You are on page 1of 17

Laporan Kasus

SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER

Oleh Andik Sunaryanto 0402005114

Pembimbing: Dr. I Made Gede Palguna, Sp KK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. Skabies merupakan penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang bergandengan tangan dengan temantemannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.1 Penyakit ini juga dapat digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh VON HEBRA, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan oleh BENOMO pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II. Pengertian dari skabies itu sendiri adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var, hominis dan produknya.1 Penyakit ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. Faktor yang mempengaruhi ialah hygiene yang kurang baik.

2.2 Sinonim The itch, gudik, budukan, gatal agogo.

2.3 Etiopatogenesis Sarcoptes scabei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir pada rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang- kadang masih dapat hidup beberapa

hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Gambar 1. Sarcoptes Scabiei var. hominis. 5

Setelah sekitar 1 minggu, telur menetas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh menjadi dewasa. Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari pasangannya (hal ini biasanya terjadi pada malam hari). Oleh karena itu penderita scabies akan merasakan gatal-gatal pada malam hari.

Siklus tersebut akan terulang lagi. Lorong-lorong yang lama akan menyembuh, sedangkan ditempat yang lain akan terbentuk lorong-lorong baru. Bekas lorong-lorong tersebut akan meninggalkan kelainan gambaran sebagai berikut : 1. Hiperpigmentasi 2. Tidak berskuama

Gambar 2. Kelainan kulit pada scabies. 5 Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga pada penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabakan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan gaukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

Gambar 3. Tampak kelainan yang ditimblukan oleh skabies pada daerah axilla (sekitar ketiak), glutea (sekitar bokong), dan pada genetalia (penis dan scrotum). 5

2.4 Gambaran klinis Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut atau menemukan tanda kardinal ke - 4:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustula, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Efflorosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya terdapat gambaan yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes yang biasanya disebut dengan istilah burrows atau kunikulus. Kunikulus ini pada pemeriksaan fisik kadang tidak terlihat (tidak ditemukan) karena sudah hilang

akibat garukan kronis. Jika terjadi infeksi sekunder, kunikilus ini dapat menjadi pustula. Apabila skabies mengenai glans penis seperti gambar diatas, maka akan terbentuk papula-papula eritematus yang jelas. Papula ini mirip dengan papula pada sifilis, hanya bedanya bahwa papula pada skabies tersebut terasa gatal sekali. Jika skabies ini terjadi pada skrotum seperti gambar diatas pula, maka gambarannya akan semakin jelas lagi. Hal ini dikarenakan stratum korneum scrotum lebik tipis. Sehingga papula akan semakin jelas terlihat. Didaerah lain, stratum korneumnya biasanya lebih tebal, sehingga papulanya akan lebih tidak terlihat. Penularan skabies dapat terjadi secara : 1. Kontak langsung dengan penderitanya. 2. Secara tidak langsung, misalnya melalui pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain. 3. Sarcoptes Scabei sendiri senang berpindah-pindah tempat. Sebagai catatan sewaktu terjadi penularan tersebut, orang yang ditulari tidak merasa gatal-gatal. Apabila seseorang pernah terkena skabies, maka pada penularan yang kedua telah terjadi sensitisasi gejalanya akan berubah menjadi: 1. Nodul 2. Besar 3. Teraba keras 4. Khas pada daerah longgar atau lunak. Gejala ini sering dikelirukan dengan urtika. 4 Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain 6: 1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan

penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. 3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid. 4. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah. 5. Skabies pada orang tua. Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan penyebabnya ke senile pruritus, xerosis, obat, dan penyebab psikis lainnya. 6. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah 7. Skabies pada penderita HIV/AIDS. Bentuk yang sering dijumpai adalah skabies berkusta dan skabies papular atipikal. Karena manifestasi klinisnya yang atipikal tersebut maka sering sekali mengalami keterlambatan dalam diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya. 8. Skabies di daerah kulit kepala. Hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau memicu terjadinya

dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada bayi dan anak anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan dermatomiositis. 9. Skabies bullosa. Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anakanak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada orang dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan pemphigoid bullosa.

2.5 Pembantu Diagnosis Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit pada tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah, sudah dapat diduga bahwa penyakit tersebut adalah skabies. Terlebihlebih jika ditemukannya terowongan. Cara menemukan tungau : 1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya. 2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. 4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

2.6 Diagnosis banding Adanya pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.

2.7 Penatalaksanaan Syarat obat yang ideal adalah : 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik. 3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian. 4. Mudah diperoleh dan harganya murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi). Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah : 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. 5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.

Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati.

Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air panas.

2.8 Komplikasi Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis, dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis. Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene heksaklorida yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari 2 kali terutama pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik yang memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses, internal, pneumonia piogenik, dan septikemia.6

2.9 Prognosis Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene yang buruk), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

BAB III LAPORAN KASUS

3.1

Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Tgl pemeriksaan : WY : 1 tahun : Laki-laki : BTN Sri Rama, Desa Bakti Seraga, Singaraja : 28 Maret 2009

3.2

Anamnesis Pasien datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin diantar oleh ibunya dengan dikeluhan gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada kaki, ketiak, tangan dan pantat. Keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, awalnya dirasakan berawal dari kaki kemudian meluas sampai ke bagian tubuh yang lain seperti ketiak, tangan dan pantat. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Untuk mengurangi keluhan, ibu pasien biasanya menaburi tubuh pasien dengan bedak bayi dan kadang-kadang dengan minyak kelapa, dan keluhan dinyatakan dapat berkurang. Pasien juga dikeluhkan mengalami demam. Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni sepupu pasien yang sering diajak bermain, serta kedua orang tua pasien sendiri. Riwayat pengobatan: pasien pernah berobat ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RSUD Singaraja pada tanggal 29 Februari 2009, dan ini merupakan kunjungan pasien yang kedua. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal ibu pasien. Riwayat alergi dan penyakit atopi disangkal.

3.3

Pemeriksaan Fisik Status present Nadi : 90 x/menit RR : 24 x/ menit

Status general Kesadaran Keadaan umum : Komposmentis : Baik

Status Dermatologis Lokasi : Kaki kanan dan kiri, tungkai bawah kanan dan kiri, ketiak kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan kiri, Effloresensi : Papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit Lokasi : Pantat kanan dan kiri

Effloresensi : Papul eritema multiple, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit, diantaranya tampak pustula, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit dan multiple.

3.4

Diagnosis Skabies dengan infeksi sekunder.

3.5

Penatalaksanaan Krim campuran untuk pengobatan topikal yang terdiri dari: Gentamisin 1 mg & betamethasone 0,5 mg cream 10 gram, dengan Permetrin 5 % cream 15 gram, dioleskan 2 kali sehari pada seluruh tubuh. Untuk pengobatan sistemik diberikan: Campuran amoksisilin trihidrat 125 mg, dengan prednisone 4 mg 1/2 tablet, dan mebhidrolina napadisilat 50 mg 1/6 tablet, dibuat dalam bentuk serbuk (pulveres) dalam dosis terbagi 20. Obat ini diminum sebanyak 3 kali sehari setelah makan.

BAB IV PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada kaki, ketiak, tangan dan pantat. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni sepupu pasien yang sering diajak bermain, serta kedua orang tua pasien sendiri. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi didaerah kaki, lengan, ketiak, dan pantat, dimana didapatkan papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana di dalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis, namun karena pada anak-anak lapisan stratum korneum tubuhnya sebagian besar masih tipis maka penyebarannya dapat bersifat atipikal. Selain itu pada pasien ini pada daerah pantatnya juga didapatkan effloresensi berupa pustula, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit dan multiple, maka sesuai dengan teori yang ada maka diduga pada pasien ini telah timbul infeksi sekunder. Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah campuran Gentamisin 1 mg & betamethasone 0,5 mg cream 10 gram, dengan Permetrin 5 % cream 15 gram, dioleskan 2 kali sehari pada seluruh tubuh. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada anak-anak dibawah 2 tahun berupa permetrin 5 % mengingat efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah.1 Dan obat sistemik yang diberikan adalah campuran amoksisilin trihidrat 125 mg, dengan prednisone 4 mg 1/2 tablet, dan mebhidrolina napadisilat 50 mg 1/6 tablet, dibuat dalam bentuk serbuk (pulveres) dalam dosis terbagi 20. Obat ini diminum sebanyak 3 kali

sehari setelah makan. Pemberian obat sistemik ini sesuai dengan indikasi bahwa pada pasien mengalami infeksi sekunder sehingga perlu diberikan antibiotika berupa amoksisilin. Selain itu untuk mengurangi gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari juga diberikan obat antihistamin. Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var, hominis dan produknya. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni pruritus nokturna, adanya anggota keluarga atau orang sekitar yang terinfeksi, ditemukannya kanalikulus, dan ditemukannya tungau. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, sehingga dengan ditemukannya tungau di pada pasien juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis klinis skabies. Penatalaksanaan skabies pada umumnya berupa obat topikal yakni belerang endap 420 %, emulsi benzyl-benzoas 20-25 %, gama benzene heksa klorida 1 %, krotamiton 10 %, dan permetrin 5 %. Pengobatan dilakukan kepada seluruh anggota keluarga (termasuk pasien yang hiposensitisasi)

5.2 Saran Adapun saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan kasus ini adalah sebagai berikut: Rajin melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus diobati Menjaga kebersihan pasien dan keluarga Seluruh pakaian di rumah dicuci dengan menggunakan air hangat Kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur. Kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007. 2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007. 3. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Denpasar : 2000. 4. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi Praktis . Ed. 1. PERDOSKI. 1989. 5. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Scabies. Available at:

http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm. 6. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill Professional. 2003

You might also like