You are on page 1of 368

KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PUSKESMAS terintegrasi HIV-AIDS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya kepala puskesmas dan petugas kesehatan perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan manajemen puskesmas sehingga mampu mensinergikan potensi yang dimiliki oleh puskesmas dari segi sumber daya manusia, sarana prasarana dan pembiayaan. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi kontak pertama dengan masyarakat, puskesmas perlu pula mengetahui program kesehatan yang menjadi prioritas nasional dan global, salah satunya adalah pencegahan dan pengendalian penyakit menular seperti HIV-AIDS dan TB, dalam pelaksanaan program tersebut puskesmas mengacu kepada kebijakan nasional di tingkat pusat dengan tetap memperhatikan kondisi wilayah kerja setempat dan melakukan analisis situasi berdasarkan bukti serta sumber daya yang dimiliki. HIV-AIDS saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 1

2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Agar puskesmas mampu melaksanakan program pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS di wilayah kerjanya maka puskesmas dibekali pengetahuan mengenai konsep pengendalian penyakit HIV-AIDS melalui Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB). Layanan tersebut menggunakan pendekatan sistematis dan komprehensif, serta dengan perhatian khusus pada kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit dijangkau. Salah satu kelompok populasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah ibu hamil. Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak. Agar transmisi penularan HIV dari ibu ke anak dapat dicegah maka diperlukan pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan KIA. Hingga saat ini masih banyak penderita HIV AIDS dan IMS yang tidak terdeteksi secara dini oleh puskesmas. Tren penularan HIV di Indonesia saat ini tidak hanya melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama saja, namun juga penularan HIV dari Ibu ke Anak juga mengalami angka peningkatan yang cukup signifikan. Di mana ibu rumah tangga masuk ke dalam populasi umum dan tidak menyadari bahwa dirinya sudah tertular HIV. Di sini pula peran puskesmas sebagai ujung tombak layanan kesehatan mampu melakukan deteksi dan pencegahan secara dini melalui promosi kesehatan terhadap penularan HIV serta mampu melakukan pengobatan bagi puskesmas yang sudah mampu atau
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 2

melakukan perujukan ODHA (orang dengan HIV AIDS) ke layanan yang lebih lengkap. Berdasarkan Asian Model Epidemic (AEM), tren kasus baru HIV di Indonesia dalam regional ASEAN mengalami peningkatan dibandingkan negara lainnya yang mengalami penurunan kasus baru HIVnya. B. Filosofi Dalam pelatihan Manajemen Puskesmas menggunakan nilai-nilai dan keyakinan yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas pada sistem pelatihan sebagai berikut : 1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa, dengan karakteristik : o Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat, dan kecepatan yang sesuai untuk dirinya Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar tersendiri dalam upaya belajar secara efektif. Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena adanya tuntutan untuk mengembangkan diri secara professional Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan kepada upaya perubahan perilaku dalam diri manusia sebagai diri pribadi dan anggota masyarakat.

o o

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 3

Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan penggunaan metode dan teknik yang dapat menciptakan suasana partisipatif.

2. Proses pelatihan memanfaatkan pengalaman peserta dalam melakukan manajemen Puskesmas, dan digunakan pada setiap tahap proses pembelajaran. 3. Proses pembelajaran lebih banyak memberi pengalaman melakukan sendiri secara aktif tahaptahap manajemen Puskesmas, atau menggunakan metode learning by doing. II. KOMPETENSI Peserta memiliki kompetensi dalam melaksanakan manajemen Puskesmas meliputi: 1. Menyusun rencana kegiatan tahunan puskesmas 2. Mengelola lokakarya mini Puskesmas 3. Melakukan penilaian kinerja Puskesmas 4. Kemampuan membangun tim kerja III. TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Pelatihan Umum Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu mengelola program pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas secara optimal B. Tujuan Pelatihan Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 4

1. Memahami kebijakan dasar Puskesmas dan penerapannnya 2. Memahami kebijakan dan konsep dasar LKB termasuk PPIA dan penerapannya 3. Membuat perencanaan puskesmas kegiatan tahunan

4. Menyelenggarakan lokakarya mini dalam upaya melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor 5. Melakukan penggalangan kerjasama tim dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas 6. Melakukan penilaian kinerja puskesmas secara efektif IV. MATERI PELATIHAN Struktur Program Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi yang akan diberikan secara rinci pada tabel berikut : Penjabaran Materi Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS No Materi Jam Pelajaran T P PL JML A. Materi Dasar 1 Kebijakan dasar Puskesmas 4 4 dan penerapannya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 5

2 3 B. 1 2 3 C. 1 2

Kebijakan LKB dan PPIA Membangun tim kerja Materi Inti Perencanaan Puskesmas Mengelola Lokakarya Mini Penilaian Kinerja Materi Penunjang RTL BLC Jumlah

5 2

5 5

4 4 4

12 8 8

16 12 12

1 24

3 2 36

4 2 60

V. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA A. PESERTA Peserta pelatihan ini berasal dari Puskesmas diutamakan yang sudah melaksanakan KTS dan atau klinik IMS atau dipersiapkan untuk LKB Peserta merupakan satu tim yang terdiri dari : 1. Kepala Puskesmas, 2. Pengelola program HIV, 3. Pengelola program KIA

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 6

Belum pernah mengikuti pelatihan Manajemen Puskesmas. Tidak dipindah tugaskan dalam periode waktu minimal 3 tahun. B. PELATIH/ NARASUMBER 1). Narasumber Narasumber dalam pelatihan ini adalah narasumber dari dinas kesehatan propinsi dan atau kabupaten/kota yang menguasai : a) Kebijakan Manajemen Puskesmas b) Kebijakan LKB termasuk PPIA 2). Fasilitator Fasilitator pelatihan ini berasal dari : a) b) Widya Iswara Balai Pelatihan di bidang Kesehatan

Tim Dinas Kesehatan Provinsi yang telah mengikuti TOT manajemen puskesmas, atau Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK) yang menguasai materi manajemen puskesmas Catatan : untuk pelatih/ fasilitator sebaiknya merupakan satu tim yang bisa saling mengisi dan melengkapi terutama dalam memfasilitasi diskusi kelompok/ penugasan/ latihan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 7

C. PENYELENGGARAAN Penyelenggaraan tahap, yaitu : pelatihan dilakukan dalam 1

Pelatihan Manajemen Puskesmas bagi tim puskesmas diselenggarakan di Bapelkes daerah dan Dinas Kesehatan Propinsi. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota bekerjasama dengan Balai Pelatihan Kesehatan dalam penyelenggaraan Pelatihan Manajemen Puskesmas, kecuali apabila tidak terdapat Balai Pelatihan Kesehatan di wilayah kerjanya maka dapat membentuk Tim Pelatih Manajemen Puskesmas di Dinkes Provinsi dan Kab/Kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 8

VI. ALUR PROSES PELATIHAN Alir proses pelatihan dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Pembukaan
Building Learning Commitment Metode : Diskusi kelompok, games

Wawasan/ Pengetahuan/ kemampuan 1. Kebijakan dasar Puskesmas dan penerapannya 2. Kebijakan dan konsep LKB termasuk PPIA 3. Membangun tim kerja Metoda: - Ceramah Tanya Jawab - Diskusi Kelompok - Curah pendapat - Role playing

Keterampilan: 1. Perencanaan Puskesmas 2. Lokakarya Mini 3. Penilaian Kinerja Puskesmas Metoda: Ceramah Tanya Jawab Diskusi Kelompok Penugasan/latihan/exercise Role playing Curah pendapat Studi kasus

RTL Evaluasi Penutupan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 9

A. Proses Pembelajaran Dari gambar di atas dapat disampaikan bahwa Proses pelatihan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Pendinamisan dan penggalian harapan peserta serta membangun komitmen belajar diantara peserta 2. Penyiapan peserta sebagai seorang manajer yang senantiasa perlu melakukan pembaharuan dalam perilaku dan tindakan dalam berinteraksi dengan manusia dalam pelaksanaan tugas 3. Pembahasan materi inti di kelas Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta latih dilibatkan secara aktif sepenuhnya dalam proses pembelajaran, secara umum sebagai berikut : a. Fasilitator mempersiapkan peserta latih untuk siap mengikuti proses pembelajaran. b. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap materi c. Fasilitator dapat mengawali proses pembelajaran dengan penggalian pengalaman peserta; penugasan dalam bentuk individual dan kelompok; penjelasan singkat mengenai seluruh materi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 10

d. Setelah semua materi disampaikan, fasilitator dan atau peserta latih dapat memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi. e. Sebelum pemberian materi berakhir, fasilitator dan peserta latih dapat membuat rangkuman dan atau pembulatan. Secara terinci, akan diuraikan pada modul setiap materi, yaitu pada langkah-langkah. 4. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Pada akhir pelatihan setiap kelompok atau individu membuat rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan di tempat kerja dan dapat digunakan sebagai alat monitoring pasca pelatihan. B. Metode Pembelajaran Metode pelatihan ini berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Orientasi pada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang terkait dengan bidang tugas yang akan dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan, memberi kesempatan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar atas pengalaman (learning by experience) 2. Peran serta aktif peserta (active learner participatory)sesuai dengan pendekatan pembelajaran (learning)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 11

3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi dari dan ke berbagai arah. Oleh karena itu, maka metode yang dapat digunakan selama proses pembelajaran dalam pelatihan Manajemen Puskesmas ini antara lain adalah : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab, terutama untuk hal-hal yang baru 2. Curah pendapat 3. Penugasan berupa : diskusi kelompok, latihan dan studi kasus 4. Bermain peran (Role playing) VII. TEMPAT, WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN A. Tempat Pelatihan Untuk proses pembelajaran dengan metode tersebut di atas memerlukan tempat yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana penunjang pelatihan. Untuk itu pelatihan ini dapat dilaksanakan di Bapelkes yang ada di tiap propinsi. B. Waktu Pelatihan Pelatihan diselenggarakan selama 6 hari jumlah jam pelatihan 60 Jpl @ 45 menit. dengan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 12

C. Kelengkapan Pelatihan Untuk menunjang proses pembelajaran selama pelatihan perlu adanya kelengkapan berupa : 1. Bahan bacaan (referensi) yang berasal dari fasilitator 2. Formulir-formulir yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran 3. Alat bantu belajar berupa LCD, OHP, PC dan Note Book, Whiteboard dan Papan Plift chart.

VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN A. Monitoring Tujuan Monitoring adalah untuk menjaga agar proses pelatihan berjalan sesuai dengan desain pelatihan. B. Evaluasi Tujuan evaluasi/penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta, penilaian proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil ini dapat digunakan untuk menilai efektifitas pelatihan dan memperbaiki pelaksanaan berikutnya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 13

Evaluasi dilakukan terhadap: 1. Peserta : Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui: Penjajagan awal melalui pre test Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melalui post test Pengamatan dan penilaian terhadap hasil/output pelatihan seperti : Rencana Tahunan, RTL dan lain-lain. 2. Fasilitator/pelatih : Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dipahami dan diserap peserta. 3. Penyelenggaraan : Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan diklat. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi: Tujuan diklat Relevansi program diklat dengan tugas Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas Manfaat diklat bagi peserta/ instansi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 14

Hubungan peserta dengan pelaksanaan diklat Pelayanan sekretariat terhadap peserta Pelayanan akomodasi Pelayanan konsumsi Pelayanan perpustakaan

IX. SERTIFIKASI Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan dan memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu : Mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama 90% dari alokasi waktu pelatihan Dinyatakan berhasil sesuai evaluasi belajar

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 15

MODUL 1 KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS DAN PENERAPANNYA

I.

DESKRIPSI SINGKAT Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan jenjang pertama. Pada saat ini Puskesmas telah dibangun hampir diseluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu serta puskesmas keliling, sehingga dengan demikian seluruh daerah terpencil sudah dapat dijangkau sehingga masyarakat pada prinsipnya sudah mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 16

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Puskesmas dalam mendukung tercapainya tujuan penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan dan langkah-langkah strategis sebagai acuan dalam penyelenggaraan puskesmas, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas harus memahami kebijakan tersebut secara benar, serta mampu menerapkannya dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Puskesmas. Oleh karena itu modul Kebijakan dasar Puskesmas dan Penerapannya menjadi bagian dari modul pelatihan Manajemen Puskesmas. Modul ini akan membahas tentang: Kebijakan Dasar Puskesmas meliputi Konsep Dasar Puskesmas, Kedudukan organisasi dan Tata Kerja, Upaya dan Azas Penyelenggaraan, Manajemen Puskesmas dan Pembiayaan, serta Penerapan dalam Penyelenggaraan Puskesmas. Metode pembahasan menggunakan metode yang melibatkan peran aktif peserta, meliputi: ceramah tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok dan pleno.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 17

II.

TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu memahami kebijakan dasar Puskesmas serta penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu: 1. Menjelaskan konsep dasar puskesmas. 2. Menjelaskan kedudukan, organisasi dan tata kerja puskesmas. 3. Menjelaskan upaya dan azas penyelenggaraan pelayanan puskesmas. 4. Menjelaskan ruang lingkup manajemen puskesmas. 5. Menjelaskan pembiayaan upaya kesehatan di puskesmas. 6. Mengaplikasikan kebijakan dasar dalam penyelenggaraan Puskesmas.

III.

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Pokok Bahasan 1. Konsep dasar Puskesmas. Sub Pokok Bahasan : Visi dan Misi, Tujuan pembangunan kesehatan oleh puskesmas dan Fungsi Puskesmas. Pokok Bahasan 2. Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas. Sub pokok Bahasan: Kedudukan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 18

Organisasi Tata Kerja

Pokok Bahasan 3. Upaya dan Azas Penyelenggaraan Sub Pokok Bahasan : Upaya Penyelenggaraan Pokok Bahasan 4. Manajemen Puskesmas Sub Pokok Bahasan : Perencanaan Pelaksanaan dan pengendalian Pengawasan dan pertanggungjawaban Pokok Bahasan 5. Pembiayaan upaya pelayanan puskesmas. Pokok Bahasan 6. Aplikasi Kebijakan dalam penyelenggaraan Puskesmas Sub Pokok Bahasan: - Visi dan Misi - Penerapan Fungsi - Penerapan Upaya dan Azas Penyelenggaraan - Penerapan manajemen Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 19

IV.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah 1. Pengkondisian (10) Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi lainnya. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah mempunyai pengalaman dalam melaksanakan pelayanan untuk menyampaikan pengalamannya. Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan. Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (90 menit ) Secara singkat fasilitator menyampaikan rangkuman tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yaitu isi Pokok Bahasan 1 sampai dengan pokok bahasan 4. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk menanggapi uraian tersebut. Fasilitator membagi ke dalam 4-5 kelompok, setiap kelompok membahas Sub Pokok Bahasan 1 sampai dengan sub pokok bahasan 4 yang dituliskan pada kertas flip chart atau diketik di komputer dan di presentasikan. Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil pendapat tiap kelompok.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 20

Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator memberikan komentar serta memberikan kesimpulan. Langkah 3. Applikasi/penerapan kebijakan penyelenggaraan Puskesmas ( 160 menit). dalam

Fasilitator menjelaskan tentang Aplikasi/penerapan kebijakan dalam penyelenggaraan Puskesmas Peserta diberi kesempatan untuk tanya jawab. Selama sesi ini ada beberapa penugasan, yaitu: 1.Penugasan 1 : Menyusun Visi dan Misi Puskesmas. 2.Penugasan 2 : Pemantapan Pemahaman Pembangunan Berwawasan Kesehatan 3.Penugasan 3 : Mengidentifkasi Program Pemberdayaan Masyarakat diwilayah kerja puskesmas Untuk penugasan tersebut peserta dibagi dalam kelompok, sebaiknya tim Puskesmas. Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan. Fasilitator memberikan komentar dan menyimpulkan hasil diskusi tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 21

Langkah 4. Rangkuman dan Penutup (10 menit). Fasilitator secara singkat menyimpulkan seluruh hasil diskusi serta aplikasi pemberdayaan masyarakat dan sekaligus menutup sesi ini. Fasilitator memandu peserta untuk membuat rangkuman dari sesi yang sudah dibahas. Fasilitator menegaskan kembali pentingnya Puskesmas menerapkan/mengaplikasikan Kebijakan Dasar Puskesmas dalam penyelenggaraan/pengelolaan Puskesmas. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan salam. URAIAN MATERI A. KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS 1. Konsep dasar Puskesmas VISI dan MISI Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Page 22

V.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni (1) lingkungan sehat, (2) prilaku sehat, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. Rumus visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. MISI Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1.Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan disektor lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi setiap keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 23

keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya dibidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dan sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta anggota masyarakat. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 24

Tujuan pembangunan kesehatan oleh puskesmas Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010. Fungsi Puskesmas. 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Puskemas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 25

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi : a. Pelayanan Kesehatan Perseorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan. Tanpa mengabaikan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 26

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods). Dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 2. Kedudukan Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas a. Kedudukan Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan sistem kesehatan nasional, sistem kesehatan kabupaten/kota dan sistem pemerintah daerah : 1) Sistem Kesehatan Nasional Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 27

2) Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota diwilayah kerjanya. 3) Sistem Pemerintah Daerah Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan. 4) Antar Saran Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Diwilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan berbudaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 28

Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai Pembina. b. Organisasi 1) Struktur Organisasi Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masingmasing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas disatu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut : a) Kepala Puskesmas b) Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam pengelolaan : - Data dan Informasi - Perencanaan dan Penilaian - Keuangan - Umum dan Kepegawaian c) Unit pelaksanaan teknis fungsional puskesmas: - Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM - Upaya Kesehatan Perorangan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 29

d) Jaringan Pelayanan Puskesmas : - Unit Puskesmas Pembantu - Unit Puskesmas Keliling - Unit Bidan didesa/komunitas 2) Kriteria Personalia Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan tersebut harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. 3) Eselon Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan maka Jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan Eselon IV-A. Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan Eselon IV-A, ditunjuk pejabat sementara
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 30

yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana dibidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap. c. Tata kerja 1) Dengan Kantor Kecamatan Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan ditingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakkan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitas. 2) Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota. Dengan demikian secara teknis dan administratif, Puskesmas bertanggungjawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota sebaliknya dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab membina serta
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 31

memberikan bantuan administratif teknis Kepala Puskesmas.

dan

3) Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata pertama Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. 4) Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota), dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 32

kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti dinas kesehatan kabupaten/kota, balai teknik kesehatan lingkungan, balai laboratorium kesehatan serta barbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi dinas kabupaten/kota. 5) Dengan Lintas Sektor Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan dinas kesehatan kabupaten/kota. Untuk hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan tersebut harus dapat dikoordinasi dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada ditingkat kecamatan. Diharapkan disatu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan sedangkan dipihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain ditingkat kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 33

6) Dengan Masyarakat Sebagai Penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
Badan Penyantun Puskesmas (BPP) Pengertian : Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja puskesmas dalam penyelenggaraan upaya pembangunan C. kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Fungsi : 1. Melayani pemenuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh puskesmas (to serve) 2. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas (to advocate) 3. Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja Puskesmas (to watch)

Tabel 1. Badan Penyantun Puskesmas


Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 34

3. Upaya dan Azas penyelenggaraan a. Upaya Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesa Sehat, Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni : 1) Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 35

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan 2) Upaya kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni : a) b) c) d) e) f) g) h) i) Upaya Upaya Upaya Upaya Upaya Upaya Upaya Upaya Upaya Kesehatan Sekolah Kesehatan Olah Raga Perawatan Kesehatan Masyarakat Kesehatan Kerja Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan Jiwa Kesehatan Mata Kesehatan Usia Lanjut Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 36

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan Puskemas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovatif ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas. Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 37

Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadikan kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasaran sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 38

b. Azas Penyelenggaraan Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari tiga fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan dimaksud adalah : Puskesmas yang

1) Azas Pertanggungjawaban Wilayah Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut : a) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 39

b) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya c) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya d) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau diwilayah kerjanya. 2) Azas Pemberdayaan Masyarakat Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain : a) Upaya Kesehatan Ibu dan anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB) b) Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 40

c) Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) d) Upaya Kesehatan Sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) e) Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Lingkungan (DPKL) f) Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, panti wreda g) Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) h) Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra) j) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan 3) Azas Keterpaduan Azaz penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 41

diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni : a) Keterpaduan Lintas Program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain : Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 42

b) Keterpaduan Lintas Sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai macam program dari sector terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain : Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama Upaya Promosi Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian Upaya Kesehatan Ibu dan Anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB Upaya perbaikan Gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 43

desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan Upaya Kesehatan Kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha. 4) Azas Rujukan Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atau kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbale balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 44

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal yakni : a) Rujukan upaya kesehatan perorangan Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertical maupun horizontal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam : Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik misal operasi) dan lain-lain Rujukan bahan pemeriksaan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 45

b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila disatu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam : Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahanbahan habis pakai dan bahan makanan Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 46

penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.

4. Manajemen Puskesmas Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsifungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian serta Pengawasan dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 47

tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. a. Perencanaan Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan. 1) Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Langkahlangkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah sebagai berikut ; Menyusun Usulan kegiatan Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai hasil kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian kegiatan,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 48

tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Tabel 2. Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan (RUK) N Upaya o Puskes mas Ke g Tuj uan Sas ara n Target W ak tu Vo l Ke g Hasil yg Dihar apka n

Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/ kota dengan mengikutsertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat. Mengajukan Usulan Kegiatan Langkah kedua yang dilakukan Puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan kedinas kesehatan kabupaten/ kota untuk persetujuan pembiayannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan usulan kegiatan harus dilengkapi dengan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 49

usulan kebutuhan rutin, sarana dan prasarana dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Langkah ketiga yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (rencanakerja kegiatan/ Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). Tabel 3. Contoh Gantt Chart Rencana Pelaksanaan (POA) Upaya Kesehatan............................................... N Ke o g Sa Targ sar et an Vol Rinci Ke an g Pelak sa naan Lokasi pelaks a naan Tenag a Pelak sa naan Ja dw al Kebu t Pelak sana an

2) Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 50

ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini adalah upaya penunjang yang harus dilakukan untuk kelengkapan upayaupaya Puskesmas. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut: Identifikasi upaya kesehatan pengembangan Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh Puskesmas. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada tidaknya masalah kesehtan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan pengembangan tersebut. Apabila Puskesmas memiliki kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung dilapangan (Survei Mawas Diri)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 51

Survei Mawas Diri Pengertian : Kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Tahap Pelaksanaan : 1. Pengumpulan data dapat berupa data primer yakni yang dikumpulkan langsung dari sumber data atau data sekunder yakni yang berasal dari catatan yang ada. 2. Pengolahan data 3. Penyajian data berupa data masalah dan potensi.

Tabel 4. Survei Mawas Diri Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas Puskesmas dengan mengikut sertakan Badan Penyantun Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 52

Delbecq Technique Pengertian : Perumusan masalah dan identifikasi potensi melalui kesepakatan sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahap Pelaksanaan : 1. Pembentukan tim 2. Menyusun daftar masalah 3. Menetapkan kriteria penilaian masalah 4. Menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian dilengkapi dengan uraian tentang potensi yang dimiliki

Tabel 5. Delbecq Technique Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah upaya kesehatan pengembangan yang terpilih dapat lebih dari satu. Disamping itu identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan Puskesmas. Menyusun usulan kegiatan Langkah kedua yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 53

Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan rencana pada awal pengembangan program dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas Kesehatyan Kabupaten/ Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat.
Musyawarah Masyarakat Pengertian; Pertemuan masyarakat yang dihadiri oleh para pemimpin, baik formal maupun informal dan anggota masyarakat untuk merumuskan prioritas masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya. Tahap Pelaksanaan : Pemaparan daftar masalah kesehatan dan potensi yang dimiliki Membahas dan melengkapi urutan prioritas masalah Membahas dan melengkapi potensi penyelesaian masalah Merumuskan cara penanggulangan masalah sesuai dengan potensi Menetapkan rencana kegiatan penanggulangan masalah (dalam bentuk Gantt Chart)

Tabel 6. Musyawarah Mufakat Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib. Mengajukan usulan kegiatan Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke dinas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 54

kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain. Apabila diajukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Langkah keempat yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau penyandang dana lain (rencana kerja kegiatan/ Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib. b. Pelaksanaan dan Pengendalian Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Langkahlangkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 55

1) Pengorganisasian Untuk terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Tabel 7. Contoh Gantt Chart Pembagian Beban Tugas dan Wilayah Kerja N o Nama Petugas Upaya Keg Sasaran Targe t Jadwal Kerja Lokasi Keg

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 56

Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan : a) Penggalangan kerjasama bentuk dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja. b) Penggalangan kerjasama bentuk banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah. Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan : Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan. 2) Penyelenggaraan Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan Puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 57

terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut : a) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana. b) Menyusun jadwal rencana kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas. c) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada waktu menyelenggarakan kegiatan Puskesmas harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Azas penyelenggaraan Puskesmas harus menerapkan keempat azas penyelenggaraan Puskesmas yakni azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan. Berbagai standar dan pedoman pelayanan Puskesmas. Pada saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai standar dan pedoman pelayanan Puskesmas sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan Puskesmas yang harus diperhatikan pada waktu menyelenggarakan kegiatan Puskesmas. Standar dan pedoman tersebut adalah :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 58

Standar dan pedoman bangunan Puskesmas Standar dan pedoman peralatan Puskesmas Standar manajemen peralatan Puskesmas Standar dan pedoman ketenagaan Puskesmas Standar manajemen obat Puskesmas Standar dan pedoman teknis pelayanan berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh Puskesmas Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Pedoman perhitungan satuan biaya pelayanan Puskesmas

Kendali Mutu Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan program kendali mutu. Prinsip program kendali mutu adalah kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan pemakai jasa pelayanan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 59

Kendali Mutu Pengertian : upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan, dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. Prinsip : 1. Mengikuti siklus pemecahan masalah (Problem Solving cycle) 2. Dilaksanakan melalui kerjasama tim (team based) 3. Sesuai sumber daya yang tersedia (resource based)

Tabel 8. Kendali Mutu

Kendali Biaya Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan program kendali biaya. Prinsip program kendali biaya adalah kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi, yang terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 60

Kendali Biaya Pengertian : Upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk pembiayaannya, serta memantau pelaksanaannya sehingga terjangkau oleh masyarakat. Tahap pelaksanaannya : 1. Menetapkan upaya kesehatan yang diselenggarakan lengkap dengan rincian pembiayaannya. 2. Menjabarkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan (standar, pedoman dan nilai etika) yang mendukung. 3. Melaksanakan upaya kesehatan yang sesuai dengan kebijakan tatacara penyelenggaraan. 4. Menampung dan menyelesaikan keluhan masyarakat yang terkait dengan masalah biaya. 5. Menyempurnakan penyelenggaraan upaya kesehatan dengan memperhatikan keluhan biaya dari masyarakat.

Tabel 9. Kendali Biaya 3) Pemantauan Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut : a) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai yang dibedakan atas dua hal : Telaahan internal yakni telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 61

yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku.
Simpus Pengertian ; Suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya. Sumber Informasi : 1. SP2TP terdiri dari - Catatan : kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku register - Laporan : bulanan, tahunan dan KLB 2. Survei lapangan 3. Laporan lintas sektor 4. Laporan sarana kesehatan swasta

Tabel 10. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

Kesimpulan dirumuskan dalam dua bentuk. Pertama, kinerja Puskesmas yang terdiri dari cakupan (coverage), mutu (quality) dan biaya (cost) kegiatan Puskesmas. Kedua, masalah dan hambatan yang ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan Puskesmas. Telaahan bulanan ini dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 62

Tabel 11. Lokakarya Mini Bulanan


Lokakarya Mini Bulanan Pengertian : Pertemuan yang diselenggarakan setiap bulan di Puskesmas yang dihadiri oleh seluruh staff di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan bidan didesa serta dipimpin oleh kepala Puskesmas. Tahapan pelaksanaan 1. Lokakarya Mini Pertama a. Masukan - Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas - Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru - Informasi tentang tatacara penyusunan POA Puskesmas b. Proses - Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah binaan - Analisis beban kerja tiap petugas - Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah binaan - Penyusunan POA Puskesmas tahunan c. Keluaran - POA Puskesmas tahunan - Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu) 2. Lokakarya mini Bulanan a. Masukan - Laporan hasil kegiatan bulan lalu - Informasi tentang hasil rapat dinas kab/ Kota - Informasi tentang hasil rapat tingkat kecamatan - Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b. Proses - Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS. - Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan. - Merumuskan alternatif pemecahan masalah. c. Keluaran - Rencana kerja bulan yang baru

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 63

Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor terkait yang ada diwilayah kerja Puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini triwulan Puskesmas secara lintas sektor. Tabel 12. Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya Mini Tribulanan Pengertian : Pertemuan yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali di Puskesmas yang dihadiri oleh instansi lintas sektor tingkat kecamatan, Badan Penyantun Puskesmas (BPP), staf puskesmas dan jaringannya, serta dipimpin oleh camat.. Tahapan pelaksanaan 1. Lokakarya Mini Tribulanan Pertama a. Masukan - Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok - Informasi tentang program lintas sektor - Informasi tentang program kesehatan - Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b. Proses - Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor - Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor - Pembagian peran masing-masing sektor c. Keluaran - Kesepakatan tertulis sektor terkait dalam mendukung program kesehatan termasuk program pemberdayaan masyarakat 2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin a. Masukan - Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungansektor terkait - Inventarisasi masalah/ hambatan dari masing-masing sektor dalam pelaksanaan program kesehatan - Pemberian informasi baru b. Proses - Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan - Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor - Merumuskan cara penyelesaian masalah c. Keluaran - Rencana kerja tribulan yang baru - Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 64

b) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan triwulan. 4) Penilaian Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut : a) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua. Pertama, sumber data primer yakni yang berasal dari SIMPUS dan berbagai sumber data lain yang terkait, yang dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber data sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan triwulanan. b) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya. c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses kepastian atas kesesuaian
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 65

penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencna dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Pengawasan Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kab/ kota serta barbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis. Apabila dana pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Pertanggungjawaban Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan. Laporan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 66

tersebut disampaikan kepada Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota serta pihakpihak terkait, termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi penggantian Kepala Puskesmas, maka Kepala Puskesmas yang lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya. 5. Pembiayaan Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan Puskesmas yakni a. Pemerintah Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. Di samping itu Puskesmas masih menerima dana yang berasal dari pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam yakni : 1) Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat 2) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 67

peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional. Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima oleh Puskesmas adalah Kepala Puskesmas atau seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atas utusan Kepala Puskesmas. Peggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. b. Pendapatan puskesmas Sesuai dengan kebijakan Pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh peraturan daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini yakni :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 68

1) Seluruhnya disetor ke kas daerah Untuk itu secara berkala Puskesmas menyetor seluruh dana distribusi yang diterima ke kas daerah melalui dinas kesehatan kabupaten/kota 2) Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan seluruh dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu Puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini disebut Puskesmas Swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar Puskesmas yang harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh pemerintah diubah menjadi Puskesmas Swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi Swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab pemerintah. c. Sumber Lain Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 69

1. PT ASKES peruntukannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. JPSBK/PKPSBBM Untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah menyalurkan dana secara langsung ke Puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada Pedoman yang telah ditetapkan.

B. APLIKASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN PUSKESMAS Kebijakan Dasar Puskesmas yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MenKes/SK/II/2004, seharusnya menjadi acuan bagi manajer/Kepala Puskesmas dalam menyelenggarakan/ mengelola Puskesmasnya. Bagian II dari uraian materi modul ini mencoba menjabarkan, bagaimana aplikasi/penerapan Kebijakan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 70

dasar tersebut dalam menyelenggarakan/ mengelola Puskesmas. 1. Visi Setiap Puskesmas harus memiliki visi, yaitu gambaran masa depan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan diwilayah tersebut. Dalam menyusun visi Puskesmas, harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan yaitu: Terwujudnya Kecamatan Sehat, serta mempertimbangkan : Visi Departemen Kesehatan, yaitu: Memandirikan masyarakat untuk hidup sehat Visi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana Puskesmas itu berada. Apabila Puskesmas belum memiliki visi, kepala Puskesmas memfasilitasi penyusunan visi dengan melibatkan orang-orang kunci atau para penanggung jawab program di Puskesmas. Mungkin diperlukan beberapa kali pertemuan untuk penyusunan visi sampai ada kesepakatan. Setelah dirumuskan visi yang disepakati, kemudian mensosialisasikan visi tersebut kepada seluruh jajaran SDM Puskesmas, agar dipahami, dihayati dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugasnya. Visi suatu Puskesmas menggambarkan tentang kondisi yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu, misalnya 5 tahun atau 10 tahun.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 71

Apabila Puskesmas sudah memiliki visi, perlu dikaji kembali, apakah visi tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini, dengan visi Departemen Kesehatan dan visi dinas Kesehatan kabupaten/kota. Beberapa contoh visi Puskesmas: Terwujudnya masyarakat mandiri dan peduli kesehatan. Kesehatan bagi semua, setiap saat, dimana saja, kapan saja dan oleh semua orang Tiada hari tanpa pelayanan prima dan paripurna. dan lain-lain.

Panduan menyusun/merumuskan visi Gambarkan keadaan kesehatan masyarakat yang diinginkan diwilayah kerja Puskesmas anda pada 5 atau 10 tahun mendatang. Keadaan tersebut secara kuantitatif dan kualitatif harus berbeda dengan keadaan sekarang. Rumusan visi harus menarik dan dapat menantang serta memberikan semangat untuk mencapainya. Tulisan ringkas dan mudah dimengerti. Menarik bagi setiap orang didalam organisasi

Tabel 13. Panduan Menyusun Visi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 72

2. Misi Puskesmas perlu menjabarkan misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas kedalam misi Puskesmas. Contoh misi Puskesmas: a) Menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat diwilayah kerja Puskesmas. b) Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan dan pembinaan UKBM yang sesuai dengan situasi kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. c) Melakukan upaya penggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas,serta pemantauan dampak pembangunan tersebut terhadap kesehatan masyarakat. d) dan lain-lain.
Panduan menyusun/merumuskan misi Rumusan misi harus dapat memberi arah dan fokus untuk perencanaan organisasi Rumusan misi harus berlaku untuk jangka waktu yang lama. Rumusan misi harus ringkas dan terbatas pada beberapa paragraf . Rumusan misi menggambarkan tentang produk organisasi, pelayanan yang diberikan, teknologi/metodologi yang digunakan dan manfaat untuk masyarakat.

Tabel 14. Panduan Menyusun Misi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 73

Penugasan 1. Menyusun visi dan misi Puskesmas Sampai disini fasilitator memberikan penugasan 1, yaitu: Peserta dibagi dalam kelompok sesuai dengan tim Puskesmas. Didalam kelompok setiap individu menyusun visi dan misi Puskesmas. Hasil individu dibahas sehingga menjadi hasil kelompok. Tuliskan hasil kelompok pada kertas manila berwarna, kemudian ditempel didinding agar dapat dibaca oleh semua orang. Mintalah perwakilan kelompok untuk membacakan hasilnya. Peserta lain diberi kesempatan menanggapi. Pada akhir tanggapan, fasilitator menyampaikan kesimpulan.

3. Penerapan Fungsi Puskesmas Setelah menetapkan/memiliki visi dan misi, langkah selanjutnya adalah bagaimana menerapkan ketiga fungsi Puskesmas dalam pengelolaan/penyelenggaraan Puskesmas. Kepala Puskesmas sebagai manajer harus memahami ketiga fungsi Puskesmas serta penerapannya dan mampu memfasilitasi staf Puskesmas dalam menerapkan fungsi tersebut. a) Penerapan fungsi sebagai Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Dalam menerapkan fungsi sebagai Pusat Penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan diwilayah kerjanya, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan adalah: Puskesmas harus memulai dengan melakukan sosialisasi tentang pemahaman Pembangunan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 74

Berwawasan Kesehatan, agar setiap SDM Puskesmas memiliki kesamaan persepsi, termasuk apa yang menjadi peran Puskesmas. Melakukan sosialisasi kepada aparat pemerintah serta lintas sektor diwilayah kerja Puskesmas. Mengiventarisasi pembangunan yang akan dilaksanakan diwilayahnya, berkoordinasi dengan aparat pemerintah kecamatan dan atau desa/kelurahan. Mengidentifikasi upaya/kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang harus dilakukan sebagai antisipasi terhadap dampak pembangunan tersebut terhadap kesehatan. Melakukan pemantauan terhadap dampak kesehatan dari penyelenggaraan pembangunan tersebut, serta membuat laporan hasil pemantauan.

Penugasan 2. Memantapkan pemahaman Pembangunan Berwawasan Kesehatan Fasilitator memberi penugasan,yaitu: Mengidentifikasi jenis pembangunan di wilayah kerja Puskesmas Memprediksi dampak pembangunan terhadap kesehatan Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilakukan. Menuliskan hasil kelompok pada kertas flipchart dan menempelnya pada dinding.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 75

b) Penerapan fungsi sebagai pusat pemberdayaan masyarakat Sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat, Puskesmas mewujudkannya dengan membentuk, membina dan mengembangkan berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang pada prinsipnya adalah bentuk upaya kesehatan yang melibatkan peran aktif masyarakat, dikelola oleh masyarakat atau dengan kata lain dari, oleh dan untuk masyarakat. Berbeda dengan waktu yang lalu, pada era desentralisasi ini, UKBM yang dikembangkan disuatu wilayah Puskesmas akan tidak sama, tergantung dari situasi kondisi serta kebutuhan dan potensi masyarakat setempat. Upaya kesehatan berbasis masyarakat ( UKBM ) sangat tergantung pada partisipasi dan keterlibatan masyarakat (community engagement) serta upaya terpadu antara masyarakat dengan elemen-elemen dalam pemerintahan. Dalam pembentukan Desa Siaga, masyarakat difasilitasi agar mampu melakukan analisa masyarakatnya, potensi-potensi yang ada, dan langkah-langkah penyelesaian masalah. Secara lebih jelas, penerapan fungsi sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat akan dibahas pada bab tentang Azas Pemberdayaan Masyarakat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 76

c) Penerapan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama Pada umumnya Puskesmas telah menerapkan fungsi sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama, baik pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat pribadi (private goods) maupun pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat publik (public goods). Namun sejalan dengan perkembangan IPTEK dibidang kesehatan/kedokteran, informasi dan komunikasi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, Puskesmas perlu melakukan : 1) Mengidentifikasi pangsa pasar atau masyarakat yang menjadi pelanggan Puskesmas 2) Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat tersebut akan pelayanan yang perlu disediakan di Puskesmas 3) Apabila pelayanan yang dibutuhkan masyarakat ternyata masih diluar kemampuan Puskesmas untuk menyelenggarakannya, Puskesmas harus membahas dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan BPP (apabila sudah terbentuk). Karena pelayanan tersebut merupakan upaya kesehatan pengembangan yang menjadi kebutuhan masyarakat. 4) Tentukan prioritas pelayanan yang akan dikembangkan. Kemungkinan pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat berdasarkan hasil identifikasi tidak dapat sekaligus dipenuhi. Untuk pelayanan yang menjadi prioritas untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 77

dikembangkan, perlu dipersiapkan tenaga, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 4. Upaya dan Azas Penyelenggaraan a. Upaya kesehatan yang diselenggarakan Upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas telah ditetapkan dalam upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan, sebagai berikut:

Upaya Kesehatan Wajib : 1. Upaya Promosi Kesehatan 2. Upaya Kesehatan Lingkungan 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyaklit menular 6. Upaya Pengobatan

Upaya kesehatan Pengembangan a.l. 1. Upaya Kesehatan Sekolah 2. Upaya Kesehatan Olah raga 3. Upaya Kesehatan masyarakat 4. Upaya Kesehatan Kerja 5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6. Upaya Kesehatan Jiwa 7. Upaya Kesehatan Mata 8. Upaya Kesehatan Usia lanjut 9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 78

Sebagaimana telah ditetapkan, upaya kesehatan wajib harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada diwilayah Indonesia. Sedangkan Upaya Kesehatan Pengembangan tidak akan sama disetiap Puskesmas, karena ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dan atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan harus dikelola secara optimal, mulai dari perencanaan, penggerakkan pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasinya. Untuk itu secara terinci akan dibahas pada modul inti manajemen Puskesmas (Modul Perencanaan, Lokakarya Mini dan Evaluasi Kinerja Puskesmas). b. Azas penyelenggaraan Pada hakekatnya, azas penyelenggaraan adalah menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas. 1) Azas Pertanggungjawaban Wilayah Dalam menerapkan azas pertanggungjawaban wilayah, ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Pertanggungjawaban atas wilayah kerja Puskesmas, jadi sebagai tanggungjawab institusi, bahwa Puskesmas bertanggungjawab dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. Karena itu setiap penyelenggaraan upaya kesehatan dan kegiatannya, harus berorientasi pada
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 79

pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan serta mengantisipasi permasalahan kesehatan yang dihadapi. Pada umumnya Puskesmas merealisasikan azas pertanggungjawaban wilayah melalui penyelenggaraan upaya kesehatan melalui puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa dan lainlain kegiatan luar gedung. Namun penting bagi Puskesmas untuk mengetahui apakah azas pertanggungjawaban wilayah telah dilaksanakan secara optimal. Untuk itu Puskesmas perlu: Mengidentifikasi apakah upaya kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas? Mengidentifikasi apa saja permasalahan kesehatan yang ada diwilayah kerja Puskesmas, dan apakah upaya yang dilakukan sudah mengantisipasi permasalahan tersebut? Mengidentifikasi upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh institusi pelayanan kesehatan lain yang ada diwilayah kerja Puskesmas, sehingga dapat dilakukan upaya koordinasi dalam rangka mengoptimalkan azas pertanggungjawaban wilayah.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 80

b) Pertanggungjawaban setiap satuan wilayah kerja atau setiap kegiatan, yaitu pemberian tanggungjawab kepada setiap pelaksana /petugas Puskesmas terhadap satu satuan wilayah kerja seperti desa/kelurahan, atau suatu kegiatan tertentu sesuai dengan kemampuan. Hal ini akan membantu mempermudah Puskesmas dalam menerapkan azas pertanggungjawaban wilayah, serta dalam melakukan pemantauan penyelenggaraan upaya kesehatan diseluruh wilayah kerja Puskesmas. Untuk itu perlu dilakukan: Mengidentifikasi satuan wilayah kerja yang ada. Mengidentifikasi seluruh kegiatan/program kerja Menginventarisasi seluruh tenaga pelaksana/petugas serta kemampuan yang dimiliki. Membagi habis seluruh program kerja dan satuan wilayah kerja kepada seluruh petugas/tenaga pelaksana. Pertanggungjawaban satuan wilayah kerja dan program kerja, dapat digambarkan sebagai berikut:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 81

Desa/ kelura han Petugas A Program kerja ............. ...... ............. ..... xxxxxxx

Petugas dan Program kerja/kegiatan

Petugas B Progra m kerja ............ ....... ............ ...

Petugas C Progra m kerja ............ ....... ............ ....

Petugas D Progra m kerja ............ ....... ............ ....

Petugas E Progra m kerja ............ ....... ............ ....

Petugas F Progra m kerja ............ ....... ............ ....

Desa/ Kel A Desa/ Kel B Desa/ Kel C Desa/ Kel D Desa/ Kel E Desa/ Kel F

xxxxxx x xxxxxx x xxxxxx x xxxxxx x xxxxxx x Tabel 15. Pertanggungjawaban Satuan Wilayah Kerja dan Progam Kerja Petugas Puskesmas Format tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 82

Keterangan: Kolom Desa/Kelurahan: diisi dengan seluruh nama desa/kelurahan yang ada diwilayah kerja Puskesmas. Kolom Petugas dan Program Kerja: diisi dengan nama dan jenis petugas pelaksana/penanggungjawab program yang ada di Puskesmas serta program kerja/kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya. Tanda xxxxxxxx: menunjukkan bahwa petugas yang bersangkutan sebagai penanggungjawab satuan wilayah kerja (desa/kelurahan), serta juga tetap bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan program/kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya untuk desa/ kelurahan lainnya. Matriks tersebut merupakan contoh dikembangkan lagi oleh Puskesmas. yang bisa

2) Azas Pemberdayaan Masyarakat Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa penerapan azas pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan Puskesmas dilakukan melalui pembentukan dan pembinaan UKBM. Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) sangat tergantung pada partisipasi dan keterlibatan masyarakat (community engagement), serta upaya terpadu antara masyarakat dengan elemen-elemen dalam pemerintahan. Dalam pembentukan desa siaga, masyarakat difasilitasi agar mampu melakukan analisa masyarakatnya, potensiKurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 83

potensi yang ada, dan langka-langkah penyelesaian masalah. Demikian halnya dalam menentukan bentuk/jenis UKBM yang diperlukan, mulai dengan melibatkan masyarakat mengenal dan menganalisis permasalahan, potensi yang dimiliki serta alternatif penanggulangan masalah. Istilah Community Engagement diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai keterlibatan masyarakat secara penuh. Community Engagement didefinisikan sebagai sebuah proses dimana anggota-anggota masyarakat, dengan kekuatan dan sumber daya/dana yang dimiliki, terlibat secara penuh dan bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan atau memperbaiki derajat kesehatan meraka. Proses yang terlibat dapat meliputi: pembuatan rencana aksi, pelaksanaan, surveilans, evaluasi dan monitoring). Dalam Community Engagement, terkandung unsur partisipasi aktif, komitmen dan kesabaran serta kerja sama membuat perubahan atau perbaikan. Jadi community engagement lebih dari sekedar mobilisasi masyarakat (misalnya kerja sama bersih lingkungan memperingati hari Kemerdekaan 17 Agustus). Modal penting dalam community engagement adalah rasa ikut memiliki dan perasaan sebagai komunitas yang berdaya, bertanggung jawab dan mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan di lingkungannya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 84

KENAPA PERLU COMMUNITY ENGAGEMENT? Riset dalam dua dekade belakangan ini menunjukkan fakta bahwa perilaku sosial dan faktor-faktor non-kesehatan besar perannya dalam derajat kesehatan individu maupun kelompok masyarakat. Misalnya: gaya hidup minum minuman beralkohol, merokok, diet yang tidak sehat berperanan dalam penyakit darah tinggi dan stroke. Atau perilaku yang tidak higienis lebih memungkinkan seseorang menderita diare. Riset juga menunjukkan bahwa masyarakat dapat memperbaiki atau meningkatkan derajat kesehatannya (misalnya menurunkan angka kematian, meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan angka kejadian DBD, diare atau mengurangi risiko diabetes) bila setiap individu anggota masyarakat secara aktif bekerja sama melakukan perubahan perilaku menjadi lebih sehat. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS dan KEMITRAAN Telah disebutkan bahwa kemitraan antara masyarakat, elemen pemerintah dan swasta akan sangat menentukan keberhasilan pembentukan desa siaga. Stakeholders adalah individu atau institusi yang baik secara langsung atau tidak langsung, secara positif atau negative terkait dengan suatu permasalahan (mis. sebagai penyebab masalah atau korban dari suatu masalah). Untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 85

mengidentifikasi siapa saja aktor yang terlibat, tidaklah mudah tapi proses identifikasi ini diperlukan sebelum menentukan langkah strategis penanganan permasalahan kesehatan yang ada. Dengan diagram (3 lingkaran) di bawah ini, identifikasilah siapa saja stakeholders yang terlibat dalam proyek/permasalahan kesehatan yang ada. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai panduan melakukan identifikasi stakeholders yang relevan: - Siapakah yang bertanggung jawab atau menyebabkan suatu masalah kesehatan? - Siapa saja dalam masyarakat yang secara langsung terpengaruh oleh masalah kesehatan tersebut? - Siapakah, yang berada didekat/diluar masyarakat yang secara langsung terpengaruh oleh masalah kesehatan tersebut? - Siapa yang mungkin terpengaruh, baik secara negatif/positif oleh masalah kesehatan yang ada? - Siapa yang cukup peduli dengan masalah kesehatan yang ada yang mungkin akan dapat membantu atau berpartisipasi dalam mengatasinya? - Siapakah mereka yang voiceless (yang termarginalisasi) yang perlu khususnya diperhatikan dalam masalah kesehatan ini?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 86

- Siapa sajakah mereka yang dapat menjadi perwakilan/representative dari mereka yang terpengaruh oleh masalah kesehatan yang dihadapi? - Siapakah yang mungkin mengalami masalah serupa di masyarakat yang lainnya? - Siapakah yang mungkin berkepentingan/akan tertarik dengan permasalahan kesehatan yang ada? - Siapakah yang bertanggung jawab dalam monitoring/pengawasan dan regulasi masalah kesehatan yang bersangkutan? - Siapakah yang memiliki kekuasaan atau otoritas untuk mengabulkan permintaan anda? Atau menuruti/mengabulkan apa yang anda minta? - Siapakah yang memiliki kekuasaan atau wewenang lebih terhadap orang yang dapat mengabulkan permintaan anda? (mis. Siapa bosnya? Atau siapakah kekuasaan yang lebih tinggi lagi?) - Siapakah opponent anda (atau) mereka yang berpotensi menentang anda? - Siapakah yang paling berkepentingan untuk mempertahankan status quo? - Siapakah yang berpotensi dalam memobilisasi atau menghambat rencana yang akan dilakukan? - Siapakah yang dapat memberikan sumbangan secara financial/ teknis?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 87

- Perilaku siapakah yang perlu diubah untuk menjamin keberhasilan pengatasan masalah kesehatan? Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan di atas untuk menyelesaikan tiga diagram tiga lingkaran bertumpuk ini

Yang mungkin tertarik

Tidak langsung terlibat/ terpengaruh

Langsung terpengaruh

Gambar 1. Lingkaran Identifikasi Stakeholders dan Kemitraan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 88

Dalam merealisasikan/menerapkan azas pemberdayaan masyarakat, perlu dipahami tentang Prinsip, Strategi dan Pokok-pokok Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, sebagai berikut: Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat a. Menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat Di dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebaiknya secara bertahap sedapat mungkin menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut. b. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat didalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti memanfaatkan puskesmas, pustu, polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya c. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 89

Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditunjukkan dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adanya semangat gotong royong ini dapat diukur dengan melihat apakah masyarakat bersedia bekerjasama dalam peningkatan sanitasi lingkungan, penggalakan gerakan 3 M (MengurasMenutup-Menimbun) dalam upaya pemberantasan penyakit demam berdarah, dan lain sebagainya. d. Bekerja bersama masyarakat Setiap pembangunan kesehatan hendaknya pemerintah/ petugas kesehatan menggunakan prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat. e. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada dimasyarakat. Prinsip lain dari pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah pemerintah/tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerja sama dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian upaya pemeliharaan dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 90

peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). f. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat termasuk di bidang kesehatan apabila ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk itu pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya diserahkan kepada masyarakat, pemerintah/tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator. Sehingga masyarakat merasa lebih memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya, karena pada hakekatnya mereka adalah subyek dan bukan obyek pembangunan.

Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, bukan kegiatan yang segala sesuatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 91

Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat, dapat berupa : a. Tokoh-tokoh masyarakat Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal (Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh non formal (Tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan. b. Organisasi kemasyarakatan Organisasi yang ada di masyarakat seperti LLPKK, Lembaga Persatuan Pemuda (LPP), Pengajian, dan lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para angggota dari masing-masing organisasi tersebut, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintah / tenaga kesehatan memanfaatkannya dalam upaya pembangunan kesehatan. c. Dana masyarakat Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada golongan masyarakat yang tidak ekonominya pra-sejahtera,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 92

penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung-jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi yang bersifat subsidi silang. d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat. e. Pengetahuan masyarakat Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisional (asli Indonesia), pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misal penyaluran air menggunakan bambu dll. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan upaya pembangunan kesehatan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 93

f.Teknologi yang dimiliki masyarakat Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat guna. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan tekonologi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya. g. Pengambilan keputusan Apabila tahapan penemuan masalah dan perencanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat, maka pengambilan keputusan terhadap upaya pemecahan masalahnya akan lebih baik apabila dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan pemecahan masalah kesehatan tersebut akan berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan masyarakat tentang

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 94

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah 3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan 4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat 5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka (transparan). POKOK - POKOK MASYARAKAT KEGIATAN PEMBERDAYAAN

Untuk kegiatan di tingkat desa, pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). Pendekatan ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat berupa sosialisasi tentang pentingnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Penemuan masalah kesehatan Penemuan masalah kesehatan dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui suatu survei yang disebut dengan survei mawas diri (SMD) yang dilakukan oleh kader penggerak pembangunan kesehatan (kader

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 95

kesehatan). Kader kesehatan ini dipilih dari dan oleh masyarakat. 1. Penyamaan persepsi tentang permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan masalah. Tahapan penyamaan persepsi dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan masalah kesehatan yang telah diketemukan dilakukan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh semua tokoh masyarakat dan kader kesehatan. Dengan demikian diharapkan ada kesepakatan tentang bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah kesehatan yang telah ditemukan. 2. Pelaksanaan rencana kegiatan Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan bersama dilakukan semaksimal mungkin oleh masyarakat setempat dengan menggunakan sumber daya yang ada di masyarakat, sedangkan bantuan dari pihak luar hanya bersifat rangsangan ataupun pelengkap. 3. Pembinaan dan pengembangan Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat desa selain dilakukan oleh tingkat kecamatan/ puskesmas, hendaknya dapat pula dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Kepala desa, Kepala dusun, Ketua RW/RT, Ketua LLPKK, Tokoh agama, dan lain sebagainya. Dengan adanya kegiatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 96

pembinaan dan pengembangan ini diharapkan masyarakat tetap memiliki semangat untuk melakukan pembangunan kesehatan di lingkungannya. 4. Langkah-langkah pengembangan : Kegiatan pembinaan dan

Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan, berkesinambungan dan saling terkait. Paket kegiatan dalam pembinaan peran serta masyarakat dalam mewujudkan Poskesdes dan desa siaga meliputi : a. b. c. d. Pertemuan Tingkat Desa (PTD) Survei Mawas Diri (SMD) Musyawaran Masyarakat Desa )MMD) Latihan Kader

Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan pendekatan edukatif dan karenanya menjadi kegiatan lanjutan serta bagian yang tak terpisahkan dengan kegiatan sebelumnya di tingkat kecamatan. A. Pertemuan Tingkat Desa (PTD) Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan di tingkat desa. 1. Tujuan kegiatan ini adalah : a. Dikenalnya konsep desa siaga sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 97

b. Dikenalnya Poskesdes sebagai wadah koordinasi UKBM yang merupakan kriteria desa siaga c. Diperolehnya dukungan pamong dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan desa siaga d. Disadari pentingnya survei mawas diri e. Tersusunnya kelompok kerja Survei mawas diri dan jadwal survei 2. Tempat pertemuan sebaiknya dipilih di desa, medayagunakan balai desa atau tempat pertemuan lainnya di desa. 3. Peserta pertemuan terdiri dari atas a. Peserta tingkat kecamatan Camat atau stafnya (Kesra dan Seksi seksi pemerintahan dan pembangunan Kecamatan) Dokter pimpinan beserta staf puskesmas Pimpinan Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana (Disduk Capil KB), Depag, Deptan dan lintas sektor lain di Kecamatan b. Peserta tingkat desa Kepala Desa dan pamong desa lainnya Bidan di desa Kader desa siaga Pimpinan LSM

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 98

Pemuka masyarakat : LLPKK, Pramuka,Lembaga Persatuan Pemuda (LPP), Guru dan Pemuka agama setempat

4. Waktu untuk pertemuan hendaknya disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi desa yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang hadir serta cukup memberikan kesempatan untuk tercapainya tujuan pertemuan di atas 5. Pelaksanaan pertemuan hendaknya diatur sebagai berikut : a. Berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan tingkat kecamatan, Kepala Desa mengundang para peserta pertemuan tingkat desa b. Pertemuan dibuka oleh kepala desa dengan memperkenal kan para hadirin dan menjelaskan maksud pertemuan serta acara pertemuan c. Kepala desa mempersilahkan Camat atau wakilnya untuk memberikan sambutan atau arahan pertemuan d. Kemudian bidan di desa sebagai pembicara berikutnya menjelaskan tentang masalah kesehatan dan perlunya Desa Siaga yang meliputi latar belakang, tujuan dan cara pelaksanaan serta pentingnya dukungan masyarakat dalam program tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 99

e. Selanjutnya di diskusikan bersama tentang langkah kegiatan khususnya tentang survei mawas diri, waktu pelaksanaan survei dan kelompok yang akan melakukan survei, serta ditentukannya waktu untuk mengadakan musyawarah masyarakat desa. B. Survei Mawas Diri ( SMD ) 1. SMD adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat di bawah bimbingan petugas kesehatan di desa / bidan di desa 2. Tujuan SMD a. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, mengkaji masalah kesehatan yang ada di desa dalam rangka menyiapkan desa siaga. b. Timbulnya minat dan kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan dan pentingnya desa siaga. 3. SMD dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu yang dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. 4. SMD dilaksanakan oleh sekelompok warga masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah-masalah kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari Kepala Keluarga (KK) yang bermukim dilokasi terpilih tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 100

5. Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan desa 6. Cara pelaksanaan Survei Mawas Diri a. Bidan di desa dan kelompok yang ditugaskan untuk melaksanakan Survei Mawas Diri meliputi : Penentuan sasaran, baik jumlah KK ataupun lokasinya Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam mengenal masalah kesehatan Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, Misalnya apakah akan mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan kelompok sasaran. Pembuatan instrumen / alat untuk memperoleh informasi kesehatan. Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuisioner), yang akan dipergunakan dalam wawancara atau membuat daftar hal -hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan. b. Kelompok pelaksanaan Survei Mawas Diri dengan bimbingan bidan di Desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang direncanakan pada butir a
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 101

C.

c. Kelompok pelaksanaan Survei Mawas Diri dengan bimbingan bidan di Desa mengolah informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di wilayahnya. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1. MMD adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil survei mawas diri 2. Tujuan Musyawarah Masyarakat Desa : a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui pelaksanaan Desa Siaga dan Poskesdes c. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan, melaksanakan Desa Siaga dan Poskesdes 3. MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas Puskesmas, dan sektor terkait di tingkat kecamatan (Seksi-seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, Pertanian, Agama, dan lain lain) 5. MMD dilaksanakan di Balai Desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 102

6. MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan 7. Cara pelaksanaan : a. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala desa b. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain lain dipimpin oleh petugas puskesmas c. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah (butir b) dan hasil SMD (butir c) dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas kesehatan di desa / bidan di desa e. Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala desa f. Penutup
Penugasan 3.Mengidentifikasi program pemberdayaan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok Puskesmas,dengan penugasan: Menginventarisasi program pemberdayaan apa yang sudah dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas. Memprediksi permasalahan kesehatan di masyarakat. Mengidentifikasi permasalahan apa yang belum tertangani dengan porgram pemberdayaan saat ini? Mengidentifikasi/memprediksi program pemberdayaan apa lagi yang harus dilakukan (dengan melibatkan masyarakat sejak awal).

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 103

3) Azas keterpaduan Dalam menerapkan azas keterpaduan dalam penyelenggaraan Puskesmas, hal mendasar yang perlu dipahami adalah, keterpaduan merupakan upaya memadukan penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas, baik wajib maupun perorangan dalam rangka mengantisipasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki serta untuk mencapai hasil yang optimal. Karena itu,sebaiknya keterpaduan sudah dimulai sejak dari tahap perencanaan,serta perlu komitmen dari semua pihak yang menjadi pemilik atau penanggungjawab program, keterbukaan/ transparansi, serta kejelasan peran dan tanggungjawab masing-masing. Beberapa hal yang harus dilakukan Puskesmas: Keterpaduan Lintas Program: o Mengidentifikasi program/kegiatan yang mempunyai sasaran yang sama. o Memilah bentuk/jenis program yang bisa dipadukan penyelenggaraannya. o Mengidentifikasi potensi yang ada untuk masing-masing progam, seperti; tenaga/ SDM, sarana dan fasilitas, dana yang dimiliki dll. o Mengidentifikasi peran dan tanggungjawab setiap orang yang terlibat dalam keterpaduan tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 104

o Menuangkan program keterpaduan dalam suatu rencana kegiatan, digabungkan dengan /menjadi bagian dari perencanaan Puskesmas o Membahas rencana kegiatan tersebut agar dipahami semua orang yang terlibat serta untuk mendapatkan komitmen dalam pelaksanaannya. Keterpaduan Lintas Sektor o Mengidentifikasi program/kegiatan yang memerlukan koordinasi dan keterlibatan sektor lain dalam penyelenggaraannya,yaitu yang mempunyai sasaran program/kegiatan yang sama. o Mengadakan pertemuan dengan lintas sektor tersebut untuk membahas tentang bentuk/jenis program terpadu lintas sektor,potensi masing-masing sektor,serta peran dan tanggungjawab masing-masing. o Menuangkan program keterpaduan dalam suatu rencana kegiatan ,digabungkan dengan /menjadi bagian dari perencanaan Puskesmas o Membahas rencana kegiatan tersebut agar dipahami semua orang yang terlibat serta untuk mendapatkan komitmen dalam pelaksanaannya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 105

Secara operasional rencana keterpaduan program/kegiatan dapat dibahas pada waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Puskesmas Bulanan Pertama untuk keterpaduan lintas program dan Lokakarya Mini Tribulanan Pertama untuk keterpaduan lintas sektor. 4) Azas Rujukan Sebenarnya sudah jelas bagi Puskesmas tentang azas rujukan, baik rujukan Upaya Kesehatan Perorangan maupun Upaya Kesehatan Masyarakat. Yang kemudian menjadi penting adalah, apakah Puskesmas memiliki mekanisme atau prosedur rujukan secara tertulis yang diketahui dan dipahami oleh setiap petugas Puskesmas. Seringkali rujukan hanya diartikan sebagai kegiatan pengiriman kasus/pasien yang tidak dapat ditangani di Puskesmas,atau bentuk permintaan bantuan ke Dinas Kesehatan mengenai fasilitas, sarana pelayanan, tenaga dan lain-lain. Beberapa prosedur rujukan yang perlu dimiliki Puskesmas antara lain: Prosedur rujukan internal Puskesmas. Prosedur rujukan kasus/pasien ke Pusat Pelayanan Kesehatan Perorangan Strata yang lebih tinggi (Rumah sakit dll). Prosedur tindak lanjut rujukan pasien pasca perawatan dari fasilitas pelayanan rujukan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 106

Prosedur rujukan tersebut disusun oleh suatu tim yang dipilih oleh pimpinan Puskesmas, dan disahkan untuk diberlakukan serta dipatuhi oleh semua petugas yang terkait. 5. Penerapan Manajemen Puskesmas Pada prinsipnya, manajemen Puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan yang sistematis, saling terkait dan berkesinambungan, efektif serta efisien, dalam rangka terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas, agar menghasilkan luaran Puskesmas secara optimal. Penerapan manajemen Puskesmas secara operasional dilaksanakan melalui kegiatan: Perencanaan tahunan Puskesmas Lokakarya Mini Puskesmas bulanan dan tribulanan Evaluasi kinerja Puskesmas Ketiga fungsi manajemen tersebut akan dibahas dalam modul Perencanan Puskesmas, Lokakarya Mini Puskesmas dan Evaluasi Kinerja Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 107

MODUL 2 KEBIJAKAN DASAR PROGRAM LKB dan PPIA (LAYANAN KOMPREHENSIF HIV-AIDS BERKESINAMBUNGAN)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya puskesmas perlu mengetahui program kesehatan yang menjadi prioritas nasional dan global, salah satunya adalah pencegahan dan pengendalian penyakit menular seperti HIV-AIDS dan TB, dalam pelaksanaan program tersebut puskesmas mengacu kepada kebijakan nasional di tingkat pusat dengan tetap memperhatikan kondisi wilayah kerja serta sumber daya yang dimiliki. HIVAIDS saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun 2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Agar puskesmas mampu melaksanakan program pencegahan dan pengendalian HIVAIDS di wilayah kerjanya maka puskesmas dibekali pengetahuan mengenai konsep pengendalian penyakit HIVAIDS melalui Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB). Layanan tersebut menggunakan pendekatan sistematis dan komprehensif, serta dengan perhatian khusus pada kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit dijangkau. Salah satu kelompok populasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah ibu hamil. Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 108

kematian ibu dan anak. Agar transmisi penularan HIV dari ibu ke anak dapat dicegah maka diperlukan pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan KIA. Hingga saat ini masih banyak penderita HIV AIDS dan IMS yang tidak terdeteksi secara dini oleh puskesmas. Tren penularan HIV di Indonesia saat ini tidak hanya melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama saja, namun juga penularan HIV dari Ibu ke Anak juga mengalami angka peningkatan yang cukup signifikan. Di mana ibu rumah tangga masuk ke dalam populasi umum dan tidak menyadari bahwa dirinya sudah tertular HIV. Di sini pula peran puskesmas sebagai ujung tombak layanan kesehatan mampu melakukan deteksi dan pencegahan secara dini melalui promosi kesehatan terhadap penularan HIV serta mampu melakukan pengobatan bagi puskesmas yang sudah mampu atau melakukan perujukan ODHA (orang dengan HIV AIDS) ke layanan yang lebih lengkap. Berdasarkan Asian Model Epidemic (AEM), tren kasus baru HIV di Indonesia dalam regional ASEAN mengalami peningkatan dibandingkan negara lainnya yang mengalami penurunan kasus baru HIVnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu memahami Kebijakan Dasar Program LKB (layanan komprehensif HIV-AIDS berkesinambungan) dan penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 109

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat: 1. Menjelaskan Konsep Dasar LKB 2. Menjelaskan Konsep Pelayanan Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta kaitannya dengan jejaring masyarakat 3. Menjelaskan Konsep Dasar PPIA

III. POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
1. Kebijakan dan Konsep dasar LKB: 1.1 Epidemiologi HIV-AIDS 1.2 Kebijakan nasional dan daerah dalam upaya pengendalian HIV-AIDS (kebijakan, strategi dan sasaran) 1.3 6 pilar utama LKB 2. Konsep Pelayanan Komprehensif HIV-AIDS dan IMS : 2.1 Paket minimal layanan komprehensif HIV-AIDS dan IMS 2.2 Koordinasi di tiap tingkat 2.3 Jejaring kerja dan partisipasi masyarakat (populasi kunci) 3. Konsep Dasar PPIA 3.1 Analisa situasi ibu hamil HIV 3.2 Kebijakan program PPIA (strategi, target, sasaran)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 110

3.3 Kegiatan PPIA secara komprehensif 3.4 Integrasi PPIA dalam pelayanan KIA, KB dan konseling remaja 3.5 Indikator PPIA

IV. BAHAN BELAJAR 1. 2. 3. Modul Kebijakan Diklat Bahan tayang Peraturan

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini. Sebelum mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan sudah membaca modul LKB termasuk PPIA terlebih dahulu. Langkah 1: Pengkondisian (10 menit) Untuk memperlancar proses pembelajaran, disusunlah langkah-langkah sebagai berikut :

1. Kegiatan Fasilitator
a. Memperkenalkan diri b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang

lingkup bahasan c. Menggali pendapat pembelajar tentang Kebijakan Dasar Program LKB (layanan komprehensif HIVAIDS berkesinambungan) dan penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 111

d. Menggali pendapat pembelajar tentang Kebijakan

Dasar Program PPIA dan penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan b. Mengemukakan fasilitator pendapat atas pertanyaan

c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

Langkah 2. Penyampaian Materi ( 200 menit) Pokok Bahasan 1 (40 menit) Pokok Bahasan 2 (90 menit) Pokok Bahasan 3 (70 menit)
1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1, 2, dan 3

tentang Konsep Dasar LKB, Konsep Pelayanan Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta Kaitannya Dengan Jejaring Masyarakat dan Konsep Dasar PPIA.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk

menanyakan hal-hal yang kurang jelas


c. Memberikan

jawaban diajukan peserta

atas

pertanyaan

yang

2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal

yang dianggap penting

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 112

b. Mengajukan

pertanyaan kesempatan yang diberikan jawaban diajukan fasilitator atas

sesuai

dengan yang

c. Memberikan

pertanyaan

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (15 menit)

1. Fasilitator
a. Menyampaikan

kesimpulan akhir tentang Konsep Dasar LKB, Konsep Pelayanan Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta Kaitannya Dengan Jejaring Masyarakat dan Konsep Dasar PPIA
menanyakan hal-hal yang kurang jelas

b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk c. Memberikan

jawaban diajukan peserta

atas

pertanyaan

yang

2. Kegiatan Peserta

a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting. b. Mengajukan pertanyaan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban diajukan fasilitator. atas sesuai dengan yang

pertanyaan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 113

VI. URAIAN MATERI A. KEBIJAKAN DAN KONSEP DASAR LKB 1. Epidemiologi HIV-AIDS
Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun 2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 (73,9%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukannya adanya kasus HIV adalah Provinsi Bali (1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan data terbaru, kejadian penularan infeksi HIV di Indonesia terbanyak melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom. Diikuti oleh penggunaan alat suntik yang tercemar darah yang mengandung HIV (karena penggunaan alat suntik secara bersama di antara para pengguna Napza suntikan), dan ditularkan dari ibu pengidap HIV kepada anaknya, baik selama kehamilan, persalinan atau selama menyusui. Cara penularan lain adalah melalui transfusi darah yang tercemar, alat tusuk dan peralatan lainnya (tato, dan lain-lain) dan adanya infeksi menular seksual seperti sifilis.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 114

2. Kebijakan Nasional dan Daerah dalam Pengendalian HIV-AIDS 2.1 Kebijakan


Mengingat latar belakang di atas maka disepakati perlunya mengembangkan suatu kerangka kerja standar bagi tingkat kabupaten/kota. Kerangka kerja ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi para pengelola program, pelaksana layanan dan semua mitra terkait dalam penerapan layanan pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV & IMS yang berkesinambungan di kabupaten/kota. Layanan HIV & IMS tersebut menggunakan pendekatan sistematis dan komprehensif, serta dengan perhatian khusus pada kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit dijangkau. Kebijakan kegiatan pengendalian yang dilaksanakan adalah dengan: 1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas. 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS. 3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengendalian HIV-AIDS dan IMS. 4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah kesehatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 115

5. Mengutamakan program berbasis masyarakat. 6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama. 7. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya. 8. Mengutamakan promotif dan preventif. 9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDGs, komitmen nasional dan internasional Kerangka Kerja tersebut merupakan panduan standar untuk merencanakan layanan secara efisien dan konsisten serta menyelaraskan penyelenggaraan layanan secara lokal maupun nasional. Kerangka kerja dikembangkan melalui proses konsultasi yang melibatkan para pemangku kepentingan secara luas dibawah koordinasi Kementerian Kesehatan RI, dengan dukungan WHO, yang dilandasi oleh prinsip dasar: 1. hak azasi manusia, 2. kesetaraan akses layanan, 3. penyelenggaraan layanan HIV & IMS yang berkualitas, 4. mengutamakan kebutuhan ODHA dan keluarganya, 5. memperhatikan kebutuhan kelompok populasi kunci dan populasi rentan lainnya, 6. keterlibatan ODHA dan keluarganya, 7. penerapan perawatan kronik, 8. layanan terapi antiretroviral dengan pendekatan kesehatan masyarakat,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 116

9. mengurangi hambatan dalam mengakses layanan (termasuk hambatan finansial seperti misalnya layanan cuma-cuma bila memungkinkan); 10. menciptakan lingkungan yang mendukung untuk mengurangi stigma dan diskriminasi,salah satunya dengan peraturan perundangan yang melindungi, serta 11. mengarus utamakan aspek gender.

2.2 Desentralisasi Layanan Komprehensif HIV dan IMS yang Berkesinambungan (LKB) di tingkat Kabupaten Kota
Pengembangan LKB perlu didahului dengan pemetaan dan analisis situasi setempat, yang mencakup pemetaan populasi kunci dan lokasi layanan terkait HIV yang tersebar serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku pencarian layanan pengobatan (health seeking behavior), yang sangat dipengaruhi tatanan non-fisik yang ada di lingkungan masyarakat. Analisis situasi ini perlu dilakukan agar populasi kunci/masyarakat mau memanfaatkan jejaring LKB yang dibangun (feeding in) sehingga program ini berdampak bagi pengendalian epidemi secara luas. Di daerah dengan prevalensi tinggi maka RS di tingkat Kabupaten/Kota sebaiknya dikembangkan menjadi pusat layanan HIV di
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 117

daerah tesebut dengan pertimbangan bahwa RS di tingkat kabupaten/kota pada umumnya:

Memiliki cukup kapasitas untuk memberikan tatalaksana klinis infeksi menular seksual, infeksi oportunistik pada pasien HIV, bagi penasun dan terapi ARV Dapat melayani jumlah ODHA dan populasi kunci yang cukup untuk membentuk kelompok Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal ODHA dan klien lainnya

2.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Meningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. 2. Tujuan khusus a. Menurunnya jumlah kasus baru HIV serendah mungkin (target jangka panjang: zero new infection) b. Menurunnya tingkat diskriminasi serendah mungkin (target jangka panjang: zero discrimination)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 118

c. Menurunnya angka kematian AIDS serendah mungkin (target jangka panjang: zero AIDS related deaths) d. Meningkatnya kualitas hidup ODHA 2.4 Strategi
Strategi yang dilaksanakan dalam Pencapaian Target Pengendalian HIV-AIDS dan IMS adalah : 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS melalui kerjasama nasional dan global. 2. Meningkatkan upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif-preventif. 3. Meningkatkan pembiayaan pengendalian HIVAIDS dan IMS 4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM yang merata dan bermutu dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS. 5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan pengobatan, pemeriksaan penunjang HIV-AIDS dan IMS serta menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu sediaan obat dan bahan/alat yang diperlukan dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS. 6. Meningkatkan manajemen pengendalian HIVAIDS dan IMS yang akuntabel, transparan, berdayaguna untuk memantapkan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 119

desentralisasi bertanggungjawab.

kesehatan

yang

2.5 Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1. Memperkuat aspek legal pengendalian HIVAIDS dan IMS 2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi termasuk Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan Intervensi Perubahan Perilaku (IPP) 3. Pengembangan sumber daya manusia 4. Memperkuat jejaring kerja dan meningkatkan partisipasi masyarakat 5. Memperkuat logistik 6. Meningkatkan konseling dan tes HIV 7. Meningkatkan perawatan, dukungan dan pengobatan 8. Meningkatkan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak 9. Meningkatkan pengendalian IMS 10.Meningkatkan program pengurangan dampak buruk 11.Meningkatkan pengamanan darah donor dan produk darah 12.Meningkatkan kewaspadaan Universal 13.Meningkatkan kolaborasi TB-HIV 14.Meningkatkan surveilans epidemiologi dan pengembangan sistem informasi 15.Monitoring dan evaluasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 120

16. Mengembangkan dan memperkuat pembiayaan.

sistem

3. Enam Pilar Utama Layanan Komprehensif Berkesinambungan 3.1 Pengertian LKB


Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS, seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif, promosi penggunaan kondom, pengendalian faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (KTS dan KTIP), Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), Pengurangan Dampak Buruk NAPZA (LASS, PTRM, PTRB), layanan IMS, Pencegahan penularan melalui darah donor dan produk darah lainnya, serta kegiatan monitoring dan evaluasi serta surveilan epidemiologi di Puskesmas Rujukan dan Non-Rujukan termasuk fasilitas kesehatan lainnya dan Rumah Sakit Rujukan Kabupaten/Kota. Yang dimaksud dengan layanan yang berkesinambungan adalah pemberian layanan HIV & IMS secara paripurna, yaitu sejak dari rumah atau komunitas, ke fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas, klinik dan rumah sakit dan kembali ke rumah atau komunitas; juga
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 121

selama perjalanan infeksi HIV (semenjak belum terinfeksi sampai stadium terminal). Kegiatan ini harus melibatkan seluruh pihak terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat (kader, LSM, kelompok dampingan sebaya, ODHA, keluarga, PKK, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta organisasi/kelompok yang ada di masyarakat). Layanan komprehensif dan berkesinambungan juga memberikan dukungan baik aspek manajerial, medis, psikologis maupun sosial ODHA selama perawatan dan pengobatan untuk mengurangi atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Komponen LKB terdiri dari 5 komponen utama dalam pengendalian HIV di Indonesia yaitu:

1. 2. 3. 4. 5.

Pencegahan Perawatan Pengobatan Dukungan Konseling

3.2 Unsur utama Layanan Komprehensif yang Berkesinambungan


Agar model tersebut di atas dapat berjalan secara efektif maka harus tersedia semua layanan yang diperlukan di kabupaten/kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 122

Seperti telah disebutkan dalam kebijakan di atas bahwa penyelenggaraan layanan komprehensif HIV& IMS yang Berkesinambungan didasarkan atas 6 pilar.

Tabel 16. Pilar Utama bagi Layanan Komprehensif HIV & IMS yang Berkesinambungan
No. Pilar Utama Maksud dan Tujuan

Pilar 1:

Pilar 2:

Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan di setiap lini Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan Keluarga

Pilar 3:

Pilar 4:

Pilar 5:

Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi setempat Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan Sistem rujukan dan jejaring kerja

Pilar 6:

Akses Layanan Terjamin

Mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas layanan, meningkatkan cakupan, dan retensi, serta mengurangi stigma dan diskriminasi. Tersedianya layanan terintegrasi sesuai dengan kondisi setempat. Tersedianya layanan berkualitas sesuai kebutuhan individu Adanya jaminan kesinambungan dan linkage antara komunitas dan layanan kesehatan. Terjangkaunya layanan baik dari sisi geografis, finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan populasi kunci

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 123

3.2.1 Pilar 1: Koordinasi dan Kemitraan dengan Semua Pemangku Kepentingan di Setiap Lini Dalam pengembangan layanan komprehensif HIV yang berkesinambungan perlu suatu mekanisme koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan, termasuk ODHA, sektor swasta dan masyarakat, di semua lini (tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota). Mekanisme tersebut terutama sangat diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan layanan komprehensif tersebut. Untuk itu diperlukan suatu forum koordinasi yang efektif baik di tingkat nasional maupundi tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Forum koordinasi tersebut akan memfasilitasi terjalinnya jejaring kerja sama antar layanan baik secara horisontal maupun vertikal atas dasar saling menghormati, menghargai dan membutuhkan. 3.2.2 Pilar 2: Peran Aktif Komunitas Termasuk ODHA dan Keluarga Peningkatan peran serta ODHA dan kelompok dukungan sebaya secara efektif
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 124

dalam berbagai aspek termasuk layanan kesehatan berbasis masyarakat/komunitas maupun fasyankes telah terbukti efektif dan dapat memperbaiki kualitas layanan bagi ODHA secara umum. Sistem kemitraan juga harus terus didorong, misalnya kemitraan dalam perencanaan, penyelenggaraan layanan dan evaluasi. Kemitraan ini penting dalam memperbaiki rujukan, dukungan kepatuhan, serta mengurangi stigma dan diskriminasi di antara pemangku kepentingan. 3.2.3 Pilar 3: Layanan Terintegrasi dan Terdesentralisasi Sesuai Kondisi Wilayah Setempat Integrasi dan desentralisasi di Tingkat Kabupaten/Kota Integrasi layanan dan desentralisasi pengelolaan sumber daya diadaptasi sesuai situasi epidemi HIV dan kondisi di kabupaten/kota (yaitu epidemi terkonsentrasi atau meluas, kapasitas sistem layanan kesehatan, LSM pemberi layanan, termasuk layanan bagi kelompok populasi kunci, dsb.). Banyak layanan PDP yang menuju layanan satu atap dan satu hari yang sebaiknya terus diupayakan secara bertahap, dengan prioritas integrasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 125

layanan HIV di layanan lainnya seperti di layanan TB, layanan IMS, KIA, KB, PTRM, LASS dan kesehatan reproduksi remaja. Sebagai contoh dari integrasi layanan adalah: skrining TB di layanan PDP HIV atau KT, ko-manajemen TB dan terapi ARV pada kunjungan yang sama oleh petugas yang sama, konseling dan tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan (KTIP) di layanan ibu hamil, TB, PTRM, atau LASS. Sedang tingkat desentralisasi layanan pengobatan ARV, apakah di tingkat puskesmas atau di tingkat komunitas, sangat tergantung dari tingkat epidemi HIV setempat, cakupan layanan dan kapasitas petugas layanan yang ada di layanan tingkat bawah. 3.2.4 Pilar 4: Paket layanan HIV Komprehensif yang Berkesinambungan
Paket LKB ini diterapkan sesuai strata dari layanan dengan peran dan tanggung jawab yang jelas. Isi paket dapat diadaptasi sesuai keadaan, sumber daya, dan situasi epidemi HIV, dan juga dapat berkembang sesuai kebutuhan. Implementasi keseluruhan paket di fasyankes sekunder dan tersier (rumah sakit kabupaten dan RS provinsi ataupun RS sekelas lainnya), fasyankes primer
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 126

(puskesmas, klinik dll) dan layanan komunitas dapat dikembangkan bertahap sesuai kondisi sumber daya (keuangan, tenaga), kapasitas dan prioritas kebutuhan.

3.2.5 Pilar 5: Sistem Rujukan dan Jejaring Kerja Kunci keberhasilan dari LKB adalah sistem rujukan dan jejaring kerja yang akan menghasilkan perbaikan akses dan retensi dalam pengobatan. Jejaring kerja yang mampu menjamin kesinambungan layanan meliputi sistem rujukan pasien dan keluarganya dari satu layanan ke layanan lainnya secara timbal balik, baik di dalam maupun di luar sistem layanan, di dalam satu tingkat layanan atau antar tingkat layanan (layanan yang berbeda strata), secara horisontal maupun vertikal. Dalam hal tersebut maka perlu dibentuk jejaring kerjasama atas dasar saling menghormati dan menghargai. Contoh kesinambungan internal antar unit layanan di dalam fasyankes yang sama antara lain adalah rujukan antar layanan PDP di rawat jalan, layanan laboratorium, farmasi, TB, IMS, KIA, KB dan kesehatan reproduksi remaja.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 127

Sistem rujukan dalam LKB mengikuti sistem rujukan yang ada, yaitu meliputi rujukan pasien, dan rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium. Dalam melaksanakan rujukan, perlu dipertimbangkan segi jarak, waktu, biaya,dan efisiensi. Contohnya, jika rujukan dari rumah sakit Tangerang lebih cepat ke Jakarta daripada ke Serang maka rujukan ke Jakarta dapat dilaksanakan untuk kepentingan pasien. Rujukan juga dapat terjadi antara fasyankes pemerintah dan fasyankes swasta, laboratorium pemerintah dan swasta. Dengan demikian, diharapkan jaringan kerjasama yang terjalin dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada klien. Agar perawatan dan pengobatan dapat berjalan efektif maka perlu pula dibangun sistem rujukan yang terhubung dengan kegiatan penjangkauanpopulasi kunci dan rentan lain, perawatan berbasis rumah, klinik perawatan penyakit akut, dan sebagainya. Perlu diingat bahwa sistem rujukan yang harus diperkuat termasuk sistem rujukan antar wilayah (rujukan antar kabupaten/kota, antar provinsi).

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 128

3.2.6 Pilar 6: Menjamin Akses Layanan Termasuk Kebutuhan Populasi Kunci Untuk menjamin bahwa layanan dapat diakses oleh masyarakat dan kelompok populasi kunci serta sesuai dengan kebutuhannya maka diperlukan suatu lingkungan yang mendukung baik yang berupa kebijakan maupun peraturan perundangan. Model layanan komprehensif berkesinambungan harus meliputi intervensi terarah, guna memenuhi kebutuhan spesifik dari kelompok populasi kunci dan kelompok rentan lainnya. LKB menawarkan kesempatan luas untuk mengurangi stigma dan diskriminasi serta meningkatkan akses pada layanan khususnya bagi kelompok kunci. Dalam mengakses layanan HIV & IMS yang dibutuhkan,kelompok populasi kunci (seperti PS, Penasun, LSL, WBP, dan sebagainya) dan kelompok rentan lainnya (anak-anak, remaja dan masyarakat miskin) biasanya mendapat hambatan. Setiap kabupaten/kota harus membuat strategi yang memudahkan kelompok populasi kunci dan kelompok rentan lainnya dalam mengakses layanan yang mereka butuhkan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 129

Contoh hambatan yang terjadi di masyarakat dalam mengakses layanan :

Di kota X, Penasun takut mengakses suatu fasilatas layanan yang menyediakan LASS, Konseling NAPZA, Konseling dan Tes HIV, rujukan ke layanan perawatan HIV, dan perawatan umum karena takut ditangkap oleh polisi atau petugas keamanan lainnya yang selalu berdiri di depan layanan tersebut. Di kota Y, kelompok LSL menolak menggunakan layanan HIV yang tersedia karena terjadi praktek diskriminasi terhadap mereka oleh petugas kesehatan. Hal tersebut disebabkan oleh belum terbiasanya petugas kesehatan dalam memberikan layanan HIV kepada LSL. Untuk mengurangi hambatan dalam mengakses layanan bagi populasi kunci diperlukan strategi dalam pengembangan LKB yaitu :

Sosialisasi kepada pemimpin/tokoh kunci setempat tentang kebutuhan populasi kunci dan bahaya dari pelecehan, pengucilan dan penangkapan populasi kunci. Paparkan masalah hambatan ini di dalam forum koordinasi .
Page 130

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Libatkan ODHA dan kelompok populasi kunci dalam penyusunan rencana pengembangan LKB dan implementasi kegiatan Latih petugas kesehatan untuk memberikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi dan peka terhadap isu-isu PS, LSL, dan penasun Sosialisasikan kepada pejabat rutan/lapas dan pusat rehabilitasi mengenai isu terkait HIV dan advokasi mereka untuk bergabung dalam LKB. Kembangkan rujukan antar tatanan tertutup dan layanan berbasis masyarakat di mana klien akan membutuhkan layanan di masyarakat setelah mereka bebas. Memberikan edukasi dan informasi tentang berbagai perilaku berisiko ketika memberikan layanan klinis kepada klien (promosikan perilaku seks aman dan pengurangan dampak buruk pada penasun) Dukung dan lakukan aktivitas penjangkauan kepada kelompok populasi kunci dalam rangka membangun hubungan kepercayaan antara pemberi layanan dan klien. Dan pastikan LKB ini merupakan layanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 131

ramah, menghormati hak klien dan tidak menghakimi. Bila perlu sediakan layanan yang mendekati lokasi tempat tinggal/aktivitas kelompok populasi kunci. Dapat pula memanfaatkan fasilitas layanan berbasis masyarakat yang biasanya lebih diterima oleh populasi kunci. Bangun jejaring rujukan formal yang efisien antara layanan umum dan layanan populasi kunci tersebut. Kegiatan pemantauan dan evaluasi juga mencakup layanan di atas untuk memastikan kebutuhan ODHA dan populasi kunci lainnya terlayani dengan memadai untuk mengubah epidemi HIV di Indonesia.

B. KONSEP PELAYANAN KOMPREHENSIF HIV AIDS DAN IMS Paket Minimal Layanan Komprehensif HIV-AIDS dan IMS Tabel 2 memaparkan jenis layanan komprehensif yang diperlukan di suatu wilayah kabupaten/kota untuk menjamin kelengkapan layanan yang dapat diakses oleh masyarakat meskipun tidak seluruh layanan tersebut tersedia dalam satu unit/fasilitas pelayanan kesehatan.
Page 132

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Tabel 17. Jenis Layanan Komprehensif HIV


Dukungan psikososial, ekonomi, dan legal
Dukungan psikososial Dukungan sebaya Dukungan spiritual Dukungan sosial Dukungan ekonomi: latihan kerja, kredit mikro, kegiatan peningkatan pendapatan,, dsb. Dukungan legal

Promosi dan Pencegahan


Promosi Kesehatan (KIE) Ketersediaan dan akses alat pencegahan (kondom, alat suntik steril) PTRM, PTRB, PABM Penapisan darah donor Life skills education Dukungan kepatuhan berobat (Adherence) PPIA Layanan IMS, KIA, KB dan Kesehatan reproduksi remaja Tatalaksanan IMS Vaksinasi Hep-B bagi bayi dan para penasun (bila tersedia) Pencegahan Pasca Pajanan

Tatalaksana Klinis HIV


Tatalaksana medis dasar Terapi ARV Diagnosis IO dan komorbid terkait HIV serta pengobatannya , termasuk TB Profilaksis IO Tatalaksana Hepatitis B dan C Perawatan paliatif, termasuk tatalaksana nyeri, Dukungan gizi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 133

2. Koordinasi di Tiap Tingkat 2.1. Mekanisme Koordinasi tingkat Nasional: dan Kemitraan di

Mekanisme koordinasi dan kemitraan di tingkat nasional diselenggarakan melalui Forum Koordinasi layanan komprehensif HIV/IMS & IMS yang Berkesinambungan (FK-LKB), yang bertugas membahas layanan komprehensif yang berkesinambungan dengan mengadakan pertemuan secara berkala, setidaknya setiap 6 bulan sekali atau lebih sering sesuai kebutuhan. FK-LKB diketuai oleh pengelola program nasional HIV dari Kementerian Kesehatan dan beranggotakan pemangku kepentingan yang meliputi: KPA Nasional, Subdit AIDS/PMS, TB, Bina Kes-Ibu, Bina Kes Anak, ahli HIV/IMS, perwakilan LSM yang bekerja dalam populasi kunci, KDS ODHA, mitra multi/bilateral, sektor lain (seperti: Kemensos, kemendagri, Kemenhub, Kemenhukam dsb), perwakilan dari Direktorat Pemasyarakatan, TNI, POLRI, dsb. 2.2. Mekanisme Koordinasi tingkat Provinsi dan Kemitraan di

Agar mekanisme koordinasi dan kemitraan di tingkat provinsi dapat terselenggara maka perlu ditunjuk seorang focal point sebagai fasilitator
Page 134

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

koordinasi, perencanaan dan pelaksanaan. Sementara itu, sektor kesehatan berfungsi sebagai penggeraknya (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selaku ketua FK-LKB Provinsi). Koordinasi dapat dilaksanakan melalui mekanisme koordinasi yang sudah ada di tingkat provinsi atau membentuk forum koordinasi baru dengan melibatkan para pemangku kepentingan yang meliputi: KPA provinsi, Dinkes Provinsi, penanggung jawab program terkait Dinkes Provinsi, (TB, Kespro, KIA, P2M), sektor lain (pemerintah daerah, SKPD lain, dll), kepala rumah sakit rujukan regional di provinsi, LSM populasi kunci, LSM layanan HIV, KDS ODHA, tokoh masyarakat. Forum koordinasi di tingkat provinsi berperan untuk: Menyusun perencanaan dan memastikan implementasi kegiatan Memfasilitasi pengembangan LKB di tingkat kabupaten/kota di dalam wilayahnya. Memastikan semua pemangku kepentingan bekerja sama, mendorong kepemilikan dan akuntabilitas. Memastikan ketersediaan sumber dayadan penggunaan yang optimal. Mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan, serta kolaborasi dan koordinasi lintas bidang/sektor.
Page 135

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Memformulasikan mekanisme jejaring kerja dan alur rujukan layanan kesehatan/medis (vertikal dan horisontal). Menyediakan forum diskusi berkala terkait penerapan LKB.

2.3.

Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di tingkat Kabupaten/Kota Koordinasi dan kemitraan di tingkat kabupaten/kota diselenggarakan melalui mekanisme koordinasi yang ada di tingkat kabupaten/kota atau membentuk forum koordinasi yang baru, dan seperti halnya di tingkat provinsi maka perlu ditunjuk seorang pengelola program LKB sebagai focal point yang bertugas sebagai fasilitator koordinasi, perencanaan dan pelaksanaan. Pemangku kepentingan yang terlibat meliputi: KPA Kabupaten, Dinkes Kab/ Kota, penanggung jawab program terkait Dinkes, (TB, Kespro, KIA, P2M), kepala rumah sakit, puskesmas, klinik layanan HIV, LSM populasi kunci, LSM layanan HIV, KDS ODHA, tokoh masyarakat, dinas terkait lain dsb. Sesuai konsensus nasional maka sebagai ketua forum koordinasi di tingkat kabupaten/kota adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Mekanisme koordinasi di tingkat kabupaten/kota dilakukan dengan jejaring kerjasama yang terjalin

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 136

atas dasar saling menghormati dan menghargai baik antar layanan secara horisontal maupun vertikal melalui pertemuan berkalanya yang setidaknya setiap triwulan atau lebih sering sesuai kebutuhan untuk:

Menyusun rencana dan memastikan implementasi kegiatan. Memastikan semua pemangku kepentingan bekerja sama, mendorong kepemilikan dan akuntabilitas. Memastikan ketersediaan sumber daya dan penggunaannya secara optimal. Mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan, serta kolaborasi dan koordinasi lintas bidang/ sektor. Memformulasikan mekanisme jejaring kerja dan alur rujukan pelayanan kesehatan/medis (vertikal dan horisontal). Menyediakan forum diskusi berkala terkait penerapan layanan yang berkesinambungan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 137

Gambar 1. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan

Tingkat Provinsi

Dinkes Kab/Kota
Forum Koordinasi di Tingkat Kabupaten Kota: KPA

Layanan Klinis RS Rujukan Strata III

Tingkat Kab/Kota

Dinkes Kab/Kota

Layanan Klinis RS Strata II Kab/ Kota

ODHA dan populasi kunci

ORMAS, Unsur Pemda terkait

LSM. Kader, Toma, Toga

Tingkat Puskesmas

Puskesmas

Perawatan Berbasis komunitas

Perawatan Berbasis Rumah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 138

Jejaring Kerja dan Partisipasi Masyarakat 3.1 Membentuk jejaring rujukan untuk memastikan kesinambungan antara layanan klinis, komunitas dan penyelenggara layanan lain yang relevan.
Jejaring layanan yang efektif akan mempercepat akses pada layanan yang dibutuhkan. Pada awalnya perlu untuk mengidentifikasi kesenjangan layanan dan mengambil langkah untuk menjembataninya. Dalam hal ini sebaiknya melibatkan ODHA dan anggota masyarakat lain yang aktif berjejaring untuk mengidentifikasi organisasi atau institusi yang mampu menyediakan layanan medis atau psikososial. Selanjutnya, tentukan pola jejaring dalam LKB, dan dokumentasikan. Dalam melaksanakan rujukan perlu selalu melacak jalur rujukan antar institusi dalam jaringan, karena setiap institusi mempunyai sistem rujukan yang berbeda. Ada beberapa yang rujukannya berjalan dengan lancar, namun tidak sedikit yang pasiennya tidak terlacak. Masalah terkait dengan jejaring rujukan dapat dibahas dalam pertemuan koordinasi di tingkat kabupaten/kota.

3.2

Identifikasi contact person dari setiap institusi yang dapat memastikan bahwa rujukan telah berjalan secara efektif dan cepat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 139

Setiap fasilitas di dalam jejaring layanan seharusnya menunjuk petugas khusus sebagai penanggung jawab rujukan untuk memastikan pasien mendapatkan layanan yang dibutuhkan dan rujukannya terdokumentasi. Dalam melakukan rujukan ke layanan di luar fasilitas kesehatan, dapat memanfaatkan manajer kasus yang ada di layanan PDP HIV. Manajer kasus dapat merupakan orang awam terlatih, yang sebaiknya adalah pasien (expert patients). 3.3 Mengatur pertemuan persiapan dengan contact person/wakil dari setiap institusi penyelenggara layanan. Pertemuan dengan semua wakil institusi penyelenggara layanan sangat diperlukan untuk membahas kebutuhan yang paling umum dariorang dewasadan anak-anakyang terinfeksi dan terdampak HIVbeserta keluarga mereka. Di samping itu juga memperkenalkan layanan yang dapat diberikan oleh setiap fasilitas. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas mekanisme rujukan yang dapat diterapkan oleh masing-masing fasilitaslayanan agar pasiendan keluarganya mendapatkan layanan yang mereka butuhkan. Pastikan bahwa setiap
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 140

orangmemahamiarti "berbagi kerahasiaan " (shared confidentiality). 3.4 Dokumentasikan data penanggung jawab dan alamat fasilitas layanan, baik layanan klinis maupun layanan berbasis masyarakat dan berbasis rumah. 3.5 Membuat alur umpan balik rujukan agar pengirim rujukan mengetahui bahwa rujukannya telah sampai dan kebutuhan klien telah terlayani, serta pengirim rujukan mendapatkan hasilnya untuk keperluan tindak lanjut di kemudian hari. Hasil rujukan harus didokumentasikan baik pada dokumen pengirim rujukan maupun penerima rujukan. Untuk itu, perlu menggunakan formulir rujukan dan rujuk balik yang baku untuk memastikan efektifitas rujukan dan menjamin kualitas layanan. Formulir rujukan memuat informasi, antara lain: Alamat tujuan rujukan yang jelas Waktu rujukan harus dilakukan Nama orang yang harus ditemui Jenis layanan yang dibutuhkan dan Alasan dilakukannya rujukan Apa yang sudah dilakukan sebelumnya di layanan yang melakukan rujukan
Page 141

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

3.6 Selalu bertindak secara proaktif untuk menghindari kehilangan pasien yang dirujuk. Seringkali pasien yang dirujuk tidak terlacak dan kemudian tidak dapat ditindak lanjuti atau kesinambungan perawatannya menjadi terputus. Dalam merujuk pasien akan jauh lebih efektif dengan cara mendampingi pasien daripada mengirim mereka sendiri dengan catatan rujukan. Perlu juga memastikan bahwa rujukan yangdimaksudkanterlaksana (baik internal maupun eksternal) dengan cara melakukan pertemuan rutin antar institusi penyelenggara layanan dan mencocokkan register, pertemuan forum koordinasi, membuat catatan rujukan secara rangkap untuk membantutindak lanjut, dll.Untuk rujukan internal, dapat dipastikan dengan melakukan pertemuan secara rutin antaratim PDP untuk membahas kasus atau menelaah rekam medis Rujukan juga dapat dilakukan secara efektif dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, seperti telepon, radio komunikasi, dll.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 142

Gambar 3. Jejaring Layanan Komprehensif HIV & IMS yang Berkesinambungan di tingkat kabupaten kota dalam satu provinsi

s s

Fokus layanan di tingkat Kabupaten/ kota, dengan alur rujukan ke/dari RS Kab/Kota, Puskesmas atau RS satelit dan LSM
s

s s
s

RS Provinsi RS Kab/Kota Puskesmas Satelit (PDP) Puskesmas LSM/Ormas/KD Rujukan kasus komplikasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 143

Gambar 4. Alur Rujukan Vertikal dan Horisontal Timbal Balik

Fasyankes Tersier
(Pusat/Provinsi) Tatalaksana kasus komplikasi Layanan dan duungan super spesialistik

Fasyankes Sekunder Pemantauan pasien


(Pusat LKB) Layanan komprehensif, koordinasi, pembentukan kelompok ODHA dan dukungan

Rujukan vertikal dan horisontal timbal balik, Mentoring klinis

Fasyankes Primer
(Puskesmas, klinik LKB) Layanan kesehatan dasar, kader, dan dukungan sebaya

Masyarakat
Layanan berbasis komunitas/rumah, PMO, Kader, dukungan Sebaya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 144

Gambar 5. Keterpaduan Layanan di Fasyankes dengan Rujukan Internal

KTIP

TB

Rajal IMS
KTIP

KIA/KB
KTIP

KTS PTRM/LASS
KTIP

LKB

KDS Penjangkau LAB/Rad


KTIP

Ranap
KTIP

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 145

C. KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENULARAN HIVAIDS dari IBU ke ANAK 1. Analisa Situasi Ibu Hamil dengan HIV Cakupan ANC di Indonesia secara nasional mencapai lebih dari 90% untuk cakupan K-1 yang menunjukkan tingginya akses terhadap pelayanan pemeriksaan antenatal. Angka cakupan ini bervariasi antar provinsi, mulai dari 00,00% sampai mencapai angka nyaris 100% di beberapa wilayah. Apabila cakupan ANC ini kita bandingkan dengan rendahnya cakupan pelayanan PPIA, termasuk pengobatan ARV, maka tak dapat disangkal adanya miss-opportunity. Artinya ada Ibu hamil HIV positif yang tidak mengetahui statusnya, adahal sebenarnya dia sudah datang ke fasyankes untuk ANC. Layanan ANC yang sangat luas di Indonesia merupakan modal dasar utama untuk melakukan pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak nya. Untuk menyelamatkan anak anak yang akan dilahirkan oleh ibu yang HIV positif tersebut dan mencegah transmisi berikutnya, perlu segera dilakukan perluasan layanan PPIA, terutama di wilayah dengan risiko tinggi HIV, yang dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 146

1. Tingkat prevalansi HIV di wilayah tersebut 2. Jumlah KAPs (Key Affected Populations) Data Kementerian Kesehatan (2009) menunjukkan dari 10.026 ibu hamil yang menjalani test HIV, sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Hingga Juni 2011 dilaporkan sekitar 26,483 kasus AIDS dan 66,693 kasus HIV, dengan proporsi 72,3% laki-laki dan 27,4% perempuan. Meskipun secara umum prevalensi HIV di Indonesia tergolong rendah (rata-rata kumulatif kasus AIDS adalah 11,09 kasus per 100,000 penduduk), tetapi sejak tahun 2005, Indonesia telah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi terkonsentrasi, karena terdapat daerah-daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada populasi tertentu KAPs), kecuali Papua dan Papua Barat dimana prevalensinya menunjukkan angka 2,4% pada populasi umum). Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak. Meskipun berbagai upaya telah dilaksanakan selama beberapa tahun,. Agar masih perlu upaya peningkatan cakupan layanan sejalan dengan peningkatan pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan KIA. 2. Kebijakan Program PPIA 2.1 Pengertian PPIA Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) adalah upaya yang ditujukan untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 147

mencegah penularan HIV dari ibu ke anak yang dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif dengan program-program lainnya yang berkaitan dengan pengendalian HIV/AIDS melalui strategi 4 prong (strategi). 2.2 Tujuan PPIA: 1. Mencegah Penularan HIV Dari Ibu ke Anak 2. Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Anak 2.3 Sasaran PPIA : 1. Ibu Hamil 2. Bayi yang dilahirkan dari ibu Hamil HIV 3. Perempuan usia reproduktif 4. Remaja 2.4 Kebijakan PPIA Terintegrasi dengan Pelayanan KIA Tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) diintegrasikan padalayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berancana (KB) dan Konseling Remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan deengan ekspansi secara bertahap dengan melibatkan peran swasta, LSM dan komunitas 2. PPIA dalam pelayanan KIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 148

3.

4.

5.

6.

7.

Setiap perempuan yang datang ke layanan KIAKB dan remaja harus mendapatkan informasi mengenai PPIA Didaerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB. Pemeriksaan dilakukan secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu / berwenang memberikan pelayanan PPIA, dapat dilakukan dengan cara: a. Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai b. Pelimpahan wewenang (task shifting) kepada tenaga kesehatan lain yang terlatih. Penetapan daerah yang memerlukan task shifting petugas, diputuskan oleh kepala dinas kesehatan setempat Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat anti retroviral (ARV) dan mendapatkan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 149

pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP) 8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan ketersediaan logistik (obat dan pemeriksaan tes HIV) berkoordinasi dengan Ditjen PP&PL Kemenkes 9. Pelaksanaan Persalinan, baik pervaginam atau per abdominan harus memperhatikan indikasi obstetrik ibu dan bayinya serta harus menerapkan kewaspadaan standar. 10. Sesuai dengan kebijakan program bahwa makanan terbaik untuk bayi adalah pemberian ASI secara eksklusif 0-6 bulan. Untuk itu maka Ibu dengan HIV perlu mendapat konseling laktasi dengan baik sejak perawatan antenatal pertama sesuai dengan pedoman. Namun apabila ibu memilih lain (susu formula), maka ibu, pasangannya dan keluarga perlu mendapat konseling makanan bayi yang memenuhi persyaratan teknis.
2.5 Strategi

1. PPIA dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan ekspansi bertahap. 2. Semua fasilitas pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan PPIA 3. Perlu adanya jejaring pelayanan PPIA sebagai bagian dari Layanan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 150

Komprehensif Berkesinambungan (LKB) 4. Melibatkan peran swasta dan LSM 5. Daerah menetapkan wilayah yang memerlukan task shifting 6. Ketersediaan logistik (obat dan pemeriksaan task shifting) 2.6 Cakupan Pelayanan PPIA tahun 2012
Pelayanan PPIA Jumlah bumil di Tes HIV Jumlah Bumil HIV Positif Jumlah Bumil HIV mendapat ARV Bayi lahir dari ibu HIV mendapat ARV Profilaksis Jumlah bayi HIV positif (pemeriksaan PCR) Cakupan 28.314 812 (2.87%) 685 (84.36%) 752 (97%) 70 (9.3%)

Pada tahun 2012, baru sekitar 24.960 ibu hamil yang menjalani tes HIV, dan 751(3,01%) positive HIV,dari 751 ibu hamil yang positif HIV baru 589 (78,43%) yang mendapat pengobatan ARV, hal ini antara lain di karenakan ada ibu hamil yang menolak untuk meminum obat dan tidak kembali lagi. Semua bayi yang lahir dari ibu HIV harus mendapat pengobatan Page 151

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

ARV propilaksis, tetapi hanya sekitar 655 (87,22%) yang mendapatkan ARV propilaksis. Untuk mengetahui status bayi yang lahir dari ibu HIV dapat dilakukan pemeriksaan dengan mengunakan tes Virologi (PCR) pada saat bayi berusia 6-8 minggu atau pemriksaan serologi pada saat bayi berusia 18 bulan atau lebih. Pada pemeriksaan PCR ,status bayi dapat diketahui lebih dini, akan tetapi pemeriksaan memerlukan biaya tinggi dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pemeriksaan PCR di Indonesia baru mencapai 2 fasilitas yaitu di Jakarta dan di Papua 2.7Target PPIA Tabel di bawah ini meupakan target Pemeriksaan tes HIV pada ibu hamil di Papua , Papua Barat, kabupaten/Kota terkonsentrasi dan kabupaten/Kota epidemi rendah. Tabel 18. Target Pemeriksaan tes HIV Pada Ibu Hamil Daerah 2013 2014 2015 2016 2017

Papua dan Papua Barat Kab/Kota epidemi terkonsentrasi Kab/Kota epidemi rendah

60%

70%

80%

90%

100%

15%

35%

60%

90%

100%

10%

15%

20%

25%

30%

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 152

Target untuk Papua, Papua barat dan daerah epidemi terkonsentrasi adalah 60 % dari kunjungan antenatal pada tahun 2013 dan naik menjadi 70 % pada tahun 2017, sedangkan target untuk daerah epidemi rendah adalah 10% pada tahun 2013 dan naik menjadi 15% pada tahun 2014 Tabel 19. Target Cakupan Integrasi PPIA

Target Cakupan Integrasi PPIA


60% Ibu hamil K1 ditawarkan Test HIV di daerah Epidemi meluas 15% Ibu hamil K1 ditawarkan Tes HIV di daerah epidemi terkonsentrasi 10% Ibu hamil K1 ditawarkan Tes HIV di daerah epidemi rendah

95 % Ibu hamil yang ditawarkan, melakukan uji HIV

Bagi ibu hamil seroreaktif HIV


100% Di rujuk untuk mendapatkan terapi ARV 95 % Bersalin di fasilitas kesehatan /RS rujukan HIV (2015)

100 % Ibu hamil HIV bersalin ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terampil (APN+ Ke waspadaan Standar (2015) 100 % Layanan KIA melaksanakan Kewaspadaan Universal/ Universal Precaution 100% bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan ARV profilaksis 100% bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan Cotrimoxazol profilaksis 100% bayi lahir dari ibu HIV diperiksa HIV (virologis dan atau serologis)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 153

3. Kegiatan PPIA secara Komprehensif Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother to child transmission (PMTCT) merupakan bagian dari rangkaian upaya pengendalian HIV-AIDS. Upaya untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi-anak dilaksanakan secara komprehensif melalui empat (4) prong, yaitu: Prong 1: Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi Prong 2: Perencanaan Kehamilan pada perempuan dengan HIV Prong 3: Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya Prong 4: Pemberian Dukungan dan Perawatan lanjutan kepada Ibu dengan HIV Beserta Anak dan Keluarganya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 154

Tabel 20. Empat Prong Strategi PPIA


Prong 1 Populasi target Semua perempuan usia reproduksi Mencegah penularan sebelum terjadi hubungan seksual 1. KIE 2. Konselin g & tes HIV Prong 2 Semua perempuan dengan HIV positif Menghindari kehamilan yang tidak dipersiapkan Prong 3 Semua Ibu Hamil (dengan HIV/tanpa HIV) Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi Prong 4 Ibu dengan HIV, bayi dan keluarganya

Tujuan

Menjaga ibu dan bayi tetap sehat

Kegiatan

1. Layanan KB 2. Perencanaan kehamilan 3. Dukungan psikososial

1. ANC Terpadu , termasuk tes HIV, pemberian ARV & tata laksana infeksi oportunisti k 2. Persalinan aman 3. Pemberian makanan terbaik bagi bayi

1. Dukungan lanjutan bagi ibu 2. Dukungan lanjutan bagi bayi (ARV dan cotrimoxazol , pemeriksaan RDT dan atau PCR Propilaksis, 3. Dukungan bagi keluarga

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 155

4.1 Integrasi PPIA dalam Pelayanan KIA, KB dan Konseling Remaja Diagram 1. Integrasi PPIA dalam Pelayanan KIA di daerah epidemi meluas terkonsentrasi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 156

Diagram 2. Integrasi PPIA dalam pelayanan KIA di daerah epidemi rendah :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 157

Diagram 3. Integrasi PPIA dalam pelayanan konseling remaja :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 158

MODUL 3 MEMBANGUN TIM KERJA PUSKESMAS

I.

Deskripsi Singkat Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan, perlu didukung oleh tim kerja Puskesmas yang handal dan efektif. Penerapan azas penyelenggaraan Puskesmas, baik azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan maupun azas rujukan, hanya mungkin mencapai hasil yang optimal apabila Puskesmas mampu membangun suatu tim kerja yang memiliki kemampuan serta komitmen tinggi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas. Sehubungan dengan itu setiap pimpinan Puskesmas perlu dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan dalam membangun tim kerja agar efektif dan handal. Tim kerja Puskesmas tidak hanya melibatkan tenaga/staf internal Puskesmas, akan tetapi juga dapat melibatkan tenaga dari luar Puskesmas (lintas sektor, pemuka masyarakat, anggota masyarakat lainnya dan sebagainya). Untuk itu, modul akan membahas tentang: konsep dasar tim kerja, nilai-nilai sdm, komunikasi dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 159

kemitraan. Pembahasan modul akan menggunakan metode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, pleno, role playing. II. Tujuan A. Tujuan Umum: Setelah mengikuti sesi, peserta memiliki pemahaman tentang membangun tim kerja Puskesmas. B. Tujuan Khusus: Setelah mengikuti sesi peserta mampu: 1. Menjelaskan konsep dasar tim kerja. 2. Menjelaskan Nilai-nilai SDM dalam kaitan dengan membangun tim kerja . 3. Memerankan prinsip komunikasi dalam membangun tim kerja. 4. Menjelaskan tentang kemitraan dalam kaitannya dengan membangun tim kerja. 5. Mengidentifikasi langkah-langkah dalam membangun tim kerja. III. Pokok Pokok Pokok Pokok Pokok Pokok Bahasan Bahasan Bahasan Bahasan Bahasan Bahasan dan Sub Pokok bahasan materi ini terdiri atas: 1 :Konsep Dasar Tim Kerja 2 :Nilai-Nilai SDM. 3 :Komunikasi 4 :Kemitraan

IV.

Langkah-langkah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 160

Langkah 1. Pengkondisian ( 10 menit) a. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia serta keterkaitan materi dengan materi sebelumnya, yaitu materi Kebijakan Dasar Puskesmas dan Penerapannya. b. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang pengertian Tim kerja. Mintalah masing-masing peserta untuk menuliskan pendapatnya pada kertas manila berwarna atau post it. Kemudian tempelkan kertas tersebut pada dinding, kumpulkan pendapat yang serupa. c. Fasilitator memandu peserta untuk menyimpulkan hasilnya. Tuliskan pada kertas flipchart dan tempel di dinding. Langkah 2. Membahas pokok bahasan 1 Konsep Dasar Tim Kerja (20 menit). a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang Konsep Dasar Tim Kerja, apakah peserta memahami perbedaan antara tim kerja dengan kelompok kerja. b. Fasilitator menyampaikan materi / pokok bahasan dengan ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat Bantu yang telah disiapkan. c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya atau minta klarifikasi.Sebelum menjawab pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang kondusif.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 161

d. Fasilitator memberikan jawaban dan klarifikasi terhadap pertanyaan yang belum terjawab atau belum jelas jawabannya. Langkah 3. Membahas pokok bahasan Nilai-Nilai SDM (60 menit) a. Fasilitator menggali pendapat/ pengetahuan peserta tentang Nilai-nilai SDM, dan bagaimana peserta memahami arti dari setiap nilai. Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart. b. Fasilitator menyampaikan materi/ pokok bahasan dengan ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat bantu yang telah disiapkan. c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang kondusif. d. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6 orang per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan tentang: Penerapan Nilai-nilai SDM dalam penyelenggaraan Puskesmas. e. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan hasil diskusinya secara panel,agar dapat dibandingkan satu sama lain, sehingga memperkaya wawasan peserta. f. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi. Langkah 4. Membahas Pokok Bahasan 3 Komunikasi (75 menit)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 162

a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang Komunikasi, mengapa diperlukan dalam membangun tim kerja?.Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart atau kertas manila berwarna dan tempel didinding. Kompilasi/ kelompokkan pendapat yang serupa. b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan dengan ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat bantu yang telah disiapkan. c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang kondusif. d. Fasilitator memberi penugasan role playing/ bermain peran komunikasi (Petunjuk role playing pada halaman modul). e. Fasilitator menyampaikan rangkuman . Langkah 5. Membahas Pokok Bahasan 4 Kemitraan (20 menit) a. Fasilitator menggali pendapat/pengetahuan dan pengalaman peserta tentang Kemitraan, dan apa keterkaitannya dengan membangun tim kerja. Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart atau kertas manila berwarna dan tempel didinding. b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan dengan ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat bantu yang telah disiapkan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 163

c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang kondusif. Langkah 6. Pemantapan/internalisasi (75 menit) a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6 orang per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan/mengidentifikasi tentang: Langkah-langkah dalam membangun tim kerja Puskesmas. b. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan hasil diskusinya secara panel, agar dapat dibandingkan satu sama lain, sehingga memperkaya wawasan peserta. c. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi. Langkah 7. Rangkuman dan pembulatan (10 menit) a. Fasilitator memandu peserta untuk membuat rangkuman dan pembulatan dari materi yang sudah dibahas. b. Fasilitator menyampaikan secara singkat keterkaitadengan materi selanjutnya, serta mengucapkan terima kasih dan salam.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 164

V.

Uraian Materi A. Konsep Dasar Tim Kerja 1. Perbedaan Tim Kerja dengan Kelompok Kerja Secara sepintas, kebanyakan orang tidak dapat membedakan antara tim kerja dengan kelompok kerja, padahal terdapat nuansa perbedaanperbedaan yang mendasar diantara kedua pengertian tersebut. James F.Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi kearah tujuan bersama. Secara tradisional, terdapat dua tim dalam suatu organisasi; formal dan informal, akan tetapi sekarang terdapat tim yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) keduanya. Stamatis (1996), dengan jelas mendefinisikan TEAM melalui suatu akronim yang baik sekali, yaitu: T E A M ogether veryone chieves ore.

Artinya adalah: Setiap orang bila bekerja sama dapat mencapai lebih, jadi dengan bekerja sama
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 165

dalam suatu tim kerja, hasil yang akan dicapai akan lebih besar dari penjumlahan hasil-hasil perseorangan, hal inilah yang dikenal dengan konsep Sinergi. Perbedaan-perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja dikemukakan oleh Stephen P. Robbins (1996) yang mendefinisikan kelompok kerja sebagai kelompok yang terutama berinteraksi untuk membagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggung jawabnya. Sedangkan tim kerja adalah kelompok yang upaya-upaya individunya menghasilkan suatu kinerja yang lebih besar dari pada jumlah masukan-masukan individual. Dengan demikian suatu kelompok kerja tidak perlu atau berkesempatan untuk melakukan kerja kolektif yang menuntut upaya gabungan, kinerja mereka sekedar jumlah kinerja sumbangan perseorangan dari tiap anggota kelompok. Karena tidak terdapat sinergi positif yang akan menciptakan suatu tingkat keseluruhan kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukanmasukan. Sedangkan dalam suatu tim kerja, terdapat sinergi positif melalui upaya-upaya yang terkoordinasi.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 166

Upaya-upaya perseorangan mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan perseorangan tersebut. 2. Nilai-nilai SDM Kesehatan Nilai-nilai atau value dalam suatu tim memegang peranan penting, nilai organisasi menyangkut jati diri organisasi tersebut, yang merupakan ciri spesifik yang melandasi para anggotanya untuk berperilaku. Pada dasarnya nilai (value) adalah hal-hal yang secara psikologis memberikan dorongan kepada pribadi seseorang dalam menghadapi kehidupan. Nilai-nilai tersebut jika sudah tertanam dalam jiwa kita, ia akan membentuk suatu keyakinan, dan keyakinan inilah yang akan melandasi seseorang untuk berperilaku. Nilai-nilai dasar (values) adalah fondasi sebuah identitas korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu yang memaknai jati diri seseorang sebagai anggota korporasi dalam keadaan seperti apapun.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 167

Penugasan 1 Peserta dibagi dalam kelompok 5-6 orang Setiap kelompok mendiskusikan apakah Puskesmas Membutuhkan tim kerja atau kelompok kerja? Apa alasannya? Tuliskan pada kertas flipchart.

Untuk membangun suatu tim kerja. Puskesmas perlu terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai yang harus dianut oleh seluruh anggota organisasi/petugas Puskesmas.Ini menjadi bagian dari peran Kepala Puskesmas sebagai seorang manajer sekaligus pemimpin di Puskesmas. Nilai-nilai tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh jajaran organisasi termasuk komitmen untuk menerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari serta mewujudkan visi Puskesmas.

Departemen Kesehatan, guna mewujudkan visi Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dan mengemban misi Membuat Rakyat Sehat, menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai: Berpihak kepada rakyat Bertindak cepat dan tepat Kerjasama tim
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 168

Integritas tinggi Transparansi dan Akuntabilitas a. Berpihak kepada rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen kesehatan akan selalu berpihak kepada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Demikian halnya dengan Puskesmas, setiap penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, baik upaya kesehatan wajib maupun pengembangan, harus berpihak kepada rakyat atau masyarakat diwilayah kerjanya,dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diwilayah tersebut. b. Bertindak cepat dan tepat Masalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan berubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 169

yang dapat menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran. Puskesmas harus menanamkan keyakinan kepada seluruh petugas tentang betapa berharganya waktu dalam penanggulangan masalah kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat, setiap menit bahkan setiap detiknya. Respons terhadap masalah kesehatan harus sesegera mungkin, namun dengan pertimbangan yang cermat, artinya selalu berpegang pada prinsip mutu, yaitu Lakukan secara benar sejak awal/pertama kali dan selamanya c. Kerjasama tim Departemen Kesehatan sebagai organisasi pemerintah memiliki sumber daya manusia yang banyak. Sumber daya manusia ini merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim besar. Oleh karena itu, dalam mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 170

menerapkan prinsip koordinasi, sinkronisasi dan sinergisme.

integrasi,

Berkaitan dengan itu, Puskesmas meskipun besarnya bervariasi, merupakan suatu organisasi yang didukung oleh SDM dengan latar belakang yang berbeda, baik dari segi pendidikan, pengalaman, sosial, ekonomi dan budaya. Karena itu perlu upaya untuk mempersatukan mereka dalam suatu ikatan kerjasama tim yang solid serta memiliki integritas tinggi. d. Integritas tinggi Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, setiap anggota (karyawan dan pimpinan) Departemen Kesehatan harus memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua anggota departemen kesehatan harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi. Untuk membina organisasi agar SDMnya memiliki integritas yang tinggi, biasanya pimpinan organisasi dituntut untuk menteladani ciri-ciri sebagaimana yang disebutkan (tulus, jujur, berkepribadian teguh serta bermoral tinggi) yang ditunjukkan dalam
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 171

perilaku sehari-hari. Integritas juga ditandai dengan komitmen terhadap pencapaian tujuan organisasi, yaitu komitmen terhadap penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan Puskesmas, dilaksanakan dengan sepenuh hati dan tanggungjawab. Forum pertemuan Puskesmas seperti Lokakarya Mini, rapat rutin staf dapat dijadikan sarana pembinaan SDM agar memiliki integritas tinggi. e. Transparansi dan Akuntabilitas Dalam era demokrasi dan perkembangan masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas yang transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan (akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanya kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, harus dilaksanakan secara transparan, dapat dipertanggung-jawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada publik. Pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) atau yang sejenis dapat menjadi mitra Puskesmas dalam rangka pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas kepada publik.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 172

Penugasan 2. Sampai disini,untuk memantapkan pemahaman peserta tentang Nilai-nilai SDM, fasilitator memberi penugasan kelompok: Setiap kelompok mendiskusikan tentang bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai SDM dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas: - Aplikasi nilai Berpihak kepada rakyat - Aplikasi nilai Bertindak cepat dan tepat - Aplikasi nilai Kerjasama tim - Aplikasi nilai Integritas tinggi - Aplikasi nilai Transparansi dan Akuntabilitas 3. Komunikasi Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari cata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi bila ada keasamaan makna menganai apa yang dipercakapkan. Proses komunikasi pda hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bias berupa gagasan, ide,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 173

informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul di lubuk hati. Menurut Laswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yng menimbulkan efek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas komunikasi, lihat gambar di bawah ini.
Pemancar Penerima Gagasan Terjemahan Medium Kata-kata Suara/ gangguan Pemancar

1) Apa yang anda katakan. Hal ini mungkin sangat kompleks dan bisa relevan ataupun tidak. 2) Cara anda mengatakannya. Bahasa dan nada bicara yang anda gunakan harus memberi kesan kritis. 3) Medium. Komunikasi tatap muka cukup memadai dalam beberapa situasi pelayanan, tetapi tidak dalam situasi lainnya. Pilih media komunikasi secara cermat agar selaras dengan berita, entah panjang, pendek, rumit atau

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 174

4)

5)

6)

7)

sederhana. Apakah diperlukan interaksi atau tidak? Pemberi informasi. Anda barangkali tidak dpat sepenuhnya menyampaikan pesan. Anda mungkin terpengaruh oleh berbagai kepentingan atau hal-hal yang saling berkaitan, atau oleh isi pesan itu yang membuat anda merasa kurang enak. Pendengar. Komunikasi akan dipengaruhi oleh berbai pertimbangan seperti: dengan siapa anda berbicara, apa prioritas mereka, seberapa banyak yang telah mereka ketahui, pola berpikir mereka. Suara atau hal-hal yang mengganggu. Komunikasi akan terpengaruh bila masingmasing kelompok menemui kesulitan untuk menyingkirkan gangguan dari orang lain maupun suara di sekitar mereka. Menangkap detail yang tidak relevan atau menyimpang dari pembicaraan. Dalam membangun tim kerja Puskesmas, komunikasi adalah penting, sebagai mana dikemukakan oleh Snyder (1988;209): Kemampuan suatu tim untuk mencapai tujuannya sangat tergantung pada kemampuan dari para anggotanya untuk berkomunikasi secara efektif satu sama lain. Komunikasi interpersonal merupakan tumpuan bagi terjadinya perencanaan, penyelesaian masalah,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 175

tindakan, refleksi serta evaluasi yang efektif. Sedangkan Thamhain (1990;16) menyatakan, bahwa, Komunikasi yang buruk adalah hambatan utama untuk terlaksananya tugas tim yang efektif serta tumbuhnya kinerja yang inovatif, karena itu komunikasi yang lancar, bebas ke segala arah dan menyeluruh adalah sangat penting. Sehubungan dengan itu Kepala Puskesmas beserta staf/petugas perlu memahami dan mampu menerapkan teknik komunikasi yang efektif, yaitu: Komunikasi harus menghasilkan pengertian yang sama. Hal ini sejalan dengan tujuan komunikasi. Diperlukan sikap tulus dari kedua pihak yang berkomunikasi. Kesederhanaan dan kejelasan dalam berkomunikasi untuk membantu kelancaran umpan balik oleh kedua belah pihak. Komunikasi harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan bersifat dua arah. Hindari penggunaan bahas atau istilahistilah teknis/ abstrak yang menyulitkan/mengaburkan pengertian, terutama apabila berbicara dengan orang/anggota tim kerja dari luar sektor kesehatan. Beri kesempatan kepada pihak penerima pesan untuk mendapatkan kejelasan terhadap pesan yang dianggap kurang jelas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 176

Suatu pesan yang disampaikan harus singkat padat (concise), lengkap mengandung semua informasi yang perlu (comprehensive and complete), langsung (to the point) benar dan nyata (correct and based on facts). Pesan tidak boleh mengandung informasi yang kurang atau berlebihan. Hargai perbedaan pada setiap individu, karena mungkin setiap orang memerlukan pendekatan yang berbeda, boleh jadi karena latar belakang pendidikan, situasi atau sifat pribadi manusianya. Pesan disampaikan dalam bentuk yang menarik, dalam gaya bicara ataupun penyajian. Menunjukkan sikap dan kepercayaan diri, serta keyakinan yang dapat mempengaruhi penerima pesan. Menunjukkan kemampuan menjadi pendengar yang baik. Berilah kesempatan kepada setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya, dan berusaha untuk memahami dengan menunjukkan kesungguhan anda mendengarkan. Penting untuk selalu disadari bahwa komunikasi adalah proses timbal balik yang mencakup: penyampaian, penerimaan pesan dan siklus umpan balik.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 177

Penugasan 3.Role playing komunikasi Fasilitator memberi penugasan melakukan role play/bermain peran komunikasi. Petunjuk role play pada halaman 26

4. Kemitraan Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu atau institusi yang sepakat bekerjasama dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam membangun kemitraan perlu diperhatikan prinsip dasar kemitraan, landasan kemitraan dan kunci keberhasilan kemitraan. Prinsip Dasar: Kesetaraan (Equity) Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam pelaksanaan upaya kesehatan harus diberi kepercayaan penuh, dihargai dan diberikan pengakuan dalam hal kemampuan dan nilainilai yang dimiliki. Keterbukaan (Transparancy) Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam pelaksanaan upaya kesehatan yakin dan percaya setiap kesepakatan akan dilakukan dengan terbuka, jujur tidak saling merahasiakan sesuatu. Saling menguntungkan (Mutual benefit)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 178

Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam pelaksanaan upaya kesehatan akan mendapatkan keuntungan/manfaat bersama dari kemitraan tersebut. (keuntungan/manfaat tidak selalu bersifat material). Landasan Kemitraan: Saling memahami kedudukan, tugas, fungsi dan struktur masing-masing. Saling memahami kemampuan (capacity). Saling menghubungi (linkage) Saling mendekati (proximity) Saling bersedia membantu dan dibantu (openess). Saling memberi dorongan dan mendukung (support) Saling menghargai (respect). Kunci Keberhasilan: Adanya komitmen/kesepakatan bersama. Adanya kerjasama yang harmonis. Adanya koordinasi yang baik. Adanya kepercayaan sesama mitra. Adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai. Adanya kejelasan peran dan fungsi dari masingmasing mitra. Prinsip, landasan dan kunci keberhasilan kemitraan tersebut harus diterapkan baik dalam

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 179

membangun kemitraan lintas program maupun lintas sektor. Dari uraian tentang kemitraan, jelaslah bahwa keberhasilan dalam membangun kemitraan merupakan kunci keberhasilan membangun tim kerja Puskesmas. Selanjutnya dalam membangun tim kerja Puskesmas, perhatikan juga tentang ciri-ciri tim yang efektif. Ciri-ciri Tim Efektif Robbins (1996) mengemukakan bahwa suatu tim tidak otomatis menjadi produktif dan mampu meningkatkan produktivitasnya, berdasarkan penelitian karakteristik dasar dari tim efektif Adalah sebagai berikut: a. Kejelasan Tujuan Suatu tim yang berkinerja tinggi memiliki pemahaman terhadap tujuan yang akan dicapai, dan meyakini bahwa mewujudkan tujuan sangat bermanfaat atau merupakan hasil yang penting. b. Keterampilan yang relevan Tim yang efektif tersusun dari individu yang kompeten, mereka mempunyai keterampilan teknis dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan memerlukan karakteristik
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 180

personel yang dapat mencapai tujuan melalui kerjasama dengan orang lain. Hal lain yang penting, dan sering tidak diperhatikan, tidak semua orang yang mempunyai kemampuan/keterampilan teknis, dapat bekerja baik sebagai anggota tim. Tim yang berpenampilan baik atau berkinerja tinggi, adalah yang mempunyai anggota yang mempunyai keterampilan keterampilan interpersonal (hubungan antar manusia). c. Komitmen Anggota yang efektif menunjukkan loyalitas dan dedikasi (pengabdian) yang tinggi pada tim. Mereka berkeinginan untuk melakukan apapun untuk membantu suksesnya tim. Kesetiaan individu pada organisasi diawali dengan tahapan: Attach, (hanya sebagai pelengkap), yaitu individu dalam tim, asal ada, asal hadir, tidak berperan serta secara aktif, individu tidak peduli dan tidak memahami misi dari suatu tim atau organisasi. Involve, yaitu ikut serta terlibat dalam aktivitas tim/organisasi, namun misi dan kepentingan individu yang dominant, jika
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 181

kegiatan organisasi tidak sesuai dengan kepentingannya, individu tersebut tidak akan aktif berperan. Commitment, individu akan berperan dalam tim dengan segenap potensi dan daya serta kemampuannya, misi dan kepentingan tim atau organisasi lebih penting dari kepentingan individu, dan atau misi/ kepentingan tim atau organisasi Jadi komitmen merupakan tahapan tertinggi dari kesetiaan individu pada suatu tim atau organisasi. d. Saling Percaya Tim yang efektif memiliki karakteristik tingginya saling percaya diantara anggotanya, dalam hal ini anggota tim meyakini integritas, karakter dan kemampuan yang lain, tetapi mungkin dapat diketahui dari hubungan antar personal, kepercayaan itu mudah pecah (hilang). Kepercayaan dan saling percaya perlu dipelihara dan diperlukan perhatian yang cukup dari manajemen. Suasana saling percaya dalam tim atau kelompok cenderung dipengaruhi oleh budaya organisasi dan tindakan dari manajemen. Organisasi yang menganut nilai terbuka,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 182

ramah, dan bekerjasama dlam proses serta hal lain yang mendorong komitmen anggota. Menurut Fernando Bartomole (1989) terdapat 6 (enam) hal yang dapat membantu anggota tim dalam menumbuhkan saling percaya, yaitu: Komunikasi timbal balik Mendukung ide anggota Menghargai dan mendelegasikan wewenang pada anggota tim. Adil, objektif dalam memberikan penilaian dan penghargaan. Dapat diramalkan, konsisten terhadap sesuatu. Menunjukkan kompetensi, mengembangkan rasa bangga dan hormat pada anggota tim dengan menunjukkan kemampuan teknis dan professional. e. Komunikasi yang baik Tidak mengherankan tim efektif mempunyai karakteristik Komunikasi yang Baik. Anggota dapat menyampaikan pesan diantara anggota lain dalam bentuk yang jelas dapat dipahami termasuk pesan non verbal. Komunikasi yang baik juga merupakan kaarakteristik sehatnya umpan balik anggota

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 183

tim. Ini membantu memberi petunjuk anggota tim dan memperbaiki kesalahpahaman. Anggota yang bekerjasama jangka panjang (lama) anggota-anggota tim dengan kinerja tinggi dapat dengan cepat dan efisien menyumbangkan gagasan dan keinginan. f. Kemampuan negosiasi Ketika job diberikan kepada individu-individu, uraian tugas, prosedur dan peraturan dan tiap dokumen formal harus menjelaskan peran anggota tim. Tim yang efektif, disatu pihak, cenderung luwes dan terus-menerus mengadakan penyesuaian. Ini membutuhkan anggota tim yang mempunyai keterampilan proses negosiasi yang memadai. Problem dan hubungan secara tetap berubah dalam suatu tim, karenanya memerlukan anggota tim yang mampu menghadapi dan menerima perbedaan-perbedaan. g. Kepemimpinan yang tepat Pemimpin yang efektif dapat memotivasi suatu tim untuk mengikuti terus pada situasi yang lebih sulit. Bagaimanapun pemimpin diharapkan dpat membantu kejelasan tujuan-tujuan, menunjukkan perubahan yang mungkin
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 184

dengan mengatasi kelambanan, meningkatkan kepercayaan diri anggota tim, serta membantu anggota tim merealisasikan potensinya secara penuh. Yang lebih penting, pemimpin yang baik tidak perlu terlalu mengarahkan atau mengontrol, tetapi pemimpin tim yang efektif lebih memerankan ke pelatihan dan sebagai fasilitator. Dia membantu membimbing dan mendukung tim. Gaya kepemimpinan yang efektif adalah yang mampu memerankan dorongan (perilaku hubungan) dan pengarahan (perilaku tugas) yang sesuai dengan tingkat kematangan anggota. h. Dukungan internal Eksternal Terakhir kondisi yang perlu untuk membuat tim efektif adalah dukungan iklim atau suasana Dukungan internal, tim menyediakan prasarana (kerangka dasar) yang baik, termasuk didalamnya menyediakan pelatihan, system dan alat ukur yang dapat dimengerti dimana anggota tim dapat mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan, program intensif untuk pengakuan dan penghargaan aktivitas tim dan system sumber daya manusia yang mendukung.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 185

Prasarana internal yang baik dapat mendukung anggota tim dan menguatkan perilaku yang mengarah ke tingkat kinerja yang tinggi. Dukungan eksternal, manajemen/ organisasi menyediakan sumber-sumber (dana/ material) yang dibutuhkan tim dalam menyelesaikan tugasnya. Agar tujuan tim tercapai perlu juga meningkatkan kekompakkan tim, dalam hal ini J.F.Stoner (1996) mengemukakan terdapat 4 (empat) cara meningkatkan kekompakkan tim, yaitu: 1) Memperkenalkan Persaingan Terjadinya konflik dengan individu lain di luar tim, kelompok lain atau tim lain dpat meningkatkan kekompakkan suatu tim. 2) Meningkatkan Ketertarikan antar Pribadi Orang cenderung bergabung dengan tim yang anggota-anggotanya mereka kenal atau dikagumi. Karenanya dalam suatu tim dpat dimulai dengan merekrut individu-individu yang menganut nilai-nilai penting yang relative sama.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 186

3) Meningkatkan Interaksi Walaupun umumnya kita jarang dapat selalu menyukai semua orang yang bekerjasama dengan kita, tetapi meningkatnya interaksi dapat memperbaiki persahabatan dan komunikasi. Anggota tim diupayakan dapat sling bertemu bukan saja pada pertemuan formal, tetapi dalam pertemuan yang lain seperti kegiatan rekreatif dan olah raga. 4) Menciptakan Sasaran Bersama dan Rasa Kebersamaan pada Anggota Tim Sasaran tim hendaknya diupayakan menjadi sasaran semua anggota tim, demikian juga rasa kebersamaan perlu diciptakan dalam suatu tim untuk peningkatan efektivitas tim kerja. Gregory Shea dan R. Guzzo mengemukakan bahwa efektivitas suatu kelompok (tim) merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu: Interdependensi tugas yaitu sejauh mana pekerjaan tim menuntut para anggotanya untuk saling berinteraksi, interdependensi tugas tingkat tinggi meningkatkan rasa potensi tim. Rasa Potensi yaitu keyakinan bersama dari kelompok/tim bahwa tim dapat menjadi lebih efektif.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 187

Interdependensi hasil adalah suatu tingkat dimana konsekuensi kerja kelompok/tim dirasakan oleh semua anggota tim.

Penugasan 4. Mengidentifikasi langkahlangkah Membangun tim kerja Puskesmas. Sebagai pemantapan dan internalisasi terhadap sesi, fasilitator memberi penugasan kepada peserta dalam kelompok untuk mengidentifikasi langkah-langkah Memnbangun tim kerja di wilayah Puskesmas masing-masing.

Referensi: 1. Departemen Kesehatan RI; Poskesdes; 2006; Jakarta Buku Saku Bidan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 188

PETUNJUK ROLE PLAYING Skenario : Kepala Puskesmas Mawar baru kembali dari menghadiri rapat bulanan di Dinas Kesehatan Kabupaten . Acara rapat terfokus pada mengevaluasi kinerja dengan pencapaian imunisasi. Rupanya Bupati menaruh perhatian terhadap program imunisasi di wilayah kabupatennya. Hasil evaluasi membuat kepala puskesmas tersentak sekaligus malu, karena pencapaian imunisasi Puskesmas mawar adalah nomor 1 dari bawah, masih terngiang ngiang di telinganya ketika kepala dinas menanyakan apakah kepala Puskesmas tidak pernah menggalang kerjasama lintas program maupun lintas sektor untuk mensukseskan program imunisasi di wilayahnya ? Ia bertekad untuk mengatasi permasalahan ini. Hari ini, kepala Puskesmas Mawar mengadakan rapat, mendahului lokakarya mini bulanan yang seharusnya dilaksanakan minggu berikutnya. Pada rapat ini diminta hadir bidan, perawat, petugas imunisasi dan petugas gizi. Kepala puskesmas harus mengkomunikasikan hasil rapat di dinas kesehatan kabupaten kepada stafnya. Terapkan prinsip prinsip komunikasi yang efektif, agar staf anda memahami pesan yang anda sampaikan serta anda juga mendapatkan komitmen mereka untuk meningkatkan bekerja secara tim.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 189

Pemegang peranan (Pemeran) : 1 orang pemeran kepala puskesmas 1 orang pemeran bidan 1 orang pemeran perawat 1 orang pemeran petugas imunisasi 1 orang pemeran petugas gizi Pengamat Pilihlah beberapa orang pengamat, misalnya 3 orang pengamat. Petunjuk bagi pengamat : Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses komunikasi yang berlangsung, yaitu : Apakah kepala Puskesmas menyampaikan tujuan rapat dengan jelas dan dimengerti oleh peserta rapat Apakah pesan yang disampaikan : Singkat padat Lengkap mengandung semua informasi yang perlu Benar dan nyata (berdasar fakta) Apakah memberi kesempatan kepada pihak penerima pesan untuk mendapatkan kejelasan terhadap pesan yang dianggap kurang jelas. Apakah gaya bicara dalam menyampaikan pesan menarik, tidak bertele tele, membosankan. Apakah semua peserta rapat menunjukkan kemampuan mendengar yang baik. Apakah komunikasi terjadi pada semua arah ? Apakah ada yang tidak menunjukkan respon ? Apakah ada yang merespon secara berlebihan ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 190

Apakah ada kesimpulan dari hasil komunikasi tersebut. Umpan balik hasil pengamatan : Setelah bermain peran selesai, mintalah pengamat inti menyampaikan hasil pengamatannya Kemudian mintalah hasil pengamatan dari peserta lain Beri kesempatan kepada para pemeran untuk menyampaikan perasaan dan pengalamannya dalam bermain peran Fasilitator menyampaikan rangkuman.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 191

MODUL 4 PERENCANAAN PUSKESMAS I. Deskripsi Singkat. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan strata pertama. Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka Puskesmas harus melaksanakan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan. Perencaanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada diwilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 192

satu tahun agar Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif dan dipertanggungjawabkan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menyusun rencana kegiatan tahunan Puskesmas. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Peserta mampu : 1. mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data Puskesmas. 2. menetapkan target program Puskesmas sesuai KW-SPM. 3. menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK). 4. menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). II. Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan: Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran khusus maka disusunlah Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan sebagai berikut: Pokok Bahasan 1: Pengumpulan dan Analisa data Puskesmas : - Data essential di Puskesmas - Metode pengumpulan data - Pengolahan data - Analisis data

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 193

Pokok Bahasan 2: Target Program Puskesmas. Pokok Bahasan 3: Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) : - Identifikasi Masalah - Menetapkan Prioritas - Merumuskan Masalah - Mencari Akar Penyebab - Menetapkan Cara Pemecahan Masalah - Menyusun RUK Upaya Kesehatan Wajib - Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan Pokok Bahasan 4: Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) : - Langkah-langkah RPK - Menyusun RPK dalam bentuk matriks

Langkah-langkah Pembelajaran Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi sebelumnya. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah mempunyai pengalaman dalam

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 194

melaksanakan perencanaan Puskesmas untuk menyampaikan pengalamannya. Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.

Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (180 menit/ 4 JPL @ 45 menit) Secara singkat fasilitator menyampaikan rangkuman isi Pokok Bahasan 1 sampai dengan pokok bahasan 5 modul Perencanaan Puskesmas. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk menanggapi uraian tersebut. Fasilitator membagi ke dalam V kelompok , kelompok I membahas Pokok bahasan 1: Pengumpulan dan Analisa data Puskesmas, kelompok II membahas Pokok Bahasan 2: Target Program Puskesmas,kelompok III membahas Pokok Bahasan 3: Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan, kelompok IV membahas Pokok Bahasan 4: Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), yang dituliskan pada kertas flip chart atau diketik di komputer dan di presentasikan. Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil pendapat tiap kelompok. Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator memberikan komentar serta memberikan kesimpulan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 195

Langkah 3. Mempraktikkan penyusunan perencanaan Puskesmas (500 menit/ 11 JPL @45 menit) Fasilitator menjelaskan tentang langkah-langkah atau petunjuk diskusi kelompok. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok Puskesmas. Selanjutnya peserta diminta untuk menyiapkan bahan rujukan yang harus dibawa yaitu laporan tahunan Puskesmas, Profil Puskesmas, dan Data Wilayah Kerja Puskesmas. Peserta diminta untuk menyusun rencana Puskesmas. Penyusunan Rencana Puskesmas dapat dilakukan secara bertahap : - Latihan 1 Menganalisis Data - Latihan 2 Menentukan Target Puskesmas - Latihan 3 Melakukan Identifikasi Masalah - Latihan 4 Menentukan Prioritas Masalah - Latihan 5 Membuat Rumusan Masalah - Latihan 6 Mencari Akar Penyebab Masalah - Latihan 7 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah - Latihan 8 Menyusun RUK Upaya Kesehatan Wajib Dan Upaya Kesehatan Pengembangan (Rencana Tahunan Puskesmas) Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 196

Fasilitator memberikan komentar menyimpulkan hasil diskusi tersebut.

dan

Langkah 4 Rangkuman (30 menit) Fasilitator menyampaikan rangkuman secara keseluruhan dan melakukan dialog dengan peserta bagaimana selanjutnya agar Puskesmas dapat menyusun perencanaan (RUK dan RPK) dengan baik.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 197

Uraian Materi A. Pengumpulan dan Analisa Data Puskesmas. 1. Data-data essensial di Puskesmas. a. Data Umum. 1) Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas pelayanan (format 1). Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa/kecamatan. 2) Data sumber daya. Data ini mencakup sumberdaya Puskesmas termasuk Puskesmas pembantu dan bidan di desa, yang mencakup : Ketenagaan (format 2a) Obat dan Bahan habis pakai (format 2b) Peralatan (format 2c) Pembiayaan yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan lain lain. Sarana dan prasarana termasuk gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan (format 2e)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 198

3) Data Peran serta masyarakat ( format 3), mencakup jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat. 4) Data penduduk dan sasaran program ( format 4 ). 5) Data ini mencakup jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan dan data estimasi sasaran di Dinas kesehatan kabupaten/kota. 6) Data sekolah (format 5) 7) Data ini mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll. 8) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas (format 6). 9) Data ini mencakup lingkungan rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan sistim pembuangan air limbah.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 199

b. Data khusus ( hasil penilaian kinerja Puskesmas ). 1) Status kesehatan yang terdiri dari data kematian (format 7), Kunjungan kesakitan (format 8), Pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan (format 9). 2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat pada laporan W1(Simpus). 3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1(satu) tahun terakhir di tiap desa/kelurahan (format 11). 4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain (format 12). 2. Metoda Pengumpulan Data. a. Penentuan sumber data. Sumber utama data kinerja Puskesmas adalah catatan hasil kegiatan Puskesmas yang terekam dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan data lainnya seperti hasil survei kepuasan pelanggan untuk menilai mutu pelayanan Puskesmas. Sedangkan laporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai sumber data untuk penilaian. Untuk kepentingan verifikasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota digunakan laporan hasil penghitungan Puskesmas,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 200

b.

c.

laporan SP2TP, laporan lain yang berkaitan dan hasil supervisi langsung ke Puskesmas. Format Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format yang telah disepakati. Pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh petugas atau pengelola program yang bersangkutan. Data yang diperoleh diperbaharui setiap bulan, sehingga pada akhir tahun diperoleh data yang baru.

3. Sumber Data Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan perencananan Puskesmas. Kegiatan pengolahan data meliputi: Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran data yang dikumpulkan (cleaning and editing). Kegiatan penghitungan khususnya untuk mendapatkan nilai keadaan dan pencapaian hasil kegiatan Puskesmas (calculating). Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang akan menjadi suatu informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan (tabulating).
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 201

Pelaksanaan pengolahan data di tingkat Puskesmas dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama Tim Kecil Puskesmas. Sedangkan pengolahan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan oleh Tim Kecil yang ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 4. Analisa data Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan kualitas data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa. Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa data tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan masing-masing Puskesmas. Analisa data dilakukan oleh team di Puskesmas. Hasil analisis data, baik data umum maupun data khusus, harus menghasilkan suatu rumusan atau kesimpulan, yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah sbb: Berdasarkan Data Wilayah dan Fasilitas Kesehatan (Format 1)
Page 202

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

a. b. c.

Perlu/ tidak peningkatan akses pelayanan Perlu/ tidak peningkatan jumlah fasilitas pelayanan Ada/ tidak potensi untuk upaya kesehatan pengembangan

Berdasarkan Data Ketenagaan (Format 2a) a. Ada/ tidak tenaga yang harus ditingkatkan kuantitasnya? Tenaga apa? b. Ada/ tidak tenaga yang harus ditingkatkan kualitasnya? Tenaga apa? (misalnya Karena tidak mungkin menambah tenaga) Berdasarkan Data Keadaan Obat Dan Bahan Habis Pakai (Format 2b) a. Apa saja obat yang banyak digunakan? b. Apa saja obat yang banyak bersisa? c. Ada/ tidak potensi terjadinya pengobatan tidak rasional (Masih prakiraan, tapi perlu perhatian) Berdasarkan Data Keadaan Peralatan Kesehatan (Format 2c) a. Alat apa yang perlu perbaikan ? b. Alat apa yang perlu penambahan ? c. Apakah kendala peralatan kesehatan Puskesmas saat ini potensial mengganggu kelancaran pelayanan di Puskesmas ? apakah masih bisa diatasi ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 203

Berdasarkan Data Pembiayaan Kesehatan Di Puskesmas (Format 2d) a. Biaya sudah/ belum memadai untuk operasional Puskesmas ? b. Ada/ tidak potensi sumber biaya lain yang dapat digali oleh Puskesmas ? Berdasarkan Data Sarana Prasarana Kesehatan Di Puskesmas (Format 2e) a. Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya mengganggu kelancaran pelayanan Puskesmas ? b. Jenis sarana penunjang apa yang kondisinya mengganggu kelancaran pelayanan penunjang di Puskesmas ? Berdasarkan Data Peran Serta Masyarakat (Format 3) a. Adakah jumlah posyandu yang harus ditambah ? didesa/ kelurahan apa ? (lihat juga data penduduknya, terutama balita) b. Berapa jumlah kader/ dukun bayi/ toma yang harus dilatih ? Berdasarkan Data Penduduk Dan Sasaran Program (Format 4) a. Bagaimana gambaran sasaran program menurut kelompok umur/ usia ? b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk kelompok keluarga miskin dan sasaran program tersebut ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 204

Berdasarkan Data Sekolah (Format 5) a. Bagaimana persentase sekolah UKS ? b. Bagaimana persentase kader UKS di setiap jenjang sekolah ? c. Bagaimana persentase guru UKS di setiap jenjang sekolah ? d. Program apa yang potensial untuk pengembangan UKS ? Berdasarkan Data Kesehatan Lingkungan (Format 6) a. Bagaimana urutan persentase dari yang paling rendah ke yang paling tinggi ? b. Apa persentase yang paling rendah dan terjadi di banyak lokasi ? Berdasarkan Data Kematian (Format 7) a. Apa penyebab kematian terbanyak ? b. Apa penyebab kematian perempuan terbanyak ? c. Apa penyebab kematian bayi/ balita/ usia sekolah/ PUS/ lansia terbanyak? Berdasarkan Data Kunjungan (Format 8) a. Persentase kunjungan baru dan lama b. Jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa terjauh/ transportasi sulit? c. Apakah potensial untuk meningkatkan akses pelayanan ?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 205

Berdasarkan Data Sepuluh Penyakit Terbanyak (Format 9) a. Apa penyakit terbanyak pada laki-laki ? b. Apa penyaklit terbanyak pada perempuan ? c. Apakah potensial untuk upaya kesehatan pengembangan ? Berdasarkan Data Kejadian Luar Biasa (Format 10) a. Jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak ? b. Jenis KLB apa dengan lokasi paling luas ? c. Jenis KLB apa yang paling banyak menimbulkan kematian ? Berdasarkan Cakupan Program Pelayanan Kesehatan (Format 11) a. Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya masih rendah ? b. Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah dilaksanakan ? c. Upaya kesehatan apa yang pencapainnya masih rendah ?
Kerjakan Latihan 1 . Menganalisis Data Petunjuk latihan pada Lembar kerja 1 di hal 391

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 206

B. Target Program Puskesmas. Beberapa metoda penentuan target yang dilakukan di Puskesmas adalah sebagai berikut: 1. Target ditentukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Misalnya untuk indikator beberapa program seperti TB ( CDR 70%, Convertion Rate 80 %, dll) KIA/KB Cakupan K4 80%, Linakes 70 % ). 3. Target ditentukan sendiri oleh Puskesmas sesuai dengan ketersediaan sumber daya yang tersedia di Puskesmas. Untuk kegiatan ini Puskesmas dan staff bersama sama menentukan target target tersebut berdasarkan Standar pelayanan minimal yang ditentukan dari Pusat/Propinsi. 4. Target dapat diperoleh dengan cara membuat perkiraan secara matematis terhadap kemungkinan pencapaian program. 5. Target dapat juga ditetapkan berdasarkan Prestasi terbaik yang pernah dicapai Puskesmas yang bersangkutan.
Kerjakan Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas Petunjuk latihan pada Lembar kerja 2 di hal 391

C. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan. Penyusunan rencana usulan kegiatan dilaksanakan dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut yaitu menyusun rencana kegiatan yang bertujuan untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 207

mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah dan menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut. Kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas. Penyusunan rencana usulan kegiatan terdiri dari langkah-langkah : 1. Identifikasi masalah. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu dan ketersediaan sumber daya. Contoh : Tabel 21. Identifikasi Masalah. No Program Target Pencapaia n 1 2 3 . n

Kesenjang an

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 208

Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dari Format 11, Cakupan Program Pelayanan Kesehatan No. A Upaya Kesehatan Wajib. Target diisi berdasarkan hasil penentuan target Puskesmas. Pencapaian diisi dari kolom jumlah pencapaian, yang merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh kelurahan/ desa. Kesenjangan antara pencapaian dan target, merupakan masalah. Kemungkinan teridentifikasi beberapa masalah.
Kerjakan Latihan 3. Menentukan Identifikasi Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 3 di hal 392

2. Menetapkan urutan prioritas masalah. Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah sekaligus, maka perlu masalah diprioritaskan dengan pendekatan tertentu. Berbagai metode untuk memprioritaskan masalah seperti Kriteri matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb. Penggunaan alat atau metode diserahkan pada masing masing Puskesmas. Contoh kriteria matriks: Tabel 22. Matriks Urutan Prioritas Masalah Masalah Masalah Masalah Masalah Kriteria 1 2 3 4 Tingkat urgensi/ Urgency (U)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 209

Tingkat keseriusan/ Seriousnes (S) Tingkat perkembangan/ Growth (G) Total Cara menggunakan/ mengisi matriks : a. Tentukan nilai untuk setiap kriteria, misalnya ditetapkan 1-5 b. Tingkatkan urgensi (U) : masalah yang sangat mendesak untuk segera ditanggulangi, mendapatkan nilai yang lebih tinggi. c. Tingkat keseriusan (S) : Masalah yang perlu penanganan serius dan apabila tidak diatasi akan semakin memprihatinkan/ akibat semakin buruk, mendapatkan nilai yang lebih tinggi. d. Tingkat perkembangan (G) : Masalah yang apabila tidak ditanggulangi akan semakin meluas, mendapatkan nilai yang lebih tinggi. e. Hasil penilaian (Total) : Nilai U x S x G. f. Buat urutan prioritas berdasarkan urutan Nilai Total dari yang terbesar sampai terkecil.
Kerjakan Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 4 di hal 392-393

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 210

3. Merumuskan masalah Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya, Siapa yang terkena masalah, Besarnya masalah, Dimana terjadinya dan Bilamana masalah itu terjadi ( 4W, 1H), What, Who, When, Where, dan How Much. Contoh Rumusan Masalah
Kerjakan Latihan 5. Merumuskan Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 5 di hal 393

Masih tingginya angka kematian balita akibat diare yaitu sebesar 20% di desa A, wilayah Puskesmas X, pada tahun 2006. 4. Mencari akar penyebab masalah. Mencari akar penyebab masalah dapat digunakan antara lain dengan menggunakan alat/tools : a. Diagram sebab akibat ( Diagram Ishikawa ) atau sering juga disebut diagram tulang ikan. b. Pohon Masalah ( problem tree ). Contoh penggunaan Diagram ishikawa. Masalah : Cakupan persalinan tenaga kesehatan rendah (mis 40 %) Langkah langkah: 1) Tuliskan masalah pada tulang ikan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 211

2) Buat garis mendatar dengan panah menyentuh kepala ikan. 3) Tetapkan kategori utama penyebab utama. 4) Buat garis miring dengan anak panah kearah garis datar. 5) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori sampai mengakomodasi semua unsur dalam kategori tersebut. 6) Ulangi hal yang sama pada kategori utama yang lain. 7) Setelah semua ide/ gagasan dicatat, lakukan klarifikasi untuk menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah tersebut.

Lingkungan

Alat

Metode

Material

Manusia

Diagram 4. Diagram Ishikawa

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 212

Mencari penyebab masalah dengan menggunakan Pohon masalah ( Problem Trees) Langkah langkah: 1) Tuliskan masalah pada kotak dipuncak pohon masalah. 2) Buat garis vertikal menuju kotak tersebut. 3) Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada kotak dibawahnya dengan arah panah menuju kekotak masalah. 4) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori. 5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama yang lain. 6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan pada kotak yang ada dibawahnya. 7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dll.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 213

POHON MASALAH ANALISIS SEBAB AKIBAT KEGIATAN : ..


AKIBAT

Masalah utama

Catatan : Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, baik menggunakan diagram Ishikawa maupun pohon masalah, kemungkinan penyebab masalah dapat ditelusuri dari :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 214

a. Input (sumber daya) : manusia/ tenaga, jenis dan jumlah obat/ sarana/ fasilitas, prosedur kerja, dana dan lain-lain b. Proses (pelaksanaan kegiatan) : frekuensi, penggunaan metode/ prosedur, kepatuhan terhadap standar pelayanan, supervisi/ pembinaan dll. c. Lingkungan : kebijakan, political will dll Buatlah kesimpulan dari hasil menentukan akar masalah tersebut. Akar penyebab masalah adalah........
Kerjakan Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 6 di hal 394

5. Menetapkan cara-cara pemecahan masalah: Untuk menetapkan cara pemecahan masalah, dapat dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan diantara tim dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahannya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 215

Contoh: Tabel 23. Cara Pemecahan Masalah. Prioritas Masalah Penyebab masalah Alternatif Pemecahan pemecahan masalah Ket masalah terpilih

No

1 2 3 4 dst Cara pengisian tabel, sebagai berikut : a. Prioritas masalah : ditulis sesuai dengan hasil urutan prioritas masalah b. Penyebab masalah : ditulis berdasarkan hasil mencari akar penyebab masalah c. Alternatif pemecahan masalah : diperoleh berdasarkan hasil brainstorming anggota tim, tentang alternatif pemecahan masalah yang diusulkan, ada beberapa alternatif. d. Pemecahan masalah terpilih : dapat di peroleh melalui hasil kesepakatan anggota tim atau menggunakan matriks USG, metode MCUA dan lain-lain. RUK, sebagai program hasil analisis masalah. Untuk setiap prioritas masalah harus dapat ditentukan pemecahan masalah terpilih . Pemecahan masalah terpilih akan menjadi bahan penyusunan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 216

Kerjakan Latihan 7. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 7 di hal 395

D. Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK): Pengusulan rencana usulan kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang yang meliputi: 1. Kegiatan tahunan yang akan datang yang meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional, dan program hasil analisa masalah. 2. Kebutuhan sumberdaya berdasarkan ketersediaan yang ada pada tahun sekarang. 3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumberdaya yang dibutuhkan kedalam format RUK Puskesmas. RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. 1. RUK Upaya Kesehatan Wajib. a) Menyusun rencana usulan kegiatan kesehatan wajib kedalam matriks. upaya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 217

b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib. Rencana ini diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapat pembahasan pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan berasal dari non pemerintah maka diusulkan kepada institusi yang bersangkutan. c) Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan. Jadwal penyusunan rencana usulan kegiatan dilakukan dengan memperhatikan siklus perencanaan kabupaten/kota, yaitu jadwal pembahasan yang dilakukan oleh kabupaten/kota sehingga RUK tersebut harus sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebelum dilakukan pembahasan, demikian pula dengan rencana usulan kegiatan untuk mitra kerja Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 218

Tabel 24. Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib No Upaya Kesehatan Prom Kes Kes Lingk KIA & KB Gizi Masy P2M Pengobatan Keg Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Dana Dana Alat Tenaga Indikator Keberha silan Sumber Pembia yaan

1 2 3 4 5 6

Catatan : Kegiatan diisi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya mencapai tujuan program Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan program Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang akan dicakup kegiatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 219

Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan oleh Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah sumber daya dan target pasar serta pencapaian tahun lalu Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau pendapatan fungsional Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 220

2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan a) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan Telah disebutkan bahwa upaya kesehatan pengembangan dapat dipilh dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat berupa inovasi yang dikembangkan sesuai dengan permasalahan kesehatan yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas, diantaranya bisa berasal dari hasil analisis data Puskesmas, seperti hasil analisis berdasar data Format 1, 3, 5, 9 dan 11 Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama sama masyarakat (Konsil kesehatan kecamatan/Badan penyantun Puskesmas) melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei mawas diri). Tetapi apabila kemampuan itu tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas dengan melibatkan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun Puskesmas. Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan Puskesmas yang sangat beragam. Dengan pertimbangan kondisi sumberdaya yang ada, baik tenaga, sarana maupun biaya, maka perlu dibuat penyusunan prioritas. Apabila Puskesmas belum mampu ,menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan tersebut tetapi telah menjadi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 221

kebutuhan masyarakat setempat maka dinas kesehatan kabupaten/kota yang wajib menyelenggarakannya. b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan kedalam matriks. Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan pengisian matriks R.U.K. Upaya Kesehatan Wajib.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 222

Tabel 25. Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan

No

Upaya Kesehatan

Keg

Tujua n

Sasaran

Target

Kebutuhan Sumber Dana Dana Alat Tenag a

Indikat or Keberh a silan

Sumber Pembia yaan

1 2 3 4 5 6
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 223

c) Mengajukan RUK kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan. RUK upaya kesehatan pengembangan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota bersama sama dengan RUK upaya kesehatan wajib. RUK ini dapat juga diusulkan kepada pihak pihak non pemerintah. Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada diwilayahnya untuk ikut serta dalam pembiayaan tersebut. Penggalangan dana dapat dilakukan kepada masyarakat, perusahaan, swasta, atau LSM melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan yang telah disusun dengan didukung oleh data yang telah diolah, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat dan mitra kerja Puskesmas. Potensi lainnya dapat pula berasal dari pendapatan fungsional Puskesmas atau sumber pembiayaan lainnya.

Kerjakan Latihan 8. Menyusun RUK Petunjuk latihan pada Lembar kerja 8 di hal 395

E. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Tahap ini merupakan pelaksanaan upaya kesehatan wajib , upaya kesehatan pengembangan , upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan bersama , terpadu dan terintegrasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 224

sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah langkah. 1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui. 2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan rencana usulan kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi saat penyusunan RPK. 3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan. 4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK. 5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 225

Contoh Tabel 26. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas..Tahun. No Upaya Kesehat an
Promkes Keslingk KIA/KB Perb. Gizi P3M 6 7 Pengobat an

Keg

Sasara n

Targe t

Vol Keg

Rincian Pelaks.

Lokasi Pelaks.

Tenaga Pelaksan a

Jadw al

Biaya

1 2 3 4 5

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 226

Catatan : No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan pengembangan yang diusulkan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 227

Diagram 5. TAHAP TAHAP PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS


DATA PROSES PERSIAPAN DATA UMUM

PROSES PERSIAPAN

Pengumpulan

data

Penyusunan RUK

Penyusunan RPK

Lokakarya Mini

DATA KHUSUS Penilaian kinerja Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 228

Dengan demikian Puskesmas sekarang memiliki rencana tahunan Puskesmas, Meliputi : a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1 tahun b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1 tahun

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 229

Latihan 1. Menganalisis Data Petunjuk Latihan : 1. Peserta dibagi dalam kelompok Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok Siapkan bahan rujukan yang harus dibawa yang merupakan data informasi tentang Puskesmas saudara, seperti Laporan Tahunan Profil Puskesmas, Data Wilayah Kerja.dll Siapkan juga format-format yang diperlukan (format1, format 2a-e, format 312) Isikan data Puskesmas kedalam setiap format yang sesuai. Koreksi kebenaran pengisiannya. Lakukan analisis dengan menggunakan analisis deskriptif Buatlah kesimpulan/ rumusan hasil analisis data tersebut (dapat menggunakan cara rumusan hasil analisis data yang tercantum pada hal 6-8 modul ini)

Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas Petunjuk Latihan: 1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas 2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb : o Identifikasi target Puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kab/ kota, untuk pogram apa dan berapa
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 230

Identifikasi target yang harus ditentukan oleh Puskesmas : - Untuk program apa - Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan. Identifikasi target yang harus ditentukan berdasarkan perkiraan secara matematis - Untuk program apa - Berapa perkiraan targetnya Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil terbaik yang pernah dicapai Puskesmas - Untuk program apa - Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai - Berapa target sekarang

Latihan 3 Identifikasi Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti pada contoh dihalaman 7 modul ini. o Siapkan format 11 Cakupan Program Pelayanan Kesehatan btk A. Upaya Kesehatan Wajib, yang telah diisi dengan data Puskesmas. o Isi kolom program dengan jenis program dari Upaya Kesehatan Wajib
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 231

o o

Isi kolom target, dengan hasil pemantauan target Puskesmas untuk setiap program. Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah pencapaian yang merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh kelurahan/ desa. Isi kolom kesenjangan dengan membandingkan antara target dan pencapaian. Program yang memiliki kesenjangan (negatif atau kurang dari target) merupakan masalah. Identifikasi masalah-maslah tesebut, kemungkinan ada beberapa masalah. Tuliskan semua masalah

Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok tim Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok : o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang teridentifikasi. (misal masalah 1 : Program.....dst) o Tentukan metode penentuan prioritas masalah yang dipilih oleh tim. (misalnya metode kriteria matriks USG. o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks pada halaman 7). Buatlah kolom masalah, sejumlah masalah yang teridentifikasi.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 232

Isilah nilai setiap kriteria dari setiap masalah dengan cara : - Setiap anggota kelompok diminta untuk memberi nilai untuk kriteria (U) dari masalah 1, kemudian dibuat reratanya. Nilai Rerata diisi pada kolom masalah 1. Lakukan hal yang sama untuk nilai kriteria (K) untuk masalah lainnya (masalah 2 dstnya) - Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan juga hal yang sama - Demikian juga untuk nilai kriteria (G) - Isi nilai total setiap masalah dengan perkalian nilai kriteria (U) x(S) x(G). - Tuliskan urutan prioritas dari total nilai yang terbesar sampai yang terkecil. - Urutan prioritas masalah adalah : (1) ......................................... (2) ......................................... (3) .........................................

Latihan 5 Merumuskan Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok : Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan pengkajian : - Apa masalah tersebut ? - Siapa yang terkena ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 233

Berapa besar masalah tersebut (dalam jumlah nominal) dalam persen/ dalam luas wilayah yang terkena dsb) - Dimana lokasi terjadinya? - Bilamana kurun waktu tertentu (musim tertentu dll) Buatlah dalam rumusan pernyataan masalah (problem Statement) meliputi : 4W, 1 H tersebut. -

Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok : Menentukan metode yang akan digunakan Tuliskan masalah prioritas yang akan ditelusuri akar penyebabnya Ikuti langkah-langkah dari metode yang dipilih pada halaman 8 dan 9, modul ini. Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram Ishikawa atau kotak-kotak pada diagram pohon masalah, harus melibatkan semua naggota tim. Penentuannya harus berdasarkan data/ fakta. Ingat dan gunakan hasil analisis data pada latihan 1. Buat kesimpulan akar penyebab masalah yaitu :....................

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 234

Latihan 7. Menentukan Cara Pemecahan Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok : Review hasil prioritas masalah dan akar penyebab dari setiap masalah prioritas tersebut. Buat tabel cara pemecahan masalah (contoh tabel pada halaman 10) Lakukan brainstorming, agar setiap anggota kelompok berpartisipasi menyampaikan usulan alternatif pemecahan masalah . Buat kesepakatan tentang pemecahan masalah yang terpilih, atau penentuannya dilakukan dengan menggunakan metode matriks USG/ MCUA, dll Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan Masalah Terpilih. Hasil ini akan menjadi bahan penyusunan RUK. Latihan 8. Menyusun RUK Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok :

kelompok

(tim)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 235

Pelajari format RUK (matriks RUK) pada halaman 11 Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajib, menggunakan matriks tersebut. Gunakan hasil analisis data dan informasi Puskesmas, serta hasil langkah-langkah pemecahan masalah Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan yang akan dilaksanakan di Puskesmas saudara. Hasil analisis data format 1,3,5,9 dan 11, dapat membantu dalam menentukan Upaya Kesehatan Pengembangan, atau berdasar hasil SMD dll. Susunlah RUK Upaya Kesehatan Pengembangan menggunakan matriks (contoh matriks pada halaman 12 ) Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan sebagai Rencana Tahunan Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 236

STUDI KASUS INTEGRASI LAYANAN KOMPREHENSIF HIV-AIDS BERKESINAMBUNGAN DALAM MANAJEMEN PUSKESMAS

Skenario 1 Puskesmas A terletak di Kota epidemi terkonsentrasi HIV-AIDS tetapi belum punya program dan tidak ada data kasus/laporan, bagaimana perencanaan puskesmas tersebut? Skenario 2 Puskesmas B belum punya program HIV-AIDS, tetapi ada data temuan kasus di lapangan/media massa yang mengarah ke HIV-AIDS seperti balita gizi buruk, pasien TB yang tidak sembuh setelah pengobatan. Skenario 3 Puskesmas C sudah punya klinik IMS, di wilayah kerjanya terdapat daerah pertambangan, atau daerah wisata, bagaimana perencanaan puskesmas tersebut?

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 237

Penjelasan Skenario : Harus dapat menjawab tahapan perencanaan 1. Proses persiapan Puskesmas membuat tim perencanaan di internal. Tim perencanaan terdiri dari tim pengumpul data dan analisa data 2. Proses pengumpulan data A. Data umum :

1) Peta wilayah kerja Puskesmas mencakup : Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS Swasta, Klinik, Pustu) Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Lokalisasi / daerah risiko tinggi Fasilitas umum Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa/kecamatan atau internet.

2) Data sumber daya. Data ini mencakup sumberdaya Puskesmas termasuk Puskesmas pembantu dan bidan di desa, yang mencakup : Ketenagaan Obat dan Bahan habis pakai Peralatan Pembiayaan yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan lain lain.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 238

3) Sarana dan prasarana termasuk gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan 4) Data Peran serta masyarakat, mencakup : Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat LSM UKBM / kemitraan

5) Data sasaran program. 6) Data penduduk mencakup jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan dan data estimasi sasaran di Dinas kesehatan kabupaten/kota. 7) Data sekolah mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll. 8) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas mencakup : lingkungan rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan sistim pembuangan air limbah. 9) Data tempat yang berpotensi menjadi tempat penularan HIV-AIDS (hotspot) seperti :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 239

lokalisasi, tempat penginapan, dll

hiburan

malam,

tempat

B. Data khusus : 1) Status kesehatan yang terdiri dari data kematian, kunjungan kesakitan, pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan. 2) Kejadian luar biasa dapat dilihat pada laporan W1(Simpus). 3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1(satu) tahun terakhir di tiap desa/kelurahan terutama data ibu hamil. 4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain. C. Data hasil survey : Survei yang dilakukan oleh puskesmas sendiri.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 240

Skenario 1 Puskesmas A terletak di Kota epidemi terkonsentrasi HIV-AIDS (menurut laporan survelaince), tetapi belum punya program dan tidak ada data kasus/laporan, Bagaimana perencanaan puskesmas tersebut? Data Umum : 1. Jumlah Penduduk : 42.000 orang, Laki-laki : 22.854, Perempuan : 19.146. 2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah kebawah. Jumlah keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan) 3. Pekerjaan : Buruh pabrik : 37,54% Petani : 47,57% PNS/TNI/POLRI : 1,19% Pedagang : 13,70% 4. Pendidikan Tidak tamat SD : 7,25% SD/MI : 30,78% SLTP/MTS : 27,59% SLTA/MA : 33,95% PERGURUAN TINGGI : 0,43% 5. Data sekolah : Klasifikasi Sekolah : TK : 8 SD ; 17 MI : 3 SLTP ; 3 MTS ; 3

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 241

SMU ; 1 MA ; 1 SEKOLAH TINGGI ; 1 PONDOK PESANTREN ; 10 SLB ; 1 UKS Jumlah Guru UKS : 15 Jumlah Dokter Kecil : 20

6. Data Peran Serta Masyarakat : Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat LSM UKBM / kemitraan

7. Data Lapas / Rutan : 8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas mencakup : Lingkungan rumah sehat Tempat pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum, Tempat pembuangan sampah Sarana air bersih Jamban keluarga Sistim pembuangan air limbah. 9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat penularan HIV-AIDS (hotspot) : Lokalisasi, Tempat hiburan malam/karaoke Tempat penginapan Salon, Spa, Panti Pijat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 242

10.Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup : Fasilitas pelayanan kesehatan (RSUD, RS Swasta, Klinik, Pustu) Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Lokalisasi / daerah risiko tinggi Fasilitas umum kantor

Data ini dapat diperoleh di kelurahan/desa/kecamatan atau internet. Data Puskesmas :

1. Data sumber daya Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang mencakup : Ketenagaan Obat dan bahan habis pakai Peralatan Pembiayaan (berasal dari Pemerintah, masyarakat dan lain-lain) 2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, kendaraan 3. Data Fasilitas Kesehatan : RS Swasta : 1 Klinik : 2 Pustu : 1 Poskesdes : 5 desa Posyandu : 20 (kader aktif : 310) 4. Data Kesehatan Lingkungan : Rumah sehat Tempat pembuatan makanan/minuman
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 243

TTU TPA Sarana air bersih Jamban Keluarga Sistem pembuangan air limbah 5. Jumlah Sasaran Kelompok Khusus WUS ; 11550 PUS ; 8604 Ibu hamil : 1,1 x CBR x 42000 = 462 orang Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 42000 = 441 orang Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 42000 = 441 orang Peserta KB ; 4376 6. Target : K1 : 85 %, K4 : 70% 7. Status kesehatan yang terdiri dari Data Kematian (Jumlah kematian ibu hamil dan bayi), penyebab kematian. Data kunjungan kesakitan Pola penyakit : 10 penyakit terbesar 8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus) 9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu hamil 10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau pihak lain 11. Data Kesakitan (mengarah ke HIV-AIDS) : Data penderita TB baru BTA positif 30 orang

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 244

Analisa Data

Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak sembuh 1 orang Data anak dengan gizi buruk yang sudah diintervensi tidak mengalami perbaikan 3 orang Data penderita diare persisten/kronis 10 orang

Dari hasil pengumpulan data didapatkan : o Data penderita TB baru BTA positif 30 orang o Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak sembuh 1 orang o Data anak dengan gizi buruk yang sudah diintervensi tidak mengalami perbaikan o Data penderita diare persisten/kronis Maka dari data di atas ditentukan masalah utama di puskesmas tersebut : 1. TB 2. Gizi buruk 3. Diare Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan metode USG, dari hasil metode tersebut terpilih masalah utama yaitu gizi buruk pada balita yang sudah diintervensi tetapi tidak sembuh. Kemudian dilakukan pencarian sebab masalah dengan pohon masalah, fish bone.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 245

Diagram 6. Diagram Ishikawa Skenario 1


Lingkungan Alat
Pemeriksaan lab lengkap tidak dilakukan Timbangan rusak Tidak ada SOP gizbur

Metode

Gizi buruk yang tidak sembuh

SDM tidak terlatih

Material

Manusia

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 246

Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab masalah : 1. SDM puskesmas tidak terlatih 2. Tidak dilakukan pemeriksaan lab lengkap 3. Timbangan rusak 4. SOP penatalaksanaan gizi buruk yang benar tidak ada Dari empat penyebab permasalahan dilakukan pemilihan melalui metode scoring (Carol, Hanlon, MCUA) didapatkan penyebab utama yaitu tidak dilakukan pemeriksaan lab lengkap pada anak gizi buruk. Dengan mempertimbangkan puskesmas berada di kota dengan epidemi terkonsentrasi, harus dipikirkan untuk pemeriksaan tes HIV-AIDS pada anak tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 247

Tabel 27. Cara Pemecahan Masalah Skenario 1 No Prioritas Penyebab Masalah Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah terpilih Ket

Gizi buruk

Pemeriksaan Dilakukan Dilakukan Karena terletak lab lengkap pemeriksaan pemeriksaan di daerah tidak lab epidemic lab dilakukan terkonsentrasi Petugas sebaiknya dilatih dilakukan pemeriksaan HIV-AIDS

2 3 4 5 6 Dst

TB Diare

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 248

Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK Tabel 28. Matrik Rencana Usulan Kegiatan Skenario 1
No Upaya Keseha tan Dana 1 Prom. Kes. Penyuluhan PHBS Orang tua anak (ibu dan bapak) Alat Tenaga Kegiatan Tuju an Sasar an Tar get Kebutuhan sumberdaya Indikator keberha silan Sumber pembia yaan

Kes. Lingk KIA & KB Pemeriksaan skrining HIVAIDS pada ibu hamil Gizi Masy. Pemeriksaan lab lengkap pd balita gizbur yg tidak sembuh setelah intervensi koordinasi lintas program Penyebaran informasi HIVAIDS * * * * *

P2M

Pengobat Pemberian profilaksis pada an infeksi opotunistik

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 249

Skenario 2 Puskesmas B belum punya program HIV-AIDS, tetapi ada data temuan kasus di lapangan/Media Massa yang mengarah ke HIV-AIDS yaitu pasien TB yang tidak sembuh setelah pengobatan, data pengguna NAPZA suntik Data Umum : 1. Jumlah Penduduk: 37.000 orang, Laki-laki : 19.760, Perempuan : 17.240 2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah, Jumlah keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan) 3. Pekerjaan : Buruh pabrik : 17,37% Petani : 10,53% PNS/TNI/POLRI : 25.37% Pedagang : 27.9% Swasta :18.83% 4. Pendidikan Tidak tamat SD SD/MI SLTP/MTS SLTA/MA PERGURUAN TINGGI 5.Data sekolah : Klasifikasi sekolah TK : 8 SD ; 10 MI : 3 SLTP ; 3 MTS ; 3
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

: 0,17% : 17.89% : 23,97% : 32,06% : 25,82%

Page 250

SMU ; 4 MA ; 2 SEKOLAH TINGGI ; 2 PONDOK PESANTREN ; 3 SLB ; 1 UKS Jumlah Guru UKS : 10 Jumlah Dokter Kecil : 16

6. Data Peran Serta Masyarakat : Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat LSM UKBM / kemitraan

7. Data Lapas / Rutan : 8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas mencakup : Lingkungan rumah sehat Tempat pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum, Tempat pembuangan sampah Sarana air bersih Jamban keluarga Sistim pembuangan air limbah. 9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat penularan HIV-AIDS (hotspot) : Lokalisasi, Tempat hiburan malam/karaoke Tempat penginapan Salon, Spa, Panti Pijat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 251

10. Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup : Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS Swasta, Klinik, Pustu) Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Lokalisasi / daerah risiko tinggi Fasilitas umum Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa/kecamatan atau internet. Data Puskesmas : 1. Data sumber daya Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang mencakup : Ketenagaan Obat dan bahan habis pakai Peralatan Pembiayaan (berasal dari Pemerintah, masyarakat dan lain-lain) 2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, kendaraan 3. Data Fasilitas Kesehatan : RS Swasta : 2 Klinik : 4 Pustu : 2 Poskesdes : 4 desa Posyandu : 17 (kader aktif : 215)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 252

4. Data Kesehatan Lingkungan : Rumah sehat Tempat pembuatan makanan/minuman TTU TPA Sarana air bersih Jamban Keluarga Sistem pembuangan air limbah 5. Jumlah Sasaran Kelompok Khusus WUS ; 9550 PUS ; 7644 Ibu hamil : 1,1 x CBR x 37000 = 407 orang Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 37000 = 388 orang Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 37000 = 388 orang Peserta KB ; 5542 Populasi kunci 6. Target : K1 : 80 %, K4 : 60% 7. Status kesehatan yang terdiri dari Data Kematian (Jumlah kematian ibu hamil dan bayi), penyebab kematian. Data kunjungan kesakitan Pola penyakit : 10 penyakit terbesar 8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus) 9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu hamil

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 253

10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau pihak lain 11. Data Kesakitan (mengarah ke HIV-AIDS) : Data penderita TB baru BTA positif : 27 orang Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak sembuh : 3 orang Data penasun remaja : 20 orang Data penderita diare akut : 31 orang Analisa Data Dari hasil pengumpulan data didapatkan : o Data penderita TB baru BTA positif 27 orang o Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak sembuh 3 orang o Data penasun remaja 27 orang populasi kunci o Data diare akut 31 orang Maka utama 1. 2. 3. dari data di atas ditentukan masalah di puskesmas tersebut : TB Penggunaan NAPZA suntik Diare

Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan metode USG dan Delbeque/Delphi ( untuk mendapatkan pendapat lintas program, lintas sektor, ahli, tokoh masyarakat dan agama, LSM potensial), dari hasil metode tersebut terpilih masalah utama yaitu penasun remaja. Kemudian dilakukan pengkajian penyakit yang bisa timbul
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 254

disebabkan penggunaan NAPZA suntik yaitu HIVAIDS.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 255

Diagram 7. Diagram Ishikawa Skenario 2


Lingkungan Alat
Terdapat kelompok beresiko yaitu penasun Pemeriksaan RDT belum ada

Metode
Tidak ada SOP penatalaksanaan gizi buruk

Promosi kesehatan belum optimal

Pemeriksaan lab HIVAIDSbelum dilakukan

Penasun yang beresiko HIV AIDS


Media penyuluhan terbatas SDM tidak terlatih Kader tidak terlatih

Material Manusia

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 256

Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab masalah : 1. Nakes puskesmas tidak terlatih 2. Kader belum terlatih 3. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid diagnostic test) 4. SOP penatalaksanaan NAPZA suntik yang benar tidak ada 5. Promosi kesehatan belum optimal 6. Terdapat kelompok beresiko 7. Media penyuluhan belum lengkap Dari tujuh penyebab permasalahan dilakukan pemilihan melalui metode scoring (Carol, Hanlon, MCUA) didapatkan tidak dilakukan pemeriksaan HIV. Dengan mempertimbangkan puskesmas berada di kota dengan epidemi terkonsentrasi, harus dipikirkan untuk pemeriksaan tes HIV-AIDS pada anak tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 257

Tabel 29. Cara Pemecahan Masalah Skenario 2


No Prioritas Masalah Penggunaan 1. NAPZA suntik yang bersiko 2. HIV AIDS 3. Penyebab Masalah Nakes puskesmas tidak terlatih Kader belum terlatih Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid diagnostic test) SOP penatalaksanaan NAPZA suntik yang benar tidak ada Promosi Alternatif Pemecahan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. Pemecahan Masalah terpilih Ket

4.

Pelatihan Penyediaan RDT nakes Pelatihan kader Penyediaan RDT Penyusunan SOP Optimalisasi promkes dg memanfaatka n berbagai sarana

Upaya pemecahan lainnya dilakukan secara bersinergi sesuai dengan kemampuan puskesmas

5. 2 TB yang tidak sembuh

Diare akut

Dst

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 258

Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK. Tabel 30. Matrik RUK Skenario 2
N Upaya Kegiatan o Kesehat an Tujua Sasaran n Target Kebutuhan sumberdaya Da Alat Tenaga na 1 Prom. Penyuluhan PHBS, kampanye ABAT Kes. (aku banggaaku tahu) Sosialisasi Kes. Lingk pengelolaan limbah jarum suntik KIA & Pemeriksaan skrining HIV-AIDS KB pada ibu hamil KIE tentang gizi Gizi Masy. pada penasun P2M Surveilans penasun dan penyakit yang beresiko, klinik KTS, layanan alat suntik steril Remaja, anak sekolah, masyarakat, orang tua siswa Indikator keberha silan Sumber pembia yaan

Pengob Pengembangan program terapi atan rumatan metadon

7 Laborat Penyediaan RDT orium 8 Perkes mas Kunjungan rumah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 259

Skenario 3 Puskesmas C sudah punya klinik IMS, di wilayah kerjanya terdapat daerah pertambangan, daerah wisata, dan dekat dengan LAPAS/RUTAN bagaimana perencanaan puskesmas tersebut? Data Umum : 1. Jumlah Penduduk: 48.000 orang, Laki-laki : 25.632, Perempuan : 22.368 2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah Jumlah keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan) 3. Pekerjaan : Buruh pabrik : 15,37% Petani : 8,53% PNS/TNI/POLRI : 17,37% Pedagang : 27,9% Swasta : 30,83% 4. Pendidikan Tidak tamat SD : 0,26% SD/MI : 23.89% SLTP/MTS : 22,97% SLTA/MA : 32,06% PERGURUAN TINGGI : 20,82% 5. Data sekolah : Klasifikasi sekolah : TK : 8 SD ; 12 MI : 3 SLTP ; 3 MTS ; 3
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 260

SMU ; 5 MA ; 2 SEKOLAH TINGGI ; 2 PONDOK PESANTREN ; 3 UKS Jumlah Guru UKS : 12 Jumlah Dokter Kecil : 15

6. Data Peran Serta Masyarakat : Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat LSM UKBM / kemitraan 7. Data Lapas / Rutan : 1 8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas mencakup : Lingkungan rumah sehat Tempat pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum, Tempat pembuangan sampah Sarana air bersih Jamban keluarga Sistim pembuangan air limbah. 9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat penularan HIV-AIDS (hotspot) : Lokalisasi, Tempat hiburan malam/karaoke Tempat penginapan Salon, Spa, Panti Pijat 10.Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 261

Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS Swasta, Klinik, Pustu) Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Lokalisasi / daerah risiko tinggi Fasilitas umum Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa/kecamatan atau internet.

Data Puskesmas : 1. Data sumber daya Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang mencakup : Ketenagaan Obat dan bahan habis pakai Peralatan Pembiayaan (berasal dari Pemerintah, masyarakat dan lain-lain) 2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, kendaraan 3. Data Fasilitas Kesehatan : RS Swasta : 3 Klinik Swasta : 4 Klinik Lapas : 1 Pustu : 3 Poskesdes : 7 desa Posyandu : 21 (kader aktif : 325) 4. Data Kesehatan Lingkungan : Rumah sehat Tempat pembuatan makanan/minuman TTU
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 262

TPA Sarana air bersih Jamban Keluarga Sistem pembuangan air limbah

5. Jumlah sasaran kelompok khusus WUS ; 12550 PUS ; 8795 Ibu hamil : 1,1 x CBR x 48000 = 528 orang Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 48000 = 504 Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 48000 = 504 Peserta KB ; 7582 6. Target : K1 : 85 % K4 : 60 % 7. Status kesehatan yang terdiri dari Data Kematian (Jumlah kematian ibu hamil dan bayi), penyebab kematian. Data kunjungan kesakitan Pola penyakit : 10 penyakit terbesar 8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus) 9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu hamil 10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau pihak lain 11. Data temuan kasus di lapangan Ibu hamil yang mengalami IMS berulang 2 orang Remaja mengalami IMS 13 orang
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 263

Pasien TB 14 orang, tidak sembuh 3 orang Pasien diare kronis 3 orang Herpes simpleks berulang 1 orang

Analisis data : Dari hasil pengumpulan data didapatkan : Ibu hamil yang mengalami IMS berulang 2 orang Remaja mengalami IMS 13 orang Pasien TB 14 orang, tidak sembuh 3 orang Pasien diare kronis 3 orang Herpes simpleks berulang 1 orang Maka dari data di atas ditentukan masalah utama di puskesmas tersebut : 1. IMS 2. TB 3. Diare 4. Herpes simpleks Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan metode USG dan Delbeque/Delphi ( untuk mendapatkan pendapat lintas program, lintas sektor, ahli, tokoh masyarakat dan agama, LSM potensial), dari hasil metode tersebut terpilih masalah utama yaitu IMS. Kemudian dilakukan pengkajian penyakit yang dapat menyertai IMS yaitu HIV-AIDS, sehingga perlu mendapat perhatian.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 264

Diagram 8. Diagram Ishikawa Skenario 3


Lingkungan
Banyak lokasi penularan IMS yang perlu diwaspadai Jejaring kerja belum berjalan optimal

Metode Alat
SOP belum lengkap

Sasaran Promosi kesehatan belum tepat Penapisan rutin IMS dan HIVAIDS belum menjangkau ke semua kelompok beresiko

Pemeriksaan RDT belum ada

Pemeriksaan lab HIV AIDS belum dilakukan di klinik IMS

IMS yang berulang dengan resiko HIV AIDS


Nakes tidak terlatih

Media penyuluhan terbatas Kader tidak terlatih

Material

Manusia

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 265

Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab masalah : 1. Penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok beresiko belum dilakukan 2. Nakes puskesmas tidak terlatih 3. Kader belum terlatih 4. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid diagnostic test) 5. SOP belum lengkap 6. Promosi kesehatan belum optimal 7. Terdapat kelompok beresiko 8. Media penyuluhan belum lengkap 9. Jejaring puskesmas belum berjalan optimal Dari sembilan penyebab permasalahan dilakukan pemilihan melalui metode scoring (Carol, Hanlon, MCUA) didapatkan masalah penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok resiko belum dilakukan, dengan mempertimbangkan puskesmas berada di daerah pertambangan, daerah wisata, dan dekat dengan LAPAS/RUTAN.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 266

No

Prioritas Masalah IMS berulang

Penyebab Masalah 1. Penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok beresiko belum dilakukan Nakes puskesmas tidak terlatih Kader belum terlatih Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid diagnostic test) SOP belum lengkap Promosi kesehatan belum optimal Terdapat kelompok beresiko Media penyuluhan belum lengkap Jejaring puskesmas belum berjalan optimal 1. 2.

Alternatif Pemecahan Masalah

Pemecahan Masalah terpilih

Ket

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 2 3 4 6 dst TB Herpes simpleks Diare

3. 4.

Melakukan penapisan rutin tiap Melakukan penapisan rutin tiap bulan di lokasi rawan bulan di lokasi rawan dengan Penguatan jejaring dengan penggunaan RDT lintas program, lintas sektor, swasta, LAPAS, lokasi tambang dan LSM potensial Pelatihan nakes Melengkapi klinik IMS dengan pemeriksaan RDT

Tabel 31. Cara Pemecahan Masalah Skenario 3

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 267

Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK. Tabel 32. Matrik RUK Skenario 3
No Upaya Kegiatan Kesehatan Prom. Kes. Penyuluhan PHBS, kampanye ABAT (aku bangga aku tahu) TujuanSasaran Target Kebutuhan sumberdaya Indikator keberha silan DanaAlat Tenaga Sumber Pembiayaan

Remaja, anak sekolah, masyarakat, orang tua siswa

2 3 4 5

Kes. Lingk KIA & KB Gizi Masy. P2M

Sosialisasi pengelolaan limbah jarum suntik Pemeriksaan skrining HIV-AIDS pada ibu hamil KIE tentang gizi pada penasun 1. Surveilans penasun dan penyakit yang beresiko, klinik KTS, layanan alat suntik steril. 2. Pelatihan KPP HIV AIDS bagi petugas Lapas

Pengobatan Pengembangan program terapi rumatan metadon LaboratoriumPenyediaan RDT * * * * * * Usulan penyediaan RDT kepada dinkes Kab/Kota

Perkesmas

Kunjungan rumah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 268

Target PPIA : Puskesmas A : Jumlah Ibu hamil: 462 orang Cakupan K1 85% Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X 462 orang = 392 orang Di perkirakan dari 392 orang yang di tawarkan pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan pemeriksaan HIV Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X 392 = 372 buah

Puskesmas B : Jumlah Ibu hamil: 407 orang Cakupan K1 80% Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X 407 orang = 325 orang Di perkirakan dari 325 orang yang di tawarkan pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan pemeriksaan HIV Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X 325 = 308 buah

Puskesmas C : Jumlah Ibu hamil: 528 orang Cakupan K1 85% Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : orang = 448 orang Di perkirakan dari 448 orang yang di tawarkan pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan pemeriksaan HIV
Page 269

X 528

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X 448 = 426 buah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 270

MODUL 5 MENGELOLA LOKAKARYA MINI PUSKESMAS I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam melaksanakan manajemen puskesmas, langkah selanjutnya setelah tersusunnya rencana tahunan puskesmas adalah penggerakkan pelaksanaan, termasuk pemantauannya. Hal tersebut dilaksanakan melalui suatu kegiatan pertemuan yang terencana yaitu Lokakaya Mini. Melalui pelaksanaan lokakarya mini, puskesmas melakukan penggalangan kerjasama baik lintas program maupun lintas sector. Dengan kerjasama yang baik, diharapkan seluruh program yang tertuang dalam Rencana Tahunan Puskesmas, dapat terlaksana dan mencapai hasil seoptimal mungkin. Modul ini akan membahas tentang Lokakarya Mini, mulai dari Konsep, Tahapan Kegiatan, sampai pada penyelenggaraannya, meliputi Lokakarya Mini Bulanan Yang Pertama Dan Rutin, Serta Lokakarya Mini Tribulan Yang Pertama Dan Rutin. Metode yang digunakan : ceramah tanya jawab, diskusi kelompok dan role playing, sehingga peserta dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran modul ini.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 271

II. TUJUAN Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu melakukan penggalangan kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor melalui pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan dan Tribulanan. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan Konsep Lokakarya Mini 2. Melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Pertama dan Rutin 3. Melaksanakan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor Pertama dan Rutin III.POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Konsep Lokakarya Mini : 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Konsep 4. Ruang lingkup B. Lokakarya mini bulanan puskesmas 1. Pengertian Dan Tujuan 2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 272

3. Lokakarya Mini Bulanan Pertama Pengertian dan Tujuan Pelaksanaan Penyelenggaraan 4. Lokakarya Mini Bulanan Rutin Pengertian dan Tujuan Pelaksanaan Penyelenggaraan C. Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor : 1. Tujuan 2. Tahap kegiatan 3. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama dan Rutin 4. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama dan Rutin

IV. LANGKAH-LANGKAH Langkah 1 : Pengkondisian (20 menit)


a. Fasilitator memulai dengan memperkenalkan identitas diri. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa materi ini penting dalam pelatihan manajemen puskesmas dan bagaimana keterkaitannya dengan modul yang lainnya. b. Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta yang berkaitan dengan topik

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 273

pembelajaran. Juga memberi kesempatan kepada peserta yang sudah mempunyai pengalaman dalam melaksanakan lokakarya mini untuk berbagi pengalaman. c. Fasilitator memberikan motivasi pada peserta, dengan cara memberi tanggapan terhadap pengalaman peserta lainnya.

Langkah 2 : Membahas Pokok Bahasan (225 menit/ 5JPL @45 menit) Secara singkat fasilitator menyampaikan rangkuman isi pokok bahasan 1 sampai pokok bahasan 3. Selanjutnya fasilitator mempersilakan peserta untuk menanggapi uraian tersebut. Memberi penugasan diskusi kelompok peserta dibagi 3 kelompok. Kelompok I mendiskusikan pokok bahasan 1, Kelompok II mendiskusikan pokok bahasan 2 dan Kelompok III mendiskusikan pokok bahasan 3. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan peserta lain menanggapi. Berdasarkan hasil presentasi serta tanggapan peserta, fasilitator menyampaikan ulasan dan kesimpulan. Langkah 3 : Melakukan Role Playing Lokakarya Mini Bulanan Pertama (90 menit)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 274

a.

b.

c.

Fasilitator meminta peserta untuk memilih peserta 10 orang diantaranya yang akan menjadi pemeran (aktor) dalam role playing lokakarya mini bulanan pertama. Kemudian dipilih juga 6 orang sebagai pengamat Setelah terpilih, fasilitator memberikan arahan kepada 10 orang tersebut, sesuai dengan petunjuk penugasan 2, dihalaman 30-31 modul ini. Demikian juga kepada pengamat diberikan arahan. Kegiatan selanjutnya sesuai dengan petunjuk penugasan. Perhatikan apakah hasil lokmin tercapai.

Langkah 4 : Melakukan Role Playing Lokakarya Mini Bulanan Rutin (90 Menit) a. Fasilitator meminta peserta memilih lagi 10 orang yang berbeda dengan Role Playing pertama. b. Fasilitator memberi arahan kepada pemeran role play dan pengamat, sebagaimana tercantum pada petunjuk penugasan 3 dihalaman 32-33 modul ini. c. Perhatikan apakah hasil lokmin tercapai.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 275

Langkah 5 : Melakukan Role Playing Lokakarya Mini Tribulanan Pertama a. Fasilitator meminta 10 orang peserta yang belum memerankan role playing sebelumnya, serta 6 orang observer. b. Fasilitator memberi arahan kepada pemeran role play dan observer (secara terpisah) sesuai petunjuk penugasan 4 dihalaman 34-35 modul ini. c. Perhatikan apakah lokmin mencapai hasil yang diharapkan. Langkah 6 :Rangkuman (25 menit) Setelah peserta selesai Diskusi dan Role Playing, selanjutnya fasilitator merangkum seluruh materi yang telah diberikan dan memberikan feedback terhadap hasil penyajian diskusi dan role playing. Berikan penekanan tentang kiat-kiat mengelola lokakarya mini agar mencapai hasil yang diharapkan. V. EVALUASI A. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap peserta selama proses pembelajaran. B. Evaluasi formatif dilakukan selama proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan-

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 276

pertanyaan sesuai dengan materi yang telah disampaikan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 277

VI. BAHAN RUJUKAN A. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Dep. Kesehatan RI, Pedoman Lokakarya mini puskesmas. Tahun 2006 B. Bahan Bacaan/ Modul Latihan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 278

URAIAN MATERI A. KONSEP LOKAKARYA MINI 1. Pengertian Lokakarya Mini Lokakarya mini di Puskesmas dapat dibedakan menjadi 2 hal, yaitu Lokakarya Mini Bulanan dan Lokakarya Mini Tribulan, dimana tujuan dari dua macam Lokakarya Mini ini berbeda satu sama lainnya. Lokakarya Mini Bulanan adalah suatu kegiatan pertemuan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya. Lokakarya Mini tribulan adalah suatu kegiatan pertemuan lintas sektor secara tribulan dalam rangka mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas sektor dan tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya. 2. Tujuan Lokakarya Mini Tujuan umum Lokakarya Mini adalah meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerjasama Tim baik lintas program

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 279

maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan. Adapun tujuan khusus lokakarya mini di Puskesmas adalah: Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya 3. Konsep Lokakarya Mini. Sesuai dengan sistem Kesehatan Nasional tahun 2004 bahwa Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun fungsi Puskesmas ada tiga, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya puskesmas mengacu pada 4 azas penyelenggaraan yaitu: wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 280

Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya mini. 4. Ruang Lingkup Lokakarya Mini Pada dasarnya ruang lingkup Lokakarya Mini meliputi dua hal pokok yaitu: a. Lokakarya Mini Lintas Program Memantau pelaksanaan kegiatan puskesmas berdasarkan perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan tersebut bertujuan : Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk puskesmas pembantu dan Bidan di Desa. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK)

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 281

Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan Mengkaji pelaksanaan Rencana Kerja ( RPK ) yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

b. Lokakarya Mini Lintas Sektor Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan untuk : Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk kerjasama.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 282

B. LOKAKARYA MINI BULANAN PUSKESMAS 1. Tujuan Lokakarya Mini Bulanan a. Tujuan Umum Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya. b. Tujuan Khusus 1). Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu 2). Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota kecamatan dan berbagai kebijakan serta program 3). Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu. 4). Dirumuskannya cara pemecahan masalah 5). Disusunnya rencana kerja bulan baru 2. Tahapan Lokakarya Mini Bulanan Ada 2 tahapan lokakarya mini bulanan yaitu : a. Lokakarya Mini Bulanan Pertama b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 283

3. Lokakarya Mini Bulanan Yang Pertama a. Pengertian dan tujuan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama merupakan Lokakarya penggalangan tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas (RPK). Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung jawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. b. Pelaksanaan Lokakarya mini bulanan yang pertama, adalah sbb : 1) Masukan a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf dan kewenangan puskesmas b) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan puskesmas c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan ( Plan Of Action) Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 284

2) Proses a) Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah binaan b) Analisis beban kerja tiap petugas c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action) Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPKP) 3) Keluaran a) Rencana Kegiatan (Plan Of Action=POA) Puskesmas tahunan b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan pertama Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan dari tahapan kegiatan tersebut diatas, dapat diketahui materi yang akan diberikan/ dibahas, maka selanjutnya untuk dapat

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 285

menyelenggarakan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Pengarah : Kepala Puskesmas 2) Peserta Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa . 3) Waktu Waktu pelaksanaan Lokakarya mini bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 sampai 15.00. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokakarya mini bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas puskesmas tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan. 4) Tempat Diupayakan agar lokakarya mini dapat diselenggarakan di puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan puskesmas. Ruang yang dipakai

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 286

hendaknya cukup untuk menampung semua peserta. 5) Acara Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini bulanan bersifat dinamis, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Lokakarya Mini adalah sbb: a. Persiapan Penentuan dan pemberitahuan tentang waktu adalah (Hari, Tanggal, Jam ) Penyiapan tempat berbentuk tapal kuda atau huruf U Penyiapan peralatan ; papan tulis, kertas flipchart, spidol. Membuat visualisasi RPK, dan atau penggandaan format RPK yang sudah terisi untuk tahun yang sedang berjalan. Formulir POA puskesmas. Formulir rencana kerja bulanan. b. Pelaksanaan Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat membuka dan menyampaikan tujuan serta agenda lokakarya mini bulanan pertama ini.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 287

Membuka dinamika kelompok atau lebih tepat bina suasana, agar terjalin suasana kondusif di antara semua staf puskesmas. Metode yang dapat digunakan oleh setiap orang di antaranya adalah : Brainstorming, yaitu minta setiap orang secara bergiliran menyampaikan apa pendapat/ perasaannya selama pelaksanaan kegiatan tahunan yang lalu apakah sudah merasa puas? atau metode Buzzgroup yaitu minta berpasangan dua orang dulu saling bercerita perasaan/ pengalaman yang paling terkesan selama pelaksanaan kegiatan tahun lalu, kemudian bergabung empat-empat orang, kemudian berdelapan sampai terdengar suasana riuh. Penjelasan tentang RPK oleh Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat. Beri waktu untuk tanya jawab Penjelasan apabila ada program baru untuk tahun yang sedang berjalan. Menyusun Plan Of Action (POA) Puskesmas Tahunan yang sedang berjalan. Berdasarkan RPK, disusun POA puskesmas satu tahun tersebut, menggunakan format POA yang sudah biasa dipakai oleh puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 288

Pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana pelaksanaan kegiatan puskesmas, yaitu dengan menentukan para penanggung jawab dan pelaksanan untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dalam hal ini dilakukan analisis beban kerja secara praktis dan sederhana, yaitu : Inventarisasi seluruh program kerja dan kegiatan serta wilayah kerja. Inventarisasi seluruh petugas puskesmas dan kemampuan yang dimilikinya. Bagi habis seluruh program kerja dan kegiatan serta wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan dan beban kerja yang merata. Hasilnya berupa matriks pembagian tugas/ beban kerja dan wilayah kerja/ daerah binaan. Contoh matriks

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 289

No

Nama Program Kegiatan Sasaran Target Lokasi petugas Kegiatan

Kepala Puskesmas/Pimpinan rapat memfasilitasi tercapainya kesepakatan untuk melaksanakan POA ada beberapa cara yaitu : - Melakukan ikrar bersama secara lisan - Membuat ikrar tertulis yang ditanda tangani semua petugas - POA dilampiri dengan pernyataan semua petugas untuk melaksanakannya

4. Lokakarya Mini Bulanan Rutin a. Pengertian dan tujuan Lokakarya bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas, yang
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 290

dilakukan setiap bulan secara teratur. Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya mini bulanan adalah kepala puskesmas, yang dalam pelaksanannya dibantu staf puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah : ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaan serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdaya guna b. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin puskesmas adalah sebagai berikut: 1) Masukan a) laporan hasil kegiatan bulan lalu. b) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/ kota c) Informasi hasil rapat di kecamatan d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru 2) Proses a) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan menggunakan PWS b) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 291

kepatuhan terhadap standar pelayanan c) Merumuskan alternatif pemecahan masalah 3) Keluaran a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan b) Rencana kerja bulanan yang baru c. Penyelenggaraan lokakarya mini rutin 1) Pengarah : Kepala Puskesmas bulanan

2) Peserta Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa . 3) Waktu Waktu pelaksanaan Lokakarya mini bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 292

misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 sampai 15.00. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokakarya mini bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan. 4) Tempat Diupayakan agar lokakarya mini dapat diselenggarakan di Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta. 5) Acara Seperti halnya susunan acara lokakarya mini bulanan pertama, susunan acara bersifat dinamis, disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Lokakarya mini bulanan rutin pada dasarnya adalah pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan bulan yang lalu dan penyusunan rencana kerja bulan yang akan datang. Sebagai contoh, susunan acara : a. Persipan meliputi :

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 293

Penentuan dan pemberitahuan tentang waktu (Hari, tanggal, jam) Penyiapan tempat, berbentuk tapal kuda/ huruf U Penyiapan peralatan : papan tulis, kertas flipchart dan spidol. Membuat visualisasi hasil kegiatan bulan lalu, bandingkan dengan target bulanan. Sebaiknya setiap penanggung jawab membuat visualisasi PWS, atau bentuk lain yang akan memudahkan peserta rapat memahaminya Formulir penyusunan rencana kerja bulanan Notulen hasil rapat di kecamatan atau dinas kesehatan yang harus diinformasikan dan atau ditindak lanjuti.

b. Pelaksanaan Kepala Puskesmas/pimpinan rapat membuka, menyampaikan tujuan dan agenda rapat. Pada 5-10 menit pertama lakukan dialog terbuka untuk semua anggota rapat untuk memotivasi dan menumbuhkan suasana akrab dan harmonis.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 294

Kepala Puskesmas/pimpinan rapat menyampaikan tentang hasil rapat sebelumnya di kecamatan dan dinas kesehatan, peserta apabila ada, program baru yang perlu diinformasikan kepada peserta rapat. Beri waktu untuk tanya jawab atau klarifikasi. Buat kesimpulan apabila ada hal-hal yang perlu ditindak lanjuti. Melakukan inventarisasi kegiatan bulan lalu. Pimpinan rapat memfasilitasi penyampaian kegiatan bulan lalu oleh masing-masing penanggung jawab program. Pada intinya penyampaian tentang pencapaian target bulanan tersebut menggunakan formulir target cakupan, trend pencapaian (dengan menggunakan grafik PWS). Beri kesempatan tanya jawab atau klarifikasi, sesuai dengan waktu yang tersedia. Melakukan analisis masalah dan pemecahan. Pimpinan rapat memfasilitasi para penanggung jawab dan pelaksana program untuk mengidentifikasi masalah, penyebab, dan cara mengatasinya. Dapat digunakan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 295

formulir analisis masalah, penyebab masalah dan cara pemecahannya. Hasil analisis masalah tersebut, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana kerja bulan yang akan datang (yang dihadapi). Melakukan penyusunan kegiatan dan pembagian tugas bulan yang akan datang. Rencana kegiatan dibuat berdasarkan : - Target yang harus dicapai bulan mendatang - Target yang belum tercapai bulan lalu - Hasil analisis masalah Tuangkan dalam format rencana kerja bulanan pembagian tugas bulan yang lalu, dengan pertimbangan beban tugas bulan yang akan datang serta hasil analisis masalah. Kemungkinan ada masalah di desa tertentu yang membutuhkan petugas tertentu pula untuk pemecahannya. Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat memfasilitasi terjadinya kesepakatan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 296

bersama untuk melaksanakan rencana kerja baru tersebut.

Kerjakan Penugasan 1. Diskusi kelompok. Petunjuk diskusi pada halaman 29

Kerjakan Penugasan 2 dan 3. Bermain peran/ Role Playing lokakarya mini bulanan yang pertama dan rutin. Petunjuk Role Playing pada halaman 30-33

C. LOKAKARYA MINI TRIBULAN LINTAS SEKTOR 1. Tujuan lokakarya mini Tribulan Lintas Sektor a. Tujuan Umum Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sektor dalam rangka mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas sektor dan tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya. b. Tujuan Khusus 1). Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan yang dihadapi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 297

2). Dirumuskannya mekanisme / rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan yang akan datang 2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu : a. Lokakarya Mini Tribulan yang pertama Lokakarya mini tribulan yang pertama merupakan Lokakarya penggalangan Tim, diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan. Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung jawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor terkait, dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya. b. Lokakarya mini tribulan rutin Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas, maka lokakarya bulanan Lintas sektor merupakan tindak lanjut dari Lokakarya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 298

penggalangan kerjasama lintas sektor yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap. 3. Pelaksanaan Lokakarya Mini Pertama & Tribulan Rutin tribulan yang

a. Pelaksanaan Lokakarya mini tribulan yang pertama 1) Masukan a) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok. b) Informasi tentang program lintas sektor c) Informasi tentang program Kesehatan d) Informasi tentang kebijakan , program dan konsep baru. 2) Proses a) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor. b) Analisis masalah peran bantu dan masing-masing sektor. c) Pembagian peran dan tugas masingmasing sektor 3). Keluaran a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan b) Rencana Kegiatan Masing-masing sektor.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 299

b. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan Rutin Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan. Lokakarya Tribulan lintas sektor dilaksanakan sebagai berikut ; 1). Masukan a) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sektor terkait. b) Inventarisasi masalah/ hambatan dari masing-masing sektor dalam c) pelaksanaan program kesehatan d) Pemberian informasi baru 2). Proses a). Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan. b). Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor c). Merumuskan cara menyelesaikan masalah d). Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru. 3). Keluaran a). Rencana kerja tribulan yang baru b). Kesepakatan bersama 4. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor a. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan yang pertama 1) Persiapan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 300

Sebelum Lokakarya dilaksanakan perlu diadakan persiapan yang meliputi : a) Pendekatan kepada camat (1) Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya (2) Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan pembinaan (3) Mempersiapkan tempat penyelenggaraan Lokakarya b) Puskesmas melaksanakan (1) Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh sektor, antara lain dalam bentuk PWS. (2) Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor. (3) Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi / surat-surat yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan (4) Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokakarya. (5) Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditandatangani Camat.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 301

2) Peserta Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dipimpin oleh camat , adapun peserta Lokakarya mini tribulanan adalah sbb : a) Dinas kesehatan Kabupaten / kota b) Tim Penggerak PKK Kecamatan c) Puskesmas diwilayah kecamatan d) Staf kecamatan antara lain Sekretaris kecamatan , unit lain yang terkait e) Lintas sektor di kecamatan antara lain; Pertanian , Agama , Pendidikan, BKKBN, Sosial f) Lembaga/ Organisasi kemasyarakatan, antara lain ; TPPKK Kecamatan, BPP / BPKM / Council Kesehatan kecamatan ( apabila sudah terbentuk ) 3) Waktu Lokakarya mini tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan pertama tahun anggaran berjalan. Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat menghadiri lokakarya. 4) Tempat Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulan lintas sektor adalah di kecamatan atau di tempat lain yang dianggap sesuai.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 302

5) Acara Lokakarya ini diselenggarakan dalam waktu lebih kurang 4 jam. Secara umum jadwal acara lokakarya mini tribulanan yang pertama adalah sebagai berikut; Pembukaan oleh camat Kemungkinan Puskesmas harus mempersiapkan bahan sambutan camat. Dinamika kelompok Pada lokakarya mini tribulan yang pertama, perlu dilakukan dinamisasi atau bina suasana dalam rangka menggalang tim agar termotivasi untuk saling membantu kerjasama dalam program yang bermanfaat bagi masyarakat di wilayah kecamatan. Puskesmas harus mempersiapkan diri untuk acara ini, bisa difasilitasi oleh petugas PKM Puskesmas, atau minta bantuan dari petugas promkes dinas kabupaten/ kota. Penyampaian kegiatan masing-masing sektor dalam mengembangkan peran serta masyarakat. termasuk dibidang kesehatan. Inventarisasi peran bantu masingmasing sektor. Setiap perwakilan sektor menyampaikan apa saja bentuk

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 303

peran bantu untuk mendukung upaya kesehatan, apakah dalam bentuk : keterlibatan tenaga, fasilitas (sarana, penggerakan/ pemberdayaan masyarakat, kegiatan yang dapat diintegrasikan dll). Hasil inventarisasi sebaiknya dituliskan dipapan tulis/ kertas flipchart. Dapat digunakan matriks berikut : Tabel 33. Matrik Inventarisasi Peran Bantu Lintas sektor No Sektor/ Penanggung Bentuk Unit jawab Keterlibatan (Orang) dalam Hal :

Apabila sudah sepakat dengan peran/ keterlibatan tersebut, kemudian camat memimpin untuk pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing sektor. Bisa berupa tanggung jawab untuk program tertentu dan atau untuk lokasi tertentu.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 304

Merumuskan rencana kerja 3 bulan kepala Puskesmas bersama-sama sektor-sektor lain, merumuskan rencana kerja 3 bulan, sehingga jelas program/ upaya kesehatan apa, sektor apa saja yang terlibat, apa peran dan tanggung jawab, dimana, kapan. Dapat dibuat dalam suatu matriks : Tabel 34. Matriks Rencana Kerja Tribulan Lintas Sektor Puskesmas.....Bulan..... Contoh Matriks Keg Sekto Pera Tg Loka Wakt r n Jawa si u Terli b bat

N o

Prog

Camat memimpin untuk mencapai kesepakatan tentang rencana kerja tribulan tersebut serta kesepakatan untuk melaksanakannya. Kemudian menutup acara lokakarya mini tribulan lintas sektor.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 305

Catatan Petugas Puskesmas mencatat semua hasil lokakarya mini sejak awal sampai selesai rapat tersebut. b. Penyelengaraan Lokakarya Mini Tribulan Rutin 1) Persiapan Pada prinsipnya sama dengan persiapan penyelenggaraan lokakarya mini tribulan yang pertama. 2) Peserta Pada prinsipnya peserta lokakarya mini tribulan adalah sama, baik pada lokakarya tribulan yang pertama maupun rutin. 3) Waktu Setelah diselenggarakannya lokakarya mini tribulan yang pertama, selanjutnya secara rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali. 4) Tempat Lokakarya mini tribulan dikoordinasi oleh Camat, karena itu tempat sebaiknya di kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai. 5) Acara

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 306

Pembukaan oleh Camat. Kemungkinan puskesmas harus mempersiapkan bahan sambutan camat. Penyampaian laporan kegiatan masingmasing sektor berdasarkan rencana tribulan yang lalu. Kepala Puskesmas memfasilitasi identifikasi masalah hambatan yang dihadapi masingmasing sektor. Kemudian dilakukan analisis masalah dan hambatan tersebut. Kepala Puskesmas dan camat memfasilitasi pemecahan masalah yang harus dilakukan. Kepala Puskesmas dan camat memfasilitasi penyusunan rencana tribulan berikutnya.

Kerjakan Penugasan 4. Bermain peran/ Role Playing Lokakarya Mini Tribulanan. PENUGASAN. I Petunjuk Role playing pada hal 16-17

DISKUSI KELOMPOK

PETUNJUK DISKUSI: 1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok ( Pok.1 ; 2 ; dan 3 ) 2. Tugas kelompok : Kelompok 1, Mendiskusikan tujuan lokakarya Mini Ruang lingkup dan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 307

Kelompok 2, mendiskusikan Tujuan, Tahapan kegiatan serta penyelenggaraan Lokakarya mini Bulanan Kelompok 3, mendiskusikan Tujuan, Tahapann kegiatan serta penyelenggaraan Lokakarya mini tribulan Lintas seektor

3.

Masing-masing kelompok untuk merumuskan hasil diskusinya di kertas transparan atau membuat power point untuk presentasi.

4. Waktu diskusi Kelompok: 30 menit 5. Waktu presentasi setiap kelompok mempresentasikan hasilnya selama 20 menit, dan 10 menit untuk tanggapan kelompok lainnya. Jadi waktu presentasi total setiap kelompok menghabiskan waktu 30 menit 6. Fasilitator memberikan masukan 5 menit pada setiap kelompok. 7. Pembulatan fasilitator 15 menit Waktu keseluruhan untuk diskusi dan presentasi serta pembulatan Fasilitator : 140 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 308

PENUGASAN 2 BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI BULANAN PERTAMA PETUNJUK : 1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang, dengan cara mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk melakukan role playing bagaimana melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan Pertama Puskesmas Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x 3 kelompok = 6 orang yang jadi observer ) 2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut; 1 orang sebagai Kepala Puskesmas 1 orang sebagai dokter Puskesmas 1 orang sebagai Koordinator Bidan 1 Orang sebagai Perawat 1 orang sebagai Sanitarian 1 orang sebagai tenaga gizi 1 orang sebagai tenaga obat 1 orang pengelola keuangan 1 orang pengelola laporan 1 orang sebagai TU Puskesmas Waktu role playing 45 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 309

3. Skenario : Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti langkah-langkahnya, sampai menghasilkan : o Pembagian tugas/ beban kerja dan wilayah kerja/ daerah binaan o Kesepakatan POA 4. Setelah selesai, Fasilitator menggali semua peserta tentang perasaanya selama melakukan role playing, pengalamannya serta hambatan yang dirasakan. Waktu selama 10 menit 5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing, kemudian fasilitatormemberikan kesempatan kepada 6 orang Observer untuk menyampaikan hasil observasinya kepada floor waktu selama 15 menit 6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya role playing 15 menit Waktu keseluruhan dalam penugasan 2 : 90 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 310

PENUGASAN 3 BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI BULANAN RUTIN PETUNJUK : 1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang, dengan cara mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk melakukan bagaimana melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan Rutin Puskesmas Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x 3 kelompok = 6 orang yang jadi observer ) 2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut; 1 orang sebagai Kepala Puskesmas 1 orang sebagai dokter Puskesmas 1 orang sebagai Koordinator Bidan 1 Orang sebagai Perawat 1 orang sebagai Sanitarian 1 orang sebagai tenaga gizi 1 orang sebagai tenaga obat 1 orang pengelola keuangan 1 orang pengelola laporan 1 orang sebagai TU Puskesmas Waktu simulasi 45 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 311

3. Skenario : setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan lokakarya mini bulanan rutin, pada halaman 16 terutama butir acara. Ikuti langkah-langkahnya, sampai menghasilkan rencana kegiatan bulan yang akan datang. Setelah selesai, Fasilitator menggali semua peserta tentang perasaanya selama melakukan role playing, pengalamannya serta hambatan yang dirasakan. Waktu selama 10 menit 5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing, kemudian fasilitator memberikan kesempatan kepada 6 orang Observer untuk menyampaikan hasil observasinya kepada floor waktu selama 10 menit 6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya Role Playing 15 menit Waktu keseluruhan dalam penugasan 3 : 90 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 312

PENUGASAN 4 BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI TRIBULAN PETUNJUK : 1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang yang berbeda dengan Role Playing sebelumnya dengan cara mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk melakukan Role Playing bagaimana melaksanakan Lokakarya mini Tribulanan Lintas Sektor. Tunjuklah observer yang berbeda dengan Role Playing I dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x 3 kelompok = 6 orang yang jadi observer ) 2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut; 1 orang = sebagai Kepala Puskesmas 1 orang = sebagai dokter Puskesmas 1 orang wakil Dinas kesehatan Kabupaten / kota 1 Orang dari tim Penggerak PKK 1 orang sebagai Sekretaris Camat 1 orang sebagai Petugas Pembangunan Desa 1 orang sebagai wakil BKKBN 1 orang dari Pertanian 1 orang dari Dep. Agama 1 orang sebagai wakil dari BPKM

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 313

3. Skenario Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan lokakarya mini tribulan yang pertama, terutama butir acara, pada halaman ..... ikuti langkah-langkahnya, sampai menghasilkan inventarisasi peran masing-masing sektor serta kesepakatan untuk melaksanakannya. Waktu 60 menit. 4. Setelah selesai role playing, Fasilitator menggali semua peserta role playing tentang perasaannya selama melakukan role playing, pengalamnnya serta hambatan yang dirasakan. Waktu selama 10 menit. 5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing, kemudian fasilitator memberikan kesempatan kepada 6 orang observer untuk menyampaikan hasil observasinya kepada floor waktu selama 10 menit. 6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya role playing 10 menit. Waktu keseluruhan dalam acara role playing : 90 menit

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 314

LAMPIRAN LAMPIRAN Contoh susunan acara penyelenggaraan Lokakarya Mini yang pertama : JAM 09.3010.00 10.3011.15 11.1512.15 12.1513.15 13.1514.00 14.0015.00 ACARA Pembukaan PENGARAH Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas & Staf Kepala Puskesmas & Staf

Dinamika Kelompok

Pengenalan Program Baru Istirahat

POA Puskesmas

Kepala Puskesmas & Staf Kepala Puskesmas & Staf

- Analisis Beban Kerja - Pembagian Tugas dan Daerah Binaan Kesepakatan Untuk Melaksanakan Rencana Kerja Baru

15.0015.15

Kepala Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 315

15.1515.30

Penutupan

Kepala Puskesmas

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Bulanan Rutin JAM ACARA PENGARAH 10.0010.30 10.3011.15 11.1512.15 12.1513.15 13.1514.00 14.0015.00 Pembukaan Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas & Staf Pimpinan Rapat

Pengenalan Program Baru Inventarisasi kegiatan bulan lalu Istirahat

Analisa masalah dan pemecahan Penyusunan kegiatan dan pemabgian tugas bulan yang akan datang

Pimpinan rapat

Pimpinan rapat

15.0015.30

Kesepakatan untuk Kepala melaksanakan rencana Puskesmas kerja baru

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 316

15.3015.45

Penutupan

Kepala Puskesmas

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama JAM ACARA PENGARAH 09.0009.15 09.1510.00 10.0010.15 10.1511.15 Pembukaan Camat

Dinamika kelompok

Tim

Istirahat

Kegiatan masing-masing sektor dalam mengembangkan peran serta masyarakat Inventarisasi peran Bantu masing-masing sektor Istirahat

Camat

11.1512.15 12.1513.00 13.00-

Sektor terkait

Analisa hambatan dan

Sektor terkait

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 317

13.45

masalah dalam peran bantu masing-masing sektor Pembagian masing-masing sektor Perumusan rencana kerja masing-masing dalam 3 bulan yang akan datang Kesepakatan dan penutupan Camat

13.4514.15 14.1514.45

Sektor terkait

14.4515.00

Camat

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Tribulanan rutin JAM 10.0010.15 10.1511.15 11.1511.45 11.4512.15 ACARA Pembukaan PENGARAH Camat

Laporan kegiatan sektor terkait Masalah/hambatan dari masing-masing sektor Analisis masalah dna hambatan

Camat

Kepala Puskesmas Kepala Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 318

12.1512.45

Pemecahan masalah

Kepala Puskesmas dan camat Kepala Puskesmas dan camat Ketua Tim Penggerak PPK dan Camat Camat

12.4513.15

Rencana kerja tribulan

13.1513.30

Kesepakatan pembinaan

13.3013.45

Kesepakatan bersama dan penutupan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 319

Tabel 35. FORMULIR TARGET CAKUPAN PELAYANAN UPAYA KEGIATAN WAJIB PUSKESMAS PER DESA PUSKESMAS : BULANTAHUN.. CAKUPAN PELAYANAN Desa Desa Desa Total A B C KIA T IBU HAMIL H (K1) T IBU HAMIL H (K4) KB T AKSEPTOR H AKTIF IMUNISASI T BCG H T DPT H T POLIO III H T CAMPAK H T T.T. 2 BUMIL H GIZI T D/S H T N/D H T IBU HAMIL H DIBERI Fe
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 320

P2M

DIARE DIBERI ORALIT

T H

T = Target

T PENGOBATAN H TB . T H H = Hasil

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 321

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

1. Definisi PWS adalah alat pemantauan hasil imunisasi berupa grafik atau gambar pencapaian hasil imunisasi dan kecenderungannya di masing-masing wilayah operasional. Dengan PWS dapat menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan, sehingga hasil imunisasi dapat diperbaiki dan akhirnya secara akumulatif dapat mencapai target. 2. Prinsip PWS Memanfaatkan data yang ada dari cakupan Menggunakan indikator sederhana: - Jangkauan/aksesibilitas : Cakupan DPT1, HB < 0-7 hr, TT-1 - Kualitas program (tingkat perlindungan) : Cakupan DPT3, Polio 4, Campak, TT2+Ibu hamil - Efektifitas/manajemen program : angka Drop Out DPT 1 - Campak Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat Dimanfaatkan untuk umpan balik Teratur dan tepat waktu (setiap bulan) Memudahkan analisis Catatan : TT2 + ibu hamil : adalah cakupan kumulatif TT2, TT3, TT4 dan TT5 pada ibu hamil.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 322

3. Cara Membuat Grafik PWS Untuk membuat PWS diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengumpulan dan pengolahan data Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data cakupan imunisasi dari tiap desa (misal buku kuning dan merah). Data ini sudah dikumpulkan/diolah ke buku rekapitulasi Puskesmas (buku biru) dan dikelompokkan ke dalam format pengolahan data PWS berdasarkan wilayah operasional (desa/kelurahan), sbb : Contoh : Format pengolahan data PWS Hasil imunisasi DPT 1 bulanan tiap desa Puskesmas. Tahun 2007 Tabel 36. Format Pengolahan Data PWS Des Sas Janua Februari dst a ara ri n Jm % Jm % Ku % l l m

Jml Untuk mengetahui perkembangan cakupan imunisasi tiap desa, pengolahan data sebaiknya dilakukan untuk semua pelayanan imunisasi :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 323

DPT 1, DPT 2, DPT 3 BCG HB 1 (0-7 hari), HB 1 total, HB 2, HB 3 Campak Polio 1, Polio 2, Polio 3 dan Polio 4 TT1, TT2, TT3, TT4, TT5 DO : DPT1 Campak DPT HB1, DPT HB2, DPT HB3 (untuk propinsi yang sudah menggunakan vaksin DPT HB kombinasi) b. Yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik PWS adalah : 1) Judul Grafik Topik :%Cakupan imunisasi. Waktu : Januari, Februari, Maret, dst, Tahun Tempat : Puskesmas 2) Kolom Vertikal Target bulanan dan target satu tahun sesuai dengan antigen Target Cakupan DPT 1 DPT 3 Polio 4 1 Tahun 95% 90% 90% 1 Bulan 95% : 12 = 7,9% 7,5% 7,5%

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 324

Campak HB1< 7 hari HB3 TT 1 Bumil TT 2 + Bumil

90% 75% 90% 95% 90%

7,5% 6,2% 7,5% 7,9% 7,5%

3) Baris Horizontal % kumulatif cakupan tiap desa adalah cakupan Januari s/d bulan pada waktu PWS dibuat % bulan ini adalah cakupan waktu dibuat PWS % bulan lalu adalah cakupan satu bulan lalu Trend : bila cakupan bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu Tren : bila cdakupan bulan ini sama dengan bulan lalu Tren : bila cakupan bulan ini lebih rendah dari bulan lalu Ranking desa : diurut dari desa dengan cakupan yang paling tinggi ke cakupan yang paling rendah

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 325

Tabel 37. FORMULIR TARGET CAKUPAN DAN HASIL PELAYANAN UPAYA KEGIATAN WAJIB PUSKESMAS PER DESA PER BULAN PUSKESMAS .BULAN.TAHUN. Jenis Pelayanan KIA Pelayanan Ibu Hamil K -1 Nama Desa Penduduk T rata2/bln C bulan lalu C bulan ini +/- N/T T rata2/bln C bulan lalu C bulan ini +/- N/T T rata2/bln C bulan lalu A B C D E F :

Pelayanan Ibu Hamil K-IV

KB

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 326

Imunisasi Bayi

Ibu Hamil

Gizi

VIT. A BALITA

C bulan ini +/- N/T T rata2/bln C bulan lalu C bulan ini +/- N/T T rata2/bln C bulan lalu C bulan ini +/- N/T T rata2/bln C bulan lalu C bulan ini +/- N/T T rata2/bln C bulan lalu

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 327

C bulan ini +/- N/T Tablet besi T (Fe) Ibu rata2/bln Hamil C bulan lalu C bulan ini +/- N/T Diare T Diberi rata2/bln Oralit C bulan BALITA lalu C bulan ini +/- N/T ISPA T diobati rata2/bln BALITA C bulan lalu C bulan ini +/- N/T

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 328

Tabel 38. FORMULIR : ANALISIS MASALAH, PENYEBAB MASALAH DAN CARA PEMECAHANNYA PUSKESMAS :BULAN.TAHUN Nam Petuga a s Desa Kegi atan Mas alah Peny ebab Kesepakatan Cara Pemecahannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 329

MODUL 6 PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS I. Deskripsi Singkat Keberhasilan pelaksanaan manajemen puskesmas ditentukan oleh konsistensi dan kepatuhan para pelaksana di puskesmas dalam melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan pada perencanaan puskesmas. Artinya sebaik apapun rencana dibuat jika tidak dilaksanakan secara konsisten dan dipatuhi tidak akan membuahkan hasil yang optimal. Untuk menjamin konsistensi dan kepatuhan terhadap pelaksanaan rencana dilakukan kegiatan pengawasan dan monitoring melalui lokakarya mini puskesmas yang dilakukan setiap bulanan dan per tiga bulanan. Dan pada akhir tahun dilakukan penilaian terhadap hasil pencapaian kegiatan. Penilaian kinerja Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan manajemen puskesmas untuk menilai bagaimana kemampuan pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan dalam rencana. Dengan dilakukannya penilaian kinerja puskesmas diharapkan masalah-masalah yang timbul dapat diselesaikan atau paling tidak dikurangi. Modul ini, membahas tentang : konsep penilaian kinerja puskesmas, langkah-langkah pelaksanaan serta praktik penilaian kinerja puskesmas. Metode pembelajaran menggunakan metode ceramah tanya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 330

jawab, diskusi kelompok dan lebih banyak menggunakan metode praktik/ latihan sehubungan dengan kegiatan penilaian kinerja puskesmas. II. Tujuan Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini peserta mampu melakukan penilaian kinerja puskesmas secara efektif. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu: Menjelaskan tentang konsep penilaian kinerja puskesmas. Menguraikan langkah-langkah pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas secara efektif. Mempraktikan pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas. III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Materi ini terdiri atas 4 pokok bahasan, yaitu: A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan sub Pokok Bahasan: 1. Pengertian 2. Tujuan dan manfaat 3. Ruang Lingkup B. Pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas, dengan sub pokok bahasan: 1. Penetapan target puskesmas 2. Prosedur penilaian kinerja Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 331

C. Teknik pelaksanaan penilaian, dengan sub pokok bahasan: 1. Pengumpulan Data Hasil Kegiatan 2. Pengolahan Data (perhitungan hasil dan penilaian akhir). 3. Penyajian hasil, analisis hasil dan pemecahannya. D. Pembinaan penilaian kinerja puskesmas, dengan sub pokok bahasan: 1. Pembinaan Dinas kesehatan Kabupaten/Kota 2. Pembinaan Dinas kesehatan Provinsi. IV. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah 1. Pengkondisian (15 menit) Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi sebelumnya. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang sudah mempunyai pengalaman dalam melaksanakan penilaian kinerja puskesmas untuk menyampaikan pengalamannya. Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan. 2. Membahas Pokok Bahasan (180

Langkah menit)

Secara singkat fasilitator menyampaikan rangkuman isi Pokok Bahasan 1, 2 dan 3 modul Penilaian Kinerja. Selanjutnya fasilitator

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 332

mempersilahkan peserta untuk menanggapi uraian tersebut. Fasilitator membagi ke dalam 3 kelompok , kelompok 1 membahas Sub Pokok Bahasan Prosedur penilaian kinerja Puskesmas, kelompok 2 membahas Sub Pokok Bahasan Pengumpulan data dan Pengolahan Data, dan kelompok 3 membahas Sub Pokok Bahasan Analisis dan Pemecahan masalah serta penyajian hasil pengolahan data, yang dituliskan pada kertas flip chart atau diketik di komputer dan di presentasikan. Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil pendapat tiap kelompok. Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator memberikan komentar serta memberikan kesimpulan.

Langkah 3. Mempraktikkan penilaian kinerja (135 menit) Fasilitator menjelaskan tentang langkah-langkah latihan mempraktikkan penilaian kinerja. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok Puskesmas. Selanjutnya peserta diminta untuk menyiapkan bahan rujukan yang harus dibawa yaitu laporan tahunan Puskesmas, Profil Puskesmas, dan Data Wilayah Kerja Puskesmas. Peserta diminta untuk mempelajari Instrumen Penilaian yang dibagikan oleh Fasilitator. Dan selanjutnya peserta diminta untuk mempraktikan/latihan penilaian kinerja

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 333

Puskesmas dengan menggunakan Instrumen penilaian (terlampir). Latihan ini dilakukan secara bertahap: o Latihan 1: latihan/praktik pengisian data 3 komponen o Latihan 2: latihan/praktik perhitungan nilai hasil 3 komponen o Latihan 3: latihan/praktik melakukan penilaian akhir. Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Fasilitator memberikan komentar dan menyimpulkan hasil diskusi tersebut.

Langkah 4 Mempraktikkan penyajian hasil menggunakan grafik sarang laba-laba.(90 menit) Fasilitator menjelaskan langkah-langkah dalam membuat grafik sarang laba-laba. Fasilitator memberikan contoh cara membuat grafik sarang laba-laba. Peserta diberi kesempatan untuk tanya jawab. Peserta dibagi dalam kelompok puskesmas, untuk melakukan latihan/praktek membuat grafik sarang laba-laba untuk ke 3 komponen Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan menggunakan data riil dan hasil perhitungannya.

Langkah 5 Rangkuman (30 menit) Fasilitator mengajak peserta untuk menghayati, agar penilaian kinerja benar-benar merupakan upaya atau metode evaluasi mandiri (self evaluation) dan menjadi

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 334

dorongan untuk semakin meningkatkan kinerja puskesmas, baik dalam mencapai jangkauan/ cakupan pelayanan, meningkatkan program pengembanganmaupun meningkatkan mutu pelayanan.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 335

Uraian Materi A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas 1. Pengertian Penilaian secara umum kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang bersifat factual, signifikan dan relevan yang selanjutnya melakukan proses mengukur dengan cara membandingkan hasil yang dicapai dengan target atau rencana yang telah ditetapkan, serta melakukan analisis terhadap informasi yang didapat secara sistematis, obyektif dan terdokumentasi, dan diakhiri dengan melakukan proses pengambilan keputusan. Kinerja merupakan terjemahan dari kata Performance dalam bahasa Inggris, dan dalam beberapa literatur juga dikenal dengan kata Prestasi, dan Unjuk Kerja. Menurut Bernardin dan Russel (1993) bahwa yang dimaksud dengan Performance is defined as the record of outcomes produced on specified job function or activity during a specified time period (catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan target atau rencana.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 336

Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian terhadap hasil kerja/prestasi Puskesmas. Siapa yang melakukan Penilaian Kinerja Puskesmas? Yang melakukan Penilaian Kinerja Puskesmas yaitu: a. Puskesmas itu sendiri secara mandiri sebagai instrumen mawas diri atau dikenal juga dengan self assessment, di sini puskesmas memotret dirinya sendiri. b. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, disini mereka melakukan verifikasi terhadap hasil self assessment puskesmas. Dan berdasarkan hasil verifikasi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama Puskesmas, dapat menetapkan puskesmas kedalam kelompok (I, II, dan III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya. 2. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas a. Tujuan 1) Tujuan Umum Tercapainya tingkat kinerja puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 337

2) Tujuan Khusus Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta manajemen pPuskesmas pada akhir tahun kegiatan. Mengetahui tingkat kinerja Puskesmas pada akhir tahun berdasarkan urutan peringkat kategori kelompok puskesmas. Mendapatkan informasi analisis kinerja puskesmas dan bahan masukan dalam penyusunan rencana kegiatan puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tahun yang akan datang. b. Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas 1) Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan dibandingkan dengan target yang harus dicapainya. 2) Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilalayah kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan pencapaian kinerja puskesmas (output dan outcome). 3) Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 338

4) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber daya puskesmas dan urgensinya pembinaan puskesmas. 3. Ruang Lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas Ruang lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas meliputi upaya-upaya Puskesmas dalam menyelenggarakan: a. Pelayanan Kesehatan, yang meliputi: 1) Upaya Kesehatan Wajib, sesuai dengan kebijakan nasional, dimana penetapan jenis kegiatan pelayanannya disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2) Upaya Kesehatan Pengembangan, antara lain penambahan upaya kesehatan atau penerapan pendekatan baru (inovasi) upaya kesehatan dalam pelaksanaan pengembangan program kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas. Sesuai dengan UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan di Daerah, maka Kabupaten/Kota dapat menetapkan dan mengembangkan jenis program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sudah diukur dengan kemampuan sumberdaya termasuk ketersediaan dan kompetensi tenaga pelaksananya. Dengan tetap mengacu pada kebijakan dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 339

b. Pelaksanaan Manajemen Puskesmas, dalam penyelenggaraan kegiatan yang meliputi: 1) Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan pelaksanaan penilaian kinerja. 2) Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dll. c. Mutu Pelayanan Puskesmas, meliputi: 1) Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan. 2) Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan. 3) Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan. Dimana masing-masing program/kegiatan mempunyai indikator mutu sendiri. Sebagai contoh angka drop out (DO) pengobatan pada program penanggulangan TBC. 4) Penilaian outcome pelayanan Puskesmas, antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa (customer satisfaction) pelayanan Puskesmas. Hasil kegiatan Puskesmas yang diperhitungkan untuk dinilai adalah meliputi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Bidan di Desa, berbagai UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lain) di wilayah kerja Puskesmas, baik kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 340

Belum semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan di Puskesmas dapat dinilai tingkat mutunya, baik dalam aspek input, output maupun outcome nya, karena indikator dan mekanisme untuk penilaiannya belum ditentukan. Sehingga secara keseluruhan tidak akan diukur dalam penilaian kinerja, akan tetapi dipilih beberapa indikator yang sudah ada standar penilaiannya. Jenis kegiatan Puskesmas yang akan dinilai telah dituangkan dalam Daftar Menu terlampir. Dan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan , masing-masing Kabupaten/Kota akan menetapkan jenis kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan, dan kemudian hasilnya dinilai berdasarkan rencana yang telah disusun. B. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas meliputi serangkaian kegiatan yang dimulai sejak awal tahun anggaran pada saat penyusunan rencana kegiatan Puskesmas. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data yang dipantau dan dibahas melalui forum Lokakarya Mini baik bulanan dengan lintas program di Puskesmas, maupun Lokakarya Mini tiga bulanan yang melibatkan lintas sektor di Kecamatan. 1. Penetapan Target Puskesmas Target Puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentuk angka nominal atau persentase yang akan dicapai Puskesmas pada akhir tahun.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 341

Penetapan besaran target setiap kegiatan yang akan dicapai masing-masing Puskesmas bersifat spesifik dan berlaku untuk Puskesmas yang bersangkutan, berdasarkan hasil pembahasan bersama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan Puskesmas pada saat penyusunan rencana kegiatan Puskesmas. Target nasional perlu dijabarkan kedalam target Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas secara tepat. Penetapan target Puskesmas ditentukan dengan mempertimbangkan/ memperhatikan hal-hal berikut: a. Besarnya masalah yang dihadapi oleh masingmasing Puskesmas. b. Besarnya masalah yang dihadapi Kabupaten/Kota. c. Keberhasilan tahun yang lalu dalam menangani masalah. d. Kendala-kendala maupun masalah dalam penanganannya. e. Ketersediaan sumber daya termasuk kemampuan sumber daya manusia tahun yang akan datang. f. Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transportasi, dan lain-lain) dan non-fisik (sosial budaya, tingkat pendapatan/ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, dan lain-lain). g. Target (sasaran) Puskesmas yang sebenarnya, Puskesmas tidak dibebani untuk menjangkau masyarakat di daerah yang bukan target sasarannya, kelompok masyarakat yang tidak

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 342

mungkin dijangkau karena kendala geografi, transportasi, dan lain-lain. Target puskesmas harus sudah ditetapkan pada saat puskesmas menyusun Rencana Upaya Kegiatan Puskesmas (RUK). 2. Prosedur Puskesmas Pelaksanaan Penilaian Kinerja

a. Di tingkat Puskesmas 1) Tugas dan fungsinya: a) Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka mawas diri mengukur keberhasilan kinerjanya. b) Kepala Puskesmas membentuk Tim Kecil Puskesmas untuk melakukan kompilasi hasil pencapaian (output dan outcome). c) Masing-masing penanggungjawab kegiatan melakukan pengumpulan data pencapaian , dengan memperhitungkan cakupan hasil (output) kegiatan dan mutu bila hal tersebut memungkinkan. d) Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggungjawab kegiatan melakukan analisis masalah, identifikasi kendala/hambatan, mencari penyebab dan latar belakangnya, mengenali faktor-faktor pendukung dan penghambat. e) Bersama-sama Tim Kecil Puskesmas menyusun rencana pemecahannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 343

f)

dengan mempertimbangkan kecenderungan timbulnya masalah (ancaman) ataupun kecenderungan untuk perbaikan (peluang) dengan metoda analisis sederhana ataupun analisis kecenderungan dengan menggunakan data yang ada. Hasil perhitungan, analisis data dan usulan rencana pemecahannya dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2) Prosedur pelaksanaannya Langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan penilaian kinerja oleh Puskesmas sendiri adalah sebagai berikut: Tabel 39. Langkah-Langkah Penilaian Kinerja Puskesmas oleh Puskesmas No. I 1 Kegiatan Pra Penilaian Kinerja Puskesmas*) Pemantauan hasil kegiatan secara periodik bulanan/truwulan dan konsultasi ke Kabupaten/Kota, dalam rangka mencapai target cakupan dan mutu hasil kegiatan Puskesmas pada akhir tahun. Penilaian Kinerja Puskesmas Penilaian Kinerja Puskesmas

II II

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 344

1. 2. 3.

Pengumpulan data dan pengolahan data hasil kegiatan (dari data bulanan/triwulan). Konsultasi ke/ pembinaan dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Memberikan laporan perhitungan kinerja Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan membahas keterkaitannya dengan verifikasi data dan perhitungannya. Menerima umpan balik nilai akhir kinerja Puskesmas, berikut penjelasan dalam perbaikan perhitungan bilamana terjadi kesalahan. Menyajikan hasil akhir hasil perhitungan cakupan dan mutu kegiatan dalam bentuk sarang labah-labah, ataupun bentuk penampilan lainnya. Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas*) Menganalisis masalah dan kendala, merumuskan pemecahan masalah, rencana perbaikan sekaligus rencana usulan kegiatan tahun yang akan datang. Menerima informasi dari Kabupaten/Kota tentang rencana anggaran yang mungkin akan diterima masing-masing Puskesmas dengan membahas rancangan kegiatan, besarnya target, besarnya biaya dan

4.

5.

III 1.

2.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 345

kebutuhan sumber daya lain yang diperlukan, dan jadwal kegiatan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 3. Bersama tim perencanaan Puskesmas menyusun rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) Puskesmas untuk tahun berjalan. Membahas rencana kegiatan yang melibatkan unsur lintas sektor terkait , untuk keterpaduan. Mendiseminasikan informasi sekaligus membagi tugas dan tanggungjawab untuk kegiatan tahun yang akan dilaksanakan, dalam forum pertemuan lokakarya tahunan Puskesmas. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas sektor terkait di Kecamatan, untuk mendiseminasikan rencana kegiatan Puskesmas yang ada kaitannya dengan lintas sektor di tingkat Kecamatan. Mempersiapkan seluruh pelayanan Puskesmas untuk melaksanakan kegiatankegiatan.

4.

5.

6.

7.

Keterangan: *) = Waktu pelaksanaan ditetapkan oleh masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama Puskesmas. b. Di tingkat Kabupaten/Kota

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 346

1) Tugas dan fungsinya a) Menerima rujukan/kosultasi Puskesmas dalam melakukan penghitungan hasil kegiatan, menganalisis data dan membuat pemecahan masalah. b) Memantau dan melakukan pembinaan sepanjang tahun pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan prioritas masalah. c) Melakukan verifikasi hasil perhitungan akhir kegiatan Puskesmas dan bersama dengan Puskesmas menghitung dan menetapkan kelompok peringkat kinerja Puskesmas. d) Melakukan verifikasi analisis data dan pemecahan masalah yang telah dibuat Puskesmas dan membuat rencana usulan kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama dengan Puskesmas. e) Mengirim umpan balik ke Puskesmas dalam bentuk penetapan kelompok Puskesmas, evaluasi hasil kinerja Puskesmas dan rencana usulan kegiatan Puskesmas. f) Penetapan target dan dukungan sumberdaya masing-masing Puskesmas berdasarkan ehaluasi hasil kinerja Puskesmas dan rencana usulan kegiatan tahun depan. 2) Prosedur pelaksanaannya

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 347

Langkah-langkah atau prosedur kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah: Tabel 40. Langkah-Langkah Penilaian Kinerja Puskesmas oleh Dinas Kesehatan No. I 1. Kegiatan Pra Penilaian Kinerja Puskesmas*) Pemantauan penyelenggaraan kegiatan Puskesmas dan hasilnya untuk periode waktu tertentu dan pembinanan dalam rangka mendorong pencapaian cakupan hasil kegiatan Puskesmas. Penilaian Kinerja Puskesmas Menerima konsultasi dari/ pembinaan dan bimbingan kepada Puskemas. Menerima laporan perhitungan penilaian kinerja dari Puskesmas, melakukan verifikasi atas data dan perhitungan Puskesmas. Memberikan umpan balik nilai akhir penilaian kinerja Puskesmas sesuai dengan urutan peringkat dalam kelompok masing-masing Puskesmas. Menyajikan hasil kinerja semua

II 1. 2.

3.

4.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 348

Puskesmas di Kabupaten/Kota, berdasarkan urutan peringkat dalam kelompoknya, sebaiknya dalam bentuk grafik batang (bar chart). III 1. Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas*) Menganalisis masalah dan kendala yang dihadapi Puskesmas dan Kabupaten/Kota, serta merumuskan pemecahan masalah, rencana perbaikan sekaligus rencana kegiatan tingkat Kabupaten/Kota tahunh yang akan datang, memberikan arahan kebijaksanaan dan rencana pengembangan tahun yang akan datang kepada Puskesmas, berikut target Kabupaten/Kota dan rancangan pembagiannya untuk semua Puskesmas. Membahas rancangan kegiatan, besarnya target, besarnya anggaran yang diperlukan, dan jadwal kegiatan bersama Puskesmas. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan tingkat Kabupaten/ Kota, baik dalam kegiatannya sendiri maupun rencana pembinaan kepada Puskesmas.

2.

3.

Keterangan: *) = Waktu pelaksanaan ditetapkan oleh masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 349

Teknik Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas Pengumpulan Data Hasil Kegiatan Pengumpulan data merupakan kegiatan menghitung data yang diperlukan sesuai dengan pedoman. Selanjutnya dilakukan pengisian format penilaian kinerja sesuai dengan petunjuk format isian. Kepala Puskesmas bertanggungjawab dalam proses pengumpulan data. Adapun pelaksanaan pengumpulan data dilakukan oleh penanggungjawab masing-masing kegiatan/program dibantu oleh staf Puskesmas lainnya dengan tetap memegang prinsip kerjasama tim. a. Cara Pengumpulan Data Data untuk penilaian kinerja Puskesmas yang akan dikumpulkan berasal dari Puskesmas dan jaringannya, serta data yang berasal dari lintas sektor dan masyarakat. Pelaksanaan pengumpulan data dibahas dalam forum lokakarya mini Puskesmas maupun pada pertemuan lintas sektor Kecamatan, untuk mendapatkan masukan dan dukungan dari unit terkait. Adapun cara pengumpulan data tersebut, antara lain dengan: 1) Mencatat dari hasil pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP2TP/SP3). 2) Pemeriksaan/pengecekan catatan/notulen.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 350

3) Pengumpulan sederhana. b. Jenis Data

data

melalui

survey

Data yang dikumpulkan adalah hasil kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas, yang terdiri atas: 1) Data pencapaian hasil kegiatan Puskesmas. 2) Data pelaksanaan manajemen Puskesmas. 3) Data hasil pengukuran/penilaian mutu pelayanan Puskesmas. c. Sumber Data Sumber utama data kinerja Puskesmas adalah catatan hasil kegiatan Puskesmas yang terekam dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan data lainnya seperti hasil survey kepuasan pelanggan untuk menilai mutu pelayanan Puskesmas. Sedangkan laporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai sumber data untuk penilaian. Untuk kepentingan verifikasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota digunakan laporan hasil penghitungan Puskesmas, laporan SP2TP,

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 351

laporan lain yang berkaitan dan hasil supervisi langsung ke Puskesmas. d. Variabel Penilaian Variabel penilaian kinerja Puskesmas seyogyanya mewakili/merepresentasikan fungsi, azas, dan upaya pelayanan Puskesmas beserta jaringannya. Komponen penilaian kinerja Puskesmas terdiri atas 3 komponen, yaitu: 1) Komponen pelaksanaan pelayanan kesehatan, yang terdiri atas: a) Upaya Kesehatan Wajib b) Upaya Kesehatan Pengembangan 2) Komponen manajemen Puskesmas. 3) Komponen mutu pelayanan Puskesmas. Setiap componen terdiri dari kegiatan utama yang ditulis dengan Angka Romawi (I, II, III dst). Dan masing-masing jenis kegiatan utama terdiri atas kelompok variabel yang ditulis dengan huruf Latin besar (A, B, C dst), serta meliputi beberapa sub variabel yang ditulis dengan angka Arab (1, 2, 3, .. dst). Kelompok variabel jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang tercantum dalam instrumen terlampir, merupakan daftar menu. Penetapan kelompok variabel dan sub-variabel dilaksanakan oleh Puskesmas bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan mengacu pada kebijakan program. Artinya Puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 352

melaksanakan tidak harus semua kegiatan yang tercantum dalam instrumen tersebut, akan tetapi harus disesuaikan dengan yang ditetapkan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan Utama untuk komponen Upaya Kesehatan Wajib ini terdiri atas: I. Upaya Promosi Kesehatan II. Upaya Kesehatan Lingkungan III. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana IV. Upaya perbaikan Gizi Masyarakat V. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular VI. Upaya Pengobatan Contoh dari variable dan sub-variabel, yaitu: Kegiatan Utama: III. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana. Variabelnya: A. Kesehatan Ibu B. Kesehatan Anak Sub-variabel dari Kesehatan Ibu: 1. K1 2. Linakes Untuk Upaya kesehatan Pengembangan ditetapkan di Puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan Puskesmas.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 353

Setiap variabel kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemennya dengan bagian-bagian/masingmasing kelompok mempunyai nilai yang sama. Pada tahap ini tim puskesmas melakukan: Pengisian data pencapaian hasil kegiatan puskesmas pada format: cakupan kegiatan penilaian kinerja puskesmas (lampiran 1), yang meliputi: jenis kegiatan upaya kesahatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan oleh puskesmas tersebut. Pengisian data pelaksanaan manajemen puskesmas pada format : Kegiatan Manajemen Puskesmas (lampiran 1), meliputi: kegiatan manajemen operasional puskesmas, manajemen alat dan obat, manajemen keuangan dan manajdemen ketenagaan. Pengisian data penilaian mutu pelayanan, sesuai dengan jenis kegiatan/ variabel yang telah ditetapkan. Isilah pada kolom target sasaran (T) dan pencapaian (H) untuk pengisian format cakupan kegiatan penilaian kinerja puskesmas, dan kolom nilai hasil/ nilai akhir pada format kegiatan manajemen puskesmas/ format mutu pelayanan.
Kerjakan latihan 1 Pengisian data 3 komponen Penilaian kinerja puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 354

Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan perencananan Puskesmas. Untuk kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas telah disediakan kolom khusus pengolahan data dalam formulir instrumen pengumpulan data (terlampir). Kegiatan pengolahan data meliputi: Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran data yang dikumpulkan (cleaning and editing). Kegiatan penghitungan khususnya untuk mendapatkan nilai keadaan dan pencapaian hasil kegiatan Puskesmas (calculating). Kegiatan memasukan data kedalam tabel yang akan menjadi suatu informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan (tabulating). Pelaksanaan pengolahan data di tingkat Puskesmas dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama Tim Kecil Puskesmas. Sedangkan pengolahan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan oleh Tim Kecil yang ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. a. Metoda Pengolahan Data Cara menghitung Puskesmas, yaitu: pencapaian kinerja

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 355

1) Komponen hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan Puskesmas. Untuk menghitung hasilnya dalam kelompok masing-masing, perlu dihitung hasil reratanya secara bertingkat, sebagaimana tercantum dalam format/instrumen pengumpulan data dan penghitungannya. 2) Komponen manajemen Puskesmas. Penilaian manajemen Puskesmaas disesuaikan dengan kondisi masing-masing variabel yang sudah ditetapkan berdasarkan skala sumbernya. 3) Komponen mutu pelayanan Puskesmas. Untuk menghitung mutu pelayanan Puskesmas didasarkan pada hasil cakupan yang dikelompokan pada skala-skala yang ditetapkan pada setiap variabel. Untuk menghitung cakupan maka angka target (T) merupakan pembagi (denominator) terhadap pencapaian hasil kegiatan (H). Cakupan diperoleh dengan menghitung hasil kegiatan dibagi dengan target (H/T) untuk setiap variabel. Caranya adalah sebagai berikut: 1) Nilai akhir cakupan kegiatan pelayanan kesehatan Puskesmas. Menghitung pencapaian cakupan hasil komponen kegiatan pelayanan kesehatan, masing-masing kegiatan dihitung reratanya dari hasil masing-masing variabel, sedangkan tiap-tiap variabel dihitung rerata sub-variabelnya. 2) Nilai akhir tingkat pencapaian mutu kegiatan pelayanan kesehatan Puskesmas. Dihitung

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 356

berdasakan cakupan komponen mutu pelayanan dan rerata nilai setiap skala yang disesuaikan dengan variabelnya. 3) Nilai akhir tingkat manajemen Puskesmas. Cara penilaian sama seperti pada penilaian mutu pelayanan dengan menggunakan penilaian berdasar skala. Proses pengolahan data di tingkat Puskesmas sudah dimulai sejak awal bulan Desember (Januari tahun berikutnya) pada saat data mulai dikumpulkan. Pada tahap ini tim puskesmas melakukan: Penghitungan nilai cakupan sub variabel dan variabel dari setiap jenis kegiatan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan oleh puskesmas. Tulis hasil penghitungan tersebut pada sub variabel (SV) dan variabel (V) pada format : Cakupan Kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas. Penghitungan nilai dari setiap jenis variabel kegiatan manajemen puskesmas, dan tuliskan pada kolom nilai hasil pada format : Lampiran Kegiatan Manajemen Puskesmas. Penghitungan nilai pencapaian mutu kegiatan, pelayanan kesehatan dari setiap jenis kegiatan, dan tuliskan pada kolom Nilai Akhir, format : Lampiran Penilaian Mutu Pelayanan. Penghitungan nilai akhir dari hasil penilaian ke - 3 komponen.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 357

Kerjakan latihan 2 Penghitungan nilai hasil Penilaian kinerja puskesmas

b. Penilaian Akhir Penilaian Kinerja Puskesmas Penilaian kinerja Puskesmas mempunyai 3 komponen penilaian, yaitu: 1) Penilaian kinerja Puskesmas hasil pencapaian pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2) Penilaian kinerja Puskesmas hasil manajemen Puskesmas. 3) Penilaian kinerja Puskesmas atas mutu pelayanan kesehatan. Penilaian Kinerja Puskesmas ditetapkan dengan menggunakan nilai ambang untuk tingkat kelompok Puskesmas, yaitu: Cakupan Pelayanan terdiri atas: 1) Kelompok I : tingkat pencapaian hasil 91% 2) Kelompok II : tingkat pencapaian hasil 81 90% 3) Kelompok III : tingkat pencapaian hasil 80% Mutu pelayanan terdiri atas: 1) Kelompok I : 2) Kelompok II : 3) Kelompok III : =

kesehatan dan manajemen, Nilai rata-rata 8,5 Nilai rata-rata 5,5 8,4 Nilai rata-rata 5,5
Page 358

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Hasil akhir Penilaian Kinerja Puskesmas adalah Puskesmas dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: 1) Kelompok I : Puskesmas dengan tingkat kinerja Baik 2) Kelompok II : Puskesmas dengan tingkat kinerja Cukup 3) Kelompok III : Puskesmas dengan tingkat kinerja Kurang. Pada tahap ini, tim puskesmas dalam rangka evaluasi mawas diri, dapat melakukan penilaian akhir, berdasarkan hasil penghitungan dan penilaian ke - 3 komponen, yaitu: Untuk komponen hasil pencapaian pelaksanaan pelayanan kesehatan, berapa nilai rata-rata yang diperoleh? Untuk komponen kegiatan manajemen puskesmas, berapa nilai rata-rata yang diperoleh? Untuk komponen mutu pelayanan kesehatan, berapa nilai rata-rata yang diperoleh? Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan, termasuk kelompok apa puskesmas anda. Tentu saja penilaian akhir penilaian kinerja puskesmas yang sebenarnya adalah setelah penghitungan yang diajukan untuk di verifikasi oleh tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kerjakan latihan 3 Penilaian Akhir Penilaian kinerja puskesmas

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 359

Penyajian, Analisis Hasil dan Pemecahannya a. Penyajian Hasil Pengolahan Data Untuk memudahkan dapat melihat pencapaian hasil kinerja Puskesmas, maka hasil cakupan kegiatan pelayanan dan manajemen Puskesmas dapat disajikan dalam bentuk grafik sarang labah-labah Hasil pencapaian cakupan kegiatan pelayanan dan manajemen disajikan dalam bentuk sarang labah-labah yang berbeda. Banyaknya jari-jari grafik adalah sejumlah Kegiatan Utama pelayanan kesehatan atau manajemen Puskesmas. Sedangkan bagi penanggungjawab kegiatan bisa dibuat sarang labah-labah sendiri, dan jumlah jari-jarinya sejumlah variabel yang ada. Hasil pencapaian mutu pelayanan dan manajemen dapat juga disajikan dalam bentuk sarang labah-labah. Grafik sarang labah-labah dibuat setelah data yang dikumpulkan diolah dan direkapitulasi per komponen kegiatan dengan menggunakan tabel Grafik sarang labah-labah sebaiknya dibuat dan disajikan secara periodik bulanan atau triwulanan, sehingga dapat digunakan sebagai alat pemantauan dan identifikasi masalah sedini mungkin.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 360

Contoh membuat grafik sarang labah-labah untuk komponen pelaksanaan pelayanan kesehatan: Berdasarkan hasil pengolahan data, buatlah rekapitulasi perhitungan cakupan komponen kegiatan puskesmas, pada tabel berikut. Tabel : Rekapitulasi perhitungan cakupan komponen pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas No. I II III IV V VI VII Jenis Kegiatan Hasil Cakupan (%) Promosi 65% 60% 80% 70% 65% 75% 70%

Upaya Kesehatan Upaya Kesehatan Lingkungan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, KB Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya Pengendalian Penyakit dan PL Upaya Pengobatan Upaya Kesehatan Pengembangan

Buatlah grafik sarang laba-laba dengan jumlah jari-jari sesuai dengan jumlah Jenis Kegiatan di atas yaitu 7 kegiatan.
Page 361

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Beri tanda titik yang menunjukkan besarnya nilai akhir (%) cakupan setiap kegiatan. Hubungkan titik-titik pada semua jari-jari yang ada. Dengan demikian dapat segera terbaca gambaran setiap program atau kegiatan mana yang ada masalah. Yang ditunjukkan dengan cakupannya yang rendah. Gambar 6. Sarang Laba-laba
III
80%

II
60%

IV
70%

65%

65%

70%

75%

VII

VI

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 362

KEPUSTAKAAN 1. Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat Depkes RI (2006); Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. 2. Achmad S.Ruky (2006); Sistem Manajemen Kinerja; PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 3. Ismail Mohamad, Sjahrudin Rasul, dan Haryono Umar ( 2004); CONSEP dan Pengukuran Akuntabilitas, Penerbit Universitas Trisakti, Yakarta.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 363

Petunjuk Diskusi kelompok Tujuan : Memantapkan pemahaman peserta terhadap konsep penilaian kinerja puskesmas serta pelaksanaannya. Topik diskusi : 1. Kelompok A : Prosedur penilaian kinerja puskesmas 2. Kelompok B : Pengumpulan data dan pengolahan data 3. Kelompok C : Analisis hasil dan pemecahan masalah Proses Peserta dibagi dalam kelompok secara acak/ campuran berbagai puskesmas Didalam kelompok ditentukan ketua, sekretaris dan penyaji Kegiatan dalam kelompok : - Pada 5-10 menit pertama setiap anggota kelompok membaca uraian materi sesuai dengan topik yang dibahas oleh kelompok tersebut. - Selanjutnya ketua kelompok memandu brainstorming, agar semua anggota berpartisipasi dalam menyampaiakan pendapat/ ide tentang topik yang dibahas. - Sekretaris menuliskan semua pendapat/ ide pada kertas flipchart - Ketua kelompok memandu melakukan pembahasan terhadap hasil brainstorming, serta membuat kesimpulan akhir pendapat/ ide kelompok tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 364

Tuliskan hasil kesimpulan akhir kelompok pada kertas flipchart/ kertas manila berwarna, untuk ditempel di dinding, agar bisa ditampilkan dan dibaca oleh semua peserta.

Presentasi : - Fasilitator memandu tanggapan dari peserta di kelompok lain. - Fasilitator menyampaikan rangkuman Latihan 1 Pengisian Data 3 Komponen Penilaian Kinerja Puskesmas Petunjuk latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok puskesmas sebagai 1 tim 2. Setiap kelompok puskesmas mempersiapkan data yang diperlukan, berupa laporan tahunan puskesmas, profil puskesmas data dari SP2TP/ SP3, data hasil survey sederhana yang dilakukan Puskesmas, dan lain-lain. 3. Kepada setiap kelompok dibagikan format: cakupan kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas, format Kegiatan Manajemen Puskesmas dan format Penilaian Mutu Pelayanan. 4. Setiap kelompok, berdasarkan data riil Puskesmas masing-masing, melakukan pengisian ke-3 format tersebut, yaitu : a. Isilah data pada kolom Target Sasaran (T) dan Kolom Hasil (H) pada format Cakupan Kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas b. Isilah data pada kolom Nilai Hasil sesuai dengan persentase kegiatan manajemen
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 365

yang dilakukan pada format Kegiatan Manajemen Puskesmas. c. Isilah data pada kolom Nilai Akhir, sesuai dengan persentase Indikator Mutu yang dicapai, pada Format Penilaian Mutu Pelayanan. 5. Isilah dengan cermat dan sesuai dengan keadaan sebenarnya, karena hasil pengisian data ini akan digunakan untuk penghitungan Nilai Hasil. Latihan 2 Penghitungan Nilai Hasil Petunujuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas sebagai 1 tim 2. Setiap Puskesmas menggunakan format Penilaian ke-3 komponen, yang telah diisi pada Latihan 1 3. Kemudian lakukan penghitungan sebagai berikut : a. Untuk cakupan kegiatan penilaian kinerja puskesmas : - Hitung nilai sub variable dan nilai variabel setiap kegiatan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan - Hitung nilai rata-rata setiap jenis upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan puskesmas b. Untuk kegiatan manajemen puskesmas : - Hitung nilai rata-rata setiap variabel manajemen c. Untuk penilaian mutu pelayanan : - Hitung niali rata-rata setiap variabel mutu pelayanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 366

Lakukan perhitungan secara cermat dan tepat, karena hasil perhitungan akan menjadi bahan untuk melakukan penilaian akhir penilaian kinerja puskesmas. Latihan 3 Sekarang tiba saatnya, kelompok puskesmas melakukan mawas diri, melakukan penilaian akhir PKP, karena penilaian akhir PKP yang sebenarnya, dilakukan oleh tim Dinas Kesehatan kabupaten/ kota setelah melakukan verifikasi usulan penilaian dari puskesmas. Petunjuk : - Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata pencapaian upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan berapa % tingkat pencapaian hasil? Ada pada kelompok apa (I/ II/ III) componen cakupan pelayanan - Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata variable manajemen, dan mutu pelayanan kesehatan, berapa nilai rata-rata tersebut Ada pada kelompok apa (I/ II/ III), componen kegiatan mana jenis puskesmas dan mutu pelayanan

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 367

Latihan 4 Membuat grafik sarang laba-laba Petunjuk Sekarang saatnya tim puskesmas membuat penyajian hasil penilaian kinerja dengan menggunakan grafik sarang laba-laba, yaitu : Buat tabel rekapitulasi perhitungan cakupan componen, pelaksanaan pelayanan kesehatan No Jenis kegiatan Hasil Cakupan (%)

I Upaya promosi kesehatan II III IV V VI VII dst - Buatlah grafik sarang laba-laba dengan jumlah jari yang sesuai beri nomor untuk setiap jari. - Buatlah titik disetiap jari sesuai dengan % hasil cakupan - Hubungkan setiap titik tersebut.

Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS

Page 368

You might also like