You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBIASAN PADA PRISMA

OLEH:
KHOTIMATUR ROHMAH

( 113654049)

WIDYA LESTARI

( 113654204 )

RAHMAWATI

( 113654211 )

SITI UMAMAH

( 113654212 )

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN SAINS
2014

ABSTRAK
PEMBIASAN PADA PRISMA
Percobaan yang berjudul pembiasan pada prisma bertujuan untuk mengetahui
hubungan besarnya sudut datang dengan sudut deviasi (penyimpangan) serta besarnya sudut
deviasi minimum. Percobaaan ini dilakukan dengan meletakkan dua buah prisma yang
memiliki sudut (60 dan 45) di atas kertas putih, kemudian menancapkan dua jarum
pentul di (A dan B) di satu sisi. Selanjutnya, diletakkan jarum pentul di sisi yang lain (C dan
D) sedemikianhingga empat jarum tersebut tampak segaris. Selanjutnya, mengukur sudut
datang (i), sudut bias sinar meninggalkan prisma (r), dan () sudut pembias prisma. Dari
pengukuran tersebut dapat ditentukan sudut deviasi () dan sudut deviasi minimum (m)
untuk dua prisma yang berbeda yakni prisma dengan sudut =45o sudut yang digunakan
adalah 20o, 25o, 30o, 35o , 40o dan untuk prisma dengan sudut =60o sudut yang digunakan
adalah 30o, 35o, 40o, 45o, 50o. Dari hasil percobaan didapatkan hasil sudut deviasi pada
prisma dengan sudut pembias 45o adalah (38,6 21,26)o dan sudut deviasi pada prisma
dengan sudut pembias 60o sebesar (15,6 8,17)o hasil ini belum menunjukkan sudut deviasi
minimum (m). Kemudian didapatkan juga hubungan antara sudut sinar datang dan sudut
deviasi, yakni sudut deviasi () mencapai nol ketika deviasi minimum dan nilainya akan
semakin besar ketika sudut sinar datang lebih besar / lebih kecil dari sudut sinar datang
yang mengalami deviasi minimum. . Uraian tersebut menunjukkan bahwa hasil percobaan
ini tidak sesuai dengan teori yaitu nilai sudut deviasi minimum (m) untuk sudut pembias 45o
dan 60o berturut-turut adalah 22,5o; 30o. Ketidaksesuaian ini dikarenakan kurang jeli dan
telitinya mata pengamat untuk mengamati sudut bias yang dihasilkan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu sifat cahaya adalah dapat mengalami pembelokan ketika melalui
medium yang memiliki indeks bias yang berbeda. Pembelokan cahaya ini dapat diamati
dengan menggunakan prisma. Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang
datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian
disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada
bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Prisma digunakan untuk analisis pembiasan, pemisahan, maupun pemantulan
cahaya. Benda optik ini dapat memisahkan cahaya putih menjadi cahaya warna-warni
(warna pelangi) yang menyusunnya yang sering disebut dengan spektrum. Prisma
banyak digunakan dalam instrumen stereoskopik dengan memanfaatkan pembiasan
cahaya pada prisma untuk memberikan efek tiga dimensi dalam visualisasi grafis. Dalam
peristiwa pembiasan ini kita dapat menetukan berapakah sudut deviasi dan indeks bias
prisma.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Bagaimana hubungan besarnya sudut datang dengan sudut deviasi (penyimpangan)


pada percobaan Pembiasan pada Prisma?

2.

Berapakah besarnya sudut deviasi minimum pada percobaan Pembiasan pada


Prisma?

C. TUJUAN
1.

Mengetahui hubungan besarnya sudut datang dengan sudut deviasi (penyimpangan)


pada percobaan Pembiasan pada Prisma.

2.

Mengetahui besarnya sudut deviasi minimum pada percobaan Pembiasan pada


Prisma.

BAB II
DASAR TEORI
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar
datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan
dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan
dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati
garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari
udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal,
sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara.
Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari
arah semula.

Gambar 1. Pembiasan Cahaya pada Prisma.

Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami
dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar
keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya
sinar.

Jadi, sudut deviasi dirumuskan sebagai:

di mana :

: sudut deviasi

i1

: sudut datang pada prisma

r2

: sudut bias sinar meninggalkan prisma

: sudut pembias prisma, yaitu i2 (sudut datang permukaan kedua) + r1 (sudut


bias permukaan pertama)

Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma.
Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil.
Sudut deviasi akan mencapai minimum (m atau = 0) jika sudut datang cahaya
ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas
cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki,
sehingga berlaku: i1 = r2 = i (dengan i adalah sudut datang cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r
(dengan r adalah sudut bias cahaya memasuki prisma). Oleh karena itu, persamaan sudut
deviasi di atas dapat dituliskan kembali dalam bentuk:

Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku:

dengan :
n1 = indeks bias medium di sekitar prisma
n2 = indeks bias prisma
= sudut pembias prisma
Dm = sudut deviasi minimum prisma

Untuk sudut pembias prisma kecil ( < 15o) maka berlaku sin ( + Dm) = ( +
Dm) dan sin = Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan :

Selain itu, sudut deviasi minimum juga bisa terjadi jika i 2 = r1, maka dari rumus sudut
pembiasan prisma dapat ditulis kembali sebagai berikut:

BAB III
METODE PERCOBAAN

A.

ALAT DAN BAHAN

1.

Prisma sama sisi (60o)

1 buah

2.

Prisma siku-siku

1 buah

3.

Kertas HVS

10 lembar

4.

Jarum

4 buah

5.

Busur

1 buah

6.

Mistar

1 buah

7.

Scientific Calculator

1 buah

8.

Styrofoam (30 x 30 cm)

1 buah

B.

VARIABEL YANG DIGUNAKAN

a.

Variabel kontrol: sudut pembias prisma ()


Definisi operasional

: prisma yang digunakan dalam percobaan ini dua buah dengan

sudut bias 60o dan 45o.


b.

Variabel manipulasi

: sudut datang (i)

Definisi operasional

: sudut datang (i) untuk sudut pembias 45o meliputi sudut 20o,

25o, 30o, 35o , 40o, dan sudut datang (i) untuk sudut pembias 60o meliputi sudut 30o, 35o,
40o, 45o, 50o.
c.

Variabel respon : sudut deviasi ()


Definisi operasional

: Deviasi merupakan besarnya sudut pembelokan arah.

C.

RANCANGAN PERCOBAAN
Garis normal

A
i
B

Kaca Prisma
C

Garis normal

Langkah kerja
1. Meletakkan prisma di atas kertas putih, kemudian menancapkan dua jarum pentul di A
dan B di satu sisi. Selanjutnya diletakkan jarum pentul di sisi yang lain (C dan D)
sedemikian sehingga empat jarum tersebut tampak segaris. Bila tersedia Ray-box, sinar
diarahkan pada salah satu sisi, sedang sinar yang keluar dari prisma dapat diamati dari
sisi yang lain.
2. Menggaris tepi-tepi prisma, kemudian prisma diangkat dan posisi jarum-jarum tadi
dihubungkan. Bila tersedia Ray-box, menggaris berkas sinar dilakukan sebelum prisma
diangkat.
3. Menggulangi langkah 1 dan 2 tersebut untuk kondisi yang berbeda, selanjutnya untuk
setiap kondisi diukur i,r,, dan m. Dari data tersebut selanjutnya ditentukan sudut
defiasi minimumnya.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS

A.

DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Hasil pengamatan sudut bias.
( 1 )o

( r2 1 ) o

( 1 )o

20

65

45

25

25

45

30

50

45

35

63

45

40

65

45

30

40

60

35

35

60

40

30

60

45

43

60

10

50

30

60

No.
Percobaan

B.

ANALISIS
Pada percobaan pembiasan pada prisma ini pertama-tama kami menentukan
sudut deviasi minimum prisma dengan sudut pembias () 45 o dan 60o dengan
mengunakan rumus:

Kemudian didapatkan m untuk sudut pembias 45o dan 60o berturut-turut adalah
22,5o; 30o. Sehingga kami mengujikan sudut sinar datang yang tidak terlalu jauh dari sudut
deviasi minimum. Hal ini dikarenakan, sudut deviasi akan mencapai minimum (m atau =
0) ketika sudut sinar datang besarnya sama dengan sudut sinar bias yang meninggalkan
prisma.
Dari percobaan tersebut didapatkan sudut sinar bias (r) pada sudut pembias () 45 o
dan 60o seperti yang telah disajikan pada tabel pengamatan (tabel 1.). Setelah didapatkan
data tersebut, kemudian kami mencari sudut deviasi menggunakan rumus:

Besarnya sudut deviasi hasil perhitungan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Besarnya sudut deviasi hasil perhitungan.
No.
Percobaan

( 1 )o

( 1 )o

hitung
(o)

1.

20

45

40

2.

25

45

3.

30

45

35

4.

35

45

53

5.

40

45

60

6.

30

60

10

7.

35

60

10

8.

40

60

10

9.

45

60

28

10.

50

60

20

Jika dilihat dari besarnya sudut sinar datang dan sinar bias (tabel 1.), sinar datang
mengalami defiasi minimum ( i = r ) di sudut 25 o pada sudut pembias 45O dan sinar datang
mengalami defiasi minimum di sudut 35o pada sudut pembias 60O.
Tetapi jika dilihat dari besarnya sudut deviasi hasil perhitungan (tabel 2.), sinar
datang mengalami defiasi minimum ( i = r ) di sudut 25 o pada sudut pembias 45O dan sinar
datang mengalami defiasi minimum di sudut 30o, 35o,dan 40o pada sudut pembias 60O.

C. DISKUSI
Pada praktikum ini terjadi pembiasan / pembelokan arah sinar datang oleh prisma,
berkas sinar yang terbentuk ( r1 ) mendekati garis normal. Sinar tersebut dibiaskan lagi
oleh udara ketika sinar akan keluar dari prisma dan membentuk berkas sinar bias baru
yang berbelok arahnya ( r2 ).
Data hasil pengamatan diperoleh sudut deviasi dan sudut deviasi minimum pada
sudut pembias 45o dan 60o. Tetapi terdapat perbedaan antara sudut deviasi minimum
yang diperoleh dari pengamatan hubungan sudut sinar datang dan sudut sinar bias (i = r 2)
dengan sudut deviasi minimum yang diperoleh dari hasil perhitungan. Perbedaan
semakin terlihat ketika perhitungan sudut deviasi minimum dari sudut-sudut yang
didapat tidak sama dengan nol (m atau = 0). Perbedaan nilai tersebut dipengaruhi oleh
kurang fokusnya pandangan dalam menentukan pembentukan bayangan sehingga
mempengaruhi besarnya pergeseran sinar.
Dari penjelasan di atas, menunjukkan kami belum mendapatkan sudut deviasi
minimum dari sudut pembias 45o dan 60o. Data yang kami peroleh hanya menunjukkan
sudut deviasi dari beberapa sudut sinar datang dan belum membuktikan bahwa sudut
deviasi minimum (m) untuk sudut pembias 45o dan 60o berturut-turut adalah 22,5o; 30o.

Dari data yang kami peroleh selama percobaan dapat diketahui hubungan antara
sudut sinar datang dan sudut deviasi, yakni sudut deviasi () mencapai nol ketika deviasi
minimum dan nilainya akan semakin besar ketika sudut sinar datang lebih besar / lebih
kecil dari sudut sinar datang yang mengalami deviasi minimum.
Setelah didapatkan sudut deviasi () pada tabel 2., maka dapat diketahui sudut
deviasi pada prisma dengan sudut pembias 45o adalah (38,6 21,26)o dan sudut deviasi
pada prisma dengan sudut pembias 60o sebesar (15,6 8,17)o. Uraian tersebut
menunjukkan bahwa hasil percobaan ini belum mendapatkan sudut deviasi minimum
(m) untuk prisma dengan sudut pembias 45o dan 60o.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari percobaan Pembiasan pada Prisma dapat diambil kesimpulan sudut deviasi
pada prisma dengan sudut pembias 45o adalah (38,6 21,26)o dan sudut deviasi pada
prisma dengan sudut pembias 60o sebesar (15,6 8,17)o dan belum menunjukkan sudut
deviasi minimum (m). Dari percobaan ini juga didapatkan hubungan antara sudut sinar
datang dan sudut deviasi, yakni sudut deviasi () mencapai nol ketika deviasi minimum
dan nilainya akan semakin besar ketika sudut sinar datang lebih besar / lebih kecil dari
sudut sinar datang yang mengalami deviasi minimum.

B. SARAN
Dalam percobaan ini diperlukan kejelian dan ketelitian mata pengamat untuk
mengamati sudut bias yang dihasilkan. Dalam percobaan ini disarankan pengamat yang
bertugas melihat sudut bias tidak bergantian, yakni seseorang dari anggota kelompok
yang kemampuan melihatnya bagus, karena kemampuan melihat dari tiap orang
berbeda sehingga apabila lebih dari satu orang pengamat yang bertugas melihat sudut
bias dikhawatirkan akan mempengaruhi sudut bias yang diamati.

LAMPIRAN
= 450
NO

d (rata2 )

d2

40

-1,4

1,96

33,6

1128,96

35

3,6

12,96

53

-14,4

207,36

60

-21,4

457,96

= 193

d2= 1089,2

rata2 =

f =

= 38,6

=
= 21,26

= (38,6 21,26)0
Ketidakpastian =

x 100% = 55%

Ketelitian = 100% - 55% = 45%

= 600
NO

d (rata2 )

d2

10

5,6

31,36

10

5,6

31,36

10

5,6

31,36

28

-12,4

153,76

20

-4,4

19,36
d2= 267,2

= 78

rata2 =

f =

= 15,6

=
= 8,17

= (15,6 8,17)0
Ketidakpastian =

x 100% = 52%

Ketelitian = 100% - 52% = 48%

DAFTAR PUSTAKA

Murdaka, Bambang. 2010. Fisika Dasar Listrik-Magnet, Optika, Fisika Modern untuk
Mahasiswa Ilmu Eksakta dan Teknik. YOGYAKARTA: ANDI
OFFSET.
TIPLER. PAUL A. 2001. FISIKA UNTUK SAINS DAN TEKNIK EDISI KETIGA.
JAKARTA: ERLANGGA.
Naumi

2013.

Pemantulan

Cahaya

Diakses

melalui

http://pemantulancahaya.blogspot.com/2013_05_01_archive.html. Pada
tanggal 10 Maret 2014.
Yand,

Jaya

2013

Dispersi

Cahaya

Diakses

http://yandjaya29.blogspot.com/2013/06/dispersi-cahaya.html.
tanggal 10 Maret 2014.

melalui
Pada

You might also like