Professional Documents
Culture Documents
2013
A KONSEP DASAR PENYAKIT 1 DEFINISI a) Hiperplasia Prostat Jinak (benign prostatic hyperplasia, BPH) adalah pertumbuhan takganas stroma dan kelenjar epitel prostat yang menyebabkan pembesaran kelenjar prostat. (Ganong, illiam !, "#$#) b) Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi ori%isium uretra. BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk inter&ensi medis pada pria di atas usia '# tahun. (Brunner ( )uddarth, "##$ * $'"+). c) Hiperplasia prostatik (BPH) adalah pertumbuhan nodul-nodul %ibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proli%erasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma %ibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat tersebut mengelilingi uretra, dan pembesaran bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih. ()yl&ia ,. Price, "##+ * $-"#) 2 EPIDEMIOLOGI .i ,merika )erikat, terdapat lebih dari setengah (+#/) pada laki-laki usia '#-0# tahun mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 0#-1# tahun sebanyak 1#/ mengalami gejala-gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bah2a laki-laki di daerah pedesaan sangat rendah terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini terkait dengan gaya hidup seseorang.3aki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar terkena BPH dibanding dengan laki-laki pedesaan (4adjid dan )uharyanto, "##1). .i 5ndonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. 6eadaan ini di alami oleh +#/ pria yang berusia '# tahun dan kurang lebih 7#/ pria yang berusia 7# tahun (8ursalam dan !ransisca, "##').
ETIOLOGI 9tiologi BPH belum jelas namun terdapat %aktor resiko umur dan hormon androgen. .engan penuaan, kadar testosterone serum menurun dan kadar estrogen serum meningkat. :erdapat teori bah2a rasio estrogen;androgen yang lebih tinggi akan merangsang hiperplasia jaringan prostat. ()yl&ia ,. Price, "##+ * $-"#). ,da beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu * $) :eori )el )tem (5saacs $17<) Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang de2asa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproli%erasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral. ") :eori 4= 8eal ($107) 4enurut 4=. 8eal, pembesaran prostat jinak dimulai dari >ona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi &eromontatum di >ona periurethral. Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah* $) :eori Hormonal .engan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen. 6arena produksi testosteron menurun dan terjadi kon&ersi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di peri%er dengan pertolongan en>im aromatase, dimana si%at estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bah2a testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proli%erasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. 6emungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relati% testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi %aktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK#PENUN$ANG % P&'&()*+%%, L%-.(%/.()0' Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. $. .arah * Dreum dan 6reatinin
9lektrolit Blood urea nitrogen Prostate )peci%ic ,ntigen (P),) Bentang kadar P), yang dianggap normal berdasarkan usia adalah* <#-<1 tahun * #-",+ ng;ml +#-+1 tahun * #--,+ ng;ml '#-'1 tahun * #-<,+ ng;ml 0#-01 tahun * #-',+ ng;ml
Gula darah Drinalisis dan pemeriksaan mikroskopik )edimen )edimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses in%eksi atau in%lamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam
-. )istogram retrograd ,pabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi. <. D)G secara transrektal (Transrectal Ultrasonography H :DB)) Dntuk mengetahui besar atau &olume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan &olume &esica urinaria dan jumlah residual urine, serta
+. Pemeriksaan )istogra%i .ilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. )istogra%i dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam &esica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam &esica. )elain itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra. '. 4B5 atau =: jarang dilakukan .igunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam E macam potongan. 4 P&'&()*+%%, L%), $. Dro%lo2metri Dntuk mengukur laju pancaran urin miksi. 3aju pancaran urin ditentukan oleh* .aya kontraksi otot detrusor
,ngka normal laju pancaran urin ialah $#-$" ml;detik dengan puncak laju pancaran mendekati "# ml;detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi ' E 7 ml;detik dengan puncaknya sekitar $$ E $+ ml;detik. )emakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan. ". Pemeriksaan :ekanan Pancaran (Pressure Flow Studies) Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uro%lo2metri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Dntuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan ,brams-Gri%%iths
-. Pemeriksaan Golume Besidu Drin Golume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa &olume urin yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonogra%i setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat %oto post &oiding pada 2aktu membuat 5GP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal &esika. )isa urin lebih dari $## cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan inter&ensi pada penderita prostat hipertro%i. 9 PENATALAKSANAAN Irganisasi kesehatan dunia ( HI) menganjurkan klasi%ikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut bedah dianjurkan bila HI P)) ( HI Prostate Symptom Score). )kor ini berdasarkan ja2aban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. :erapi non HI P)) tetap diba2ah $+. Dntuk itu dianjurkan melakukan HI P)). :erapi bedah dianjurkan bila HI P)) "+ ke kontrol dengan menentukan atas atau bila timbul obstruksi. Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat 5-5G digunakan untuk menentukan cara penanganan. $) .erajat satu * biasanya belum memerlukan tindakan operati%, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konser&ati%. ") .erajat dua * sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan inter&ensi operati%, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (:DB). 6adang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konser&ati%.
:ujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher &esica urinaria. Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang in&asi%. T%-&2 2: P)2)5%, T&(%6) 6%1% H)6&(62%+) P(.+/%/ B&,)3,% 5n&asi% 4inimal :D4: Watchfull waiting Penghambat adrenergik C Prostatektomi terbuka :DB.
Ibser&asi
4edikamentosa
Iperasi
T&(%6) K.,+&(7%/)8 N., O6&(%/)8 1 O-+&(7%+) 9W%/45802 :%)/),3; Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. 8asihat yang diberikan adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obatobatan dekongestal (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. )etiap - bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur. 2 M&1)*%'&,/.+% :ujuan terapi medikamentosa adalah untuk* $. ". mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan blocker (penghambat al%a adrenergik) menurunkan &olume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron;dehidrotestosteron (.H:) $. Ibat Penghambat adrenergik .asar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher &esica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. )eperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher &esica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Ibat-obatan yang sering digunakan pra>osin, tera>osin, doksa>osin, dan al%u>osin. Ibat penghambat alpha adrenergik yang lebih selekti% terhadap otot polos prostat yaitu C$a (tamsulosin), sehingga e%ek sistemik yang tak diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi. .osis dimulai $ mg;hari sedangkan dosis
". Ibat Penghambat 9n>im + ,lpha Beduktase Ibat yang dipakai adalah %inasterid (proskar) dengan dosis $A+ mg;hari. Ibat golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. 8amun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker dan man%aatnya hanya jelas pada prostat yang sangat besar. )alah satu e%ek samping obat ini adalah melemahkan libido dan ginekomastia. -. !itoterapi 4erupakan terapi alternati% yang berasal dari tumbuhan. !itoterapi yang digunakan untuk pengobatan BPH adalah )erenoa repens atau )a2 Palmetto dan Pumpkin )eeds. 6eduanya, terutama )erenoa repens semakin diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prostatisme BPH dalam konteks ?2atch%ull 2aiting strategy@. )a2 Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal*
%rekuensi nokturia berkurang aliran kencing bertambah lancar &olume residu di kandung kencing berkurang gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang. menghambat akti&itas en>im + alpha reduktase dan memblokir reseptor androgen bersi%at antiin%lamasi dan anti oedema dengan cara menghambat akti&itas en>im cyclooAygenase dan + lipoAygenase.
T&(%6) O6&(%/)8
:idak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subser&ikal 4ortaliti rate rendah 3angsung melihat %ossa prostat .apat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli Perdarahan lebih mudah dira2at :anpa membuka &esika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka &esika
6erugian *
.apat memotong pleksus santorini 4udah berdarah .apat terjadi osteitis pubis :idak bisa untuk BPH dengan penyulit intra&esikal :idak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam &esika
6omplikasi * perdarahan, in%eksi, osteitis pubis, trombosis b. Suprapubic Trans"esica%T&P #Freeyer$ 6euntungan *
Baik untuk kelenjar besar Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat Iperasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit * batu buli, batu ureter distal, di&ertikel, uretrokel, adanya sistostomi, retropubik sulit karena kelainan os pubis, kerusakan sphingter eksterna minimal.
6omplikasi * )triktura post operasi (uretra anterior " E + /, bladder neck stenosis </) 5nkontinensia (J$/) Perdarahan 9pididimo orchitis Becurent ($# E "#/) =arcinoma 9jakulasi retrograde 5mpotensi !imosis .eep &enous trombosis
c. Transperineal 6euntungan * .apat langssung pada %ossa prostat Pembuluh darah tampak lebih jelas 4udah untuk pinggul sempit 3angsung biopsi untuk karsinoma
". Prostatektomi 9ndourologi a. Trans Urethral !esection of the Prostate #TU!P$ Kaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan peri%er ditinggalkan bersama kapsulnya. 4etode ini cukup aman, e%ekti% dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Dntuk keperluan tersebut, e&aluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. 9&aluasi ini berperan selekti% dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan :DB. )aat ini tindakan :DB P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh dunia. Beseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. =airan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. =airan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H"I steril (aLuades). )alah satu kerugian dari aLuades adalah si%atnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah &ena yang terbuka pada saat reseksi. 6elebihan air dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relati% atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma :DB P. )indroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam keadaan koma dan meninggal. ,ngka mortalitas sindroma :DBP ini adalah sebesar #,11/. 6arena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma :DB P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aLuades, antara lain adalah cairan glisin, membatasi jangka 2aktu operasi tidak melebihi $ jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat. 6euntungan *
3ama pera2atan lebih pendek 4orbiditas dan mortalitas rendah Prostat %ibrous mudah diangkat Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol :eknik sulit Besiko merusak uretra 5ntoksikasi cairan :rauma sphingter eksterna dan trigonum :idak dianjurkan untuk BPH yang besar ,lat mahal 6etrampilan khusus )elama operasi* perdarahan, sindrom :DBP, dan per%orasi Pasca bedah dini* perdarahan, in%eksi lokal atau sistemik Pasca bedah lanjut* inkontinensia, dis%ungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan striktura uretra.
6erugian *
6omplikasi*
b. :rans Drethral 5ncision o% Prostate (:D5P) 4etode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstrukti%, tetapi ukuran prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (B85) pada jam + dan 0. :erapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yangg dipakai pada :DB P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke &erumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. 6elebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada :DB dan menurunnya kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara :DB. c. :rans Drethral 3aser o% the Prostate (3aser prostatectomy)
6erugian * Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional). ". 5n&asi% 4inimal Trans Urethral Microwa"e Thermotherapy #TUMT$ =ara memanaskan prostat sampai <<,+= E <0= ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun terakhir ini. .ikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan gelombang mikro (micro2a&e) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio kapasiti% akan terjadi &akuolisasi dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga tekanan uretra
11 PENDIDIKAN KESEHATAN P(&.6&(%/)8 $. ,njurkan pasien untuk meningkatkan intake nutrisiM dorong pasien untuk konsumsi buah-buahan,meningkatkan diet tinggi serat ". ,njurkan kepada pasien untuk membatasi akti%itas misalnya menghindari mengangkat beban berat, latihan keras, duduk yang terlalu lama, memanjat tangga. -. 4oti&asi latihan berkemih
B KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PENGKA$IAN Pada pengkajian dilakukan 2a2ancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh in%ormasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan kepera2atan klien. a. Biodata 6lien 4eliputi nama, umur (penyakit Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) paling sering didapatkan pada usia +# tahun ke atas), jenis kelamin (Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) hanya dialami oleh laki-laki), alamat, agama;kepercayaan, pendidikan, suku;bangsa, pekerjaan. b. 6eadaan Dmum 4eliputi tingkat kesadaran atau G=) dan respon &erbal klien (kesadaran somnolen sebagai tanda sindroma :DBP), ada tidaknya de%isit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan . c. :anda-tanda Gital 4eliputi pemeriksaan* :ekanan darah (meningkat pada komplikasi gagal ginjal dan sidroma :DBP) Pulse rate (bradikardi sebagai tanda sindroma :DBP) !espiratory rate )uhu (meningkat bila terdapat indikasi in%eksi)
:anda &ital dapat meningkat menyertai nyeri, suhu (8ormal H -',+ o E -0,+o=), BB (8ormal H $' E "# A;mnt), nadi (8ormal H '#-$"# A;mnt). d. Bi2ayat 6epera2atan
-. :raktus urinaria bagian atas akan didapatkan ginjal teraba dan apabila sudah terjadi pielone%ritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Gesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia <. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di %ossa na&ikularis atau uretra anterior, %ibrosis daerah uretra, %imosis, condiloma di daerah meatus. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis. +. Bectal touch ; pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi sistim persara%an unit &esiko uretra dan besarnya prostat. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, re%lek bulbo ca&ernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. =olok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. )emakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. )edangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. )edangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi. .engan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu * .erajat 5 H beratnya "# gram. .erajat 55 H beratnya antara "# E <# gram.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan 3aboratorium Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. $. .arah * Dreum dan 6reatinin
9lektrolit Blood urea nitrogen Prostate )peci%ic ,ntigen (P),) Gula darah Drinalisis dan pemeriksaan mikroskopik )edimen )edimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses in%eksi atau in%lamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan in%eksi dan sekaligus menentukan sensiti%itas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
-. !aal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. )edangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persara%an pada &esica urinaria. Pemeriksaan Badiologi $. !oto polos abdomen (B8I) B8I berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu;kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan &esica urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. )elain itu juga bisa menunjukkan adanya hidrone%rosis, di&ertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat. ". Pielogra%i 5ntra&ena (5GP) Pemeriksaan 5GP dapat menerangkan kemungkinan adanya* 6elainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidrone%rosis
-. )istogram retrograd ,pabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi. <. D)G secara transrektal (Transrectal Ultrasonography H :DB)) Dntuk mengetahui besar atau &olume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan &olume &esica urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam &esica urinaria seperti batu, tumor, dan di&ertikel. +. Pemeriksaan )istogra%i .ilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. )istogra%i dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam &esica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam &esica. )elain itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra. '. 4B5 atau =: jarang dilakukan .igunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam E macam potongan. Pemeriksaan 3ain $. Dro%lo2metri Dntuk mengukur laju pancaran urin miksi. 3aju pancaran urin ditentukan oleh * -daya kontraksi otot detrusor
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUN<UL PADA KLIEN DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA Berdasarkan path2ay, maka didapatkan beberapa diagnosa yaitu* a. Diagnosa Pre-Operatif $) 8yeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi yaitu penekanan serabut sara% akhir (ner"e ending) oleh pembesaran kelenjar prostat ditandai dengan melaporkan nyeri secara &erbal, BB lebih dari normal (8ormal H $'-"# A;mnt), :. meningkat (8ormal H $"#;7#mmHg), klien terlihat meringis, klien melindungi bagian tubuh yang mengalami nyeri, klien menunjukkan perilaku distraksi.
,8,35), .,:, D%/% F.*0+ .) * Pasien mengeluh nyeri skala .I * Pasien meringis Pasien tampak gelisah tamapak E/).2.3) BPH pembedahan :erputusnya %ree ending ner&e 4elepaskan reseptor-reseptor nyeri seperti (serotonin (bradikinin 8yeri akut M%+%2%5 K&6&(%:%/%, 8yeri akut
9:5I3IG5 BPH N :DBP N 3uka Post Ip N :erbukanya barier pertahanan tubuh N Port de entry mikroorganisme N B9)56I 58!96)5
.,:, .) * klien seksual, klien rendahnya kemampuan penyakit .I * mengungkapkan batas karena mengungkapkan perubahan dalam respon
REN<ANA ASUHAN KEPERAWATAN $. 8yeri akut berhubungan dengan agen cidera %isik karena robeknya jaringan akibat perlukaan untuk tindakan in&asi% yang menyebabkan terpotongnya ;terlukanya sara% free ner"e ending (sara% Esara% rangsang nyeri) yang ditandai dengan melaporkan nyeri secara &erbal, BB lebih dari normal (8ormal H $'-"# A;mnt), :. meningkat (8ormal H $"#;7#mmHg), klien terlihat meringis, klien melindungi bagian tubuh yang mengalami nyeri, klien menunjukkan perilaku distraksi.
I,/&(7&,+) 9NI<; asuhan abel )/0 1 Pain Management Pengentasan nyeri atau penurunan nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien a. 3akukan penilaian yang komprehensi% dari rasa sakit untuk memasukkan lokasi, karakteristik, onset ; durasi,
kepera2atan selama OP "< jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan criteria hasil *
adanya rasa nyeri yang ringan (skala +) 6lien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya (skala +) 6lien tidak
menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya (skala +) BB klien dalam batas normal (skala +) :. klien dalam batas normal (skala +) 8adi klien dalam batas normal (skala +) abel )20 1 pain control 6lien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik (skala +) 6lien menjelaskan penyebab nyeri 6lien (skala <) sering dengan dapat %aktor timbulnya sering
mengakui mengalami rasa sakit dan menyampaikan respon penerimaan pasien terhadap nyeri e. 9ksplorasi pengetahuan dan keyakinan pasien tentang rasa sakit %. Pertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri g. :entukan dampak dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (poa tidur, na%su makan, akti&itas, kognisi,mood, hubungan, kualitas kerja, dan tanggung ja2ab peran) h. 9ksplorasi dengan pasien %aktor-%aktor yang
dan mendapatkan dukungan j. 4an%aatkan metode penilaian sesuai dengan tahapan perkembangan yang memungkinkan untuk pemantauan perubahan dalam rasa sakit dan yang akan membantu dalam mengidenti%ikasi potensial (diary harian) k. 6endalikan %aktor-%aktor lingkungan yang dapat %aktor pencetus aktual dan
2; R)+)*. ),8&*+) -&(50-0,3%, 1&,3%, 6&(/%5%,%, 6()'&( /)1%* %1&*0%/ R&,4%,% K&6&(%:%/%, I,/&(7&,+) 3abel 85= QQQ ound care $. 3uka dibersihkan dan diganti dressingnya sehari. Basional *3ingkungan luka yang bersih menurunkan risiko in&asi bakteri. a. !isk 0ontrol 1 /nfection process tandaEtanda munculnya in%eksi 4emp ertahankan kondisi lingkungan sekitar klien agar tetap bersih .apat memperagakan cara mencuci tangan yang baik dan benar 4engg 4amp u mengidenti%ikasi ". 4onitor karakteristik luka meliputi (ada tidaknya cairan, ukuran, 2arna, bau). Basional *Perubahan karakteristik luka menandakan ada tidaknya in%eksi misalnya, luka terdapat pus, berbau, ukuran meluas, 2arna sekitar luka menjadi kemerahan tanda-tanda tersebut menyatakan adanya in%eksi. -. Pertahkan teknik steril dalam membersihkan luka. Basional* :eknik steril dalam pera2atan luka mencegah transmisi kuman dari tangan pera2at ke area luka. <. =atat kondisi luka secara teratur setiap melakukan ra2at luka. Basional * 4enge&aluasi kondisi luka untuk mengetahui tanda-tanda in%eksi sehingga dapat memberikan inter&ensi yang tepat. +. ,jarkan kepada klien tanda dan gejala in%eksi. minimal $ A
T0=0%, 1%, K()/&()% H%+)2 )etelah diberikan askep selamaOAOjam, diharapkan in%eksi terjadi dengan kriteria hasil*
T0=0%, 1%, K()/&()% H%+)2 )etelah diberikan askep selama OA"< jam diharapkan %ungsi seksual klien e%ekti% dengan criteria hasil* F0,3+) +&*+0%2
EVALUASI
8yeri akut berhubungan dengan agen cidera %isik karena robeknya jaringan akibat perlukaan untuk tindakan in&asi% yang menyebabkan terpotongnya ;terlukanya sara% free ner"e ending (sara% Esara% rangsang nyeri) yang ditandai dengan melaporkan nyeri secara &erbal, BB lebih dari normal (8ormal H $'-"# A;mnt), :. meningkat (8ormal H $"#;7#mmHg), klien terlihat meringis, klien melindungi bagian tubuh yang mengalami nyeri, klien menunjukkan perilaku distraksi. abel )20 1 pain le"el 6lien melaporkan adanya rasa nyeri yang ringan (skala +) 6lien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya (skala +) 6lien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya (skala +) BB klien dalam batas normal (skala +) :. klien dalam batas normal (skala +) 8adi klien dalam batas normal (skala +)
abel )20 1 pain control 6lien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik (skala +) 6lien dapat menjelaskan %aktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering (skala <) 6lien sering menggunakan tindakan pencegahan ( skala <) )ering menggunakan pengobatan non %armakologis untuk meredakan rasa sakit (skala <) 6adang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan (skala -)
abel )20 1 discomfort le"el 8yeri dalam skala ringan (skala <)
DAFTAR PUSTAKA ,nonim."#$$.'*' +.http*;;etd.eprints.ums.ac.id;$---<;";B,BR5.pd% Sakses*"' 4aret "#$"T .ochterman, Joanne 4c=loskey ( Bulecheck, Gloria 8. "##<. )ursing /nter"ention 0lassification. D), * 4osby. Ganong, illiam !. "#$#. Patofisiologi Penyakit 1 Pengantar Menuju ,edokteran ,linis.
-3++.Jakarta*9G= 4ansjoer,,ri%. "###. ,apita Selekta ,edokteran. Jakarta * 4edia ,esculapius 4oorhead, )ue, dkk. "##7. )ursing 2utcomes 0lassification. D), * 4osby Price,)yl&ia.,. "##+. Patofisiologi ,onsep ,linis Proses5Proses Penyakit. Jakarta * 9G= )melt>er,)u>anne =. "##$. 'uku *jar ,eperawatan Medikal 'edah. Jakarta * 9G=