You are on page 1of 22

Peranan Hipnosis dalam Kehidupan

Disusun Oleh : NUR PUTRI LAVENIA PERMATA SARI

Reguler 7 - Strata 1 Kesehatan Masyarakat

Perguruan Tinggi Mohammad Husni Thamrin Jalan Raya Pondok Gede No. 23-25, Kramat Jati Jakarta Timur

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan atas Kehadirat Tuhan YME, karena melalui bimbingan dan Ridha-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan peper yang berjudul Peranan Hipnosis dalam Kehidupan. Peper ini sengaja disusun untuk menuntaskan tugas saya (Nur Putri Lavenia Permata Sari) pada mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dan bertujuan untuk proses pembelajaran bersama tentang peranan hipnosis di dalam kehidupan manusia, yang telah dipaparkan dalam peper ini serta untuk menambah wawasan penyusun maupun pembaca peper ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada Drs. Aris Silitonga yang telah membimbing saya dalam penyusunan peper ini. Serta tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada orang tua saya, Drs. M. Ardjo D. Daud dan Ibu Rutniwati F. Iyus, S.Pd yang selalu memberikam doa tulus mereka kepada saya dan mendukung segala bentuk pendidikan untuk menunjang peningkatan ilmu dan penambahan wawasan pada saya. Saya menyadari bahwa penyusunan peper ini memiliki berbagai kesalahan. Oleh karna itu, saya mebutuhkan saran dan kritik untuk memperbaiki kesalahan pada peper ini.

Penyusun, Nur Putri Lavenia Permata Sari

DAFTAR ISI

3
1 2 3 4 4 4 5 6 6 8 10 18 20 21 21 22

Judul Makalah Kata Pengantar Daftar Isi BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup BAB II : DASAR TEORI Definisi Hipnosis Sejarah Hipnosis Istilah-Istilah dalam Hipnosis Teknik Hipnosis BAB III : PEMBAHASAN BAB IV : PENUTUP Kesimpulan Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada kehidupan bersosial terdapat banyak kejadian-kejadian yang tidak baik mengenai hipnosis atau lebih terkenal dalam masyarakat dengan sebutan hipnotis. Karena banyaknya kejadian negatif yang di lakukan oleh para penhipnotis melalui beberapa teknik hipnosis. Seringkali masyarakat Indonesia menganggapan bahwa hipnosis adalah sesuatu yang berbahaya dan menyebabkan uang, handphone, laptop, perhiasan, dan benda berharga lainnya hilang tanpa sadarkan diri yang telah direnggut oleh seorang hipnotis. Hipnotis pun kerap sekali digolongkan dalam mistis, magis, ilmu hitam, ilmu gaib, dukun, dan lain sebagainya oleh masyarakat Indonesia. Padahal, ilmu hipnosis ini berbeda dengan ilmu-ilmu yang digolongkan oleh masyarakat tersebut. Oleh karna itu, saya memilh judul Peranan Hipnosis dalam Kehidupan sehingga penulis, pembaca, penilai, dan masyarakat luas dapat mengetahui peran dan ilmu mengenai Hipnosis.

Tujuan
Penyusunan peper yang berjudul Peranan Hipnosis dalam Kehidupan bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat dan mengubah presepsi

masyarakat yang rancu terhadap makna hipnosis serta peranannya dalam kehidupan ini.

Ruang Lingkup Materi


Hipnosis adalah suatu kondisi mental atau diberlakukannya peran imajinatif. Orang yang melakukan proses hipnosis (memberikan sugesti) terhadap subjek disebut hipnotis. Pada peper ini saya menjajikan hipnosis dan hipnoterapi yang berperan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membahas definisi hipnosis, sejarah hipnosis, dan istilah-istilah dalam hipnosis beserta teknik hipnosis.

BAB II DASAR TEORI

Definisi Hipnosis Menurut Divisi ke-30 APA, ipnotis pada umumnya terkait dengan pengenalan sebuah prosedur selama subjek tersebut disugesti untuk mengalami suatu pengalaman imajinatif. Induksi Hipnotis merupakan sugesti inisial yang luas menggunakan imajinasi seseorang dan mungkin mengandung perincian lebih lanjut pada introduksinya. Sebuah prosedur Hipnotis biasanya digunakan untuk memberikan dukungan dan mengevaluasi respon sugesti. Ketika menggunakan hipnotis, seseorang (subjek) dipimpin oleh orang lain (hypnotist) untuk memberikan respon terhadap sugesti untuk berubah pada pengalaman

subjektifnya, perubahan persepsi, sensasi, emosi, pikiran atau tingkah laku. Orang tersebut dapat juga mempelajari Hipnotis diri sendiri (self hypnosis) yang merupakan tindakan untuk mengatur prosedur hipnotis atas kemauan orang tersebut. Jika subjek berespon terhadap sugesti hipnotis, umumnya menandakan bahwa Hipnotis telah berhasil dilakukan. Banyak pihak meyakini bahwa respon Hipnotis dan pengalaman merupakan karakteristik keadaan hipnotis. Di lain pihak, diyakini bahwa penggunaan kata Hipnotis tidak diperlukan sebagai bagian dari induksi hipnotik, sedangkan pihak lain meyakini bahwa hal tersebut penting. Detail prosedur hipnotik dan sugesti akan berbeda, tergantung dari tujuan praktisi dan kegunaan klinis atau penelitian. Prosedur tradisional melibatkan

sugesti untuk santai, walau relaksasi tidak perlu dilakukan untuk Hipnotis dan variasi sugesti yang luas dapat digunakan, termasuk sugesti yang membuat seseorang lebih waspada. Sugesti yang menimbulkan perpanjangan waktu hipnotis harus dinilai dengan membandingkan respon terhadap skala

terstandardisasi yang digunakan pada keadaan klinis dan penelitian. Ketika mayoritas individual berespon terhadap sekurang-kurangnya beberapa sugest, kisaran nilai dari standardidasi dari nilai yg tinggi hingga rata-rata. Secara tradisional, nilai dikelompokkan menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Sebagaimana pada kasus dengan pengukuran skala positif pada konstruksi psikologis, seperti perhatian, kewaspadaan, dan bukti tercapainya keadaan Hipnotis akan meningkatkan nilai individual. Menurut KBBI, hipnosis adalah suatu keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yangg memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali.Hipnotis dapat menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hypnosis. Menurut Kamus Katolik Modern, hipnotisme adalah suatu fenomena yang menyebabkan tidur secara buatan, yang mengakibatkan sang korban secara tidak normal dapat terbuka untuk mengikuti saran/sugesti. Subjek hipnosis cenderung untuk didominasi oleh ide-ide dan saran-saran dari yang meng-hipnotis, ketika di induksi dengan sugesti atau sesudahnya. Menurut prinsip- prinsip Katolik, hipnotisme sendiri tidak salah, sehingga penggunaannya di dalam kondisi-kondisi tertentu diizinkan. Namun karena hipnotism mencabut sang subjek/pasien dari

penggunaan akal budi dan keinginan bebasnya secara penuh, maka diperlukan sebuah sebab yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memperbolehkan hipnotis ini dipraktikkan. Lagipula, sebab hipnotism meletakkan keinginan subjek/pasien di dalam kuasa dari yang menghipnotis, maka diperlukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga kebajikan subjek/pasien, dan untuk melindunginya dan orang lain terhadap bahaya menjadi bersalah karena tindakan-tindakan yang dapat melukai. Untuk alasan-alasan yang genting, seperti untuk menyembuhkan seorang pemabuk atau seseorang dengan kelainan yang kompleks ingin bunuh diri, adalah sah untuk menerapkan hipnotism, asalkan dengan tindakan pencegahan bahwa hal itu diadakan dengan kehadiran seorang saksi yang dapat dipercaya, dengan seorang ahli hipnotis yang sungguh-sungguh kompeten dan jujur/tulus. Izin dari subjek/pasien juga harus ada. Beberapa dokumen dari the Holy See menentukan norma-norma yang harus diikuti di dalam penggunaan hipnotism.

Sejarah Hipnosis Pada tahun 4000 SM. Di Assyo Babylonia, data arkeologis menunjukkan adanya praktik pengobatan oleh pendeta dengan pemanfaatan pembakaran dupa dan pembacaan doa. Api digunakan agar pasien konsentrasi. Sang pendeta memandang mata sang klien, pada saat yang sama disampaikan doa permintaan kepada Tuhan untuk mengusir penyakit. Selama proses penyembuhan diiringi dengan bunyi-bunyian tifa dan gong.

Pada tahun 2000 SM. Wang Tai peletak dasar pengobatan Cina mengajarkan bagaimana memanfaatkan pikiran pasien untuk membantu menghilangkan penyakit baik fisik maupun emosi. Kitab Hindu Weda bahkan mengajarkan metode agar pasien memfokuskan pikiran terhadap organ tubuh tertentu yang memerlukan penyembuhan. Pada tahun 1552 SM. Pada manuskrip di Mesir dilaporkan ada praktik dokter saat itu yang menyembuhkan pasiennya dengan cara tangan sang dokter memegang kepala pasien, sang pasien kemudian menutup mata dan konsentrasi kepada bagian tubuh yang sakit, Sang dokter memperoleh kekuatan untuk menyingkirkan peyakit. Pada tahun 1200 SM. Dokter Yunani , Aesclepius melakukan ritual penyembuhan dengan membuat bangunan suci tidur . Pasien diminta tidur dan mendapakan penyembuhan melalui mimpi. Pada tahun 1000 SM. Di Mesir terdapat bangunan suci yang dipergunakan khusus untuk ritual penyembuhan. Pendeta melakukan penyembuhan dengan kekuatan sentuhan dan kata-kata. Pada tahun 928 SM. Di Yunani, Chiron seorang dokter pada saat itu melakukan operasi dengan membuat pasien terlebih dahulu masuk ke dalam keadaan trance yang diperoleh melalui menghirup aroma wewangian dan mendengarkan rapalan doa. Pada tahun 400-377 SM. Dokter Yunani , Hyppocrates memperkenalkan keadaan trance yang merupakan proses penyembuhan juga bagian dari upacara

pelulusan. Ia pecaya bahwa karakter, kepribadian dan sikap mental pasien berkaitan erat dengan tipe penyakit yang diderita. Bahkan Hyppocrates

10

mengatakan jauh lebih penting mengenal orang yang mengalami penyakit tertentu ketimbang mengetahui penyakit apa yang di alami orang. Ia juga mengatakan Rasa sakit dialami oleh tubuh, Sang jiwa melihatnya sambil menutup mata. Pada tahun 300-270 SM. Raja Phyrus dari Mesir adalah Raja-Pendeta yang menyiapkan tempat yang berguna untuk berdoa sekaligus tempat penyembuhan. Dia memberi nama Bangunan Suci Tidur. Para peneliti menemukan pula dokumen dan gambar yang menunjukkan posisi tubuh pasien yang dalam saat ini dinyatakan sedang terinduksi dan mengalami trance. Pada tahun 70 SM. Kaisar Roma, Vespassian mengatakan bahwa ia bisa melakukan penyembuhan hanya dengan menggunakan sentuhan. Injil menyatakan fenomena penyembuhan alamiah jiwa-tubuh hingga dengan kekuatan

supranatural. Dengan keyakinan kepada Tuhan, adanya penyakit menandakan adanya hukuman, penyembuhan dimaknai dengan adanya pemaafan. Pada tahun 1060. Raja Edward dari Inggris menyatakan ia dapat melakukan penyembuhan dengan menyentuh.

Istilah-Istilah dalam Hipnosis Induksi. Hipnotis biasanya dimunculkan dengan teknik Induksi hipnotik. Secara tradisional, keadaan ini diinterpretasikan sebagai sebuah metode untuk

membuat subjek berada dalam keadaan hypnotic kerasukan (trance).

11

Bagaimanapun para pencetus teori nonstate memiliki pandangan yang berbeda, yaitu mempertinggi harapan klien, menegaskan peran mereka, memfokuskan perhatian, dan lain sebagainya. Ada banyak variasi teknik induksi yang berbedabeda menggunakan hipnotisme. Bagaimanapun, metode yang paling berpengaruh adalah metode fiksasi mata (eye-fixation) Braid, yang dikenal juga dengan mana Braidisme. Ada banyak variasi pendekatan fiksasi mata yang ada, termasuk induksi yang digunakan pada Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS), pendekatan yang paling banyak digunakan secara luas pad lapangan hipnotisme. Deskripsi asli Braid terhadap induksinya adalah sebagai berikut: Ambil objek yang terang (saya biasanya menggunakan tempat lanset saya) antara ibu jari, telunjuk, serta jari tengah tangan kiri, pegang dengan jarak 8 hingga 15 inci dari mata, pada posisi seperti ini, di atas dahi yang dapat menyebabkan tegangan antara mata dan alis, serta memampukan pandangan pasien terfiksasi pada objek tersebut. Pasien harus dapat mengerti bahwa pandangan matanya harus tetap terfiksasi terhadap objek tersebut, dan pikirannya terpusat pada satu objek. Dapat diamati, bagaimana penyesuaian pandangan mata, pertama-tama pupil akan berkontraksi dan kemudian berdilatasi, dan setelah mencapai lama yang maksimal, dapat terlihat gerakan bergelombang, bila jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, diacungkan dan diarahkan dari benda mendekati kedua mata, sehingga objek akan menjauh dari mata, yang sering terjadi, kelopak mata akan tertutup secara tidak sadar dengan gerakan bergetar. Jika tidak terjadi, atau pasien menggerakkan bola matanya, menimbulkan keinginannya untuk memulai

kembali, berikan pengertian kepadanya bahwa dia boleh menutup mata kita jari

12

digerakkan lagi mendekati mata, tetapi pandangannya harus tetap terfiksasi, pada posisi yang sama, dan pikirannya terfiksasi pada satu ide yaitu pada benda yang dipegang di atas kedua matanya. Umumnya akan ditemukan, bahwa kelopak mata akan tertutup dengan gerakan bergetar, atau menutup secara spasmodik. Braid sendiri kemudian menyatakan bahwa teknik induksi hipnotis tidak diperlukan untuk setiap kasus dan kebanyakan peneliti kemudian menemukan bahwa pada umumnya tidak banyak berguna daripada yang diperkirakan sebelumnya terhadap efek sugesti hipnotik. Banyak variasi dan alternatif dari teknik hipnotis asli telah berkembang. Bagaimanapun, sekitar 100 tahun setelah Braid memperkenalkan metode tersebut, peneliti lain masih menyatakan: 9 dari 10 teknik hipnotik yang aman adalah posisi bersandar, relaksasi otot, dan fiksasi pandangan disertai dengan penutupan mata. Sugesti. Ketika James Braid pertama kali mendeskripsikan hipnotisme, dia tidak menggunakan istilah sugesti tetapi dimaksudkan pada tindakan untuk memfokuskan pikiran sadar subjek terhadap satu ide yang dominan. Strategi terapi utama Braid melibatkan stimulasi atau mengurangi fungsi fisiologis pada area tubuh yang berbeda. Pada karya berikutnya, bagaimanapun juga, Braid meletakkan dasar bentuk sugesti verbal dan nonverbal, termasuk penggunaan sugesti bangun (waking suggestion) dan Hipnotis diri sendiri (self hypnosis). Setelah itu, penekanan hipnotis oleh Hippolyte Bernheim bergeser dari keadaan fisik pada proses psikologis sugesti verbal. Konsep Bernheim terhadap sugesti verbal primer pada hipnotis mendominasi subjek selama abad ke-20. Sehingga

membuat beberapa pihak menyatakan bahwa ia adalah Bapak Hipnotis Modern. Hipnotisme kontemporer memakai berbagai macam sugesti, termasuk:

13

Sugesti verbal langsung Sugesti verbal tidak langsung, seperti permintaan atau sindiran, metafora, dan ungkapan kata-kata pihak lain. Sugesti nonverbal dalam bentuk imajinasi mental, nada suara, dan manipulasi fisik. Perbedaannya pada umumnya ada antara sugesti yang diberikan dengan permisif atau dengan cara yang lebih otoriter. Beberapa sugesti hipnotis dimaksudkan untuk memberikan respon langsung, sedangkan lainnya (sugesti pascahipnotik) dimaksudkan untuk memicu respon setelah ada penundaan waktu selama beberapa menit hingga beberapa tahun pada beberapa kasus. Pikiran Sadar vs Pikiran Bawah Sadar. Beberapa praktisi memahami sugesti sebagai suatu bentuk komunikasi primer langsung pada pikiran sadar subjek, sementara praktisi lain memandang sugesti sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar atau pikiran sadar. Konsep-konsep ini diperkenalkan dalam konsep hipnotisme pada akhir abad 19 oleh Sigmund Freud dan Pierre Janet. Perintis hipnotisme periode zaman Victoria, termasuk Braid dan Bernheim, tidak menggunakan konsep-konsep ini, tetapi mengakui bahwa sugesti hipnotis diarahkan kepada pikiran sadar subjek. Memang, sebenarnya Braid mendefinisikan hipnotisme sebagaimana berpusat kepada perhatian sadar terhadap suatu ide atau sugesti yang dominan. Pandangan berbeda mengenai sifat dasar pikiran telah menimbulkan berbagai konsep tentang sugesti. Praktisi hipnotis yang mempercayai bahwa respon yang dimediasi terutama oleh pikiran bawah sadar, seperti Milton H. Erickson, menciptakan berbagai macam kegunaan sugesti tidak

langsung seperti metafora atau cerita, yang bermaksud untuk menemukan artinya dari pikiran sadar subjek. Konsep sugesti subliminal juga bergantung terhadap pola pikir. Sebaliknya, praktisi hipnotis yang percaya bahwa respon terhadap

14

sugesti terutama dimediasi oleh pikiran sadar, seperti Theodore Barber dan Nicholas Spanos cenderung menggunakan lebih banyak sugesti dan instruksi verbal secara langsung. Refleks Ideo-Dinamis. Teori neuro-psikologis sugestif hipnotis pertama kali diperkenalkan oleh James Braid yang mengadaptasi teori teman dan koleganya, William Carpenter tentang respon ideo motor untuk menjelaskan fenomena hipnotis. Carpenter telah mengamati secara dekat dari pengalaman sehari-hari tentang ide bahwa dalam kondisi tertentu, gerakan otot dapat cukup menghasilkan reflex, atau otomatisasi, kontraksi atau gerakan otot-otot yang terlibat, meskipun dalam derajat yang sangat kecil. Braid menjelaskan teori Carpenter untuk mengamati berbagai respon tubuh, selain gerakan otot, dapat dipengaruhi, contohnya, ide bahwa menghisap lemon secara otomatis dapat merangsang produksi air liur, sebagai respon kelenjar sekretorik. Oleh karena itu Braid mengadopsi istilah ideo-dinamis yang berarti kekuatan ide untuk menjelaskan berbagai gejala psiko-fisiologis tubuh. Braid istilah ide mono dinamis untuk merujuk pada teori bahwa hipnotis bekerja dengan memusatkan perhatian pada satu ide untuk memperkuat pada satu ide untuk memperkuat respon reflex ideo-dinamis. Variasi dasar atau teori sugesti ideo dinamis terus memegang pengaruh besar atas teori-teori hipnotis berikutnya, termasuk Clark L.Hull, Hans Eysenck, dan Ernest Rossi. Perlu dicatat, bahwa pada Psikologi

periode Victoria, kata ide mencakup setiap representasi mental, contohnya, citra mental, atau ingatan, dan lain sebagainya.

15

Sugesti Pascahipnotis (post-hypnotic). Diduga sugesti pascahipnotis dapat digunakan untuk mengubah perilaku seseorang setelah dihipnotis. Seorang penulis menyatakan bahwa seseorang bisa bertindak beberapa waktu kemudian berdasarkan satu sugesti yang ditanamkan pada sesi hipnotis. Seorang hipnoterapis mengatakan kepada salah satu pasiennya yang juga kawannya: Ketika saya menyentuh jari Anda, Anda akan segera terhipnotis. Empat belas tahun kemudian, pada sebuah pesta makan malam, ia menyentuh jari temannya tersebut dan kepala temannya segera jatuh terkulai di kursi. Kerentanan. Braid membuat perbedaan kasar antara berbagai tahapan hypnosis yang disebut sebagai tahap kesadaran hipnotisme pertama dan ke dua. Kemudian ia menggantikan istilah ini dengan perbedaan antara tahapan subhipnotis, hipnotis penuh dan koma hipnotis.. Jean-Martin Charcot membuat perbedaan serupa antara tahapan ini dengan nama berjalan saat tidur (somnambulism), kelesuan (lethargy), dan katalepsi. Namun Ambroise-Auguste Liebeault dan Bernheim memperkenalkan skala hipnotis yang lebih dalam, berdasarkan kombinasi tingkah laku, respon fisiologis dan respon subjektif. Sebagian di antaranya adalah akibat sugesti langsung dan sebagian akibat sugesti tidak langsung. Pada dekade pertama abad 20, skala kedalaman klinis digantikan oleh penelitian klinis. Skala yang paling berpengaruh adalah ciptaan Davis-Husband dan Friedlander-Sarben yang dikembangkan pada tahun 1930-an. Andre Weitzenhoffer dan Ernest R.Hilgard mengembangkan Skala Kerentanan Hipnotis

Standford pada tahun 1959, yang terdiri dari 12 bagian tes sugesti diikuti dengan skenario hipnotis terstandardisasi induksi fiksasi mata dan kemudian menjadi salah satu pegangan penelitian yang paling banyak direfensikan di bidang

16

hipnotis. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1962, Ronald Shor dan Emily Carota Orne mengembangkan skala kelompok yang mirip, disebut Skala Kerentanan Hipnotis Kelompok Harvard (Harvard Group Scale of Hypnotic Susceptibility (HGSHS)). Sedangkan teori yang lebih tua tentang kedalaman skala, mencoba untuk menyimpulkan tingkat kerasukan (trance) hipnotis berdasarkan tandatanda yang dapat diamati, seperti amnesia spontan, kebanyakan pengukuran skala dari respon yang diamati atau dievaluasi sendiri terhadap tes sugesti spesifik, seperti sugesti langsung kekakuan lengan (katalepsi). Skala Standford, Harvard, dan skala kerentanan lain mengubah angka menjadi penilaian kerentanan seseorang seperti tinggi, medium, rendah. Diperkirakan 80% populasi berskala medium, 10% tinggi, dan 10% rendah. Nilai kemampuan hipnotis biasanya menetap tinggi pada masa hidup seseorang. Penelitan oleh Deirdre Barret menyatakan bahwa ada dua tipe subjek yang rentan yang disebut Pengkhayal (Fantasizers) dan Pemisah (dissociaters). Skor pengkhayal tinggi pada skala penyerapan sehingga mudah memblok stimulus dunia nyata tanpa hipnotis, sering kali berkhayal, melaporkan teman-teman khayalan pada saat kanak-kanak dan tumbuh dengan orang tua yang menyarankan permainan imajinasi. Pemisah sering memiliki riwayat penyiksaan anak atau trauma lainnya, belajar untuk lari pada kehampaan dan untuk melupakan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan. Kemampuan mereka untuk berkhayal sering menjadi

kosong daripada khayalan kenangan yang samar-samar. Kedua nilai kelompok ini sama-sama tinggi untuk skala formal kerentanan hipnotis. Perilaku Kognitif. Di paruh ke dua abad ke dua puluh, ada dua faktor yang

17

memberikan kontribusi bagi pengembangan pendekatan perilaku kognitif Hipnotis. 1. Teori kognitif dan perilaku tentang hakikat Hipnotis (dipengaruhi oleh teori Sarbin dan Barber) menjadi semakin berpengaruh. 2. Praktik hipnoterapi dan berbagai bentuk terapi perilaku kognitif tumpang tindih dan saling memengaruhi. Meskipun teori hipnotis perilaku kognitif harus dibedakan dari pendekatan perilaku kognitif untuk hipnoterapi, keduanya memiliki konsep serupa, terminologi, dan asumsi yang telah diinterintegrasikan oleh para peneliti dan klinisi yang berpengaruh seperti Irving Kirsch, Steven Jay Lynn, dan lain-lain. Pada awal terapi kognitif-perilaku di tahun 1950-an, Hipnotis digunakan oleh para terapis perilaku awal seperti Yusuf Wolpe dan juga oleh para terapis kognitif awal seperti Albert Ellis. Barber, Spanos, dan Chaves memperkenalkan istilah "perilaku kognitif" untuk menggambarkan teori keadan tidak terhipnotis (nonstate) pada Hypnotism : Imagination dan Human Potentialities (1974). Namun, Clark L. Hull telah memperkenalkan psikologi perilaku kembali ke tahun 1933, yang didahului oleh Ivan Pavlov. Bahkan, teori dan praktik awal dari hipnotisme, bahkan teori Braid, mirip dengan teori kognitif-perilaku dalam beberapa hal.

Praktik hipnosis. Praktik-praktik hipnotis pada awalnya dikenal sebagai

18

teknik meditasi dari Timur (oriental). Praktik-praktik hipnotis yang dilakukan kini memiliki kesamaan dengan berbagai bentuk meditasi yoga oleh agama Hindu dan praktik-praktik spiritual kuno, seperti yang dideskripsikan oleh tulisan Persia kuno tentang berbagai macam ritual agama dan ritual penyembuhan yang dilakukan di Timur. Dalam tulisannya di "Kekuatan Pikiran di atas Kekuatan Jasmani", walaupun James Braid menentang dalil-dalil kepercayaan pada fenomena ini, namun tulisannya menunjukkan bahwa meditasi dari Timur menghasilkan efek-efek hipotisme dalam kesendirian, tanpa hadirnya seseorang yang menghipnotis, sehingga ia melihatnya sebagai bukti bahwa hipnotisme terdapat dalam praktikpraktik kuno meditasi dan bukan dari teori-teori moderen maupun praktik aliran mesmerisme.

Teknik Hipnosis Hipnoterapi. Teknik sugesti pikiran bawah sadar yang sudah sangat terbukti keampuhannya dalam menyembuhkan beragam penyakit psikosomatis (penyakit fisik yang disebabkan oleh kejiwaan yang terganggu), beragam penyakit mental (kecemasan berlebihan s/d trauma dan menghancurkan mental block), dll. EFT (Emotional Freedom Technique). Teknik ketukan di titik utama tubuh yang sudah terbukti dalam menyembuhkan beragam penyakit sampai dengan mendatangkan keberuntungan didalam kehidupan secara singkat.

Sedona. Teknik pelepasan emosi negative yang udah sangat terbukti keampuhannya diberbagai belahan dunia dalam menyembuhkan penyakit dan pengaruh negative kehidupan.

19

beragam

Forgiveness. Teknik pemaafan yang sangat efektif dalam menghancurkan berbagai permasalahan kehidupan dan mendatangkan keberuntungan. Pembuka Aura. Teknik yang sudah terbukti efektif selama ratusan tahun dalam membangkitkan potensi yang luar biasa. Palmistry. Teknik membaca garis tangan untuk meminimalisir berbagai potensi negatif di dalam diri manusia dari segi keberuntungan/rezeki, bakat, jodoh, pernikahan dan kesehatan.

BAB III PEMBAHASAN

20

Hipnosis dapat terjadi pada kondisi tetha dimana kondisi alam bawah sadar mulai aktif dan orang yang terhipnotis berada dalam kondisi tertidur, pada kondisi tersebut orang yang terhipnotis dapat di berikan sugesti (perintah) yang positif untuk memberikan ketenangan, terapi kesehatan, dan menghilangkan stress yang terjadi pada orang yang terhipnotis tersebut. Hipnosis dapat terjadi karena adanya penerimaan suatu insentif yang dipandu oleh seorang hipnoter. Hipnosis dapat dibatalkan atau dicegah dengan cara menolak insentif dari seorang hipnoter dengan mensugesti diri sendiri untuk meninggalkan atau menonaktifkan alam bawah sadar seperti, Pada hitungan ke tiga saya akan memasuki alam sadar saya dan meninggalkan alam bawah sadar. atau Saat saya mulai menggerakkan jemari saya, maka saya keluar dari alam bawah sadar saya. Namun teknik tersebut tidak akan terealisasi ketika para hipnoter telah mensugesti anda.

BAB IV PENUTUP

21

Kesimpulan 1. Hipnosis dapat memberikan ketenangan, terapi kesehatan, dan menghilangkan stress yang terjadi pada seseorang. 2. 3. Hipnosis terjadi pada kondisi tetha (tertidur). Hipnosis dilakukan dengan memasuki sugesti kepada seseorang.

4. Sugesti akan dapat di terima ketika seseorang berada dalam kondisi tetha (tertidur). 5. Hipnosis dapat ditolak melalui sugesti dari diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

22

Lynn S, Fassler O, Knox J (2005) Hypnosis and the altered state debate: something more or nothing more? Contemporary Hypnosis Vol 22, 1

Coe W, Buckner L, Howard M, Kobayashi K (1972) Hypnosis as role enactment: focus on a role specific skill, American Journal of Clinical Hypnosis Jul 15(1):4-5

Lynn S, Rhue J (1991) Theories of Hypnosis,The Guilford Press

Barber T.X., Spanos N, Chaves J (1974) Hypnotism: Imagination & Human Potentialities

KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hipnosis

http://www.myhypnotherapyeft.com/

You might also like