You are on page 1of 12

Tugas Tutorial GATAL DI MALAM HARI

Januari, 2014

DI SUSUN OLEH :

NAMA STAMBUK KELOMPOK

: SLAMET WAHID KASTURY : G 501 10 0055 : III (TIGA)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2014

KETUA SCRIBER I

: SITI MASITA ; YUDHA THESI L.G

SCRIBER II : SLAMET WAHID KASTURY GATAL DI MALAM HARI STEP 1 1. EKSKORIASI = GARUKAN YANG BERADA DI KULIT ATAU LESI YANG TERJADI HINGGA BAGIAN STRATUM PAPILARE DERMIS YANG MENGAKIBATKAN PERDARAHAN. 2. PUSTULA = TONJOLAN KULIT YANG BERISI PUS. 3. HYPOPIGMENTASI = PERUBAHAN WARNA KULIT 4. HYPOSTHESI = PENURUNAN SENSIBILITAS YANG ABNORMAL TERUTAMA PADA RASA SAKIT 5. VESIKEL = TONJOLAN BERISI CAIRAN SEROSA ,UKURAN < 1 CM 6. PRURITUS = RASA GATAL STEP 2 1. MEKANISME DARI HIPOTHESI PADA WAJAH 2. PATOGENESIS PADA SKENARIO 3. MEKANISME TERJADINYA PUSTUL,EKSKORIASI,VESIKEL 4. SIKLUS TERBENTUKNYA TEROWONGAN D DAERAH PERUT 5. DIAGNOSIS BANDING ? JELASKAN DAN PERSAMAAN? 6. KLASIFIKASI PENYAKIT KULIT 7. MANAJEMEN DARI SKENARIO 8. FAKTOR RESIKO DARI KASUS DI SKENARIO 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SKENARIO 10. KOMPLIKASI 11. PENEGAKAN DIAGNOSIS 12. PENCEGAHAN 13. WUJUD KELAINAN KULIT

STEP III SIKLUS PEMBENTUKAN SARCOPTES SCABIEI PEMBUAHAN BETINA MEMPRODUKSI TERLUR (MENEMBUS STRATUM CORNEUM ENZIM PROTEOLITIK) MEMBUAT TEROWONGAN MENYIMPAN TELUR DI TEROWONGAN NIMFA 1 DAN 2 DEWASA

DIAGNOSIS BANDING A. CREEPING ERUPTION (ANCYLOSTOMA BRAZINILIES) - PEMBENTUKAN TEROWONGAN PADA DAERAH KULIT - PAPUL - GATAL MALAM HARI B. PEDICULOSIS CORPORIS - GATAL PADA MALAM HARI - DI DAERAH BADAN C. SCABIES (SARCOPTES SCABIEI) - GATAL PADA MALAM HARI - GATAL DI SELA JARI - PEMBENTUKAN TEROWONGAN PENEGAKAN DIAGNOSIS SCABIES 4 TANDA CARDINAL LEPRA 2 TANDA CARDINAL LESI HYPOPIGMENTASI PEMERIKSAAN BTA POSITIF ADA PRURITUS NOCTURNAL (LIPATAN TUBUH) PENYEBARANNYA JIKA TERJADI KONTAK DENGAN SESEORANG TERDAPAT TEROWONGAN MENEMUKAN TUNGAU DAN SIKLUS HIDUPNYA

PENCEGAHAN SCABIES LEPRA MENGHINDARI KONTAK LANGSUNG DENGAN PENDERITA HYGENITAS HARUS DI JAGA MENCUCIKAN PAKAIAN DENGAN AIR HANGAT, CUCIAN DENGAN MATAHARI MEMATIKAN TUNGAU MENGOBATI SEMUA KELUARGA YANG TERKENA MENGHINDARI PEMAKAIAN BERSAMA SAMA HYGENITAS HARUS DI JAGA MENGRINGKAN

PEMERIKSAAN PENUNJANG SCABIES LEPRA BAKTERIOLOGI TES BTA (MORFOLOGI DAN JUMLAH BAKTERI ) KEROKAN KULIT AMATI DI MIKROSKOP TES TINTA (+) JIKA TINTA MASUK DALAM TEROWONGAN MEMBENTUK GAMBARAN ZIG ZAG

WUJUD KELAINAN KULIT VESIKEL = TONJOLAN < 1CM BULA = TONJOLAN > 1CM MAKULA = PERUBAHAN WARNA KULIT < 1CM PATCH = PERUBAHAN WARNA KULIT > 1CM PAPUL = TONJOLAN KULIT YANG PADAT <1CM PLAK = PENONJOLAN KULIT YANG PADAT > 1CM KRUSTA = CAIRAN YANG MENGERING D KULIT AKANTOSIS = PENEBALAN STRATUM SPINOSUM AKANTOLISIS = HILANGNYA SPINA PADA STRATUM SPINOSUM SEHINGGA BERISI CAIRAN

MANAJEMEN SCABIES PERMETRIN (ANTI PARASIT) SECARA TOPIKAL ANTI HISTAMIN (HIDROKSIN HIDROKLORIDA) ANTIBIOTIK (MIPOROSIN) HIDROKORTISON UNTUK INFLAMASI KROTAMITON 10 % UNTUK ANTI GATAL

MEKANISME HYPOTHESI M.Lepra menyerang system saraf perifer hypothesi MEKANISME TERJADI PUSTUL = KARENA INFEKSI PADA KULIT EKSKORIASI = KARENA GARUKAN YANG GATAL

FAKTOR RESIKO SCABIES PESANTREN/ ASRAMA ORANG YANG TERINFEKSI SCABIES KONTAK LANGSUNG MEMINJAMKAN BARANG (BAJU)

LEARNING OBJECTIVE 1. MANAJEMEN LEPRA Tujuan Pengobatan adalah ; a. Memutus mata rantai penularan . b. Menyembuhkan penyakit Penderita . c. Mencegah Terjadinya cacat.. Regimen Pengobatan MDT(Multi Drug Therapie). WHO merekomendasikan pengobatan kusta dengan menggunakan regimen MDT yaitu : a. Penderita Pauci Baciler ( PB ) lesi 2-5 Dewasa. Pengobatan bulanan: hari pertama (dosis yang diminum didepan petugas ). 1). Satu capsul Rifampicin @300 mg ( 600 mg ). 2). Satu tab Dapson /DDs 100 mg . Pengobatan harian : hari ke 2-28 (1 tab dapsone /DDS 100 mg 1 blister untuk satu bulan) lama pengobatan : 6 blister diminum selama 6-9 bulan . b. Penderita Multi-Basiler ( MB ) Dewasa Pengobatan bulanan :hari pertama (dosis yang diminum didepan petugas ). 1). Tiga capsul Rifampicin @300 mg ( 600 ). 2).Tiga Tablet Lampren @100 mg ( 300 ). 3). Satu tablet Dapsone @100 mg . Pengobatan harian : hari ke 2-28 ( 1 tablet Lamprene 50 mg, 1 tablet Dapsone /DDS 100 mg ) 1 blister untuk satu bulan lama pengobatan : 12 blister diminum selama 12-18 bulan . Dosis MDT menurut Umur, lihat Bagan sebagai berikut :

Obat yang dipakai dalam pengobatan kusta adalah : a) DDS ( Diamino Diphenil Sulfon / Dapson ) Dapson bersifat bakteriostatik atau menghambat pertumbuhan kuman kusta. Dapson mempunyai efek samping berupa alergi (manifestasi kulit), anemia hemolitik, gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, tidak nafsu makan), gangguan persarafan (neuropati perifer, vertigo, sakit kepala, mata kabur) b) Clofazimin Clofazimin bersifat bakteriostatik dengan efek samping yaitu perubahan warna kulit menjadi ungu sampai kehitaman, gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri lambung. c) Rifampisin Rifampisin bersifat bakterisid atau membunuh kuman kusta, 99 % kuman kusta mati dalam satu kali pemberian. Efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian rifampisin yaitu kerusakan hati, gangguan fungsi hati, air seni warna merah dan munculnya gejala influensa. Referensi Lewis F.S,Conologue,Harrop.2008.Leprosy : Mycobacterial infection. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/1104977-overview di akses pada 17 Januari 2014

2. PATOGENESIS LEPRA M. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang terutama terdapat pada sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Bila kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag yang berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear dan histiosit untuk memfagositosisnya. Kemampuan untuk memfagositosis tergantung pada sistem imunitas tubuh. Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae. Bila terjadi gangguan imunitas tubuh didalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang, terjadi kerusakan saraf yg progressiv. Saraf-saraf yg dikenai: N. Facialis - cabang temporal dan zigomatik menyebabkan lagoflthalmus - cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan mengatupkan bibir. N. Trigeminus o anastesia kulit wajah,kornea o atrofi otot tenar dan oto lumbrikalis lateral N. Radialis - anesthesia dorsum manus dan proksimal jari telunjuk - wrist drop - Tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan N. Ulnaris - anesthesia pada jari anterior kelingking dan jari manis - claw hand -atropi hipotenar dan oto interoseus N. Medianus - clawing ibu jari,telunjuk - ibu jari kontraktur -atropi oto tenar - tidak mampu adduksi ibu jari

N. Poplitea lateralis o Foot drop o Kelemahan otot peroneus o Anesthesia tungkai bawah

N. Tibialis posterior o Claw toes o Paralisis otot intrisnsik kaki o Anesthesia telapak kaki

Referensi Agusni I , Menaldi SL.2003.Diagnosis baru pada penyakit kusta.Balai Penerbit FK UI.Jakarta 3. FAKTOR RESIKO LEPRA a. Usia Umur dimana kejadian penyakit kusta sering terkait dengan umur pada saat diketemukan dari pada timbulnya penyakit, namun yang terbanyak adalah pada umur muda dan produktif. Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi, angka kejadian (Insidence Rate ) meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10-20 tahun dan kemudian menurun Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30-50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun. b. Jenis kelamin Jenis kelamin, kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan, menurut catatan sebagian besar negara didunia kecuali dibeberapa negara di Afrika menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terserang dari pada wanita. Relatif rendahnya kejadian kusta pada wanita kemungkinan karena faktor lingkungan atau biologi seperti kebanyakan pada penyakit menular lainnya laki-laki lebih banyak terpapar dengan faktor resiko sebagai akibat gaya hidupnya

c.

Ras Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti oleh penyakit kusta dibanding dengan Eropa.

d.

Keadaan sosial ekonomi Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara-negara yang tingkat sosial ekonominya rendah.

e.

Lingkungan Penularan penyakit kusta bisa melalui droplet infeksi atau melalui udara, dengan penghuni yang padat maka akan mempengaruhi kualitas udara, hingga bila ada anggota keluarga yang menderita kusta maka anggota yang lain akan rentan tertular namun kuman kusta akan inaktif bila terkena cahaya matahari, sinar ultra violet dapat merusak dan mematikan kuman kusta.

Referensi Naaf,Silva E,Marcos E.2001.Factors influencing the development of leprosy :an overview. Int j Lepr Other Mycobact. Dis.

4. KOMPLIKASI SCABIES DAN LEPRA a. Komplikasi lepra Kecacatan adalah komplikasi dari kusta. Kusta yang menyerang sistem saraf juga dapat menimbulkan ulkus hingga nekrosis. Selain itu luka merupakan problematika utama dari penderita kusta, luka mudah terjadi akibat kebalnya jaringan tubuh sehingga saat kulit bergesekan dengan bidang kasar, tajam atau bersentuhan dengan benda panas penderitanya tidak merasakan apa-apa dan tidak menyadari telah terjadi trauma di kulit. Tidak ada rasa nyeri yang dirasakan bahkan sampai luka tersebut menjadi ulkus dan mengeluarkan pus. b. Komplikasi scabies Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan. Referensi Harahap M.1989,Clinical Aspects : new clinical applications dermatology,Mycobacterial Skin disease.Kluwer academic Publisher,Dordrecht.

5. KLASIFIKASI PENYAKIT KULIT a. Dermatosis Dermatitis Kontak Dermatitis atopic Dermatitis numularis Pitiriasis rosea Psoriasis Eritroderm

b. Infeksi jamur Tinea Manus et Pedis Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan Tinea korporis,kapitis,kruris Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal Pitiriasis versikolor Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni terutama badan

c. Infeksi bakteri

Impetigo vesikobulosa Folikulitis Furunkel/Karbunkel Selulitis Abses multipel kelenjar keringat Hidradenitis supurativa

d. Infeksi virus Varizela Herpes simpleks Kondiloma akuminata Herpes sozter

e. Alergi Pemfigus vulgaris Pemfigoid bulosa

Referensi http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29765/4/Chapter%20II.pdf

You might also like