You are on page 1of 18

BAB VII LAKSATIF DAN ANTIDIARE 1.

Tujuan Praktikum Memahami dan terampil melakukan teknik evaluasi obat obat laksatif dan antidiare. Memahami mekanisme kerja obat pencahar. Memahami dan mapu menganalisa efek samping / toksisitas obat obat laksatif / antidiare tersebut.

2.

Tinjauan Pustaka

LAKSATIF Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum operasi dilakukan. laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai efek samping. Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Obat pencahar adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Konstipasi atau sembelit merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar. Untuk mencegah konstipasi adalah rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan kaya serat.

KEGUNAAN Laksatif digunakan untuk merangsang gerakan usus atau melunakkan tinja untuk memudahkan penderita sembelit dalam pembuangan tinja.

Memperlancar persiapan gerakan usus Sembelit kronis Imobilitas kronis

Berikut golongan obat pencahar yang biasa digunakan adalah : 1. Bulking Agents Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil, kemudian dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak cairan.

2.

Pelunak Tinja Obat sejenis dukosat ini dapat menambahkan jumlah air yang mampu

diserap oleh feses. Karena bahan ini merupakan detergen yang dapat menurunkan tegangan pada permukaan feses, sehingga memudahkan air menebus feses dan menjadikan feses lebih lunak dengan meningkatkan jumlah serat akan merangsang reaksi alamiah dari usus besar yang dapat membantu melunakkan feses agar lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.

3.

Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan feses dan memudahkannya keluar dari

tubuh dan bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Apabila seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa menembus dari rektum.

4.

Bahan Osmotik Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar,

sehingga feses menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini pun memiliki kandungan garam-garam yang terdiri dari fosfat, sulfat dan magnesium atau gula yang terdiri laktulosa atau sorbitol.

Beberapa bahan osmotik memiliki kandungan natrium, menyebabkan retensi(penahan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Sedangkan bahan osmotik yang memiliki kandungan magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal.

Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga dipakai untuk menggosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.

5.

Pencahar Perangsang Pencahar perangsang secara langsung merangang dinding usus besar untuk

berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini memiliki kandungan substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja ini setelah 6-8 jam dan menghasilkan feses setengah padat, tapi sering mengakibatkan kram perut.

Bila pencahar perangsang dalam bentuk supositoria yaitu obat yang dimasukkan melalui lubang dubur, akan bekerja setelah 15-60 menit. Bila penggunaan dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga bisa menjadi ketergantungan sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).

Pencahar ni juga sering dipakai untuk menggosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontarksi usus besar (misalnya narkotik).

Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).

Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).

Untuk pemilihan golongan obat pencernaan ini yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

ANTI DIARE Diare adalah suatu kondisi dimana frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsistensi feses cair atau seperti bubur yang terjadi secara berulang lebih dari 3 kali sehari. Diare dapat bersifat akut disebabkan oleh bakteri atau virus dan kronis yang berkaitan dengan gangguan gastrointestinal.

Berdasarkan mekanisme penyebabnya diare dibedakan menjadi : a) Karena kurangnya absorbs zat osmotic dari lumen usus (diareosmotik)

b) Meningkatnya sekresi elektrolit dan air kedalam lumen usus (diaresekretorik) disebabkan oleh bakteri atau, c) Naiknya permiabilitas mukosa usus atau terganggunya motilitas usus karena penyakit pada usus halus atau tidak terabsorbsinya asam empedu.

Diare dibagi menjadi tiga tipe. Tipe-tipe tersebut adalah diare non inflamatori (noninflammatorydiarrhea), diareinflamatori (inflammatorydiarrhea), dan diare pada penyakit sistemik.

Istilah lain untuk diare noninflamatori adalah diare sekretori(secretory diarrhea) dan diare encer(watery diarrhea). Sinonim diare inflamatori adalah diare berdarah (bloodydiarrhea) dan disenteri (dysentery).

Antidiare adalah suatu obat untuk mengatasi diare. Cara kerjanya yaitu dengan meningkatkan penyerapan air.

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja atau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

Adapun kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah: A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.

1) Racecordil Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.

2) Loperamide Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor

opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.

3) Nifuroxazide Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,

Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.

Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.

4) Dioctahedral smectite Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik

berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulosemanitol urin pada anak dengan diare akut.

B.

Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara :

1) Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan belladonna). loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak

2) Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan

alumunium.

3) Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.

C.

Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.

3.

Alat dan Bahan Alat Suspense norit 10% Loperamid Bisacodyl Suspensi Na.CMC 1% Bahan Suntik oral Meja bedah Gunting bedah Alat pengukur (penggaris)

4.

Prosedur Kerja 1) Timbang hewan, tandai dan hitung dosis yang akan diberikan. 2) Berikan obat laksatif (bisacodyl) dan antidiare (loperamid) secara oral pada mencit. 3) Lima menit kemudian berikan suspense norit secara oral kepada mencit tersebut. 4) 15 menit kemudian mencit dibunuh dengan dislokasi leher, kemudian dibedah dibuka rongga perutnya, lalu usus dikeluarkan dengan hati hati. 5) Rentangkan usuus pada papan bedah. 6) Ukur panjang usus yang ditempuh norit (mulai dari lambung sampai kebatas terbentuknya warna hitam diusus) dan bandingkan dengan panjang usus seluruhnya. 7) Bandingkan laju transit norit pada hewan yang tidak diberi obat laksatif dan antidiare. 8) Bandingkan hasil saudara dengan grup lain. 9) Buat kesimpulan dari percobaan tersebut.

5.

Hasil dan Pembahasan a) Hasil Pengamatan


Kelompok Obat Panjang usus yg ditempuh norit (cm) Panjang usus seluruhnya (cm) % Laju Transit 1 Loperamid 10 mg/kgBB 8 cm 47 cm 17,02% 2 Loperamid 20 mg/kgBB 7,5 cm 40 cm 18,75% 3 Loperamid 30 mg/kgBB 8 cm 32,5 cm 24,61% 4 Bisacodyl 10 mg/kgBB 12 cm 42 cm 28,57% Na.CMC 1% 12,5 cm 47,5 cm 26,31% 5 Bisacodyl 20 mg/kgBB 15cm 34,5 cm 43,47% 6 Bisacodyl 30 mg/kgBB 18 cm 55 cm 32,72%

BB mencit Dosis Konsentrasi VAO VAO

: 16 g : 30 mg/kgBB : 1 mg/ml :? : BB x Dosis Konsentrasi : 0,016 kg x 30 mg/KgBB 1 mg/ml

: 0,48 ml

Norit : 1 cc/ 100 g BB : 1 cc/ 100g . 16 g : 0,16 cc

% laju transit :

panjang usus norit panjang usus seluruhnya

X 100 %

: 8 cm 32,5 cm : 24,61 %

X 100 %

b) Pembahasan Percobaan kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat anti diare dan laksatif dalam memperlambat pengeluaran defekasi dan mempercepat pengeluaran defekasi. Pengamatan dilakukan dengan memberikan secara oral obat laksatif dan antidiare kepada mencit dalam bentuk suspensi. Kemudian setelah lima menit disuspensikan norit. Setalah 15 menit pemberian norit mencit didislokasi leher kemudian dilihat panjang usus yang dilewati oleh norit.

Didapat hasil bahwa ketika diberikan bisacodyl dalam berbagai konsentrasi ( 10 mg/kgBB , 20 mg/KgBB , dan 30 mg/KgBB ) panjang usus pada konsentrasi terendah ( 10 mg/KgBB ) sampai konsentrasi tertinggi ( 30 mg/KgBB ) semakin tinggi persen laju transitnya, hal ini dikarenakan

10

absorbsi pada saluran pencernaan diperlambat sehingga usus yang dilalui norit akan semakin panjang dengan semakin tingginya konsentrasi.

Pada percobaan menggunakan mencit, bisakodil mampu dihidrolisis menjadi difenol di usus bagian atas. Difenol yang diabsorbsi mengalami konjugasi di hati dan dinding usus. Metabolit akan diekskresi melalui empedu, dan selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol yang akan merangsang motilitas usus besar.

Bisacodyl ini tersedia dalam bentuk sediaan berupa tablet bersalut enteral 5 mg dan 10 mg. Sediaan supositoria 10 mg. Dosis dewasa 10-15 mg, dosis anak 5-10 mg. Efek samping berupa kolik usus dan perasaan terbakar pada penggunaan rektal. Efek pencahar akan terlihat setelah 6-12 jam, sedangkan pada pemberian rektal efek pencahar terlihat setelah setengah sampai satu jam. Pada pemberian oral, bisakodil diabsorbsi kirakira 5% dan diekskresi bersama urin dalam bentuk glukuronid, tetapi ekskresi utama adalah di dalam tinja.

Sedangkan pada pengujian efek anti diare dari obat loperamide dengan berbagai konsentrasi (10 mg/kgBB , 20 mg/KgBB , dan 30 mg/KgBB ) yang diberikan pada mencit adalah memberikan hasil laju transit yang semakin tinggi konsentrasi maka semakin lambat laju transit usus, dan mempercepat laju absorbs disaluran pencernaan sehingga panjang usus yang dilalui norit lebih pendek dibandingkan dengan panjang usus yang diberikan bisacodyl.

Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali.

11

Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam. Kurang dari 2% dieliminasi renal tanpa diubah, 30% dieliminasi fekal tanpa diubah dan sisanya dieliminasi setelah mengalami metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke dalam empedu.

12

6.

Kesimpulan

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Laksatif adalah obat yang dapat memperlanacar defekasi (buang air besar). Antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi defekasi. Obat laksatif yang telah dilakukan dalam percobaan didapat hasil bahwa mempercepat laju transit usus dan diadsorbsi lambat pada saluran cerna. Obat antidiare memperlambat laju transit dan akan diadsorbsi dengan cepat disaluran pencernaan. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan pada obat laksatif maka semakin tinggi laju transit usus. Kebalikan dari laksatif, pada antidiare semakin tinggi konsentrasi maka semakin lambat laju transit usus.

13

Jawaban Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. Apakah kelemahan dan kerugian dari penggunaan pencahar / laksatif ? Ceritakan mekanisme defekasi secara fisiologis Kemukakan metode untuk evaluasi obat amtidiare, ceritakan! Kemukakan saran saudara untuk mengatasi kesukaran defekasi dan jelaskan Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing masing metoda yang digunakan pada percobaan ini 6. Untuk apa norit digunakan pada percobaan? Dapatkah kira kira norit diganti dengan yang lain? Berikan satu contoh 7. 8. Jelaskan toksisitas / efek samping dari penggunaan laksatif dan antidiare Jelaskan hubungan parameter yang diamati pada percobaan dengan antidiare atau konstipasi

Jawaban : 1. Kelemahan dan kerugian dari penggunaan pencahar / laksatif : Kelemahan dan kerugian dari penggunaan pencahar dan laksatif adalah efek samping yang apabila digunakan dalam dosis berlebih akan mengurangi cairan elektrolit ataupun bisa menyebabkan diare. Selain itu adapula yang bisa menyebabkan ketergantungan.

2.

Mekanisme defekasi secara fisiologis : Jenis gelombang peristaltik yang terlihat dalam usus halus jarang timbul pada sebagian kolon, sebaliknya hampir semua dorongan ditimbulkan oleh pergerakan lambat kearah anus oleh kontraksi haustrae dan gerakan massa. Dorongan di dalam sekum dan kolon asenden dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten yang membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus hanya dari katup ileosekal ke kolon transversum, sementara kimusnya sendiri menjadi berkualitas feses dan menjadi lumpur setengah padat bukan setengah cair.

14

Pergerakan massa adalah jenis pristaltik yang termodifikasi yang ditandai timbulnya sebuah cincin konstriksi pada titik yang teregang di kolon transversum, kemudian dengan cepat kolon distal sepanjang 20 cm atau lebih hingga ke tempat konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai satu unit, mendorong materi feses dalam segmen itu untuk menuruni kolon. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama kira-kira 30 detik, kemudian terjadi relaksasi selama 2 sampai 3 menit berikutnya sebelum terjadi pergerakan massa yang lain dan berjalan lebih jauh sepanjang kolon. Seluruh rangkaian pergerakan massa biasanya menetap hanya selama 10 sampai 30 menit, dan mungkin timbul kembali setengah hari lagi atau bahkan satu hari berikutnya. Bila pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rektum, akan timbul keinginan untuk defekasi (Guyton, 1997).

3. Metode untuk evaluasi obat antidiare : Evaluasi obat anti diare bisa dilakukan dengan metode melihat tekstur dari feses mencit yang mana dalam diktat percobaan tidak dilakukan (metode 1). Dalam hal ini pengukuran efek dari anti diare adalah dilihat dari tekstur feses dimana dihitung dari jam pertama diberi antidiare kemudian dilihat sampai tekstur feses nya kembali normal pada jam ke berepa setelah diberi obat antidiare. Metode yang kedua adalah dengan melihat laju transit dari obat antidiare yang diukur dengan melihat berapa panjang usus yang dilalui oleh norit dibagi dengan panjang usus seluruhnya dikali dengan 100 %.

4. Untuk mengatasi kesukaran defekasi sebaiknya : Menganjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin, karena bisa menyebabkan ketergantungan. Makan dengan jadwal teratur. Pilih makanan yang banyak mengandung serat, misalnya buah-buahan segar dan sayuran.

15

Hindari makanan berlemak tinggi dan terlalu manis. Banyak minum air putih. Untuk laki-laki, rata-rata 2,9 liter per hari 12 gelas. Sedangkan untuk wanita 2,2 liter per hari (9 gelas). Olahraga Biasakan buang air besar setiap hari

5. Keuntungan dan kerugian dari masing masing metoda yang digunakan pada percobaan kali ini adalah didapat bahwa keuntungan nya adalah kita dapat mengetahaui efek obat laksatif dan antidiare terhadap laju transit dan tekstur feses. Kerugian pada metode tekstur feses adalah lebih banyak yang harus diamati (jumlah feses, berat feses, konsistensi feses) sedangkan pada metode laju transit hanya diukur panjang usus yang dilalui norit dan panjang usus sebenarnya. 6. Norit digunakan sebagai penanda terjadinya proses pencernaan dalam tubuh, karna norit ketika di saluran pencernaan (usus) tidak berubah warnanya sehingga membantu untuk melihat laju transi dengan mudah melihat berapa panjang usus yang diserap oleh norit. Norit bisa digantikan dengan bahan lain berpa bahan yang tidak berubah warna ketika masuk kedalam saluran pencernaan. Contohnya arang yang bahannya sama dengan norit. 7. Toksik atau efek samping dari obat antidiare dan laksatif : Obat antidiare : OLEUM RICINI Efek sampingnya berupa kolik, mual, dam muntah. Oleum ricini tidak boleh digunakan oleh wanita hamil. LOPERAMIDA (IMODIUM) Efek samping yang dapat terjadi antara lain kram pada daerah perut, konstipasi, pusing, merasa lelah, mengantuk dan mulut terasa kering.

16

Loperamid dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif pada loperamid, anak diusia 2 tahun, diare dengan tinja berdarah, diare dengan suhu tubuh diatas 38oC, diare yang disebabkan oleh bakteri. SMECTA Efek sampingnya memperparah sembelit (susah buang air besar) Laksatif : LEXAPRAM SIRUP Efek sampingnya mengantuk, diare, sembelit dan gejala ekstrapiramidal.

MIKROLAX Microlax aman untuk digunakan, belum pernah ada laporan adanya efek samping. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan diare dan

kekurangan cairan.

8. Parameter yang dilihat dari percobaan anti diare dan laksatif adalah laju transit diusus, dimana makin tinggi komsentrasi obat laksatif maka makin tinggi laju transit usus, dan kebalikan dari laksatif adalah obat antidiare dimana semakin tinggi konsentrasi obat antidiare maka semakin lama laju transit usus.

17

Daftar Pustaka Andrianto, P. 1995. Penataaksanaan dan PencegahanDiare Akut. Penerbit Buku EGC : Jakarta.

Muhtadi, Ahmad, Anas Subarnas, Sri Adi Sumiwi. 2004. Penuntun Praktikum Farmakologi. Jatinangor: Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Suraatmaja, S. 2005.GastroenterologiAnak. FK UNUD/RS Sanglah : Denpasar. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak

18

You might also like