You are on page 1of 6

MENILIK PROSPEK FUEL CELL SEBAGAI CALON PENGGANTI ENERGI KONVENSIONAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Muhammad Irfan Cahyo Nugroho


Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada 2013 Jalan Grafika 2 Telp (0274) 3213456 INTRODUCTION Belakangan ini, kebutuhan energi dunia meningkat drastis. Tak terkecuali di Indonesia. Tidak bias dipungkiri bahwa konsumsi bahan bakar fosil berupa bensin, solar dan sejenisnya semakin hari semakin meningkat karena jumlah mobil dan motor yang beredar di Indonesia juga semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan energi itu tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya alam untuk bahan bakarnya. Bahkan sebaliknya, sumber daya alam untuk bahan baka semakin hari semakin menipis.

Abstrak
Teknologi fuel cell merupakan teknologi ramah lngkungan yang menggunakan gas hidrogen dan oksigen sebagai bahan bakar. Teknologi ini ada beberapa klasifikasi menurut bahan elektrolitnya. Prinsip dari teknologi ini adalah mengubah energy kimia dari hidrogen dan oksigen menjadi energy lisrik. Ada beberapa keunggulan fuel cell antara lain yaitu tidak bising, lebih efisien dan mempunyai respon cepat terhadap pembakaran. Dengan beberapa keunggulan tersebut, fuel cell bila dikembangkan dengan serius akan dapat menjadi salah satu solusi permasalahan energi di Indonesia. Kata kunci : hidrogen, fuel cell PROBLEM Perkembangan teknologi fuel cell di negara-negara industri maju seperti Amerika dan Eropa dewasa ini semakin terpacu dengan semakin digalakkannya swastanisasi pembangkit listriki. Teknologi fuel cell menjanjikan pembangkit listrik yang bebas polusi udara dan limbah. Asal mulanya diaplikasikan pada teknologi ruang angkasa. Lambat laun teknologi ini akan dapat bersaing karena faktor harga dan kerapatan energinya yang dianggap dapat bersaing dengan pembangkit listrik BBM ataupun nuklir sekalipun. Hal mana amat sukar dicapai oleh tipe energi terbarukan yang lain.

Pada fuel cell ini, hidrogen dan oksigen murni digunakan untuk proses konversi listrik. Di Eropa, perkembangan teknologi fuel cell didukung oleh negara Uni Masyarakat Eropa dan berbagai pihak swasta. Demikian pula di Jepang, pengembangan teknologi fuel cell ini didukung oleh berbagai macam organisasi pemerintah maupun swasta. Realita bangsa Indonesia yang saat ini sangat membutuhkan suatu sumber energi baru yang ramah lingkungan sebagai pengganti BBM sangat harus diperhatikan. Apalagi akhir-akhir ini tingkat ekonomi Indonesia sedang dalam tahap labil. Bila semuanya hanya diam, maka keadaan bangsa ini akan semakin hancur. Maka dari itu, solusi dari fuel cell penulis anggap cocok sebagai salah satu bahan bakar alternative pengganti BBM yang efektif dan efisien. SOLUTION Fuel cell (sel bahan bakar) sebagai salah satu energi alternatif agaknya dapat menjadi pembangkit energi pada dunia otomotif dan mungkin akan bersaing bahkan akan menggeser tiga pilihan energi konvensional yang kini berkompetisi, yaitu : mesin pembakaran internal, mesin baterai isi ulang (rechargeable), dan mesin hibrida. Fuel cell adalah suatu alat untuk menghasilkan energi listrik, air dan panas, dengan cara mengoksidasi bahan bakar secara elekrokimia (Smith & Van Ness, 2001). Fuel cell mempunyai komponen-komponen sama dengan baterai, yaitu terdiri dari dua elektroda dan dipisahkan oleh elektrolit. Berbeda dengan baterai, fuel cell bukanlah alat untuk menyimpan energi, tetapi alat untuk menghasilkan energi listrik melalui reaksi elektrokimia. Energi listrik akan terus diproduksi dari reaksi secara terusmenerus selama aliran bahan bakar tetap ada. Keunggulan utama fuel cell dibandingkan pembangkit listrik konvensional adalah : -Mempunyai efisiensi tinggi dari 40% sampai 80% -Tidak menimbulkan suara bising. -Mampu menanggapi dengan cepat terhadap perubahan bahan bakar atau oksigen. Berdasarkan elektrolitnya, secara umum fuel cell dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe (jenis), yaitu : Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) Solid Polymer Electrolyte Fuel Cell (SPEFC) Kebutuhan bahan bakar fuel cell juga bergantung pada jenis elektrolit tersebut, beberapa membutuhkan gas hidrogen murni. Sehingga dibutuhkan suatu alat yang disebut reformer untuk
2

memurnikan bahan bakar hidrogen. Sedangkan pada elektrolit yang tidak membutuhkan gas hidrogen murni, dapat bekerja efisien pada temperatur tinggi. Dan pada beberapa elektrolit cair, membutuhkan tekanan tertentu untuk mendorong gas hidrogen. Bahan bakar yang biasanya menggunakan gas hidrogen bertekanan tinggi atau hidrogen cair bagi fuel cell, mulai mengalami perubahan seiring berkembangnya teknologi reformer. Sehingga tak perlu membawa tabung gas hidrogen atau hidrogen cair yang mudah meledak serta mahal. Salah satu jenis bahan bakar yang digunakan adalah metanol yang diubah reformer menjadi gas hidrogen. Teknologi reformer terbaru adalah menggunakan natrium borohidrida cair untuk menghasilkan gas hidrogen murni. Seperti yang dikembangkan perusahaan Millenium Cell. Teknologi perusahaan ini menunjukkan beberapa potensi kelebihan antara lain, natrium borohidrida (sodium borohydride/SBH) adalah material tidak mudah terbakar pada suhu dan tekanan ruang, dan tidak perlu murni dan dapat dilarutkan dengan air, sehingga mudah dibawa, dapat mengontrol produksi hidrogen, waktu beroperasi lebih lama. Katalis itu juga tidak menunjukkan kerusakan selama lebih dari 600 jam operasi reformer sehingga lebih tahan lama, gas hidrogen bebas dari produksi sulfur atau karbon, serta natrium borat yang dihasilkan dapat digunakan kembali untuk membentuk natrium borohidrida pada energi tertentu. Salah satu dari jenis fuel cell yang banyak dikembangkan adalah jenis SOFC (Solid Oxygen Fuel Cell). SOFC sangat berguna karena kemungkinannya untuk menggunakan jenis bahan bakar yang beragam. Tidak seperti jenis-jenis fuel cell yang lain yang hanya menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar, SOFC bisa berfungsi dengan hidrogen, butana, metanol, dan produk minyak bumi lainnya. Elektrolit yang biasa digunakan pada SOFC adalah YSZ (Yttrium Stabilized Zirconia). Seperti semua elektrolit fuel cell, YSZ hanya bersifat konduktif pada ionion tertentu, yaitu ion oksida, tetapi tidak bersifat konduktif pada elektron. YSZ adalah padatan yang tahan lama dan banyak berguna pada sistem industri besar. Meskipun YSZ adalah konduktor ion yang baik, tetapi ia hanya bekerja pada temperatur yang tinggi. Temperatur operasi standarnya adalah sekitar 9500 oC. Pengoperasian pada temperatur yang sebesar itu dapat memecah metana dan oksigen menjadi ion dengan mudah. Kekurangan besar dari SOFC sebagai hasil dari temperatur operasi yang besar adalah beban pada material yang digunakan sebagai interkoneksi SOFC. Kekurangan lain dari temperatur operasi SOFC adalah reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat terjadi di dalam fuel cell. Pada anode SOFC biasa terjadi penumpukkan debu karbon dan grafit. Menurut teori, efisiensi kelistrikan dapat mencapai sampai 70%. Akan tetapi, produk yang dijual di pasaran hanya mencapai efisiensi 60% atau kurang. Panas dari temperatur operasi SOFC yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan energi tambahan. Pembangkitan energi yang dikombinasikan tersebut dapat membuat operasi SOFC lebih efisien.

Penelitian mengenai SOFC saat ini mengarah kepada SOFC yang beroperasi pada temperatur yang lebih rendah yaitu 6000 oC. SOFC yang bertemperatur rendah dapat mengurangi biaya material karena penggunaan material metalik sebagai interkoneksi akan memungkinkan. Material metalik mempunyai sifat mekanik dan konduktivitas termal yang lebih baik. Penelitian saat ini sedang menuju kepada pengembangan fleksibilitas bahan bakar SOFC. Walaupun pada berbagai jenis bahan bakar hidrokarbon operasi yang stabil telah dicapai, SOFC hanya mengandalkan pemrosesan bahan bakar eksternal. Untuk bahan bakar gas alam, pemrosesan dilakukan secara internal dan eksternal dan senyawa sulfur dihilangkan. Prosesproses tersebut menambah biaya dan kompleksitas sistem fuel cell. Beberapa institut melakukan penelitian untuk mengembangkan kestabilan material anode untuk oksidasi hidrokarbon sehingga menurunkan keketatan persyaratan kualitas bahan bakar. Penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan SOFC dapat membuat SOFC mengganti peran mesin kalor suatu saat nanti. Penggantian tersebut diharapkan dapat mengurangi polusi udara dan meningkatkan efisiensi ekstraksi energi dari bahan bakar, baik bahan bakar fosil maupun bahan bakar terbarukan.

Gas hidrogen dan oksigen secara elektrokimia dikonvert menjadi air. Reaksi secara keseluruhannya adalah sebagai berikut : Anoda : H2 2 H+ + 2 eKatoda : O2 + 2 H+ + 2 e- H2O Reaksi total : H2 + O2 H2O + energi listrik + kalor Prinsip kerja fuel cell yaitu hidrogen di dalam sel dialirkan menuju sisi anoda sedangkan oksigen di dalam udara dialirkan menuju sisi katoda. Pada anoda terjadi pemisahan hidrogen menjadi elektron dan proton (ion hidrogen). Ion hidrogen ini kemudian menyebrang dan bertemu dengan oksigen dan elektron di katoda dan menghasilkan air. Elektron-elektron yang mengandung muatan listrik ini akan menuju katoda melalui jaringan eksternal. Aliran elektron-

elektron inilah yang akan menghasilkan arus listrik. Skema fuel cell diperlihatkan pada Gambar berikut.

Skema sel bahan bakar (fuel cell)

Sebagai pembangkit listrik, sifat fuel cell yang bersih dari pencemaran udara dan tidak bising, akan sangat cocok digunakan di perumahan yang padat, apartemen, dan instalasi penting. Seperti diketahui bahwa dari data yang ada sekitar 15 juta rumah tangga di Indonesia belum teraliri listrik dari PLN sampai dengan tahun 2000, dan sampai dengan 5 10 tahun mendatang diperkirakan PLN tidak akan memiliki kemampuan untuk investasi skala besar dalam memperluas jaringannya. Fuel cell sebagai pembangkit listrik akan merupakan salah satu teknologi yang berpotensi untuk diaplikasikan dalam pemenuhan kebutuhan listrik penduduk. Dengan keunggulan fuel cell yang sangat fleksibel dalam penggunaan bahan bakar, bentuknya yang modular dan mudah dioperasikan serta tidak memerlukan jaringan, maka fuel cell sangat cocok untuk diaplikasikan pada daerah terpencil. Fuel cell juga cocok diaplikasikan untuk keperluan penyediaan listrik pada sistem TV), signal lampu kereta, dan keperluan lainnya yang membutuhkan catu daya listrik yang relatif kecil. Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang banyak dicermati saat ini adalah hidrogen. Seperti diketahui bahwa hidrogen dapat berfungsi sebagai energi untuk semua kegunaan sebagaimana layaknya minyak bumi dan gas alam. Hidrogen tersedia dalam air dan senyawa organik dalam bentuk senyawa hidrokarbon. Pemotongan ikatan-ikatan kimia di dalam air akan menghasilkan hidrogen yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Hidrogen dapat dihasilkan melalui beberapa proses seperti : elektrolisa, fotoelektrokimia, fotobiologi, dan lain-lain. Hidrogen dapat pula dihasilkan dengan menggandeng sumber-sumber
5

energi terbarukan, seperti : energi air, energi surya, energi angin, dan energi panas bumi. Hidrogen yang dihasilkan dapat disimpan dalam bentuk gas atau cair, sedangkan transportasi dan distribusinya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Karena hidrogen hanya ditemukan di alam dalam bentuk senyawa, maka hidrogen harus diproduksi melalui penggunaan energi, sebelum hidrogen tersebut tersedia sebagai sumber energi. CONCLUSION Fuel cell sebagai teknologi pembangkit energi prospeknya sangat baik di masa mendatang, baik diaplikasikan pada sektor pembangkit listrik maupun di sektor strategis lain. Khusus untuk di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, teknologi ini merupakan salah satu teknologi alternatif yang sangat sesuai untuk penyediaan energi listrik. Aplikasi sistem fuel cell akan sangat menguntungkan bagi negara kita seperti : membuka lahan bisnis baru termasuk bisnis sistem pendukungnya yaitu penyediaan gas hydrogen dan LNG, menghemat devisa negara, dan mengurangi pencemaran udara di sektor transportasi. Aplikasi sistem fuel cell untuk sektor transportasi perlu diprioritaskan, karena sarana transportasi merupakan kontributor terbesar, baik dalam penggunaan BBM secara nasional maupun pencemaran lingkungan. Dimulainya penggunaan sistem fuel cell merupakan tantangan dalam menghadapi masalah global seperti faktor pencemaran lingkungan akibat penggunaan energi fosil, dan dengan adanya teknologi fuel cell dan terbatasnya sumber daya energi fosil serta pemenuhan energi untuk daerah pnggiran Indonesia yang sebagian besar masuh belum mendapatkan pasokan listrik. Di perlukan kerja keras dan keseriusan dari semua elemen bangsa untuk mewujudkan teknologi ini. DAFTAR PUSTAKA http://en.wikipedia.org/wiki/Fuel_cell http://www.fuelcells.org http://www.fuelcellenergy.com http://americanhistory.si.edu/fuelcells/basics.htm http://www.fueleconomy.gov/feg/fuelcell.shtml http://www.alternative-energy-news.info/technology/fuel-cells http://www.nfcrc.uci.edu/2/FUEL_CELL_INFORMATION/EducationalResources/Index.aspx http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1111012997&6

You might also like