81 45.26 16.47 9.01 100.00 1.53 41.19 50.73 5.21 1.33 100.00 6.41 28.93 47.74 11.38 5.54 100.00
17 Bali 15.46 32.65 32.93 10.42 8.54 100.00 6.73 50.46 33.92 6.29 2.60 100.00 11.28 41.17 33.40 8.45 5.70 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 15.61 51.36 24.41 5.65 2.97 100.00 10.71 67.19 19.73 1.26 1.11 100.00 12.48 61.49 21.42 2.84 1.78 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 9.40 50.49 30.45 7.12 2.59 100.00 5.79 69.75 22.03 1.89 0.55 100.00 6.36 66.72 23.35 2.71 0.87 100.00
20 Kalimantan Barat 2.88 31.71 51.14 7.96 6.31 100.00 1.95 53.70 40.15 3.40 0.80 100.00 2.19 48.12 42.94 4.55 2.20 100.00
21 Kalimantan Tengah 6.50 39.45 39.13 8.98 5.95 100.00 1.50 50.00 45.52 2.41 0.58 100.00 2.95 46.94 43.66 4.32 2.14 100.00
22 Kalimantan Selatan 7.94 42.51 33.97 9.47 6.11 100.00 4.28 44.68 43.44 5.96 1.64 100.00 5.58 43.91 40.07 7.21 3.23 100.00
23 Kalimantan Timur 5.43 38.95 35.76 11.22 8.65 100.00 1.63 44.94 46.26 5.32 1.84 100.00 3.62 41.80 40.76 8.41 5.41 100.00
24 Sulawesi Utara 3.40 43.44 35.71 9.91 7.53 100.00 2.58 61.09 30.08 4.51 1.74 100.00 2.91 53.97 32.35 6.69 4.07 100.00
25 Sulawesi Tengah 4.89 32.79 37.27 15.09 9.96 100.00 2.43 53.06 36.62 5.75 2.14 100.00 2.92 49.03 36.75 7.60 3.69 100.00
26 Sulawesi Selatan * 7.89 27.91 41.25 12.88 10.07 100.00 1.58 33.78 53.25 8.66 2.73 100.00 3.42 32.06 49.74 9.89 4.88 100.00
27 Sulawesi Tenggara 8.43 34.17 37.64 13.09 6.68 100.00 1.88 41.80 45.51 8.09 2.71 100.00 3.33 40.12 43.78 9.19 3.58 100.00
28 Gorontalo 6.34 51.75 29.15 7.26 5.50 100.00 7.06 66.36 21.60 2.86 2.12 100.00 6.86 62.32 23.69 4.08 3.05 100.00
29 Maluku 5.78 44.04 34.78 5.26 10.14 100.00 1.57 55.62 38.63 2.91 1.26 100.00 2.84 52.15 37.48 3.62 3.92 100.00
30 Maluku Utara 4.73 19.12 57.90 14.43 3.82 100.00 0.21 27.23 66.44 4.87 1.26 100.00 1.48 24.94 64.03 7.56 1.98 100.00
31 Papua * 13.67 53.24 24.31 4.89 3.89 100.00 33.01 55.24 9.95 1.35 0.44 100.00 27.55 54.68 14.00 2.35 1.42 100.00
Indonesia 7.62 29.96 42.64 11.92 7.86 100.00 2.25 38.65 47.05 8.16 3.89 100.00 4.58 34.88 45.14 9.79 5.61 100.00
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Air Minum Terlindung Terlindung Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 3.11 11.54 3.23 3.02 42.32 2.27 65.49 25.49 2.95 4.81 1.25 34.50
2 Sumatera Utara 1.92 23.48 9.80 6.65 33.21 2.13 77.19 12.19 5.86 3.80 0.95 22.80
3 Sumatera Barat 1.44 21.15 3.79 10.41 37.25 1.71 75.75 12.59 7.57 3.76 0.33 24.25
4 Riau 4.30 3.79 3.28 1.78 33.43 30.07 76.65 19.19 0.96 2.66 0.54 23.35
5 Jambi 1.42 16.40 1.84 1.77 35.29 13.22 69.94 18.89 1.72 9.30 0.15 30.06
6 Sumatera Selatan 2.36 17.29 1.30 1.91 42.50 5.57 70.93 15.12 1.01 12.64 0.30 29.07
7 Bengkulu 1.58 14.23 1.64 3.93 35.21 0.33 56.92 36.47 4.20 2.27 0.14 43.08
8 Lampung 1.76 5.69 3.04 2.98 54.59 1.92 69.98 24.71 3.09 1.73 0.50 30.03
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.43 3.74 7.36 0.85 55.56 0.71 71.65 25.03 1.13 2.05 0.14 28.35
10 Kepulauan Riau 4.72 39.36 0.83 3.77 32.95 1.99 83.62 10.81 1.92 0.48 3.18 16.39
11 DKI Jakarta 17.97 46.90 28.15 0.13 5.13 0.17 98.45 0.49 0.02 0.00 1.04 1.55
12 Jawa Barat 3.84 12.91 22.95 8.75 36.79 0.20 85.44 8.46 5.04 0.76 0.29 14.55
13 Jawa Tengah 1.97 14.86 11.29 12.20 46.20 0.70 87.22 7.66 4.05 0.79 0.28 12.78
14 DI Yogyakarta 7.42 8.82 10.46 3.28 56.23 4.41 90.62 7.12 2.09 0.13 0.02 9.36
15 Jawa Timur 4.80 16.82 16.15 11.30 39.86 0.43 89.36 6.34 3.37 0.36 0.58 10.65
16 Banten 7.79 13.78 31.36 5.22 27.18 1.09 86.42 8.62 2.42 2.40 0.14 13.58
17 Bali 11.12 40.19 3.93 13.15 19.91 4.03 92.33 2.16 3.17 2.11 0.22 7.66
18 Nusa Tenggara Barat 2.41 14.68 7.22 14.93 43.28 - 82.52 14.30 1.62 0.77 0.79 17.48
19 Nusa Tenggara Timur 0.77 19.53 0.45 21.57 18.28 2.91 63.51 8.59 20.36 6.83 0.72 36.50
20 Kalimantan Barat 2.66 8.94 0.90 2.74 7.21 39.08 61.53 8.06 3.22 27.06 0.12 38.46
21 Kalimantan Tengah 0.98 17.63 9.43 2.68 18.31 4.83 53.86 7.28 0.53 37.94 0.40 46.15
22 Kalimantan Selatan 2.23 33.62 9.83 1.35 16.20 1.69 64.92 14.43 0.89 19.56 0.19 35.07
23 Kalimantan Timur 5.26 43.11 3.44 2.07 13.13 8.84 75.85 8.25 1.25 13.59 1.07 24.16
24 Sulawesi Utara 1.20 23.59 4.21 14.42 39.94 0.72 84.08 12.10 3.21 0.17 0.44 15.92
25 Sulawesi Tengah 1.47 22.40 13.10 14.61 23.76 1.04 76.38 12.08 3.45 7.74 0.36 23.63
26 Sulawesi Selatan * 1.55 24.19 8.70 9.03 33.82 0.77 78.06 13.90 5.25 2.49 0.30 21.94
27 Sulawesi Tenggara 0.81 27.79 1.88 11.24 32.32 2.55 76.59 17.91 2.33 2.94 0.22 23.40
28 Gorontalo 0.82 15.94 1.43 2.59 53.38 - 74.16 17.96 2.03 5.26 0.59 25.84
29 Maluku 0.59 25.77 1.75 18.33 36.55 1.04 84.03 9.87 3.90 1.93 0.28 15.98
30 Maluku Utara 0.94 22.02 1.00 3.83 40.79 5.65 74.23 20.30 2.24 3.23 - 25.77
31 Papua * 4.58 16.77 2.62 10.87 8.69 14.41 57.94 8.67 19.81 12.99 0.60 42.07
Indonesia 4.06 17.99 13.73 8.56 35.63 2.70 82.67 9.75 3.96 3.21 0.45 17.37
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perkotaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Terlindung Terlindung
Air Minum Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 10.32 32.78 7.10 1.13 37.31 2.00 90.64 6.66 0.75 0.53 1.43 9.37
2 Sumatera Utara 3.35 43.40 10.42 2.33 33.38 0.06 92.94 5.12 0.96 0.52 0.46 7.06
3 Sumatera Barat 3.45 41.52 7.34 4.82 35.66 0.71 93.50 4.98 1.15 0.16 0.19 6.48
4 Riau 8.95 6.80 8.49 2.63 38.49 22.83 88.19 10.36 0.56 0.40 0.50 11.82
5 Jambi 3.46 33.10 2.50 0.90 32.19 15.00 87.15 11.20 0.47 1.18 - 12.85
6 Sumatera Selatan 4.49 46.52 1.44 0.22 35.43 0.66 88.76 6.03 0.08 4.84 0.29 11.24
7 Bengkulu 2.66 29.27 3.81 0.15 50.07 0.20 86.16 13.50 0.35 - - 13.85
8 Lampung 5.31 19.87 9.26 2.13 50.98 0.04 87.59 11.01 1.07 0.06 0.27 12.41
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.62 7.00 12.33 0.16 55.35 1.45 82.91 16.43 0.04 0.31 0.34 17.12
10 Kepulauan Riau 5.41 47.57 0.89 1.92 31.17 1.80 88.76 6.28 0.96 0.30 3.70 11.24
11 DKI Jakarta 17.97 46.90 28.15 0.13 5.13 0.17 98.45 0.49 0.02 0.00 1.04 1.55
12 Jawa Barat 6.26 18.97 29.12 4.60 34.22 0.03 93.20 5.58 0.77 0.21 0.23 6.79
13 Jawa Tengah 3.42 26.64 14.03 3.15 46.84 0.03 94.11 4.88 0.54 0.09 0.38 5.89
14 DI Yogyakarta 11.37 7.70 14.16 0.12 59.69 - 93.04 6.72 0.17 0.03 0.04 6.96
15 Jawa Timur 9.13 31.17 19.06 3.28 32.85 0.29 95.78 2.87 0.77 0.26 0.32 4.22
16 Banten 12.99 21.83 42.49 1.82 17.71 0.09 96.93 2.06 0.06 0.72 0.23 3.07
17 Bali 19.96 44.62 5.67 4.47 21.40 0.06 96.18 1.62 1.16 0.92 0.13 3.83
18 Nusa Tenggara Barat 3.85 25.87 7.86 8.64 39.90 - 86.12 9.37 2.68 0.03 1.79 13.87
19 Nusa Tenggara Timur 2.32 57.40 0.57 1.33 26.10 0.07 87.79 5.76 2.79 1.71 1.95 12.21
20 Kalimantan Barat 7.65 19.25 0.31 1.12 8.78 56.51 93.62 3.33 0.44 2.57 0.03 6.37
21 Kalimantan Tengah 2.42 42.84 22.18 4.10 16.17 0.58 88.29 2.73 - 7.70 1.27 11.70
22 Kalimantan Selatan 4.16 66.89 2.11 1.33 15.67 0.07 90.23 4.92 0.11 4.53 0.14 9.70
23 Kalimantan Timur 8.90 67.81 3.39 1.01 5.52 4.90 91.53 2.19 0.44 4.81 1.04 8.48
24 Sulawesi Utara 1.85 33.11 8.62 3.19 41.82 - 88.59 8.52 1.83 0.16 0.91 11.42
25 Sulawesi Tengah 3.84 45.93 30.32 7.31 7.31 - 94.71 1.21 2.23 0.96 0.89 5.29
26 Sulawesi Selatan * 3.55 60.28 7.87 1.33 21.09 0.01 94.13 4.26 0.33 1.24 0.05 5.88
27 Sulawesi Tenggara 2.21 60.85 2.84 2.49 24.92 - 93.31 3.45 0.69 2.49 0.08 6.71
28 Gorontalo 1.27 35.13 3.33 0.24 45.09 - 85.06 11.04 - 3.80 0.10 14.94
29 Maluku 0.89 49.71 2.70 13.72 24.25 - 91.27 6.50 0.75 0.63 0.84 8.72
30 Maluku Utara 2.04 60.97 1.81 - 21.09 8.70 94.61 4.75 0.60 0.04 - 5.39
31 Papua * 13.60 45.12 5.06 5.83 12.69 14.36 96.66 1.72 0.55 0.05 1.03 3.35
Indonesia 7.78 31.2 19.19 2.96 31.28 1.38 93.79 4.50 0.64 0.61 0.45 6.20
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.12.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung Sumber Air Minum Tak Terlindung
Jumlah Jumlah
No Provinsi Mata Air Sumur Sumber Sumur Tak Mata Air Tak Sumber
Air Kemasan Ledeng Pompa Air Hujan Air Sungai Lainnya
Terlindung Terlindung Air Minum Terlindung Terlindung Air Minum
Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 1.10 5.63 2.15 3.55 43.72 2.34 58.49 30.74 3.57 6.00 1.20 41.51
2 Sumatera Utara 0.82 8.06 9.32 10.00 33.09 3.73 65.02 17.66 9.65 6.35 1.33 34.99
3 Sumatera Barat 0.58 12.55 2.29 12.77 37.92 2.14 68.25 15.80 10.28 5.28 0.39 31.75
4 Riau 1.87 2.22 0.56 1.34 30.79 33.84 70.62 23.80 1.16 3.84 0.57 29.37
5 Jambi 0.66 10.16 1.59 2.09 36.45 12.56 63.51 21.75 2.19 12.34 0.21 36.49
6 Sumatera Selatan 1.34 3.29 1.23 2.72 45.88 7.92 62.38 19.48 1.46 16.38 0.30 37.62
7 Bengkulu 1.17 8.50 0.81 5.37 29.55 0.38 45.78 45.23 5.67 3.13 0.20 54.23
8 Lampung 0.76 1.72 1.30 3.22 55.60 2.45 65.05 28.54 3.65 2.19 0.56 34.94
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.04 1.29 3.63 1.37 55.72 0.15 63.20 31.48 1.96 3.35 - 36.79
10 Kepulauan Riau 2.09 7.96 0.58 10.85 39.74 2.71 63.93 28.14 5.60 1.17 1.16 36.07
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 1.47 6.95 16.87 12.84 39.33 0.36 77.82 11.29 9.23 1.31 0.35 22.18
13 Jawa Tengah 0.98 6.75 9.40 18.42 45.76 1.16 82.47 9.58 6.47 1.27 0.22 17.54
14 DI Yogyakarta 0.98 10.66 4.42 8.45 50.60 11.60 86.71 7.78 5.21 0.31 - 13.30
15 Jawa Timur 1.74 6.70 14.10 16.96 44.81 0.52 84.83 8.79 5.20 0.42 0.77 15.18
16 Banten 1.50 4.03 17.89 9.33 38.64 2.30 73.69 16.57 5.28 4.44 0.04 26.33
17 Bali 1.48 35.36 2.04 22.62 18.28 8.37 88.15 2.75 5.38 3.41 0.32 11.86
18 Nusa Tenggara Barat 1.60 8.38 6.86 18.47 45.18 - 80.49 17.08 1.02 1.18 0.23 19.51
19 Nusa Tenggara Timur 0.48 12.50 0.43 25.33 16.82 3.43 58.99 9.11 23.62 7.79 0.49 41.01
20 Kalimantan Barat 0.96 5.43 1.10 3.30 6.68 33.15 50.62 9.67 4.16 35.38 0.15 49.36
21 Kalimantan Tengah 0.40 7.32 4.21 2.11 19.18 6.57 39.79 9.13 0.74 50.30 0.04 60.21
22 Kalimantan Selatan 1.17 15.27 14.05 1.36 16.50 2.58 50.93 19.68 1.32 27.86 0.21 49.07
23 Kalimantan Timur 1.24 15.94 3.49 3.23 21.50 13.19 58.59 14.92 2.14 23.25 1.09 41.40
24 Sulawesi Utara 0.76 17.16 1.23 22.01 38.68 1.21 81.05 14.51 4.14 0.18 0.12 18.95
25 Sulawesi Tengah 0.88 16.56 8.82 16.42 27.84 1.30 71.82 14.78 3.75 9.42 0.22 28.17
26 Sulawesi Selatan * 0.73 9.32 9.04 12.20 39.07 1.08 71.44 17.87 7.28 3.01 0.40 28.56
27 Sulawesi Tenggara 0.42 18.46 1.60 13.71 34.42 3.27 71.88 22.00 2.79 3.07 0.26 28.12
28 Gorontalo 0.64 8.59 0.70 3.49 56.55 - 69.97 20.61 2.81 5.83 0.78 30.03
29 Maluku 0.46 15.50 1.34 20.30 41.83 1.48 80.91 11.31 5.25 2.48 0.04 19.08
30 Maluku Utara 0.51 6.71 0.68 5.34 48.53 4.45 66.22 26.40 2.89 4.48 - 33.77
31 Papua * 1.03 5.63 1.66 12.86 7.11 14.43 42.72 11.40 27.37 18.07 0.44 57.28
Indonesia 1.21 7.89 9.55 12.77 38.96 3.70 74.08 13.77 6.50 5.21 0.44 25.92
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR
MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI
TAHUN 2005
Indonesia 40.57 42.92 16.52 100 25.31 47.96 26.73 100 30.72 46.17 23.11 100
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.14
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 68.00 14.24 8.77 8.98 100 39.85 13.23 17.19 29.73 100 45.98 13.45 15.36 25.21 100
2 Sumatera Utara 84.77 10.27 2.44 2.53 100 63.24 9.35 10.11 17.30 100 72.64 9.75 6.76 10.85 100
3 Sumatera Barat 74.67 15.45 4.21 5.67 100 38.49 16.91 17.00 27.60 100 49.22 16.47 13.21 21.10 100
4 Riau 84.51 10.96 2.28 2.25 100 76.88 8.47 3.49 11.16 100 79.50 9.33 3.08 8.10 100
5 Jambi 81.89 11.49 2.47 4.15 100 53.80 12.23 7.35 26.61 100 61.44 12.03 6.02 20.50 100
6 Sumatera Selatan 80.74 10.03 5.76 3.47 100 56.06 10.99 7.68 25.28 100 64.05 10.68 7.06 18.21 100
7 Bengkulu 80.98 14.35 1.77 2.90 100 50.94 8.61 5.99 34.46 100 59.24 10.19 4.82 25.75 100
8 Lampung 78.83 12.02 3.29 5.87 100 74.55 10.34 2.74 12.37 100 75.48 10.71 2.86 10.95 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 73.88 12.12 2.94 11.06 100 47.68 5.82 4.18 42.32 100 58.91 8.52 3.65 28.92 100
10 Kepulauan Riau 81.11 16.02 1.82 1.04 100 69.53 7.49 4.36 18.62 100 78.71 14.26 2.35 4.69 100
11 DKI Jakarta 73.28 19.94 6.04 0.74 100 - - - - - 73.28 19.94 6.04 0.74 100
12 Jawa Barat 72.30 15.84 6.52 5.34 100 48.49 15.93 15.56 20.02 100 60.30 15.88 11.08 12.74 100
13 Jawa Tengah 67.04 13.90 4.32 14.74 100 54.70 11.28 5.89 28.12 100 59.73 12.35 5.25 22.67 100
14 DI Yogyakarta 59.10 30.64 3.31 6.95 100 80.60 12.01 0.86 6.53 100 67.27 23.56 2.38 6.79 100
15 Jawa Timur 66.50 15.65 3.51 14.34 100 49.22 12.78 3.22 34.79 100 56.36 13.97 3.34 26.33 100
16 Banten 74.78 15.79 2.95 6.48 100 34.29 8.63 9.59 47.49 100 56.46 12.55 5.95 25.03 100
17 Bali 64.43 28.00 1.20 6.37 100 49.57 15.45 0.89 34.10 100 57.32 22.00 1.05 19.63 100
18 Nusa Tenggara Barat 45.58 14.73 4.58 35.11 100 28.33 10.46 6.08 55.13 100 34.54 11.99 5.54 47.92 100
19 Nusa Tenggara Timur 73.20 21.39 2.16 3.25 100 61.11 8.01 2.74 28.14 100 63.00 10.10 2.65 24.24 100
20 Kalimantan Barat 87.25 7.18 1.52 4.05 100 46.27 6.96 4.09 42.68 100 56.67 7.02 3.44 32.88 100
21 Kalimantan Tengah 74.65 12.18 5.07 8.09 100 43.50 12.73 6.23 37.54 100 52.54 12.57 5.90 28.99 100
22 Kalimantan Selatan 73.11 15.31 7.78 3.81 100 49.81 12.95 8.63 28.60 100 58.09 13.79 8.33 19.79 100
23 Kalimantan Timur 81.40 10.40 3.69 4.51 100 67.84 8.46 7.80 15.91 100 74.94 9.48 5.64 9.94 100
24 Sulawesi Utara 75.67 19.32 1.25 3.75 100 61.95 13.92 3.63 20.50 100 67.49 16.10 2.67 13.74 100
25 Sulawesi Tengah 70.26 12.12 6.61 11.01 100 42.45 6.37 6.60 44.58 100 47.98 7.51 6.60 37.91 100
26 Sulawesi Selatan * 68.93 19.30 3.72 8.04 100 49.39 7.70 2.07 40.84 100 55.10 11.09 2.55 31.26 100
27 Sulawesi Tenggara 74.33 15.78 4.34 5.55 100 54.05 7.57 2.76 35.62 100 58.52 9.38 3.11 28.99 100
28 Gorontalo 49.85 21.24 11.77 17.14 100 21.27 12.36 9.25 57.12 100 29.18 14.82 9.95 46.05 100
29 Maluku 64.26 14.60 12.30 8.84 100 40.03 11.49 19.64 28.84 100 47.30 12.42 17.44 22.84 100
30 Maluku Utara 74.41 13.75 10.18 1.65 100 32.50 11.38 23.74 32.38 100 44.32 12.05 19.91 23.71 100
31 Papua * 73.89 19.84 5.44 0.83 100 32.61 14.94 5.59 46.86 100 44.26 16.32 5.55 33.88 100
Indonesia 71.41 15.86 4.57 8.16 100 51.78 11.88 7.41 28.93 100 60.28 13.60 6.18 19.93 100
** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.15
Keluhan Kesehatan
% Penduduk yang
No Provinsi Asma/ Napas Diare/ Buang- Sakit Kepala Mempunyai Keluhan
Panas Batuk Pilek Sakit Gigi Keluhan Lainnya
Sesak buang Air Berulang Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 51.93 54.08 51.19 7.80 12.28 25.06 13.18 23.26 43.72
2 Sumatera Utara 39.58 44.91 40.97 4.38 7.05 15.79 5.93 22.38 19.78
3 Sumatera Barat 36.82 42.55 42.75 6.84 7.28 21.50 8.99 27.52 28.40
4 Riau 39.30 51.02 50.85 6.41 7.86 21.68 12.70 15.70 25.05
5 Jambi 35.67 49.50 46.66 6.17 7.78 21.02 12.81 25.69 25.50
6 Sumatera Selatan 27.71 41.40 45.99 5.93 5.27 19.38 9.19 27.93 24.21
7 Bengkulu 36.20 48.49 50.80 5.15 6.23 21.55 9.55 24.49 30.32
8 Lampung 27.25 44.94 46.56 3.89 4.08 21.16 6.43 27.46 30.93
9 Kepulauan Bangka Belitung 31.98 44.62 45.99 8.92 5.97 21.87 8.87 26.32 31.21
10 Kepulauan Riau 37.45 54.62 48.94 5.79 8.29 16.82 8.10 16.13 25.21
11 DKI Jakarta 31.87 53.25 51.36 3.54 7.60 19.90 5.37 18.93 25.29
12 Jawa Barat 31.17 41.92 42.70 6.23 5.60 14.59 5.88 31.64 24.36
13 Jawa Tengah 28.36 47.70 48.99 4.38 4.89 18.55 5.48 31.65 27.06
14 DI Yogyakarta 23.68 45.58 43.90 5.17 3.25 18.77 5.75 29.03 32.73
15 Jawa Timur 31.75 47.97 45.31 5.45 5.32 18.13 6.93 28.14 29.11
16 Banten 27.94 42.47 44.89 5.28 5.35 14.41 3.81 24.06 19.45
17 Bali 44.49 45.45 44.58 6.67 5.31 21.10 7.77 27.88 33.01
18 Nusa Tenggara Barat 45.51 46.44 47.79 6.69 7.33 23.73 7.76 29.15 32.47
19 Nusa Tenggara Timur 50.54 62.41 57.83 7.51 9.00 25.01 8.73 24.84 34.91
20 Kalimantan Barat 34.48 45.28 43.51 7.77 7.44 22.88 8.38 26.29 27.29
21 Kalimantan Tengah 38.25 48.19 48.99 6.35 7.65 22.11 11.12 16.69 23.41
22 Kalimantan Selatan 36.67 42.55 39.33 5.65 6.51 22.67 8.31 26.93 31.82
23 Kalimantan Timur 35.31 44.40 45.92 5.70 6.58 19.38 8.98 24.01 29.10
24 Sulawesi Utara 40.65 52.50 48.62 3.79 5.10 18.67 8.58 24.88 29.46
25 Sulawesi Tengah 45.13 48.39 41.70 6.64 7.70 24.67 11.99 24.50 32.16
26 Sulawesi Selatan * 35.93 36.65 34.17 6.63 5.72 19.43 7.15 25.95 24.65
27 Sulawesi Tenggara 35.81 36.25 31.81 5.61 4.17 18.20 8.85 27.45 25.97
28 Gorontalo 66.61 50.43 36.41 5.16 7.49 24.22 10.01 19.07 39.14
29 Maluku 38.98 48.66 41.33 7.03 6.88 16.98 15.10 21.98 24.15
30 Maluku Utara 47.00 48.65 33.54 5.77 7.61 16.96 8.90 21.61 28.88
31 Papua * 32.72 51.51 54.56 4.76 5.31 16.83 8.07 24.24 29.21
Indonesia 33.38 46.14 45.35 5.52 5.83 18.59 7.01 27.52 26.68
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS
MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005
Tempat/Cara Berobat
No Provinsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta Total RS Praktek Dokter Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 12.54 2.56 15.10 16.41 45.89 15.72 2.74 0.69 3.45
2 Sumatera Utara 8.74 10.83 19.57 25.50 22.27 23.34 4.14 0.80 4.40
3 Sumatera Barat 12.19 2.55 14.74 15.05 37.48 22.83 4.93 0.59 4.38
4 Riau 16.21 7.96 24.17 23.92 41.99 6.06 0.51 0.45 2.90
5 Jambi 10.94 2.47 13.41 21.51 45.85 11.97 2.09 1.83 3.34
6 Sumatera Selatan 9.91 4.05 13.96 22.74 43.71 12.43 1.20 2.01 3.94
7 Bengkulu 7.08 0.94 8.02 21.32 41.34 19.98 4.88 0.83 3.62
8 Lampung 5.31 3.47 8.78 21.39 37.38 27.43 1.96 0.96 2.10
9 Kepulauan Bangka Belitung 7.16 8.47 15.63 21.66 42.32 13.81 2.70 0.88 3.01
10 Kepulauan Riau 16.36 7.53 23.89 19.84 40.51 8.59 0.52 0.58 6.07
11 DKI Jakarta 10.16 7.99 18.15 41.03 33.96 2.31 1.08 0.55 2.92
12 Jawa Barat 8.59 4.21 12.80 30.76 32.81 18.15 1.44 0.95 3.10
13 Jawa Tengah 5.74 3.05 8.79 28.70 31.92 25.58 1.84 0.59 2.58
14 DI Yogyakarta 7.34 7.58 14.92 33.33 33.57 14.49 1.65 0.17 1.88
15 Jawa Timur 6.32 3.43 9.75 26.03 27.97 30.53 2.10 0.48 3.15
16 Banten 8.25 7.78 16.03 35.52 28.36 16.34 1.03 0.23 2.50
17 Bali 7.54 3.25 10.79 37.67 27.51 18.01 2.64 0.50 2.88
18 Nusa Tenggara Barat 4.76 0.98 5.74 25.86 45.68 17.63 0.99 0.84 3.26
19 Nusa Tenggara Timur 8.63 2.12 10.75 9.21 66.60 7.86 0.51 0.38 4.69
20 Kalimantan Barat 8.74 2.76 11.50 19.62 40.98 19.25 2.74 1.04 4.87
21 Kalimantan Tengah 6.67 1.06 7.73 17.15 52.70 19.43 0.95 0.51 1.54
22 Kalimantan Selatan 6.00 1.22 7.22 21.27 40.83 22.02 2.78 1.07 4.82
23 Kalimantan Timur 9.82 5.98 15.80 28.89 43.30 7.51 1.07 0.61 2.81
24 Sulawesi Utara 7.88 6.00 13.88 31.70 31.94 19.29 0.63 0.58 1.97
25 Sulawesi Tengah 9.92 0.99 10.91 18.96 48.93 15.24 2.01 0.74 3.21
26 Sulawesi Selatan * 14.58 3.24 17.82 17.62 48.12 11.23 1.60 0.65 2.97
27 Sulawesi Tenggara 15.58 2.54 18.12 12.65 52.69 9.07 1.60 1.69 4.18
28 Gorontalo 5.86 0.85 6.71 30.13 43.51 14.30 2.01 1.16 2.17
29 Maluku 13.11 3.36 16.47 12.61 56.83 10.10 0.18 0.62 3.18
30 Maluku Utara 11.22 2.75 13.97 15.57 46.39 16.04 1.34 0.48 6.20
31 Papua * 17.88 8.45 26.33 12.17 52.42 3.11 0.81 0.50 4.66
Indonesia 8.04 4.12 12.16 26.59 35.16 20.34 1.86 0.71 3.19
Tipe Daerah
No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Modern Tradisional Lainnya Modern Tradisional Lainnya Modern Tradisional Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 81.99 32.81 14.06 74.06 48.65 15.99 75.72 45.34 15.59
2 Sumatera Utara 84.42 27.07 11.03 72.28 46.68 13.97 77.15 38.82 12.79
3 Sumatera Barat 80.87 35.71 10.88 73.25 51.07 12.40 75.12 47.30 12.03
4 Riau 83.58 29.09 17.71 67.00 49.22 17.14 72.52 42.53 17.33
5 Jambi 82.04 32.37 7.62 80.45 40.84 10.04 80.78 39.07 9.53
6 Sumatera Selatan 82.42 25.53 13.84 75.06 44.76 14.54 77.80 37.61 14.28
7 Bengkulu 86.34 33.49 8.48 74.11 45.44 11.46 77.27 42.34 10.68
8 Lampung 85.02 25.64 13.09 80.88 32.41 9.54 81.78 30.95 10.31
9 Kepulauan Bangka Belitung 89.25 17.27 6.02 88.50 34.78 12.14 88.75 28.76 10.04
10 Kepulauan Riau 84.57 32.45 8.93 75.08 56.39 15.31 82.69 37.21 10.20
11 DKI Jakarta 81.32 32.12 8.47 - - - 81.32 32.12 8.47
12 Jawa Barat 86.41 25.68 10.42 82.76 34.07 10.18 84.48 30.12 10.29
13 Jawa Tengah 89.03 32.79 7.19 87.61 30.65 9.54 88.23 31.58 8.52
14 DI Yogyakarta 86.04 23.66 4.37 81.28 27.30 8.66 84.30 24.99 5.93
15 Jawa Timur 83.86 37.26 9.78 82.13 43.58 12.83 82.84 40.98 11.58
16 Banten 88.72 17.69 6.38 85.60 31.71 11.91 87.38 23.74 8.76
17 Bali 82.32 44.55 9.79 74.04 58.48 11.97 77.99 51.84 10.93
18 Nusa Tenggara Barat 80.72 30.87 12.28 77.53 45.10 9.76 78.82 39.36 10.78
19 Nusa Tenggara Timur 87.21 20.33 6.79 69.56 51.87 17.13 72.48 46.65 15.42
20 Kalimantan Barat 80.35 26.25 15.98 76.28 42.29 16.61 77.40 37.88 16.44
21 Kalimantan Tengah 91.30 36.86 15.86 80.83 34.57 9.74 83.76 35.21 11.45
22 Kalimantan Selatan 91.73 18.91 7.45 87.21 28.38 14.48 89.09 24.44 11.56
23 Kalimantan Timur 89.26 19.23 6.05 87.30 29.07 10.16 88.26 24.26 8.15
24 Sulawesi Utara 83.67 19.60 12.68 85.29 24.85 10.84 84.75 23.10 11.45
25 Sulawesi Tengah 93.67 29.93 6.79 82.11 41.71 13.16 84.66 39.11 11.75
26 Sulawesi Selatan * 87.69 30.47 7.25 76.29 47.37 9.15 79.79 42.17 8.56
27 Sulawesi Tenggara 84.07 22.81 6.87 76.25 42.68 10.44 77.62 39.19 9.82
28 Gorontalo 86.85 25.99 6.71 78.64 40.77 13.41 81.07 36.40 11.43
29 Maluku 86.25 30.00 6.59 73.72 48.92 7.10 77.73 42.86 6.93
30 Maluku Utara 89.79 31.14 3.79 72.09 50.31 11.47 76.24 45.81 9.67
31 Papua * 90.90 19.89 4.19 45.02 68.12 12.93 56.49 56.06 10.75
Indonesia 85.58 29.90 9.32 80.38 39.60 11.66 82.56 35.52 10.67
Perkotaan+Perdesaan
Lama Disusui (Bulan)
No. Provinsi Jumlah
0 ≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 0.62 6.24 9.33 24.05 21.21 29.98 100
2 Sumatera Utara 0.43 8.70 16.60 34.09 18.60 21.59 100
3 Sumatera Barat 0.21 4.29 7.04 21.78 25.30 41.39 100
4 Riau 0.08 5.86 8.24 16.22 20.58 49.02 100
5 Jambi 0.44 5.20 5.21 23.34 24.20 41.61 100
6 Sumatera Selatan - 4.35 6.88 23.68 22.24 42.85 100
7 Bengkulu - 2.70 4.19 21.54 29.53 42.04 100
8 Lampung 0.25 6.23 8.61 21.72 24.95 38.23 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 0.56 10.48 12.58 24.67 14.48 37.24 100
10 Kepulauan Riau 0.21 12.50 17.33 35.16 11.40 23.39 100
11 DKI Jakarta 0.59 12.08 13.28 27.86 13.55 32.64 100
12 Jawa Barat 0.51 5.61 5.09 15.57 23.44 49.78 100
13 Jawa Tengah 0.10 4.33 5.08 15.88 22.25 52.37 100
14 DI Yogyakarta 0.15 5.01 4.07 11.73 21.16 57.87 100
15 Jawa Timur 0.61 6.51 7.68 18.69 22.40 44.12 100
16 Banten 0.06 6.36 5.70 21.57 24.59 41.72 100
17 Bali 0.21 5.25 5.94 22.79 30.22 35.59 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.31 1.86 4.36 21.21 23.14 49.11 100
19 Nusa Tenggara Timur 0.07 2.31 8.73 38.74 20.06 30.09 100
20 Kalimantan Barat 0.78 9.34 6.49 22.47 14.63 46.28 100
21 Kalimantan Tengah 0.15 3.93 4.67 21.94 19.71 49.60 100
22 Kalimantan Selatan 0.45 6.40 5.04 21.80 16.29 50.01 100
23 Kalimantan Timur 0.59 7.96 9.42 19.93 15.09 47.00 100
24 Sulawesi Utara 0.15 5.51 14.11 34.74 16.14 29.34 100
25 Sulawesi Tengah 0.12 4.95 9.59 28.74 13.52 43.09 100
26 Sulawesi Selatan * 0.22 4.51 12.39 32.04 18.78 32.06 100
27 Sulawesi Tenggara 0.13 3.50 9.77 29.82 20.05 36.72 100
28 Gorontalo 0.32 8.81 10.68 23.87 13.33 42.99 100
29 Maluku - 6.91 24.30 45.55 9.12 14.12 100
30 Maluku Utara - 4.95 11.69 40.95 18.15 24.26 100
31 Papua * 0.41 6.24 10.80 29.00 15.32 38.23 100
Perkotaan
Lama Disusui (Bulan)
No Provinsi Jumlah
0 ≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 0.19 7.77 7.06 23.22 24.37 37.39 100
2 Sumatera Utara 0.20 12.33 16.41 32.70 16.63 21.74 100
3 Sumatera Barat 0.21 4.32 5.86 20.75 24.90 43.96 100
4 Riau - 6.41 9.95 12.21 18.05 53.38 100
5 Jambi 0.33 9.51 5.97 25.83 21.70 36.65 100
6 Sumatera Selatan - 3.98 9.92 27.56 16.59 41.94 100
7 Bengkulu - 2.84 5.42 16.68 26.69 48.37 100
8 Lampung 0.60 13.67 4.92 21.58 22.01 37.22 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.17 14.30 13.49 22.23 10.46 38.35 100
10 Kepulauan Riau 0.26 11.44 17.84 37.86 11.82 20.78 100
11 DKI Jakarta 0.59 12.08 13.28 27.86 13.55 32.64 100
12 Jawa Barat 0.69 7.31 5.92 16.54 22.78 46.75 100
13 Jawa Tengah 0.03 5.44 6.82 17.64 21.22 48.84 100
14 DI Yogyakarta 0.25 6.45 4.52 15.45 19.77 53.55 100
15 Jawa Timur 0.48 9.28 10.65 19.07 19.90 40.63 100
16 Banten - 10.68 7.56 23.65 16.36 41.74 100
17 Bali 0.38 8.15 6.51 21.64 29.16 34.16 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.37 3.59 5.36 14.78 23.65 52.25 100
19 Nusa Tenggara Timur - 1.86 10.16 33.83 17.74 36.41 100
20 Kalimantan Barat 0.81 16.18 7.68 22.32 14.54 38.48 100
21 Kalimantan Tengah - 6.80 7.42 22.88 12.57 50.34 100
22 Kalimantan Selatan 0.73 7.97 5.32 23.85 11.55 50.59 100
23 Kalimantan Timur 0.32 10.88 8.90 19.08 17.10 43.71 100
24 Sulawesi Utara 0.41 7.51 13.97 32.90 15.88 29.32 100
25 Sulawesi Tengah - 10.73 13.03 26.58 11.08 38.58 100
26 Sulawesi Selatan * - 7.72 14.42 30.19 15.93 31.74 100
27 Sulawesi Tenggara 0.13 6.26 9.31 29.98 15.21 39.12 100
28 Gorontalo - 13.42 15.06 23.54 14.29 33.70 100
29 Maluku - 8.00 22.28 50.70 10.11 8.91 100
30 Maluku Utara - 5.78 11.11 38.38 16.16 28.56 100
31 Papua * - 5.27 11.94 39.38 19.03 24.38 100
Perdesaan
Lama Disusui (Bulan)
No Provinsi Jumlah
0 ≤5 6-11 12-17 18-23 >24
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam ** 0.74 5.84 9.92 24.27 31.21 28.02 100
2 Sumatera Utara 0.59 6.15 16.73 35.06 19.98 21.48 100
3 Sumatera Barat 0.21 4.28 7.53 22.21 25.47 40.31 100
4 Riau 0.13 5.54 7.25 18.54 22.03 46.50 100
5 Jambi 0.49 3.34 4.88 22.27 25.28 43.75 100
6 Sumatera Selatan - 4.54 5.34 21.73 25.10 43.30 100
7 Bengkulu - 2.63 3.61 23.84 30.88 39.04 100
8 Lampung 0.14 3.89 9.77 21.76 25.88 38.55 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 0.19 8.22 12.04 26.11 16.85 36.58 100
10 Kepulauan Riau - 17.58 14.88 22.18 9.40 35.95 100
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jawa Barat 0.31 3.82 4.23 14.55 24.13 52.96 100
13 Jawa Tengah 0.14 3.54 3.84 14.63 22.98 54.87 100
14 DI Yogyakarta - 2.70 3.36 5.79 23.38 64.77 100
15 Jawa Timur 0.70 4.42 5.44 18.41 24.28 46.75 100
16 Banten 0.13 1.60 3.64 19.26 33.67 41.71 100
17 Bali - 1.68 5.24 24.21 31.51 37.35 100
18 Nusa Tenggara Barat 0.28 0.91 3.80 24.78 22.86 47.37 100
19 Nusa Tenggara Timur 0.08 2.38 8.49 39.58 20.45 29.02 100
20 Kalimantan Barat 0.77 7.10 6.10 22.52 14.66 48.85 100
21 Kalimantan Tengah 0.21 2.74 3.53 21.55 22.67 49.30 100
22 Kalimantan Selatan 0.28 5.38 4.86 20.47 19.36 49.64 100
23 Kalimantan Timur 0.88 4.92 9.97 20.81 12.99 50.43 100
24 Sulawesi Utara - 4.30 14.20 35.85 16.30 29.35 100
25 Sulawesi Tengah 0.15 3.51 8.74 29.28 14.12 44.21 100
26 Sulawesi Selatan * 0.31 3.17 11.55 32.81 19.97 32.19 100
27 Sulawesi Tenggara 0.14 2.85 9.87 29.79 21.20 36.16 100
28 Gorontalo 0.43 7.26 9.21 23.98 13.01 46.11 100
29 Maluku - 6.58 24.91 43.97 8.82 15.72 100
30 Maluku Utara - 4.71 11.86 41.66 18.71 23.06 100
31 Papua * 0.56 6.62 10.36 24.98 13.88 43.59 100
ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA, ANGKA HARAPAN HIDUP, DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2003
Sumber: BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003
Keterangan: (-) tidak ada data
Lampiran 3.1.a
4 IV 101 - 111 E 00-E 90Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 90,935 106,162 197,097 717,384 3.64
5 V 112-119.9 F 00-F 99Gangguan Mental & Perilaku 38,113 30,965 69,078 166,252 2.41
6 VI 120-129 G 00-G 99Penyakit Susunan Syaraf 62,184 69,360 131,544 335,242 2.55
7 VII 130 - 139,10 H 00-H 59Penyakit Mata dan Adneksa 234,947 271,914 506,861 728,730 1.44
8 VIII 140 - 142,9 H 60-H 95Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus 118,722 113,137 231,859 366,701 1.58
9 IX 143-164.9 I 00-I 99Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 220,270 209,392 429,662 1,296,764 3.02
10 X 165.0-179.9 J 00-J 99Penyakit Sistem Napas 709,190 677,571 1,386,761 2,380,180 1.72
11 XI 180-197 K 00-K 93Penyakit Sistem Cerna 432,789 500,277 933,066 1,598,977 1.71
12 XII 198 - 199 L 00-L 99Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 153,056 200,113 353,169 676,633 1.92
13 XIII 200,0 - 210 M 00-M 99Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 120,270 148,038 268,308 634,654 2.37
14 XIV 211 - 233 N 00-N 99Penyakit Sistem Kemih Kelamin 127,457 183,956 311,413 523,713 1.68
15 XV 234-244 O 00-O 99Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas - 83,523 83,523 112,868 1.35
16 XVI 245-253.9 P 00-P 96Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 7,015 6,251 13,266 15,851 1.19
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
17 XVII 254-266.9 Q 00-Q 99 10,575 10,013 20,588 35,984 1.75
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
18 XVIII 267-270.9 R 00-R 99 337,554 302,119 639,673 1,028,253 1.61
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271-289 S 00-T 98 327,816 185,884 513,700 741,677 1.44
Lainnya
20 XX 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 164,974 106,585 271,559 309,668 1.14
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0-298 Z 00-Z 99 398,300 674,747 1,073,047 2,141,432 2.00
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah 4,059,867 4,385,133 8,445,000 15,753,688 1.67
7 245 - 253,9 Kondisi Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal 3.09
10 097 - 100 Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan Tertentu 1.06
Pasien Baru
No Bab DTD ICD-X Golongan Sebab Sakit Pasien Mati CFR (%)
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 I 001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 293,213 251,053 544,266 12,624 2.32
2 II 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma 31,825 58,516 90,341 4,822 5.34
3 III 097-100 D 50-D 89 12,437 14,634 27,071 225 0.83
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &
Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
4 IV 101 - 111 E 00-E 90Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 32,558 42,013 74,571 4,511 6.05
5 V 112-119.9 F 00-F 99Gangguan Mental & Perilaku 12,976 11,363 24,339 164 0.67
6 VI 120-129 G 00-G 99Penyakit Susunan Syaraf 15,558 13,943 29,501 3,089 10.47
7 VII 130 - 139,10 H 00-H 59Penyakit Mata dan Adneksa 12,312 10,136 22,448 14 0.06
8 VIII 140 - 142,9 H 60-H 95Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus 2,055 2,013 4,068 21 0.52
9 IX 143-164.9 I 00-I 99Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 101,251 87,981 189,232 19,944 10.54
10 X 165.0-179.9 J 00-J 99Penyakit Sistem Napas 103,259 85,708 188,967 6,075 3.21
11 XI 180-197 K 00-K 93Penyakit Sistem Cerna 113,297 102,826 216,123 5,787 2.68
12 XII 198 - 199 L 00-L 99Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 7,979 7,214 15,193 201 1.32
13 XIII 200,0 - 210 M 00-M 99Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 11,722 11,170 22,892 235 1.03
14 XIV 211 - 233 N 00-N 99Penyakit Sistem Kemih Kelamin 59,573 57,379 116,952 4,390 3.75
15 XV 234-244 O 00-O 99Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas - 319,300 319,300 857 0.27
16 XVI 245-253.9 P 00-P 96Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 38,939 40,225 79,164 9,873 12.47
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
17 XVII 254-266.9 Q 00-Q 99 6,270 5,120 11,390 599 5.26
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
18 XVIII 267-270.9 R 00-R 99 72,129 64,086 136,215 3,264 2.40
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271-289 S 00-T 98 127,429 66,284 193,713 5,331 2.75
Lainnya
20 XX 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 53,120 26,937 80,057 2,745 3.43
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0-298 Z 00-Z 99 82,338 92,965 175,303 796 0.45
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah 1,190,240 1,370,866 2,561,106 85,567 3.34
1 DKI Jakarta 0.00 0.00 0.00 0.07 0.01 t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
2 Jawa Barat 0.04 0.07 0.04 0.03 0.02 t.a.d t.a.d 0.16 0.96
3 Jawa Tengah 0.32 0.65 1.06 1.74 1.46 t.a.d t.a.d 0.51 0.06
4 DI Yogyakarta 0.52 3.54 6.76 11.73 10.43 t.a.d t.a.d 0.97 0.06
5 Jawa Timur 0.04 0.03 0.05 0.17 0.12 t.a.d t.a.d 0.08 0.47
7 Bali 0.03 0.03 0.04 0.04 0.08 t.a.d t.a.d 0.03 0.02
Jawa-Bali 0.12 0.30 0.52 0.81 0.62 0.47 0,22 0.15 0.10
Cakupan Penemuan
Jumlah Perkiraan
No Provinsi Semua Case Detection Rate
Penduduk* Kasus Menular BTA Pos
Kasus (CDR) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,031,589 6,571 4,213 3,156 48.03
2 Sumatera Utara 12,318,752 20,169 15,517 13,401 66.44
3 Sumatera Barat 4,603,957 7,245 4,686 3,443 47.52
4 Riau 4,614,930 8,957 5,295 3,175 35.45
5 Jambi 2,657,536 4,209 2,516 1,980 47.04
6 Sumatera Selatan 6,755,536 10,920 7,506 4,821 44.15
7 Bengkulu 1,597,362 2,604 1,700 1,271 48.81
8 Lampung 7,117,460 11,174 6,270 3,985 35.66
9 Kep. Bangka Belitung 1,061,160 1,640 1,158 851 51.89
10 Kep.Riau 1,274,296 t.a.d t.a.d t.a.d
11 DKI Jakarta 8,863,315 8,966 17,758 7,308 81.51
12 Jawa Barat 39,211,509 41,198 48,765 28,541 69.28
13 Jawa Tengah 32,908,850 34,259 41,628 17,523 51.15
14 DI Yogyakarta 3,281,800 2,196 2,246 1,241 56.51
15 Jawa Timur 36,695,036 39,371 34,650 21,600 54.86
16 Banten 9,308,944 9,646 10,259 6,240 64.69
17 Bali 3,431,368 2,065 2,425 1,282 62.08
18 Nusa Tenggara Barat 4,143,292 8,650 5,348 3,563 41.19
19 Nusa Tenggara Timur 4,235,692 8,768 3,947 2,320 26.46
20 Kalimantan Barat 4,097,149 9,081 4,954 3,837 42.25
21 Kalimantan Tengah 1,902,967 3,864 2,078 1,716 44.41
22 Kalimantan Selatan 3,239,500 6,769 4,675 2,991 44.19
23 Kalimantan Timur 2,808,307 5,776 2,393 1,648 28.53
24 Sulawesi Utara 2,182,978 4,489 4,624 3,705 82.54
25 Sulawesi Tengah 2,284,659 4,720 2,864 2,195 46.50
26 Sulawesi Selatan 8,491,544 17,262 10,293 9,089 52.65
27 Sulawesi Tenggara 1,959,414 4,055 2,843 2,301 56.74
28 Gorontalo 909,083 1,867 1,546 1,342 71.88
29 Sulawesi Barat**
30 Maluku 1,260,150 2,946 1,962 1,082 36.73
31 Maluku Utara 887,132 1,881 861 567 30.14
32 Papua 1,830,067 5,063 4,989 2,474 48.86
33 Irian Jaya Barat**
Indonesia 219,965,334 296,381 259,969 158,648 53.53
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Keterangan :
* Jumlah penduduk mengacu pada Statistik Kesra dan hasil Sensus Penduduk NAD, BPS, 2005
** Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.7
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
No Provinsi
Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
K e l o m p o k U m u r ( t a h u n)
0 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 >= 65 Total
No Provinsi
L P L P L P L P L P L P L P L P T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5 9 252 190 399 253 420 231 458 202 358 172 156 51 2,048 1,108 3,156
2 Sumatera Utara 31 42 1,169 870 1,800 1,053 1,923 948 2,028 868 1,316 544 565 244 8,832 4,569 13,401
3 Sumatera Barat 7 8 359 265 492 277 391 250 442 228 292 118 232 82 2,215 1,228 3,443
4 Riau 35 34 263 246 533 276 421 212 409 172 278 99 138 59 2,077 1,098 3,175
5 Jambi 16 9 156 129 218 205 236 171 268 144 206 91 90 41 1,190 790 1,980
6 Sumatera Selatan 33 29 503 347 627 450 606 384 593 283 423 230 221 92 3,006 1,815 4,821
7 Bengkulu 12 8 97 86 174 119 160 100 139 80 134 59 63 40 779 492 1,271
8 Lampung 39 45 312 262 553 445 473 327 423 283 360 193 192 78 2,352 1,633 3,985
9 Kep. Bangka Belitung 6 2 63 59 141 85 109 54 90 61 77 41 43 20 529 322 851
10 Kep.Riau t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d - - -
11 DKI Jakarta 122 110 1,005 823 1,236 787 841 529 620 374 361 220 172 108 4,357 2,951 7,308
12 Jawa Barat 137 134 3,455 3,255 4,114 3,470 3,014 2,356 2,572 1,808 1,803 1,076 904 443 15,999 12,542 28,541
13 Jawa Tengah 87 122 1,542 1,709 2,094 1,986 1,842 1,540 1,768 1,249 1,514 909 820 341 9,667 7,856 17,523
14 DI Yogyakarta 3 6 141 109 141 132 110 80 119 74 115 68 103 40 732 509 1,241
15 Jawa Timur 103 139 1,719 1,895 2,302 2,254 2,284 2,058 2,625 1,770 2,064 1,247 801 331 11,898 9,694 21,592
16 Banten 24 36 788 638 980 695 748 517 640 371 385 213 145 60 3,710 2,530 6,240
17 Bali 1 4 115 100 164 150 135 100 122 79 101 58 94 59 732 550 1,282
18 Nusa Tenggara Barat 15 23 276 250 414 317 431 288 422 317 389 227 137 57 2,084 1,479 3,563
19 Nusa Tenggara Timur 18 17 251 204 275 270 212 150 228 184 217 143 100 51 1,301 1,019 2,320
20 Kalimantan Barat 16 19 299 248 496 303 512 293 556 256 402 192 178 67 2,459 1,378 3,837
21 Kalimantan Tengah 7 7 101 109 251 145 255 156 257 118 140 74 64 32 1,075 641 1,716
22 Kalimantan Selatan 19 29 215 169 372 267 394 261 398 252 309 162 103 41 1,810 1,181 2,991
23 Kalimantan Timur 9 5 133 127 201 156 234 118 259 103 153 69 61 20 1,050 598 1,648
24 Sulawesi Utara 11 10 294 271 482 338 475 295 430 236 329 209 227 98 2,248 1,457 3,705
25 Sulawesi Tengah 5 13 138 150 275 223 286 206 270 174 203 105 117 30 1,294 901 2,195
26 Sulawesi Selatan 23 20 674 588 1,083 853 1,039 744 1,005 752 1,027 697 400 184 5,251 3,838 9,089
27 Sulawesi Tenggara 7 11 189 170 304 233 289 192 246 153 215 147 101 44 1,351 950 2,301
28 Gorontalo 5 2 107 102 181 150 160 132 180 126 88 55 37 17 758 584 1,342
29 Sulawesi Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d - - -
30 Maluku 17 9 87 95 136 122 113 100 84 88 79 44 72 36 588 494 1,082
31 Maluku Utara 6 7 61 62 71 60 42 49 51 36 59 38 16 9 306 261 567
32 Papua 27 37 451 388 397 319 246 181 145 86 112 39 38 8 1,416 1,058 2,474
33 Irian Jaya Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d - - -
Indonesia 846 946 15,215 13,916 20,906 16,393 18,401 13,022 17,847 10,927 13,509 7,539 6,390 2,783 93,114 65,526 158,640
JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2005
Jumlah Case
No Provinsi Meninggal
Kasus Rate
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 2 0.17
2 Sumatera Utara 125 37 1.09
3 Sumatera Barat 19 13 0.45
4 Riau 104 39 5.26
5 Jambi 30 10 1.25
6 Sumatera Selatan 59 15 0.86
7 Bengkulu 23 6 1.47
8 Lampung 67 19 1.01
9 Kep. Bangka Belitung 34 3 3.78
10 Kep.Riau 146 81 5.26
11 DKI Jakarta 1,927 338 23.15
12 Jawa Barat 341 49 0.96
13 Jawa Tengah 99 52 0.32
14 DI Yogyakarta 19 8 0.61
15 Jawa Timur 724 225 2.08
16 Banten 42 11 0.52
17 Bali 226 47 7.19
18 Nusa Tenggara Barat 43 11 1.12
19 Nusa Tenggara Timur 29 4 0.76
20 Kalimantan Barat 107 27 2.87
21 Kalimantan Tengah 1 1 0.06
22 Kalimantan Selatan 6 4 0.20
23 Kalimantan Timur 7 5 0.29
24 Sulawesi Utara 94 32 4.76
25 Sulawesi Tengah 2 1 0.10
26 Sulawesi Selatan 143 62 1.83
27 Sulawesi Tenggara - - -
28 Gorontalo 2 1 0.24
29 Sulawesi Barat - - -
30 Maluku 66 36 5.75
31 Maluku Utara 1 1 0.15
32 Papua 781 192 49.06
33 Irian Jaya Barat 51 0 49.06
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2005
Jumlah Penduduk Target Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita Kematian Balita Akibat Pneumonia
No Provinsi Usia Balita Penemuan
< 1 Tahun 1 - 4 Tahun Jumlah % < 1 Tahun 1 - 4 Tahun Jumlah
Wil. Pkm Program Pneumonia Balita (10%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 418,431 41,843 1,909 6,008 7,917 18.92 - - -
2 Sumatera Utara 1,382,709 138,271 19,762 38,005 57,767 41.78 - - -
3 Sumatera Barat 498,107 49,811 5,281 12,832 18,113 36.36 6 5 11
4 Riau 494,052 49,405 16,863 23,208 40,071 81.11 - - -
5 Jambi 254,223 33,048 2,806 1,942 4,748 14.37 - - -
6 Sumatera Selatan 788,345 78,835 12,396 16,495 28,891 36.65 2 - 2
7 Bengkulu 13,298 1,330 413 376 789 59.33 - - -
8 Lampung 873,632 87,363 7,778 8,809 16,587 18.99 - - -
9 Kep. Bangka Belitung 122,272 12,227 2,110 4,981 7,091 57.99 - - -
10 Kep.Riau 1,285,229 128,523 519 64 583 0.45 - - -
11 DKI Jakarta 834,706 83,471 896 1,212 2,108 2.53 - - -
12 Jawa Barat t.a.d 415,394 63,132 100,357 163,489 39.36 44 9 53
13 Jawa Tengah 3,479,691 347,969 15,255 27,922 43,177 12.41 - - -
14 DI Yogyakarta 259,149 25,915 174 467 641 2.47 - - -
15 Jawa Timur 2,991,858 107,706 19,572 32,166 51,738 48.04 - - -
16 Banten 1,138,817 113,882 813 13,238 14,051 12.34 5 6 11
17 Bali 324,619 7,350 710 1,342 2,052 27.92 - - -
18 Nusa Tenggara Barat 535,489 53,549 23,737 33,771 57,508 107.39 64 6 70
19 Nusa Tenggara Timur 575,390 57,539 2,757 3,293 6,050 10.51 - - -
20 Kalimantan Barat 467,582 46,758 1,041 3,249 4,290 9.17 - - -
21 Kalimantan Tengah 195,842 19,584 224 343 567 2.90 - - -
22 Kalimantan Selatan 366,199 36,620 6,131 11,770 17,901 48.88 22 21 43
23 Kalimantan Timur 429,057 42,906 3,082 3,950 7,032 16.39 - - -
24 Sulawesi Utara 228,259 19,579 1,447 1,871 3,318 16.95 - - -
25 Sulawesi Tengah 283,977 28,398 5,288 7,786 13,074 46.04 8 2 10
26 Sulawesi Selatan 793,615 79,362 5,353 10,143 15,496 19.53 3 - 3
27 Sulawesi Tenggara 229,148 22,915 2,737 6,053 8,790 38.36 - - -
28 Gorontalo 109,010 10,901 1,807 2,401 4,208 38.60 - - -
29 Sulawesi Barat 56,967 5,697 865 1,363 2,228 39.11 1 - 1
30 Maluku t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
31 Maluku Utara 23,835 2,384 61 72 133 5.58 - - -
32 Papua 244,246 24,425 117 195 312 1.28 - - -
33 Irian Jaya Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
Indonesia 19,697,754 2,172,957 225,036 375,684 600,720 27.65 155 49 204
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Tetanus
No Provinsi Difteri Pertusis (Batuk Rejan) Tetanus Neonatorum Campak Polio Hepatitis B
(Non Neonatorum)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 980 1,725 147 3 254 5 114
2 Sumatera Utara 0 449 40 0 43 10 786
3 Sumatera Barat 0 37 0 6 1,329 - -
4 Riau 12 83 29 3 1,086 3 40
5 Jambi 8 35 8 1 171 - 32
6 Sumatera Selatan 7 211 85 1 21 5 442
7 Bengkulu 0 - 6 0 384 - -
8 Lampung 24 47 0 10 1,499 26 -
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 - 0 4 67 - -
10 Kepulauan Riau t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d -
11 DKI Jakarta 0 2,192 0 1 3,041 4 -
12 Jawa Barat 0 98 0 24 1,707 59 -
13 Jawa Tengah 0 - 366 2 324 20 -
14 DI Yogyakarta 0 73 61 11 112 - 72
15 Jawa Timur 0 - 783 16 - 10 -
16 Banten 0 - 0 21 2,262 161 -
17 Bali 0 17 121 2 806 - 152
18 Nusa Tenggara Barat 0 - 3 3 - - -
19 Nusa Tenggara Timur 0 - 0 2 530 - -
20 Kalimantan Barat 0 74 0 2 636 - -
21 Kalimantan Tengah 0 16 0 0 385 - 20
22 Kalimantan Selatan 0 - 0 6 2 - -
23 Kalimantan Timur 0 12 1 0 126 - 58
24 Sulawesi Utara 0 - 0 1 140 - -
25 Sulawesi Tengah 0 73 0 8 20 - -
26 Sulawesi Selatan 0 361 78 8 311 - -
27 Sulawesi Tenggara 0 - 19 0 - - -
28 Gorontalo 0 - 0 1 117 - -
29 Sulawesi Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d -
30 Maluku 0 25 8 0 - - 52
31 Maluku Utara 0 115 20 2 39 - -
32 Papua 0 4 0 2 430 - -
33 Irian Jaya Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d -
Indonesia 1,031 5,647 1,775 140 15,842 303 1,768
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 3.16
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Tetanus Neonatorum
Pemeriksaan Kehamilan Status Imunisasi Penolong Persalinan Perawatan Tali Pusat Pemotongan Tali Pusat Dirawat di RS
Tanpa pemeriksaan
Meningal
Tidak Diimunisasi
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Total
Alkohol/Iodium
No Provinsi
Bidan/Perawat
Bidan/Perawat
Tradisional
Tradisional
Tradisional
Lain-lain
Lain-lain
Gunting
Bambu
Dokter
Dokter
Tidak
TT2+
TT1
Ya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 1 1 2 0 0 0 1 2 0 0 0 3 0 0 2 0 1 0 3 0 0 0 3 0 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 6 5 0 2 3 0 1 0 1 3 2 0 2 3 1 3 0 2 1 1 1 3 1 0 5 1
4 Riau 3 2 0 0 1 2 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 0 2 0 1
5 Jambi 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
6 Sumatera Selatan 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 10 9 0 3 3 4 0 0 0 9 1 0 4 5 1 2 4 3 1 5 3 1 1 9 0 1
9 Kepulauan Bangka Belitung 4 2 0 1 2 1 0 1 2 0 1 0 1 3 0 0 0 4 0 2 1 1 0 3 1 0
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
12 Jawa Barat 24 7 0 9 7 5 3 4 5 15 0 0 7 17 0 16 2 5 1 17 3 2 2 21 3 0
13 Jawa Tengah 2 1 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0
14 DI Yogyakarta 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 16 10 0 6 4 6 0 2 2 12 0 0 3 5 8 13 3 0 0 12 1 2 1 14 2 0
16 Banten 21 16 2 7 3 9 0 3 2 16 0 0 0 21 0 12 6 3 0 19 1 1 0 11 10 0
17 Bali 2 2 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 3 3 0 1 0 0 2 1 0 2 0 0 0 2 1 0 0 0 3 1 2 0 0 3 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 2 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 2
20 Kalimantan Barat 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 6 4 0 0 0 0 6 0 0 5 1 0 2 0 4 0 0 0 6 0 0 0 6 0 0 6
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
25 Sulawesi Tengah 8 8 0 5 1 0 2 0 0 0 8 0 0 6 2 0 6 0 2 0 0 1 7 6 0 2
26 Sulawesi Selatan 8 5 0 2 0 6 0 0 2 6 0 0 0 8 0 0 0 8 0 4 2 2 0 5 3 0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 2 2 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 0
32 Papua 2 2 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 1 0 2 0 0
33 Irian Jaya Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 140 82 3 47 26 37 16 14 20 78 17 0 27 83 19 53 28 32 16 79 15 15 20 90 24 15
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 3.17
JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
1 Nanggroe Aceh Darussalam 11 2 18.18 72 6 8.33 90 17 18.89 38 5 13.16 43 2 4.65 254 32 12.60
2 Sumatera Utara 2 - - 19 - - 15 - - 3 - - 4 2 50.00 43 2 4.65
3 Sumatera Barat 124 35 28.23 352 109 30.97 373 47 12.60 205 24 11.71 275 5 1.82 1,329 220 16.55
4 Riau 79 6 7.59 326 48 14.72 248 37 14.92 216 22 10.19 217 50 23.04 1,086 163 15.01
5 Jambi 17 4 23.53 70 35 50.00 56 28 50.00 21 7 33.33 7 2 28.57 171 76 44.44
6 Sumatera Selatan 2 - - 11 2 18.18 5 2 40.00 2 - - 1 - - 21 4 19.05
7 Bengkulu 55 4 7.27 89 45 50.56 110 67 60.91 77 40 51.95 53 21 39.62 384 177 46.09
8 Lampung 111 6 5.41 422 13 3.08 526 20 3.80 306 6 1.96 134 1 0.75 1,499 46 3.07
9 Kep. Bangka Belitung 13 - - 31 3 9.68 11 1 9.09 8 1 12.50 4 - - 67 5 7.46
10 Kep.Riau t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
11 DKI Jakarta 341 - - 1,084 - - 696 - - 443 - - 477 - - 3,041 - -
12 Jawa Barat 260 - - 707 - - 433 - - 130 - - 177 - - 1,707 - -
13 Jawa Tengah 30 3 10.00 85 24 28.24 167 1 0.60 37 1 2.70 5 1 20.00 324 30 9.26
14 DI Yogyakarta - - 112 - - - - - - - - 112 - -
15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - -
16 Banten 317 18 5.68 825 58 7.03 749 25 3.34 294 - - 77 11 14.29 2,262 112 4.95
17 Bali 179 92 51.40 300 234 78.00 195 93 47.69 111 98 88.29 21 - - 806 517 64.14
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur 49 5 10.20 214 35 16.36 155 20 12.90 64 3 4.69 48 7 14.58 530 70 13.21
20 Kalimantan Barat 85 2 2.35 196 12 6.12 153 4 2.61 96 5 5.21 106 2 1.89 636 25 3.93
21 Kalimantan Tengah 19 3 15.79 126 50 39.68 126 58 46.03 53 25 47.17 61 25 40.98 385 161 41.82
22 Kalimantan Selatan - - - - 1 1 100.00 - - 1 - - 2 1 50.00
23 Kalimantan Timur 18 13 72.22 41 23 56.10 21 13 61.90 20 4 20.00 26 2 7.69 126 55 43.65
24 Sulawesi Utara 11 5 45.45 45 11 24.44 40 13 32.50 23 7 30.43 21 12 57.14 140 48 34.29
25 Sulawesi Tengah - - 14 - - - - - - 6 - - 20 - -
26 Sulawesi Selatan 25 12 48.00 99 52 52.53 86 37 43.02 37 16 43.24 64 26 40.63 311 143 45.98
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - -
28 Gorontalo 8 5 62.50 36 26 72.22 31 26 83.87 24 18 75.00 18 12 66.67 117 87 74.36
29 Sulawesi Barat t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
30 Maluku - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara 3 2 66.67 23 13 56.52 8 6 75.00 3 2 66.67 2 - - 39 23 58.97
32 Papua 96 20 20.83 214 48 22.43 96 32 33.33 22 12 54.55 2 2 100.00 430 114 26.51
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - -
Indonesia 1,855 237 12.78 5,513 847 15.36 4,391 548 12.48 2,233 296 13.26 1,850 183 9.89 15,842 2,111 13.33
JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
1 Nanggroe Aceh Darussalam 10 26 54 62 23 175 2 11 30 19 10 72 0 106 243 445 388 296 1478 1725
2 Sumatera Utara 5 3 11 10 10 39 4 0 1 10 16 31 0 23 125 129 37 65 379 449
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 27 0 0 0 37 37
4 Riau 4 6 4 3 0 17 0 0 0 0 0 0 0 2 22 24 15 3 66 83
5 Jambi 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 7 20 4 1 1 33 35
6 Sumatera Selatan 10 15 18 20 30 93 0 0 0 0 0 0 0 36 41 11 24 6 118 211
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 27 4 0 0 47 47
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep.Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 266 306 521 535 564 2192 2192
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 30 22 21 15 98 98
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 5 4 0 5 2 16 4 2 0 5 6 17 0 2 3 14 13 8 40 73
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 4 3 5 3 2 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 40 26 6 0 74 74
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 3 0 2 9 1 1 0 13 16
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 2 0 3 4 9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 3 12
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 2 1 4 7 14 0 2 0 4 5 11 0 10 14 18 5 1 48 73
26 Sulawesi Selatan 0 14 63 137 82 296 0 2 23 27 13 65 0 0 0 0 0 0 0 361
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0
30 Maluku 0 2 2 2 1 7 0 0 0 0 0 0 0 7 7 3 1 0 18 25
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 23 31 20 22 115 115
32 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 0 4 4
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0
Indonesia 40 77 158 249 161 685 10 17 54 67 51 199 0 519 938 1,255 1,070 981 4763 5647
No Provinsi Data yang Diterima Jumlah Kasus AFP AFP Rate / 100.000 penduduk Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
JUMLAH KASUS AFP POLIO MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2005
Klasifikasi Klinis
No Provinsi
Virus Polio Liar Kompatibel Non Polio
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5 4 35
2 Sumatera Utara 10 1 56
3 Sumatera Barat 0 0 31
4 Riau 3 1 36
5 Jambi 0 0 10
6 Sumatera Selatan 5 0 55
7 Bengkulu 0 0 14
8 Lampung 26 11 56
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 11
10 Kepulauan Riau t.a.d t.a.d t.a.d
11 DKI Jakarta 4 0 72
12 Jawa Barat 59 7 283
13 Jawa Tengah 20 0 203
14 DI Yogyakarta 0 0 29
15 Jawa Timur 10 13 250
16 Banten 161 36 56
17 Bali 0 0 31
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 31
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 38
20 Kalimantan Barat 0 1 21
21 Kalimantan Tengah 0 0 11
22 Kalimantan Selatan 0 0 17
23 Kalimantan Timur 0 0 19
24 Sulawesi Utara 0 0 21
25 Sulawesi Tengah 0 1 11
26 Sulawesi Selatan 0 0 68
27 Sulawesi Tenggara 0 0 15
28 Gorontalo 0 0 12
29 Sulawesi Barat t.a.d t.a.d t.a.d
30 Maluku 0 0 7
31 Maluku Utara 0 0 9
32 Papua 0 0 7
33 Irian Jaya Barat 0 0 -
Indonesia 303 75 1,515
1 Anthrax 2 21 1 4.76
2 Campak 122 1,467 7 0.48
3 Cikungunya 32 2,565 0 0.00
4 DBD 246 3,314 91 2.75
5 Diare 275 14,045 93 0.66
6 Diare Berdarah 1 1 0 0.00
7 Difteri 29 65 9 13.85
8 Hepatitis Klinis 2 15 0 0.00
9 Malaria Klinis 12 243 0 0.00
10 Malaria Falsiparum 92 3,924 44 1.12
11 Keracunan Makanan 107 2,445 0 0.00
12 Rabies 142 321 18 5.61
13 Typus Perut 1 18 0 0.00
14 Rubella 5 86 0 0.00
TOTAL 1,068 28,530 263 0.92
JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2000 - 2005
Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005
No Provinsi
P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR P CFR IR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 64 11 1.54 35 3 0.80 92 8.7 2.13 128 3.1 2.76 252 4.37 5.43 629 1.59 14.86
2 Sumatera Utara 96 0 0.86 138 0 1.23 348 3.7 2.80 878 2.7 7.07 1,093 2.20 8.79 3,657 1.80 30.75
3 Sumatera Barat 83 0 2.10 185 0 4.34 623 1.6 13.74 292 0.7 6.88 514 0.97 12.11 1,154 1.99 25.89
4 Riau 390 3 9.21 1,324 2 29.69 978 0.8 19.42 715 0.7 13.98 1,050 2.00 20.53 1,850 1.73 41.19
5 Jambi 131 5 5.10 129 4 5.21 272 4.0 10.71 80 2.5 2.83 275 1.45 9.74 353 3.12 13.38
6 Sumatera Selatan 1,211 2 18.59 1,890 1 27.86 1,406 1.8 19.71 1,403 2.1 17.87 1,270 1.34 16.06 1,621 0.56 18.38
7 Bengkulu 17 0 1.10 17 6 1.06 14 0.0 0.91 2 0.0 0.13 204 0.98 13.25 61 3.28 3.60
8 Lampung 66 6 0.91 228 4 3.10 197 5.1 3.43 624 2.6 9.29 908 1.54 13.51 736 1.63 10.54
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - 29 3.4 3.21 241 4.1 26.68 53 0 5.65 46 4.35 4.60
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - 746 3.49 57.58
11 DKI Jakarta 3,751 1 41.26 8,661 0 78.92 5,750 0.9 66.86 14,071 0.4 125.09 20,510 0.43 260.08 23,466 0.34 296.87
12 Jawa Barat 2,283 3 5.38 5,152 2 11.84 4,817 1.3 13.56 8,683 2.1 23.64 19,014 1.13 52.20 18,590 1.53 47.50
13 Jawa Tengah 4,907 2 15.09 5,001 2 15.37 6,357 1.6 19.09 8,490 2.3 25.51 9,047 1.80 27.11 6,583 2.29 19.61
14 DI Yogyakarta 492 2 14.40 917 1 26.84 992 1.0 28.57 1,553 2.3 47.09 2,206 1.41 66.89 971 1.24 29.44
15 Jawa Timur 3,247 1 9.25 4,224 1 12.04 5,308 1.3 15.04 4,216 1.4 11.94 8,287 1.45 23.48 15,251 1.74 42.94
16 Banten - - - - - - 713 0.7 8.00 700 3.6 8.17 2577 2.25 30.08 2,045 1.27 23.87
17 Bali 757 1 25.34 199 1 6.44 3,986 0.3 130.87 2,364 0.3 76.78 1935 0.41 58.64 3,596 0.50 108.97
18 Nusa Tenggara Barat 34 6 0.89 72 6 1.84 232 1.3 5.91 196 4.6 5.06 805 1.99 20.77 1,062 1.41 26.62
19 Nusa Tenggara Timur 118 0 3.07 60 3 1.52 24 4.2 0.63 260 3.2 6.34 1381 3.11 35.00 735 1.36 17.75
20 Kalimantan Barat 1,393 4 35.06 806 31 19.57 1,910 1.6 49.97 349 2.0 9.13 212 2.36 5.55 1,220 1.07 31.92
21 Kalimantan Tengah 20 0 1.20 30 10 17.10 72 2.8 4.00 300 3.0 16.36 453 1.32 24.70 491 0.81 26.75
22 Kalimantan Selatan 91 7 2.94 121 6 5.64 365 0.3 17.04 178 3.4 7.47 378 0.79 10.30 341 2.35 9.29
23 Kalimantan Timur 253 1 10.51 1,423 2 58.17 2,011 2.0 80.08 1,926 1.5 77.32 2276 1.80 91.37 3,165 2.59 121.74
24 Sulawesi Utara 1,139 4 40.85 1,105 3 38.89 974 1.4 47.47 369 1.3 15.75 225 4.89 10.56 1,926 1.35 119.89
25 Sulawesi Tengah 31 7 1.57 178 6 8.67 81 2.5 3.27 184 1.0 7.47 293 3.41 13.06 780 1.00 31.73
26 Sulawesi Selatan 428 2 5.31 1,323 2 15.03 2,408 1.6 31.71 2,636 1.5 31.41 3500 0.69 41.70 2,822 1.81 34.65
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0.00 11 0 0.63 51 0.0 2.91 43 2.3 2.45 266 0.75 13.89 758 2.90 39.25
28 Gorontalo - - - - - - 4 0.0 0.31 30 0.0 3.54 14 0.00 1.60 206 0.00 23.50
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - 27 2.00 2.66
30 Maluku 3 0 0.14 0 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00
31 Maluku Utara - - - - - - 63 3.2 7.20 2 1.0 0.23 74 9.46 8.71 24 4.17 2.65
32 Papua 123 6 6.04 214 2 10.34 300 1.0 14.19 603 0.8 29.13 390 2.05 18.84 183 1.09 11.02
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - 184 3.26 32.62
Indonesia 21,134 2 10.17 33,443 1.4 15.99 40,377 1.3 19.24 51,516 1.5 23.87 79,462 1.2 37.11 95,279 1.36 43.42
JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Tahun
No Provinsi
2001 2002 2003 2004 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN RASIO KORBAN LUKA DAN MENINGGAL
TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2004
Gizi
No Provinsi Gizi Buruk Gizi Kurang Buruk+Kurang Gizi Normal Gizi Lebih Jumlah
(kolom 3+4)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - -
2 Sumatera Utara 11.06 17.14 28.20 67.86 3.94 100.00
3 Sumatera Barat 10.11 18.92 29.03 67.57 3.41 100.00
4 Riau 9.50 16.46 25.96 67.73 6.31 100.00
5 Jambi 5.25 16.61 21.85 72.54 5.61 100.00
6 Sumatera Selatan 8.65 16.93 25.59 68.96 5.45 100.00
7 Bengkulu 6.07 19.86 25.93 69.82 4.25 100.00
8 Lampung 6.09 15.23 21.32 73.55 5.13 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.84 15.20 22.04 71.69 6.26 100.00
10 Kepulauan Riau 10.42 17.92 28.34 66.91 4.75 100.00
11 DKI Jakarta 6.62 15.11 21.73 73.17 5.11 100.00
12 Jawa Barat 5.43 15.41 20.84 75.25 3.91 100.00
13 Jawa Tengah 5.29 16.30 21.59 75.10 3.31 100.00
14 DI Yogyakarta 2.82 10.63 13.45 82.65 3.90 100.00
15 Jawa Timur 5.24 16.84 22.07 74.20 3.73 100.00
16 Banten 7.57 17.00 24.56 70.20 5.24 100.00
17 Bali 4.69 13.15 17.84 77.56 4.60 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 7.25 22.80 30.05 67.07 2.89 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 11.72 25.17 36.89 60.77 2.33 100.00
20 Kalimantan Barat 12.30 20.12 32.43 63.97 3.60 100.00
21 Kalimantan Tengah 11.28 17.91 29.19 66.82 3.98 100.00
22 Kalimantan Selatan 10.49 22.57 33.06 63.59 3.35 100.00
23 Kalimantan Timur 7.71 16.06 23.77 70.74 5.49 100.00
24 Sulawesi Utara 8.06 15.69 23.75 69.67 6.57 100.00
25 Sulawesi Tengah 10.04 21.48 31.52 65.73 2.74 100.00
26 Sulawesi Selatan 8.15 20.19 28.34 67.86 3.81 100.00
27 Sulawesi Tenggara 9.59 18.22 27.81 68.17 4.02 100.00
28 Gorontalo 15.07 26.28 41.34 55.92 2.74 100.00
29 Maluku 21.30 20.41 41.71 53.19 5.10 100.00
30 Maluku Utara 8.73 15.69 24.42 71.16 4.42 100.00
31 Papua 13.60 18.53 32.13 62.65 5.22 100.00
Indonesia 8.51 18.23 26.74 69.16 4.09 100.00
Gizi
No Provinsi Gizi Buruk Gizi Kurang Buruk+Kurang Gizi Normal Gizi Lebih Jumlah
(3+4)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - - -
2 Sumatera Utara 10.45 18.20 28.65 67.79 3.56 100.00
3 Sumatera Barat 10.81 19.63 30.44 66.88 2.68 100.00
4 Riau 9.27 16.54 25.81 67.52 6.67 100.00
5 Jambi 5.54 18.72 24.27 71.33 4.41 100.00
6 Sumatera Selatan 8.54 17.52 26.06 69.02 4.92 100.00
7 Bengkulu 6.97 19.59 26.55 69.91 3.53 100.00
8 Lampung 7.24 16.72 23.97 72.33 3.71 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 8.70 17.04 25.74 69.07 5.19 100.00
10 Kepulauan Riau 10.19 17.27 27.47 68.56 3.97 100.00
11 DKI Jakarta 7.30 15.03 22.34 72.87 4.80 100.00
12 Jawa Barat 5.77 16.23 22.00 74.82 3.19 100.00
13 Jawa Tengah 5.84 18.13 23.97 73.34 2.69 100.00
14 DI Yogyakarta 4.08 10.97 15.05 81.76 3.19 100.00
15 Jawa Timur 5.67 18.09 23.76 73.04 3.20 100.00
16 Banten 6.98 19.19 26.17 69.49 4.33 100.00
17 Bali 5.10 15.41 20.52 75.73 3.76 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 8.44 24.95 33.39 64.42 2.19 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 13.04 28.03 41.07 57.25 1.68 100.00
20 Kalimantan Barat 11.56 21.16 32.71 63.61 3.67 100.00
21 Kalimantan Tengah 10.19 17.18 27.38 68.54 4.08 100.00
22 Kalimantan Selatan 11.29 24.48 35.78 61.94 2.29 100.00
23 Kalimantan Timur 7.59 18.33 25.92 69.55 4.53 100.00
24 Sulawesi Utara 8.44 14.67 23.11 71.27 5.62 100.00
25 Sulawesi Tengah 10.36 20.96 31.32 66.50 2.18 100.00
26 Sulawesi Selatan 8.65 21.51 30.16 66.51 3.33 100.00
27 Sulawesi Tenggara 10.04 19.34 29.38 67.69 2.93 100.00
28 Gorontalo 15.41 26.07 41.48 56.44 2.07 100.00
29 Maluku 15.19 18.47 33.66 62.51 3.83 100.00
30 Maluku Utara 10.24 17.06 27.30 68.90 3.80 100.00
31 Papua 13.75 17.46 31.21 63.93 4.86 100.00
Indonesia 8.80 19.24 28.05 68.48 3.48 100.00
Sumber : Dit. Gizi, Binkesmas berdasarkan lap. Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2005
Ket: *Prov. Kepulauan Riau termasuk Riau, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.37
PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan
No Provinsi Pendek Sekali Pendek Normal Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - -
2 Sumatera Utara 24.21 18.51 57.28 100
3 Sumatera Barat 24.84 22.11 53.05 100
4 Riau 24.19 13.86 61.95 100
5 Jambi 17.55 16.89 65.56 100
6 Sumatera Selatan 15.79 19.38 64.83 100
7 Bengkulu 20.44 22.22 57.33 100
8 Lampung 15.73 19.47 64.80 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 19.80 18.81 61.39 100
10 Kepulauan Riau 18.02 13.51 68.47 100
11 DKI Jakarta 14.77 11.57 73.67 -
12 Jawa Barat 20.62 18.00 61.37 100
13 Jawa Tengah 17.48 18.58 63.94 100
14 DI Yogyakarta 13.95 13.95 72.09 100
15 Jawa Timur 18.19 18.19 63.61 100
16 Banten 28.64 21.96 49.40 100
17 Bali 16.53 17.62 65.85 100
18 Nusa Tenggara Barat 28.57 21.92 49.51 100
19 Nusa Tenggara Timur 30.61 22.60 46.79 100
20 Kalimantan Barat 22.33 20.95 56.72 100
21 Kalimantan Tengah 21.59 19.32 59.09 100
22 Kalimantan Selatan 30.09 20.65 49.26 100
23 Kalimantan Timur 17.21 15.81 66.98 100
24 Sulawesi Utara 18.30 23.21 58.48 100
25 Sulawesi Tengah 20.89 23.63 55.48 100
26 Sulawesi Selatan 26.86 18.77 54.37 100
27 Sulawesi Tenggara 19.88 22.32 57.80 100
28 Gorontalo 30.51 22.60 46.89 100
29 Sulawesi Barat - - - -
30 Maluku 16.47 19.41 64.12 100
31 Maluku Utara 39.47 20.18 40.35 100
32 Papua 23.21 15.61 61.18 100
33 Irian Jaya Barat - - - -
Indonesia 21.41 18.93 59.66 100
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.38.a
PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
No Provinsi Pendek Sekali Pendek Normal Total
PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
No Provinsi Pendek Sekali Pendek Normal Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - -
2 Sumatera Utara 32.76 17.53 49.71 100
3 Sumatera Barat 28.05 23.23 48.73 100
4 Riau 22.28 12.87 64.85 100
5 Jambi 22.28 16.58 61.14 100
6 Sumatera Selatan 22.22 21.46 56.32 100
7 Bengkulu 24.38 24.38 51.25 100
8 Lampung 17.13 19.88 63.00 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 25.35 19.01 55.63 100
10 Kepulauan Riau 23.08 15.38 61.54 100
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 21.29 18.71 60.00 100
13 Jawa Tengah 19.16 18.44 62.39 100
14 DI Yogyakarta 16.55 17.27 66.19 100
15 Jawa Timur 19.97 18.96 61.06 100
16 Banten 27.60 23.53 48.87 100
17 Bali 20.81 18.50 60.69 100
18 Nusa Tenggara Barat 31.99 21.12 46.89 100
19 Nusa Tenggara Timur 31.13 23.08 45.80 100
20 Kalimantan Barat 25.00 20.64 54.36 100
21 Kalimantan Tengah 20.41 19.73 59.86 100
22 Kalimantan Selatan 29.50 24.50 46.00 100
23 Kalimantan Timur 24.75 12.87 62.38 100
24 Sulawesi Utara 18.12 20.81 61.07 100
25 Sulawesi Tengah 20.34 25.42 54.24 100
26 Sulawesi Selatan 29.04 19.21 51.75 100
27 Sulawesi Tenggara 21.19 20.82 57.99 100
28 Gorontalo 32.80 24.80 42.40 100
29 Sulawesi Barat*
30 Maluku 18.03 21.31 60.66 100
31 Maluku Utara 41.05 20 38.95 100
32 Papua 27.81 11.26 60.93 100
33 Irian Jaya Barat* - - - -
Indonesia 24.25 19.94 55.81 100
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.39
PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan+Pedesaan
No Provinsi Kurus Sekali Kurus Normal Lebih Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - -
2 Sumatera Utara 6.87 8.96 71.34 12.84 100
3 Sumatera Barat 7.63 10.72 72.58 9.07 100
4 Riau 7.87 8.92 59.84 23.36 100
5 Jambi 5.21 7.17 74.59 13.03 100
6 Sumatera Selatan 8.99 9.22 72.12 9.68 100
7 Bengkulu 8.71 10.37 65.15 15.77 100
8 Lampung 3.56 10.69 75.06 10.69 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 9.22 6.31 72.33 12.14 100
10 Kepulauan Riau 11.21 10.34 60.34 18.10 100
11 DKI Jakarta 9.35 12.24 63.61 14.80 100
12 Jawa Barat 4.87 9.13 74.81 11.19 100
13 Jawa Tengah 5.19 8.52 74.92 11.36 100
14 DI Yogyakarta 4.56 5.21 81.43 8.79 100
15 Jawa Timur 4.00 8.33 75.27 12.40 100
16 Banten 5.44 8.16 67.80 18.59 100
17 Bali 5.36 8.04 74.26 12.33 100
18 Nusa Tenggara Barat 5.44 7.69 80.11 6.75 100
19 Nusa Tenggara Timur 7.31 12.09 73.58 7.01 100
20 Kalimantan Barat 7.50 9.42 71.54 11.54 100
21 Kalimantan Tengah 3.81 16.19 51.43 28.57 100
22 Kalimantan Selatan 5.08 13.28 72.88 8.76 100
23 Kalimantan Timur 6.78 4.24 72.03 16.95 100
24 Sulawesi Utara 4.72 8.15 70.82 16.31 100
25 Sulawesi Tengah 5.08 8.47 76.95 9.49 100
26 Sulawesi Selatan 7.15 11.13 72.18 9.54 100
27 Sulawesi Tenggara 4.71 9.41 76.47 9.41 100
28 Gorontalo 6.44 11.39 66.83 15.35 100
29 Sulawesi Barat*
30 Maluku 9.68 11.83 68.82 9.68 100
31 Maluku Utara 9.45 9.45 50.39 30.71 100
32 Papua 8.18 7.81 67.29 16.73 100
33 Irian Jaya Barat*
Indonesia 6.13 9.35 72.15 12.36 100
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.39.a
PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perkotaan
No Provinsi Kurus Sekali Kurus Normal Lebih Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 8.01 13.24 68.64 10.10 100.00
3 Sumatera Barat 8.66 9.45 70.08 11.81 100.00
4 Riau 6.99 11.19 57.34 24.48 100.00
5 Jambi 6.48 8.33 78.70 6.48 100.00
6 Sumatera Selatan 8.75 8.75 76.88 5.63 100.00
7 Bengkulu 10.77 12.31 75.38 1.54 100.00
8 Lampung - 14.58 81.25 4.17 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.67 3.33 81.67 8.33 100.00
10 Kepulauan Riau 12.87 11.88 58.42 16.83 100.00
11 DKI Jakarta 9.35 12.24 63.61 14.80 100.00
12 Jawa Barat 4.01 7.89 73.53 14.57 100.00
13 Jawa Tengah 5.60 6.40 77.60 10.40 100.00
14 DI Yogyakarta 4.76 3.57 82.14 9.52 100.00
15 Jawa Timur 4.17 8.04 73.26 14.53 100.00
16 Banten 7.62 7.62 64.76 20.00 100.00
17 Bali 6.03 9.55 74.37 10.05 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 5.85 9.04 82.45 2.66 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 13.70 6.85 69.86 9.59 100.00
20 Kalimantan Barat 5.36 8.93 76.19 9.52 100.00
21 Kalimantan Tengah - 25.00 62.50 12.50 100.00
22 Kalimantan Selatan 3.45 14.48 71.72 10.34 100.00
23 Kalimantan Timur 7.09 3.94 74.80 14.17 100.00
24 Sulawesi Utara 6.58 5.26 60.53 27.63 100.00
25 Sulawesi Tengah 7.14 16.07 62.50 14.29 100.00
26 Sulawesi Selatan 9.20 17.18 70.55 3.07 100.00
27 Sulawesi Tenggara 3.17 7.94 69.84 10.05 100.00
28 Gorontalo 9.43 7.55 79.25 3.77 100.00
29 Sulawesi Barat*
30 Maluku 9.80 11.76 74.51 3.92 100.00
31 Maluku Utara - 4.35 56.52 39.13 100.00
32 Papua 10.87 6.52 76.09 6.52 100.00
33 Irian Jaya Barat*
Indonesia 6.49 9.29 71.97 12.25 100.00
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.39.b
PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
No Provinsi Kurus Sekali Kurus Normal Lebih Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam - - - - -
2 Sumatera Utara 6.01 5.74 73.37 14.88 100.00
3 Sumatera Barat 7.26 11.17 73.46 8.10 100.00
4 Riau 8.40 7.56 61.34 22.69 100.00
5 Jambi 4.52 6.53 72.36 16.58 100.00
6 Sumatera Selatan 9.12 9.49 69.34 12.04 100.00
7 Bengkulu 7.95 9.66 61.36 21.02 100.00
8 Lampung 4.06 10.14 74.59 11.59 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 10.27 7.53 68.49 13.70 100.00
10 Kepulauan Riau - - 73.33 26.67 100.00
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 5.78 10.44 76.16 7.62 100.00
13 Jawa Tengah 4.92 9.97 73.09 12.02 100.00
14 DI Yogyakarta 4.32 7.19 80.58 7.91 100.00
15 Jawa Timur 3.86 8.56 76.84 10.74 100.00
16 Banten 3.46 8.66 70.56 17.32 100.00
17 Bali 4.60 6.32 74.14 14.94 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 5.22 6.96 78.84 8.99 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 6.53 12.73 74.04 6.70 100.00
20 Kalimantan Barat 8.52 9.66 69.32 12.50 100.00
21 Kalimantan Tengah 4.49 14.61 49.44 31.46 100.00
22 Kalimantan Selatan 6.22 12.44 73.68 7.66 100.00
23 Kalimantan Timur 6.42 4.59 68.81 20.18 100.00
24 Sulawesi Utara 3.82 9.55 75.80 10.83 100.00
25 Sulawesi Tengah 4.60 6.69 80.33 8.37 100.00
26 Sulawesi Selatan 6.44 9.01 72.75 11.80 100.00
27 Sulawesi Tenggara 5.05 9.75 77.98 7.22 100.00
28 Gorontalo 5.37 12.75 62.42 19.46 100.00
29 Sulawesi Barat *
30 Maluku 9.63 11.85 66.67 11.85 100.00
31 Maluku Utara 11.54 10.58 49.04 28.85 100.00
32 Papua 6.78 8.47 62.71 22.03 100.00
33 Irian Jaya Barat*
Indonesia 5.9 9.39 72.27 12.44 100.00
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.40
PERSENTASE WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN) MENURUT TIPE DAERAH, UKURAN LILA DAN PROVINSI
TAHUN 2005
PERSENTASE WANITA USIA 15 - 49 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, UKURAN LILA DAN KELOMPOK UMUR,
TAHUN 2005
Total 14.38 85.62 100.00 17.64 82.36 100.00 16.24 83.76 100.00
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.42
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 4.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 & K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
CAKUPAN DETEKSI RISIKO, RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2005
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2005
Klinik KB
Dokter Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta Jumlah
No Provinsi Pemerintah Swasta
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 57,592 69.33 5,525 6.65 2,982 3.59 16,970 20.43 83,069 100.00
2 Sumatera Utara 147,878 76.26 22,724 11.72 2,818 1.45 20,484 10.56 193,904 100.00
3 Sumatera Barat 59,219 64.67 2,350 2.57 1,502 1.64 28,499 31.12 91,570 100.00
4 Riau 57,964 49.63 1,880 1.61 2,354 2.02 54,600 46.75 116,798 100.00
5 Jambi 52,174 65.03 242 0.30 2,381 2.97 25,431 31.70 80,228 100.00
6 Sumatera Selatan 121,282 64.36 11,401 6.05 4,474 2.37 51,272 27.21 188,429 100.00
7 Bengkulu 35,174 69.33 951 1.87 2,147 4.23 12,461 24.56 50,733 100.00
8 Lampung 112,836 58.10 4,964 2.56 5,028 2.59 71,386 36.76 194,214 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 18,972 71.19 900 3.38 424 1.59 6,355 23.85 26,651 100.00
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 100,834 41.10 19,566 7.98 29,167 11.89 95,765 39.03 245,332 100.00
12 Jawa Barat 401,728 53.61 72,599 9.69 20,325 2.71 254,727 33.99 749,379 100.00
13 Jawa Tengah 255,769 49.86 22,132 4.31 19,234 3.75 215,860 42.08 512,995 100.00
14 DI Yogyakarta 18,492 44.48 4,931 11.86 643 1.55 17,509 42.11 41,575 100.00
15 Jawa Timur 381,743 53.39 18,084 2.53 13,173 1.84 302,014 42.24 715,014 100.00
16 Banten 96,669 75.00 6,938 5.38 4,001 3.10 21,291 16.52 128,899 100.00
17 Bali 19,109 37.57 710 1.40 1,528 3.00 29,509 58.02 50,856 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 94,155 85.05 2,703 2.44 1,162 1.05 12,685 11.46 110,705 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 59,916 96.62 273 0.44 268 0.43 1,552 2.50 62,009 100.00
20 Kalimantan Barat 43,651 63.71 3,137 4.58 1,274 1.86 20,451 29.85 68,513 100.00
21 Kalimantan Tengah 33,195 62.10 7,125 13.33 1,085 2.03 12,051 22.54 53,456 100.00
22 Kalimantan Selatan 49,244 62.05 1,854 2.34 685 0.86 27,578 34.75 79,361 100.00
23 Kalimantan Timur 32,884 59.27 4,807 8.66 3,555 6.41 14,234 25.66 55,480 100.00
24 Sulawesi Utara 18,750 54.06 4,780 13.78 2,676 7.72 8,478 24.44 34,684 100.00
25 Sulawesi Tengah 43,417 86.30 3,174 6.31 736 1.46 2,985 5.93 50,312 100.00
26 Sulawesi Selatan 113,175 84.94 3,181 2.39 1,358 1.02 15,521 11.65 133,235 100.00
27 Sulawesi Tenggara 40,163 92.68 1,211 2.79 378 0.87 1,585 3.66 43,337 100.00
28 Gorontalo 17,953 72.64 2,500 10.11 396 1.60 3,867 15.65 24,716 100.00
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - -
30 Maluku 20,876 89.54 384 1.65 41 0.18 2,015 8.64 23,316 100.00
31 Maluku Utara 11,907 88.07 158 1.17 28 0.21 1,427 10.55 13,520 100.00
32 Papua 4,073 86.84 60 1.28 16 0.34 541 11.54 4,690 100.00
33 Irian Jaya Barat 2,813 95.55 26 0.88 6 0.20 99 3.36 2,944 100.00
Indonesia 2,523,607 59.66 231,270 5.47 125,845 2.98 1,349,202 31.90 4,229,924 100.00
Sumber: BKKBN
Lampiran 4.8
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2004 - 2005
Imunisasi Bayi
No. Provinsi Sasaran BCG DPT1 DPT2 DPT3 Polio1 POLIO2 Polio3 Polio4 Campak
DO
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 109,128 85,846 78.7 87,978 80.6 83,740 76.7 80,213 73.5 87,632 80.3 112,921 103.5 76,606 70.2 65,123 59.7 81,171 74.4 7.74
2 Sumatera Utara 320,587 289,292 90.2 271,424 84.7 261,346 81.5 248,176 77.4 291,141 90.8 276,547 86.3 266,767 83.2 263,539 82.2 275,872 86.1 0.00
3 Sumatera Barat 96,520 96,053 99.5 93,463 96.8 87,692 90.9 84,566 87.6 99,106 102.7 94,513 97.9 92,552 95.9 88,317 91.5 86,040 89.1 7.94
4 Riau 147,831 133,109 90.0 138,853 93.9 132,307 89.5 127,020 85.9 137,426 93.0 134,336 90.9 131,709 89.1 129,262 87.4 136,165 92.1 1.94
5 Jambi 64,964 63,869 98.3 64,531 99.3 61,925 95.3 61,301 94.4 64,907 99.9 62,699 96.5 61,846 95.2 62,061 95.5 61,409 94.5 4.84
6 Sumatera Selatan 166,556 152,732 91.7 154,703 92.9 145,116 87.1 145,163 87.2 155,251 93.2 150,511 90.4 145,336 87.3 145,404 87.3 145,003 87.1 6.27
7 Bengkulu 39,545 37,461 94.7 36,333 91.9 35,170 88.9 33,530 84.8 38,420 97.2 36,763 93.0 36,990 93.5 38,632 97.7 34,380 86.9 5.38
8 Lampung 171,587 145,426 84.8 140,995 82.2 137,505 80.1 135,147 78.8 151,287 88.2 145,628 84.9 143,056 83.4 142,132 82.8 144,546 84.2 0.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 24,207 23,378 96.6 23,728 98.0 22796 94.2 21705 89.7 23,819 98.4 22995 95.0 22,362 92.4 22,066 91.2 22,179 91.6 6.53
10 Kepulauan Riau 53,270 51,637 96.9 50,689 95.2 45,835 86.0 44,405 83.4 52,189 98.0 48,332 90.7 46,243 86.8 45,345 85.1 45,389 85.2 10.46
11 DKI Jakarta 191,306 218,505 114.2 221,021 115.5 209,282 109.4 206,514 107.9 203,943 106.6 195,353 102.1 189,999 99.3 179,264 93.7 206,852 108.1 6.41
12 Jawa Barat 880,482 681,359 77.4 698,644 79.3 655,624 74.5 643,150 73.0 481,499 54.7 450,321 51.1 437,861 49.7 421,717 47.9 746,063 84.7 0.00
13 Jawa Tengah 605,672 514,133 84.9 511,042 84.4 498,824 82.4 500,448 82.6 517,217 85.4 498,435 82.3 491,806 81.2 490,402 81.0 511,001 84.4 0.01
14 DI Yogyakarta 50,307 48,755 96.9 51,087 101.6 12,940 25.7 15,103 30.0 39,219 78.0 35,230 70.0 34,143 67.9 35,024 69.6 46,607 92.6 0.00
15 Jawa Timur 638,265 606,315 95.0 586,335 91.9 372,555 58.4 400,146 62.7 644,689 101.0 596,456 93.4 581,797 91.2 583,165 91.4 576,277 90.3 0.00
16 Banten 236,590 216,250 91.4 206,418 87.2 198818 84.0 202649 85.7 178,797 75.6 171199 72.4 167,186 70.7 165,381 69.9 208,224 88.0 0.00
17 Bali 62,290 63,346 101.7 61,630 98.9 59,188 95.0 58,907 94.6 63,208 101.5 62,755 100.7 60,904 97.8 61,003 97.9 61,533 98.8 0.16
18 Nusa Tenggara Barat 106,771 103,685 97.1 100,947 94.5 96,196 90.1 96,150 90.1 103,783 97.2 104,011 97.4 98,977 92.7 100,273 93.9 97,162 91.0 3.75
19 Nusa Tenggara Timur 123,358 114,950 93.2 112,614 91.3 106,975 86.7 101,577 82.3 110,792 89.8 106,720 86.5 103,115 83.6 102,045 82.7 113,476 92.0 0.00
20 Kalimantan Barat 97,648 94,490 96.8 93,152 95.4 87,522 89.6 85,449 87.5 95,724 98.0 91,422 93.6 88,193 90.3 108,072 110.7 88,786 90.9 4.69
21 Kalimantan Tengah 47,798 43,954 92.0 42,627 89.2 40,529 84.8 39,647 82.9 44,819 93.8 42,403 88.7 40,931 85.6 40,605 85.0 40,193 84.1 5.71
22 Kalimantan Selatan 72,844 70,814 97.2 68,411 93.9 63,899 87.7 63,724 87.5 69,537 95.5 66,575 91.4 63,843 87.6 63,254 86.8 63,724 87.5 6.85
23 Kalimantan Timur 70,058 68,012 97.1 65,423 93.4 61,929 88.4 61,608 87.9 69,286 98.9 66,791 95.3 64,455 92.0 62,245 88.8 61,086 87.2 6.63
24 Sulawesi Utara 44,912 34,560 77.0 41,259 91.9 39,801 88.6 39,153 87.2 41,406 92.2 40,731 90.7 40,012 89.1 40,334 89.8 39,134 87.1 5.15
25 Sulawesi Tengah 56,131 45,122 80.4 44,452 79.2 41,080 73.2 40,198 71.6 45,920 81.8 43,443 77.4 41,711 74.3 41,144 73.3 41,053 73.1 7.65
26 Sulawesi Selatan 171,624 126,404 73.7 136,770 79.7 129,736 75.6 123,996 72.2 145,514 84.8 137,292 80.0 131,799 76.8 131,382 76.6 126,322 73.6 7.64
27 Sulawesi Tenggara 53,270 51,637 96.9 50,689 95.2 45,835 86.0 44,405 83.4 52,189 98.0 48,332 90.7 46,243 86.8 45,345 85.1 45,389 85.2 10.46
28 Gorontalo 22,282 20,226 90.8 21,870 98.2 13,338 59.9 12,886 57.8 21,404 96.1 13,819 62.0 19,074 85.6 18,520 83.1 19,279 86.5 11.85
29 Sulawesi Barat 22,216 14,077 63.4 16,448 74.0 12,467 56.1 12,342 55.6 14,288 64.3 13,021 58.6 12,458 56.1 12,303 55.4 12,781 57.5 22.29
30 Maluku 42,343 37,211 87.9 36,178 85.4 30,747 72.6 29,585 69.9 35,683 84.3 31,460 74.3 34,716 82.0 34,564 81.6 34,482 81.4 4.69
31 Maluku Utara 20,954 18,483 88.2 18,645 89.0 17,499 83.5 16,285 77.7 19,936 95.1 17,884 85.3 16,742 79.9 15,727 75.1 15,967 76.2 14.36
32 Papua 55,526 35,061 63.1 35,407 63.8 30,693 55.3 29,386 52.9 38,981 70.2 34,642 62.4 32,263 58.1 31,561 56.8 32,981 59.4 6.85
Indonesia 4,866,842 4,306,152 88.5 4,283,766 88.0 3,838,909 78.9 3,804,534 78.2 4,139,012 85.0 3,953,540 81.2 3,821,695 78.5 3,785,211 77.8 4,220,526 86.7 1.48
Status Imunisasi
No Provinsi Sasaran HB1 (<7hr) HB1 (>7hr) HB1 (total) HEP. B2 HEP. B3
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 109,128 13,686 12.5 63,972 58.6 77,658 71.2 109,198 100.1 62,324 57.1
2 Sumatera Utara 320,587 115,106 35.9 155,039 48.4 270,145 84.3 235,489 73.5 228,388 71.2
3 Sumatera Barat 96,520 38,457 39.8 65,108 67.5 103,565 107.3 88,337 91.5 83,508 86.5
4 Riau 147,831 50,905 34.4 94,442 63.9 145,347 98.3 105,258 71.2 100,062 67.7
5 Jambi 64,964 28,666 44.1 32,536 50.1 61,202 94.2 57,997 89.3 56,829 87.5
6 Sumatera Selatan 166,556 57,297 34.4 114,645 68.8 171,942 103.2 139,886 84.0 133,585 80.2
7 Bengkulu 39,545 23,755 60.1 37,449 94.7 61,204 154.8 26,670 67.4 25,954 65.6
8 Lampung 171,587 48,397 28.2 82,252 47.9 130,649 76.1 123,907 72.2 121,399 70.8
9 Kepulauan Bangka Belitung 24,207 4,852 20.0 21,809 90.1 26,661 110.1 21,653 89.4 21,653 89.4
10 Kepulauan Riau 53,270 17,157 32.2 32,567 61.1 49,724 93.3 43,023 80.8 41,072 77.1
11 DKI Jakarta 191,306 73,139 38.2 159,248 83.2 232,387 121.5 181,877 95.1 129,188 67.5
12 Jawa Barat 880,482 345,363 39.2 447,904 50.9 793,267 90.1 650,599 73.9 632,231 71.8
13 Jawa Tengah 605,672 377,083 62.3 185,643 30.7 562,726 92.9 440,601 72.7 430,611 71.1
14 DI Yogyakarta 50,307 35,225 70.0 12,492 24.8 47,717 94.9 13,102 26.0 17,503 34.8
15 Jawa Timur 638,265 377,012 59.1 209,201 32.8 586,213 91.8 352,453 55.2 365,425 57.3
16 Banten 236,590 50,997 21.6 138,591 58.6 189,588 80.1 176,878 74.8 170,774 72.2
17 Bali 62,290 40,116 64.4 25,829 41.5 65,945 105.9 59,366 95.3 60,388 96.9
18 Nusa Tenggara Barat 106,771 83,070 77.8 15,628 14.6 98,698 92.4 - - - -
19 Nusa Tenggara Timur 123,358 30,975 25.1 77,689 63.0 108,664 88.1 103,071 83.6 99,932 81.0
20 Kalimantan Barat 97,648 10,961 11.2 79,240 81.1 90,201 92.4 72,173 73.9 74,550 76.3
21 Kalimantan Tengah 47,798 7,262 15.2 37,120 77.7 44,382 92.9 37,936 79.4 36,934 77.3
22 Kalimantan Selatan 72,844 15,221 20.9 55,777 76.6 70,998 97.5 60,127 82.5 57,016 78.3
23 Kalimantan Timur 70,058 18,919 27.0 39,918 57.0 58,837 84.0 63,079 90.0 58,275 83.2
24 Sulawesi Utara 44,912 19,500 43.4 26,535 59.1 46,035 102.5 36,823 82.0 34,448 76.7
25 Sulawesi Tengah 56,131 7,340 13.1 31,720 56.5 39,060 69.6 35,008 62.4 34,161 60.9
26 Sulawesi Selatan 171,624 55,327 32.2 94,388 55.0 149,715 87.2 111,556 65.0 107,588 62.7
27 Sulawesi Tenggara 53,270 17,157 32.2 32,567 61.1 49,724 93.3 43,023 80.8 41,072 77.1
28 Gorontalo 22,282 7,897 35.4 15,507 69.6 23,404 105.0 16,923 75.9 18,120 81.3
29 Sulawesi Barat 22,216 4,390 19.8 10,446 47.0 14,836 66.8 7,566 34.1 11,212 50.5
30 Maluku 42,343 18,667 44.1 5,313 12.5 23,980 56.6 22,329 52.7 21,695 51.2
31 Maluku Utara 20,954 1,881 9.0 14,580 69.6 16,461 78.6 13,300 63.5 11,703 55.9
32 Papua 55,526 4,575 8.2 15,215 27.4 19,790 35.6 28,911 52.1 26,654 48.0
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - -
Indonesia 4,866,842 2,000,355 41.1 2,430,370 49.9 4,430,725 91.0 3,478,119 71.5 3,314,254 68.1
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 4.11
DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 1998 - 2005
Tahun
No Provinsi
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.3 13.2 16.8 15.6 7.7 14.3 16.7 7.7
2 Sumatera Utara 4.6 5.5 5.8 6.6 6.6 8.1 7.6 0.0
3 Sumatera Barat 8.7 12.0 9.4 9.2 6.8 11.6 9.7 7.9
4 Riau 10.1 10.7 4.2 8.6 7.4 5.3 5.7 1.9
5 Jambi 3.1 7.4 5.9 5.7 6.2 8.2 6.1 4.8
6 Sumatera Selatan 16.1 10.5 8.3 9.0 8.7 9.3 9.6 6.3
7 Bengkulu 8.4 11.7 7.4 3.9 5.7 10.1 20.0 5.4
8 Lampung 5.1 9.5 1.1 5.0 7.5 3.7 2.8 0.0
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - 6.0 3.9 6.9 6.0 6.5
10 Kepulauan Riau - - - - - - - 10.5
11 DKI Jakarta 13.6 11.1 10.4 0.6 7.3 10.2 11.4 6.4
12 Jawa Barat 7.6 6.7 5.5 6.3 5.3 5.3 3.7 0.0
13 Jawa Tengah 8.5 8.4 7.0 6.7 3.0 4.0 4.2 0.01
14 DI Yogyakarta 4.5 8.3 1.5 5.3 5.7 3.8 2.5 8.7
15 Jawa Timur 5.9 9.8 7.9 30.3 3.3 7.1 5.0 1.7
16 Banten - - - 4.7 4.6 4.0 3.1 0.0
17 Bali 5.1 8.7 8.9 14.2 8.1 7.1 4.8 0.2
18 Nusa Tenggara Barat 5.3 7.7 1.3 2.9 3.8 6.0 7.1 3.8
19 Nusa Tenggara Timur 16.6 23.7 13.8 4.9 9.3 18.8 5.9 0.0
20 Kalimantan Barat 9.9 8.9 9.6 12.5 6.4 8.8 12.0 4.7
21 Kalimantan Tengah 7.5 10.5 8.3 7.5 2.6 9.4 0.2 5.7
22 Kalimantan Selatan 7.8 10.1 8.1 6.2 9.8 7.9 7.2 6.9
23 Kalimantan Timur 9.4 8.3 11.2 10.1 10.3 7.5 5.2 6.6
24 Sulawesi Utara 2.9 7.2 12.4 5.4 8.4 11.9 5.1 5.2
25 Sulawesi Tengah 10.2 12.3 7.0 8.9 9.0 16.3 10.1 7.7
26 Sulawesi Selatan 2.5 11.7 10.9 9.6 5.6 10.6 4.0 7.6
27 Sulawesi Tenggara 9.1 9.7 12.1 8.2 4.3 11.0 5.8 10.5
28 Gorontalo - - - 7.8 9.7 18.4 10.9 11.8
29 Sulawesi Barat - - - - - - - 22.3
30 Maluku 1.7 3.2 9,9 2.1 2.9 1.3 3.4 4.7
31 Maluku Utara - - - 15.6 18.5 9.5 20.9 14.4
32 Papua 21.8 18.1 16.9 19.3 8.7 18.0 15.7 6.9
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - -
Indonesia 7.8 9.1 7.4 10.1 5.8 7.6 5.9 1.5
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 4.12
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
Cakupan
Sekolah Sasaran
Campak DT TT Total
No Provinsi*)
Total Kelas 1 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kls. 2+3
SD MI Lain-lain Total Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Kls. 2+3 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3,699 - - 3,699 - - - - - - - - - - - - - -
2 Sumatera Utara 10,009 7,645 322 17,976 315,730 297,713 288,713 586,426 - - 310,140 98.2 290,365 97.5 283,912 98.3 574,277 97.9
3 Sumatera Barat 4,103 4,157 54 8,314 119,416 113,874 109,104 222,978 - - 116,231 97.3 110,967 97.4 108,085 99.1 219,052 98.2
4 Riau 3,703 288 20 4,011 157,954 148,202 142,799 291,001 - - 149,429 94.6 143,298 96.7 136,440 95.5 279,738 96.1
5 Jambi 2,334 106 - 2,440 70,504 67,461 64,975 132,436 67,557 95.8 - - 63,475 94.1 61,538 94.7 125,013 94.4
6 Sumatera Selatan 4,045 251 6 4,302 145,933 141,320 135,206 276,526 - - 141,841 97.2 125,047 88.5 145,828 107.9 270,875 98.0
7 Bengkulu - - - - 61,493 57,036 54,056 111,092 44,242 71.9 55,710 90.6 51,165 89.7 49,028 90.7 100,193 90.2
8 Lampung 4,619 522 28 5,169 129,997 128,340 127,572 255,912 - - 128,883 99.1 127,648 99.5 126,006 98.8 253,654 99.1
9 Kepulauan Bangka Belitung 830 32 - 862 26,153 24,263 23,186 47,449 - - 25,328 96.8 24,049 99.1 22,940 98.9 46,989 99.0
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 2,515 496 - 3,011 166,562 159,625 156,517 316,142 229,185 137.6 193,735 116.3 145,896 91.4 137,368 87.8 283,264 89.6
12 Jawa Barat 23,856 - - 23,856 812,226 689,612 697,061 1,386,673 755,505 93.0 733,502 90.3 620,421 90.0 626,399 89.9 1,246,820 89.9
13 Jawa Tengah - - - - 660,119 657,697 663,221 1,320,918 - - 647,694 98.1 653,505 99.4 663,221 100.0 1,316,726 99.7
14 DI Yogyakarta 2,094 121 33 2,248 52,411 51,796 52,516 104,312 - - 52,130 99.5 51,701 99.8 52,284 99.6 103,985 99.7
15 Jawa Timur - - - - 698,037 677,897 679,111 1,357,008 - - 686,631 98.4 667,980 98.5 673,107 99.1 1,341,087 98.8
16 Banten 2,300 278 - 2,578 162,352 116,211 144,414 260,625 57,561 35.5 155,342 95.7 109,692 94.4 136,572 94.6 246,264 94.5
17 Bali 2,368 38 20 2,426 72,336 67,959 66,696 134,655 - - 71,342 98.6 67,333 99.1 65,987 98.9 133,320 99.0
18 Nusa Tenggara Barat - - - - 103,226 99,339 98,613 197,952 - - 100,623 97.5 97,225 97.9 96,500 97.9 193,725 97.9
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat 4,075 182 62 4,319 106,721 93,147 87,088 180,235 - - 95,173 89.2 86,944 93.3 81,141 93.2 168,085 93.3
21 Kalimantan Tengah - - - - 42,231 37,645 36,199 73,844 - - 36,751 87.0 32,887 87.4 31,596 87.3 64,483 87.3
22 Kalimantan Selatan 2,892 500 4 3,396 81,151 74,803 72,415 147,218 - - 79,191 97.6 73,305 98.0 71,230 98.4 144,535 98.2
23 Kalimantan Timur 1,960 84 11 2,055 71,854 64,295 62,967 127,262 - - 68,643 95.5 61,575 95.8 59,833 95.0 121,408 95.4
24 Sulawesi Utara 2,207 21 - 2,228 48,024 44,517 44,218 88,735 - - 38,671 80.5 42,040 94.4 42,690 96.5 84,730 95.5
25 Sulawesi Tengah 1,304 - - 1,304 33,620 23,846 23,362 47,208 30,611 91.0 22,688 67.5 20,200 84.7 20,312 86.9 40,512 85.8
26 Sulawesi Selatan - - - - 90,742 85,559 84,000 169,559 - - 88,481 97.5 84,355 98.6 82,014 97.6 166,369 98.1
27 Sulawesi Tenggara 1,979 24 2 2,005 63,855 58,417 55,593 114,010 59,330 92.9 59,329 92.9 54,364 93.1 52,932 95.2 107,296 94.1
28 Gorontalo 811 57 868 23,953 21,054 20,501 41,555 23,142 96.6 22,771 95.1 20,125 95.6 20,113 98.1 40,238 96.8
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - 43,539 - - - 30,380 69.8 30,380 69.8 - - - - - -
31 Maluku Utara 1,140 63 5 1,208 12,500 10,836 10,631 21,467 8,883 71.1 11,949 95.6 10,398 96.0 10,028 94.3 20,426 95.2
32 Papua - - - - 33,976 23,536 21,871 45,407 - - 25,449 74.9 20,239 86.0 18,473 84.5 38,712 85.3
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Indonesia 82,843 14,865 567 98,275 4,406,615 4,036,000 4,022,605 8,058,605 1,306,396 29.6 4,148,037 94.1 3,856,199 95.5 3,875,577 96.3 7,731,776 95.9
Jumlah Pasien
Jumlah Tempat Bed Occupancy Length of Stay Bed Turn Over Turn Over Interval Net Death Rate Gross Death Rate Kunjungan
No Provinsi Tidur Rate (BOR) (LOS) (BTO) (TOI) (NDR) (GDR)
Meninggal <48
Poliklinik / Hari
jam
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,418 53.9 4.0 41.5 5.0 21.4 43.5 954 196
2 Sumatera Utara 3,181 56.9 4.7 35.0 5.1 33.2 68.8 2,311 214
3 Sumatera Barat 2,030 68.0 4.9 43.7 2.8 20.4 41.3 1,927 180
4 Riau 1,163 52.2 3.5 48.4 3.8 16.6 46.4 1058 104
5 Jambi 695 38.2 3.0 39.0 9.0 11.1 33.9 372 92
6 Sumatera Selatan 1,714 60.7 3.8 54.0 2.8 21.3 50.2 1644 187
7 Bengkulu 441 54.0 3.7 50.3 3.8 29.9 52.3 1302 170
8 Lampung 1,125 54.0 4.0 45.3 5.9 19.8 55.4 423 157
9 Kepulauan Bangka Belitung 279 48.7 3.0 57.0 3.3 20.3 56.1 118 83
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 3,351 74.5 4.8 56.3 2.2 26.3 47.5 3961 1,470
12 Jawa Barat 4,953 68.4 3.9 49.6 2.1 17.4 61.8 3623 309
13 Jawa Tengah 8,242 64.1 4.6 48.2 3.1 19.7 44.1 6532 215
14 DI Yogyakarta 1,288 68.1 4.6 47.1 2.6 22.1 29.0 736 204
15 Jawa Timur 8,665 58.5 4.1 50.7 3.1 26.1 55.3 6209 229
16 Banten 987 58.5 4.4 69.9 2.2 24.0 45.2 1037 422
17 Bali 1,582 66.5 4.0 57.0 2.4 24.6 42.5 2461 268
18 Nusa Tenggara Barat 809 66.5 3.9 58.4 2.0 18.0 44.1 817 195
19 Nusa Tenggara Timur 1,339 89.6 4.0 69.9 2.1 18.2 36.2 1124 98
20 Kalimantan Barat 1,096 72.3 4.0 63.7 3.1 23.0 50.1 731 90
21 Kalimantan Tengah 602 52.1 3.8 40.5 5.2 13.1 31.0 368 64
22 Kalimantan Selatan 1,143 60.0 3.3 61.2 2.9 13.7 40.7 454 90
23 Kalimantan Timur 1,353 67.9 3.8 47.7 2.2 12.4 26.3 974 171
24 Sulawesi Utara 1,205 44.9 5.2 24.2 10.7 18.6 37.1 523 94
25 Sulawesi Tengah 784 72.2 4.2 55.5 2.1 11.8 30.2 392 132
26 Sulawesi Selatan 2,624 75.1 4.1 54.2 2.9 14.5 39.6 1032 102
27 Sulawesi Tenggara 502 68.6 3.7 51.3 2.6 17.9 43.3 325 172
28 Gorontalo 350 - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - -
30 Maluku 665 43.4 5.7 26.1 7.6 20.0 30.0 254 60
31 Maluku Utara 328 - - - - - - - -
32 Irian Jaya Barat 397 60.5 3.3 41.9 2.8 10.8 25.1 115 -
Irian Jaya Tengah 236 79.6 4.2 50.9 1.1 42.3 48.0 127 -
Irian Jaya Timur 734 67.1 4.1 31.6 2.3 16.9 29.5 331 0
Indonesia 55,281 62.9 5.1 41.7 4.6 27.0 49.0 42,226 203
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006
Lampiran 4.15
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
2004 2005
No Provinsi Jumlah RSU Melakukan Jumlah RSU Melakukan
Jumlah RSU Jumlah Pemeriksaan Jumlah RSU Jumlah Pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 14 6 16,831 14 7 25,100
2 Sumatera Utara 25 8 44,754 26 9 54,229
3 Sumatera Barat 15 13 47,584 15 12 47,206
4 Riau 10 9 32,799 12 10 39,634
5 Jambi 7 5 7,545 7 7 21,210
6 Sumatera Selatan 11 7 43,662 12 7 53,123
7 Bengkulu 4 3 12,533 4 3 12,468
8 Lampung 6 6 25,567 8 6 43,142
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 1 3,155 3 1 4,362
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta 8 8 160,639 8 6 187,024
12 Jawa Barat 28 26 322,144 28 19 383,623
13 Jawa Tengah 40 40 253,769 41 36 298,996
14 DI Yogyakarta 6 6 46,530 6 6 34,980
15 Jawa Timur 43 27 221,615 45 24 200,241
16 Banten 5 3 24,269 5 2 43,550
17 Bali 9 8 69,029 9 9 72,599
18 Nusa Tenggara Barat 6 5 19,381 7 5 28,437
19 Nusa Tenggara Timur 13 9 35,684 14 10 28,821
20 Kalimantan Barat 10 7 21,652 13 7 30,157
21 Kalimantan Tengah 10 7 15,412 10 6 36,131
22 Kalimantan Selatan 11 4 8,232 11 7 18,058
23 Kalimantan Timur 10 7 50,439 10 9 54,007
24 Sulawesi Utara 6 5 17,562 6 6 15,819
25 Sulawesi Tengah 9 6 7,099 9 6 10,128
26 Sulawesi Selatan 26 16 20,969 26 20 47,830
27 Sulawesi Tenggara 5 4 8,700 6 4 14,240
28 Gorontalo 2 0 - 2 0 -
29 Sulawesi Barat - - - - - -
30 Maluku 6 2 6,060 6 3 6,621
31 Maluku Utara 2 0 - 4 1 987
32 Irian Jaya Barat 4 2 7,711 4 2 8,310
Irian Jaya Tengah 3 1 1,798 3 1 1,134
Irian Jaya Timur 4 3 12,564 4 4 11,950
Indonesia 361 254 1,565,688 378 255 1,834,117
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006
Lampiran 4.16
HASIL PEKAN IMUNISASI NASIONAL MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005 - 2006
JUMLAH DAN PERSENTASE BALITA YANG MEMILIKI KARTU MENUJU SEHAT (KMS), NAIK BERAT BADANNYA,
DAN BALITA BAWAH GARIS MERAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Balita
No Provinsi
Jumlah Memiliki KMS % KMS Ditimbang % Ditimbang Jumlah BB Naik % BB Naik BGM % BGM
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 368,142 305,551 83.00 346,707 94.18 130,792 37.72 12,334 3.56
2 Sumatera Utara 1,097,421 948,531 86.43 668,975 60.96 558,300 83.46 6,125 0.92
3 Sumatera Barat 480,311 480,311 100.00 253,594 52.80 182,139 71.82 6,331 2.50
4 Riau 628,562 464,898 73.96 292,898 46.60 224,237 76.56 5,764 1.97
5 Jambi 314,160 246,087 78.33 179,129 57.02 145,389 81.16 4,524 2.53
6 Bengkulu 173,749 127,810 73.56 66,133 38.06 48,977 74.06 2,679 4.05
7 Sumatera Selatan 714,632 360,480 50.44 280,553 39.26 2,302 0.82 2,302 0.82
8 Lampung 831,897 518,610 62.34 482,302 57.98 399,159 82.76 12,259 2.54
9 Kepulauan Bangka Belitung 90,734 60,926 67.15 47,007 51.81 32,463 69.06 998 2.12
10 Kepulauan Riau 166,090 72,645 43.74 114,964 69.22 50,780 44.17 - -
11 DKI Jakarta 630,569 630,569 100 312,533 49.56 170,342 54.50 2,095 0.67
12 Jawa Barat 3,927,424 3,099,383 78.92 3,099,383 78.92 2,946,250 95.06 68,914 2.34
13 Jawa Tengah 2,612,823 2,561,465 98.03 1,956,765 74.89 1,486,006 75.94 20,903 1.07
14 DI Yogyakarta 177,478 177,478 100 131,073 73.85 82,254 62.75 2,719 2.07
15 Jawa Timur 3,036,188 2,624,491 86.44 1,478,290 48.69 1,322,668 89.47 437,637 29.60
16 Banten 954,130 576,220 60.39 547,969 57.43 374,488 68.34 96,898 17.68
17 Bali 231,570 230,575 99.57 159,433 68.85 112,761 70.73 1,202 0.75
18 Nusa Tenggara Barat 472,547 422,674 89.45 277,152 58.65 173,394 62.56 11,341 4.09
19 Nusa Tenggara Timur 462,081 444,858 96.27 302,798 65.53 177,439 58.60 86,389 28.53
20 Kalimantan Barat 449,029 318,071 70.84 129,803 28.91 99,086 76.34 5,718 4.41
21 Kalimantan Tengah 138,052 86,208 62.45 86,208 62.45 60,161 69.79 1,301 1.51
22 Kalimantan Timur 292,054 217,816 74.58 144,741 49.56 100,319 69.31 3,581 2.47
23 Kalimantan Selatan 478,052 450,516 94.24 236,158 49.40 169,916 71.95 3,511 1.49
24 Sulawesi Utara 179,371 169,165 94.31 128,470 71.62 104,737 81.53 5,122 3.99
25 Sulawesi Tengah 277,865 214,396 77.16 131,635 47.37 90,244 68.56 12,797 9.72
26 Sulawesi Tenggara 209,121 154,959 74.10 99,259 47.46 77,580 78.16 - -
27 Sulawesi Selatan 719,564 662,315 92.04 369,715 51.38 260,633 70.50 4,731 1.28
28 Gorontalo 93,183 89,157 95.68 51,368 55.13 42,227 82.20 4,082 7.95
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - -
30 Maluku 159,136 96,332 60.53 72,596 45.62 55,480 76.42 1,007 1.39
31 Maluku Utara 102,897 85,090 82.69 48,426 47.06 31,929 65.93 2,694 5.56
32 Papua 173,778 111,022 63.89 47,805 27.51 27,546 57.62 2,410 5.04
33 Irian Jaya Barat - - - - - - - - -
Indonesia 20,642,610 17,008,609 82.40 12,543,842 60.77 9,739,998 77.65 828,368 6.60
Penulisan Resep
No Provinsi
Jumlah Resep Resep Obat Generik %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 17,201 16,501 95.93
2 Sumatera Utara 557,668 396,621 71.12
3 Sumatera Barat 74,572 34,779 46.64
4 Riau 1,594,075 1,377,752 86.43
5 Jambi 322,440 322,279 99.95
6 Bengkulu 147,891 135,131 91.37
7 Sumatera Selatan 423,122 299,934 70.89
8 Lampung 452,208 123,438 27.30
9 Kep.Bangka Belitung 63,314 63,159 99.76
10 Kep.Riau 240,625 219,759 91.33
11 DKI Jakarta - - -
12 Jawa Barat 3,339,642 1,863,079 55.79
13 Jawa Tengah 7,187,279 4,713,232 65.58
14 DI Yogyakarta 185,341 66,553 35.91
15 Jawa Timur 5,218,173 3,626,115 69.49
16 Banten 1,247,104 1,247,119 100.00
17 Bali 3,882,267 3,479,156 89.62
18 Nusa Tenggara Barat 1,392,200 1,266,376 90.96
19 Nusa Tenggara Timur 3,801,044 2,836,902 74.63
20 Kalimantan Barat 1,110,425 1,052,154 94.75
21 Kalimantan Tengah 167,353 138,084 82.51
22 Kalimantan Timur 1,099,814 845,967 76.92
23 Kalimantan Selatan 380,248 109,784 28.87
24 Sulawesi Utara 662,754 579,485 87.44
25 Sulawesi Tengah 81,968 36,150 44.10
26 Sulawesi Tenggara 456,220 301,165 66.01
27 Sulawesi Selatan 601,421 517,337 86.02
28 Gorontalo 81,851 81,851 100.00
29 Sulawesi Barat - - -
30 Maluku 558,909 538,239 96.30
31 Maluku Utara 27,527 18,764 68.17
32 Papua 346,003 338,274 97.77
33 Irian Jaya Barat 101,141 5,914 5.85
Indonesia 35,821,800 26,651,053 74.40
Sumber: Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Indikator Kinerja SPM dari Dinkes Kabupaten/Kota dan Dinkes Provinsi, per 18 Nopember 2005
Keterangan : (-) data belum diterima
Lampiran 4.23
Depkes RI Pemda Provinsi Pemda Kab/Kota TNI & POLRI Swasta Jumlah
No Jenis NAPZA
Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare Kuratif Rehabilitatif Aftercare
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Jumlah Korban
No Jenis Bencana Jumlah Provinsi Jumlah Kab/Kota Luka Berat/ Luka Ringan/ Pengungsi
Meninggal Hilang
Rawat Inap Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
5 Angin Topan 1 1 0 0 0 0 0
7 Keracunan Makanan 1 1 0 79 63 0 0
11 Kebakaran 1 1 0 0 0 0 0
Jumlah Jumlah Rasio Puskesmas / Rasio Puskesmas Pembantu / Rasio Puskesmas Pembantu /
No Provinsi Puskesmas Puskesmas Pembantu 100.000 Penduduk 100.000 Penduduk Puskesmas
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 219 219 230 240 240 266 762 778 821 824 739 733 5.46 5.46 5.76 5.70 6.15 6.60 19.00 19.39 20.58 19.55 18.95 18.18 3.48 3.55 3.57 3.43 3.08 2.76
2 Sumatera Utara 399 404 411 388 423 426 1,766 1,782 1,789 1,578 1,883 1,784 3.48 3.48 3.47 3.27 3.43 3.42 15.39 15.36 15.10 13.31 15.27 14.33 4.43 4.41 4.35 4.07 4.45 4.19
3 Sumatera Barat 203 203 204 206 210 214 824 837 825 834 815 843 4.80 4.48 4.79 4.62 4.62 4.69 19.49 18.45 19.39 18.71 17.91 18.46 4.06 4.12 4.04 4.05 3.88 3.94
4 Riau 148 157 167 142 146 150 648 667 704 642 651 652 3.13 3.32 3.10 2.55 3.21 3.28 13.69 14.09 13.07 11.55 14.32 14.24 4.38 4.25 4.22 4.52 4.46 4.35
5 Jambi - - - 45 47 135 - - - 211 217 575 - - - - 3.92 5.12 - - - - 49.06 21.81 - - - 4.69 4.62 4.26
6 Sumatera Selatan 126 123 130 127 132 242 565 630 628 634 588 914 5.25 4.76 5.29 4.94 4.89 3.57 23.53 24.40 25.57 24.68 33.46 13.48 4.48 5.12 4.83 4.99 4.45 3.78
7 Bengkulu 227 227 214 235 250 113 865 879 853 891 903 481 3.51 3.41 2.98 3.62 3.68 7.29 12.92 13.20 11.89 13.74 7.16 31.05 3.81 3.87 3.99 3.79 3.61 4.26
8 Lampung 112 112 112 112 113 224 476 478 479 478 487 710 7.79 6.95 6.86 7.38 7.02 3.15 33.88 29.67 29.32 31.51 43.72 9.98 4.25 4.27 4.28 4.27 4.31 3.17
9 Kepulauan Bangka Belitung 198 204 211 219 222 47 684 685 688 704 704 145 2.98 2.99 3.11 3.16 3.10 4.50 10.28 10.03 10.15 10.16 2.00 13.90 3.45 3.36 3.26 3.21 3.17 3.09
10 Kepulauan Riau 45 45 45 45 61 41 137 137 140 139 143 180 5.00 4.84 4.86 4.61 5.99 3.22 15.24 14.72 15.13 14.24 21.31 14.12 3.04 3.04 3.11 3.09 2.34 4.39
11 DKI Jakarta 329 329 328 329 329 335 - - - - - 78 3.92 3.40 4.00 3.82 3.61 3.78 0.00 0.00 1.03 - 0.00 0.88 - - - - - 0.23
12 Jawa Barat 946 962 976 982 982 996 1,414 1,413 1,415 1,413 1,421 1,425 2.55 2.76 2.64 2.59 2.51 2.56 3.82 4.05 3.83 3.72 3.63 3.66 1.49 1.47 1.45 1.44 1.45 1.43
13 Jawa Tengah 862 853 853 855 857 853 1,830 1,826 1,844 1,830 1,818 1,828 2.79 2.80 2.69 2.67 2.60 2.67 5.93 6.05 5.82 5.71 5.52 5.72 2.12 2.14 2.16 2.14 2.12 2.14
14 DI Yogyakarta 126 126 117 117 117 117 312 312 320 321 321 321 4.05 3.90 3.69 3.65 3.57 3.50 10.03 9.66 10.10 10.01 9.79 9.60 2.48 2.48 2.74 2.74 2.74 2.74
15 Jawa Timur 927 921 922 918 907 919 2,230 2,243 2,238 2,239 2,250 2,257 2.68 2.61 2.63 2.54 2.45 2.53 6.46 6.37 6.38 6.19 6.07 6.22 2.41 2.44 2.43 2.44 2.48 2.46
16 Banten 165 162 168 171 172 173 250 253 202 190 188 187 - 2.31 1.89 1.91 1.88 1.92 - 3.60 2.27 2.12 2.06 2.07 1.52 1.56 1.20 1.11 1.09 1.08
17 Bali 112 107 107 108 109 110 471 471 474 479 480 491 3.58 3.46 3.31 3.22 3.13 3.25 15.07 15.23 14.66 14.29 13.76 14.51 4.21 4.40 4.43 4.44 4.40 4.46
18 Nusa Tenggara Barat 114 120 121 127 125 128 436 433 428 438 444 461 2.98 3.09 2.98 3.17 3.00 3.06 11.41 11.16 10.54 10.94 10.67 11.02 3.82 3.61 3.54 3.45 3.55 3.60
19 Nusa Tenggara Timur 210 210 211 218 220 228 797 793 809 837 849 862 5.34 5.19 5.36 5.35 5.27 5.35 20.28 19.61 20.54 20.55 20.34 20.23 3.80 3.78 3.83 3.84 3.86 3.78
20 Kalimantan Barat 197 194 189 192 195 207 672 714 710 748 750 765 5.27 4.96 4.52 4.86 4.78 5.11 17.97 18.27 16.98 18.95 18.39 18.88 3.41 3.68 3.76 3.90 3.85 3.70
21 Kalimantan Tengah 133 133 118 133 132 134 663 706 707 825 731 767 6.33 7.63 6.05 7.28 6.94 7.00 36.80 40.48 36.28 45.16 38.42 40.05 4.98 5.31 5.99 6.20 5.54 5.72
22 Kalimantan Selatan 188 189 189 189 193 192 583 613 613 600 613 619 6.03 6.15 6.22 5.95 5.95 5.85 19.63 19.96 20.16 18.90 18.89 18.86 3.10 3.24 3.24 3.17 3.18 3.22
23 Kalimantan Timur 147 153 165 167 174 187 562 572 552 565 602 625 4.96 6.22 6.48 6.17 5.90 6.56 23.07 23.27 21.67 20.89 20.40 21.94 3.82 3.74 3.35 3.38 3.46 3.34
24 Sulawesi Utara 101 101 101 108 114 119 497 519 521 500 506 506 6.34 5.12 4.94 5.08 5.28 5.59 25.28 26.31 25.46 23.50 23.43 23.77 4.92 5.14 5.16 4.63 4.44 4.25
25 Sulawesi Tengah 131 130 132 134 135 139 683 687 704 708 701 703 4.56 6.39 5.79 6.06 5.81 6.06 33.05 33.77 30.88 32.03 30.16 30.63 5.21 5.28 5.33 5.28 5.19 5.06
26 Sulawesi Selatan 355 356 367 376 333 347 1,167 1,141 1,162 1,161 955 1,015 7.34 4.56 4.43 4.58 4.45 4.09 14.99 14.62 14.02 14.13 12.77 11.97 3.29 3.21 3.17 3.09 2.87 2.93
27 Sulawesi Tenggara 130 130 122 115 138 139 472 472 458 408 476 460 12.33 8.61 6.34 6.13 7.02 7.08 26.64 31.27 23.79 21.75 24.21 23.43 3.63 3.63 3.75 3.55 3.45 3.31
28 Gorontalo 39 40 39 47 44 45 216 248 263 247 221 218 - 4.99 4.47 5.33 4.80 4.88 - 30.92 30.14 28.03 24.11 23.64 5.54 6.20 6.74 5.26 5.02 4.84
29 Sulawesi Barat - - - 50 50 - - - 212 213 - - - 5.17 - - - - 21.93 - - - - - 4.24 4.26
30 Maluku 96 100 96 98 103 109 291 306 291 308 340 356 9.47 7.83 8.48 8.05 7.74 8.71 41.75 23.96 25.70 25.30 25.55 28.44 3.03 3.06 3.03 3.14 3.30 3.27
31 Maluku Utara 52 46 49 53 55 56 210 192 224 221 212 213 3.56 5.05 6.60 6.21 6.03 6.33 10.45 21.08 30.18 25.90 23.24 24.09 4.04 4.17 4.57 4.17 3.85 3.80
32 Papua 200 221 215 165 167 168 784 800 844 557 546 551 6.47 8.81 9.19 7.02 9.07 6.67 37.11 31.88 36.08 7.02 29.65 21.88 3.92 3.62 3.93 3.38 3.27 3.28
33 Irian Jaya Barat - - - 52 55 60 - - - 232 236 233 - - - - 9.71 - - - - - 41.65 - - - - 4.46 4.29 3.88
Indonesia 7,237 7,277 7,309 7,413 7,550 7,669 21,267 21,587 21,706 21,762 22,002 22,171 3.56 3.55 3.46 3.46 3.48 3.50 10.45 10.53 10.33 10.15 9.96 10.13 2.94 2.97 2.97 2.94 2.91 2.89
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2000 - 2005
1 Departemen Kesehatan 15 15 15 15 14 14 14 14 14 13 13
2 Pemerintah Provinsi 42 42 42 43 40 42 45 45 45 43 43
3 Pemerintah Kab/Kota 281 283 285 287 285 286 285 287 294 305 322
Depkes + Pemda 338 340 342 345 339 342 344 346 353 361 378
4 TNI/POLRI 110 111 111 112 110 110 110 110 110 110 110
Pemerintah 521 523 522 525 517 520 524 526 534 542 559
6 Swasta 329 335 351 363 370 390 411 427 432 434 436
Jumlah 850 858 873 888 887 910 935 953 966 976 995
1 Departemen Kesehatan 9,023 9,089 9,610 9,471 9,194 9,173 9,264 9,086 8,858 8,505 8,483
2 Pemerintah Provinsi 11,901 12,032 11,936 11,914 12,109 12,226 12,832 12,872 12,958 12,391 12,902
3 Pemerintah Kab/Kota 28,168 28,501 28,888 29,371 29,536 29,883 29,682 30,316 30,803 31,959 33,896
Depkes + Pemda 49,092 49,622 50,434 50,756 50,839 51,282 51,778 52,274 52,619 52,855 55,281
4 TNI/POLRI 10,752 10,836 10,874 10,938 10,748 10,811 10,942 10,740 10,718 10,761 10,814
5 Departemen Lain / BUMN 7,246 7,281 6,881 7,045 6,888 6,928 6,836 6,729 6,758 6,537 6,827
Pemerintah 67,090 67,739 68,189 68,739 68,475 69,021 69,556 69,743 70,095 70,153 72,922
6 Swasta 33,298 34,303 35,697 36,553 37,308 38,516 40,392 41,796 42,284 42,487 43,364
Jumlah 100,388 102,042 103,886 105,292 105,783 107,537 109,948 111,539 112,379 112,640 116,286
1 RS Jiwa 49 8,208 50 7,921 50 7,863 50 7,834 50 6,689 51 7,777 51 7,771 51 8,535 51 8,527
2 RS Kusta 24 2,724 24 2,643 24 2,593 24 2,459 24 2,427 23 2,344 23 2,344 22 2,248 22 2,446
4 RS Mata 10 580 10 501 10 507 10 468 10 446 10 418 10 418 10 460 10 475
6 RS Penyakit Infeksi 1 103 1 103 1 103 1 144 1 144 1 144 1 144 1 144 1 127
9 RS Bersalin 50 2,270 51 2,279 51 2,290 54 2,432 53 2,361 55 2,491 55 2,464 55 2,439 56 2,533
12 RS Khusus Lainnya 72 3,291 77 3,512 77 3,511 86 3,735 96 4,304 112 4,592 41 1,182 55 1,365 56 1,427
Jumlah 217 18,110 224 17,894 224 17,815 235 17,970 244 17,269 262 18,675 268 18,750 270 19,591 273 20,480
Indonesia 2,249 2,478 2,432 2,392 7,767 8,364 8,456 9,216 5,405 6,610 6,806 6,737 1,152 1,639 1,982 1,008 343 711 819 2,087
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
Lampiran 5.11
JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT (EKS GUDANG FARMASI OBAT) KABUPATEN/KOTA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2005
Tahun
No Provinsi Kabupaten/Kota
2002 2003 2004 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 21 10 10 20 21
2 Sumatra Utara 25 18 20 20 20
3 Sumatra Barat 19 14 14 15 19
4 Riau 11 11 11 11 11
5 Jambi 10 6 9 10 10
6 Sumatra Selatan 14 7 7 10 14
7 Bengkulu 9 4 4 1 5
8 Lampung 10 10 10 10 10
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 3 3 3 3
10 Kepulauan Riau 6
11 DKI Jakarta 6 6 6 6 6
12 Jawa Barat 25 21 24 25 25
13 Jawa Tengah 35 35 35 35 35
14 DI Yogyakarta 5 5 5 5 5
15 Jawa Timur 38 38 38 38 38
16 Banten 6 6 6 3 3
17 Bali 9 12 12 9 9
18 Nusa Tenggara Barat 9 7 8 7 9
19 Nusa Tenggara Timur 16 12 14 13 15
20 Kalimantan Barat 12 10 10 10 12
21 Kalimantan Tengah 14 8 8 6 10
22 Kalimantan Selatan 13 11 11 11 13
23 Kalimantan Timur 13 12 12 13 13
24 Sulawesi Utara 9 6 8 8 9
25 Sulawesi Tengah 10 5 5 6 10
26 Sulawesi Selatan 23 12 12 11 24
27 Sulawesi Tenggara 10 4 4 5 6
28 Gorontalo 5 3 3 5 5
29 Sulawesi Barat 5
30 Maluku 8 5 5 5 5
31 Maluku Utara 8 3 3 3 8
32 Papua 20 14 14 14 20
33 Irian Jaya Barat 9 1 1 8
Jumlah 440 319 331 339 401
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
Lampiran 5.12
JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,875 * 3,217 65.99 980 20.10 361 7.41 317 6.50
2 Sumatera Utara 14,974 * 6,714 44.84 5,493 36.68 2,605 17.40 162 1.08
3 Sumatera Barat 6,652 1,784 26.82 2,630 39.54 1,866 28.05 372 5.59
4 Riau 3,826 * 910 23.78 2,094 54.73 683 17.85 139 3.63
5 Jambi 2,882
6 Sumatera Selatan 5,676 1,804 31.78 2,441 43.01 1,267 22.32 164 2.89
7 Bengkulu 1,695 691 40.77 605 35.69 322 19.00 71 4.19
8 Lampung 7,116 1,995 28.04 2,998 42.13 1,847 25.96 277 3.89
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,071 418 39.03 452 42.20 179 16.71 22 2.05
10 Kepulauan Riau 525 38 7.24 66 12.57 220 41.90 149 28.38
11 DKI Jakarta 3,882 416 10.72 1,816 46.78 1,211 31.20 207 5.33
12 Jawa Barat 41,231 33,982 82.42 0 0.00 6,392 15.50 857 2.08
13 Jawa Tengah 43,607 * 7,362 16.88 20,258 46.46 15,854 36.36 106 0.24
14 DI Yogyakarta 5,373 * 1,151 21.42 1,588 29.56 1,823 33.93 811 15.09
15 Jawa Timur 43,672 13,447 30.79 18,103 41.45 10,807 24.75 1,315 3.01
16 Banten 8,648 4,929 57.00 2,752 31.82 817 9.45 150 1.73
17 Bali 4,588 580 12.64 1,343 29.27 2,489 54.25 176 3.84
18 Nusa Tenggara Barat 5,020 2,808 55.94 1,605 31.97 551 10.98 56 1.12
19 Nusa Tenggara Timur 8,003 4,252 53.13 2,414 30.16 1,038 12.97 299 3.74
20 Kalimantan Barat 3,781 1,615 42.71 1,462 38.67 725 19.17 69 1.82
21 Kalimantan Tengah 2,069 1,590 76.85 362 17.50 83 4.01 8 0.39
22 Kalimantan Selatan 3,257 1,760 54.04 1,101 33.80 333 10.22 63 1.93
23 Kalimantan Timur 4,100 1,313 32.02 1,394 34.00 1,000 24.39 327 7.98
24 Sulawesi Utara 2,055 640 31.14 650 31.63 704 34.26 57 2.77
25 Sulawesi Tengah 2,642 1,215 45.99 950 35.96 439 16.62 38 1.44
26 Sulawesi Selatan 8,579 * 4,073 47.48 2,924 34.08 1,453 16.94 129 1.50
27 Sulawesi Tenggara 2,096 * 422 20.13 645 30.77 549 26.19 120 5.73
28 Gorontalo 943 398 42.21 407 43.16 138 14.63 0 0.00
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - -
30 Maluku 1,360 * 1,360 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
31 Maluku Utara - - - - - - - - -
32 Papua 71,160 - - - - - - - -
33 Irian Jaya Barat 563 - - - - - - - -
Indonesia 315,921 100,884 77,533 55,756 6,461
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
* = data 2004
Lampiran 5.14
JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005
Jumlah Strata
No Provinsi Jumlah %
Jurusan/Program Studi A B C Non Akreditasi Belum Akreditasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kardiovaskuler
AKUPUNTUR
AKAFARMA
APIKES
AKFAR
AKPER
AKBID
AKFIS
SMAK
SPRG
ATRO
ATEM
No Provinsi Jumlah
PTTD
AKZI
ATW
ARO
AAK
ATG
SMF
AKL
SPK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 12 6 1 1 1 2 1 1 1 1 30
2 Sumatera Utara 5 36 28 4 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 88
3 Sumatera Barat 13 6 1 1 3 1 1 1 1 2 30
4 Riau 6 6 1 1 1 1 1 1 18
5 Jambi 6 1 1 1 9
6 Sumatera Selatan 12 6 1 2 2 1 1 25
7 Bengkulu 4 1 1 1 7
8 Lampung 6 3 1 1 11
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 2 3
10 Kepulauan Riau 2 1 3
11 DKI Jakarta 1 2 37 17 7 3 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 86
12 Jawa Barat 20 23 4 1 2 1 2 1 54
13 Jawa Tengah 2 43 5 4 3 3 3 2 2 2 4 1 2 5 2 83
14 DI Yogyakarta 8 12 1 1 1 1 1 1 1 1 28
15 Jawa Timur 1 40 1 5 3 2 1 2 1 1 1 1 4 1 1 65
16 Banten 5 1 6
17 Bali 1 1 2
18 Nusa Tenggara Barat 1 4 1 6
19 Nusa Tenggara Timur 2 3 5
20 Kalimantan Barat 6 1 7
21 Kalimantan Tengah 3 3
22 Kalimantan Selatan 6 3 1 10
23 Kalimantan Timur 6 1 1 8
24 Sulawesi Utara 5 1 6
25 Sulawesi Tengah 5 2 7
26 Sulawesi Selatan 2 1 17 3 1 1 1 1 1 1 1 30
27 Sulawesi Tenggara 5 1 1 7
28 Gorontalo 0
29 Sulawesi Barat 0
30 Maluku 1 1
31 Maluku Utara 0
32 Papua 4 1 1 1 7
33 Irian Jaya Barat 0
JUMLAH 22 4 314 122 32 17 25 15 9 14 1 1 8 2 20 7 7 16 6 2 1 645
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
Lampiran 5.19
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN
PER DESEMBER 2005
Jumlah
No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
Pusat Daerah TNI / Polri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A KEPERAWATAN
1 SPK 9 9 4 22
2 AKPER 69 12 233 314
3 AKBID 17 1 104 122
4 SPRG 3 1 4
5 AKG 0
Sub Total 95 25 342 462
B KEFARMASIAN
1 SMF 2 30 32
2 AKAFARMA 17 17
3 AKFAR 2 1 22 25
Sub Total 2 3 69 74
C KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL 1 14 15
Sub Total 1 14 15
D GIZI
1 AKZI 1 8 9
Sub Total 1 8 9
E KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS 14 14
2 AOT 0
3 ATW 1 1
4 AKUPUNKTUR 1 1
Sub Total 16 16
F KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK 1 1 6 8
2 AAK 2 18 20
3 ATG 1 1 2
4 PTTD 2 2
5 ATRO 7 7
6 APIKES 16 16
7 ATEM 1 5 6
8 ARO 7 7
9 AOP 0
Sub Total 3 3 62 68
Jumlah 102 31 511 644
% 15.8 4.8 79.4
2 Sumatera Utara 476 299 226 119 68 18 105 61 482 242 2,613 2,773 3,610 286 236 294 338 160 17 832 13,255
3 Sumatera Barat 142 86 78 33 63 6 123 106 275 182 735 383 788 133 52 23 137 89 27 448 3,909
6 Sumatera Selatan 206 129 63 27 75 4 57 54 411 251 985 1,238 1,167 242 261 140 176 112 42 865 6,505
8 Lampung 204 117 51 68 24 8 124 48 488 166 659 928 1,050 137 139 92 79 96 10 329 4,817
11 DKI Jakarta 261 23 341 8 24 21 48 48 208 84 568 165 502 84 39 59 85 32 3 542 3,145
12 Jawa Barat 813 523 390 167 196 5 350 195 1,424 767 2,053 3,137 4,381 682 413 287 392 127 61 2,606 18,969
13 Jawa Tengah 899 619 401 129 153 6 490 311 1,574 921 2,127 4,334 3,021 620 442 356 328 275 126 2,814 19,946
14 DI Yogyakarta 84 162 102 46 21 1 72 63 103 163 194 165 687 226 85 71 63 130 9 458 2,905
15 Jawa Timur 977 426 512 182 85 6 205 135 1,574 764 1,809 5,281 3,650 575 483 408 466 279 426 4,843 23,086
17 Bali 180 23 90 10 40 2 90 44 195 107 408 392 702 183 139 43 83 34 3 316 3,084
18 Nusa Tenggara Barat 125 29 38 19 43 0 83 95 162 51 303 519 885 75 128 109 39 93 6 299 3,101
19 Nusa Tenggara Timur 57 107 22 10 13 2 108 74 266 142 336 1,243 1,211 172 99 54 95 45 36 524 4,616
20 Kalimantan Barat 154 48 62 24 11 1 69 58 182 88 385 733 1,422 170 163 128 61 134 1 474 4,368
21 Kalimantan Tengah 130 92 38 21 22 16 63 52 155 42 305 542 1,140 352 287 234 231 180 54 367 4,323
22 Kalimantan Selatan 131 127 41 23 58 6 115 80 229 105 414 1,022 743 233 247 119 147 150 8 325 4,323
23 Kalimantan Timur 178 130 102 39 21 4 69 56 417 118 539 197 1,299 261 117 55 58 46 12 760 4,478
24 Sulawesi Utara 137 51 22 7 21 1 54 62 132 30 306 391 992 92 135 37 39 8 9 202 2,728
25 Sulawesi Tengah 114 45 40 7 29 3 76 43 147 52 392 999 1,242 66 210 42 30 42 4 191 3,774
27 Sulawesi Selatan 278 103 101 79 182 7 144 168 559 107 587 1,004 1,617 233 176 126 95 164 28 468 6,226
Jumlah 6,516 3,909 3,075 1,221 1,355 136 2,949 2,163 11,383 5,312 19,514 32,598 37,143 5,554 4,588 3,217 3,372 2,624 1,006 20,742 168,377
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Kesmas, Depkes RI
Lampiran 5.22
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2005/2006
DI POLTEKKES MENURUT PROFESI
Peserta Didik
No Jenis Profesi Jumlah
I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 KEPERAWATAN
Keperawatan 4,605 4,367 4,231 13,203
Kebidanan 3,831 3,484 3,295 10,610
Kesehatan Gigi 1,120 981 742 2,843
Sub Total 9,556 8,832 8,268 26,656
2 KEFARMASIAN 0
Analisa Farmasi dan Makanan 80 80 40 200
Farmasi 440 390 286 1,116
Sub Total 520 470 326 1,316
3 KESEHATAN MASYARAKAT 0
Kesehatan Lingkungan 1,390 1,184 1,021 3,595
Sub Total 1,390 1,184 1,021 3,595
4 GIZI 0
Gizi 1,495 1,330 1,114 3,939
Sub Total 1,495 1,330 1,114 3,939
5 KETERAPIAN FISIK 0
Fisioterapi 160 160 120 440
Okupasi Terapi 80 80 40 200
Sub Total 240 240 160 640
6 KETEKNISIAN MEDIS 0
Analis Kesehatan 821 704 478 2,003
Teknik Gigi 80 80 40 200
Teknik Radiodiagnostik dan Terapi 160 180 120 460
Teknik Elektromedik 200 180 120 500
Ortetik Prostetik 50 40 40 130
Sub Total 1,311 1,184 798 3,293
Jumlah 14,512 13,240 11,687 39,439
Peserta Didik
No Jenis Profesi Jumlah
I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Keperawatan
SPK 1,320 1,665 1,425 4,410
AKPER 24,027 21,613 21,165 66,805
AKBID 6,166 5,241 4,972 16,379
SPRG 290 290 209 789
Sub Total 31,803 28,809 27,771 88,383
2 Kefarmasian 0
SMF 2,858 2,679 2,809 8,346
AKAFARMA 1,150 891 934 2,975
AKFAR 1,700 1,208 1,036 3,944
Sub Total 5,708 4,778 4,779 15,265
3 Kesehatan Masyarakat 0
AKL 900 887 706 2,493
Sub Total 900 887 706 2,493
4 Gizi 0
AKZI 730 494 381 1,605
Sub Total 730 494 381 1,605
5 Keterapian Fisik 0
AKFIS 730 734 688 2,152
ATW 80 50 60 190
Akupuntur 50 80 130
Sub Total 860 864 748 2,472
6 Keteknisian Medik 0
SMAK 598 584 692 1,874
AAK 1,380 1,196 1,086 3,662
ATG 160 130 138 428
PTTD 115 70 185
ATRO 390 389 335 1,114
APIKES 890 846 816 2,552
ATEM 290 350 294 934
ARO 460 380 293 1,133
KARDIOVAKULER 50 50
Sub Total 4,333 3,945 3,654 11,932
TOTAL 44,334 39,777 38,039 122,150
5 Jambi 40 74 38 0 53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 205
9 Jakarta I 80 40 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 160
15 Surakarta 80 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 40 0 240
16 Yogyakarta 32 0 58 92 94 0 57 0 0 0 0 0 0 0 333
22 Pontianak 40 47 39 36 0 0 38 0 0 0 0 0 0 0 200
23 Palangkaraya 38 57 0 35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 130
24 Banjarmasin 0 40 48 90 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 178
25 Samarinda 40 78 0 0 40 70 0 0 0 0 0 0 0 0 228
29 Kendari 60 48 0 57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 165
31 Ternate 72 73 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 145
Total 4,059 2,966 1,017 1,161 773 365 559 183 140 40 40 120 40 0 11,463
Sumber: Pusdiknakes, Desember 2005
Lampiran 5.26
No Unit Kerja Pra Jabatan Diklat Pimpinan Diklat Fungsional Diklat Teknis Jumlah
Total 1,209,967,489 824,220,483 68.12 2,735,887,483 1,443,876,931 52.78 3,205,403,478 1,197,031,418 37.34 3,520,646,799 3,054,830,711 86.77 10,671,905,249 6,519,959,542 61.09
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran Depkes RI
Lampiran 5.28
1 Sekretariat Jenderal 3,241,295,307,000 1,328,767,521,774 41.0 557,522,247,000 69,400,478,192 12.4 3,798,817,554,000 1,398,167,999,966 36.8
3 Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat 4,089,869,536,000 3,418,119,624,826 83.6 248,057,599,000 - - 4,337,927,135,000 3,418,119,624,826 78.8
4 Ditjen Pelayanan Medik 754,570,961,000 506,090,027,056 67.1 63,903,155,000 505,592,000 0.8 818,474,116,000 506,595,619,056 61.9
5 Ditjen PP - PL 867,278,823,000 563,868,835,663 65.0 73,348,878,000 64,431,112,356 87.8 940,627,701,000 628,299,948,019 66.8
6 Ditjen Pelayanan Farmasi dan Alkes 144,037,517,000 127,365,231,293 88.4 - - - 144,037,517,000 127,365,231,293 88.4
7 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 74,238,048,000 64,974,502,202 87.5 - - - 74,238,048,000 64,974,502,202 87.5
8 Badan PPSDM Kesehatan 325,655,327,000 340,397,911,000 104.5 31,462,819,000 3,156,586,598 10.0 357,118,146,000 343,554,497,598 96.2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,225,999 3,381,791 4,127,927 97.68 98,072 2.32 390,792 9.25 56,412 1.33 0.00 14,352 0.34 284,580 6.73 3,381,791 80.02
2 Sumatera Utara 12,122,520 2,867,820 3,734,147 30.80 8,388,373 69.20 824,600 6.80 219,783 1.81 93,443 0.77 12,779 0.11 117,320 0.97 2,867,820 23.66
3 Sumatera Barat 4,528,282 1,083,424 1,560,244 34.46 2,968,038 65.54 430,146 9.50 42,531 0.94 3,715 0.08 428 0.01 0.00 1,083,424 23.93
4 Riau 5,481,108 1,208,931 1,976,581 36.06 3,504,527 63.94 330,013 6.02 188,824 3.45 11,226 0.20 16,476 0.30 221,110 4.03 1,208,931 22.06
5 Jambi 2,568,391 486,409 868,010 33.80 1,700,381 66.20 283,403 11.03 18,569 0.72 0.00 54,435 2.12 25,194 0.98 486,409 18.94
6 Sumatera Selatan 6,864,532 1,920,001 3,853,939 56.14 3,010,593 43.86 589,915 8.59 59,102 0.86 1,056 0.02 1,216,089 17.72 67,776 0.99 1,920,001 27.97
7 Bengkulu 1,691,768 502,613 763,911 45.15 927,857 54.85 148,328 8.77 14,901 0.88 15,458 0.91 77,982 4.61 4,629 0.27 502,613 29.71
8 Lampung 7,028,588 2,130,200 3,294,819 46.88 3,733,769 53.12 420,161 5.98 155,227 2.21 5,011 0.07 532,775 7.58 51,445 0.73 2,130,200 30.31
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,004,623 129,801 199,081 19.82 805,542 80.18 28,717 2.86 13,158 1.31 15,421 1.54 413 0.04 11,571 1.15 129,801 12.92
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta 8,622,065 881,216 3,053,323 35.41 5,568,742 64.59 838,037 9.72 363,528 4.22 89,896 1.04 10,880 0.13 869,766 10.09 881,216 10.22
12 Jawa Barat 38,152,356 7,550,535 14,135,837 37.05 24,016,519 62.95 2,533,216 6.64 1,089,902 2.86 770,230 2.02 1,475,372 3.87 716,582 1.88 7,550,535 19.79
13 Jawa Tengah 32,400,476 10,367,184 13,920,671 42.96 18,479,805 57.04 1,937,012 5.98 577,972 1.78 397,132 1.23 201,856 0.62 439,515 1.36 10,367,184 32.00
14 DI Yogyakarta 3,384,442 769,091 1,364,385 40.31 2,020,057 59.69 435,897 12.88 6,204 0.18 161,312 4.77 0.00 60,292 1.78 769,091 22.72
15 Jawa Timur 36,206,060 9,181,419 13,134,885 36.28 23,071,175 63.72 1,712,040 4.73 852,385 2.35 255,535 0.71 169,070 0.47 964,436 2.66 9,181,419 25.36
16 Banten 8,977,896 1,814,399 2,756,798 30.71 6,221,098 69.29 312,895 3.49 469,456 5.23 0.00 6,876 0.08 153,172 1.71 1,814,399 20.21
17 Bali 3,393,830 548,357 1,134,819 33.44 2,259,011 66.56 281,905 8.31 85,476 2.52 0.00 2,797 0.08 216,284 6.37 548,357 16.16
18 Nusa Tenggara Barat 4,039,434 1,949,507 2,192,252 54.27 1,847,182 45.73 198,274 4.91 20,326 0.50 8,897 0.22 9,101 0.23 6,147 0.15 1,949,507 48.26
19 Nusa Tenggara Timur 4,184,674 2,652,342 3,013,688 72.02 1,170,986 27.98 283,840 6.78 27,984 0.67 20,091 0.48 17,462 0.42 11,969 0.29 2,652,342 63.38
20 Kalimantan Barat 3,713,815 1,321,714 1,670,054 44.97 2,043,761 55.03 287,919 7.75 18,674 0.50 17,534 0.47 24,213 0.65 0.00 1,321,714 35.59
21 Kalimantan Tengah 1,866,867 485,483 692,418 37.09 1,174,449 62.91 137,852 7.38 6,491 0.35 6,039 0.32 28,508 1.53 28,045 1.50 485,483 26.01
22 Kalimantan Selatan 3,240,725 670,674 1,099,687 33.93 2,141,038 66.07 313,517 9.67 45,529 1.40 24,686 0.76 25,379 0.78 19,902 0.61 670,674 20.70
23 Kalimantan Timur 2,682,492 482,183 983,172 36.65 1,699,320 63.35 441,633 16.46 6,204 0.23 15,787 0.59 1,097 0.04 36,268 1.35 482,183 17.98
24 Sulawesi Utara 2,149,114 697,203 1,111,965 51.74 1,037,149 48.26 211,806 9.86 44,726 2.08 93,217 4.34 65,013 3.03 0.00 697,203 32.44
25 Sulawesi Tengah 2,290,722 730,596 950,598 41.50 1,340,124 58.50 71,320 3.11 15,022 0.66 23,013 1.00 110,647 4.83 0.00 730,596 31.89
26 Sulawesi Selatan 8,573,874 2,363,855 3,447,447 40.21 5,126,427 59.79 666,588 7.77 66,953 0.78 36,515 0.43 45,816 0.53 267,720 3.12 2,363,855 27.57
27 Sulawesi Tenggara 1,990,114 889,657 1,128,889 56.72 861,225 43.28 140,589 7.06 12,507 0.63 0.00 2,342 0.12 83,794 4.21 889,657 44.70
28 Gorontalo 899,653 386,836 1,079,995 120.05 -180,342 -20.05 46,740 5.20 0.00 0.00 12,195 1.36 634,224 70.50 386,836 43.00
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 1,275,498 636,318 712,204 55.84 563,294 44.16 45,754 3.59 7,076 0.55 0.00 233 0.02 22,823 1.79 636,318 49.89
31 Maluku Utara 858,656 421,703 470,752 54.82 387,904 45.18 35,034 4.08 7,378 0.86 0.00 2,292 0.27 4,345 0.51 421,703 49.11
32 Papua 2,381,368 1,488,738 1,897,810 79.69 483,558 20.31 234,846 9.86 22,954 0.96 0.00 31,380 1.32 119,892 5.03 1,488,738 62.52
33 Irian Jaya Barat
Jumlah 216,799,942 60,000,000 90,330,308 41.67 126,469,634 58.33 14,612,789 6.74 4,515,254 2.08 2,065,214 0.95 4,168,258 1.92 5,438,801 2.51 60,000,000 27.68
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Lampiran 5.30
DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI
TAHUN 2005
2 Sumatera Utara 12,122,520 2,867,820 824,600 219,783 36,304 57,139 12,779 2,867,820 117,320 4,135,745 34.12
3 Sumatera Barat 4,528,282 1,083,424 430,146 42,531 3,715 428 1,083,424 1,560,244 34.46
4 Riau 5,481,108 1,208,931 330,013 188,824 11,226 16,476 1,208,931 221,110 1,976,580 36.06
5 Jambi 2,568,391 486,409 283,403 18,569 54,435 486,409 25,194 868,010 33.80
6 Bengkulu 1,691,768 1,920,001 148,328 14,901 15,458 77,982 502,613 4,629 763,911 45.15
7 Sumatera Selatan 6,864,532 502,613 589,915 59,102 1,056 1,216,089 1,920,001 67,776 3,853,939 56.14
8 Lampung 7,028,588 2,130,200 420,161 155,227 5,011 532,775 2,130,200 51,445 3,294,819 46.88
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,004,623 129,801 28,717 13,158 15,421 413 129,801 11,571 199,081 19.82
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta 8,622,065 881,216 838,037 363,528 89,896 10,880 881,216 869,766 3,053,323 35.41
12 Jawa Barat 38,152,356 7,550,535 2,533,216 1,089,902 90,224 680,006 1,475,372 7,550,535 716,582 14,135,837 37.05
13 Jawa Tengah 32,400,476 10,367,184 1,937,012 577,972 25,532 371,600 201,856 10,367,184 439,515 13,920,671 42.96
14 DI Yogyakarta 3,384,442 769,091 435,897 6,204 161,312 769,091 60,292 1,432,796 42.33
15 Jawa Timur 36,206,060 9,181,419 1,712,040 852,385 255,535 169,070 9,181,419 964,436 13,134,885 36.28
16 Banten 8,977,896 1,814,399 312,895 469,456 6,876 1,814,399 153,172 2,756,798 30.71
17 Bali 3,393,830 548,357 281,905 85,476 2,797 548,357 216,284 1,134,819 33.44
18 Nusa Tenggara Barat 4,039,434 1,949,507 198,274 20,326 8,897 9,101 1,949,507 6,147 2,192,252 54.27
19 Nusa Tenggara Timur 4,184,674 2,652,342 283,840 27,984 20,091 17,462 2,652,342 11,969 3,013,688 72.02
20 Kalimantan Barat 3,713,815 1,321,714 287,919 18,674 17,534 24,213 1,321,714 1,670,054 44.97
21 Kalimantan Tengah 1,866,867 485,483 137,852 6,491 6,039 28,508 485,483 28,045 692,418 37.09
22 Kalimantan Timur 2,682,492 670,674 441,633 6,204 15,787 1,097 482,183 36,268 983,172 36.65
23 Kalimantan Selatan 3,240,725 482,183 313,517 45,529 24,686 25,379 670,674 19,902 1,099,687 33.93
24 Sulawesi Utara 2,149,114 697,203 211,806 44,726 93,217 65,013 697,203 1,111,965 51.74
25 Sulawesi Tengah 2,290,722 730,596 71,320 15,022 23,013 110,647 730,596 950,598 41.50
26 Sulawesi Tenggara 1,990,114 2,363,855 140,589 12,507 2,342 889,657 83,794 1,128,889 56.72
27 Sulawesi Selatan 8,573,874 889,657 666,588 66,953 36,515 45,816 2,363,855 267,720 3,447,447 40.21
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 1,275,498 636,318 45,754 7,076 233 636,318 22,823 712,204 55.84
31 Maluku Utara 858,656 421,703 35,034 7,378 2,292 421,703 4,345 470,752 54.82
32 Papua 2,381,368 1,488,738 234,846 22,954 31,380 1,488,738 119,892 1,897,810 79.69
Jumlah 216,799,942 60,000,000 14,612,789 4,515,254 670,029 1,395,185 4,168,258 60,000,000 5,438,801 90,800,316 41.88
Persentase Berdasarkan Jumlah
6.74 2.08 0.95 1.92 27.68 2.51
Penduduk
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Lampiran 6.1
1 Brunei Darussalam 374 65 77.6 2.4 30.0 66.9 3.1 49 92.7 13879* 5.2*
2 Indonesia 222,781 126 47.9 1.3 28.6 66.0 5.4 52 87.9 1,184 257.6
3 Kamboja 14,071 75 19.7 2.2 37.7 58.9 3.4 70 73.6 354 4.9
4 Laos 5,924 26 21.6 2.4 41.2 55.2 3.6 81 68.7 423 2.5
6 Myanmar 50,519 63 30.6 1.3 30.1 65.0 4.9 54 89.7 166* 9.1*
7 Filipina 83,054 293 62.6 2.0 35.7 60.5 3.8 65 92.6 1,036 84.6
8 Singapura 4,326 6,389 100 2.4 20.2 71.6 8.2 40 92.5 25,191 106.8
9 Thailand 64,233 127 32.5 1.0 24.1 69.0 6.9 45 92.6 2,539 161.7
10 Vietnam 84,238 253 26.7 1.5 30.3 64.2 5.5 56 90.3 550 45.2
Sumber :
- WHO Health Report, 2006 : Jumlah Penduduk dan Laju pertumbuhan Penduduk
- Human Development Report (HDR), 2006 : Persentase penduduk per kategori Umur, PDB, dan PDB per capita
Keterangan :
* diambil dari ASEAN Statistical Yearbook 2005
Lampiran 6.2
Sumber :
- ASEAN Statistical Yearbook 2005 : Angka Kelahiran Kasar dan Angka Kematian Kasar
- Human Development Report (HDR), 2006 : Indeks Pembangunan Manusia, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
- World Health Report 2006 : TFR dan Umur Harapan Hidup
Lampiran 6.3
Vitamin A (%)
No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Hepatitis B3 (%) Campak (%)
(2002)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Brunei Darussalam 99 92 92 99 99 -
2 Indonesia 82 70 70 75 72 62
3 Kamboja 95 85 86 - 80 47
4 Laos 60 45 46 45 36 64
5 Malaysia 99 99 95 95 95 -
6 Myanmar 85 82 82 54 78 87
7 Filipina 91 79 80 40 80 76
8 Singapura 99 94 94 93 94 -
9 Thailand 99 98 98 96 96 -
10 Vietnam 96 96 96 94 97 99
Sumber :
SOWC-Unicef, 2006
Lampiran 6.4
Sumber :
WHO Health Report, 2005
Lampiran 6.5
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS
TAHUN 2005
Dewasa (15–49)
Dewasa dan Anak-anak Dewasa (15+) Wanita (15+)\ Dewasa dan Anak-anak
Rate (%)
No Negara
[estimasi
[estimasi rendah – [estimasi rendah – Estima rendah – [estimasi rendah – [estimasi rendah
Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi
estimasi tinggi] estimasi tinggi] si estimasi estimasi tinggi] – estimasi tinggi]
tinggi]
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (6) (6) (6) (6) (6)
1 Brunei Darussalam <100 [<200] <100 [<200] <0.1 [<0.2] <100 [<200] <100 [<200]
2 Indonesia 170,000 [100.000 – 290.000] 170,000 [100.000 – 290.000] 0.1 [0.1 – 0.2] 29,000 [15.000 – 52.000] 5,500 [3.300 – 8.300]
3 Kamboja 130,000 [74.000 – 210.000] 130,000 [70.000 – 200.000] 1.6 [0.9 – 2.6] 59,000 [28.000 – 99.000] 16,000 [8.500 – 26.000]
4 Laos 3,700 [1.800 – 12.000] 3,600 [1.700 – 12.000] 0.1 [0.1 – 0.4] <1000 [260 – 2.000] <100 [<200]
5 Malaysia 69,000 [33.000 – 220.000] 67,000 [32.000 – 220.000] 0.5 [0.2 – 1.5] 17,000 [7.300 – 57.000] 4,000 [2.100 – 7.200]
6 Myanmar 360,000 [200.000 – 570.000] 350,000 [200.000 – 550.000] 1.3 [0.7 – 2.0] 110,000 [53.000 – 190.000] 37,000 [20.000 – 62.000]
7 Filipina 12,000 [7.300 – 20.000] 12,000 [7.200 – 20.000] <0.1 [<0.2] 3,400 [1.800 – 6.000] <1000 [<1.000]
8 Singapura 5,500 [3.100 – 14.000] 5,500 [3.000 – 14.000] 0.3 [0.2 – 0.7] 1,500 [700 – 3.700] <100 [<200]
9 Thailand 580,000 [330.000 – 920.000] 560,000 [320.000 – 900.000] 1.4 [0.7 – 2.1] 220,000 [100.000 – 370.000] 21,000 [14.000 – 42.000]
10 Vietnam 260,000 [150.000 – 430.000] 250,000 [150.000 – 420.000] 0.5 [0.3 – 0.9] 84,000 [43.000 – 150.000] 13,000 [7.800 – 20.000]
ASEAN 7,600,000 5.100.000 - 11.700.000] 7,400,000 000.000 - 11.500.000] 0.6 [0.4 - 1.0] 2,200,000 1.300.000 - 3.500.000] 560,000 [370.000 - 810.000]
Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006.
Lampiran 6.6
1 Brunei Darussalam 3
2 Indonesia 6
3 Kamboja 33
4 Laos 4
5 Malaysia 3
6 Myanmar 5
7 Filipina 19
8 Singapura 0
9 Thailand 21
10 Vietnam 17
Sumber :
Human Development Report, 2006
Lampiran 6.7
PERBANDINGAN PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004
Penduduk Yang Menggunakan Sumber Air Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi
No Negara
Bersih (%) Sehat (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Brunei Darussalam - -
2 Indonesia 77 55
3 Kamboja 41 17
4 Laos 51 30
5 Malaysia 99 94
6 Myanmar 78 77
7 Filipina 85 72
9 Thailand 99 99
10 Vietnam 85 61
Sumber :
Human Development Report, 2006