You are on page 1of 124

ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA

ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN


SAMBUNGAN LAS DAN BAUT
(Studi Literatur)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

DIAN SUKMA ARIFWAN
NIM 04 04 24 004









JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
ABSTRAK


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Maksud dan Tujuan
D. Pembatasan Masalah
E. Metodologi
F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Umum
B. Sifat Bahan Baja
C. Sambungan
1. Permodelan Sambungan
2. Tipe-tipe Sambungan
3. J enis Alat Penyambung
i. Baut
ii. Las
4. Sambungan Balok Rangka
5. Sambungan Sudut Portal Kaku
6. Sambungan Kolom ke Balok Menerus







Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009

BAB III ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN
KOLOM
A. Sambungan Penahan Momen
B. Sambungan Penahan Momen yang Direncanakan
C. Kekuatan Sambungan Baut
a. Kekuatan Geser Baut
b. Kekuatan Desak (Tumpu) Baut
c. Sambungan Baut Mengalami Pembebanan Eksentris
D. Kekuatan Sambungan Las
a. Kekuatan Sambungan Las
b. Kekuatan Las Sudut
c. Sambungan Las yang Eksentris

BAB IV APLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran














Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA

1. Bresler, Lin, Scalzi, Design of Steel Structures, J ohn Wiley & Sons, Inc., 1960, 1968
2. Charles G. Salmon dan J ohn E. J ohnson, Struktur Baja Desain dan Perilaku, J ilid 1
dan 2, edisi ke-3, Penerbit Erlangga, 1996
3. Edwin H. Gaylor, Jr dan Charles N. Gaylord, Design of Steel Structures, McGraw-
Hill, Book Company, Inc., 1957
4. Rasdinanta Tarigan, ST. Tugas Akhir Analisa Sambungan Kolom Baja Dengan
Pondasi, 2004
5. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), 1983
6. Catatan Kuliah Struktur Baja I
















Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- i -
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas kasih karunia-Nya
memberikan Pengetahuan, Kekuatan, dan Kesempatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
untuk menempuh ujian Sarjana pada Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas
Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA
ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN
LAS DAN BAUT.
Dalam penulisan tugas akhir, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak baik bantuan berupa dukungan moril, materil, spiritual, maupun
administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc, Ketua jurusan Teknik Sipil;
2. Bapak Ir. Faizal Ezeddin, MS Koordinator Program Pendidikan Ekstension Jurusan
Teknik Sipil;
3. Bapak Ir. Robert Panjaitan, Dosen Pembimbing penulis dalam penulisan Tugas
Akhir ini;
4. Orang Tua Tercinta yang terus menerus berdoa agar penulis dapat menyelesaikan
studi, juga atas dorongan motivasi dan kepercayaan yang telah diberikan pada
penulis agar menyelesaikan Tugas Akhir ini;
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Jurusan Teknik Sipil;
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- ii -
6. Seluruh teman-teman Ekstension 2004 yang telah membantu dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Specially for July Rahmadhani untuk kesabarannya menunggu,
serta pihak-pihak lain yang turut berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis
menyadari kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kesilapan di dalam tugas akhir
ini. Oleh karena itu penulis terbuka dan mengharapkan sekali kritikan dan saran yang
sifatnya membangun guna memperbaiki tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.


Medan, Agustus 2007
Hormat saya


Dian Sukma Arifwan Sitepu
04 04 24 004







Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- iii -
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI.. iii
ABSTRAK. v
DAFTAR NOTASI vi
DAFTAR GAMBAR. viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........... 1
B. Permasalahan.. 3
C. Maksud dan Tujuan 6
D. Pembatasan Masalah.. 7
E. Metodologi. 9
F. Sistematika Penulisan. 9

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Umum. 1
B. Sifat Bahan Baja. 2
C. Sambungan. 7
1. Permodelan Sambungan. 7
2. Tipe-tipe Sambungan. 14
3. Jenis Alat Penyambung.. 17
i. Baut 17
ii. Las.. 25
4. Sambungan Balok Rangka. 34
5. Sambungan Sudut Portal Kaku.. 37
6. Sambungan Kolom ke Balok Menerus.. 39



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- iv -
BAB III ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN
KOLOM
A. Sambungan Penahan Momen. 1
B. Sambungan Penahan Momen yang Direncanakan. 2
C. Kekuatan Sambungan Baut 3
a. Kekuatan Geser Baut. 4
b. Kekuatan Desak (Tumpu) Baut. 6
c. Sambungan Baut Mengalami Pembebanan Eksentris 9
D. Kekuatan Sambungan Las. 19
a. Kekuatan Sambungan Las. 19
b. Kekuatan Las Sudut.. 20
c. Sambungan Las yang Eksentris 24

BAB IV APLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1
B. Saran.. 2

DAFTAR PUSTAKA











Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- v -
ABSTRAK

Suatu balok baja yang pada kedua ujungnya disambungkan terhadap kolom-
kolom dengan menggunakan sambungan memakai baut, maka balok diatas merupakan
konstruksi statis tertentu, karena kedua ujung tersebut bersifat sendi. Akan tetapi bila
sambungan pada kedua ujung menggunakan beberapa baut ataupun dilas, maka akan
terbentuk konstruksi statis tidak tentu, karena sambungan tidak dapat lagi berputar
bebas. Dalam keadaan ekstrim sambungan dapat bersifat kaku sempurna (rigid), dimana
sudutnya adalah nol.

Akan tetapi pada sambungan-sambungan yang menggunakan paku keling/baut
selalu akan terjadi deformasi elastis, yang mengakibatkan sifat kaku sempurna tidak
tercapai. Sambungan menjadi semi kaku (semi rigid). Keberadaan lain dari suatu
sambungan (sendi, semi kaku atau kaku sempurna) atau dengan kata lain tingkat
kekakuan dari sambungan, akan mempengaruhi besarnya perubahan bentuk (lenturan
ataupun putaran sudut) dan gaya-gaya dalam (momen lentur, gaya lintang, gaya normal
dan torsi) pada analisis strukturnya.

Pada Tugas Akhir ini, gaya dalam yang dibahas hanya momen lentur M, yang
bekerja pada sambungan. Gaya lintang D, Gaya normal N dan torsi (momen puntir) T
yang seharusnya turut bekerja pada sambungan tidak diikutkan. Dari hasil analisis
diperoleh Teg. Geser Baut = 66377,14 N, Teg. Tumpu = 111888 N. Teg. Geser Las =
658440 N, Teg. Tumpu = 673437,1257 N dan Teg. Geser Paku = 80347,3 N, Teg.
Tumpu = 271391 N. Terlihat bahwa tipe Sambungan Las mempunyai kekuatan
sambungan yang paling tinggi jika besar gaya yang bekerja sama besar dan sambungan
yang paling efisien adalah jenis Sambungan Baut, dimana dalam pengerjaannya
dilapangan paling praktis diantara ketiga jenis sambungan yang dibahas dan memiliki
nilai kekuatan yang cukup tinggi.










Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- vi -
DAFTAR NOTASI

A = luas tahanan efektif las
Ab = luasan baut
a = lebar luasan tertarik pada baut
b = lebar profil pengaku
be = lebar efektif
D = gaya lintang
d = diameter baut
e = eksentrisitas
Fp = gaya putus las sudut
h = tinggi penampang profil kolom
I = momen kelembaman
J = momen inersia polar
l = panjang las
M = momen
m = jumlah baris baut
n = jumlah baut
P = beban terpuusat
q = beban mati
R = resultante
s = jarak sumbu ke sumbu baut
T = gaya tarik
t = tebal plat penyambung
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- vii -
w = momen tahanan
= sudut antara gaya P terhadap bidang retak las
= tebal profil yang dilas
= tegangan dasar baja

1
= tegangan idiil
= tegangan geser ijin baja
= koefisien kejut
















Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- viii -
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bidang Momen dan Garis Lentur Balok ............................... I - 4
Gambar 2.1 Hubungan Tegangan Regangan untuk Uji Tarik Pada Baja Lunak II - 3
Gambar 2.2 Penentuan Tegangan Leleh ................................................... II - 5
Gambar 2.3 Deformasi Rotasi Sambungan ............................................... II - 8
Gambar 2.4 Kurva M-r Sambungan ........................................................ II - 8
Gambar 2.5 Tipe Sambungan (a) Single Web-Angle dan (b) Single Plate II -10
Gambar 2.6 Tipe Sambungan Double Single Web-Angle ....................... II -10
Gambar 2.7 Tipe Sambungan Top and Seat Web-Angle with .................
Double web-Angle ...................................................................... II -11
Gambar 2.8 Tipe Sambungan Top and Seat-Angle .................................. II -11
Gambar 2.9 Tipe Sambungan Header Plate .............................................. II -11
Gambar 2.10 Tipe Sambungan Extended End-Plate ................................. II -12
Gambar 2.11 Tipe Sambungan Flush End Plate ....................................... II -12
Gambar 2.12 Tipe Sambungan Top And Seat Angle
dengan Double Web Angle ......................................................... II -13
Gambar 2.13 Pengaruh Deformasi Elaastis Terhadap Sambungan Top And Seat
Angle dengan Double Web angle ............................................... II -13
Gambar 2.14 Mekanisme Collapse pada Tipe Sambungan Top And Seat Angle
dengan Double Web Angle ........................................................ II -15
Gambar 2.15 Hubungan Antara Tegangan Tarik dengan Perpanjangan
Batang Baut ................................................................................. II -22
Gambar 2.17 Tipe-tipe Las ....................................................................... II -27
Gambar 2.18 Tipe-tipe Las Groove ......................................................... II -28
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- ix -
Gambar 2.19 Penggunaan Las Groove pada Sambungan T ...................... II -28
Gambar 2.20 Kegunaan Tipikal Las Fillet ................................................ II -29
Gambar 2.21 Las Slot dan Las Plug dalam Kombinasi dengan Las Fillet II -30
Gambar 2.22 Tebal Las ............................................................................. II -31
Gambar 2.23 Gaya P yang Membentuk Sudut Terhadap Bidang retak Las II -31
Gambar 2.24 Gaya P Izin yang Dapat Dipikul Beberapa Jenis
Sambungan Las ........................................................................... II -33
Gambar 2.25 Sambungan Balok Rangka .................................................. II -35
Gambar 2.26 Kegagalan Akibat Sobekan di Ujung Pada Sambungan
Balok Rangka .............................................................................. II -36
Gambar 2.27 Sudut Portal Kaku ............................................................... II -39
Gambar 2.28 Sambungan Kolom ke Balok Menerus .............................. II -40
Gambar 3.1 Sambungan T-Conection ....................................................... III -1
Gambar 3.2 Sambungan Bracket Conection ............................................. III -2
Gambar 3.3 Sambungan Penahan Momen ................................................ III -3
Gambar 3.4 Baut yang Mengalami Geser Tunggal ................................... III -4
Gambar 3.5 Baut yang Mengalami Geser Rangkap .................................. III -5
Gambar 3.6 Bentuk-bentuk Kegagalan yang Mungkin Timbul Pada
Sambungan Baut ........................................................................ III - 6
Gambar 3.7 Tekanan Tumpu Pada Sambungan Baut ............................... III - 7
Gambar 3.8 Jarak Baut .............................................................................. III - 9
Gambar 3.9 Sambungan Eksentris ............................................................ III-10
Gambar 3.10 Analisa Sambungan yang Eksentrisitas .............................. III-10
Gambar 3.11 Sambungan Antara Kolom dan Balok ................................. III-14
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
- x -
Gambar 3.12 Kejadian Simple Flexture yang terjadi pada Saat
Baut Mengalami Tarikan ............................................................ III-17
Gambar 3.13 Peristiwa Double Flexture ................................................... III-18
Gambar 3.14 Distribusi Tegangan Tipikal pada Lap Join dengan
Las Fillet Longitudinal ................................................................ III-21
Gambar 3.15 Distribusi Tegangan Tipikal pada Suatu Sambungan Impit yang
Transversal Terhadap Las Fillet .................................................. III-21
Gambar 3.16 Dimensi Leher Efektif untuk Las Fillet............................... III-22
Gambar 3.17 Hubungan Las yang Dibebani Eksentris ............................. III-25
Gambar 3.18 Beban-beban pada Las ........................................................ III-25
Gambar 3.18 Rumus-rumus Momen Inersia ............................................. III-27
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009

I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti
balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu maupun
beton, pada tempat-tempat tertentu harus disambung. Hal ini dikarenakan keterbatasan
ketersediaan material dipasaran dan juga berhubungan dengan kemudahan pemasangan
dilapangan. Khusus untuk konstruksi yang terbuat dari bahan beton, boleh jadi
sambungan bukan merupakan sesuatu hal yang perlu dipermasalahkan, karena pada
konstruksi beton struktur secara keseluruhan adalah bersifat monolit (menyatu secara
kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang terbuat dari baja maupun kayu, sambungan
merupakan sesuatu hal yang perlu mendapat perhatian serius yang matang karena pada
konstruksi baja dan kayu, elemen-elemen struktur yang disambung tidak dapat bersifat
monolit seperti konstruksi beton.
Pada umumnya sambungan berfungsi untuk memindahkan gaya-gaya yang
bekerja pada elemen-elemen struktur yang disambung. Sambungan dibuat karena
keterbatasan bahan yang tersedia di pasaran dan juga untuk kemudahan pemasangan
dilapangan serta kemudahan dalam hal pengangkutan. Misalkan saja akan dibuat suatu
struktur ranngka gading-gading kap terbuat dari baja profil siku, maka tidak mungkin
melaksanakannya secara langsung dilapangan karena tidak akan ekonomis, tetapi akan
lebih hemat jika terlebih dahulu merakitnya di pabrikasi (bengkel/workshop), baru
selanjutnya tinggal menyambungkannya pada kolom-kolom dilapangan.
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
2
Alat-alat sambung yang biasa digunakan pada konstruksi baja adalah :
1. Sambungan dengan paku keling (rivet)
2. Sambungan dengan baut (Bolt)
3. Sambungan dengan las (welding)
Jika dibandingkan ketiga alat sambung ini, maka las merupakan alat sambung yang
menghasilkan kekakuan yang paling besar, sedangkan paku keling menghasilkan
sambungan yang lebih kaku jika dibandingkan dengan baut, tetapi kurang kaku jika
dibandingkan dengan las. Tetapi pada dewasa ini sambungan dengan menggunakan
paku keling sudah jarang digunakan karena kesulitan dalam pemasangannya. Oleh
karena itu pada tugas akhir ini perencanaan sambungan akan memakai sambungan baut
(tipe baut : baut bubut) dan las (tipe las : las fillet/sudut).
Bahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi di pabrik-pabrik peleburan
dalam bentuk ukuran dan panjang yang tertentu sesuai dengan standar yang dilakukan.
Oleh karena itu tidaklah mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit
(diprabikasi, dicetak) akan tetapi terpaksa dibangun dari elemen-elemen yang
disambung satu persatu di lapangan dengan menggunakan salah satu alat-alat sambung
atau kombinasi dari dua alat sambung seperti yang telah disebutkan diatas.
Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan konstruksi
sambungan, bervariasai mulai dari yang berkekakuan sendi sampai dengan kaku
sempurna. Untuk menghilangkan salah pengertian, perlu terlebih dahulu dijelaskan
tentang istilah kekakuan pada struktur batang, kata stifness. Suatu struktur sambungan
dapat bersifat sendi (ekstrem bawah) dan kaku atau rigid pada ekstrem atas. Diantaranya
terdapat sifat semi kaku "semi rigid". Tidak ada ukuran yang dapat dipakai untuk
menentukan tingkat kekakuan dan sambungan dimaksud. Disini cara yang ditempuh
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
3
adalah dengan menggunakan kombinasi sendi dengan pegas momen sebagai pengganti
sambungan (perletakan) yang semi kaku. Besarnya konstanta pegas adalah
menunjukkan tingkat kekakuan dari sambungan. Maka untuk seterusnya bila terpakai
kata kekakuan sambungan, yang dimaksud adalah kekakuan (konstante) pegas yang
dimaksud diatas.

B. Permasalahan
Sambungan menerus balok dan kolom ditunjukkan untuk memindahkan semua
momen dan memperkecil atau meniadakan rotasi batang pada sambungan (yaitu jenis:
AISC sambungan portal kaku).
Kolom dapat berhubungan secara kaku dengan balok-balok pada kedua
sayapnya, tingkat kekakuan dari sambungan pada konstruksi tersebut mempunyai
peranan penting pada analisa struktur untuk menghitung gaya-gaya dalam dan
deformasi, terutama untuk struktur statis tak tentu. Contoh berikut ini akan
memperlihatkan permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi yang berbeda-beda dari
ujung-ujung (sambungan) dari satu batang. Apabila titik ujung A dan B adalah sendi
dan beban mati terpusat berada di tengah-tengah bentang yaitu di C maka momen di A
atau di B adalah nol. Momen di C yakni M
o
c = PL. Tetapi bila titik A dan B kaku
sempurna maka besar momen akan berubah menjadi:
M
A
= M
B
= -1/8 PL dan M
C
=1/8 PL = M
o
C

Bila titik A dan B bersifat diantara sendi dan kaku (semi kaku), maka momen-
momen tersebut akan berubah besarnya sesuai dengan tingkat kekakuan dari
sambungan.

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
4
P
A
B
C
l l
Gambar 1.1 Bidang momen dan garis lentur balok
M
o
C
MB
M
o
C
M
o
B
MC
BIDANG MOMEN
GARIS LENTUR
Y
o
C
YC
YC

Dimana:
0 < M
B
< M
B
dan M
O
C
> M
C
> M
C

Hal yang sama terjadi pada lenturan, yakni bahwa:
Yoc>Yc>Yc
Kalau pada waktu perencanaan titik hubungan A dan B diasumsikan sendi, akan tetapi
pada waktu pelaksanaan terjadi hubungan kaku atau semi kaku, maka ditengah bentang
terdapat momen yang lebih kecil dari yang dihitung semula. Sedangkan pada jepitan
timbul momen sebesar M
B
yang semula adalah nol. Sebaliknya bila pada waktu
pelaksanaan terjadi hubungan yang semi kaku maka ditengah bentang terjadi momen
M
C
yang lebih besar dari M
C
yang dihitung pada awalnya (jadi ada bahaya),
sedangkan di titik A dan B momen menjadi berkurang.
Dalam menentukan tingkat kekakuan sambungan ada dua cara, yaitu
berdasarkan hasil pengujian dilaboratorium dan perhitungan secara analitis. Dalam
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
5
menentukan derajat kekakuan K dari sambungan adalah dengan menentukan jumlah dan
susunan dari baut penyambung dan menentukan dari pelat dasar sebagai pelat
penyambung adalah menentukan tipe las dan tebal las. Sedangkan bila berdasarkan
perhitungan secara analitis, derajat kekakuan K dari sambungan dapat ditentukan
melalui prosedur literasi metode kekakuan. Secara teoritis faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya derajat kekakuan K dari sambungan adalah:
1. Ukuran baut, jumlah baut dan jarak baut.
2. Tebal pelat penyambung
3. Kekakuan dan panjang dari batang tersambung, baik itu balok maupun kolom.
4. Gaya dalam (pada Tugas Akhir ini yang dibahas hanya momen lentur M) yang
bekerja pada sambungan.
5. Deformasi akibat tegangan tarik aksial pada bidang persentuhan antara baut dan
pelat (batang) tersambung.
6. Lenturan pada baut sendiri.
7. Adanya kelonggaran antara baut dengan pelat-pelat tersambung. Dengan
perkataan lain ukuran lobang baut lebih besar dari diameter baut.
8. Adanya tahanan gesek antara pelat-pelat tersambung yang ditimbulkan oleh
pengunci baut yang sangat kuat.
Kekakuan pada suatu sambungan antara balok dan kolom mempengaruhi besar
beban yang dapat bekerja pada struktur tersebut. Bagaimana bila sambungan antara
balok dan kolom mengalami pembebanan sampai batas elastisnya?.
Oleh karena itu sangat perlu untuk menganalisa M sambungan pada perencanaan
sambungan balok-kolom pada suatu konstruksi baja dan bagaimana pengaruhnya
terhadap M kapasitas elastis (balok). Karena balok mengalami M kapasitas elastis maka
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
6
balok hanya akan mengalami lendutan (dengan catatan tidak ada sambungan balok-
balok pada span balok dari kolom) sebab balok bersifat monolit, sedangkan sambungan
balok-kolom tidak. Apakah M sambungan dapat memikul M kapasitas elastis?
Berdasarkan hal inilah, maka dalam tugas akhir ini dalam perencanaan kekuatan
sambungan balok kolom pada suatu konstruksi portal baja sangat perlu
memperhatikan hubungan dibawah ini:
M sambungan M kapasitas elastis.

C. Maksud dan Tujuan
Penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk membahas mengenai analisis
sambungan portal baja antara balok dan kolom dengan menggunakan sambungan las,
baut dan paku keling.
Adapun tujuannya adalah untuk
1. Menganalisis kekuatan sambungan balok dan kolom pada portal baja dengan
cara membandingkan momen yang terjadi pada sambungan dengan momen
kapasitas yang dapat dipikul oleh balok dalam batas elastisnya sehingga
tidak menimbulkan resiko pada konstruksi yang direncanakan.
2. Menganalisis kekuatan sambungan balok dan kolom pada portal baja dengan
cara membandingkan antara sambungan las dengan baut dan paku keling.





Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
7
D. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang dibahas dalam tulisan ini mengarah kepada tujuan yang
relevan dengan judulnya dan juga keterbatasan literatur serta untuk mempermudah
perhitungan tetapi hasilnya masih mendekati kebenaran, maka perlu diadakan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Konstruksi yang akan dianalisis adalah portal dengan elemen 2 dimensional
dalam bentuk portal bidang (plane frame)
2. Analisis hanya dilakukan terhadap gaya dalam momen lentur M saja yang
bekerja, sedangkan gaya dalam lainnya seperti gaya lintang D dan gaya
normal N yang seharusnya bekerja tidak turut diperhitungkan.
3. Analisis dilakukan dalam batas elastis menurut hukum Hooke, dimana
hubungan tegangan regangan adalah linear.
4. Material yang digunakan adalah baja yang bersifat linear-elastis, isotropik
homogen.
5. Pembahasan hanya meliputi hubungan sambungan balok dan kolom.
6. Sambungan yang dianalisis pada tugas akhir ini adalah tipe sambungan baut
dan sambungan las.
7. Baut yang dianalisis adalah baut biasa, yaitu baut bubut yang terbuat dari
besi beton; direncanakan: Mutu U-52 ((Baut (elastis) = 2400 kg/cm
2
).
Perencanaan profil : Mutu U-37 ((Profil (Elastis) = 1600 kg/cm
2
)
8. Baut yang dianalisis bukan merupakan baut mutu tinggi, sehingga efek
prying force akibat baut mutu tinggi tidak dianalisa.
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
8
9. Analisis tidak dilakukan terhadap pengaruh ketidak seragaman tegangan
yang ditanggung oleh komponen-komponen sambungan (yaitu ada
komponen yang lebih awal mengalami leleh).
10. Perubahan bentuk geometri struktur adalah linear.
11. Dimensi balok dan kolom menggunakan profil baja IWF.
12. Deformasi akibat tegangan tarik aksial (oleh momen lentur M yang bekerja)
yaitu deformasi rotasi r pada bidang persentuhan antara baut dan pelat dasar
atau baja siku (batang) tersambung tidak dianalisa.
13. Lenturan pada baut sendiri tidak dianalisa.
14. Analisa tidak dilakukan terhadap tekuk flens dan atau web kolom ataupun
balok yang terjadi disekitar sambungan.
15. Derajat kekakuan K pada sambungan hubungan balok-kolom diasumsikan
100 %
16. Dalam penentuan inflexient point (garis netral) pada sambungan yang
direncanakan dengan baut sebagai alat penyambung, perhitungan luasan
bidang pengganti di ekivalensikan dengan pengasumsian jarak-jarak baut
adalah sama (dalam perencanaan sambungan, jarak-jarak baut tidak sama
tetapi sesuai dengan persyaratan menurut PPBBI 1983)





Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
9
E. Metodologi
Dalam penulisan Tugas Akhir ini metoda yang digunakan adalah study literatur,
adapun sumbernya adalah buku-buku jurnal, buku-buku yang berhubungan dengan
analisa yang akan dibahas
Analisis dalam Tugas Akhir ini dilakukan dalam batas elatis dengan
menggunakan metoda analisa perhitungan ASD (Allowable Stress Design). Perencanaan
profil baja untuk balok, kolom, pelat penyambung, baja siku penyambung menggunakan
U-37 (Elastis = 1600 kg/cm
2
). Baut penyambung menggunakan baut bubut (yang
terbuat dari besi beton) dengan mutu baja U-52 (Elastis = 2400 kg/cm
2
) dan las
merupakan tipe las fillet (las sudut).

F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan Tugas Akhir ini, maka isi
Tugas Akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan, Maksud dan
Tujuan, Pembatasan Masalah, Metodologi dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN, terdiri dari Penjelasan Umum mengenai
sambungan antara balok dan kolom baja, Sifat Bahan Baja berisikan sifat
bahan baja, Sambungan berisikan penjelasan mengenai sambungan las dan
baut, serta penjelasan mengenai sambungan sudut portal kaku.
BAB III : ANALISIS KEKAKUAN SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM, terdiri
dari Sambungan Penahan Momen, Sambungan Penahan Momen yang
Direncanakan, Kekuatan Sambungan Baut yang berisikan penjelasan
mengenai kekuatan geser baut, kekuatan desak (tumpu) baut, sambungan
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
I -
Laporan Tugas Akhir
10
baut yang mengalami pembebanan eksentris dan Kekuatan Sambungan Las
yang berisikan penjelasan mengenai kekuatan sambungan las, kekuatan las
sudut dan sambungan las yang eksentris.
BAB IV : APLIKASI
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009

II - 1

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II.1. UMUM
Sambungan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam
perencanaan struktur baja. Hal ini dikarenakan bentuk struktur bangunan yang begitu
kompleks. Adapun contoh yang dapat kita jumpai di struktur bangunan adalah
sambungan antara kolom dan balok. Kegagalan dalam sambungan tersebut dapat
mengakibatkan perubahan fungsi struktur bangunan tersebut, dan yang paling berbahaya
adalah keruntuhan pada struktur tersebut. Sehingga untuk mencegah hal tersebut maka
kekakuan sambungan antara balok dan kolom tersebut harus baik.
Alat penyambung yang sering digunakan adalah dengan pembautan dan
pengelasan yang diberi pengaku samping. Secara umum sambungan antara balok dan
kolom baja terdiri dari 3 elemen yaitu:
a) Balok
b) Kolom
c) Alat penyambung.
Jadi ketiga elemen tersebut yang harus kita perhitungkan sehingga perencanaan
struktur tersebut akan sesuai seperti yang direncanakan. Dan pada akhirnya struktur
bangunan itu akan berdiri sesuai dengan fungsi yang diinginkan.




Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
2
II.2. Sifat Bahan Baja
Sifat baja yang terpenting dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi
adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan dengan bahan lain seperti kayu, dan sifat
keliatannya, yaitu kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan
baik dalam regangan maupun dalam kompresi sebelum kegagalan, serta sifat
homogenitas yaitu sifat keseragaman yang tinggi.
Baja merupakan bahan campuran besi (Fe), 1,7 % zat arang atau karbon (C),
1,65 % mangan (Mn), 0,6 % silikon (Si), dan 0,6 % tembaga (Cu). Baja dihasilkan
dengan menghaluskan bijih besi dan logam besi tua bersama-sama dengan bahan
tambahan pencampur yang sesuai, dalam tungku tempratur tinggi untuk menghasilkan
massa-massa besi yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk menghilangkan kelebihan
zat arang dan kotoran-kotoran lain.
Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel)
yakni lebih kecil dari 0.15%
2. Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel)
yakni 0.15% - 0.29%
3. Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel)
yakni 0.30% - 0.59%
4. Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel)
yakni 0.60% - 1.7%
Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arang
yang ringan (mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di
dalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur yang
paling penting dari baja adalah sebagai berikut:
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
3
1. Modulus elastisitas (E) berkisaran antara 193000 Mpa sampai 207000 Mpa. Nilai
untuk design lazimnya diambil 210000 Mpa.
2. Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan:
G = E / 2(1+)
Dimana: = angka perbandingan poisson
Dengan mengambil = 0.30 dan E = 210000 Mpa, akan memberikan G = 810000
Mpa
3. Koefisien ekspansi (), diperhitungkan sebesar:
= 11.25 x 10
-6
per C
4. Berat jenis baja (), berat jenis baja diambil 7.85 t/m
3

Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja dapat
dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan
menghasilkan bentuk hubungan tegangan dan regangan seperti Gambar 2.1 di bawah
ini.









0
Gambar 2.1 Hubungan tegangan regangan untuk uji tarik pada baja lunak
(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
B
A'
A
M
C
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
4
Keterangan gambar:
= tegangan baja
= regangan baja
A = titik proporsional
A = titik batas elastis
B = titik batas plastis
M = titik runtuh
C = titik putus
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan tegangan
dengan regangan masih linier atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke. Kemiringan
garis OA menyatakan besarnya modulus elastisitas E. Diagram regangan untuk baja
lunak umumnya memiliki titik leleh atas (upper yield point),
yu
dan daerah leleh datar.
Secara praktis, letak titik leleh atas ini, A tidaklah terlalu berarti sehingga pengaruhnya
sering diabaikan. Titik A sering juga disebut sebagai titik batas elastis (elasticity limit).
Sampai batas ini bila gaya tarik dikerjakan pada batang baja maka batang tersebut akan
berdeformasi. Selanjutnya bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali
kebentuk semula. Dalam hal ini batang tidak mengalami deformasi permanen.
Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan regangan
tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang disebut sebagai
keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis tidaklah pasti tetapi sebagai
perkiraan dapat ditentukan yakni terletak pada regangan 0.014.
Daerah BC merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan regangan
akan diikuti dengan sedikit pertambahan tegangan. Disamping itu, hubungan tegangan
dengan regangannya tidak lagi bersifat linier. Kemiringan garis setelah titik B ini
didefinisikan sebagai Ez. Di titik M, yaitu regangan berkisar antara 20% dari panjang
batang, tegangannya mencapai nilai maksimum yang disebut sebagai tegangan tarik
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
5
batas (ultimate tensile strength). Akhirnya bila beban semakin bertambah besar lagi
maka titik C batang akan putus.
Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh.
Dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab perubahan
dari elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak tetap. Sebagai standar
menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis sejajar dengan
sudut kemiringan modulus elastisitasnya, dari regangan sebesar 0.2% (Gambar 2.2)

0 . 0 0 2 0 0 . 0 0 4
C
B
C D
D
0 B

Gambar 2.2 Penentuan tegangan leleh
Dari titik regangannya 0.2% ditarik garis sejajar dengan garis OB sehingga
memotong grafik tegangan regangan sehingga memotong sumbu tegangan. Tegangan
yang diperoleh ini disebut tegangan leleh. Tegangan-tegangan leleh dari bermacam-
macam baja bangunan diperlihatkan pada Tabel 2.1
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
6
Tabel 2.1 Harga tegangan leleh
Macam baja
Tegangan leleh
Kg/cm
2
Mpa
Bj 34
Bj 37
Bj 41
Bj 44
Bj 50
Bj 52
2100
2400
2500
2800
2900
3600
210
240
250
280
290
360



Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya:
1. Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat
2. Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap waktu
3. Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas
4. Daktilitas yang tinggi
5. Mudah untuk diadakan pengembangan struktur
Di samping itu baja juga mempunyai kekurangan dalam hal:
1. Biaya perawatan yang besar
2. Biaya pengadaan anti api yang besar (fire proofing costs)
3. Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk kecil
4. Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara berulang/periodik, hal
ini biasa disebut dengan leleh atau fatigue.
Dengan kemajuan teknologi, perlindungan terhadap karat dan kebakaran pada baja
sudah ditemukan, hingga akibat buruk yang mungkin terjadi bisa dikurangi/dihindari.


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
7
II.3. Sambungan
Bahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi dipabrik-pabrik peleburan
dalam bentuk, ukuran dan panjang tertentu sesuai dengan standard yang ditentukan.
Oleh karena itu tidaklah mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit (
dipabrikasi dicetak), akan tetapi terpaksa dibangun dari elemen-elemen yang disambung
satu persatu dilapangan. Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan
konstruksi sambungan, bervariasi mulai dari yang berkelakuan sebagai sendi sampai
dengan kaku sempurna. Pada struktur batang istilah kekakuan digunakan untuk faktor
EI dari batang atau dalam bahasa inggris disebut stiffnes. Suatu struktur sambungan
dapat bersifat sendi, kaku (rigid), semi kaku (semi rigid). Tidak ada ukuran yang pasti
dipakai untuk menentukan tingkat dari sambungan yang dimaksud.

II.3.1 Permodelan Sambungan
Suatu sambungan merupakan sarana dimana beban-beban yang bekerja
disalurkan. Untuk sambungan balok ke kolom, beban-beban yang bekerja disalurkan.
Untuk sambungan balok ke kolom, beban-beban yang disalurkan meliputi gaya normal
N, gaya lintang D dan Momen M saja.
Selanjutnya dalam tugas akhir ini deformasi sambungan akibat momen lentur M
saja yang diperhitungkan, yaitu deformasi rotasi r, biasanya rotasi ditulis dalam fungsi
momen. Apabila momen lentur M bekerja pada sambungan maka akan timbul deformasi
rotasi sebesar r seperti gambar ini.



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
8







(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
Rotasi yang dimaksud adalah perubahan sudut yang terjadi antara balok dan
kolom dari kondisi aslinya yang merupakan sesuatu ukuran putaran relatif balok
terhadap kolom. Hubungan M r sambungan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Dari gambar diatas dapat diambil beberapa pengamatan antara lain:












(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
Gambar 2.3. Deformasi Rotasi Sambungan
Gambar 2.4. Kurva M- r Sambungan
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
9
Semua tipe sambungan menunjukkan perilaku hubungan M r yang berada
diantara rigid (sumbu vertikal) dan sendi (sumbu horizontal).
a) Untuk nilai momen yang sama, sambungan yang lebih fleksibel memiliki
sudut rotasi r yang lebih besar. Sebaliknya untuk nilai r tertentu, sambungan
yang lebih fleksibel menyalurkan momen yang lebih kecil.
b) Momen maksimum yang mampu disalurkan suatu sambungan (kapasitas
momen ultimate) menurun pada sambungan yang lebih fleeksibel.
c) Hubungan M - r senantiasa non linear untuk setiap jenis pembebanan.
Ketidak linearan ini disebabkan oleh berbagai faktor, yang terpenting
diantaranya adalah:
a) Ketidak seragaman material.
Sambungan tersebut terdiri atas berbagai macam dan susunan baut, siku dan
pelat. Hal ini memungkinkan terjadinya slip dan pergerakan relatif pada tingkat
pembebanan yang berbeda.
b) Tercapainya kondisi leleh dari sebagian komponen sambungan.
Karena tidak seragamnya tegangan yang ditanggung oleh komponen
komponen sambungan, maka ada komponen yang lebih awal mengalami leleh.
Ini merupakan faktor utama penyebab kenonlinearan perilaku suatu sambungan.
c) Konsentrasi tegangan dan regangan yang disebabkan oleh lobang (baut),
pengencangan dan bidang kontak elemen yang diterapkan pada sambungan.
d) Tekuk flens dan atau web kolom ataupun balok yang terjadi disekitar
sambungan
e) Perubahan geometri akibat beban yang bekerja.

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
10
Berikut ini dapat dilihat tipe tipe sambungan tersebut.






















(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)

Gambar 2.5. Tipe Sambungan (a) Single Web-Angle dan (b) Single Plate
Gambar 2.6. Tipe Sambungan Double Single Web-Angle
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
11
























(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
Gambar 2.7. Tipe Sambungan Top-and Seat-Angle with Double Web Angle
Gambar 2.8. Tipe Sambungan Top-and-Seat-Angle
Gambar 2.9. Tipe Sambungan Header Plate
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
12
























(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
Gambar 2.10. Tipe Sambungan extended plate; (a) extended on tension side only
(b) extended on tendion and compression sides
Gambar 2.11 Tipe Sambungan flush end plate
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
13
Dalam penganalisaan kekuatan sambungan balok kolom tersebut, akan
dilakukan penganalisaan terhadap momen yang bekerja pada sambungan yang akan
dibandingkan dengan momen kapasitas yang dapat dipikul oleh balok dalam batas
elastisitasnya. Pada tugas Akhir ini M sambungan tidak dibandingkan terhadap M
kapasitas, sehingga analisa M sambungan terhadap M kapasitas elastis tidak dibahas.
Pada gambar berikut ini dapat dilihat pengaruh deformasi elastis yang terjadi pada
sambungan balok kolom adalah tipe sambungan top angle with double web angle.

















(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
Gambar 2.13 Tipe Sambungan top-and seat-angle dengan double web
Gambar 2.14 Pengaruh deformasi elastis terhadap sambungan top-and seat-angle
dengan double web angle
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
14
Sebagai gambaran, dibawah ini dapat dilihat pengaruh terjadinya mekanisme
collapse (pada sambungan dengan tipe seperti diatas) akibat M sambungan < M
kapasitas plastis.









(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
II.3.2 Tipe Tipe Sambungan
Konstruksi baja dikategorikan oleh LRFD A2.2 dan ASD A2.2 kedalam
beberapa tipe tergantung pada besarnya kekangan yang dihasilkan sambungannya.
Dikenal tiga buah tipe sambungan, antara lain:
a) Tipe Terkekang Penuh (rangka rigid atau rangka kontinu)
Keadaan ini terjadi jika pada sambungan diberikan kontinuitas penuh
sehingga sudut awal antara batang batang yang berpotongan dipertahankan
konstan selama pembebanan struktur, yaitu dengan kekangan rotasi 90 % atau
lebih dari yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut. Oleh LRFD A2.2
sambungan ini disebut Tipe FR (dari Fully Restrain = terkekang penuh) dan
di dalam ASD A2.2 dikenal ebagai Tipe 1.

Gambar 2.15 Mekanisme collapse pada tipe sambungan top-and seat-angle
dengan double web angle
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
15
b) Tipe Rangka Sederhana (tipe tak terkekang atau tipe ujung bebas)
Keadaan ini terjadi jika kekurangan rotasi pada ujung ujung batang
dibuat sekecil mungkin. Untuk balok, perangkaan sederhana diharapkan
hanya memberikan transfer geser pada ujung ujungnya. Biasanya rangka
sederhana dianggap terjadi jika sudut awal antara batang-batang yang
berpotongan dapat berubah sekitar 80 % atau lebih dari jumlah perubahan
sudut yang secara teoritis jika digunakan sambungan berengsel bebas. Jika
dikehendaki suatu balok bertumpuan sederhana, sambungan rangka
sederhana harus digunakan. Jika digunakan analisis plastis, karena
kontinuitasnya dianggap sama (inheren) maka pada keadaan ini penggunaan
sambungan rangka sederhana tidak sesuai. Tetapi dua atau lebih sistem
bidang yang dirancang menggunakan analisis plastis dapat dirangkai dengan
sambungan rangka sederhana yang dikombinasikan dengan suatu sistem
penopang (misalnya penopang silang / cross bracing). Struktur yang
menggunakan sambungan rangka sederhana disebut sebagai konstruksi
Tipe 2 di dalam allowable Stress Design (ASD A2.2), sedangkan di
dalam LRFD A2.2 dikenal dengan Tipe PR (partially restrained =
terkekang sebagian). Penyebutan terkekang sebagian untuk jenis sambungan
ini adalah untuk menunjukkan fakta selalu ada sejumlah kekangan pada
sambungan ini. LRFD A2.2 mensyaratkan jika konstruksi Tipe PR
diinginkan sebagai rangka sederhana, maka harus memenuhi tiga syarat
berturut-turut sebagai berikut:


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
16
Reaksi balok bertumpuan sederhana akibat beban terfaktor harus
mampu ditahan oleh sambungan tersebut.
Struktur dan sambungannya harus mampu menahan beban-beban
lateral terfaktor.
Sambungan harus mempunyai kapasitas rotasi tak elastis yang cukup
sehingga perubahan sudut yang sama (inheren) dalam rangka
sederhana dapat terjadi pada beban terfaktor tanpa mengakibatkan
pembebanan berlebih pada sistem penyambung ujung.
c) Tipe Rangka Setengah Kaku
Rangka setengah kaku terjadi jika kekangan rotasi kira-kira antara 20%
hingga 90% dari yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut relatif.
Ini berarti bahwa dengan rangka setengah kaku momen yang dipindahkan
melalui sambungan tidaklah nol (atau dalam jumlah kecil) sebagaimana pada
rangka sederhana dan tidak pula momen kontinuitas penuh seperti dalam
analisis rangka kaku elastis. Khususnya di dalam ASD-A2.2, rangka
setengah kaku tercakup dalam Tipe 3. Dalam Load and Resistence Factor
Design (LRFD), rangka setengah kaku tercakup dalam Tipe PR di mana
penggunaannya tergantung pada proporsi tertentu dari kekangan penuh.
Dalam ASD desain sambungan semi rigid menghendaki kapasitas momen
yang diandalkan dan diketahui pada derajat pertengahan antara rigiditas Tipe
1 dan fleksibilitas Tipe 2.



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
17
II.3.3 Jenis Alat Penyambung
Setiap struktur adalah gabungan dari bagian-bagian tersendiri atau batang-batang
yang harus disambung bersama (biasanya di ujung batang) dengan beberapa cara.
Adapun cara yang sering digunakan menggunakan: baut (bolt), paku keling (rivet) dan
pengelasan (welding). Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya dua alat sambung
yakni baut dan las.
II.3.3.1 Baut (bolt)
Pada setiap struktur baja baut merupakan suatu elemen yang paling vital untuk
diperhitungkan, hal ini dikarenakan baut merupakan alat sambung yang paling sering
digunakan. Ada dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM
sebagai A325 dan A490. sifat bahan dari baut ini diringkas dalam tabel 2.3. baut ini
memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan dengan mur segi enam yang
setengah halus (semi finished) dan tebal seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.16.a.
bagian berulirnya lebih pendek dari baut tidak struktural dan dapat dipotong atau
digiling (rolled). Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan
panas dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 Mpa) yang
tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari
baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896
Mpa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila
diameter yang diperlukan berkisar dari 1 sampai 3 inchi dan juga untuk baut angkur
serta batang bulat berulir.


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
18
Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara dan 1 inchi ( 3 inchi untuk
A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah inchi
dan inchi, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah
inchi dan 1 inchi.
Tabel 2.3 Sifat-siifat Baja
Identifikasi
ANSI/ASTM
Diameter
Inchi
(mm)
Beban Leleh
1)
Beban Leleh
1)
Kekuatan
Tarik
Minimum
Metode
Pengukuran
Panjang
2)

Metode
Kekuatan
Leleh
3)
Ksi
(Mpa)
Ksi
(Mpa)
Ksi
(Mpa)
A307
4)
, baja karbon
rendah
Mutu A dan B



s/d 4
(6,35 10,4)


-



-


60
A325
5)
, baja berkekuatan
tinggi
Tipe 1, 2 dan 3


Tipe 1, 2 dan 3




s/d 1
(12,7 - 25,40)

1 s/d 1
(28,6 38,1)


85
(585)

74
(510)


92
(635)

81
(560)


120
(825)

105
(725)
A449
6)
, baja berkekuatan
tinggi
(catatan: pemakaiannya
dibatasi oleh AISC hanya
untuk baut yang lebih
besar dari 1 inchi sea
untuk batang berulir dan
baut angkur)
s/d 1
(6,35 25,4)

1 s/d 1
(28,6 38,1)

1 s/d 3
(6,35 76,2)
85
(585)

74
(510)

55
(380)

92
(635)

81
(560)

58
(400)
120
(825)

105
(725)

90
(620)
A490
7)
, baja paduan yang
diberi perlakuan panas
s/d 1
(12,7 38,1)
120
(825)
130
(895)
150
(1035)
Sumber: Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1, Edisi ke-3, Penerbit Erlangga, 1996
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
19
1). Beban Leleh (prof load) dan beban tarik sesungguhnya yang diperoleh dengan
mengalikan harga tegangan tertentu dan luas tegangan tarik As; As = 0,7584 [D-
(0,9743/n]
2
, dengan As = luas tegangan dalam inchi persegi, D = diameter baut
nominal dalam inchi dan n = jumlah ulir per inchi.
2). Perpanjangan 0,5 % akibat beban
3). Nilai pada regangan tetap 0,2 %
4). ANSI/ASTM A307 78
5). ANSI/ASTM A325 78a
6). ANSI/ASTM A449 78a
7). ANSI/ASTM A490 78














Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
20
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan
tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada
sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada
sambungan terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung.
Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction
type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.
Selain baut kekuatan tinggi, juga ada jenis baut yang lain masih di gunakan
sebagai alat penyambung. Adapun jenis baut yang dimaksud antara lain:
a) Baut Hitam
Baut ini dimuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM
A307 dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun baut ini belum tentu
menghasilkan sambungan yang paling murah, karena banyaknya jumlah baut
yang dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur
yang ringan, batang skunder atau pengaku, anjungan (platform), jalan haluan
(catwalk), gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang
bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat
penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuatan
tinggi, paku keling atau las. Baut hitam (yang tidak dihaluskan) kadang-kadang
disebut baut biasa, baut mesin atau baut kasar, serta kepala dan murnya dapat
berbentuk bujur sangkar.
b) Baut Sekrup (Turned Bolt)
Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari
bahan berbentuk segi enam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 1/50 inchi)
bila dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
21
memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor. Kadang-kadang baut ini
bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang
posisinya harus akurat. Pada saat ini baut sekrup jarang sekali digunakan pada
sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih murah.
c) Baut Bersisip (Ribbed Bolt)
Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa dan berkepala bundar dengan
tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai
sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut
bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut
tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip baut memotong tepi keliling lubang
sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama
bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang
mengalami tegangan berganti (bolak-balik).
Variasi moderen dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergigi
(interference-body bolt) pada Gambar 2.16, yang terbuat dari baja baut A325.
sebagai pengganti sirip longitudinal, baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip
sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar, baut
ini kadang-kadang disebut bersirip terputus (interrupted-rib). Baut kekuatan
tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke
lubang yang melalui sejumlah plat, namun baut ini digunakan bila hendak
memperoleh baut yang bercengkraman erat pada lubangnya. Selain itu pada saat
pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang seperti yang umumnya
dilakukan pada baut A325 biasa yang polos.
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
22
Dari hasil penyelidikan, apabila dalam satu baris dipakai lebih dari 6 baut maka
baut yang paling akhir memikul 65% beban yang diterima sambungan. Penyelidikan
dari Hertwig dan Petermann menyatakan bila jumlah baut dalam satu baris maksimum 5
buah baut, maka perencanaan sambungan dengan asumsi setiap baut dapat menerima
beban sama besar dapat diterima. Dari penyelidikan di laboratorium terhadap baut mutu
tinggi diperoleh grafik hubungan tegangan baut terhadap perpanjangan batang baut,
dapat dilihat pada Gambar 2.17 dibawah ini. Baut yang digunakan adalah baut A325.










(Sumber: Andry Anta Kesuma, Tugas Akhir Analisis Kekakuan Sambungan Portal Baja, 2004)
Harga proof load (beban tarik awal) N
0
dapat dihitung dengan persamaan:
N
0
= 0.75 x
e
x Ae
Dimana:
Ae = Luas efektif baut, yakni luas pada bagian yang berulir

e
= Tegangan Leleh Baut

Gambar 2.17 Hubungan antara tegangan tarik dengan perpanjangan batang baut
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
23
Adapun defenisi harga proof load pada baut mutu tinggi adalah tegangan yang
diberikan pada baut mutu tinggi pada waktu pemasangan baut. Untuk mendapatkan
perencanaan yang efektif, hendaklah dipakai baut dengan kekuatan tarik minimum
(tensile strength) 8000 kg/cm2 dan faktor geser minimum 0,35. bila baut mutu tinggi
pada pemasangan mengalami over strained, maka baut tersebut harus diganti dengan
baut mutu tinggi yang baru.
Untuk baut mutu tinggi tipe geser kekuatan sebuah baut terhadap geser dihitung
dengan persamaan:
Ng = (F/).n.N
0
(2.1)
Kekuatan sebuah baut terhadap gaya aksial tarik dihitung dengan persamaan:
Untuk beban statis : Nt = 0,6. N
0
(2.2)
Untuk beban bolak-balik : Nt = 0,5. N
0
(2.3)
Kekuatan terdapat kombinasi pembebanan tarik dan geser, maka
Ng = (F/).n.(N
0
-1,7 T). (2.4)
Dimana:
F = Faktor geser permukaan
= Faktor keamanan = 1,4
N
0
= Pembebanan tarik awal (proof load)
n = Jumlah bidang geser
T = Gaya aksial tarik yang bekerja




Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
24
Tabel 2.4 Harga faktor geser permukaan
Keadaan Permukaan F
Bersih
Digalvanis
Dicat
Berkarat, dengan karat lepas dihilangkan
Disemprotkan pasir (saud blasted)
0,35
0,16 0,26
0,07 0,10
0,45 0,70
0,40 0,70
Sumber: Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983

Untuk baut mutu tinggi tipe tumpu, tegangan-tegangan yang diijinkan dalam
menghitung kekuatan baut adalah:
Tegangan geser yang diijinkan:
0,6. =
Tegangan tarik yang diijinkan:
0,7. =
Tegangan tumpu yang diijinkan:
Untuk s
1
2.d, 1,5 tu =
Untuk 1,5 d s
1
2.d, 1,2 tu =
Untuk persamaan tegangan geser dan tegangan tarik menggunakan tegangan
dasar bahan baut dan untuk persamaan tegangan tumpu menggunakan tegangan dasar
yang terkecil antara bahan baut dengan bahan batang yang akan disambung. Pada waktu
pemasangan baut, ring harus dipasang pada bagian bawah kepala baut dan bagian
bawah mur.

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
25
II.3.3.2 Las
Proses pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang menghasilkan
peleburan bahan yang menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu
yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian
bahan pengisi. Energi pembangkit panas dapat dibedakan menurut sumbernya: listrik,
kimiawi, optis, mekanis dan bahan semi konduktor. Panas digunakan untuk mencairkan
logam dasar dan bahan pengisi agar terjadi aliran bahan (terjadi peleburan). Selain itu
panas dipakai untuk menaikkan daktilitas (ductility) sehingga aliran plastis dapat terjadi
walaupun jika bahan tidak mencair. Lebih jauh lagi pemanasan membantu
menghilangkan kotoran pada bahan.
Proses pengelasan yang paling umum terutama untuk mengelas baja struktural
memakai energi listrik sebagai sumber panas, yang paling banyak digunakan adalah
busur listrik (nyala). Busur nyala adalah pancaran arus listrik yang relatif besar antara
elektroda dan bahan dasar yang dialirkan melalui kolom gas ion hasil pemanasan,
kolom gas ini disebut plasma. Pada pengelasan busur nyala, peleburan terjadi akibat
aliran bahan yang melintasi busur dengan tanpa diberi tekanan.
Proses lain yang jarang dipakai untuk struktur baja menggunakan sumber energi
yang lain dan beberapa proses ini menggunakan tekanan tanpa memandang ada atau
tidak adanya pencairan bahan. Pelekatan (bonding) dapat juga terjadi akibat difusi.
Dalam proses difusi partikel seperti atom di sekitar pertemuan saling bercampur dan
bahan dasar tidak mencair.
Beberapa proses pengelasan dipakai khusus untuk logam dan ketebalan tertentu.
Pembahasan dalam bagian ini ditekankan pada proses yang digunakan dalam
pengelasan baja karbon dan baja paduan rendah untuk gedung dan jembatan. Pengelasan
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
26
busur nyala merupakan kategori proses yang terutama dibahas, untuk profil baja ringan
(light gage) pengelasan yang digunakan adalah tahanan listrik.
Kebanyakan baja konstruksi dalam spesifikasi ASTM dapat dilas tanpa prosedur
khusus atau perlakuan khusus. Kemampuan dilas (weldability) dari baja adalah ukuran
kemudahan menghasilkan sambungan struktural yang teguh tanpa retak. Beberapa baja
struktural lebih sesuai dilas daripada yang lain. Prosedur pengelasan sebaiknya
didasarkan pada kimiawi baja, bukan pada kandungan paduan maksimum yang
ditetapkan. Karena kebanyakan hasil pabrik berada dibawah dalam batas ini, sedang
baja yang berkekuatan lebih tinggi dapat melampaui analisa ideal yang ditunjukkan
dalam Tabel 2.5
Tabel 2.5 Analisa kimia ideal dari baja karbon untuk Kemampuan Dilas yang Baik.
Unsur Batas Nominal
(%)
Persen yang Memerlukan
Pelakuan Khusus
Karbon
Mangan
Silikon
Sulfur
Fosfor
0.06 0.25
0.35 0.80
0.10 maks
0.035 maks
0.030 maks
0.350
1.400
0.300
0.050
0.040

Dalam pekerjaan konstruksi, ada empat tipe pengelasan yakni: Groove, fillet,
slot dan plug seperti terlihat dalam Gambar 2.18 dibawah ini. Masing-masing tipe las
memiliki kelebihannya sendiri yang menentukan rentang penggunaannya. Secara kasar
keempat tipe tersebut mewakili persentase konstruksi las berikut ini: las groove (las
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
27
tumpul) 15%, fillet (las sudut) 80%, sisanya terbagi-bagi untuk slot, plug dan las-las
khusus lainnya.













(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
a. Las Groove
Kegunaan umum las groove adalah untuk menghubungkan batang-batang
struktur yang dipasarkan pada bidang yang sama. Karena las groove biasanya
dimaksudkan untuk mentransmisikan beban penuh batang-batang yang
dihubungkannya, las tersebut harus memiliki kekuatan yang sama dengan batang-
batang yang digabungkan. Las groove demikian ini disebut sebagai las groove
dengan penetrasi sambungan yang lengkap. Bila sambungan didesain sedemikian
rupa sehingga las groove tidak sepenuhnya menjangkau ketebalan bagian-bagian
Ujung-ujung harus
berbentuk setengah lingkaran
atau memiliki sudut-sudut yang dibundarkan
dengan jari-jari tidak kurang dari
ketebalan bagian pelat yang berisi slot
(a) Las Groove (b) Las Fillet
(c) Las Slot
(d) Las Plug
Gambar 2.18 Tipe-tipe las
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
28
yang digabungkan, las sedemikian disebut sebagai las groove dengan penetrasi
sambungan sebagian. Untuk ini berlaku persyaratan-persyaratan desain yang khusus.
Ada banyak variasi las groove dan masing-masing diklasifikasikan menurut
bentuknya yang khusus. Kebanyakan las groove membutuhkan persiapan pinggiran
yang khusus dan diberi nama menurut persiapannya. Gambar 2.19 menunjukkan
beberapa tipe las groove dan menunjukkan persiapan groove yang dibutuhkan.
Pemilihan las groove yang tepat tergantung pada proses pengelasan yang digunakan,
biaya persiapan pinggiran dan biaya pembuatan las. Las groove dapat juga
digunakan pada sambungan T Gambar 2.20






(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)







(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)

(a) Persegi (b) V-Tunggal (c) V-Ganda
(d) Serong Tunggal (e) Serong Ganda (f) U-Tunggal
(g) U-Ganda (h) J-Tunggal (i) J-Ganda
Gambar 2.19 Tipe-tipe las Groove
Gambar 2.20 Penggunaan Las Groove pada sambungan T
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
29
b. Las Fillet
Las sudut (fillet weld) merupakan jenis las yang paling banyak digunakan, hal
ini dikarenakan las jenis ini adalah jenis las yang hemat, mudah dipabrikasi dan
adaptibilitasnya baik. Dalam Gambar 2.21 diperlihatkan beberapa kegunaan las
fillet. Pada umumnya jenis las ini kurang membutuhkan presisi pada pengepasannya
karena masing-masing bagian itu cukup ditumpang-tindihkan. Sedangkan las groove
membutuhkan pengepasan yang teliti dengan celah alur bukaan tertentu (bukaan
akar) di antara bagian-bagiannya. Las fillet secara khusus berguna bagi pengelasan
di lapangan, pengepasan kembali batang-batang atau pun pada sambungan-
sambungan yang dipabrikasi dengan toleransi yang masih dapat diterima namun
mungkin tidak dipasang pas seperti yang dikehendaki. Lagi pula pinggiran bagian-
bagian yang disambungkan jarang membutuhkan persiapan khusus seperti
pemotongan miring atau pengirisan tegak, karena kondisi pinggiran hasil
pemotongan dengan api atau pengirisan pun sudah memadai.









(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
c.
a) Sambungan T b) Konsol c) Pelat Penikul Balok
d) Pelat Dasar Kolom e) Konsol Balok f) Penampang Built Up
Gambar 2.21 Kegunaan Tipikal Las Fillet
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
30
d. Las Slot dan Plug
Las slot dan plug dapat digunakan secara eksklusif hanya dalam sambungan
seperti gambar 2.22 atau dalam kombinasi dengan las fillet seperti Gambar 2.21.
kegunaan utama las plug dan slot adalah untuk mentransmisikan geser pada
sambungan impit bila ukuran sambungan tersebut tidak cukup untuk las fillet atau
las pinggir lainnya. Las slot dan plug berguna untuk mencegah agar bagian-bagian
yang saling tumpang-tindih tidak mengalami tekuk..










(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
Untuk mendapatkan sambungan las yang memuaskan, diperlukan kombinasi
dari banyak ketrampilan individu yang dimulai dengan desain sebenarnya dari las
tersebut dan diakhiri dengan operasi pengelasan. Panjang las netto tidak boleh kurang
dari 40 mm atau 8a sampai 10a dan tidak boleh lebih dari 40a (a = tebal las). Dapat
ditulis dengan 40 mm (8-10a) Ln 40a. panjang netto las dapat dihitung dengan
menggunakan rumus: Ln = Lbrutto 3a

Gambar 2.22 Las Slot dan Las Plug Dalam Kombinasi Dengan Las Fillet
Ujung-ujungnya dilengkungkan menurut
LRFD dan ASD-j2.3.b
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
31
Dimana: a = tebal las








(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
Untuk tebal las sudut tidak boleh kurang dari t 2 , dimana t adalah tebal
terkecil pelat yang dilas. Apabila gaya P yang ditahan oleh las membentuk sudut
dengan bidang retak las (seperti Gambar 2.24), tegangan miring yang diijinkan adalah:
c. =
c =
3.cos sin
1
2 2
+

dimana: = tegangan dasar baja






Gambar 2.24. Gaya P yang membentuk sudut terhadap bidang retak las
(Sumber: Catatan Kuliah Struktur Baja I)
Kepala Las
Kepundan Las
a
Gambar 2.23 Tebal Las
P
Pr
Py

Bidang Las Retak s


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
32
Tegangan miring yang terjadi dihitung dengan:

= P/A
dan tidak boleh lebih besar daripada tegangan miring yang diizinkan, dimana:
P = gaya yang ditahan oleh las
A = luas bidang retak las
Tegangan idiil pada las dapat dihitung dengan:
2 2
1
. 3 + = atau
1
=

/c
Dimana: = tegangan normal pada bidang retak las
= tegangan geser pada bidang retak las.
Tegangan idiil yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar yang ada.
Dalam buku Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), harga c
untuk beberapa sudut telah ditabelkan guna mempermudah perhitungan las.
Tabel 2.6 Harga c untuk beberapa
C C
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0.58
0.58
0.58
0.59
0.60
0.61
0.63
0.65
0.68
0.71
50
55
60
65
70
75
80
85
90

0.74
0.78
0.82
0.86
0.90
0.94
0.97
0.99
1


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
33
Untuk beberapa macam sambungan las, gaya P yang dapat dipikul oleh sambungan las
tersebut adalah seperti Gambar 2.25 di bawah ini:




















(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)


Gambar 2.25 Gaya P ijin yang dapat dipikul beberapa jenis sambungan las
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
34
II.3.4 Sambungan Balok Rangka
Sambungan balok rangka adalah digunakan untuk menyambung balok ke balok
lain atau ke flens kolom jika tumpuan balok dianggap sederhana. Desain sambungan
seperti ini dibakukan dan tabel Frame Beam Connections diberikan dalam manual
AISC. Sebuah ulasan menarik tentang desain LRFD untuk sambungan ini diberikan
oleh Thomton.
Bentuk tipikal sambungan rangka dengan baut dan las ditunjukkan pada Gambar
2.26. diharapkan pada sambungan semacam ini bahwa sudut dibuat sefleksibel
mungkin. Sambungan ke kolom (dua baris lima penyambung pada Gambar 2.26a)
biasanya dibuat di lapangan, sedangkan sambungan ke badan balok (satu baris lima
penyambung pada Gambar 2.26b) bisanya dibuat di workshop. Pada perencanaan,
lobang-lobang penyambung (fastener) yang dibuat di bengkel diperlihatkan seperti pada
Gambar 2.26b sedangkan yang dilakukan di lapangan ditandai dengan bulatan hitam.
Dalam praktek fabrikasi saat ini, sambungan yang dilakukan di bengkel biasanya
dengan las, sedangkan sambungan lapangan mungkin dengan las ataupun dengan baut.
Sambungan rangka pelat tunggal merupakan sambungan modifikasi di mana suatu pelat
tunggal (sebagai pengganti sepasang profil siku) dibuat terhadap pelat badan balok dan
kemudian dilas tegak lurus terhadap badan balok atau flens kolom atau ke pelat badan di
mana balok tersebut disambungkan.





Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
35










(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
Suatu tipe baru sambungan geser adalah sambungan rangka-T sebagaimana
dipelajari oleh Astaneh dan Nader dengan flens bentuk-T disambungkan ke kolom
penyangga (atau balok) dan panjang-lewatan pelat badan bentuk-T disambungkan ke
balok atau kolom terbuat dari baut.
Jika pelat siku-siku sering disebut sebagai clips angles, digunakan untuk
menyambung balok ke kolom tersedia suatu jarak bebas sekitar inchi sehingga jika
balok terlalu panjang dalam toleransi yang dapat diterima maka pelat siku-siku tersebut
dapat diatur pemasangannya tanpa memotong bagian balok. Jika balok-balok saling
berpotongan dan akan disambungkan dengan balok lain supaya kedua flens balok
mempunyai elevasi yang sama, Gambar 2.26e maka balok yang akan dirangka harus
mempunyai flanges cope atau sebagian flens dibuang. Kehilangan dari penampang ini
adalah terutama kehilangan flens yang bagaimanapun hanya menahan geser yang kecil
saja sehingga umumnya pemotongan flens hanya mengakibatkan sedikit kehilangan
kekuatan geser. Birkemoe dan Gilmor membuktikan bahwa suatu pelat badan yang
Barisan Alat Penyambung A
Las A
Las B Las B
Torehan (Pemotongan Sayap Balok)
Gambar 2.26 Sambungan Balok Rangka
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
36
flensnya dipotong yang mengalami tegangan tumpu tinggi pada sambungan ujung balok
dengan baut berkekuatan tinggi dapat gagal karena robekan/tearing mode (dikenal
sebagai block shear) sepanjang garis yang melalui lobang seperti diperlihatkan dalam
Gambar 2.27. studi lainnya tentang block shear pada situasi macam ini telah dilakukan
oleh Ricles dan Yura serta Birkemoe, Yura dan Ricles.
Block shear dapat bersifat kritis pada sambungan balok rangka jika relative
hanya terdapat beberapa baut yang digunakan dan baut tersebut tidak memanjang merta
ke seluruh tinggi pelat badan. LRFD-J5 menghendaki pertimbangan keadaan batas
geseran blok jika flens atas dibuang dan pada keadaan semacam ini dimana kegagalan
dapat terjadi karena geser di sepanjang bidang yang melalui penyambungan yang
bekerja dalam kombinasi dengan tegangan tarik sepanjang bidang tegak lurus. ASD-J4
berisi persyaratan yang sama.
Selain geser blok penghilangan flens balok dapat mempengaruhi tekuk local
pelat badan seperti dilaporkan oleh Cheng dan Yura dan tekuk lateral torsional
sebagaimana dilaporkan oleh Gupta, Cheng Yura dan jhonson dan Cheng dan Yura.








(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
Jejak Kegagalan Akibat Sobekan
yang Potensial
Gambar 2.27 Kegagalan akibat sobekan diujung pada sambungan balok rangka
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
37
Jumlah baut berkekuatan tinggi adalah berdasarkan geser langsung dengan
mengabaikan eksentrisitas pembebanan, sedangkan panjang dan ukuran las
memperhitungkan pengaruh pembebanan eksentrik.
Tebal siku-siku atau pelat perangka biasanya ditentukan oleh kekuatan geser
balok. Selain itu siku-siku harus cukup tebal sehingga tegangan tumpu tidak
menentukan. Siku-siku diharapkan melentur sehingga rotasi yang diasumsikan dari
balok yang ditumpu ujungnya dapat terjadi.

II.3.5 Sambungan Sudut Portal Kaku
Pada perencanaan portal kaku menurut metode tegangan kerja atau perencanaan
plastis, pemindahan tegangan yang aman di pertemuan balok dan kolom sangat penting.
Bila batang-batang bertemu sedemikian rupa hingga badannya terletak pada
bidang portal, pertemuannya sering disebut sambungan sudut (knee joint). Sambungan
sudut yang khas adalah:
1. sudut lurus dengan atau tanpa pengaku diagonal lainnya (Gambar 2.28a dan
2.28b)
2. sudut lurus dengan konsol (Gambar 2.28c)
3. sudut dengan pelebaran lurus (straight haunched) (Gambar 2.28d)
4. sudut dengan pelebaran lengkung (curved haunched) (Gambar 2.28e)
perencanaan tegangan kerja biasanya menganggap bentangan batang diukur dari
pusat ke pusat sudut yang berdekatan dan momen inersia batang dianggap bervariasi
sesuai dengan momen inersia penampang lintang yang diambil tegak lurus garis yang
menghubungkan pusat ke pusat sudut. Momen dan gaya geser kemudian ditentukan
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
38
dengan analisis portal statis tak tentu (yang melibatkan momen inersia variable jika
sudut diperlebar).
Pada perencanaan plastis dengan sudut lurus tanpa konsol atau pelebaran
(haunches), sendi plastis akan terbentuk pada batang dan sambungan sudut
direncanakan untuk mencegah kegagalan pada daerah sudut. Bila sudut diperlebar sendi
plastis dapat terjadi di dalam atau di luar daerah pelebaran.
Sudut portal kaku telah banyak diselidiki dan konsep perencanaannya telah
diringkas dalam ASCE manual No. 41 yang merupakan dasar pembahasan berikut ini.
Sambungan sudut yang direncanakan dengan tepat harus:
1. memindahkan momen ujung antara balok dan kolom
2. memindahkan gaya geser ujung balok ke kolom, dan
3. memindahkan gaya geser di puncak kolom kepada balok.
Juga dalam melakukan ketiga fungsi yang berkaitan dengan kekuatan ini, deformasi
pada sudut harus konsisten dengan analisis yang dipakai untuk menentukan momen dan
gaya geser.
Jika sendi plastis yang berkaitan dengan mekanisme keruntuhan diharapkan
terbentuk atau dekat sudut, sambungan sudut harus memiliki kapasitas rotasi yang
memadai. Sudut lurus memiliki kapasitas rotasi terbesar tetapi juga paling fleksibel
(yakni deformasi elastisnya pada kondisi beban kerja paling besar). Sudut lengkung
merupakan yang terkaku tetapi memiliki kapasitas rotasi terkecil. Karena sudut dengan
pelebaran lurus memberikan kekakuan yang cukup besar dan kapasitas rotasi yang
memadai di samping biaya pembuatannya lebih murah dari peleburan lengkung,
sambungan sudut seperti ini sering dipakai.

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
39













(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)
Pada perencanaan portal kaku dengan sudut lurus dua penampang profil giling
(rolled section) bertemu saling tegak lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar
2.28a. Analisis portal baik elastis maupun plastis akan menghasilkan besarnya momen
dan gaya geser yang bekerja pada perbatasan daerah sambungan sudut lurus. Gaya yang
dipikul oleh sayap harus disalurkan oleh gaya geser ke badan.

II.3.6 Sambungan Kolom ke Balok Menerus
Pada sambungan kolom ke balok menerus adalah menjadi tujuan desain untuk
membuat transfer momen secara penuh dan sedikit atau tidak ada rotasi relative dari
batang-batang yang disambungkan tersebut (yakni LRFD tipe FR atau ASD tipe 1-
sambungan rigid-frame). Karena flens suatu balok membawa sebagian besar momen
a) Sudut Lurus Tanpa Pengaku b) Sudut Lurus Dengan Pengaku
c) Sudut Lurus Dengan Konsol d) Sudut Dengan Pelebaran Lurus
(Sudut yang diperlebar)
e) Sudut Dengan Pelebaran Lengkung
Gambar 2.28 Sudut Portal Kaku
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
II -
Laporan Tugas Akhir
40
lentur melalui gaya flens tekan dan tarik yang bekerja terhadap lengan momen yang
kira-kira sama dengan kedalaman balok, maka transfer gaya-gaya aksial utama inilah
yang harus dicakup oleh provisi tersebut. Karena gaya geser terutama ditahan oleh gaya
geser ini ditransfer langsung dari pelat-badan.
















(Sumber: Charles G. Salmon, 1986:38)


Pelat-pelat
Ganjal
a) Tidak ada pengaku kolom. Las Groove Fillet
Langsung
b) Pelat Horizontal Pengaku
c) Profil - T Vertikal Pengaku d) Dudukan dan Pelat Atas
Bracket atau Profil Siku
Gambar 2.29 Sambungan Kolom ke Balok Menerus
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III - 1
BAB III
ANALISIS SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM DENGAN
MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LAS DAN BAUT
III.1 Sambungan Penahan Momen
Sering kali selain dari pada sambungan fleksibel juga sambungan digunakan
untuk memindahkan momen yang besar disamping geseran. Dan persoalan ini kita
temui pada konstruksi menerus seperti portal dan bangunan bertingkat. Didalam setiap
persoalan sambungan harus direncanakan untuk dapat menahan momen dan gaya geser.
Dalam hal ini terdapat dua alternatif, yaitu :
1. T-Connection










Reaksi R harus dipikul oleh baut yang ada pada baja siku penyambung yang
dipasang pada pelat badan balok. Momen M harus dipikul oleh baut yang ada pada baja
penyambung berbentuk T yang dipasang pada flens balok.
P
P
h M
Gambar 3.1 Sambungan T-Connection
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
2
Baut yang menghubungkan flens balok pada baja T memikul gaya geser
horizontal sebesar :
h
M
P = dimana h = tinggi balok
Baut yang menghubungkan baja T pada kolom sebelah atas harus memikul gaya aksial
tarik sebesar P. sebelah bawah flens baja T langsung menekan pada kolom
2. Bracket Connection










III.2 Sambungan Penahan Momen Yang Direncanakan
Pada Tugas Akhir ini yang dianalisa portal bertingkat dengan elemen dua
dimensional dan gaya dalam yang bekerja pada portal tersebut hanya momen lentur M
yang diperhitungkan, maka sambungan direncanakan:
1. Memakai baut dan las sebagai alat penyambung dan pelat dasar sebagai pelat
penyambung serta bracket seperti terlihat pada gambar 3.3a
Gambar 3.2 Sambungan Bracket Connection
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
3
2. Tipe sambungan top-and seat-angle with double web angle seperti terlihat pada
gambar 3.3b
Sambungan antara balok dan kolom yang direncanakan tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:










III.3 Kekuatan Sambungan Baut
Pada umumnya baut terbagi atas dua macam:
1. baut hitam
baut yang mempunyai kelonggaran 1 mm (selisih diameter lobang dan diameter
baut), umumnya untuk bangunan konstruksi ringan dan beban-beban tidak
bertukar (umumnya gedung-gedung)
2. baut bubut
baut yang dipaskan dalam lobangnya kelonggaran < 0.1 mm, digunakan untuk
jembatan, konstruksi berat dan beban bertukar. Untuk selanjutnya dalam tugas
akhir ini digunakan baut bubut. Sebelum memutuskan sambungan apa yang akan
IWF
600.200.11.17
L 55.55.10
M
Baut 16
t = 8.61
M
Baut 16
t = 22
IWF
600.200.11.17
IWF
600.200.11.17
L 35.35.7
IWF
600.200.11.17
Gambar 3.3 Sambungan Penahan Momen
a b
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
4
digunakan pada suatu konstruksi, kita harus mengetahui kekuatan sambungan
tersebut. Dalam hal ini menentukan kekuatan sambungan baut maka kita harus
meninjau terhadap aspek geser, desak, baik terhadap alat sambungannya
maupun material yang disambungkan.

III.3.1 Kekuatan Geser Baut
Pada hampir semua hubungan struktural baut harus dapat mencegah terjadinya
gerakan material yang disambung dalam arah tegak lurus terhadap panjang baut seperti
terlihat pada gambar 3.4





Pada kasus seperti ini, baut mengalami geser. Pada hubungan tumpang tindih
(lap joint) seperti ini baut mempunyai kecendrungan untuk mengalami geser
disepanjang bidang kontak tunggal antara kedua plat yang disambung. Karena baut
menahan kecendrungan pelat-pelat saling mengelincir pada bidang kontak itu dan
karena baut mengalami geser pada satu bidang saja,maka baut terebut mengalami geser
tunggal.
Pada hubungan lurus (butt joints) seperti terlihat pada gambar 3.5 ada dua
bidang kontak sehingga baut memberikan tahanannya disepanjang dua bidang dan
disebut dalam geser rangkap.

P
P
Bidang Geser
Gambar 3.4 Baut yang mengalami geser tunggal
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
5






Kapasitas pikul beban atau kekuatan desain sebuah baut yang mengalami geser
tunggal maupun rangkap sama dengan hasil kali antara jumlah bidang geser dengan
tegangan geser putus diseluruh luas brutto penampang melintangnya, maka:
b b gs
. n.A P = . .(2.1)
Atau
) .(0,8 n.A P
b b gs
= (2.2)
Dimana:
gs
P = Gaya putus geser sambungan baut (kg)
n = jumlah bidang geser (n = 1, bila tunggal dan n = 2, bila rangkap)
A
b
= Luas brutto baut (cm
2
) = .. d
2
; dimana d = diameter baut (cm
2
)
b
= Tegangan geser putus ijin baut (kg/cm
2
)
b
= Tegangan tarik putus ijin baut (kg/cm
2
) =
b
0,8
Dalam tugas akhir ini mutu baut yang direncanakan mutu baja U52, dimana
b
= 2400
kg/cm
2
(dalam batas elastisnya).



P
P
Bidang Geser
P
Gambar 3.5 Baut yang mengalami geser rangkap
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
6
III.3.2 Kekuatan Desak (Tumpu) Baut
Kekuatan batas desak berkaitan dengan deformasi disekitar lobang baut, seperti
terlihat pada gambar 3.6d. kegagalan sobekan geser seperti dalam gambar 3.6b erat
berkaitan dengan kegagalan tumpu.
Kekuatan P
ds
merupakan gaya yang bekerja terhadap sisi lobang yang akan
memecah atau merobek pelat. Semakin besar jarak ujung L diukur dari pusat lobang
kepinggiran semakin kecil kemungkinan terjadinya robekan.











Meskipun baut dalam suatu hubungan telah memadai dalam meneruskan beban
yang bekerja dengan mengalami geser, hubungan-hubungan itu masih dapat gagal
kecuali apabila material yang disambung dapat meneruskan beban ke baut yang baik.
Kapasitas merupakan fungsi dari kekuatan tumpu (atau kekuatan hancur) material yang
disambung seperti terlihat pada gambar 3.7. Distribusi sesungguhnya mengenai tekanan
tumpu pada material di sekeliling lobang tidak diketahui sehingga luas kontak yang
Gambar 3.6 Bentuk-bentuk kegagalan yang mungkin terjadi pada sambungan baut
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
7
diambil adalah diameter nominal dikalikan dengan tebal material yang disambung. Ini
diambil dengan anggapan bahwa tekanan merata terjadi pada luas segi empat.






Kekuatan desak satu baut terhadap profil dapat dinyatakan sebagai berikut:
ds ds
d.t. P = (2.4)
Dimana:
ds
P = Gaya desak izin untuk satu baut (kg)
d = Diameter baut (cm)
f = Tebal pelat penyambung (cm)
ds
= Tegangan desak izin (kg/cm
2
)
Dari buku Peraturan Baja Indonesia (PPBBI), 1983:
ds
= 1,5
pr
untuk s
1
> 2d
ds
= 1,2
pr
untuk 1,5d s
1
2d
Dimana:
pr
= Tegangan izin profil (kg/cm
2
)
ds
= Tegangan desak profil (kg/cm
2
)
s
1
= Jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang disambung.

P
P/2
P/2
P
P
Tumpu pada plat dalam
hubungan geser tunggal
Tumpu pada plat dalam
hubungan geser rangkap
Permukaan landasan (tumpu) Permukaan landasan (tumpu)
Gambar 3.7 Tekanan tumpu pada sambungan baut
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
8
d = Diameter baut
Dalam tugas akhir ini mutu profil yang direncanakan menggunakan mutu baja U37
dengan
pr
= 1600 kg/cm
2
(dalam batas elastisnya)
Perlu diperhatikan bahwa pemasangan baut juga mempunyai aturan tertentu.
Dari buku PPBBI 1983, ditetapkan bahwa banyaknya baut yang dipasang pada satu
baris yang sejajar arah gaya tidak boleh lebih dari 5 buah. Hal ini dikarenakan apabila
jumlah baut dalam satu baris lebih dari 5 buah maka dikhawatirkan bahwa baut paling
pinggir akan mengalami tegangan yang mungkin melampaui tegangan izin bahkan
mungkin meleleh.
Hal ini terjadi karena tegangan yang timbul pada susunan baut akibat gaya tarik atau
gaya tekan tidak merata. Baut paling pinggir akan mengalami tegangan paling besar dan
baut tengah akan mengalami tegangan paling kecil. Dengan alasan tersebut maka perlu
diadakan pembatasan jumlah baut dalam satu baris mengingat kondisi tegangan yang
terjadi pada setiap baut masih dianggap relevan terhadap tegangan izin. Dengan
demikian jumlah baut dalam satu baris dibatasi dengan jumlah maksimum 5 buah.
Selain itu juga ditetapkan bahwa jarak antar sumbu baut paling luar ketepi atau keujung
bagian yang disambung (s
1
) tidak boleh kurang dari 1,5d dan tidak boleh lebih besar
dari 3.d atau 6.d serta jarak dari sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan (s) tidak
boleh kurang dari 2,5d dan tidak boleh lebih besar dari 7d atau 14t seperti terlihat pada
gambar 3.8




Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
9









Dimana:
2,5d s 7d atau 16 t
2,5d u 7d atau 16 t
1,5d s
1
3d atau 6 t

III.3.3 Sambungan Baut Mengalami Pembebanan Eksentris
Pada umumnya sambungan memikul momen sehingga tegangan aksial
bertambah atau beban bekerja sepanjang garis yang tidak melalui titik berat sambungan.
Sambungan yang demikian disebut sambungan yang eksentris. Contohnya sambungan
konsol yang meneruskan beban dari sebuah gelagar ke kolom (gambar 3.9)





s s s s1
u
u
u
s
1
s
1
s1
Gambar 3.8 Jarak Baut
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
10









III.3.3.1 Baut Yamg Memikul Gaya Geser
Perhatikan susunan baut yang terlihat pada gambar 3.10a dibawah ini, dimana
baut mengalami gaya eksentris sebesar P.








Maka gaya tersebut akan dipindahkan pada titik berat kumpulan baut G
Beban tersebut adalah:
1. Gaya Aksial P
2. Suatu Momen sebesar P x e = M, pada titik G
Gambar 3.9 Sambungan yang eksentris
Gambar 3.10 Analisa Sambungan yang Eksentrisitas
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
11
Dimana:
n = jumlah baut
r = jarak baut ke titik berat

1
Y
K = Beban pada masing-masing baut akibat momen sebesar M = P.e
Akibat momen sambungan cenderung berputar mengelilingi G searah jarum jam, ini
akan mengakibatkan pergeseran tempat pada baut yang sebanding dengan r.
perpindahan ini akan membentuk sudut 90
o
dengan garis penghubung antara pusat baut
dengan titik berat. Tegangan yang timbul dianggap sebanding dengan perpindahan,
karena kita menggunakan diameter baut yang seragam. Maka beban baut akibat M
adalah sebanding dengan r.
K r; dimana K = K
0 x
r, sehingga K
0
=
r
K

Jika r = 1; maka K
0 = K
K
0
adalah beban yang dipikul oleh sebuah baut yang berjarak satu satuan dari titik berat
G.
Momen pada suatu titik terhadap G: K
x
r = K
0 x
r
2

Oleh sebab itu momen pada seluruh baut ialah:
M = K
0 x
r
2
= K
0 x
r
2

K
0
=
2
r
M

Jadi:
K = K
0 x
r =
2
r
r M

K =
) .y (x
r M
2 2



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
12
K
x
= K
x
sin , maka:
K =
) y (x
sin r M
K
) .y (x
r M
sin
K
2 2
x
2 2
x

= sehingga
Kx =
) .y (x
y M
2 2


K
y
= K
x
cos , maka:
K =
) y (x
cos r M
K
) .y (x
r M
cos
K
2 2
x
2 2
y

= sehingga
Ky =
) .y (x
x M
2 2


Gaya K bekerja tegak lurus terhadap r. untuk menjumlahkan Ky dan K dapat dilakukan
dengan penjumlahan vektor. Ini dapat diselesaikan secara analitis.
Penyelesaian secara analitis:









X dan Y adalah jarak horizontal dan vertikal baut terhadap sumbu x dan y yang melalui
titik berat G dan adalah sudut yang dibentuk garis kerja gaya
n
P
terhadap horizontal.

Y
F X = K. Sin
X = K. Cos Y = I. Sin
Y = K. Cos
K = k.F.I
X Z
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
13
Penjumlahan vector secara analitis:
Komponen P arah vertikal =
n
P
x sin
Komponen P arah horizontal =
n
P
x cos
Komponen K arah vertical = K x cos
2
=
2 2
r
x M
r
x
r
r M
=


Analog dengan komponen K arah vertikal, komponen K arah horizontal =
2
r
r M
. Kalau
H adalah jumlah aljabar dari komponen vertikal, resultante gaya adalah R:
) (
2 2
V H R + =
Sudut yang dibentuk R dengan horizontal:

=
H
V
tan arc
Substitusikan harga-harga dari H dan V, akhirnya kita mendapat R:


+ +


+ =
2
2
2
2
r
x M
sin
n
P
r
y M
cos
n
P
R
Sudut yang dibentuk R diukur terhadap horizontal:

+
=
2
2
r
y M
cos
n
P
r
x M
sin
n
P
tan arc
Untuk keperluan dalam hal mendimensi pada suatu konstruksi sambungan, maka
haruslah diketahui:
a. Diameter baut yang digunakan atau
b. Momen yang mampu dipikul oleh baut
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
14
Oleh karena itu sesuai dengan prinsip mekanika, haruslah dipenuhi:
Gaya luar = gaya dalam
Dimana:
Gaya luar adalah gaya resultan R yang bekerja pada baut
Gaya dalam yang digunakan adalah gaya yang terkecil dari antara kuat geser
baut atau kuat desak baut. Biasanya yang menentukan adalah kuat geser baut.

III.3.3.2 Baut Mengalami Gaya Aksial Akibat Momen
Pada sambungan antara kolom dengan balok seperti pada gambar 3.11 baut yang
mengikat baja siku akan menerima tegangan tarik dan tekan. Oleh karenanya baut yang
berada diatas garis netral akan tertarik dan baut yang berada dibawah garis netral akan
tertekan.









Untuk menghitung tegangan yang terjadi pada kumpulan baut dapat digambarkan oleh
suatu luasan bidang pengganti atau luasan rata-rata (luasan tertarik) yang berupa sebuah
persegi panjang dengan lebar:
Gambar 3.11 Sambungan Antara Kolom dan Balok
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
15
pr
bt
b

s
m
A a =
Dimana:
Ab = luasan baut (cm
2
)
m = jumlah baris baut
s = jarak sumbu ke sumbu baut (cm)
bt
= tegangan ijin baut (kg/cm
2
); dalam tugas akhir ini = 2400 kg/cm
2

pr
= tegangan ijin profil (kg/cm
2
); dalam tugas akhir ini = 1600 kg/cm
2











Lebar bagian baja siku penghubung yang tertekan adalah sama dengan kaki baja siku
tersebut yang menekan pada flens kolom.
Menentukan garis netral:
2
x
b.x.
2
x h
x) a(h =



(b - a).x
2
+ 2 . a . h . x a . h
2
= 0
be
c = (h-x)
c1 = x
h
a
N.A
Gambar 3.11a Luasan Pengganti
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
16
Dari persamaan diatas diperoleh harga x, yaitu letak garis netral. Tegangan maksimum
akibat momen yang terjadi pada baut (baut paling atas), adalah sama dengan tegangan
maksimum yang terjadi pada luasan pengganti ini.
Momen inersia: I
x
= 1/3 . a .(h x)
3
+ 1/3 . b . x
3

Momen tahanan:
( ) x h
I
w
x
x

=
Tegangan tarik maksimum yang terjadi (untuk dua baris baut) adalah:
( )
pr
bt
x x

I
x h M
W
M

= =
Tegangan geser: Disamping tegangan tarik geser di atas, maka baut tersebut juga
mendapat gaya geser. Apabila sebaris baut adalah n, maka tiap baut mendapat gaya
sebesar P/n; sehingga tegangan geser rata-rata yang terjadi pada tiap baut adalah:
2
b
.d 1/4.
P/n
A
P/n

= =
Tegangan kombinasi : Karena momen dan gaya geser bekerja pada saat yang sama,
maka tiap baut akan mendapat kombinasi tegangan aksial dan tegangan geser. Maka
tegangan kombinasi yang terjadi haruslah memenuhi syarat:
bt
2 2
1
1.56. + =
Dimana:
1 = tegangan idiil (kg/cm
2
)
= tegangan aksial yang terjadi (kg/cm
2
)
= tegangan geser yang terjadi (kg/cm
2
)

bt
= tegangan ijin baut (kg/cm
2
)
cara untuk menghitung tegangan aksial pada baut akibat momen tersebut dinamakan
Transformed Area Methode (metode luasan pengganti).
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
17
III.3.3.3 Baja Siku dengan Baut yang Mendapat Tarikan
Dalam hal ini baja siku akan mengalami perubahan bentuk, dimana ada dua teori yang
akan menjelaskan, yaitu:
a. Baut akan memanjang akibat tegangan tarik yang terjadi padanya telah
melampaui titik ulur (yiels stress) sehingga menyebabkan kaki baja siku
tersebut akan membengkak. Kejadian ini disebut simple flexture.







Akibat P
bt
baja siku akan mendapat momen M = P
bt
(g t) dan baut akan
mendapat tarikan T = P
bt
.
b. Oleh karena pada pemasangan mula-mula baut tersebut mendapat panas
kemudian mendingin, maka terdapat tegangan tarik padanya (initial tension)
sehingga baut tersebut tidak akan memanjang dan kaki baja siku itu akan
tetap melekat pada sambungan. Perubahan tersebut akan menyebabkan
double flexture, sebelah atas baut baja siku mengalami tekanan sedangkan
bagian bawah baut baja siku akan medapat tarikan. Pembagian tekanan
terhadap baja siku ini dianggap merupakan segitiga.


Gambar 3.12 Kejadian simple flexture yang terjadi pada saat baut mengalami tarikan
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
18








Tinjau sebelah atas contra flexture:
c. 2/3. q = P
b t
. (g t), sehingga:
( )
q
t - g P
.
4
3
c
bt
=
momen pada baja siku: M = P
bt
. . (g t)
dan baut mendapat tarikan : T = P
bt
+ c
Tetapi yang sebenarnya terjadi pada baja siku itu adalah keadaan antara a dan b,
sehingga rumus yang dipergunakan adalah:
1. M = 0,6.P
bt
.(g t)
2. T = P
bt
+ 0,8.c

( )

+ =
q
t - g
0,6 1 P
bt

Momen perlawanan baja siku: W
x
=1/6 . s . t
2

Dimana:
s = jarak sumbu ke sumbu baut (cm)
t = tebal pelat dasar (cm)


Gambar 3.13 Peristiwa double flexture
T
C
q
(g-t)/2
(g-t)/2
Pbt
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
19
Tegangan yang terjadi pada baja siku:
a. Tegangan akibat momen:
2
bt
2
bt
x
M
s.t
t) (g 3,6.P
1/6.s.t
t) (g 0,6.P
W
M

= =
b. Tegangan geser :
t.s
T

T
=
Sehingga tegangan idiil yang terjadi haruslah memenuhi syarat:
2
kg/cm 1600 3
profi
2
T
2
M 1
= + =
( )
2
2
2
bt
1
kg/cm 1600 profil
t.s
T
3
s.t
t g . 3,6.P
=


= p

III.4 Kekuatan Sambungan Las
Penyambungan bahan baja selain menggunakan baut juga dapat digunakan las.
Sambungan las adalah suatu proses penyambungan bahan yang menghasilkan peleburan
bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian
tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi.

III.4.1 Kekuatan Sambungan Las
Pengelasan adalah proses penyatuan dua logam dengan memanaskannya sampai
ke temperatur yang sesuai sedemikian rupa sehingga membentuk kesatuan. Dalam
pengelasan struktural hal ini biasanya diikuti dengan penambahan logam pengisi dan
elektroda. Sebagai tambahan perlu ditetapkan bahwa sifat-sifat las harus sedekat
mungkin dengan logam dasarnya. Dengan demikian variasi elektroda diperlukan untuk
disesuaikan dengan persyaratan baja. Las struktural biasanya dilakukan dengan proses
busur logam terlindung (shield metal-arc process) atau dengan cara proses busur
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
20
tercelup (submerged arc process). Las busur (arc welding) merupakan istilah umum
bagi banyak proses yang menggunakan energi listrik dalam bentuk busur listrik untuk
menghasilkan panas yang diperlukan bagi pengelasan.

III.4.2 Kekuatan Las Sudut
Karena las harus mentransfer seluruh beban dari suatu batang kebatang lainnya,
las pun harus didimensi sesuai dengan dan dibentuk dari material elektroda yang tepat.
Untuk keperluan desain las fillet diasumsikan mentransfer beban melalui tegangan geser
pada area aktif, apapun orientasi fillet pada sambungan strukturalnya. Las groove
mentransfer beban tepat seperti pada bagian-bagian yang dihubungkannya. Material
elektroda yang digunakan pada las harus memiliki sifat-sifat material dasar. Bila sifat-
sifat agak berbeda logam las disebut sebagai logam las pasangan.
Kekuatan las fillet didasarkan atas asumsi bahwa kegagalan las sedemikian
dikarenakan oleh karena geser terhadap luas efektif, baik bila geser itu sejajar atau tegak
lurus terhadap sumbu alur las fillet yang bersangkutan. Dalam kenyataannya kekuatan
tersebut lebih besar bagi transfer geser yang tegak lurus terhadap sumbu las kira-kira
sepertiga lebih kuat daripada apabila dibebani dalam arah sejajar, meskipun demikian
untuk mudahnya situasi tersebut diperlakukan sama. Dengan demikian kekuatan las
fillet mungkin ditentukan oleh kekuatan elektoda las atau kekuatan geser material dasar.
Distribusi tegangan pada sambungan las itu kompleks dan tidak seragam.
Gambar 3.14 menunjukkan distribusi tegangan tipikal pada beban layanan untuk las
filet longitudinal pada sebuah lap joint (sambungan lewatan). Variasi aktual tegangan
geser pada las dari titik A ke titik B tergantung pada panjangnya las maupun rasio lebar
pelat-pelat yang disambungkan. Gambar 3.15 menunjukkan variasi geser tipikal untuk
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
21
las fillet yang mendapat pembebanan transfersal terhadap sumbu las. Distribusi
tegangan pada las fillet yang digunakan untuk menghubungkan sambungan-sambungan
T lebih kompleks.














Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa las sudut mempunyai
kekuatan lebih besar terhadap tarik dan tekan daripada terhadap geser, maka tegangan
las sudut yang menentukan adalah tegangan geser efektif (teoritis) yang bekerja pada
luas throat (luas leher las). Luas ini menunjukkan kekuatan las sudut didefenisikan
sebagai jarak dari akar joint ke muka teoritis las seperti terlihat dalam gambar 3.16


Gambar 3.14 Distribusi tegangan tipikal pada lap joint (sambungan lewatan) dengan
las fillet longitudinal
Gambar 3.15 Distribusi tegangan tipikal pada suatu sambungan impit yang transversal
terhadap las fillet
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
22






Dimensi leher fillet adalah jarak nominal terpendek dari akar (titik siku) ke
muka las, seperti gambar 3.16 dengan mengasumsikan bahwa las fillet memiliki
panjang kaki nominal yang sama (membentuk segitiga siku-siku sama kaki) dengan
leher efektifnya t
c
adalah 0,707 a (sin 45
0
x a). bila las fillet tersebut didesain sebagai
tak simetrik (hal yang jarang terjadi) dengan kaki-kaki yang tidak sama seperti gambar
3.16b, harga t
c
harus dihitung dari bentuk diagramatik las yang bersangkutan.
Kekuatan semua las sudut didasarkan atas harga yang dihitung untuk beban-
beban yang bekerja dalam arah sejajar dengan sumbu las. Las sudut yang dibebani
dalam arah tegak lurus mempunyai kekuatan lebih besar karena fakta bahwa bidang
runtuhnya terjadi pada saat yang bukan 45
0
, jadi luas tahanannya lebih besar daripada
luas leher yang tegak lurus terhadap muka teoritis las. Selain itu las sudut transfersal
mengalami tegangan lebih merata dibandingkan dengan las sudut yang dibebani sejajar.
Maka dengan demikian kekuatan las sudut didapat dengan mengalikan tegangan
geser putus las dengan luas tahanan efektif sebagai:
Fr =
P
. a
Karena tidak ada harga tegangan geser putus secara pasti maka untuk mudahnya
dianggap bahwa tegangan geser putus diambil sebesar 0,6 kali tegangan tarik tekan,
sehingga persamaan menjadi:
Gambar 3.16 Dimensi leher efektif untuk las fillet
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
23
Fp = 0,6 .
p
. A
Dimana: Fp = gaya putus las sudut (kg)
p = tegangan geser putus (kg/cm
2
)

p
= tegangan tarik putus (kg/cm
2
)
A = luas tahanan efektif las cm
2

Luas tahanan efektif las (A) diperoleh dari hasil perkalian antara tebal leher efektif (t
c
)
dengan panjang total netto las (Ln).
Pada buku Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), membuat aturan
sendiri mengenai las sudut ini, yaitu sebagai berikut:
a. Panjang netto las adalah: Ln = L
brutto
3a; dimana a = tebal las efektif
b. Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8 s/d 10 kali tebal teras
batang las.
c. Panjang netto las tidak boleh lebih dari tebal las, sebaiknya dibuat las yang
terputus-putus (las terputus).
d. Untuk las terputus pada batang tekan jarak antara bagian-bagian las itu tidak
boleh melebihi 24t atau 30 cm, sedangkan pada batang tarik jarak itu tidak
boleh melebihi 24t atau 30 cm dimana adalah tebal terkecil dari elemen
yang dilas.
e. Las terputus tidak diperkenankan jika dikhawatirkan terjadi pengkaratan pada
permukaan bidang kontak dibagian yang tidak ada lasnya atau pada elemen
yang dipengaruhi gaya getar.
f. Tebal las sudut tidak boleh lebih dari .t. 2 , dimana t adalah tebal
terkecil pelat yang dilas.

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
24
III.4.3 Sambungan Las yang Eksentris
Bila tidak tersedia komputer atau tabel tabel AISC, analisis vektor elastik
tradisional lebih mudah dilakukan ketimbang metode kekuatan. Metode vektor elastik
bersifat konservatif bahkan kadang kala terlalu berlebihan. Metode elastik
menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. setiap segmen las bila ukurannya sama akan menahan beban yang dikenakan
secara konsentris dengan gaya yang sama. Konsep itu digunakan untuk las
pada batang tarik.
2. rotasi akibat momen puntir diasumsikan terjadi disekitar sentroid konfigurasi
las.
3. beban pada suatu segmen las akibat momen puntir diasumsikan sebanding
dengan jarak dari sentroid konfigurasi las.
4. arah gaya pada suatu segmen las akibat puntiran diasumsikan sebagai tegak
lurus terhadap jarak radial dari sentroid konfigurasi las.
5. komponenn gaya-gaya yang disebabkan oleh beban langsung dan puntiran
dapat dikombinasikan secara vektorial sehingga diperoleh suatu gaya
resultan.
Pada bagian sebelumnya sambungan baut yang dibebani eksentris dapat dianalisa dan
didesain. Analisis dan desain sambungan las yang dibebani eksentris dapat dilakukan
dengan cara yang sama. Gambar 3.17 berikut memperlihatkan beban P yang dibebani
eksentris terletak pada pelat hubungan berikut. Beban P ini dapat diuraikan menjadi
kombinasi momen dan beban konsentris. Beban P ini bekerja melalui pusat berat
konfigurasi las dan momen torsioanal (M = P.e) mempunyai titik putar dipusat berat
tersebut. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja pada las akan terdiri atas dua
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
25
komponen. P
V
akibat beban aksial eksentris dan P
M
akibat momen torsional seperti
terlihat pada gambar 3.18. efek aksial menyebabkan beban P/I per inchi las, dimana I
adalah panjang total las. Beban ini bekerja pada arah sejajar dengan beban P dan akan
sama untuk setiap inchi panjang las.








P
M
akan bervariasi terhadap jarak r dari pusat berat konfigurasi las ke elemen las yang
sedang ditinjau dan akan bekerja pada arah tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan pusat berat dengan elemen las tersebut. Dengan demikian hubungan ini
harus di desain atau dianalisis agar kedua komponen yang bekerja pada sembarang titik
las tidak melampaui kapasitas las.






Gambar 3.17 Hubungan las ddibebani eksentris
Gambar 3.18 Beban-beban pada las
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
26
Beban torsional, P
M
harus ditentukan dengan menerapkan rumus tegangan klasik
untuk konfigurasi las:
J
M.r
=
Dimana:
= tegangan geser satuan pada las (kg/cm
2
)
M = Momen torsi (Kg.cm)
r = jarak dari pusat berat konfigurasi las ke sembarang titik bagian las yang sedang
diitinjau (cm)
J = momen inersia polar (cm
3
)
Untuk keperluan desain setiap elemen las dapat dianggap berupa garis yang
berimpit dengan akar las sudut. Dengan demikian las itu dapat dipandang hanya
mempunyai lokasi dan panjang. Ini berarti bahwa tegangan satuan yang dihitung pada
rumus tegangan torsional menjadi gaya persatuan panjang (kg/cm), bukan gaya
persatuan luas (Kg/cm
2
). Gaya persatuan panjang ini kita beri notasi P
M
. Perlu diingat
pula bahwa agar asumsi-asumsi serta satuan konsisten momen inersia polar mempunyai
satuan cm
3
bukan cm
4
. Ini berdasarkan fakta bahwa las hanya mempunyai panjang jadi
menghilangkan satu dimensi dari I
x
dan I
y
. Rumus-rumus momen inersia diberikan
dalam gambar 2.25 untuk suatu panjang las. Untuk jenis masalah ini akan lebih mudah
apabila momen inersia polar ditulis dalam bentuk
J = I
x
+ I
y

Gaya resultan R yang bekerja akibat momen torsi M dan akibat beban langsung
P dapat ditulis sebagai:
( ) MY
2 2
MX Y
P P P R + + =
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
III -
Laporan Tugas Akhir
27
Dimana harga P
Mx
dan P
My
didapat dengan menguraikan P
M
menjadi dua komponen,
yaitu komponen terhadap sumbu X (P
Mx
) dan komponen terhadap sumbu Y (P
My
)
















Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV - 1
BAB IV
APLIKASI
Sebagai aplikasi penulis menyajikan suatu konstruksi portal baja bertingkat
dengan elemen dua dimensional. Adapun konstruksi tersebut adalah portal baja
bertingkat dua dengan ketinggian :
1. Lantai dasar ke lantai 1 = 5 m
2. Lantai 1 ke lantai 2 = 4 m
dan mempunyai dua kolom dengan masing-masing kolom berjarak 8 m. adapun portal
baja yang dimaksud dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Perencanaan dilakukan dengan memakai metode perencanaan Allowable Stress
Design (ASD) dimana portal baja direncanakan memakai mutu baja U37 dengan profil
= 1600 kg/cm
2
, Mutu Las Las = 1600 kg/cm
2
, Baut penyambung (baut bubut) dan
Paku Keling 16 direncanakan memakai mutu baja U
52
dengan baut dan paku =
2400 kg/cm
2
, Beban yang bekerja pada konstruksi portal baja tersebut adalah :
1. q
1
= dead load (beban mati sudah termasuk berat sendiri) yang bekerja = 1,2 tm.
2. q
2
= dead load (beban mati sudah termasuk berat sendiri) yang bekerja = 0,5 tm.
3. P
V1
= life looad (beban hidup/beban terpusat) = 1 t x
Dimana = koefisien kejut
1.6310
8 50
25
1,2
m 8 l dan ,
l 50
25
1,2
=

+
+ =
=

+
+ =

P
V1
= 1 x 1,6310 = 1,6310 ton

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
2












q
1
= dead load (beban mati pada lantai 1, sudah termasuk berat sendiri) yang
bekerja pada lantai 1 = 1,2 tm.
q
2
= 0,5 t/m
P
V1
= life load (beban hidup/beban terpusat) = 1 t x
Dimana = koefisien kejut
1.6310
8 50
25
1,2
m 8 l dan ,
l 50
25
1,2
=

+
+ =
=

+
+ =

P
1
= 1 x 1,6310 = 1,6310 ton
P
2
= 1 x 1,6310 = 1,6310 ton


A
B
C D
E
F
q2=0,5 t/m
q1= 1,2 t/m
P = 1,6310 t
P = 1,6310 t
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
3
1. Momen Primer
M
BE

8
p.l
12
q.l
2
=

tm 8,0310
8
8 1,6310
12
8 1,2
2
=

=

M
EB
= +8,0310 tm
M
CD

8
p.l
12
q.l
2
=

tm ,2977 4
8
8 1,6310
12
8 0,5
2
=

=

M
EB
= +4,2977 tm

2. K
AB
= K
BA
=
l
EI

=
5
EI

= 0,20 EI
3. K
BC
= K
CB
= K
DE
= K
ED
=
l
EI

=
4
EI

= 0,20 EI
4. K
BE
= K
EB
=K
CD
= K
DC
=
l
EI

=
8
EI

= 0,125 EI
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
4
DF
AB
= DF
EF
=
( )
0,3478
EI 0,125 0,25 0,20
0,20EI
=
+ +

DF
BC
= DF
ED
=
( )
0,4348
EI 0,125 0,20 0,25
0,25EI
=
+ +

DF
BE
= DF
EB
=
( )
0,2174
EI 0,20 0,25 0,125
0,125EI
=
+ +

DF
CB
= DF
DE
=
( )
0,6667
EI 0,125 0,25
0,25EI
=
+

DF
CD
= DF
DC
=
( )
0,3333
EI 0,25 0,125
0,125EI
=
+

















A
B
C D
E
F
q2=0,5 t/m
q1= 1,2 t/m
P = 1,6310 t
P = 1,6310 t
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
5
























Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
6
























Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
7













Balok CD
R
C
= R
D
=
( )
t 2,8155
2
1,6310 8 0,5
=
+

Mlapangan Balok CD = R
C
. ( . 8) - 3,7734 - (q2 . . 8)
= 2,8155 (4) 3,7734 (0,5 . 4)
= 5,4886 tm
Balok BE
R
B
= R
E
=
( )
t 5,6155
2
1,6310 8 1,2
=
+

Mlapangan Balok BE = R
B
.( . 8) - 7,1946 - (q1 . . 8)
= 5,6155 (4) 7,1946 (1,2 . 4)
= 10,4674 tm
A
B
C D
E
3,7734 tm
C
3,7734 tm
3,7734 tm 3,7734 tm
D
4,3960 tm 4,3960 tm
2,7985 tm
1,3993 tm
2,7985 tm
1,3993 tm
q2 = 0,5 tm
P = 1,6310 t
P = 1,6310 t
F
7,1946 tm 7,1946 tm
q1 = 1,2 tm
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
8
Hasil Momen Ekstrim dari Kombinasi Pembebanan Pada Portal
Balok
Balok Momen Ekstrim

BE

M
BE
= -7,1946 tm
M
EB
= +7,1946 tm
M Lapangan = 10,4674 tm

CD

M
CD
= -3,7734 tm
M
DC
= +3,7734 tm
M Lapangan = 5,4886 tm

Kolom
Kolom Momen Ekstrim
AB M
BA
= 2,7985 tm
M
AB
= 1,3993 tm
BC M
BC
= 4,3960 tm
M
CB
= 3,7734 tm
DE M
DE
= -3,7734 tm
M
ED
= -4,3960 tm
EF M
EF
= -2,7985 tm
M
FE
= -1,3993 tm




Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
9
Data Profil :
Untuk Balok : IWF 600 x 200 x 11 x 17
B = 200 mm
h = 600 mm
t1 = 11 mm
t2 = 17 mm

Untuk Kolom : IWF 600 x 200 x 11 x 17
B = 200 mm
h = 600 mm
t1 = 11 mm
t2 = 17 mm




Rencana Sambungan di titik B
Pada Balok BE
M Lapangan = M Maksimum yang terjadi = 10,4674 tm





200
6
0
0
11
17
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
10
























Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
11
A. Perencanaan Sambungan Baut
Penyelesaian
Mutu Baja Struktural : BJ37 (Fu 370 Mpa dan Fy = 240 Mpa)
Mutu Baut: A325M (Baut mutu tinggi)
baut = 16 mm (Tipe M16)
lubang = 18 mm (Lubang standar)
Beban P = 104,674 KN dan e = 200 mm

1. Perencanaan Baut A
Kuat Geser Baut (1 baut dengan 2 bidang geser)
N 66377,14

R
.2
2,00
.16 . (330).(1/4

R
.2

.A F

R
nv
2
nv
b nv nv
=


Jumlah baut a yang dibutuhkan, baut 1,1264
66377,14
,4) (104.674/1
/ R
P/1,4
n
nv
= = =
Diambil n = 6 baut
N 17445,67
6
104674
Pc = =
Pex = 0 dan Pey = 17445,67 N
M = (104674/1,4).(200) = 14.953.428,57 Nmm



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
12
Baut y (mm) x (mm) x
2
+y
2
(mm
2
) P
mx
(N) P
my
(N)
1 54 0 2916 46152,56 0,00
2 54 0 2916 46152,56 0,00
3 54 0 2916 46152,56 0,00
4 -54 0 2916 -46152,56 0,00
5 -54 0 2916 -46152,56 0,00
6 -54 0 2916 -46152,56 0,00

) y (x
2 2
+
17496

Dengan
) y (x
M.x
P dan
) y (x
M.y
P
2
my
2 2
mx
2
+
=
+
=
Baut P
ex
(N) P
mx
(N) P
x
(N) P
cy
(N) P
my
(N) Py P (N)
1 0 46152,56 46152,56 17445,67 0,00 17445,67 49339,74
2 0 46152,56 46152,56 17445,67 0,00 17445,67 49339,74
3 0 46152,56 46152,56 17445,67 0,00 17445,67 49339,74
4 0 -46152,56 -46152,56 17445,67 0,00 17445,67 49339,74
5 0 -46152,56 -46152,56 17445,67 0,00 17445,67 49339,74
6 0 -46152,56 -46152,56 17445,67 0,00 17445,67 49339,74

Dengan
( ) ( )
my cy y
mx cx x
2
y
2
x
P P P
dan
P P P
P P P
+ =
+ =
+ =

Jadi Pgeser maksimum pada baut = 49339,74 N < 66377,14 NOK!!!
Untuk menentukan Kuat desain baut terhadap tumpu, gunakan diameter lubang = 18
mm


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
13
Untuk jarak lubang terdekatt dengan tepi, digunakan jarak tepi Le = 25 mm, sehingga:
mm 6 1 9 - 25
2
18
- Le Le = = =
Karena Lc < 2. baut (32 mm), kuat tumpu:
3552.t
2,00
t).(370) 1,2.(16).(

R

) .t.F 1,2.(L

R
n
u c n
= =
=

2 profil siku 7104.t 3552.t 2

R
n
= =
maksimum geser
n
P

R

7104.t 49339,74
t 6,9453 mm
Diambil tebal profil siku, t = 7 mm. Jadi tebal profil siku yang digunakan adalah 7 mm
dan sesuai dengan tabel baja, profil yang digunakan adalah 35 x 35 x 7
) (OK! N......... 49339,74 N 49728

R
2,00
14).(370) 1,2.(16).(

R

) .t.F 1,2.(L

R
n
n
u c n
> =
=
=

Periksa juga:
) (OK! N......... 49339,74 N 99456

R
2,00
14).(370) 2,4.(16).(

R

) 2,4.d.t.F

R
n
n
u n
> =
=
=


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
14

Periksa jarak antar baut sebesar 54 mm atau 3.
lubang
:
Lc = 54 -
lubang
= 54 18 = 36 mm
) (OK! N......... 49339,74 N 111888

R
2,00
14).(370) 1,2.(36).(

R

) .t.F 1,2.(L

R
n
n
u c n
> =
=
=

Periksa juga:
) (OK! N......... 49339,74 N 99456

R
2,00
14).(370) 2,4.(16).(

R

) 2,4.d.t.F

R
n
n
u n
> =
=
=

Jadi, jarak antar baut 54 mm telah memenuhi syarat.











Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
15
2. Perencanaan Baut B
Kuat geser 1 baut = R
nv
= F
nv
.Ab
N 6 , 3188 3

R
2,00
.16 . (330).(1/4

R
.

.A F

R
nv
2
nv
b nv nv
=


Jumlah Baut, baut 2,2528
33188,6
104674/1,4
/ R
/1,4 P
n
nv
u
= = =
Dipakai n = 8 baut B, dengan 4 baut pada tiap siku.
N 13084,25
8
104674
P
e
= = P
ex
= 0 dan P
ey
= 13084,25 N
M = M = (104674/1,4).(200) = 14.953.428,57 Nmm
Panjang profil siku untuk baut b dianggap sama untuk baut a yaitu =
25 + 54 + 54 + 54 + 54 + 54 + 25 = 320 mm
Ditetapkan susunan baut sebagai berikut:
y 2L 35x35x7


x





25
39.5 21
135
21 39.5
25
135
320.
5
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
16
Baut y (mm) x (mm) x
2
+y
2
(mm
2
) P
mx
(N) P
my
(N)
1 135 21 18666 26413,26 4108,73
2 0 21 441 0,00 4108,73
3 135 21 18666 26413,26 4108,73
4 0 21 441 0,00 4108,73
5 0 21 441 0,00 4108,73
6 -135 21 18666 -26413,26 4108,73
7 0 21 441 0,00 4108,73
8 -135 21 18666 -26413,26 4108,73

) y (x
2 2
+
76428

Dengan
) y (x
M.x
P dan
) y (x
M.y
P
2
my
2 2
mx
2
+
=
+
=
Baut P
ex
(N) P
mx
(N) P
x
(N) P
cy
(N) P
my
(N) Py P (N)
1 0 26413,26 26413,26 13084,25 4108,73 17192,98 31516,01
2 0 0,00 0,00 13084,25 4108,73 17192,98 17192,98
3 0 26413,26 26413,26 13084,25 4108,73 17192,98 31516,01
4 0 0,00 0,00 13084,25 4108,73 17192,98 17192,98
5 0 0,00 0,00 13084,25 4108,73 17192,98 17192,98
6 0 -26413,26 -26413,26 13084,25 4108,73 17192,98 31516,01
7 0 0,00 0,00 13084,25 4108,73 17192,98 17192,98
8 0 -26413,26 -26413,26 13084,25 4108,73 17192,98 31516,01

Dengan
( ) ( )
my cy y
mx cx x
2
y
2
x
P P P
dan
P P P
P P P
+ =
+ =
+ =

Jadi Pgeser maksimum pada baut = 31516,01 N < 33188,6 NOK!!!
Untuk menentukan Kuat desain baut terhadap tumpu, gunakan diameter lubang = 18
mm

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
17
Untuk jarak lubang terdekat dengan tepi, digunakan jarak tepi Le = 25 mm, sehingga:
mm 6 1 9 - 25
2
18
- Le Le = = =
Karena Lc < 2. baut (32 mm), kuat tumpu:
3552.t
2,00
t).(370) 1,2.(16).(

R

) .t.F 1,2.(L

R
n
u c n
= =
=

maksimum geser
n
P

R

3552.t 31516,01
t 8,8728 mm
Diambil tebal profil siku, t = 10 mm. Jadi tebal profil siku yang digunakan adalah 10
mm dan sesuai dengan tabel baja, profil yang digunakan adalah L 55 x 55 x 10
) (OK! N......... ,01 31516 N 35520

R
2,00
10).(370) 1,2.(16).(

R

) .t.F 1,2.(L

R
n
n
u c n
> =
=
=

Periksa juga:
) (OK! N......... 31516,01 N 71040

R
2,00
10).(370) 2,4.(16).(

R

) 2,4.d.t.F

R
n
n
u n
> =
=
=




Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
18
B. Perencanaan Sambungan Las
Penyelesaian
Mutu baja struktural BJ37 (Fu = 370 Mpa dan Fy = 240 Mpa)
Kelas elektroda las = E90xx = 90 ksi = 620 Mpa
Beban P = 104,674 KN dan e = 200 mm
P
DL
= N 74767,1429
1,4
104674
1,4
P
u
= =
1. Perencanaan Las A
Direncanakan dengan menggunakan 2 siku penghubung 2L 70.70.11
Dalam soal ini, direncanakan dimensi las slot = 10 x 30 mm. Menurut AISC 2005, jarak
minimum antara las slot = 2L = 2 x 30 = 60 mm, direncanakan jarak anntara las slot =
60 mm. untuk jarak las slot ke tepi direnncanakan = 55 mm.
P
DL


fx

fy


fr fy


Tentukan titk berat konfigurasi keseluruhan struktur dengan menghitung statis momen
terhadap tepi las vertikal. Dengan statis momen,
55
60
60
60
55
20 20 10
30
x 12,712 200
e
y
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
19
(A.x) = (A).( x )
2.(t
e
).(50).(25) + 4.(30).(10).(25) = (2.t
e
.50 + te.290 + 4.(30).(10)).( x )
2500.t
e
+ 30000 = (390. t
e
+ 1200).( x )
( x )
1200 390.t
30000 2500.t
e
e
+
+
=
Direncanakan t
e
= 6 mm
x
1200 390.(6)
30000 2500.(6)
+
+
=
x = 12,712 mm
Setelah x diketahui, maka langkah selanjutnya menentukan inersia polar (Ip)
Ip= Ix + Iy
=
12
1
. t
e
.(290)
3
+ 2.(50).(t
e
).(145)
2
+ 2.(30).(10).(145-115)
2
+ 2.(30).(10).(145-55)
2
+
2.
12
1
.( t
e
).(50)
3
+ 2.(50).( t
e
).(25- x )
2
+ 290.( t
e
).( x )
2
+ 4.(30).(10).(50- x -25)
2

= 4155750.t
e
+ 5400000 + 100.t
e
.(25- x )
2
+ 1200.(25- x )
2
+ 290. t
e
.( x )
2

Dengan memasukkan nilai t
e
= 6 mm dan x = 12,712 mm
Ip = 4155750.(6) + 5400000 + 100.(6).(25-12,712)
2
+ 1200.(25-12,712)
2
+ 290.
(6).(12,712)
2

= 30887466,1 mm
4
= 30887466,1 x 10
-12
m
4

A = (2.t
e
.50 + t
e
.290 + 4.(30).(10)) = (2.(6).(50)+6.(290)+4.(30).(10))
= 3540 mm
2
= 3540 x 10
-6
m
2





Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
20
P
DL










Dalam hal ini, karena menggunakan siku ganda, maka beban P
DL
yang dipikul 1 buah
sik adalah: P
DL
= N 37383,5714
2
74767,1429
= . Tegangan yang terjadi pada komponen
las adalah:
f
y
=
2
6
DL
m
N
0 10560330,9
10 3540
37383,5714
A
P
=

=


f
y
=
2
12 -
DL
m
N
2 9538494,52
10 30887466,1
) 037 , 0 ).( 213 , 0 .( 5714 , 37383
Ip
.e.x P
Ip
T.x
=

= =
f
x
=
2
12 -
DL
m
N
,64 37380586
10 30887466,1
) 145 , 0 ).( 213 , 0 .( 5714 , 37383
Ip
.e.y P
Ip
T.y
=

= =

Penjumlahan vektor menghasilkan tegangan resuktan (fr)
fr =
2 2
) y f y (f ) x (f + +
=
2 2
) 552 , 9538494 9 , 10560330 ( ) 64 , 37380586 ( + +
= 42441383,60 N/m
2

55
60
60
60
55
20 20 10
30
e
y
Berdasarkan gambar di samping, dapat diliihat:
x = 50 12,712 = 37,288 mm = 0,0037 m
y = m 0,145 mm 145
2
290
= =
e = 200 + 12,712 = 312,712 mm = 0,213 m
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
21
A = (2.t
e
.50 + t
e
.290 + 4.(30).(10)) = (2.(6).(50)+6.(290)+4.(30).(10))
= 3540 mm
2
= 3540 x 10
-6
m
2

R
las
= A.fr
= 3540 x 10
-6
. (42441383,60)
= 150242,198 N

Berdasarkan Kekuatan Las
a) Berdasarkan kekuatan geser las
F
w
= 0,6 x F
EXX
= 0,6 x 620 = 372 Mpa
A
w
= (2.t
e
.50 + t
e
.290 + 4.(30).(10)) = (2.(6).(50)+6.(290)+4.(30).(10))
= 3540 mm
2
= 3540 x 10
-6
m
2


(OK) N...... 150242,198 R N 658440
150242,198 ) 10 ).(3540 10 .(372
2
1

R
Rlas .Fw.Aw

R
las
6 - 6 n
n
= =
=
=

mm 9 w ambil mm, 8,487
0707
6
0,707
t
w
e
= = = =







Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
22
b) Berdasarkan kekuatan material dasar
F
BM
= 0,6 x Fy = 0,6 x 240 = 144 Mpa
A
BM
= L.t + 4.(2 x 30 + 2 x 10).t t = tebal profil siku = 11 mm
= 390.(11) + 4.(2 x 30 + 2 x 10).(11)
= 7810 mm
2

= 7810 x 10
-6
m
2


(OK) N...... 150242,198 R N 7 673437,125
150242,198 ) 10 ).(7810 10 .(144
1,67
1

R
Rlas .A .F

R
las
6 - 6 n
bm bm
n
= =
=
=


Ukuran maksimum las = 11- K) mm......(O 9 w mm 9,413 25,4
16
1
= > =













Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
23
2. Perencanaan Las B
Dalam merencanakan las pada kolom, bagian yang ditinjau adalah setengah bagian.
P
DL


fx

fy


fy fr

Tentukan titik berat konfigurasi keseluruhan dengan menghitung statis momen terhadap
tepi las vvertikal. Dengan statis momen
(A.x) = (A).( x )
2.(t
e
).(70).(35) + 4.(30).(10).(35) = (2.t
e
.70 + te.290 + 4.(30).(10)).( x )
4900.t
e
+ 42000 = (430. t
e
+ 1200).( x )
( x )
1200 390.t
42000 4900.t
e
e
+
+
=
Direncanakan t
e
= 6 mm
x mm 18,889
1200 430.(6)
42000 4900.(6)
=
+
+
=




55
60
60
60
55
30
x
10
30
x
12,712
200
e
y
30
y
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
24
Setelah x diketahui, maka langkah selanjutnya menentukan inersia polar (Ip)
Ip= Ix + Iy
=
12
1
. t
e
.(290)
3
+ 2.(70).(t
e
).(145)
2
+ 2.(30).(10).(145-115)
2
+ 2.(30).(10).(145-55)
2
+
2.
12
1
.( t
e
).(70)
3
+ 2.(70).( t
e
).(35- x )
2
+ 290.( t
e
).( x )
2
+ 4.(30).(10).(35- x )
2

= 5033083,333.t
e
+ 5400000 + 140.t
e
.(35- x )
2
+ 1200.(35- x )
2
+ 290. t
e
.( x )
2

Dengan memasukkan nilai t
e
= 6 mm dan x = 18,889 mm
Ip = 5033083,333.(6) + 5400000 + 140.(6).(35-18,889)
2
+ 1200.(35-18,889)
2
+ 2
90.(6).(18,889)
2

= 36748833,33 mm
4
= 36748833,33 x 10
-12
m
4

A = (2.t
e
.70 + t
e
.290 + 4.(30).(10)) = 430. t
e
.+ 1200 = 430.(6) + 1200
= 3780 mm
2
= 3780 x 10
-6
m
2


P
DL










55
60
60
60
55
30
x
10
30
x
18,889
200
e
y
30
y
Berdasarkan gambar di samping, dapat diliihat:
x = 70 18,889 = 51,111 mm = 0,0511 m
y = m 0,145 mm 145
2
290
= =
e = 200 = 0,20 m
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
25
Dalam hal ini, karena menggunakan siku ganda maka beban P
DL
yang dipikul untuk 1
siku adalah:
N 37383,5715
2
74767,4129
P
DL
= =
Tegangan yang terjadi pada komponen las adalah:
f
y
=
2
6
DL
m
N
717 , 889833 9
10 3780
37383,5715
A
P
=

=


f
y
=
2
12 -
DL
m
N
,25 0396523 1
10 3 36748833,3
) 0511 , 0 ).( 20 , 0 .( 5715 , 37383
Ip
.e.x P
Ip
T.x
=

= =
f
x
=
2
12 -
DL
m
N
,68 29500897
10 3 36748833,3
) 145 , 0 ).( 20 , 0 .( 5715 , 37383
Ip
.e.y P
Ip
T.y
=

= =

Penjumlahan vektor menghasilkan tegangan resuktan (fr)
fr =
2 2
) y f y (f ) x (f + +
=
2 2
) 717 , 9889833 25 , 10396523 ( ) 68 , 29500897 ( + +
= 35802782,61 N/m
2


A = (2.t
e
.70 + t
e
.290 + 4.(30).(10)) = 430. t
e
+ 1200 = 430.(6) + 1200
= 3780 mm
2
= 3780 x 10
-6
m
2

R
las
= A.fr
= 3780 x 10
-6
.(35802782,61)
= 135334,5185 N



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
26
Berdasarkan Kekuatan Las
a) Berdasarkan kekuatan geser las
F
w
= 0,6 x F
EXX
= 0,6 x 620 = 372 Mpa
A
w
= (2.t
e
.70 + t
e
.290 + 4.(30).(10)) = 430. t
e
+ 1200 = 430.(6) + 1200
= 3780 mm
2
= 3780 x 10
-6
m
2

(OK) N...... 3 135334,518 R N 03080 7
,5183 35334 1 ) 10 ).(3780 10 .(372
2
1

R
Rlas .Fw.Aw

R
las
6 - 6 n
n
= =
=
=

mm 9 w ambil mm, 8,487
0707
6
0,707
t
w
e
= = = =

b) Berdasarkan kekuatan material dasar
F
BM
= 0,6 x Fy = 0,6 x 240 = 144 Mpa
A
BM
= 430.t + 4.(2 x 30 + 2 x 10).t t = tebal profil siku = 11 mm
= 430.(11) + 4.(2 x 30 + 2 x 10).(11)
= 8250 mm
2

= 8250 x 10
-6
m
2


(OK) N...... 3 135334,518 R N 2455 , 11377 7
150242,198 ) 10 ).(7810 10 .(144
1,67
1

R
Rlas .A .F

R
las
6 - 6 n
bm bm
n
= =
=
=

Ukuran maksimum las = 11- K) mm......(O 9 w mm 9,413 25,4
16
1
= > =



Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
27
C. Perencanaan Sambungan Paku Keling
Mutu Baja Struktural: BJ37 (Fu 370 Mpa dan Fy = 240 Mpa)
Mutu Paku: A325M (Paku mutu tinggi)
paku = 16 mm (Tipe M16)
lubang = 17 mm (Lubang standar)
Beban P = 104,674 KN dan e = 200 mm
Diameter paku keling setelah terpasang (d)
d = d + 1 mm
= (16 + 1) mm = 17 mm
s = 54 mm
= 5,4 cm
N 6 , 3188 3

R
2,00
.16 . (330).(1/4

R
.

.A F

R
nv
2
nv
b nv nv
=


Jumlah Baut, baut 2,2528
33188,6
104674/1,4
/ R
/1,4 P
n
nv
u
= = =
Dipakai n = 8 paku, dengan 4 baut pada tiap siku.
Luasan Pengganti
( )
1600
2400
5,4
1,7 .
4
1
2.
a
pr
bt
s
.d .
4
1
m.
a
2
2
=
=


a = 1,2610 cm

Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
28
Mencari nilai x
( )
( )
2 2 2
2 2
25,4x x 2hx h a
.D.x
2
1
x h 2.a.
1
= +
=

1,2610 (64,606
2
2 . 64,606 . x + x
2
) = 25,4 . x
2

1,2610x
2
162,9363x + 5263,33 = 25,4 x
2

24,139x
2
+ 162,9363x 5263,33 = 0
Dengan menggunakan Rumus ABC
X
1,2
=
a
ac b b
2
4 2

( ) ( )
139 , 24 . 2
33 , 5263 . 139 , 24 . 4 9363 , 162 9363 , 162
2


48,278
,269 731 162,9363
X
1,2

=
Maka dipeoleh harga x = 11,7721 cm
Maka, h x = 64,606 11,7721
=52,8339 cm

Momen Inersia
Ix atas = 1/3.a.(h-x)
3
+ 1/3.2b.x
3

= 1/3.1,2610.(64,606-11,7721)
3
+ 1/3.2.25,4.(11,7721)
3

= 89616,5838 cm
4





Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
29
Momen Tahanan
Wx atas =
( ) x h
Ix



3
cm 1696,1947
52,8339
89616,5838
=
=

M Paku (dalam luasan pengganti) = Wx atas.pr
= 1696,1947.1600
= 27,1391.10
5
kg.cm
Lihat diagram tegangan Paku yang terjadi :
Paku :
1).
2
5
kg/cm 2400
1600
2400
1696,1947
27,1391.10
a = =
2).
2
kg/cm 401 , 2212 2400
64,606
59,556
1 = =
3).
2
kg/cm 801 , 2011 2400
64,606
54,156
2 = =
4).
2
kg/cm 200 , 1811 2400
64,606
48,156
3 = =
5).
2
kg/cm 311 , 1588 2400
64,606
42,756
4 = =
6).
2
kg/cm 710 , 1387 2400
64,606
37,356
5 = =
7).
2
kg/cm 109 , 1187 2400
64,606
31,956
6 = =
8).
2
kg/cm 788 , 943 2400
64,606
25,406
7 = =
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
30
9).
2
kg/cm 751 , 683 2400
64,606
18,406
8 = =
Gaya geser yang terjadi pada masing masing Paku.
1). P
pk1
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 2212,401 = 8034,7349 kg
2). P
pk2
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 2011,801 = 7306,2197 kg
3). P
pk3
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 1811,200 = 6577,7 kg
4). P
pk4
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 1588,311 = 5768,2391 kg
5). P
pk5
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 1387,710 = 5039,7202 kg
6). P
pk6
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 1187,109 = 4311,2013 kg
7). P
pk7
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 943,788 = 3427,537 kg
8). P
pk8
= 2. . . (1,7)
2
. 0,8 . 683,751 = 2483,1656 kg

Sehingga momen yang bekerja pada Paku adalah :
M
paku
= 8034,7349(59,556) + 7306,2197(54,156) + 6577,7(48,156) +5768,2391(42,756)
+ 5039,7202(37,356) + 4311,2013(31,956) + 3427,537(25,406) +
2483,1656(18,406) + 1538,7905(11,406) + 835,6353(6,194)
= 19,19119915.10
5
kgcm
= 19, 1912 tm
Pelat dasar (tp = 22 mm) dengan Paku Keling (=17 mm) yang mendapat tarikan
Penempatan Paku
q = 70 mm = 7 cm
q = 57 mm = 5,7 cm


Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
IV -
Laporan Tugas Akhir
31
Untuk 2 baris paku :
P
pk
= P
pk1
= 8034,7349 kg
Untuk 1 baris paku :
M
pelat

=
2
tp
q .
2
P
. 6 , 0
pk

=
2
2,2
7 .
2
8034,7349
. 6 , 0
= 14221,4808 kg.cm
T


+ = + =
q
2
tp
q
0,3. 1
2
Ppk
0,8.c
2
Ppk


+ =
7 , 5
2
2 , 2
7
. 3 , 0 1
2
7349 , 8034

= 5264,8656 kg
pr
( ) s.tp
T
tp 1/6.s.
M
2
pelat
+ =
( ) 14.2,2
5264,8656
2,2 1/6.14.
14221,4808
2
+ =
= 1430,2183 kg/cm
2


Syarat :
pr = 1430,2183 kg/cm
2
< pr = 1600 kg/cm
2
.. OK !
sehingga pelat dasar dengan tp = 2,2 cm dapat dipakai
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
V - 1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari hasil analisis pada tipe sambungan yang dilakukan, dapat diperoleh data
sebagai berikut :
a. Baut :
Sambungan Baut memiliki jumlah 8 buah baut
Tegangan Geser pada baut =66377,14 N
Tegangan Tumpu pada baut =111888 N
b. Las :
Sambungan Las memiliki tebal las 9 mm dan panjang las 430 mm
Tegangan Geser pada las =658440 N
Tegangan Tumpu pada las =673437,1257 N
c. Paku Keling :
Sambungan Paku memiliki jumlah 8 buah paku.
Tegangan Geser pada las =80347,3 N
Tegangan Tumpu pada las =271391 N




Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009
V -
Laporan Tugas Akhir
2
2. Dari ketiga jenis sambungan diatas, dapat disimpulkan bahwa sambungan Las
jauh lebih kuat dari jenis sambungan yang lain jika besar gaya yang bekerja
sama besar.
3. Sambungan yang paling efisien adalah jenis Sambungan Baut, dimana dalam
pengerjaannya dilapangan paling praktis diantara ketiga jenis sambungan yang
dibahas dan memiliki nilai kekuatan yang cukup tinggi.
4. Penganalisaan kekuatan dari sambungan balok kolom tersebut dipengaruhi
oleh jumlah, susunan dan ukuran dari baut/paku penyambung, dimensi dari pelat
penyambung, momen yang terjadi pada sambungan (akibat dari beban yang
bekerja) dan tebal dari las penyambung.

B. Saran
1. Dalam menganalisis kekakuan dari sambungan yang sebenarnya pada suatu
konstruksi bangunan baja tentunya tidak hanya dari gaya dalam, momen lentur
saja (M) yang diperhitungkan, akan tetapi gaya lintang D, gaya normal N dan
momen torsi T yang seharusnya bekerja harus juga turut diperhitungkan.
2. Sehingga disarankan supaya selanjutnya untuk penganalisaan kekakuan dari
sambungan gaya-gaya dalam yang bekerja seperti lintang D, normal N dan torsi
T juga turut diperhitungkan.
3. Pada jenis sambungan las, agar diperhatikan berapa tebal las efektif agar
konstruksi tersebut aman dan efisiensi dari tebal las dapat konomis. Sehingga
dalam penngerjaannya tidak memakan biaya yang cukup besar.
Dian Sukma Arifwan : Analisis Sambungan Portal Baja Antara Balok Dan Kolom Dengan Menggunakan Sambungan Las Dan Baut
(Studi Literatur), 2007.
USU Repository 2009

You might also like