You are on page 1of 25

KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN A.

Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel sel pada semua sistem organ tubuh. (Vivian nanny, 2010). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur biologis (Mansur, 2009). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan (Soetjiingsih, 2005). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh (Vivian nanny, 2010) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Pemkot Malang Dinkes, 2007) B. Ciri ciri dan Prinsip- prinsip Tumbuh kembang 1. Ciri ciri tumbuh kembang anak. a. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai perubahan fungsi. b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya. c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik. f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola proksimodistal. 1. Prinsip prinsip tumbuh kembang. a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha melalui belajar.Anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan pola potensi yang dimiliki anak. b. Pola perkembangan dapat diramalkan. Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.Perkembangan berlangsung dari tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.

C.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan, berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu : 1. Faktor dalam a. Ras / etnik dan bangsa 2

Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya. b. Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus. c. Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupannya. d. Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak lakilaki akan lebih cepat. e. Genetik Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil. f. Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti ada sindrom downs dan sindrom turner. 2. Faktor luar a. Faktor prenatal b. Faktor persalinan c. Faktor pasca salin D. Aspek aspek perkembangan yang dipantau 1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.

2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

E. Teori Tumbuh Kembang 1. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju kedewasaan. a. Fase Oral Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu anak pada fase ini. Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral. Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil

dituupi biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku. b. Fase Anal Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat bendabenda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik. c. Fase Falik Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan anak sejenis. d. Fase Laten Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa. 5

Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang dialami si anak. e. Fase Genital Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas. 2. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh energy. Ia mengungkapakan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Ia melihat adanya suatu keteraturan yang sama antara perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisis. Erikson membagi

perkembangan manusi dari awal hingga akhir hayatnya menjadi 8 fase dengan brbagai tugas yang harus diselesaikan pada setiap fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang. a. Masa Bayi Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam diri si anak. Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar. b. Masa Balita Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu mebdapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang

banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesifkompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid. c. Masa Bermain Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai belajar mengembangkan kemampuannya untuk bermasyarakat. Inisiatifnya mulai berkembang pula dan bersama temannya mulai belajar merencanakan suatu permainan dan melakukannya dengan gembira. d. Masa Sekolah Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama. e. Masa Remaja Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisis menjadi sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu. 3. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan itu mulai dari suatu orientasi yang egosentrik, kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget membagi perkembangan menjadi empat fase: a. Fase Sensori-motor (0-2 tahun) Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik,

fungsi ini menyebabkan si anak cepat menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut melangkah ke fase berikutnya. b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun) Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa. c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun) Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan temantemannyadan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri. d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun) Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIARE A. DEFINISI Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Menurut Soebagyo, (2008) diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

B. KLASIFIKASI Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu: 1. Diare akut ; yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari) 2. Disentri ; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya 3. Diare persisten ; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus 4. Diare dengan masalah lain : anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Diare akut dapat mengakibatkan: Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah

Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).

C. ETIOLOGI Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh: 1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, (Helicobacter) Clostridium perfrigens, sp,

Campilobacter

jejuni,

Staphylococcus

Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis. 2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing (A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium) 3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.

D. MANISFESTASI KLINIS Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntahmuntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007). Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

10

pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria atau anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat. Tingkat Dehidrasi a. Dehidrasi Ringan Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum pada keadaan syok. b. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

11

c. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

E. PATOFISIOLOGI Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macamkelainan pokok yang berupa : 1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin) Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga dapat menyebabkan terjadinya diare. 2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea) Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. 12

Motilitas usus merupakan faktor yang berperan penting dalam ketahanan lokal mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphilococcus maupun kholera atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks. 3. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus). Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa 13

usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air. F. PATHWAY

14

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium. a. Pemeriksaan tinja. b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan. c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, Fosfat. 2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum, untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik. H. PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan diare akut pada anak: 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: a. Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) atau Kaen 3 B. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. b. Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

15

* diare ringan, kebutuhan cairan * diare sedang, kebutuhan cairan * diare ringan, kebutuhan cairan

= 5% x kg BB = 8% x kg BB = 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur Total

BB (kg)

Umur

PWL

NWL

CWL

Kehilangan Cairan

<3 3-10 10-15 15-25

< 1 bln 1 bln-2 thn 2-5 thn 5-10 thn

150 125 100 080

125 100 080 025

25 25 25 25

300 250 205 130

Sumber: Ngastiyah (1997) Keterangan:


PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus menerus

Penilaian dehidrasi penderita diare : Yang dinilai 1. Riwayat: - diare - muntah - rasa haus - berkemih A < 4 x/hari cair sedikit/tidak normal normal B 4-10 kali/hari cair beberapa kali lebih, haus sekiali sedikit gelap C . 10 kali/hari cair sangat sering tidak dapat minum tidak ada dalam 6 jam Sangat mengantuk, tidak sadar, lemah Tidak ada

2. Periksa: - Keadaan umum - Air mata - Mata

Sehat, sakit

Ada

Tampak sakit, mengantuk, lesu, rewel Tidak ada

16

- Mulut/lidah - Nafas 3. Raba - kulit (dicubit) - denyut nadi - ubun ubun 4. Kehilangan - berat badan

Normal Basah Normal Kembali normal Normal Normal

Cekung Kering Agak cepat Kembali lambat Agak cepat cekung

Kering, sangat cekung Sangat kering Cept dan dalam Kembali sangat lambat Sangat cepat, lemah, tidak teraba > 100 g/KgBB

< 40 gram/kgBB

40-100 g/kgBB

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa. Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg o 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). o 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). o 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg o 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

17

o 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). o 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). o 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg o Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %. o Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts). Untuk bayi berat badan lahir rendah Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %). 2. Dietetik Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan yang meliputi: 1) 2) 3. Susu (ASI atau PASI rendah laktosa) Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

Obat-obatan Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah: 1) 2) 3) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

I. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien b. Riwayat keperawatan

18

Riwayat penyakit sekarang : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. c. Riwayat kesehatan masa lalu Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuhkembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare. Pada penderita kurang gizi serangan diare lebih sering terjadi karena semakin buruk keadaan gizi bayi maka semakin sering dan berat diare yang diderita. Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana sebagian besar penularan melalui fekal oral yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih dan jamban yang keluarga yang memenuhi syarat. Faktor susunan makanan juga berpengaruh terhadap terjadinya diare yang disebabkan karena kemampuan usus dalam mencerna makanan. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat imunisasi juga sangat berpangaruh terhadap diare. e. Riwayat psikososial keluarga Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga. Kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak. Setelah menyadari penyakit anaknya mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. f. Kebutuhan dasar 19

o Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang. o Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien. o Pola tidur : pola dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. o Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. o Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. g. Pemerikasaan fisik. 1) Pemeriksaan psikologis keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat. 2) Pemeriksaan sistematik Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. Perkusi : adanya distensi abdomen. Palpasi : Turgor kulit kurang elastic Auskultasi : terdengarnya bising usus. 3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang 4) Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun. 5) Pemeriksaan penunjang 6) Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan sering buang air besar dan encer. 20

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat. c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare. d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika diare. e. Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

21

3. Intervensi Keperawatan No 1. Diagnosa Kurangnya volume cairan berhubungan dengan sering buang air besar dan encer. NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan klien menunjukkan tandatanda rehidrasi dan mempertahankan rehidrasi yang adekuat dengan kriteria hasil : 1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai usia, capillary kurang dari 2 detik, membrane mukosa lembab 2. Berat badan tidak menunjukkan penurunan. 3. Bab 1-2 kali perhari dengan konsistensi tidak cair. 4. Intake dan out put seimbang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan klien memperoleh nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil : 1. Anak dapat mengkomsumsi nutrisi
yang ditentukan. 2. Dapat mempertahankan masukan atau asupan nutrisi yang adekuat. 3. Dapat menunjukan penambahan berat

NIC 1. Kaji status hidrasi, ubun- ubun, mata, turgor kulit, membran mukosa, tingkat kesadaran, waktu pengisian kapiler beritahukan segera kepada dokter mengenai perubahan perubahan signifikan pada status anak. 2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan 3. Monitor tanda tanda vital tiap shiff. 4. Timbang berat badan tiap hari. 5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai program, elektrolit, Ht, ph, dan pemeriksaan kultur feses. 6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit sesuai program (dengan oralit dan caiaran parenteral bila indikasi).

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

1. 2. 3. 4. 5.

Timbang berat badan setiap hari. Observasi dan catat respon pemberian makanan Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan Monitor intake dan output tiap shiff Intruksikan ibu menyetujui untuk melanjutkan pemberian ASI. 6. Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel atau teh karena diet ini rendah energi,

22

badan atau stabil.

protein dan elektrolit, terlalu tinggi dalam karbohidrat. 1. Kaji kerusakan kulit dan iritasi setiap BAB 2. Ganti popok atau kain pengalas dengan sering setiap habis BAB/ BAK. 3. Bersihkan bokong dengan perlahan lahan dengan sabun lunak non alkalis. 4. Biarkan daerah bokong terbuka terhadap udara sebanyak mungkin. 5. Hindari penggunaan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung alcohol. 6. Berikan obat anti jamur yang tepat untuk melindungi kulit dari iritasi. 7. Hindari penggunaan talk dan penggunaan pampers. 1. Kaji tingkat pemahaman orang tua. 2. Ajarkan prinsip diet dan control diare. 3. Ajarkan pada orang tua akan pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi. 4. Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan. 5. Jelaskan pentingnya kebersihan

3.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit dengan kriteria hasil : 1. Tidak menunjukan tanda tanda
kerusakan kulit yang ditandai dengan kulit utuh, tidak lecet dan tidak merah.

4.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika diare.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan pengetahuan orang tua klien bertambah dengan kriteria hasil : 1. Orang tua dapat memahami cara
perawatan anak dirumah. 2. Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak. 3. Dapat memahami kegunaan pemeriksaan medis lanjut.

23

5.

Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan cemas berkurang dengan kriteria hasil : 1. Anak atau orang tua menunjukkan rasa
cemas atau takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak, bertanya pada perawat atau dokter tentang kondisi dan klasipikasi dan anak tidak menangis. 2. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak mungkin

1. Berikan rasa nyaman pada anak . 2. Libatkan keluarga dalam perawatan 3. Ajak bermain dan berbicara pada anak sebanyak mungkin. 4. Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya. 5. Berikan informasi yang jelas untuk keluarga klien tentang kondisi penyakit klien

24

DAFTAR PUSTAKA Craft-Rosenberg, Martha & Smith, kelly, 2010, Nanda Diagnosa Keperawatan, Digna Pustaka, Yogyakarta Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta. Nursalam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat &Bidan). Jakarta: Salemba Medika Price & Wilson, 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke6. Jakarta: EGC. Soebagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta : UNSPress. Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta Supartini, Yupi. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Suratmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto. Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001 Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia Wong.L Donna dkk, 2008, Keperawatan Pediatrik, Volume 2, Edisi 6, EGC, Jakarta

25

You might also like

  • LP Stroke
    LP Stroke
    Document20 pages
    LP Stroke
    Diyah Rahmawati
    100% (5)
  • LP Hemodialisa
    LP Hemodialisa
    Document10 pages
    LP Hemodialisa
    Diyah Rahmawati
    100% (1)
  • Analisa Jurnal Bedah PONV
    Analisa Jurnal Bedah PONV
    Document13 pages
    Analisa Jurnal Bedah PONV
    Diyah Rahmawati
    0% (1)
  • LP Trauma Thoraks
    LP Trauma Thoraks
    Document10 pages
    LP Trauma Thoraks
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP BPH
    LP BPH
    Document21 pages
    LP BPH
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP Pneumonia & Cirosis Hepatis
    LP Pneumonia & Cirosis Hepatis
    Document20 pages
    LP Pneumonia & Cirosis Hepatis
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP Ich
    LP Ich
    Document6 pages
    LP Ich
    Diyah Rahmawati
    100% (1)
  • LP BPH
    LP BPH
    Document21 pages
    LP BPH
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Diet Pre Eklampsia
    Diet Pre Eklampsia
    Document2 pages
    Diet Pre Eklampsia
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • 31 27 1 SM
    31 27 1 SM
    Document7 pages
    31 27 1 SM
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Askep Tetanus
    Askep Tetanus
    Document10 pages
    Askep Tetanus
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Jurnal Vol 1 No 2
    Jurnal Vol 1 No 2
    Document51 pages
    Jurnal Vol 1 No 2
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Pijat Oksitosin
    Pijat Oksitosin
    Document14 pages
    Pijat Oksitosin
    meldaiska
    No ratings yet
  • LP HD
    LP HD
    Document16 pages
    LP HD
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Askep GEA
    Askep GEA
    Document11 pages
    Askep GEA
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Document18 pages
    LP Fraktur
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP CKD Wi2ng
    LP CKD Wi2ng
    Document33 pages
    LP CKD Wi2ng
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • 3043 9880 1 PB
    3043 9880 1 PB
    Document5 pages
    3043 9880 1 PB
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP Efusi Pleura
    LP Efusi Pleura
    Document4 pages
    LP Efusi Pleura
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Hemodinamik
    Hemodinamik
    Document5 pages
    Hemodinamik
    Tomi Rinaldi
    No ratings yet
  • LP CHF
    LP CHF
    Document23 pages
    LP CHF
    Diyah Rahmawati
    100% (5)
  • Benigna Prostatic Hiperplasia
    Benigna Prostatic Hiperplasia
    Document8 pages
    Benigna Prostatic Hiperplasia
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • LP CKD
    LP CKD
    Document21 pages
    LP CKD
    Diyah Rahmawati
    80% (5)
  • LP Ppok
    LP Ppok
    Document14 pages
    LP Ppok
    Diyah Rahmawati
    100% (5)
  • LP PP Normal
    LP PP Normal
    Document27 pages
    LP PP Normal
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Saturasi O2
    Saturasi O2
    Document5 pages
    Saturasi O2
    Dendi Kusuma
    No ratings yet
  • SAP Oksitosin
    SAP Oksitosin
    Document15 pages
    SAP Oksitosin
    Diyah Rahmawati
    100% (1)
  • LP Asma
    LP Asma
    Document22 pages
    LP Asma
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • PR Anak
    PR Anak
    Document3 pages
    PR Anak
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet
  • Proposal Tak
    Proposal Tak
    Document25 pages
    Proposal Tak
    Diyah Rahmawati
    No ratings yet