You are on page 1of 12

TUGAS MAKALAH

STOMATITIS

Disusun Oleh : Deborah Josephine Theresia G 99121010

KEPANITERAAN KLINIK LAB/UPF FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET/RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN

Stomatitis atau lebih dikenali oleh masyarakat awam dengan sariawan merupakan salah satu penyakit yang ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling sering terjadi.Stomatitis merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai oleh dokter gigi diseluruh dunia sehingga dihasilkan beberapa penelitianpenelitian yang berhubungan dengan stomatitis. Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena SAR cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan

meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian. Hasil dari beberapa penelitian menemukan bahwa gangguan psikologis seperti stres dan ansietas dapat berperan dalam permulaan dan berulangnya lesi stomatitis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. DEFINISI Stomatitis atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. B. ETIOLOGI Sampai saat ini penyebab utama dari stomatitis belum diketahui dengan pasti. Namun para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan ini, diantaranya berasal dari keadaan dalam mulut seperti, kebersihan mulut yang kurang, letak susunan gigi/ kawat gigi, makanan /minuman yang panas dan pedas, rokok, pasta gigi yang tidak cocok, lipstik, infeksi jamur, overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan), luka pada bibir akibat tergigit/benturan. Bagian dari penyakit sistemik antara lain, reaksi alergi, hormonal imbalance, stres mental, kekurangan vitamin B12 dan mineral, gangguan pencernaan, radiasi, infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan ini. Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut. Imunologik sangat erat hubungannya dengan psikologis (stress). Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya stomatitis (sariawan) di sebagian besar masyarakat. C. PATOGENESIS Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bakteri dan jamur dari kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur buat organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada infeksi lokal 3

dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami atropi, kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis).

D. KLASIFIKASI 1. Stomatitis Primer, meliputi : a. Recurrent Aphtouch Stomatitis (RAS) Merupakan ulcer yang terjadi berulang. Bentuknya 2 5 mm, awal lesi kecil, dan berwarna kemerahan. Akan sembuh 2 minggu tanpa luka parut. b. Herpes Simplek Stomatitis Stomatitis yang disebabkan oleh virus. Bentuknya menyerupai vesikel. c. Vincents Stomatitis Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu B. Flora. Bentuk stomatitis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival. d. Traumatik Ulcer Stomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi lebih jelas, dan nyeri tidak hebat. 2. Stomatitis Sekunder, merupakan stomatitis yang secara umum terjadi akibat infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten baik lokal maupun sistemik. 3. DIAGNOSIS Penegakkan diagnosis dapat diambil dari data riwayat dan pemeriksaan sistematis pasien yang dapat membedakan stomatitis dengan lesi akut primer atau lesi multiple kronis. Harus diketahui etiologi jelasnya apakah dari kelainan darah, gejala sistemik, stress, atau hormonal. Selain itu sebaiknya dihubungkan juga dengan penyakit connective-tissue, dan perubahan kadar Fe, folat, dan Vitamin B12. Pemeriksaan secara visual, palpasi, dan tanda-tanda

klinis efektif dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan apabila diagnosis masih meragukan, ulser bertambah parah, dan mengarah kepada keganasan

4.

PENATALAKSANAAN Pertama-tama, praktisi kesehatan sebaiknya menghilangkan faktor predisposisi yang diduga mengakibatkan lesi. Jenis pengobatan yang

diberikan terhadap stomatitis adalah berdasarkan tingkat keparahan dari ulser itu sendiri. Pada kasus ringan dapat dipakai obat topikal seperti penggunaan obat kumur antiseptik, karena kasus ringan dapat diakibatkan dari kebersihan mulut yang buruk. Apabila masih belum reda dapat ditambahkan pengobatan dengan antibiotik, kortikosteroid, dan obat anestesi.

5.

PENATALAKSANAAN Pertama-tama, praktisi kesehatan sebaiknya menghilangkan faktor predisposisi yang diduga mengakibatkan lesi. Jenis pengobatan yang

diberikan terhadap stomatitis adalah berdasarkan tingkat keparahan dari ulser itu sendiri. Pada kasus ringan dapat dipakai obat topikal seperti penggunaan obat kumur antiseptik, karena kasus ringan dapat diakibatkan dari kebersihan mulut yang buruk. Apabila masih belum reda dapat ditambahkan pengobatan dengan antibiotik, kortikosteroid, dan obat anestesi.

BAB III ILUSTRASI KASUS

A. ANAMNESIS 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat 2. Keluhan Utama : Nn. N : 23 tahun : Perempuan : Islam : Pelajar : Kalitan, Surakarta : Terdapat sariawan pada bibir bagian bawah

3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan sariawan pada bibir bawah bagian dalam 3 hari yang lalu. Pasien suka menggigiti bagian dalam bibir bawah sehingga menonjol dari permukaan sekitar. Pada saat dipakai makan, daerah tersebut tergigit sehingga lama-kelamaan terasa perih. Terasa sakit saat makan makanan asam, pedas dan bila sikat gigi sering berdarah, sertasakit tergesek-gesek gigi. Pasien jarang mengalami sariawan. Rasa perih berkurang saat minum air dingin. Pasien belum pernah melakukan pengobatan apapun terhadap sariawan tersebut. Tidak ada gejala lain yang

menyertai. Pasien mengaku kurang mengkonsumsi sayuran dan buahbuahan serta sering makan makanan pedas. Pasien sering mengkonsumsi multivitamin, namun selama satu bulan terakhir belum mengkonsumsi lagi. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit serupa Riwayat hipertensi Riwayat asma Riwayat diabetes mellitus 5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit serupa Riwayat. hipertensi Riwayat diabetes mellitus Riwayat alergi 6. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok Riwayat alkohol Riwayat olahraga : (-) : disangkal : (+) : adik dan ibu pasien : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: compos mentis, baik. Tanda Vital: 1. 2. 3. 4. Tekanan Darah Frekuensi Nadi Respirasi Suhu : 110/70 mmHg : 82 kali/menit, reguler : 17 kali/menit : 36,4 C : mukosa labial terdapat ulser ovoid berwarna putih

Px Cavum oris

dengan tepi kemerahan, diameter 2,5 mm. Px Kepala dan Leher Px Thoraks Px Abdomen : normal : normal : normal

Px Ekstremitas

: normal

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG Radiologi Laboratotium darah Mikrobiologi : tidak dilakukan : tidak dilakukan : tidak dilakukan

D. DIAGNOSIS Stomatitis E. TUJUAN TERAPI Terapi pada stomatitis ditujukan pada kebersihan oral. Berdasarkan etiologi dan patofisiologi kebersihan oral yang buruk akan menimbulkan stomatitis. Jadi pengobatan yang ditujukan pada kasus ini adalah menggunakan obat kumur untuk mengatasi oral hygene yang buruk dan penggunaan antibiotik untuk mengatasi bakteri penyebab stomatitis. F. TERAPI RSUD dr. MOEWARDI 23 Mei 2013

R/ Betadine gurgle lag 6 dd garg 1

No. I

R/ FG Troches tab 4 dd tab I

No. V

Pro : Nn. N (23 tahun)

BAB IV PEMBAHASAN

1. BETADINE GURGLE Betadine gargle mempunyai nama generik povidone iodine yang merupakan antiseptik. Povidone iodine adalah kompleks iodin, yang membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan spora bakteri. Oleh karena itu dapat digunakan untuk mengobati infeksi oleh karena mikroorganisme. Obat kumur povidone iodine digunakan untuk mengobati infeksi mulut dan tenggorokan, seperti stomatitis dan ginggivitis. Hal ini juga digunakan untuk menjaga kebersihan mulut, untuk membunuh mikroorganisme sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut yang bertujuan untuk mencegah infeksi. Komposisi Povidone Iodine 1%. Indikasi Untuk pengobatan infeksi akut mukosa mulut dan faring, misalnya radang gusi dan luka pada mukosa mulut. Untuk kebersihan mulut sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut. Dosis

Dewasa dan anak lebih dari 6 tahun Untuk obat kumur a. Larutkan atau encerkan dengan volume yang sama dengan air. b. Kumur atau bilas hingga 10 ml selama 30 detik tanpa ditelan. c. Ulangi sampai 6 kali sehari, sampai 14 hari berturut-turut. Peringatan Tidak digunakan untuk orang-orang yang alergi terhadap yodium. Tidak digunakan untuk ibu hamil dan menyusui.

2. FG TROCHES FG troches mengandung Fradiomisin sulfat 2,5 mg dan Gramisidin S HCL 1 mg. Fradiomisin dan gramisidin adalah antibiotic dengan cara kerja sebagai bakterisid. Antibiotik ini efektif digunakan pada stomatitis yang disebabkan oleh bakteri streptococcus dan staphylococcus. Indikasi pemberian bila terdapat gingivitis, stomatitis, dan faringitis. FG troches merupakan tablet hisap yang dapat diberikan 3-5 kali dalam 1 hari. Efek samping yang dapat ditimbulkan berupa mual, anoreksia, dan gangguan gastrointestinal.

10

BAB V KESIMPULAN

Stomatitis adalah lesi mukosa rongga mulut yang paling sering terjadi, ditandai dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut pasien dengan tanpa adanya gejala dari penyakit lain. Faktor predisposisi dapat berupa trauma, defisiensi nutrisi, stres, gaya hidup dan alergi.Terapi yang diberikan

adalah memberikan betadine gargle dan FG troches sebagai antiseptik untuk mencegah infeksi pada lesi dan mempercepat proses penyembuhan.

11

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Estuningtyas, A., dan Azalia A. 2007. Obat Lokal dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Istiantoro, Y. H., dan Vincent H. S. G. 2007. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wilmana, P. F., dan Sulistia G. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

12

You might also like