You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM THYPOID

OLEH:

I WAYAN AGUS BUDI ANTARA NIM: 13-901-0486

PROGRAM STUDI NERS (PROFESI) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2013

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. PENGERTIAN Demam Thypoid adalah merupakan penyakit infeksi akut usus halus. (Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, tahun 1999 : 421) Demam Thypoid adalah penyakit infeksi usus halus, biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis akut.

(Sjaifoellah Noer, Prof. Dr. HM, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 1999 : 435) Demam Thypoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman salmonella thyphosa. (Himawan Sutisna, dr., Patologi, 1999 : 207)

2. PATOFISIOLOGI Penyakit typoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari oral dan fekal, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar perantara kuman Salmonella Thypii. Dimulai dari saluran pencernaan melalui mulut oleh makanan yang kita makan sudah tercemar oleh kuman Salmonella Thypii, kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoit plaque payers di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman salmonella typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typhi masuk aliran darah melalui sirkulasi portal dari usus. salmonella typhi bersarang di plaque peyeri, limfa hati dan bagian-bagian lain sistem retikulo endotelial. Endoktosin selmonella typhi berperan pada patogenesis demam thypoid karena membantu karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

3. ETIOLOGI Etiologi Demam Thypoid adalah salmonella typhi, sedangkan para Thypoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis bioserotipe paratyphi C., kuman-kuman ini lebih dikenal dengan sama S. parathyphi A, S. Schott Muellri, dan S. Hirschfeldii.

4. MANIFESTASI KLINIK Masa tunas Demam thypoid berlangsung 10 14 hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja diantara berbagai Negara dunia, tetapi juga didaerah yang sama diwaktu yang sama. Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis sampai gambaran panyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang yang sudah ahli dan sangat berpengalaman dapat mengalami kesulitan dalam membuat diagnosis klinis penyakit ini. Dalam minggu pertama penyakit ini, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu: Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Pada minggu pertama peningkatan suhu berfluktuasi, biasanya suhu tubuh terus meningkat saat sore hari menjelang malam dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan kembali normal. Nyeri kepala, lemah, lesu nyeri otot. Gangguan pada saluran cerna: Holitosis, bibir kering dan pecah-pecah, anoreksia, mual, muntah, perasaan tidak enak diperut, lidah diselaputi putih kotor (Coated tongue / kotor ditengah, tepi ujung berwarna merah dan tremor) yang disertai nyeri tekan pada perabaab daerah abdomen, biasanya juga didapatkan keluhan konstipasi, akan tetapi mungkin normal bahkan dapat terjadi diare, hepatomegali dan splenomegali.. Gangguan kesadaran atau mental berupa stupor, coma, delirium atau psikosis. Bintik merah pada kulit (Roseole) akibat emboli basil dalam kapiler kulit namun jarang ditemukan pada orang Indonesia, batuk dan epitaksis.

PATHWAY Bakteri salmonella thypi


Masuk tubuh melalui mulut bersama makanan dan minuman lambung

Bakteri mati

Bakteri berkembang

Infeksi pada usus halus

limfoit plaque payers Lamina propia kelenjar limfe mesenterial Aliran darah Organ hati / limpa

Kelenjar limpoid intestinal tukak

inflamasi

endotoksin

Ulkus perdarahan perforasi

lemah

Nafsu makan Mual muntah anorexia

hypertermi

Intoleransi aktivitas

Kekurangan vol cairan

Ggn pemenuhan nutrisi Tidak difagosit

Hati hepatomegali

limfa Nyeri akut splenomegali Serabut saraf C

Laminal I & III radik dorsus

Komplikasi Komplikasi demam Thypoid dapat dibagi dalam: 1) Komplikasi intestinal Perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik dapat terjadi. 2) Komplikasi ekstra intestinal a) Komplikasi kardiovaskuler. Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis), miokarditis,

trombosit, dan tromboflebitis. b) Komplikasi darah. Anemia hemalitik, trombositopenia atau koagulasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hamolitik. c) Komplikasi paru. Pneumonia, empiema, dan pleuritis. d) Komplikasi hepar dan kandung kemih. Hepatitis dan kolelitiasis. e) Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis f) Komplikasi tulang. Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan astritis. g) Komplikasi neuropsikiatrik. Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain barre, psikosis, dan sindrom katatonia. Pada anak-anak demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum,bila perawatan pasien kurang sempurna.

a. Penatalaksanaan. a). Pemberian antibiotic Untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Antara lain: 1) Kloramfenlokol Dosis untuk orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. 2) Ampisilin / Amoksisilin

Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 150 mg/kg BB/hari. 3) Kotrimoksazol Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. ( 1 tablet mengandung 80 mg metoprim dan 400 mg Sulfametokaozol ). 4) Sefalosporin generasi II dan III 5) Tiamfenikol. Dosis untuk dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam.

b). Istirahat. Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, dalam perawatan perlu diperhatikan higiene perorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya harus sering dirubah-rubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.

c). Diit Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur besar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diperhatikan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien, diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan hemeostasis, system imum akan tetap befungsi dengan optimal.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG. Tes diagnostic a). Pemeriksaan leukosit Pada pemeriksaan leukosit terdapat leukopenia atau leukositosis.

b). Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering kali maningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demam Thypoid.

c). Biakan Darah (Kultur) Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa factor antara lain: 1) Tehnik Pemeriksaan Laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit yaitu kurang dari 10 kuman / ml darah, maka untuk keperluan pembiakan pada pasien dewasa diambil 5 10 ml darah dan pada anak-anak 2-5 ml. bila darah yang dibiakan sedikit hasil biakan bisa negative, terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan yang spesifik. Selain itu darah tersebut harus ditanam pada saat media biakan berada disisi pasien dan langsung dibawa keruangan laboratorium untuk pemeriksaan. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Pada demam thypoid biakan darah terdapat salmonella thypii terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkembang pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan bisa positif lagi. 3) Vaksinasi di masa lampau. Vaksinasi terhadap demam thypoid dimasa lampau menimbulkan antibody ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah mungkin negative. 4) Pengobatan dengan obat antimikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negative.

d). Uji Widal Uji Widal adalah suatu rekasi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin), untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam Thypoid. 1) Aglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal dari tubuh kuman) 2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman) 3) Aglutinin Vi karena rangangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tingi titernya, maka makin besar kemungkinan pasien menderita demam Thypoid.

e). Pemeriksaan Tinja. Biasanya tinja pada klien demam thypoid mengandung kuman salmonella thyposa. Oleh karena itu tinja / feces klien demam thypoid harus diperiksa. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam thypoid.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data dasar pengkajian: a) Aktivitas/istirahat. Gejala :malaise, kelelahan cepat lelah gelisah ansietas, pembatasan aktifitas, insomnia. b) Sirkulasi Tanda. Tanda :Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri) kemerahan, hipotensi turgor buruk dan kering.

c) Integritas Ego. Gejala :Ansietas, melakukan emosi, misalnya peresaan tak berdaya, factor stress. d) Eliminasi. Gejala Tanda :Texture feces bervariasi dan lunak sampai bau dan berair. :Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat. e) Makanan dan cairan. Gejala :Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan tidak toleran terhadap diet. Tanda :Penurunan lemak, turgor kulit buruk, membrane mukosa buruk, luka imflamsi rongga mulut. f) Nyeri atau kenyamanan. Gejala :Nyeri tangan pada kuadran kiri bawah, titik nyeri berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, fotophobia. Tanda g) Hygiene. Gejala :Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri stomatitis :Nyeri tekan abdomen/distensi.

menunjukan kekurangan vitamin, bau badan. h) Interaksi Sosial. Gejala :Masalah hubungan peran/sehubungan dengan kondisi

ketidakmampuan dalam social.

2. Diagnosa Keperawatan a) Peningkatan suhu tubuh b.d. proses infeksi Salmonella Thypii. b) Gangguan rasa nyaman: Nyeri perut b.d. proses infeksi kuman Salmonella Thypii. c) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang d) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan diare. e) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx Hari/tgl No Rencana perawatan Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan suhu pasien kembali normal 36oC 37o C dengan kriteria hasil akral pasien hangat, pasien tidak panas lagi Intervensi Observasi TTV tiap 6 jam 2. Beri kompres hangat 3. Anjurkan pasien untuk banyak minum ( 1500-2500 mL/hari) 4. Kolaborasi dengan dr. Dalam pemberian antipiretik
1. 1.

Rasional TTV merupakan acuan untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien Pemberian kompres hangat membantu perpindahan panas tubuh secara konduksi Pemenuhan cairan melalui oral. Pemberian antipiretik dapat membantu menurunkan suhu tubuh. Merupakan indikator perkembangan pasien Perubahan dalam lokasi / intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukan terjadinya komplikasi. Untuk mengetahui toleransi pasien terhadap nyeri dan

ttd

2.

3.

4.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri pasien hilang dengan kriteria hasil pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri = 0, tidak ada perilaku distraksi, tidak

1. 2.

3.

4.

Observasi TTV @ 8 jam Kaji tingkat nyeri pasien ( PQRST) Pertahankan posisi sesuai indikasi Berikan kenyamanan, contoh pijat punggung, nafas dalam,

1.

2.

ada penampilan wajah menahan nyeri.


5.

6.

latihan realaksasi/vis ualisasi Berikan perawatan mulut yang sering. Hilangkan rangsangan lingkungan yang tak menyenangka n. Kolaborasi dengan dr. dalam pemberian analgetik

3.

4.

5.

6.

Setelah dilakkan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan pasien meningkat, pasien tidak lesu dan lemah lagi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Observasi TTV @ 8 jam Timbang berat badan dengan teratur Motivasi pasien agar mau makan Bantu memberi makan dalam keadaan hangat Anjurkan keluarga memberi pasien makan dengan porsi sedikit tapi sering Kolaborasi dengan Ahli Gizi dalam pemberian diit.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

mempermudah intervensi selanjutnya Membantu meminimalkan nyeri karena gerakan Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan focus pasien terhadap nyeri Menurunkan mual muntah yang dapat menyebabkan nyeri /tekanan intra abdomen Membantu menghilangkan nyeri Mengetahui perkembangan kesehatan pasien Untuk mengetahui perkembangan tubuh pasien Agar pasien mau makan Meningkatkan nafsu makan dan asupan nutrisi Meningkatkan asupan nutrisi Variasi makanan dapat meningkatkan nafsu makan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan volume cairan dan elektrolit pasien terpenuhi dengan kriteria hasil mukosa bibir pasien lembab, tubuh tidak lemah,turgor kulit baik.

1.

2.

3. 4.

Observasi TTV tiap 6 jam Catat cairan masuk dan cairan keluar Beri oralit Bericairan parentral

1.

2.

3.

4.

Merupakan indikator perkembangan pasien Untuk mengetahui status hidrasi pasien Mempersbaiki status hidrasi Memperbaiki status hidrasi

Setelah dilakukan tindakan kperawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivitas seharihari secara normal kriteria hasil pasien Klien dapat melakukan aktivitas seharihari tanpa dibantu

1. 2.

3.

4.

5.

a.

Kaji keluhan klien Obervasi tanda-tanda vital Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan (mandi, amkan, dan elliminasi). Letakkan barangbarang ditempat yang mudah terjangkau oleh klien. Berikan lingkungan yang tenang Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
..

1. Untuk mengetahui keadaan klien 2. Untuk mengetahui keadaan umum klien 3. Agar kebutuhan klien terpenuhi 4. Untuk memudahkan klien mengambil sesuatu yang diinginkan 5. Agara klien dapat beristirahat dengan nyaman 6. agar keluarga terlibat dalam memenuhi kebutuhan klien.

4. Evaluasi Evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan pada demam Thypoid adalah: 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses masuknya kuman. Evaluasi yang diharpakan peningkatan suhu tubuh tidak terjadi. 2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan mekanisme patologis. Evaluasi yang diharapkan skala nyeri berkurang, klien tampak tenang. 3. mendemonstrasikan pemeliharaan/kemajuan penambahan BB yang diinginkan dengan normalisasi nilai lab dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4. Memepertahankan volume cairan adequate yang dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil dan haluran urine kuat. 5. Gangguan aktivitas segari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. Evaluasi yang diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu.

You might also like