You are on page 1of 23

REFERAT RADIOLOGI GASTROESOFAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

Pembimbing : Dr. Nugroho Tjandra Sp. Rad. Penyusun : Nikki Putrayana,S.ked "ony #striana Sa$itri,S.ked #.#.Ngr. &ayun Trinanditya,S.ked 2001.0 .0.00!! 200 .0 .0.010% 2002.0 .0.012%

'#()*T#S (+D,(T+R#N )&)& )N-.+RS-T#S /#N0 T)#/ S)R#1#2# 2010 KATA PENGANTAR

Sega3a puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan 2ang &aha +sa sehingga kami dapat menye3esaikan re$erat yang merupakan tugas dari (epaniteraan (3inik di bidang Radio3ogi dengan pokok bahasan 4GastroEsophageal Reflux Disease (GERD)5. Tak 3upa kami u6apkan terimakasih kepada para dokter pembimbing : 1. Dr. Ronny *irungan Sp.Rad 2. Dr. R. 7itjaksono 7,Sp.Rad 8. Dr. Nugroho Tjandra,Sp.Rad . Dr. Sri &u3yati Noer,Sp.Rad 9. Dr. -s:ahyudi,Sp.Rad %. Dr. Sri #gustina,Sp.Rad Serta paramedik di bagian S)1D+P Radio3ogi RS#* Dr.Rame3an Surabaya yang te3ah memberikan pengarahan dan petunjuk sehingga kami dapat menye3esaikan tugas re$erat ini. Semoga karya tu3is ini dapat berman$aat bagi kami sendiri dan bagi para pemba6a. (ritik dan saran akan se3a3u kami terima dengan 3apang dada demi ke3engkapan tugas re$erat ini. #khir kata, atas sega3a perhatian dan dukungannya kami mengu6apkan terima kasih.

Surabaya, September 2010

Penyusun DM 33 D

DAFTAR ISI (ata Pengantar;;;;;;;;;;;;;;................................................... *embar Pengesahan;;;;;;;;;;;;;;;;;;.......................... Da$tar -si;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;............................ 1#1 - P+ND#/)*)#N;;;;.;;;;;;;;;;;;;;;............ 1.1 *atar 1e3akang................................................................................................. 1.2 &aksud dan Tujuan. ....................................................................................... 1.8 De$inisi 0+RD ;;;;;;;;;;;;;;;;;;...................... 1. +pidemio3ogi... .............................................................................................. 1#1 -- P+&1#/#S#N.......................................................................................... 2.1 #natomi dan 'isio3ogi.................................................................................... 2.1.1 #natomi +so$agus.................................................................................... 2.1.2 #natomi *ambung................................................................................... 2.1.8 'isio3ogi................................................................................................... 2.2 Pato$isio3ogi................................................................................................... 2.8 &ani$estasi (3inis.......................................................................................... 2. (omp3ikasi..................................................................................................... 1#1 --- P+&+R-(S##N......................................................................................... 8.1 Pemeriksaan dan Diagnosa............................................................................ 1#1 -. T+R#P-....................................................................................................... .1 Penata3aksanaan............................................................................................. D#'T#R P)S#(#...................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan 2ang &aha +sa karena berkat anugerah dan rahmat<nya tugas re$erat Radio3ogi yang berjudu3 bahasan 4GastroEsophageal Reflux Disease (GERD)5 ini bisa terse3esaikan. (ami juga mengu6apkan terimakasih yang sebesar<besarnya kepada para dokter pembimbing serta paramedi6 di 1agian S)1D+P Radio3ogi RS#* Dr.Rame3an Surabaya yang te3ah membimbing dan memberi petunjuk da3am penyusunan re$erat ini. Surabaya, September 2010

&engetahui :

Dr. Nugroho Tjandra ,Sp.Rad Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN
4

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit re$3uks gastro eso$agea3 =0+RD> ada3ah penyakit organ eso$agus yang banyak ditemukan dinegara barat. 1erbagai sur?ei menunjukkan bah:a 20 @ 0 A popu3asi de:asa menderita heart burn =rasa panas membakar didaerah retrosterna3>, suatu ke3uhan k3asik 0+RD. Di -ndonesia penyakit ini sepintas tidak banyak ditemukan, bahkan mungkin tidak pernah dibuat diagnosisnya, o3eh karena sering tidak terpikirkan. *agi pu3a hanya sebagian ke6i3 pasien 0+RD datang berobat pada dokter karena pada umumnya ke3uhannya ringan dan menghi3ang sete3ah diobati sendiri dengan antasida. Dengan demikian hanya kasus yang berat dan disertai ke3ainan endoskopi berupa eso$agitis dan berbagai ma6am komp3ikasinya yang datang berobat pada dokter. (ondisi ini yang o3eh Baste33 diibiratkan sebagai sebagai $enomena pun6ak gunung es.

MAKSUD DAN TUJUAN 1. Re$erat ini kami susun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : sebagai bentuk pemenuhan tugas ke3ompok se3ama masa pendidikan pro$esi dokter muda 'aku3tas (edokteran )ni?ersitas /ang Tuah di Subdep Radio3ogi RS#* dr. Rame3an untuk menambah :a:asan tentang 0+RD, dari segi de$inisi, anatomi, etio3ogi, epidemio3ogi, diagnosa, dan terapi. untuk mengetahui gambaran radio3ogy 0+RD, terutama bagi kami dan teman< teman dokter muda 3ainnya. DEFINISI
Refluks Esofageal (GER) adalah fenomena biasa yang dapat timbul pada setiap orang sewaktu waktu. Pada orang normal refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan.Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala dan oleh karena itu dinamakan Refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis dan disebut suatu penyakit, yaitu penyakit refluks gastro esofageal (GERD), bila refluk terjadi

2. 8.

1.2.

berulang ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamus esofagus.

1.3.

EPIDEMIOLOGI (eadaan ini umum ditemukan pada popu3asi dinegara negara barat, namun di3aporkan re3ati$ rendah insidennya dinegara negara #sia #$rika. Di #merika di3aporkan bah:a satu dari 3ima orang de:asa menga3ami geja3a re$3uk =heart burn dan atau regurgitasi> ska3i da3am seminggu serta 3ebih dari 0A menga3ami geja3a tersebut seka3i da3am sebu3an. Pre?a3ensi eso$agitis di #merika serikat mendekati !A, sementara dinegara<negara non<:esten pre?a3ensinya 3ebih rendah =1,9A di Bina dan 2,!A di (orea>. Di -ndonesia be3um ada data epidemio3ogi mengenai penyakit ini, namun di Di$isi 0astroentero3ogi Departemen -3mu Penyakit Da3am '()-<RS)PN Bipto &angunkusumo Cakarta didapatkan kasus eso$agitis sebanyak 22,DA dari semua pasien yang menja3ani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia =Sya$rudin,1EED>. Tingginya geja3a re$3uks pada popu3asi di negara<negara barat diduga disebabkan karena $aktor diet dan meningkatnya obesitas.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI 2.1.1. ANATOMI ESOFAGUS +so$agus merupakan sa3ah satu organ si3indris berongga dengan panjang sekitar 29 6m dan berdiameter 2 6m, terbentang dari hipo$aring sampai 6ardia 3ambung, kira<kira 2<8 6m di ba:ah dia$ragma. +so$agus ter3etak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap ?ertebra dan berja3an me3a3ui 3ubang dia$ragma tepat anterior terhadap aorta. Pada kedua ujung eso$agus, terdapat otot<otot spingter, diantaranya : 1. (riko$aringea3 &embentuk s$ingter eso$agus bagian atas dan terdiri atas serabut<serabut otot rangka. Da3am keadaan norma3 berada da3am keadaan tonik, atau kontraksi ke6ua3i :aktu mene3an. 2. S$ingter +so$agus bagian ba:ah 1ertindak sebagai s$ingter dan berperan sebagai sa:ar terhadap re$3uks isi 3ambung ke da3am eso$agus. Da3am keadaan norma3, s$ingter ini menutup ke6ua3i bi3a makanan masuk ke da3am 3ambung atau :aktu bertahak atau muntah. Dinding eso$agus terdiri dari 1. &ukosa Terbentuk dari epite3 ber3apis gepeng bertingkat yang ber3anjut ke $aring bagian atas, da3am keadaan norma3 bersi$at a3ka3i dan tidak tahan terhadap isi 3ambung yang sangat asam 2. Sub &ukosa &engandung se3<se3 sekretoris yang menghasi3kan mukus yang dapat 3apisan, yaitu :

mempermudah ja3annya makanan se:aktu mene3an dan me3indungi mukosa dari 6edera akibat Fat kimia. 8. &usku3aris ,tot bagian eso$agus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian ba:ah merupakan otot po3os, bagian yang diantaranya terdiri dari 6ampuran antara otot rangka dan otot po3os. . *apisan bagian 3uar =Serosa> Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan eso$agus dengan struktur<struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran se3<se3 tumor 3ebih 6epat =bi3a ada kanker eso$agus> dan kemungkinan bo6or sete3ah operasi 3ebih besar. Persara$an utama eso$agus di3akukan o3eh serabut<serabut simpatis dan parasimpatis dari sistem sara$ otonom. Serabut<serabut parasimpatis diba:a o3eh ner?us ?agus yang dianggap merupakan sara$ motorik. Se3ain persara$an ekstrinsik tersebut, terdapat juga ja3a<ja3a 3ongitudina3 =P3eksus #33erba6h> dan berperan untuk mengatur perista3tik eso$agus norma3. Distribusi darah eso$agus mengikuti po3a segmenta3, bagian atas disup3ai o3eh 6abang<6abang arteria tiroide in$erior dan subk3a?ia. 1agian tengah disup3ai o3eh 6abang<6abang segmenta3 aorta dan artetia bronkia3es, sedangkan bagian sub dia$ragmatika disup3ai o3eh arteria gastrika sinistra dan $renika in$erior. Peranan eso$agus ada3ah menghantarkan makanan dan minuman dari $aring ke 3ambung. Pada keadaan istirahat antara 2 proses mene3an, eso$agus tertutup kedua ujungnya o3eh s$ingter eso$agus atas dan ba:ah. S$ingter eso$agus atas berguna men6egah a3iran ba3ik 6airan 3ambung ke eso$agus =Re$3uks>. 2.1.2. ANATOMI LAMBUNG *ambung merupakan bagian sistem gastrointestina3 yang ter3etak antara eso$agus dan duodenum. Dari hubungan anatomi topogra$ik 3ambung<duodenum dengan hati, pankreas, dan 3impa, dapat diperkirakan bah:a tukak peptik akan menga3ami per$orasi ke rongga sekitarnya se6ara bebas atau penetrasi ke da3am organ didekatnya, berganting pada 3etak tukak.

1erdasarkan $aa3nya, 3ambung dibagi da3am dua bagian. Tiga perempat proksima3 yang terdiri atas $undus dan korpus, ber$ungsi sebagai penampung makanan yang dite3an serta tempat produksi asam 3ambung dan pepsin, sedangkan seperempat dista3 atau antrum bekerja men6ampur makanan dan mendorongnya ke duodenum serta memproduksi gastrin. Biri yang 6ukup menonjo3 pada anatomi 3ambung ada3ah peredaran darahnya yang sangat kaya dan berasa3 dari empat jurusan dengan pembu3uh nadi besar dipinggir kur?atura mayor dan minor serta da3am dinding 3ambung. Dibe3akang dan tepi media duodenum, juga ditemukan arteri besar =a. gastroduodena3is>. Perdarahan hebat bisa terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak peptik 3ambung atau duodenum. .ena dari 3ambung dan duodenum bermuara ke ?ena porta. Peredaran ?ena ini kaya seka3i dengan hubungan ko3atera3 ke organ yang ada hubungan embriona3 dengan 3ambung dan duodenum. Pada hipertensi porta3 hampir se3a3u terjadi ?arises eso$agus, sedangkan ?arises 3ambung sering tidak menimbu3kan masa3ah sehingga tidak dibahas.

Sa3uran 3im$e dari 3ambung juga 6ukup rumit. Semuanya akan berakhir di ke3enjar para aorta dan preaorta dipangka3 mesentrium embriona3. #ntara 3ambung dan pangka3 embriona3 itu terdapat ke3enjar 3im$e yang 3etaknya tersebar dimana mana akibat putaran embriona3. ,3eh karena itu, anak sebar karsinoma 3ambung mungkin menyebar ke ke3enjar 3im$e di kur?atura mayor, kur?atura minor, hi3us 3im$a, 3igamentum hepatoduodena3e, pinggir atas pankreas, dan berbagai tempat 3ain diretro peritonea3. -ni sangat mempersu3it pengobatan kurati$ kangker 3ambung. Persara$an simpatis 3ambung seperti biasa me3a3ui se3aput sara$ yang menyertai arteri. -mpu3s nyeri dihantarkan me3a3ui se3aput e$eren sara$ simpatis. Serabut para simpatis berasa3 dari n. ?agus dan mengurus se3 parienta3 di $undus dan korpus 3ambung. Se3 ini ber$ungsi menghasi3kan asam 3ambung. N.?agus anterior =sinister> memberikan 6abang ke kandung empedu, hati, dan antrum sebagai sara$ *aterjet anterior, sedangkan n.?agus posterior = dekster> memberikan 6abang ke gang3ion se3iakus untuk ?i6era3ain di perut dan ke antrum sebagai sara$ *aterjet posterior. 2.1.3. FISIOLOGI MOTILITAS ESOFAGUS &ene3an merupakan suatu aksi $iso3ogi komp3eks, dimana makanan atau 6airan berja3an dari mu3ut ke 3ambung. Cuga merupakan rangkaian gerakan otot

10

yang sangat terkoordinasi, dimu3ai dari pergerakan?o3unter 3idah G dise3esaikan re$3eks da3am $aring dan eso$agus. Pada saat mene3an, s$ingter eso$agus atas membuka sesaat untuk memberi ja3an kepada bo3us makanan yang dite3an. &ene3an menimbu3kan ge3ombang kontraksi yang bergerak ke ba:ah sampai ke 3ambung. /a3 ini dimungkinkan dengan adanya kerja sama antara kedua 3apisan otot eso$agus yang berja3an sirku3er dan 3ongitudina3 =ge3ombang perista3tik primer> dan adanya daya tarik gra?itasi. Bairan yang diminum da3am posisi tegak akan men6apai 6ardia 3ebih 6epat darii ge3ombang perista3tik primer. Tapi pada posisi berbaring =kepa3a di ba:ah>, maka 6airan akan berja3an sesuai dengan ke6epatan ge3ombang perista3tik primer. 'ase &ene3an : 1. 'ase ,ra3 &akanan yang dikunyah o3eh mu3ut =bo3us> didorong ke be3akang mengenai dinding posterior $aring o3eh gerakan ?o3unter 3idah. 2. 'ase 'aringea3 Pa3atum mo3e G u?u3a menutup rongga hidung, 3aring terangkat dan menutup g3otis, men6egah makanan masuk trakea. (emudian bo3us me3e:ati epig3otis menuju $aring bagian ba:ah dan memasuki eso$agus. 8. 'ase +so$agea3 Terjadi ge3ombang perista3tik pada eso$agus, mendorong bo3us menuju s$ingter eso$agus bagian dista3, kemudian menuju 3ambung.

MOTILITAS LAMBUNG (etika makanan masuk keda3am 3ambung maka 3ambung berespons terhadap gerakan perista3ti6. Pada saat ge3ombang konstraksi men6apai ujung ba:ah 3ambung yang disebut antrum, kontraksi semakin 6epat untuk men6ampur makanan. 0e3ombang konstraksi ini juga menyebabkan penutupan taut antara ujung dista3 di 3ambung dan bagian atas duodenum yang disebut spingter pi3orik. Spingter pi3orik ada3ah spingter sejati dan norma3nya bereaksasi saat makanan tidak masuk ke 3ambung. 0e3ombang perista3ti6 terjadi sebagai akibat dari depo3arisasi se3 otot po3os 3ambung.Se3 pema6u di otot po3os 3ambung berdepo3arisasi se6ara berkesinambungan pada 3aju yang inheren,yang disebut dengan irama e3ektrik dasar

11

yang ter3a3u rendah untuk menyebabkan otot 3ambung men6apai ambang dan o3eh karenanya tidak menyebabkan kontraksi. Dengan meningkatnya peregangan 3ambung atau dengan stimu3asi sara$ dan hormon, otot po3os tidak berdepo3arisasi men6apai ambangnya dan kekuatan perista3ti6 3ambung meningkat. Pada saat ge3ombang perista3ti6 diteruskan ke 3ambung, sejum3ah ke6i3 materi didorong me3e:ati spingter pi3orik keda3am duodenum. &akin banyak isi da3am 3ambung, makin 6epat 3aju pengosongan 3ambung. Pada akhirnya, semua isi 3ambung dikosongkan masuk keda3am usus ha3us. 2.2. PATOFISIOLOGI

Penya !" Re#$% & Ga&"'(e&(#a)%& (ondisi penyakit re$3uks gastroeso$agus atau 0+RD =gastroesophagea3 re$3uH disease> disebabkan a3iran ba3ik =re$3uks> isi 3ambung ke da3am esophagus. 0+RD seringka3i disebut nyeri u3u hati =heartburn> karena nyeri yang terjadi ketika asam yang norma3nya ada di3ambung, masuk dan mengiritasi atau menimbu3kan rasa seperti terbakar di esophagus. Penye*a* Re#$% & Ga&"'(e&(#a)%& Re$3uks gastroeso$agus biasanya terjadi sete3ah makan dan disebabkan me3emahnya tonus spingter esophagus atau tekanan di da3am 3ambung yang 3ebih tinggi dari esophagus. Dengan kedua mekanisme ini, isi 3ambung yang bersi$at asam bergerak masuk ke da3am esophagus. -si 3ambung da3am keadaan norma3 tidak dapat masuk ke esophagus karena adanya kontraksi s$ingter esophagus =mengingatkan kemba3i bah:a spingter esophagus bukan spingter sejati, tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat>.Spingter ini norma3nya terbuka hanya jika ge3ombang perista3ti6 menya3urkan bo3us makanan ke
12

ba:ah eso$agus. #pabi3a ha3 ini terjadi, otot po3os s$ingter me3emas dan makanan masuk ke da3am 3ambung. Spingter eso$agus seharusnya tetap da3am keadaan tertutup ke6ua3i pada saat ini, karena banyak organ yang berbeda dida3am rongga abdomen, menyebabkan tekanan abdomen 3ebih besar dari pada tekanan toraks. Dengan demikian, ada ke6endrungan isi 3ambung terdorong ke da3am eso$agus. #kan tetapi, jika s$ingter me3emah atau inkopeten, s$ingter tidak dapat menutup 3ambung. Re$3uks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi =3ambung> ke daerah bertekanan rendah =eso$agus>. +pisode re$3uks yang beru3ang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan in$3amasi dan jaringan parut di area ba:ah eso$agus. Pada beberapa keadaan, meskipun tonus s$ingter da3am keadaan norma3, re$3uks dapat terjadi jika terdapat gradien tekanan yang sangat tinggi di s$ingter. Sebagai 6ontoh, jika isi 3ambung ber3ebihan, tekanan abdomen dapat meningkat se6ara bermakna. (ondisi ini dapat disebabkan porsi makanan yang besar, kehami3an, atau obesitas. Tekanan abdomen yang sangat tinggi 6enderung mendorong s$ingter eso$agus kerongga toraksI ha3 ini memperbesar gradien tekanan antara eso$agus dan rongga abdomen. Posisi berbaring terutama sete3ah makan juga dapat mengakibatkan re$3uks. /ernia hiatus juga dapat menyebabkan re$3uks. /ernia hiatus ada3ah penonjo3an sebagian 3ambung me3a3ui 3ubang di diag$ragma. #pabi3a ha3 ini terjadi, tekanan yang tinggi dibagian 3ambung tersebut akan mendorong isi 3ambung ke da3am eso$agus. Re$3uks isi 3ambung mengiritasi eso$agus karena tingginya kandungan asam da3am isi 3ambung. 7a3aupun eso$agus memi3iki se3 penghasi3 mukus, namun se3 @ se3 tersebut tidak sebanyak atau seakti$ se3 yang ada di 3ambung.

13

2.3.

MANIFESTASI KLINIS 0eja3a<geja3anya dapat men6akup prosis =sensasi terbakar pada eso$agus>, dispepsia =indigesti>, regurgitasi, dis$agia, atau osino$agia =kesu3itan mene3an J nyeri saat mene3an>, hipersa3i?asi, atau eso$agitis. 0eja3a<geja3a ini dapat menyerupai serangan jantung.

2.+.

KOMPLIKASI Komplikasi dari GERD dapat berupa : Syok Koma Edema laring Perforasi esofagus Aspirasi pneumonia Peradangan Erosi Pembentukan tukak Perdarahan Struktur Pembentukan jaringan parut.
14

Esofagitis Barrett adalah iritasi lapisan esofagus yang ditandai dengan perubahan sel yang dapat mengakibatkan refluks kronis. Esofagitis Barrett merupakan kondisi pramalignan yang dapat berkembang menjadi kangker esofagus. Iritasi kronis esofagus dapat menyebabkan inflamasi kronis, spasme otot, dan jaringan parut esofagus, yang semuanya ini dapat menyebabkan tumbuhnya striktur, sehingga mengganggu atau menyumbat jalur pergerakan makanan. Muntah dan disfagia (sulit menelan) pada saat makan dapat terjadi.

BAB III PEMERIKSAAN ,an DIAGNOSA


3.1. Pe-e'! &aan Ra,!($()! a. Pe-e'! &aan en,(& (.! +ndoskopi ada3ah proses memaksukkan teropong tipis, kaku atau $3esibe3 keda3am sa3uran gastrointestina3 untuk mem?isua3isasikan eso$agus =eso$agus6opi>, usus ha3us atas =duodenoskopi>, 3ambung =gastroskopi>, atau ko3on sigmoid =sigmoidoskopi>. Pemeriksaan endoskopi sa3uran 6erna bagian atas merupakan standar baku untuk diagnosis 0+RD dengan ditemukannya mu6osa3 break di eso$agus =eso$agitis
15

re$3uks>. Dengan me3akukan pemeriksaan endoskopi dapat dini3ai perubahan makroskopik dari mukosa eso$agus serta dapat menyingkirkan keadaan pato3ogios 3ain yang dapat menimbu3kan geja3a 0+RD. Cika tidak ditemukan mu6osa3 break pada pemeriksaan endoskopi sa3uran 6erna bagian atas pada pasien dengan geja3a khas 0+RD. (eadaan ini disebut sebagai non erosi?e re$3uH disease =N+RD>. Ditemukannya ke3ainan eso$agitis pada pemeriksaan endoskopi yang dipastikan dengan pemeriksaan histopato3ogi =biopsi>, dapat mengkon$irmasikan bah:a geja3a heart burn atau regurgitasi tersebut disebabkan o3eh 0+RD. Pemeriksaan histopato3ogi juga dapat memastikan adanya 1arettKs +sophagus, disp3asia atau keganasan. Tidak ada bukti yang mendukung per3unya pemeriksaan histopato3ogi J biopsi pada N+RD.

TABEL KLASIFIKASI LOS ANGELES De'a/a" Ke'%&a an A B Ga-*a'an En,(& (.! +rosi ke6i3 @ ke6i3 pada mukosa eso$agus dengan diameter L 9mm +rosi pada mukosa J 3ipatan mukosa dengan diameter M 9 mm tanpa sa3ing berhubungan *esi yang kon$3uen tetapi tidak mengenai J menge3i3ingi se3uruh 3umen *esi &ukosa eso$agus yang bersi$at sirkum$erensia3 =menge3i3ingi se3uruh 3umen eso$agus>

0 D

Terdapat beberapa k3asi$ikasi ke3aianan eso$agitis pada pemeriksaan endoskopi dari pasien 0+RD, antara 3ain k3asi$ikasi *os #nge3es dan k3asi$ikasi Sa?arry @ &i33er.

16

*. E&(#a)()'a#! ,en)an Ba'!%Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringka3i tidak menunjukkan ke3aianan, terutama pada kasus eso$agitis ringan. Pada keadaan yang 3ebih berat gambar radio3ogi dapat berupa peneba3an dinding dan 3ipatan

17

mukosa, u3kus atau penyempitan 3umen. 7a3aupun pemeriksaan ini tidak sangat tidak sensiti$ untuk diagnosis 0+RD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai ni3ai 3ebih dari endoskopi, yaitu pada 1>. Stenosis eso$agus derajat ringan akibat eso$agitis peptik dengan geja3a dis$agia, 2>. /iatus hernia. 1. Pe-an"a%an .H 2+ /a+pisode re$3uks gastroeso$agea3 menimbu3kan asidi$ikasi bagian dista3 eso$agus. +pisode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikro e3ektroda p/ pada bagian dista3 eso$agus. Pengukuran p/ pada eso$agus bagian dista3 dapat memastikan ada tidaknya re$3uks gastroeso$agea3. p/ diba:ah pada jarak 9 6m diatas *+S dianggap diagnostik untuk re$3uks gastroeso$agea3. ,. Pe-e'! &aan Be'n&"e!n Tes ini mengukur sensiti$itas mukosa dengan memasang se3ang transnasa3 dan me3akukan per$usi bagian dista3 eso$agus dengan /B* 0,1 & da3am :aktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersi$at pe3engkap terhadap monitoring p/ 2 jam pada pasien @ pasien dengan geja3a yang tidak khas. 1i3a 3arutan ini menimbu3kan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dia3ami pasien, sedangkan 3arutan NaB3 tidak menimbu3kan rasa nyeri, maka tes ini dianggap positi$. Tes 1ernstein yang negai$ tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasa3 dari eso$agus. e. Pe-e'! &aan -an(-e"'! Tes manometri akan memberi man$aat yang berarti jika pada pasien @ pasien dengan geja3a nyeri epigastrium dan regurgitasi yang nyata didapatkan eso$agogra$i barium dan endoskopi yang norma3. $. Tes 0astro eso$agea3 S6intigraphy Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk peni3aian pengosongan eso$agus dan si$atnya non in?asi$.

18

BAB I2 TERAPI
+.1. PENATALAKSANAAN

7a3au keadaan ini jarang menyebabkan kematian, mengingat kemungkinan timbu3nya komp3ikasi jangka panjang berupa u3serasi, striktur eso$agus ataupun eso$agus 1arettKs yang merupakan keadaan prema3ignan, maka seyogyanya penyakit ini mendapat penata3aksaan yang adekuat. Pada prinsipnya, penata3aksanaan 0+RD terdiri dari modi$ikasi hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir @ akhir ini mu3ai di3akukan terapi endoskopik. Target penata3aksanaan 0+RD ada3ah : a>. menyembuhkan 3esi eso$agus b>. menghi3angkan geja3a J ke3uhan, 6>. men6egah kekambuhan, d>. memperbaiki kua3itas hidup, e>. men6egah timbu3nya komp3ikasi A. M(,!#! a&! Gaya H!,%. &odi$ikasi gaya ada3ah sa3ah satu bagian penata3aksanaan namun bukan merupakan pengobatan primer. )saha ini didasarkan pada tujuan untuk mengurangi $rekuensi re$3uks serta mengurangi kekambuhan. /a3 @ ha3 yang di3akukan da3am modi$ikasi gaya hidup ada3ah sebagai berikut : 1. Posisi kepa3a J tempat tidur ditinggikan %<D in6h serta menghindari makan sebe3um tidur dengan tujuan meningkatkan bersihan asam se3ama tidur serta men6egah re$3uks asam dari 3ambung ke eso$agus.

2.

1erhenti merokok dan menkonsumsi a3koho3 karena keduanya dapat menurunkan tonus dari *+S.

19

8.

&engurangi konsumsi 3emak serta jum3ah makanan yang dimakan karena dapat menimbu3kan distensi 3ambung.

. &enurunkan berat badan 9.


6.

&enghindari makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi sekresi asam


Menghindari obat yang dapat menurunkan tonus LES seperti anti kolinergik, teofilin, diazepam, opiat, antagonis kalsium, agonist beta adrenergik, progesteron.

B. Te'a.! Me,! a-en"(&a Terdapat dua a3ur pendekatan terapi medikamentosa yaitu step up dan step down. Pendekatan step up dimu3ai dengan obat @ obatan yang tergo3ong kurang kuat da3am menekan sekresi asam =antagonis reseptor /2> atau go3ongan prokinetik, bi3a gaga3 diberikan obat go3ongan penekan sekresi asam yang 3ebih kuat dengan masa terapi yang 3ebih 3ama =penghambat pompa proton J PP->. Sedangkan pada pendekatan step do:n, pengobatan dimu3ai dengan PP- dan sete3ah berhasi3 di3anjutkan dengan terapi peme3iharaan dengan menggunakan dosis yang 3ebih rendah atau antagonis reseptor /2 atau prokinetik atau bahkan antasid. &enurut Genval Statement =1EEE> disepakati untuk terapi 3ini pertama terhadap 0+RD ada3ah go3ongan PP- dengan pendekatan terapi step do:n. 1erikut ada3ah obat @ obatan yang dapat digunakan da3am terapi 0+RD : 1. An"a&!, ,bat ini 6ukup e$ekti$ dan aman da3am menghi3angkan geja3a 0+RD tetapi tidak menyembuhkan 3esi eso$agitis. Se3ain sebagai bu$$er /B3, obat ini memperkuat tekanan s$ingter eso$agus bagian ba:ah =*+S>. Dosis : H 1 sendok makan 2. An"a)(n!& 'e&e."(' H2
Sebagai penekan sekresi asam obat ini efektif bila diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang tanpa komplikasi Dosis pemberian : Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg

20

Ranitidin : 4 x 150 mg Famotidin : 2 x 20 mg Nizatidin : 2 x 150 mg

3. O*a" 3 (*a"an .'( !ne"! Se6ara teoritis obat ini pa3ing sesuai untuk 0+RD . Dosis pemberian : Metoklopramid : 3 x 10 mg Domperidon Cisapride : 3 x 10 20 mg : 3 x 10 mg

+. S% 'a$#a" (A$%-!n!%- 4!,'( &!,a 5 &% '(&a ( "a&%$#a") ,bat ini tidak memi3iki e$ek 3angsung terhadap asam 3ambung dan aman karena bekerja se6ara topika3 Dosis : H 1 gram 6. Pen)4a-*a" .(-.a .'("(n (P'("(n .%-. !n4!*!"(' 7 PPI) ,bat ini merupakan drug o$ 6hoi6e da3am pengobatan 0+RD, e$ekti$ menghi3angkan ke3uhan serta penyembuhan 3esi eso$agitis. Dosis yang diberikan yaitu dosis penuh :

,mepraFo3e

: 2 H 20 mg

*ansopraFo3e : 2 H 80 mg PantopraFo3e : 2 H 0 mg RabepraFo3e : 2 H 10 mg

+somepraFo3e : 2 H 0 mg

)mumnya pengobatan diberikan se3ama % @ D minggu =terapi inisia3> yang dapat di3anjutkan dengan terapi peme3iharaaan se3ama prokinetik. 0. Te'a.! Be,a4 1eberapa keadaan dapat menyebabkan gaga3nya terapi medikamentosa, yaitu : 1>. Diagnosis tidak benarI 2>. Pasien 0+RD sering disertai geja3a @ geja3a 3ain seperti rasa bu3an atau on demand teraphy . +$ekti$itas go3ongan obat ini semakin bertambah jika digabung dengan go3ongan

21

kembung, 6epat kenyang dan mua3 @ mua3 yang sering tidak memberikan respon denganpengobatan PP- serta menutupi perbaikan geja3a re$3uksnyaI 8>. Pada beberapa pasien memer3ukan :aktu 3ama untuk penyembuhan eso$agitisnyaI >. (adang 1arretKs +so$agus tidak memberikan respon terhadap terapi PP-I 9>. Terdapat stikturI %>. Terdapat stasis 3ambung dan dis$ungsi *+S Terapi bedah merupakan terapi a3ternati$ bi3a medikamentosa gaga3 atau pada 0+RD dengan striktur beru3ang. )mumnya pembedahan yang di3akukan ada3ah $undop3ikasi.

22

DAFTAR PUSTAKA &ubin, #. /a3im. 200D. Panduan Praktis -3mu Penyakit Da3am. +0B : Cakarta Bor:in, +3iFabeth C. 200E. 1uku Saku Pato$isio3ogi. +0B. : Cakarta Perhimpunan Dokter Spesia3is Penyakit Da3am. 200%. 1uku #jar -3mu Penyakit Da3am. Pusat Penerbitan Departemen -PD, '()- : Cakarta Sjamsuhidajat G 7im de Cong. 2009. 1uku #jar -3mu 1edah. +0B : Cakarta

23

You might also like