You are on page 1of 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dL (Badawi, 2009). 2.2. Etiologi Diabetes Mellitus Etiologi terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini masih belum jelas, akan tetapi diperkirakan menjurus ke suatu sebab yang multifaktorial. Artinya ada penyakit diabetes mellitus dapat terjadi karena kekurangan insulin yang disebabkan oleh banyak keadaan-keadaan, antara lain : jumlah insulin yang dihasilkan pankreas menurun, jumlah insulin yang dihasilkan cukup tetapi kebutuhan insulin meningkat atau resistensi insulin (insulin tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya), akibatnya kadar glukosa didalam darah menjadi tinggi sehingga timbullah diabetes mellitus (Ranakusuma, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Penyakit diabetes mellitus biasanya muncul pada usia pertengahan dan usia lanjut (berkisar 40-60 tahun), disini faktor hereditas (keturunan) memegang peranan penting. Pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus dalam usia yang agak lanjut, kelebihan berat badan dapat merupakan faktor resiko yang menambah peluang untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus, (Sidartawan, 1998). 2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus Di Indonesia ada dua jenis utama diabetes mellitus yang paling sering ditemui, yaitu: diabetes mellitus tergantung insulin (tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (tipe II), (Leslie, 1991). 2.3.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/Tipe I) Kebanyakan penderita diabetes mellitus tipe I mendapatkan penyakit ini pada usia muda. Biasanya penderita diabetes mellitus yang termasuk dalam kelompok ini: muda, kurus dan mendapatkan penyakitnya secara tiba-tiba. Produksi insulin oleh pankreas sangat sedikit dan tidak mencukupi sehingga tergantung pada pemberian insulin dari luar. Penyakit ini tidak dapat dikendalikan tanpa menggunakan insulin sehingga setiap penderita harus disuntik insulin (Charles, 2002). Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh penghancuran total sel-sel penghasil pada pankreas. Kerusakan pada sel-sel penghasil insulin disebabkan oleh peradangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, mungkin berupa virus yang menyerang seseorang yang mudah terkena karena mempunyai pola gen tertentu disebut dengan gen human leucocyte antygent (HLA). Kebanyakan orang dengan pola gen HLA ini hanya membuat mereka lebih mudah

Universitas Sumatera Utara

terkena dibanding orang lain. Fungsi utama insulin itu sendiri dalam menurunkan kadar glukosa secara alami yaitu dengan cara: a. Meningkatkan jumlah gula yang disimpan didalam hati b. Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula c. Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula. Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon insulin sebagai stabilizer alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi (produksi) hormon insulin pada sel-sel darah maka potensi terjadinya diabetes mellitus sangat besar sekali. 2.3.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/Tipe II) Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin paling banyak menyerang orang dewasa, walaupun diabetes mellitus tipe II juga dapat timbul pada usia berapa saja. Pada diabetes mellitus tipe II sel-sel penghasil insulin tidak rusak, tetapi tidak menghasilkan cukup insulin sehingga hati, otot serta lemak tidak bereaksi secara normal terhadap insulin yang dihasilkan (Charles, 2010). Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok ini biasanya memiliki berat badan yang lebih dan memiliki riwayat adanya anggota keluarga lain yang juga menderita penyakit diabetes mellitus. Pada pasien diabetes mellitus tipe II yang tidak gemuk, kadar glukosa di dalam darahnya tinggi karena sel beta pankreasnya terlalu

Universitas Sumatera Utara

sedikit membentuk insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darah tetap dalam batas-batas normal. Pasien diabetes mellitus tipe II yang gemuk masih menghasilkan relatif cukup banyak insulin, tetapi masih tetap tidak mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan kadar glukosa darahnya dalam batas-batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus bekerja keras untuk memasukkan glukosa kedalam sel-sel tubuh, karena pada darah orang gemuk terdapat kadar glukosa yang tinggi, suatu saat akan menyebabkan insulin tidak sanggup lagi untuk memasukkan glukosa tersebut kedalam sel-sel tubuh, sehingga terjadilah resistensi insulin yang mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes mellitus. 2.4. Gejala-gejala dan Diagnosa Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus seringkali disebut sebagai The Great Imitato, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul dan menimbulkan berbagai macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian ketika orang tersebut berobat ke dokter dan diperiksa kadar gula darahnya, diketahui menderita diabetes mellitus. Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas dan baru diketahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan penyaring untuk penyakit lain. Dapat pula gejala diabetes mellitus timbul mendadak

Universitas Sumatera Utara

tanpa melalui gejala-gejala umum seperti poliuria, polidipsia dan polifagia (Syaifoellah, 1996). Menurut Pusat Diabetes dan Nutrisi Sutomo (1994), gejala klinis khas seperti poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), rasa lemas dan turunnya berat badan merupakan petunjuk yang penting dalam mendiagnosa diabetes mellitus. Hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian mendiagnosa sebagai diabetes mellitus ialah keluhan-keluhan berikut: Keluhan kulit: gatal-gatal, bisul Kelainan ginekologis : keputihan Kesemutan: rasa gatal Kelemahan tubuh Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh Infeksi saluran kemih Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah genital ataupun lipatan kulit seperti didaerah ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti: luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan pasien datang kedokter ahli kebidanan dan sesudah diperiksa ternyata diabetes mellitus yang menjadi latar belakang keluhan tersebut. Juga dalam hal ini, jamur terutama Candida, merupakan penyebab tersering timbulnya keluhan keputihan ini.

Universitas Sumatera Utara

Rasa kebas dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan juga keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien lakilaki terkadang timbul keluhan impotensi yang menyebabkan pasien tersebut dating berobat kedokter. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien dating berobat kedokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh karena hiperglikemia (Syaifoellah, 1996). Untuk menetapkan diagnosis diabetes mellitus pada pasien dengan keluhan khas (poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan) cukup dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah kapiler pada waktu puasa > 120 mg/dl atau 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl setelah diberi beban glukosa oral 75 gram, maka pasien tersebut dinyatakan menderita diabetes mellitus. Mereka yang tidak mempunyai keluhan khas, tetapi menunjukkan hasil pemeriksaan kadar gula darah > 200 mg/dl masih memerlukan pemeriksaan paling sedikit sekali (Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994). 2.5. Faktor Resiko Penyebab Timbulnya Penyakit Diabetes Mellitus 2.5.1. Faktor Genetik Menurut Wiyoto, dkk tahun 1978, faktor genetik dianggap memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit diabetes mellitus. Walaupun demikian bagaimana peranan faktor genetik ini dan bagaimana faktor genetik ini diturunkan sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Peranan faktor genetik ini juga jelas pada kembar yang menderita diabetes mellitus. Pada kembar yang monozygote insidensi agar keduanya menderita diabetes

Universitas Sumatera Utara

mellitus berkisar anatara 45-90 %, sedangkan pada kembar yang dizygote insidensi agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar antara 3-37 %. Penelitian yang dilakukan oleh Nelson (1975) pada kembar monozygote menunjukkan bahwa: a. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang dimulai sesudah umur 45 tahun selalu concordant (keduanya menderita diabetes mellitus). b. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang mulai pada usia muda, 50 % concordant (keduanya menderita diabetes mellitus) dan 50 % discordant (salah seorang menderita diabetes mellitus). Dari penelitian diatas jelaslah bahwa peranan faktor genetik pada diabetes mellitus usia muda berlainan dengan diabetes mellitus pada usia lanjut. Orang usia lanjut yang mempunyai saudara kandung penderita diabetes mellitus lebih mudah untuk menderita diabetes mellitus. 3.5.2. Kurangnya Aktivitas Fisik Menurut Leslie (1991), aktivitas fisik seperti pergerakan atau olahraga yang dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan atau obesitas, sehingga kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus semakin kecil. Apabila kita berolahraga atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat kita memerlukan lebih banyak energi. Ini berarti bahwa kita perlu lebih banyak glukosa yang kemudian diubah menjadi energi. Dengan demikian untuk menghindari timbulnya diabetes mellitus karena kadar glukosa darah meningkat akibat mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat

Universitas Sumatera Utara

diimbangi dengan aktivitas fisik (pekerjaan) yang seimbang. Sehingga kadar glukosa darah dapat normal kembali dan cara kerja insulin tidak terganggu. 2.5.3. Kehamilan Kadang-kadang diabetes ditemukan pertama kali selama kehamilan, dan kondisi ini dialami hanya sementara (sewaktu hamil) saja, dan kembali normal sesudah hamil. Keadaan seperti ini disebut dengan istilah Diabetes Mellitus Gestasional. Diabetes Mellitus Gestasional adalah suatu intoleransi karbohidrat baik yang ringan maupun yang berat yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat kehamilan berlangsung (Sidartawan, 1998). Hal tersebut bisa dikaitkan dengan keadaan seperti kehamilan, ibu-ibu yang hamil secara lahiriah akan lebih banyak makan dari biasanya dengan tujuan memberikan makanan yang cukup kepada janin dan akhirnya mereka menjadi gemuk. Pada saat tubuh tidak dapat lagi mengolah gula yang beredar didalam darah, maka timbullah diabetes mellitus (Brudnell, 1996). 2.5.4. Usia Lanjut Dengan bertambahnya umur maka terjadilah gangguan pada fungsi pankreas dan kerja dari insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Gangguan fungsi pankreas menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang. Kerja insulin yang berkurang akan menyebabkan terjaadinya resistensi insulin, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat akibat terjadinya diabetes mellitus (Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994).

Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Sosial Ekonomi Perubahan pola penyakit di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia dianggap ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan bertambahnya kemakmuran yang bercermin dalam pendapatan perkapita Indonesia (Syaifoellah, 1996). Beberapa penelitian menunjukkan dengan jelas suatu perubahan pada prevalensi diabetes mellitus diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Pada umumnya peningkatan prevalensi diabetes mellitus terjadi pada kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi pada negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih rendah. Perubahan dalam gaya hidup, makanan, olahraga dan perpindahan ke kota dianggap mempunyai kontribusi terhadap prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi disuatu daerah. 2.6. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Perbedaan karakteristik paling mencolok dari seseorang dengan diabetes mellitus tipe I atau tipe II adalah umur saat terjadinya penyakit ini. Umumnya diabetes mellitus tipe I terjadi pada seseorang dengan usia dibawah 40 tahun bahkan separuh dari pengidap penyakit ini didiagnosa pada saat mereka berumur kurang dari 20 tahun. Sebaliknya hampir sepuluh orang yang didiagnosa sebagai pengidap diabetes mellitus tipe II diketahui setelah berumur diatas 30 tahun. Diabetes Mellitus tipe II lebih sering terjadi pada individu dengan berat badan lebih dan obes (gemuk). Obesitas merupakan pemicu terpenting penyebab diabetes mellitus tipe II. Kasus diabetes mellitus tipe II lebih sering ditemukan pada wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan diatas 4000 g, serta wanita yang pernah

Universitas Sumatera Utara

didiagnosa sebagai diabetes pada waktu hamil (diabetes mellitus gestasional) dan biasa terjadi pada usia 24 minggu masa kehamilan (Soewondo, 2006). 2.7. Pola Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus Pola makan adalah makanan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan (Ramadhan, 2008). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Depdiknas, 2001). Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut, seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka. Sebenarnya anjuran makan pada penderita diabetes mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing penderita diabetes mellitus.

Universitas Sumatera Utara

Pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam: 2.7.1. Jumlah Makanan Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi energi adalah 60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari protein, 2025 % dari lemak. Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat pengatur. a. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain-lain. b. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan lain-lain. c. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan. Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes mellitus menurut kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak.

Universitas Sumatera Utara

Table 2.1. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak Jenis Diet Energi (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g) I 1100 172 43 30 II 1300 192 45 35 III 1500 235 51,5 36,5 IV 1700 275 55,5 36,5 V 1900 299 60 48 VI 2100 319 62 53 VII 2300 369 73 59 VIII 2500 396 80 62 Sumber: Almatsier, 2006 Keterangan: Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi. 2.7.2. Jenis Bahan Makanan Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu: a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah: 1). Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu. 2). Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan. 3). Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar. b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes mellitus adalah: 1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis. 2). Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food), goreng-gorengan. 3). Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006). 2.7.3. Interval Makan Penderita Diabetes Mellitus Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan

Universitas Sumatera Utara

bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing (10-15 %). Tabel 2.2. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 Kalori Jenis Makanan Berat (gr) URT Makan Pagi Nasi/penukar 100 1 gls Lauk hewani 50 1 ptg Lauk nabati 25 ptg Sayuran A 100 1 gls Buah 0 0 ptg Minyak 10 1 sdm Gula 0 0 sdm Jam 10.00 Buah 100 1 ptg Makan Siang Nasi/penukar 200 1 gls Lauk hewani 50 1 ptg Lauk nabati 50 1 ptg Sayuran B 100 1 gls Buah 100 1 ptg Minyak 10 1 sdm Gula 0 0 sdm Jam 16.00 Buah 100 1 ptg Makan Malam Nasi/penukar 150 1 gls Lauk hewani 50 1 ptg Lauk nabati 25 gls Sayuran B 100 1 gls Buah 100 1 ptg Minyak 10 1 sdm Gula 0 0 sdm Sumber : Depkes RI, 2009

Universitas Sumatera Utara

Keterangan: - Gls : gelas

- Sdm : sendok makan - Ptg - Sdg Nilai Gizi : - Energi - Protein - Lemak - Karbohidrat - Kolestrol - Serat : 1912 kkal : 60 g (12,5 % energi total) : 48 g (22,5 % energi total : 299 g (62,5 % energi total) : 303 mg : 37 g : potong : sedang

2.8. Daftar Bahan Makanan Penukar Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan penukar II yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang yang diberikan oleh rumah sakit. Setiap kelompok bahan makanan mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Menurut (Arisman, 2002) bahan makanan dikelompokkan menjadi 7 bagian yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a.

Golongan 1 : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat 1 Satuan Penukar = 175 kalori 4 gr protein 40 gr karbohidrat

Tabel 2.3. Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat Bahan Makanan URT Nasi gls Nasi tim 1 gls Bubur beras 2 gls Nasi jagung gls Talas 1 bj bsr Ubi 1 bj sdg Roti putih 4 iris

Berat (gr) 100 200 400 100 200 150 80

b. Golongan 2 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani 1 Satuan Penukar = 95 kalori 10 gr protein 6 gr lemak Tabel 2.4. Makanan Penukar dari Sumber Protein Hewani Bahan Makanan URT Berat (gr) Daging sapi 1 ptg sdg 50 Daging ayam 1 ptg sdg 50 Telur ayam 2 btr 60 Ikan segar 1 ptg sdg 50 Udang basah 0 gls 50

Universitas Sumatera Utara

c.

Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Nabati 1 Satuan Penukar = 80 kalori 6 gr protein 3 gr lemak 8 gr karbohidrat

Tabel 2.5. Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati Bahan Makanan URT Berat (gr) Kacang hijau 20 sdm 25 Kacang kedele 20 sdm 25 Kacang merah 20 sdm 25 Oncom 2 ptg sdg 50 Tahu 1 bj bsr 100 Tempe 2 ptg sdg 50

d. Golongan 4 : Sayuran 1. Sayuran A Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas (oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan tomat. 2. Sayuran B 1 Satuan Penukar 1 gls (100 gr) = 25 kalori 1 gr protein 5 gr karbohidrat

Universitas Sumatera Utara

Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli, genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung, kacang panjang, pare, rebung, papaya muda. 3. Sayuran C 1 Satuan Penukar 1 gls (100 gr) = 50 kalori 3 gr protein 10 gr karbohidrat Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun melinjo, daun papaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas, melinjo, nangka muda. e. Golongan 5 : Buah-buahan 1 Satuan Penukar = 40 kalori 10 gr karbohidrat Tabel 2.6. Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan Bahan Makanan URT Berat (gr) Alpukat 1 bh bsr 50 Apel 1 bh bsr 75 Belimbing 1 bh bsr 125 Duku 15 bh 75 Jambu air 2 bh sdg 100 Jambu biji 1 bh sdg 100 Jeruk manis 1 bh bsr 100 Mangga 1 bh sdg 50 Nanas 1/6 bh sdg 75 Papaya 1 ptg sdg 100 Pir 1 bh 100 Pisang ambon 1 bh sdg 75 Pisang raja 2 bh kcl 50 Semangka 1 ptg sdg 150

Universitas Sumatera Utara

f.

Golongan 6 : Susu 1 Satuan Penukar = 110 kalori 7 gr protein 9 gr karbohidrat 7 gr lemak

Tabel 2.7. Makanan Penukar dari Sumber Susu Bahan Makanan URT Susu sapi 1 gls Susu kambing 1 gls Susu kental manis 1 gls Tepung susu skim 4 sdm Yoghurt 1 gls

Berat (gr) 200 150 100 20 200

g.

Golongan 7 : Minyak 1 Satuan Penukar = 45 kalori 5 gr lemak

Tabel 2.8. Makanan Penukar dari Sumber Minyak Bahan Makanan URT Minyak goring 1 sdm Minyak ikan 1 sdm Margarin 1 sdm Kelapa 1 ptg kcl Kelapa parut 5 sdm Lemak sapi 1 ptg kcl

Berat (gr) 5 5 5 30 30 5

Universitas Sumatera Utara

Keterangan : Bh = buah Bj = biji Btg = batang Btr = butir Bsr = besar Gls = gelas (240 ml) Gr = gram Kcl = kecil Ptg = potong Sdg = sedang Sdm = sendok makan Sdt = sendok teh

Universitas Sumatera Utara

2.9. Standar Jenis Diet Untuk Penderita Diabetes Mellitus Standar jenis diet pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap ada dua jenis yaitu: - Jenis diet diabetes mellitus IV (1700 kalori) Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus IV adalah 1700 kalori dan jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 275 gram, protein 55,5 gram dan lemak 36,5 gram. - Jenis diet diabetes mellitus V (1900 kalori) Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus V adalah 1900 kalori dan jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 299 gram, protein 60 gram dan lemak 48 gram.

Universitas Sumatera Utara

2.10 Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam analisis pemberian diet diabetes mellitus pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat yaitu: Karakteristik penderita diabetes mellitus : Umur Jenis Kelamin IMT Pekerjaan Pemberian Diet Diabetes Mellitus di RSU Rantau Prapat: Jenis diet Kecukupan zat gizi (energi, k b hid t

Standar jenis diet diabetes mellitus rawat inap : - Jenis Diet DM IV (1700 kalori)

Dalam kerangka konsep di atas dapat diketahui karakteristik penderita diabetes mellitus (umur, jenis kelamin, IMT, pekerjaan) dan pemberian diet diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat (jenis diet dan kecukupan zat gizi berupa energi, karbohidrat, protein dan lemak) sesuai atau tidak dengan standar jenis diet yang seharusnya meliputi jenis diet DM IV (1700 kalori) dan jenis diet DM V (1900 kalori) pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat.

Universitas Sumatera Utara

You might also like