You are on page 1of 35

Komplikasi

Komplikasi terbesar pada VP Shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi lebih sering disebabkan oleh obstruksi mekanik di dalam ventrikel dari bahan-bahan khusus (jaringan atau exudate) atau ujung distal dari trombosis atau displa ement sebagai akibat dari pertumbuhan. !nak dengan obstruksi shunt sering menunjukan kega"atan dengan manifestasi klinik peningkatan #$P% &ang lebih sering disertai dengan status neorologis &ang jelek. Komplikasi &ang sering terjadi adalah infkesi shunt &ang dapat terjadi setiap saat tetapi resiko terbesar terjadi pada '-( bulan mengikuti pla ement. #nfeksi umumn&a akibat dari inter urent infe tion pada saat shunt pla ement. #nfeksti itu meliputi septik% endo arditis ba terial% infeksi luka% nefritis shunt% meningitis dan ventrikulitis. Meningitis dan ventrikulitis adalah of greatest on ern% selama ditemukan komplikasi infeksi $)S. #nfeksi dapat diobati dengan pengobatan pasive antibiotika &ang diberikan se ara intravena. Sebagian infeksi membutuhkan removal of the shunt sampai infeksi dapat dikontrol. *xternal ventri ular drainase digunakan sampai $S+ steril. Sebuah komplikasi shunt &ang serius adalah hematoma subdural &ang disebabkan oleh reduksi &ang epat pada #$P dan ukurann&a. Komplikasi &ang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal% perporasi organ-organ abdomen oleh atater atau trokar (pada saat insersi)% fistula hernia dan ilius.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana terdapat cairan serebrospinal (CSS) yang berlebihan di dalam ventrikel otak. Cairan serebrospinal merupakan cairan yang steril yang diproduksi oleh pleksus Choroideus di dalam ventrikel Cairan serebrospinal yang berlebihan terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara jumlah yang diproduksi dengan laju absorpsi1, ,!,". #nsiden seluruhnya dari hidrosefalus tidak diketahui. $revalensi hidrosefalus di dunia cukup tinggi, di %elanda dilaporkan terjadi kasus sekitar &,'( permil pertahun dan di )merika sekitar hidrosefalus di #ndonesia mencapai 1& permil1, ,!. $engobatan hidrosefalus dapat melalui terapi medikamentosa dan terapi pembedahan. *erapi medikamentosa digunakan hanya untuk sementara selama menunggu intervensi bedah. *erapi ini tidak efektif untuk terapi jangka panjang pada hidrosefalus kronik karena dapat mengganggu metabolisme. $embedahan merupakan terapi definitif hidrosefalus +gold standar, yaitu pemasangan -$ 1 permil pertahun. $revalensi

shunting menggunakan kateter silikon dipasang dari ventrikel otak ke peritonium. .ateter dilengkapi katup pengatur tekanan dan mengalirkan CSS satu arah yang kemudian diserap oleh peritonium dan masuk ke aliran darah1, ,(,',/. .omplikasi dapat terjadi setelah pemasangan -$ shunt. .omplikasi yang paling sering yaitu infeksi, diskoneksi atau blok, subdural hematom, ascites, caira serebrospinaloma, obstruksi saluran traktus gastrointestinal, perforasi organ berongga, malfungsi, atau migrasi dari shunt(,',/,0,1. 2aporan kasus ini membahas mengenai komplikasi pemasangan ventriculoperitoneal shunt dan penatalaksanaannya. 1.2 Tujuan a. 3engetahui komplikasi pemasangan ventrikuloperitoneal shunt. b. 3engetahui penatalaksanaan komplikasi vertriculoperitoneal shunt. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

.1 4efinisi Hidrosefalus Hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana terdapat cairan serebrospinal (CSS) yang berlebihan di dalam ventrikel otak. Cairan serebrospinal merupakan cairan yang steril yang diproduksi oleh pleksus Choroideus di dalam ventrikel. Cairan serebrospinal secara normal mengalir dari ventrikel lateral menuju ventrikel tiga lalu ventrikel empat melalui saluran menuju sirkulasi di sekitar otak, kemudian cairan ini diabsorbsi. *erdapat keseimbangan antara jumlah CSS yang diproduksi dan laju absorbsinya1, . Hidrosefalus dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hidrosefalus obstruktif (H5) dan hidrosefalus komunikan (H.)!. . 6pidemiologi #nsiden seluruhnya dari hidrosefalus tidak diketahui. 7amun, prevalensi hidrosefalus di dunia cukup tinggi, di %elanda dilaporkan terjadi kasus sekitar

&,'( permil pertahun dan di )merika sekitar #ndonesia mencapai 1& permil1, ,!,.

permil pertahun, sedangkan di

#nsiden hidrosefalus ac8uired juga tidak diketahui, mungkin dikarenakan banyaknya macam penyakit yang dapat menyebabkan hidrosefalus1, ,!. .! 6tiologi 6tiologi dari hidrosefalus kongenital tidak diketahui. %eberapa kasus, kurang dari persen diturunkan (9:linked hidrosefalus). $enyebab yang paling sering dari hidrosefalus ac8uired antara lain obstruksi tumor, trauma, perdarahan intrakranial, dan infeksi1, .

." $atofisiologi $atofisiologi hidrosefalus dapat dibagi menjadi ! bentuk1, ;

<angguan dari produksi CSS <angguan dari produksi CSS merupakan bentuk yang paling jarang dimana terjadi pada papiloma pleksus choroideus dan karsinoma pleksus Choroideus.

<angguan sirkulasi CSS %entuk ini merupakan akibat dari obstruksi pada aliran sirkulasi CSS. <angguan ini dapat terjadi pada ventrikel atau villi arachnoid. *umor, perdarahan, malformasi kongenital (seperti stenosis a8uaduktus), dan infeksi yang dapat menyebabkan obstruksi pada titik manapun di sirkulasinya.

<angguan absorpsi CSS .ondisi ini dapat terjadi pada sindroma vena cava superior dan trombosis sinus yang dapat mengganggu absorpsi CSS.

%eberapa bentuk hidrosefalus tidak dapat diklasifikasikan secara jelas. .elompok ini hidrosefalus tekanan normal dan pseudotumor serebri.

.( 3anifestasi .linis <ejala klinis pada anak:anak antara lain1, ; Capasitas mental lambat 7yeri kepala terutama di pagi hari 7yeri leher menunjukan herniasi tonsilar 3untah, terutama di pagi hari $andangan kabur, terjadi karena papil edem atau atrofi papil pada tingkat lanjut $andangan ganda, dikarenakan lumpuhnya nervus karanial -#, baik unilateral atau bilateral. *erhambatnya pertumbuhan dan maturasi seksual akibat dilatasi ventrikel tiga, yang menyebabkan obesitas dan pubertas prekok atau onset puberta yang tertunda. Sulit berjalan akibat spastisitas karena traktur piramidalis periventrikuler menegang akibat hidrosefalus. 3engantuk $apilledema *idak dapat memandang ke atas *anda cracked pot pada perkusi kepala <aya berjalan tidak baik .epala besar 2umpuhnya nervus kranial -# unilateral atau bilateral.

*anda yang didapatkan


o o o o o o

.' $emeriksaan 2aboratorium *idak ada pemeriksaan laboratorium spesifik untuk hidrosefalus. 6valuasi CSS pada hidrosefalus pasca perdarahan atau pasca meningitis untuk mengetahui konsentrasi protein dan menyingkirkan infeksi residual1, .

"

./ $emeriksaan =adiologi Computed *omography scan (C* scan) dapat menilai ukuran ventrikel dan struktur lainnya, misalnya tumor bila menggunakan kontras1, . 3agnetic =esonance #maging (3=#) terutama dilakukan pada sebagian besar kasus kongenital seperti corpus callosum agenesis, Chiari malformations, gangguan migrasi neuronal dan malformasi vaskuler1, . >ltrasonografi melalui fontanela anterior pada infant =adionuclide cisternografi

./ $rosedur 4iagnosis $ungsi lumbal dapat digunakan untuk mengukur tekanan intrakranial, tapi hanya dilakukan setelah pemeriksaan radiologi menemukan adanya obstruksi1, . .0 *erapi Hidrosefalus tidak dapat disembuhkan, hanya dapat diobati. Hidrosefalus dapat di terapi melalui terapi medikamentosa dan terapi pembedahan1, .

*erapi medikamentosa *erapi medikamentosa digunakan hanya untuk sementara selama menunggu intervensi bedah. *erapi ini tidak efektif untuk terapi jangka

panjang pada hidrosefalus kronik karena dapat mengganggu metabolisme. $ada kondisi tertentu seperti oklusi sinus, meningitis, atau perdarahan intraventrikuler neonatus, terapi ini dapat efektif. 3edikamentosa yang dapat diberikan antara lain1, ;
o

)ceta?olamide ( ( mg@kg@hari dalam ! dosis), monitoring status respirasi dan elektrolit dan tidak direkomendasikan terapi lebih dari ' bulan. Aurosemide (1 mg@kg@hari dalam ! dosis), monitoring

keseimbangan elektrolit dan cairan. $ungsi lumbal serial pada beberapa kasus seperti pada neonatus yang telah pulih dari perdarahan intraventrikuler. 3enghilangkan penyakit dasar yang menyebabkan hidrosefalus, seperti meningitis.

*erapi pembedahan *erapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. )lternatif lain selain pemasangan shunt antara lain1, ;
o o o o

Choroid pleksotomi atau koagulasi pleksus Choroid 3embuka stenosis akuaduktus 6ksisi tumor Aenestrasi endoskopi

$emasangan shunt dilakukan pada sebagian besar pasien. Hanya ( persen pasien hidrosefalus yang berhasil diterapi tanpa pemasangan shunt. $rinsip dari pemasangan shunt adalah mempertahankan hubungan antara CSS dan rongga drainase (peritoneum, atrium kanan, pleura). %eberapa alternatif pemasangan shunt antara lain1, ;
o

-entriculoperitoneal (-$) shunt yang paling banyak digunakan. 2okasi proksimal biasanya terletak di ventrikel lateral. .elebihan shunt ini yaitu tidak diperlukannya pemanjangan selang shunt yang disesuaikan dengan pertumbuhan anak karena kita dapat meletakkan cateter yang panjang di dalam rongga peritoneum.

-entriculoatrial (-)) shunt, juga disebut vascular shunt, dipasangang melalui vena jugularis dan vena cava superior masuk '

ke dalam atrium kanan jantung. Shunt jenis ini dipilih jika didapatkan kelainan pada rongga abdomen, seperti peritonitis, obesitas morbid, atau pasien baru melakukan pembedahan pada abdomen. Shunt ini membutuhkan pemanjangan ulang seiring dengan pertumbuhan anak.
o

2umboperitoneal

shunt

dipakai

hanya

pada

hidrosefalus

komunikan, fistula CSS, atau pseudotumor serebri.


o

-entriculopleural shunt merupakan lini kedua bila pilihan lain merupakan kontraindikasi.

.1 -entriculoperitoneal Shunt -entriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan serbrospinal (hidrosefalus). Cairan dialirkan dari ventrikel di otak menuju rongga peritoneum ,0. .1.1 4eskripsi1&

$rosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan anastesi umum selama sekitar 1& menit. =ambut dibelakang telinga anak dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakan telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen. 2ubang kecil dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam ventrikel otak. .ateter lain dimasukkan ke baBah kulit melalui insisi di belakang telinga, menuju ke rongga peritoneum.

Sebuah katup diletakkan dibaBah kulit di belakang telinga yang menempel pada kedua kateter. %ila terdapat tekanan intrakranial meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup menuju rongga peritoneum.

.1. .omplikasi -entriculoperitoneal Shunt Sejumlah komplikasi dapat terjadi setelah pemasangan ventriculoperitoneal shunt untuk manajemen hidrosefalus. .omplikasi ini termasuk infeksi, blok, subdural hematom, ascites, CSSoma, obstruksi saluran traktus gastrointestinal, perforasi organ berongga, malfungsi, atau migrasi dari shunt. 3igrasi dapat terjadi pada ventrikel lateralis, mediastinum, traktus gastrointestinal, dinding abdomen, vagina, dan scrotum(,',/,0,1. Infeksi

#nfeksi shunt didefinisikan sebagai isolasi organisme dari cairan ventrikuler, selang shunt, reservoir dan atau kultur darah dengan gejala dan tanda klinis menunjukkan adanya infeksi atau malfungsi shunt, seperti demam, peritonitis, meningitis, tanda:tanda infeksi di sepanjang jalur selang shunt, atau gejala yang tidak spesifik seperti nyeri kepala, muntah, perubahan status mental dan kejang1, ,(,',,1. #nfeksi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada kelompok usia muda. Sebagian besar infeksi terjadi dalam ' bulan setelah prosedur dilakukan. #nfeksi yang terjadi biasanya merupakan bakteri staphylococcus dan propionibacterial. #nfeksi dini terjadi lebih sering pada neonatus dan berhubungan dengan bakteri yang lebih virulen seperti 6scherichia coli. Shunt yang terinfeksi harus dikeluarkan, CSS harus disterilkan, dan dilakukan pemasangan shunt yang baru. *erapi shunt yang terinfeksi hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan karena bakteri dapat di tekan untuk jangka Baktu yang lama dan bakteri kembali saat antibiotik diberhentikan1, ,(,',1. Subdural hematom Subdural hematom biasanya terjadi pada orang deBasa dan anak:anak dengan perkembangan kepala yang telah lengkap. #nsiden ini dapat dikurang dengan memperlambat mobilisasi paska operasi. Subdural hematom diterapi dengan drainase dan mungkin membutuhkan oklusi sementara dari shunt1, . .1.! *erapi .omplikasi

)ntibiotik sesual hasil kultur 6Cternal -entricular 4rainage 3engangkat shunt

*erapi pada infeksi shunt hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan karena meskipun bakteri dapat ditekan untuk jangka Baktu tertentu, namun bakteri akan kembali berkembang setelah pemberian antibiotik dihentikan. $ada pasien ini dilakukan eksternisasi selang -$ shunt yang berada di distal, selanjutnya dilakukan pemasangan ekstraventricular drainage, serta pemberian antibiotik sesuai hasil tes sensitivitas bakteri. Hal ini dilakukan agar tetap terjadi drainage dari cairan serebrospinal yang belebihan agar tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial1,11,1 , 1!,1". $ada anak yang terpasang ventriculoperitoneal shunt, jika anggota keluarga mencurigai adanya malfungsi dari shunt atau tidak adanya penyebab lain dari demam, malaise, perubahan perilaku anak, maka diperlukan evaluasi dan perhatian terhadap shunt yang terpasang pada anak tersebut1, .

1&

BAB III LAPORAN KASUS IDENTITAS 7ama ; )n. )

11

Denis kelamin >sia )lamat $ekerjaan )gama Suku 3=S ANAMNESA

; $erempuan ; ; : ; #slam ; .utai ; ( September &&1 pukul 1(.(& Bita. *ahun ; .embang Danggut, .ukar

)namnesa ()lloanamnesa) pada tanggal " 5ktober &&1. Kelu an Uta!a; .eluar selang dari lubang anus. R"#a$at Pen$ak"t Sekarang; .eluar selang dari lubang anus sejak E@ 1 jam sebelum masuk =umah Sakit. Selang terlihat keluar saat pasien akan %)%. 4ari selang keluar cairan jernih. $asien tidak ada demam, tidak ada mual dan muntah. *idak ada kejang dan penurunan kesadaran. R"#a$at Pen$ak"t Da ulu; $asien dipasang selang yang menghubungkan rongga otak dengan rongga perut sejak 0 bulan yang lalu. Selang ini dipasang karena adanya cairan yang berlebihan didalam otak. Sebelumnya sekitar 1 bulan yang lalu, pasien terlihat mengalami kelainan belum bisa berjalan seperti normalnya perkembangan anak seumur pasien. *angan kanan pasien juga susah untuk digerakkan dan untuk menggenggam sesuatu. $asien kemudian dibaBa ke dokter spesialis bedah syaraf dan setelah dilakukan pemeriksaan diketahui mengalami kelainan di otak berupa penyumbatan di salah satu bagian didalam otak sehingga terdapat cairan yang berlebihan didalam otak. .emudian dilakukan pemasangan selang yang berfungsi mengalirkan cairan berlebihan didalam otak ke dalam perut.

PEMERIKSAAN %ISIK (*anggal ( September &&1) Primary Survey ) % C 4 6 ; Clear ; Stabil, Arekuensi 7afas; " kali@menit ; Stabil, 7adi; 11& kali@menit (lemah) ; 6"-(3' (<CS 1() ; Status 2okalis

Secondary Survey .esadaran *anda -ital ; <CS 1( (6"-(3') ; 7adi Suhu Statu& 'eneral"&ata .epala@2eher; #nspeksi ; )nemis (:@:), ikterik (:@:), dyspneu (:@:), refleks cahaya (E@E) 7, pupil isokor (F ! mm@! mm). *horaks; #nspeksi $alpasi $erkusi )uskultasi ; pergerakan simetris ; 7yeri tekan (:), fremitus raba (kananGkiri) ; Sonor ; Suara paru vesikuler, =onkhi (:@:), Wheezing (:@:) Dantung ; S1S tunggal reguler )bdomen; Cembung, terdapat sikatrik luka operasi. %> (E) normal. 7yeri tekan (:). ; 11& kali@menit " kali@menit ; !',0 &C Arekuensi 7afas ;

1!

=egio )nal (Status 2okalis) #nspeksi $alpasi ; terlihat selang di lubang anus. Cairan jernih dari lubang selang ; panjang selang cm. bisa digerakkan.

6kstrimitas (Superior:#nferior); #nspeksi ; Dejas (:) ( ( ( ( ; )kral dingin, edema (:@:) 3otorik ;

$alpasi

PEMERIKSAAN PENUNJAN' Dara Lengka(; ' September &&1 1. $emeriksaan Cairan 5tak a. 3akro; o .ejernihan o Harna b. 3ikro; o Hitung sel o Hitung jenis o $rotein c. <4S ; (( (2CS) . 4arah 2engkap ; a. 2eukosit; 0.&&& @mm! b. Hb ; c. Ht ; 11, mg@dl !" I ; '0 ; mononuklear !&I, polinuklear /&I ; tes busa (:), tes $andy (E), tes 7onne (E) ; .eruh ; kekuningan

d. *rombosit ; !".&&& @mm! 1/ 5ktober &&1 1. 4arah 2engkap ; a. 2eukosit; 0.1&& @mm! 1"

b. Hb ; c. Ht ; . 6lektrolit ;

11,1 mg@dl !" I

d. *rombosit ; !!.&&& @mm! a. 7atrium ; 1"( mmol@2 b. .alium ; !,1 mmol@2 c. Chloride ; 11' mmol@2 !1 5ktober &&1 1. 4arah 2engkap ; a. Hb b. Ht c. $lt . .imia 4arah ; a. <4S b. )lbumin !. 6lektrolit ; a. 7a b. . c. Cl ; 1"1 mmol@2 ; !,/ mmol@2 ; 11& mmol@2 ; 1&1 gr@dl ; !," gr@dl ; 1,! gr@dl ; 1,! I ; '&.&&& @ mm!

d. H%C ; 0&&&@mm!

1(

Pe!er"k&aan Ra)"*l*g"& Foto ontgen !" September !##$

C* Scan ( September &&1

1'

DIA'NOSA KERJA SEMENTARA Mal(*&"&" +P S unt ,e-(*&e +P S unt ke anu&. PENATALAKSANAAN 1. $erbaikan selang -$ shunt a. 6ksternisasi -$ shunt b. $emasangan 6-4 c. $enggantian -$ shunt . $enanggulangan infeksi a. $emberian antibiotik sesuai kultur CSA !. 5bservasi tanda J tanda peningkatan tekanan intrakranial a. $emberian 5bat diuretik ()ceta?olamid) b. $engaturan pengeluaran cairan CSA (pengukuran volume cairan CSA di kantong tampung)

1/

LAPORAN OPERASI 1. *anggal ' September &&1 a. 5perator ; dr. )K. 3aLruf, Sp.%S b. 4iagnosa pre operasi ; 3alposisi -$ shunt ke anus c. 4iagnosa post operasi ; 3alposisi -$ shunt ke anus d. Denis 5perasi ; 6ksternisasi -$ shunt e. 2aporan 5perasi ; $asien di anastesi dan diposisikan supine 4ilakukan insisi pada sikatrik luka lama di abdomen 3emotong peritonial drain; : : 4rain proCimal dihubungkan dengan penampung eksternal 4rain distal dicabut dari anus

)mbil sampel CSA Barna keruh 2uka insisi di bersihkan dan ditutup 5perasi selesai CSA di analisa dan dikultur

f. $enatalaksanaan post 5perasi #-A4 4( M 7S (&&cc@ " jam #nj. CeftriaCone C(&& cc

. *anggal ! 5ktober &&1 a. 5perator ; dr. )rie #brahim, Sp.%S b. 4iagnosa pre operasi ; malposisi -$ shunt dan peningkatan *#. c. 4iagnosa post operasi ; obstruksi pars proksimal d. Denis operasi ; repair shunt dan pemasangan 6-4 e. 2aporan 5perasi ; $asien dianastesi dan diposisikan miring kanan

10

4ilakukan ekstirpasi selang pada bagian pars proksimal yang diliputi jaringan granulasi yang menyerupai jaringan fibrotik pleksus koroideus.

Selang dibersihkan kemudian dipasang kembali dengan menggunakan cairan infus. 4ilakukan pengecekan keluarnya CSA melalui selang CSA keluar. CSA dikultur 5perasi selesai.

f. $enatalaksanaan post operasi ; #-A4 4( M 7S (&& cc@ " jam #njeksi Cefta?idine !C1(& cc 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg

!. *anggal ! 7ovember &&1 a. 5perator ; dr. )K. 3aLruf, Sp.%S b. 4iagnosa pre operasi ; Hidrosefalus E ventrikulitis c. 4iagnosa post operasi ; Hidrosefalus E ventrikulitis d. Denis 5perasi ; re insersi 6-4 e. 2aporan 5perasi ; $asien dianastesi dan diposisikan supine Selang 6-4 lama dapat dicabut dengan mudah (fiksasi sudah rusak) 4ilakukan pemasangan@insersi selang 6-4 yang baru. 4ilakukan pengecekan aliran CSA CSA keluar CSA dikultur.

f. $enatalaksanaan post operasi; *erapi ruangan dilanjutkan

11

Dika sadar, %> (E) %oleh minum sedikit J sedikit. %ila tidak ada muntah boleh makan.

&

HASIL KULTUR /S% *anggal $engambilan ':&1:&1 &!:1&:&1 ":1&:&1 & :11:&1 LEMBAR OBSER+ASI T'L
':&1:&1

Hasil .ultur 6scherichia Coli Staphylococcus )ureus 6scherichia Coli .lebsiella sp

)ntibiotik $ilihan Aosfomycine Aosfomycine Stabactam Stabactam

OBSER+ASI
.eluar selang dari anus. C3, <CS 1(. *4; 1 & C@mnt, ==; " C@mnt, *; !/oC. %> (E) normal.

ASSESMENT
6kspulsi -$ shunt

PLANNIN'
$ro eksternisasi -$ shunt. rencana; : bila tidak ada infeksi perbaiki -$ shunt : bila ada infeksi pasang 6-4 *erapi lanjut .ultur CSA

0:&1:&1

1:&1:&1

4emam (:), kejang (:), muntah (:), kembung (:) C3, <CS 1(. *4; 1 & C@mnt, ==; " C@mnt, *; !/oC. %> (E) normal. 4emam (:), kejang (:), muntah (:), kembung (:) C3, <CS 1(. *4; 1 & C@mnt, ==; " C@mnt, *; !/oC. %> (E) normal. 4emam (:), muntah (:), kejang (:). %)% (:) ' hari, batuk (E). $ilek (E) C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal 4emam (:), muntah (:), %)% sedikit, benjolan merah dikepala sebelah kanan, batuk (E), pilek (E). C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal 4emam (:), muntah (:), %)% sedikit

$ost eksternisasi -$ shunt hari ## $ost eksternisasi -$ shunt hari ###

!&:&1:&1

$ost eksternisasi hari #- a@i ekspulsi -$ shunt di anus.

: #-A4 4( M 7S (&& cc @ " jam : CeftriaCone C (&& mg : .emicetin "C (& mg : 3etronida?ole C (& mg supp : *unggu hasil kultur 4iet *.*$

&1:1&:&1

$ost eksternisasi hari - a@i ekspulsi -$ shunt di anus.

#-A4 4( M 7S CeftriaCone C(&& mg .emicitin " C (& mg 3etronida?ole C && mg .ultur (E) 6schericia Coli

& :1&:&1

$ost eksternisasi hari

#-A4 4( M 7S Aosfomycin C(&& mg

&!:1&:&1

C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal 3untah sejak tadi malam 1C C3, <CS 6"-(3', 7adi; 10 C@mnt, == ; " C@mnt, 4emam (:), muntah (:), %)% sedikit C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal 4emam (:), muntah (:), %)% sedikit C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal CSA Dernih 4emam (:), muntah (:), %)% sedikit C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal CSA Dernih C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *;

-# a@i ekspulsi -$ shunt di anus. $ost eksternisasi hari -## a@i ekspulsi -$ shunt di anus. $ost repair shunt E pasang 6-4 hari ##

.emicitin " C (& mg 4iet *.*$

5p cito

&(:1&:&1

Aosfomycin C(&& mg .emicitin " C (& mg $aracetamol syr !C# cth

&':1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari ###

Aosfomycin C(&& mg .emicitin " C (& mg $aracetamol syr !C# cth

&/:1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari #-

Aosfomycin C(&& mg .emicitin " C (& mg $aracetamol syr !C# cth jika panas

&0:1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari $ost repair shunt E pasang 6-4 hari -# $ost repair shunt E pasang 6-4 hari -## $ost repair shunt E pasang

Aosfomycin C(&& mg .emicitin " C (& mg $aracetamol syr !C# cth jika panas Cefta?idine inf !C1(& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg Cefta?idine inf !C1(& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg *unggu hasil kultur Cefta?idine inf !C1(& mg 4iamoC !C!& mg

&1:1&:&1

1&:1&:&1

11:1&:&1

1 :1&:&1

1!:1&:&1

!/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor

6-4 hari -### $ost repair shunt E pasang 6-4 hari #9 $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9

4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg Cefta?idine inf !C1(& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg .ultur ; Staphylococcus aureus Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg $eriksa 42, <4S, albumin, elektrolit Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril Aosfomycin C(&& mg

1":1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9# $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9## $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9### $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9#-

1(:1&:&1

1':1&:&1

1/:1&:&1

11:1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9-#

&:1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9-##

1:1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9-###

!mm@!mm, =C E@E. %> E normal :1&:&1 C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 9#9

!:1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99

":1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99#

':1&:&1

$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99### $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99#$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99$ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99-# $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99-## $ost repair shunt E pasang

/:1&:&1

0:1&:&1

4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril Aosfomycin C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril CeftriaCone C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril CeftriaCone C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg .ultur CSA *unggu hasil kultur CeftriaCone C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg =encana 7euro 6ndoscopi jika kultur steril CeftriaCone C(&& mg 4iamoC !C!& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin "C (& mg .ultur; 6schericia coli Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg .emicetin stop Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg

1:1&:&1

!&:1&:&1

Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg

!1:1&:&1

Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg

"

& :11:&1

&":11:&1

&(:11:&1

&':11:&1

!/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal C3, <CS 6"-(3', 7adi; 1&" C@mnt, == ; " C@mnt, *; !/oC. $upil isokor !mm@!mm, =C E@E. %> E normal

6-4 hari 99-### $ost repair shunt E pasang 6-4 hari 99#9 $ost 6-4 ulang hari # .ultur CSA ulang Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg =encana ganti 6-4 #-A4 4( M 7S (&&cc@ "jam Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg #-A4 4( M 7S (&&cc@ "jam Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg #-A4 4( M 7S (&&cc@ "jam Stabactam C(&& mg 4ilantin !C1( mg

$ost 6-4 ulang hari ##

$ost 6-4 ulang hari ###

TIME TABLE Tanggal (:&1:&1 ':&1:&1 Plann"ng $asien mulai diraBat 5perasi # 6ksternisasi -$ Shunt .ultur CSA Keterangan =encana; Dika kultur CSA steril direncanakan pemasangan -$ shunt baru )% ; Aosfomicine

!&:&1:&1 &!:1&:&1

Hasil .ultur CSA 6scherichia Coli 3untah (E) N 1 kali. 5p Cito pemasangan 6-4 .ultur CSA ## Hasil .ultur CSA ## Staphylococcus aureus .ultur CSA ### Hasil .ultur CSA ### 6scherichia coli $enggantian 6-4 .ultur CSA #Hasil .ultur CSA #- .lebsiella sp

1 :1&:&1 ":1&:&1 0:1&:&1 & :1&:&1 &(:1&:&1

)% ; Aosfomicine

)%; Stabactam (Aosfomycine resisten)

)% ; Stabactam

'

BAB I+ PEMBAHASAN $asien anak ) dengan usia tahun datang dengan keluhan keluar selang

pada anus yang didiagnosa aBal dengan malposisi -$ shunt ke anus. 4ari anamnesa, keluhan utama yang didapatkan pada pasien ini adalah adanya selang -$ shunt yang keluar di lubang anus. 4ari anamnesis tidak didapatkan adanya gejala:gejala dan tanda yang menunjukkan adanya infeksi -$ shunt dan peningkatan tekanan intrakranial. 4ari riBayat penyakit dahulu diketahui pasien ini mengalami hidrosefalus sekitar 1 tahun yang lalu, yang dikarenakan sumbatan pada sirkulasi cairan serebrospinal akibat adanya arachnoid cyst, yang kemudian dilakukan pemasangan ventriculoperitoneal shunt sekitar / bulan sebelum diraBat di rumah sakit. $emeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini antara lain pemeriksaan laboratorium darah, foto polos abdomen, dan C* scan kepala. Hasil pemeriksaan darah dalam batas normal. $ada foto polos abdomen didapatkan gambaran selang -$ shunt yang keluar dari rongga abdomen. <ambaran C* scan kepala didapatkan pelebaran dari ventrikel lateralis. $enatalaksanaan aBal pada pasien ini yaitu pasien diobservasi untuk melihat tanda:tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan diberikan terapi medikamentosa antibiotik dan steroid serta direncanakan untuk dilakukan reposisi selang bila tidak ada infeksi. Selama peraBatan setelah dilakukan eksternisasi -$ shunt, didapatkan adanya peningkatan produksi -$ shunt selama ! hari. $ada pasien kemudian didapatkan adanya muntah yang terus menerus yang diduga sebagai tanda J tanda peningkatan tekanan intrakranial. Selanjutnya dilakukan operasi cito untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial tersebut dan dilakukan pemasangan 6-4 (eCtra ventrikuler drainage). $emasangan 6-4 ini dilakukan karena masih terdapatnya tanda J tanda infeksi pada cairan serebrospinal pasien berdasarkan kultur CSA yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada yaitu terdapat kontraindikasi pemasangan -$ shunt ulang pada pasien J pasien -$ shunt terinfeksi.

%erdasarkan referensi, dapat terjadi komplikasi setelah dilakukan prosedur ventriculoperitoneal shunt. .omplikasi:komplikasi ini termasuk infeksi, malfungsi, atau migrasi dari shunt. #nfeksi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. 3igrasi dapat terjadi pada ventrikel lateralis, mediastinum, traktus gastrointestinal, dinding abdomen, vagina, dan scrotum11,1 ,1!,1",1(. $ada pasien ini terjadi komplikasi yaitu migrasi selang ventriculoperitoneal shunt yang berada di rongga peritoneum yang menyebabkan perforasi pada rectum sehingga selang tampak pada anus, infeksi, dan malfungsi atau penyumbatan dari selang ventriculoperitoneal shunt. $erforasi traktus gastrointestinal merupakan komplikasi yang jarang terjadi yaitu kurang dari &,1I11,1 ,1!,1",1(. .omplikasi perforasi traktus gastrointestinal pertama kali dilaporkan oleh Hilson dan %ertan tahun 11'' sebanyak dua kasus1'. .omplikasi ini memiliki morbiditas dan mortalitas yang relatif tinggi yaitu mencapai 1(I1!. <rosfeld et al, 11/", melaporkan sebanyak / dari "( kasus komplikasi dari ventriculoperitoneal shunt merupakan perforasi organ berongga dan ( diantaranya merupakan perforasi colon11. 3ertol et al, 111", melaporkan kasus perforasi intestinal dimana salah satunya terjadi setelah ' bulan dan tidak didaptkan gejala dan tanda meningitis dan peritonitis1/. 4ong Dang et al, &&/, melaporkan ekstrusi selang ventriculoperitoneal shunt yang terjadi setelah dua tahun melalui anus setelah mengalami dua kali perforasi traktus gastrointestinal, yaitu perforasi colon sigmid dan reperforasi melalui rectum, akhirnya keluar melalui anus 1". 3atsuoka et al, &&0, melaporkan terjadinya perforasi colon sigmoid akibat selang ventriculoperitoneal shunt yang akhirnya keluar melalui anus. $asien datang dengan gejala nyeri abdomen dan muntah1!. $atogenesis terjadinya perforasi organ sampai saat ini masih belum jelas. Aaktor:faktor yang mempengaruhi adalah selang ventriculoperitoneal shunt dan bayi itu sendiri. 2iteratur menyebutkan panjang selang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi perforasi. Selain itu interaksi antara bahan selang, componen cairan serebrospinal, dan imunomediator menyebabkan terjadinya respon inflamasi dan proses iritasi yang berlangsung kronis pada satu titik

permukaan intestinal sehingga terjadi perforasi. Aaktor anatomi dan fisiologi dari bayi yang berperan yaitu dinding intestinal dan peristaltik usus. 2iteratur menyebutkan bahBa perforasi terjadi dapat dikarenakan lemahnya dinding otot intestinal yang bisa dikarenakan gi?i yang kurang maupun lemahnya dinding pada usia bayi. $eristaltik usus pada anak bayi dikatakan lebih aktif dan berperan dalam mendorong selang sehingga mengakibatkan terjadinya perforasi intestinal11:1/. Aaktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perforasi antara lain infeksi tragtus gastrointestinal sebelumnya1(, reaksi tubuh terhadap benda asing, kondisi umum pasien yang kurang baik, dan kakunya ujung distal dari selang ventriculoperitoneal shunt1". #nfeksi selang -$ shunt merupakan komplikasi yang paling ditakutkan. .omplikasi infeksi terjadi : /I dan sering dengan prognosis yang jelek. Sebanyak '(I ifeksi disebabkan oleh Staphylococcus (. #nfeksi terjadi dalam Baktu yang bervariasi, dari beberapa minggu sampai beberapa tahun. Sebagian besar infeksi terjadi dalam ' bulan setelah dilakukan pemasangan -$ shunt. Denis bakteri yang menginfeksi biasanya staphylococcus dan golongan propionibakterial. #nfeksi yang lebih dini sering disebabkan oleh bacteri yang lebih virulen seperti 6scherichia coli(,10,11. .ultur cairan serebrospinal dilakukan sebanyak " kali yang menunjukkan hasil dua infeksi staphylococcus, satu infeksi oleh 6. coli, dan satu infeksi oleh .lebsiella. %akteri:bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang sebagian besar merupakan flora normal di traktus gastrointestinal &. Sebenarnya infeksi bakteri gram negatif jarang terjadi, namun pada kasus ini karena terjadi perforasi traktus gastrointestinal, maka diperkirakan bakteri berasal dari perforasi tersebut sehingga menyebabkan terjadinya infeksi retrograde 1. 2iteratur lain menyebutkan bahBa .lebsiella selain merupakan bakteri komensal di saluran gastrointestina juga merupakan bakteri patogen yang sering didapatkan di rumah sakit yang menyebabkan infeksi nosokomial &, 1. $enelitian yang dilakukan oleh Sarguna dan 2aksmi tahun &&' tentang infeksi pada ventriculuperitoneal shunt sebanyak !,1'I dan sebagian besar infeksi disebabkan oleh staphylococcus (!',!'I), lalu 6. coli dan .lebsiella(.

.inasha, .hamba dan Semali melaporkan bahBa infeksi merupakan komplikasi terbanyak kedua setelah obstruksi selang ventriculoperitoneal shunt dan infeksi ini sering ditemukan bersamaan dengan obstruksi1. Hal ini menunjukkan bahBa infeksi dapat menyebabkan shunt mengalami malfungsi 1. %okhary dan .amal melaporkan infeksi ventriculoperitoneal shunt terjadi (,1I dan sebagian besar diakibatkan bakteri gram negatif11. #nfeksi cairan serbrospinal dan peritonitis merupakan kontraindikasi dari pemasangan -$ shunt, oleh karena itu shunt yang terinfeksi harus dikeluarkan, kemudian cairan serebrospinal harus berada dalam keadaan steril sebelum dilakukan pemasangan -$ shunt kembali. $ilihan terapi pada shunt yang terinfeksi yaitu dapat dilakukan mencabut selang shunt, memasang 6Cternal -entricular 4rainage, dan disertai pemberian antibiotik. *erapi pada infeksi shunt hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan karena meskipun bakteri dapat ditekan untuk jangka Baktu tertentu, namun bakteri akan kembali berkembang setelah pemberian antibiotik dihentikan. $ada pasien ini dilakukan eksternisasi selang -$ shunt yang berada di distal, selanjutnya dilakukan pemasangan ekstraventricular drainage, serta pemberian antibiotik sesuai hasil tes sensitivitas bakteri. Hal ini dilakukan agar tetap terjadi drainage dari cairan serebrospinal yang belebihan agar tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial1(:11. $enangan pasien pada kasus ini telah sesuai dengan literatur yaitu dilakukan pencabutan ventriculoperitoneal shunt, terapi antibiotik, dan dilakukan pemasangan eCtraventricular drainage. Sampai saat kasus ini dilaporkan, belum dilakukan pemasangan kembali ventriculoperitoneal shunt karena hasil kultur cairan serebrospinal masih menunjukkan adanya infeksi, namun secara klinis pasien tidak menunjukkan gejala dan tanda infeksi.

!&

BAB + PENUTUP

(.1 .esimpulan Hirosefalus adalah suatu kondisi dimana terdapat cairan serebrospinal (CSS) yang berlebihan di dalam ventrikel otak, dan pemasangan ventriculoperitoneal shunt merupakan pilihan terapi yang luas digunakan pada kondisi ini. 7amun komplikasi dari tindakan ini masih menjadi relatif tinggi. .omplikasi yang terjadi antara lain malfungsi, migrasi atau malposisi, dan infeksi. .omplikasi ini saling berkaitan dimana migrasi dari ventriculoperitoneal shunt dapat menyebabkan infeksi sehingga menyebabkan malfungsi. *erapi yang direkomendasikan pada komplikasi infeksi yaitu pencabutan ventriculoperitoneal shunt, pemasangan eCtraventricular drainage yang dikombinasikan dengan terapi antibiotik sesuai hasil kultur cairan serebrospinal. (. Saran 1. memberikan terjadi. . perlunya pengetahuan tenaga medis dan para medis mengenai teknik pengambilan sampel laboratorium yang benar terutama pada sampel yang akan dikultur. edukasi kepada keluarga pasien mengenai ventriculoperitoneal shunt serta gejala dan tanda komplikasi yang mungkin

!1

DA%TAR PUSTAKA 1. 6ngelhard ###, H.H. %ydrocephalusO &&/, online (http;@@emedicine.medscape.com@article@ "/!0/:overvieB, diakses tanggal !1 5ktober &&1) . 6spay, ).D. %ydrocephalusO &&1, (http;@@emedicine.medscape.com@article@11!( 0':overvieB, tanggal !1 5ktober &&1) online diakses

!. 3aliaBan, S., )ndi )sadul, #., %akta, 3. &eknik 'ndoscopic &hird (entriculostomy dibandingkan dengan (entriculoperitoneal Shunting pada %idrosefalus )bstructif* Perbaikan +linis dan Perubahan Interleukin,-./ interleukin,0/ dan 1eural 2ro3th Factor Cairan Serebrospinalis, &&1, online (http;@@BBB.akademik.unsri.ac.id@doBnload@journal@files@udejournal@ePjou rnalPI &drI &sriPmaliaBan.pdf, diakses tanggal !1 5ktober &&1) ". *homas Deferson >niversity. (entriculoperitoneal Shunt. *homas Deferson >niversity Hospital. &&". (. Sarguna, $., 2akshmi, -. (entriculoperitoneal Shunt Infections. #ndian Durnal 5f 3edical 3icrobiology, -ol. ", 7o. 1, p ( :(", &&'. '. %ryant, 3.S., et al. 4bdominal complications of ventriculoperitoneal shunts. Case reports and revie3 of the literature. )merican Surgeon, -ol (" (1), p (&:((, 1100. /. Hu Q., et al. (entriculoperitoneal shunt complications in California* -$$# to !###. 7eurosurgery, -ol '1(!), p ((/:(' , &&&. 0. 4ean, 4.A., .eller, #.%. Cerebrospinal fluid ascites* a Complication of a (entriculoperitoneal Shunt. Dournal of 7eurology, 7eurosurgery, and $sychiatry, -ol. !(, p "/":"/', 11/ . 1. .inasha, )4)., .ahamba, DA., Semali, #*. Complications of (entriculoperitoneal Shunts in Children in 5ar es Salaam . 6ast and Central )frican journal of Surgery, -ol. 1& 7o. , p ((:(1, &&(. 1&. .aneshiro, 7... (entriculoperitoneal ShuntO &&1, (http;@@BBB.utmedicalcenter.org@encyclopedia@ &&&&&.htm, tanggal !1 5ktober &&1) online diakses

11. <rosfeld, D.2., et al. Intra,4bdominal Complications Follo3ing (entriculoperitoneal Shunt Procedures. $ediatrics, -ol (", p /11:/1', 11/" 1 . 5luBole, 6., )biodun, )., )deyoyin, 3. Complete Intraventricular 6igration )f a (entriculoperitoneal Shunt 7 Case eport 4nd 8rief 9iteratur evie3. )frican Dournal of 7eurological Sciences., vol ' 7o. 1 p '1:/!. &&/. 1!. 3atsuoka, H., et al. &ransanal prolapse of a (entriculoperitoneal Shunt Chateter. 7eurol 3ed Chir, -ol "0, p ( ':( 0, &&0. 1". 4ong Dang, H., et al. 4nal ':trusion of 5istal (,P Shunt Catheter after 5ouble Perforation of 9arge Intestine . Durnal .orean 7eurosurgery Society. -ol " , p ! : !". &&/. 1(. -uyyuru, S., et al. Case report* 4nal ':trusion of a ventriculoperitoneal shunt tube* 'ndoscopic removal. Dournal $ediatric 7eurosciences, vol. ", p 1 ":1 ', &&1. 1'. Hilson, C.%., %ertan, -. Perforation of &he 8o3el/ Complication Peritoneal Shunt for %ydrocephalus 7 eport of &3o Cases . )m. Surg, -ol. ! , p '&1:'&!, 11'' 1/. 3ertol, *., et al. Intra 4bdominal Complication of (,P Shunts. *urkish 7eurosurgery , vol "; p 1 !:1 ', 111". 10. Sells, C.D., Shurtleff, 4.%., 2oeser, D.4. 2ram,1egative Cerebrospinal Fluid Shunt,4ssociated Infections. $ediatrics, -ol. (1, p '1":'10, 11//. 11. )ly, %., .amal, H.3. (entriculo,Peritoneal Shunt Infections in Infants and Children. 2ybian Dournal og 3edicine, &&1. &. >meh, 5. and 2.%. %erkoBit?. Infection Caused by 6embers of &he 2enus +lebsiella. #nfectious 4isease >pdate. 3edical 7eBs. -ol. 11 7umber ( 3ay &&" $ages 0 J !! 1. Chien .o, H., et al. Community,4c;uired +lebsiella pneumoniae 8acteremia* 2lobal 5ifferences in Clinical Patterns. 6merging #nfectious 4iseases, -ol. 0, 7o. , && .
B. Epidemiologi

Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aquedu tus serebri. !idak ada perbedaan ber"akna

!!

insidensi untuk kedua #enis kela"in, #uga dala" hal perbedaan ras. $idrosefalus dapat ter#adi pada se"ua u"ur. %ada re"a#a dan de&asa lebih sering disebabkan oleh toksoplas"osis. $idrosefalus infantil' 4(% adalah akibat abnor"alitas perke"bangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan "eningitis, dan kurang dari 4% akibat tu"or fossa

EPIDEMIOLO'I Arekuensi hidrosefalus lebih kurang kasus per 1.&&& kelahiran.Arekuensi hidrosefalus dan spina bifida adalah 1./I diantara kelainan perkembangan sistem saraf.Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.Duga tidak ada perbedaan ras.$ada remaja dan deBasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.1 Hidrosefalus infantil, "'I diantaranya adalah akibat abnormalitas prekembangan otak, (&I karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, kurang dari "I akibat tumor fossa posterior.1 #nsiden hidrosefalus kongenital di )S adalah ! per 1.&&& kelahiran hidup sedangkan insiden untuk hidrosefalus akuisita (a;uired hydrocephalus) tidak diketahui secara pasti karena penyebab penyakit yang berbeda:beda. $ada umumnya, #nsiden hidrosefalus adalah sama untuk kedua jenis kelamin, kecuali pada sindrom %ickers:)dams, 9:linked hydrocephalus ditularkan oleh perempuan dan diderita oleh laki:laki. Hidrosefalus deBasa meBakili sekitar "&I dari total kasus hidrosefalus." 1. Espay AJ.Hydrocephalus. 2009 Agustus 20. [cited 2009 october 7 ]. Available from : U ! :http;@@BBB.emedicine.medscape.com@artikel@11!( 0'. "o# li#e$. . $erhimpunan dokter spesialis saraf #ndonesia. Hidrosefalus . 4alam ; Harsono, 6ditor. %u&u A'ar (eurologi )li#i&. *ogya&arta : +a'ah ,ada U#iversity -ress. 200/. Hal. 209012. Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aquedu tus serebri. !idak ada perbedaan ber"akna insidensi untuk kedua #enis kela"in, #uga dala" hal perbedaan ras. $idrosefalus dapat ter#adi pada se"ua u"ur. %ada re"a#a dan de&asa lebih sering disebabkan oleh toksoplas"osis. $idrosefalus infantil' 4(% adalah akibat abnor"alitas perke"bangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan "eningitis, dan kurang dari 4% akibat tu"or fossa posterior )*arsono, 2005+211,. !"

!(

You might also like