You are on page 1of 113

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik

serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dan untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis. Sedangkan tujuan khususnya yaitu: 1. Mengetahui mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi pada penyakit gagal ginjal kronis. 2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis, dan dapat mengetahui intervensi keperawatan dan mengevaluasi pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis.

1.3 Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut: 1. Manfaat pengetahuan Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya, khususnya adalah keperawatan medical bedah. 2. Manfaat pendidikan Memberikan referensi mengenai pembahasan yang menyeluruh meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan gangguan pada system perkemihan yang dibahas. 3. Manfaat praktis

a. Bagi profesi Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan khususnya keperawatan medical bedah tentang penyakit gagal ginjal kronis. b. Bagi peneliti Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pembahasan dan proses keperawatan yang dilakukan pada klien dengan gangguan system perkemihan.

1.4 Metodologi Penulisan Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik itu buku maupun dari berbagai media elektronik. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan penulisan 1.3 Manfaat penulisan 1.4 Metodologi penulisan 1.5 Sistematika penulisan BAB II BAB III PEMBAHASAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448) Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812) Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin,2011; 166) Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427) 2.2 Etiologi Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.

1. Penyakit dari ginjal a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis c. batu ginjal : nefrolitiasis d. kista di ginjal : polcystis kidney e. trauma langsung pada ginjal f. keganasan pada ginjal g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur 2. Penyakit umum di luar ginjal a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi b. dyslipidemia c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis d. preeklamsi e. obat-obatan f. kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar ) 2.3 Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368) Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.

Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu: Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik. Stadium 2 (insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia). Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814) 2.4 Manifestasi Klinis Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien. Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik). Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut: a. Sistem kardiovaskuler Hipertensi Pitting edema Edema periorbital Pembesaran vena leher Friction sub pericardial b. Sistem Pulmoner Krekel Nafas dangkal Kusmaull Sputum kental dan liat c. Sistem gastrointestinal Anoreksia, mual dan muntah Perdarahan saluran GI Ulserasi dan pardarahan mulut Nafas berbau ammonia d. Sistem musculoskeletal Kram otot Kehilangan kekuatan otot Fraktur tulang

e. Sistem Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat Pruritis Kulit kering bersisik Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar f. Sistem Reproduksi Amenore Atrofi testis Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya. 2.5 Pemeriksaan Diagnostic 1. Laboratorium : a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah. b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun. c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK. e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang. f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein. g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).

h.Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase. i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal. 2. Radiology Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa. 3. IIntra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter. 4. USG Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat. 5. EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

2.6 Penatalaksanaan Medis Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi. Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi ginjal. Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dialisis Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka. 2. Koreksi hiperkalemi Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa. 3. Koreksi anemia Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner. 4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis 5. Pengendalian hipertensi Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium. 6. Transplantasi ginjal Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)

3.1 Pengumpulan data Anamnesa Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu. Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal. 1. Identitas Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat. 2. Keluhan utama Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsurangsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.

Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST ) Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time. Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obatobat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.

6. Riwayat Psikososial Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.

7. Lingkungan dan tempat tinggal Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan TTV Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat 2. Sistem Pernafasan Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi

3. Sistem Hematologi Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel. Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.

4. System Neuromuskular Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot. 5. Sistem Kardiovaskuler Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi. 6. Sistem Endokrin Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea. Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D. 7. Sistem Perkemihan Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat 8. Sistem pencernaan Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. 9. Sistem Muskuloskeletal Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),

petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan

retensi cairan dan natrium


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.


3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi,sensasi,

penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.


4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan

prosedur
5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh,

tindakan dialysis, koping maladaptif


6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3 Perencanaan Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-), produksi urine > 600ml/hr

Intervensi Kaji status cairan : a. Timbang berat badan harian b. Keseimbangan masukan dan pengeluaran c. Turgor kulit dan adanya edema d. Distensi vena leher e. Tekanan darah, denyut dan irama nadi Batasi masukan cairan

Rasional Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine, dan respon terhadap terapi

Identifikasi sumber potensial cairan : a. Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan intravena b. Makanan Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan

Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi

Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan

Bantu pasien dalam menghadapi ketidak nyamanan dalam pembatasan cairan Tingkatkan dan dorong hygiene

Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.

oral dengan sering Kolaborasi : Berikan diuretic, contoh : furosemide, spironolakton, hidronolakton

Higiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut

Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan

resikoterjadinya edema paru Adenokortikosteroid, golongan prednisone Adenokortikosteroid, golongan predison digunakan untuk menurunkan proteinuri Lakukan dialisis Dialysis akan menurunkan volume cairan yang berlebih.

2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut. Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Kriteria Hasil : Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema.

Intervensi Kaji status nutrisi : a. Perubahan berat badan b. Pengukuran antopometrik c. Nilai laboratorium (elektrolit seru, BUN, kreatinin, protein,transferin, dan kadar besi)

Rasional Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

Kaji pola diet nutrisi pasien : a. Riwayat diet b. Makanan kesukaan c. Hitung kalori

Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu

Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : a. Anoreksia, mual, atau muntah b. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien c. Depresi d. Kuran memahami pembatasan diet e. Stomatitis Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet Tingkatkan masukan protein Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet

Mendorong peningkatan masukan diet yang mengandung nilai biologis tinggi seperti : telur, produk susu, dan daging Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan

Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara waktu makan

Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk Ciptakan lingkungan yang energy, membagi protein untuk

menyenangkan selama waktu makan

pertumbuhan dan pertumbuhan jaringan Faktor yang tidak menyenangkan yang

Timbang berat badan harian

berperan menimbulkan anoreksia dihilangkan. Untuk memantau status cairan dan nutris

Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat a. Pembentukan edema

Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan c. Penurunan kadar albumin serum albumin dan protein lain, pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan b. Penyembuhan yang lambat

3. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit. Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit Kriteria Hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang Intervensi Rasional Kaji terhadap kekeringan kulit, Perubahan mungkin disebabkan oleh pruritis, ekskoriasi, dan infeksi penurunan aktivitas kelenjar keringat atau pengumpulan kalsium dan posfat pada lapisan kutaneus. Kaji terhadap adanya petekie Perdarahan yang abnormal sering dan purpura dihubungkan dengan penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia Monitor lipatan kulit dan area Area-area ini sangat mudah terjadinya

yang edema

injuri

Gunting kuku dan pertahankan Penurunan curah jantung kuku terpotong pendek dan bersih mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium / air, dan penurunan urine output.

Kolaborasi : Berikan pengobatan antipruritis sesuai pesanan. 4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis. Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi Kriteria Hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih Intervensi Rasional Mengurangi stimulus gatal pada kulit

Kaji faktor yang menimbulkan Menyediakan informasi tentang keletihan : a. Anemia b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. Retensi produk sampah d. Depresi Tingkatkan kemandirian dalam Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika indikasi tingkat keletihan

keletihan terjadi Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat

Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat

Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis yang bagi banyak pasien sangat melelahkan. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis 5. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif Tujuan : Pasien mampu mengembangkan koping yang positif Kriteria Hasil : -Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, - Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi - Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi - Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif Intervensi Rasional

Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam persepsi dan hubungan dengan derajat ketidak mampuan menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi

Identifikasi arti dari kehilangan Mekanisme koping pada beberapa atau disfungsi pada pasi pasien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang lain mengalami

koping maladaptive dan mempunyai kesulitan dalam membandingkan, mengenal, dan mengatur, kekurangan yang terdapat pada dirinya Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan Menunjukan penerimaan, dan membantu pasien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan Anjurkan orang yang terdekat untuk mengijinkan pasien melakukan sebanyakbanyaknya hal-hal untuk dirinya Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau Pasien dapat beradaptasi terhadap partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu erkembangan harga diri, serta memengaruhi proses rehabilitasi

6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan Kriteria Hasil : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya. Intervensi Rasional

Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya dan penanganannya : a. Penyebab gagal ginjal pasien b. Pengertian gagal ginjal c. Pemahaman mengenai fungsi renal d. Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal e. Rasional penanganan (hemodialisis, dialysis peritoneal, transplantasi) Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya

Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut

Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit

Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan Pasien memiliki informasi yang dapat tepat tentang : a. Fungsi dan kegagalan renal digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah

b. Pembatasan cairan dan diet c. Medikasi d. Melaporkan masalah, tanda dan gejala e. Jadwal tindak lanjut f. Sumber di komunitas g. Pilihan terapi

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) Penyebab Infeksi misalnya pielonefritis kronik Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis Penyakit vaskuler hipertensif Gangguan jaringan penambung

Gangguan kongenital dan herediter Penyakit metabolic Nefropati toksik Nefropati obstruktif Tanda dan gejala Gangguan pernafasan Udema Hipertensi Anoreksia Ulserasi usus Stomatitis Proteinuria Hematuria Letargi, apatis, penurunan konsentrasi Anemi Perdarahan Turgor kulit jelek Gatal-gatal pada kulit Distrofi renal Hiperkalemia Asidosis metabolic Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya mahal, efek samping obat-

obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.

4.2 Saran Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal ginjal kronis menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GAGAL GINJAL


Diposkan oleh Rizki Kurniadi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 ) Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996). Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448) Gagal ginjal kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan gagal ginjal. 2. Tujuan Khusus. Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu : Mengerti dan memahami konsep dasar gagal ginjal. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gagal ginjal. Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas gagal ginjal. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR 1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 ) Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996). Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.

2. Etiologi Glomerulonefritis kronis Pielonefritis Diabetes mellitus Hipertensi yang tidak terkontrol Obstruksi saluran kemih Penyakit ginjal polikistik Gangguan vaskuler Lesi herediter Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

3. Patofisiologi Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan

pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia

4. Manifestasi klinis Kardiovaskuler Hipertensi Pembesaran vena leher Pitting edema Edema periorbital Friction rub pericardial

Pulmoner o Nafas dangka o Krekels o Kusmaul o Sputum kental dan liat

Gastrointestinal o Konstipasi / diare o Anoreksia, mual dan muntah o Nafas berbau amonia o Perdarahan saluran GI o Ulserasi dan perdarahan pada mulut Muskuloskel o Kehilangan kekuatan otot o Kram otot o Fraktur tulang Integumen o Kulit kering, bersi

o Warna kulit abu-abu mengkilat o Kuku tipis dan rapuh o Rambut tipis dan kasar o Pruritu o Ekimosis Reproduksi o Atrofi testis o Amenore

5. Pemeriksaan diagnostik a) Urin o Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin o Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine (anuria) o Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat o Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1 o Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada o Klirens kreatinin: mungkin agak menurun o Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium b) Darah Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir SDM: menurun, defisiensi eritropoitin GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7, Protein (albumin) : menurun Natrium serum : rendah Kalium: meningkat Magnesium: meningkat Kalsium ; menurun c) Osmolalitas serum: Lebih dari 285 mOsm/kg d) Pelogram Retrograd: Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter e) Ultrasonografi Ginjal : Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas f) Endoskopi Ginjal, Nefroskopi:

Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif g) Arteriogram Ginjal: Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa h) EKG: Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

6. Penatalaksanaan Stabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit Dukung fungsi kardiovaskuler Cegah infeksi Tingkatkan status nutrisi Kendalikan perdarahan dan anemia Lakukan dialisis Transplantasi ginjal

7. Komplikasi Hipertensi Hiperkalemia Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung Anemia Penyakit tulang B. ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL

1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien: a) Aktifitas /istirahat Gejala:

- Kelemahan malaise - Kelelahan ekstrem, - Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen) Tanda: - Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak b) Sirkulasi Gejala: - Riwayat hipertensi lama atau berat - Palpitasi, nyeri dada (angina) Tanda: - Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan - Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik - Disritmia jantung - Pucat pada kulit - Friction rub perikardial - Kecenderungan perdarahan c) Integritas ego Gejala: - Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain - Perasaan tak berdaya, tak ada harapan Tanda: - Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian, mudah terangsang

d) Eliminasi Gejala: - Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut) - Diare, Konstipasi, abdomen kembung, Tanda: - Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan, berawan - Oliguria, dapat menjadi anuria e) Makanan/cairan Gejala: - Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi) - Anoreksia, mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia) Tanda: - Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir) - Edema (umum, tergantung) - Perubahan turgor kulit/kelembaban - Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah - Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga f) Neurosensori Gejala: - Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit kepala, penglihatan kabur - telapak kaki - Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer) Tanda:

- Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor, koma - Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang - Rambut tipis, kuku tipis dan rapuh g) Nyeri/kenyamanan Gejala:, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki, nyei panggul Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

h) Pernapasan Gejala: - Dispnea, nafas pendek, nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum Tanda: - Dispnea, takipnea pernapasan kusmaul - Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru) i) Keamanan Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi Tanda: - Pruritus - Demam (sepsis, dehidrasi) j) Seksualitas Gejala: amenorea, infertilitas, penurunan libido

k) Interaksi sosial Gejala: - Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga l) Penyuluhan - Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (resti GGK), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria - Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan - Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium 2) Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah 3) Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat 4) Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema 5) Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia

3. RENCANA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium Hasil yang diharapkan: - Masukan dan haluaran seimbang - Elektrolit dalam batas normal - Bunyi nafas dan jantung normal

- Berat badan stabil Intervensi:


Pantau balance cairan/24 jam Batasi masukan cairan Pantau peningkatan tekanan darah Monitor elektrolit darah Kaji edema perifer dan distensi vena leher Timbang BB harian

2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah Hasil yang diharapkan: - Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat yang dibuktikan dengan BB dalam batas normal, albumin dalam batas normal Intervensi:
Kaji pola diet nutrisi Kaji status nutrisi Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi Menyediakan makanan kesukaan klien dalam batas-batas diet Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat Timbang berat badan harian

3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat Hasil yang diharapkan;

- Klien mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu melakukan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan Intervensi:
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat ditoleransi Kaji respon klien untuk peningkatan aktivitas

4. Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema Hasil yang diharapkan: - Kulit hangat, kering dan utuh, turgor baik - Klien mengatakan tak ada pruritus Intervensi:
Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu Jaga kulit tetap kering dan bersih Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari kekeringan Bantu klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika klien tirah baring Beri pelindung pada tumit dan siku Tangani area edema dengan hati-hati Pertahankan linen bebas dari lipatan

5. Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia Hasil yang diharapkan: - Klien tetap terbebas dari infeksi lokal maupun sistemik dibuktikan dengan tidak ada panas/demam atau leukositosis, kultur urin, tidak ada inflamasi Intervensi:

Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti demam, leukositosis, urin keruh, kemerahan, bengkak Pantau TTV Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkan pada klien Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan perawatan kulit yang baik dan higiene oral Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi Pertahankan nutrisi yang adekuat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 ) Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996). Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448) Gagal ginjal kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir

B. Saran
Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.

Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi. Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA ( REFERENSI ) Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Asuhan keperawatan pada pasien GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)


1. KONSEP DASAR 1.1. Pengertian Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut (IPD Jilid II, 2001).

1.2. Etiologi Glomerul nefritis, nefropati analgestik, nefropati ferluks, ginjal poli kristik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, gout, dan tidak diketahui (Kapita Selekta Kedokteran 2001)

1.3. Patofisiologi Pre Renal

Renal

Post renal

1.4. Pemeriksaan Penunjang Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan laju filterasi glomerolus. Dimulai bila laju kurang dari 60 ml/m. Pada gagal gijal terminal, konsentrasi kreatinn dibawah 1 m mol/ lt. Konsentrasi ureum plama kurang dapat di percaya

karena dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkatkan diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan katabolik. Biasanya konsenterasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20 60 mmol/lt. Terdapat penurunan bikarbonat plasma (15-25 mmol/l), penurunan pH, dan peningkatan anion Gap. Konsenterasi natrium biasanya normal, namun dapat meningkatan atau menurunkan akibat masukan cairan inadekuat atau kelebihan. Hiperkalemia adalah tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat masukan berlebihan, asidosis tubular ginjal, atau hiperaldo steronisme. Terdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium plasma, kemudian fosfatase alkali meningkat. Dapat ditemukan peningkatan parathormon pada hiperparatiroidisme.

1.5. Manifestasi Klinis 1. Umum : fatig malaise, gagal tubuh, debil. 2. Kulit : pucat, mudah lecet, rapuh, leukonikia. 3. Kepala dan leher : fektor uremik, lidah kering dan berselaput. 4. Mata : fundus hipertensif, mata merah. 5. Kardiovaskuler : hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vaskuler. 6. Pernafasan : hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura. 7. Gastrointestinal : anoreksia, nousea, giastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotik. 8. Kemih : nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya. 9. Reproduksi : penurunan libido, impotensi, amenore, galaktase. 10. Saraf : letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, kejang, koma. 11. Tulang : hiperparatiroidisme, difisiensi vit. D. 12. Sendi : Gout, klasifikasi ekstra tulang. 13. Hematologi : anemia, difisiensi imun, mudah mengalami pendarahan. 14. Endokrin : multipel. 15. Farmakologi : obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal. 1.6. Diagnosis Berdasarkan Anamnesa dapat ditentukan kecenderungan diagnosis, misalnya bila didapatkan riwayat nokturia, poliuria dan haus, disertai hipertensi dan riwayat penyakit ginjal, lebih mungkin dipikirkan kearah gagal ginjal kronik. Tanda-tanda uremia klasik dengan kulit pucat atrofi, dengan bekas garukan, dan leukonikia tidak terjadi seketika dan jarang ditemukan gagal ginjal akut. Namun pada banyak kasus, gambaran ini tidak ditemukan sehingga lenih banyak menganggap semua pasien adotemia menderita gagal ginjal akut sampai dapat dibuktikan sepenuhnya.

1.7. Penatalaksanaan Diet TKRPRG Diet Rendah Protein (20-40 gr/hr), dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksoa dan neusea dari unemia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan yang berlebihan dari K dan garam. Diuretik loop, selain obat anti hipertensi.

Untuk mencegah hiperkalemi : drunetik hemat kalium, penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal. Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang meningkat fosfat seperti aluminium (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000 mg). Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat-obat yang harus diturunkan dosisnya karena metabolik tosik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misal : digoksin, aminoglikosoid, analgesik, opiat, amfosterisin, dan alapurinol. Persiapan dralisis dan program transplantasi.

2. ASUHAN KEPERAWATAN 2.1. Pengkajian. a. Identitas klien. Pada kasus GGK dapat terjadi pada segala usia dan semua jenis kelamin (tidak ada perbandingan aantara pria dan wanita). b. Keluhan utama. Biasanya klien mengeluh. c. Riwayat kesehatan. - Riwayat kesehatan sekarang. Pada kasus GGK faktor yang mempengaruhi dan memperberat hingga klien MRS adalah falig, malaise, gagal tumbuh, pucat dan mudah lecet, rapuh, leukonika, lidah kering, berselaput, fundus hipertensif, mata merah, gagal jantung, anoreksia, edema paru, efusi pleura, penurunan libido, anemia defisiensi imun, mudah mengalami pendarahan. - Riwayat penyakit dahulu. Biasanya klien sebelum di diagnosa GGK klien pernah sakit seperti : glomerolus nefritis, netropati analgesik, ginjal polikistik, penyebab lain seperti : HT, obstruksi GOUT. - Riwayat penyakit keluarga. Gambaran mengenai kesehatan dan adakah penyakit keturunan atau menular. d. Pola-pola fungsi kesehatan. 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. 2. Pola nutrisi dan metabolisme. Pada klien GGK akan terjadi anoerksia, nourea dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus.

3. Pola eliminasi.

Klien akan menunjukkan perubahan warna urine, abdomen kembung, diare, konstipasi. 4. Pola istirahat tidur Biasanya klien dengan GGK mengeluh sulit tidur karena keresahan atau mengigau. 5. Pola aktifitas. Pada penderita GGK akan terjadi kelelahan ekstrim, kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan gerak rentang. 6. Pola persepsi dan konsep diri. Klien tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari yang disebabkan oleh perawatan yang lama 7. Pola sensori dan kognitif. Perubahan sttus kesehatan dan gaya hidup data mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat dii sendiri. 8. Pola reproduksi dan seksual. Akan terjadi penurunan libido, impotensi, amenore, galaktose. 9. Pola hubungan peran. Kesulitan menentukan kondisi contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. 10. Pola penanggulangan stress Biasanya penderita GGK mengalami fraktrus stress contoh finansial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak da harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian. 11. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik. 1. Status kesehatan umum. 2. Sistem respirasi. Nafas pendek, batuk denga atau tanpa sputum kental dan banyak, tekipnea batuk produktif dengan sputum merah darah encer (edema paru). 3. Kulit, rambut, kuku. Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit kuning, perubahan turgor kulit (kering), bintikbintik perdarahan kecil dan lebih besar dikulit. Penyebaran proses pengapuran di kulit, pada kuku tipis dan rapuh serta pada rambut tipis. 4. Kepala, leher. Pada klien GGK mengeluh sakit kepala, muka pucat memerah, tidak adanya pembesaran tiroid. 5. Mata. Pada klien GGK mata mengalami pandangan kabur.

6. Telingga, hidung, mulut, tenggorokan. Pada GGK telinga hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan pada mulut ditemukan adanya perdarahan pada gusi dan lidah. 7. Pada thorax dan abdomen. Pada pemeriksaan abdomen dan thorak ditemukan adanya nyeri pada dada dan abdomen ditemukan disternsi perut (asietas atau penumpukan cairan, pembesaran heper pada stadium akhir). 8. Sistem kardiovaskuler. GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi irreguler ( termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau terjadi fibrilasi), pembengkakan, gagal ginjal kongestif.

9. Sistem genitourinaria. Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresi natrium, penderita mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urine mengalami penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya, berkurangnya frekwensi kencing, urine sedikit, urine tidak ada pada gagal ginjal, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB, perubahan warna urine misalnya : Kuning, coklat, merah, gelap, urin sedikit dan beda negatif. 10. Sistem gastrointestinal. Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagaian besar alat pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB. 11. Sistem muskuloskeletal Pada GGK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang. Kurangnya respon-respon otot dan tulang. Ketidakseimbangan mineral dan hormon, tulang terasa sakit , kehilangan tulang, mudah patah, defisit kalsium dalam otak, mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan pembuluh darah. Fraktur atau otak tulang, penumpukan CaPO4 pada jaringan lunak , sendi pembatasan gerak sendi. 12. Sistem endokrin. Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak-anak. Kurang subur serta nafsu sex menurun pada kedua jenis kelamin. Menstruasi berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali. Impotensi dan produksi sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti pada diabetes. 13. Sistem persyarafan. Pada klien GGK sindroma tungkai bergerak-gerak salah satu pertanda kerusakan saraf, rasa sakit seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai, juga dijumpai otot menjadi kram dan bergerak-gerak, daya ingat berkurang, mengantuk, iritabilitas, bingung, koma dan kejang. (Merlyn E. Doenges, 1990)

2.2. Diagnosa 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan urine dan menahan natrium ditandai dengan perit kembung, sulit kencing, kencing sedikit, perubahan warna urine, urin tidak

ada pada gagal ginjal, edema (+). 2. perubahan nutrisi kurang berhubungan dengan anorexia mual muntah, kehilangan selera makan kehilangan bau, stomatitis dan diet tak enak. 3. ketidak berdayaan berhubungan dengan kehilangan perasaan terhadap kontrol dan pembatasan gaya hidup. 4. resiko tinggi terhadap infeksi penatalaksanaan regimen terapiutik berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pencatatan setiap hari, terapo farmakologi tanda / gejal komplikasi, kunjungan evaluasi dan sumber komunitas ( lynda Juall Carpenitto, 1999).

2.3. Perencanaan 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal mengeluarkan air dan menahan natrium. Tujuan : Cairan seimbang. Kriteria hasil : - Masukan dan pengeluaran seimbang. - BB stabil. - Bunyi nafas jantung normal. - Elektrolit dalam batas normal. Rencana tindakan : 1. Pantau dan dokumentasikan masukan dan keluaran tiap jam secara akurat 2. Timbang berat badan mklien tiap hari 3. Pantau peningkatan tekanan darah 4. Kaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sesak nafas 5. Batasi cairan sesuai program pemberian obat-obatan dengan makanan jika mungkin bagi cairan selama sehari. Rasional : 1. Klien ryang menunjukkan bukti kelebihan cairan memerlukan pembatasan berdasarkan pengeluaran urine. 2. Klien dengan gagal ginjal kronis cenderung mengalami fluktuasi BB sering membutuhkan evaluasi ulang yang sering terhadang keseimbangan cairan optimal. Perubahan BB interdialik yang diterima adalah 1-2 atau lebih/24jam. 3. Volume sirkulasi harus dipantau pada gagal ginjal kronis untuk mencegah hipervolemia berat. 4. Dengan mengkaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sessak nafas dapat mengetahui terjadinya gagal jantung kongestif. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia mual muntah, kehilangan selera makan, nafsu makan bau stomatitis dan diet tidak enak.. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat dan mentaati program diet yang di programkan Rencana tindakan : 1. Lakukan pendekatan dengan klien dan keluarga. 2. Siapkan dan berikan dorongan oral hyegien yang baik sebelum dan sesudah makan. 3. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan dan bantu sesuai kebutuhan.

4. Periksa baik makanan untuk mengetahui isinya dan dorong klien untuk makan. 5. Dokumentasikan semua masukan cairan dan makanan. Rasional : 1. Mudah dalam pemberian HE tentang nutrisi. 2. Hyegine oral yang tepat mengurangi mikroorganisme dan membantu stomatitis. 3. Nafsu makan dirangsang pada waktu yang rileks dan menyenangkan. 4. Umpan balik positif untuk ketaatan diet dalam meningkatkan kepatuhan. 5. Dokumentasi akurat penting untuk pengkajian status nutrisi. 2.4. Penatalaksanaan. Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan. Dalam fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan validasi (penyerahan) rencana keperawatan, menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan, memberi asuhan keperawatan dan pengumpulan data (H. Lismidar : 1990)

2.5. Evaluasi. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang (H. Lismidar, 1990).

DAFTAR PUSTAKA

- Arief Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua Penerbit Media Aesculapius FK UI Jakarta, 2001. - H. M. Syarfuliah Noer dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Balai Penerbit FK UI Jakarta, 1996. - Marlyn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Tiga Buku Kedokteran EGC Jakarta : 2000. - Syaifudin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta : 1997.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650

ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008). Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta memadai (Djoko, 2008). Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi

minum jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).

B. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan GGK 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien GGK b. Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien GGK c. Mampu menyusun rencana rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan GGK d. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Pengertian Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah) Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002). Gagal ginjal kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel (Arif, 1999).

B. Etiologi Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan pielonefritis kronis (Arif, 1999).

C. Patofisiologi Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia. Selain itu penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatnya terjadi retensi cairan dan natrium yamg meningkatkan terjadinya edema. Penurunan dari fungsi ginjal juga menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia yang disertai keletihan, angina, sesak napas, defisiemsi nutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain itu juga menurunkan kadar serum kalsium

dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid. Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

D. Manifestasi klinis Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperlihatkan tanda dan gejala 1. Gejala kardiovaskuler Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi ( akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sytem renin angiotensin-aldosteron) dan perikardirtis (iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik uremik). 2. Gejala Dermatologi Yang sering terjadi mencakup rasa gatsl yang parah (pruritus), warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, kuku tipis dan rapuh, butran uremik, suatu penumpukan kristal urea dikulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif 3. Gejala gastro intestinal Sering terjadi dan mencakup : anoreksia, mual dan muntah, nafas bau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, konstipasi dan diare, perdarahan gastro intestinal. 4. Respirasi

Edema paru, efusi pleura, pleuritis 5. Neuromuskular Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, koma. 6. hematologi Anemia, perdarahan meningkat

E. Pemeriksaan diagnostik 1. Urin a. Volume urin : oliguri atau anuria b. Warna urin : keruh

c. BJ urin : kurang 1,015 d. Osmolalitas urin e. Klirens kreatinin menurun f. Natrium meningkat g. Proteinuria 2. Darah a. BUN/ kreatinin meningkat b. Ht dan Hb

c. Natrium serum

F. Penatalaksanan a. Mengoptimalkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit b. Pengawasan terhadap berat badan, cairan dan urin c. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal d. Mencegah dan mengatasi komplikasi

G. Pengkajian 1. Aktifitas Gejala : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaise Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen) Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak. 2. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat palpatasi, nyeri dada (angina) Tanda : Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan.

Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir. Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning. Kecenderungan perdarahan 3. Integritas Ego Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya. Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. 4. Eliminasi Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria. 5. Makanan / cairan Gejala : Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia) Penggunaan diurotik Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)

Perubahan turgor kulit/kelembaban Edema (umum, targantung) Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga 6. Neurosensori Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur Kram otot / kejang, syndrome kaki gelisah, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah. Tanda : Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis 7. Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah 8. Pernapasan Gejala : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.

Batuk dengan sputum encer (edema paru) 9. Keamanan Gejala : Kulit gatal Ada / berulangnya infeksi Tanda : Pruritis Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal Ptekie, area ekimosis pada kulit Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi 10. Seksualitas Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas 11. Interaksi sosial Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. 12. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.

H. Diagnosa keperawatan Kemungkinan diagnosa keperawatan dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium. 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut. 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah. 4. Resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik. 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit. 6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis

I. Intervensi keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan

retensi cairan serta natrium. a. Kaji status cairan : Timbang BB/H, distensi vena jugularis, balance cairan, vital sign b. Batasi intake cairan

c. Jelaskan mengenai pembatasan cairan pada pasien & keluarga d. Tingkatkan oral higine 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut a. Kaji status nutrisi: Perubahan BB, protein ,kadar besi,BUN, elektrolit serum b. Kaji pola diet : riwayat diet, makan kesukaan, hitung kalori c. Kaji faktor yg mempengaruhi masukan nutrisi : anoreksia, mual muntah, depresi, stomatitis, makanan yg tidak menyenangkan, pengetahuan manfaat makan 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah. a. Kaji faktor yg menyebabkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan & elektrolit, retensi produk sampah, depresi b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yg dapat ditoleransi, bantu jikan keletihan Anjurkan istirahat setelah dialisis.

BAB III TINJAUAN KASUS


Kelompok mulai melakukan pengkajian pada tanggal 9-11 juni 2008 A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien Nama Umur Tanggal Lahir Jenis Kelamin Pendidikan Suku Bangsa Tanggal Masuk Waktu Rujukan : Tn.A : 37 tahun : 23 maret 1971 : laki-laki : SMU : melayu : 9 juni 2008 : 14.00 WIB : bukan rujukan

Penanggung jawab : pasien menggunakan ASKESKIN DX media No MR : Gagal ginjal kronis : 57 55 58

2. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit keturunan serta penyakit yang lainnya seperti yang diderita saat. Pasien mengatakan penyakitnya ini di deritanya sejak 3 bulan yang lalu dan telah melakukan hemodialisa 2 kali seminggu sejak dia sakit. Pasien mengatakan sebelum menderita penyakit ini kepalanya selalu pusing apabila melakukan kegiatan yang berat.

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Pasien mengeluhkan nyeri didaerah kepala. Pasien mengatakan pusing apabila melakukan aktivitas seperti berjalan.

4. AKTIVITAS /ISTIRAHAT

Gejala (Data Subjektif) Pasien seorang karyawan swasta. Saat ini pasien mengeluh susah untuk beraktivitas karena pusing dan nyeri kepala Tanda (Data Objektif) TD RR N : 110/80 mmHg : 20 x/menit : 84 x/menit

Status mental compos mentis, postur simetris, tidak ada terjadi deformitas. Kekuatan otot 555 555 555 555

5. SIRKULASI

Gejala (Data Subjektif) Pasien tidak ada riwayat nyeri dada, dan tidak ada palpitasi. Tanda (Data Objektif) Bunyi jantung normal (lub-dub), irama teratur, tidak ada mur-mur, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, tidak ada varises di daerah tangan dan kaki. TD : 110/80 mmHg

Nadi: 84 x/i RR: 20 x/i

6. INTEGRITAS EGO

Gejala (Data Subjektif ) Klien selalu memikirkan kondisinya saat ini. Bila mengalami masalah biasanya klien bercerita dengan istrinya dan selalu berserah diri pada Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari klien mengalami kesulitan keuangan dan biaya perawatan ditanggung oleh ASKESKIN.

Tanda (Data Objektif) Klien tampak tenang dalam menghadapi penyakitnya

7. ELIMINASI

Gejala (Data Subjektif) BAB 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada menggunakan laksatif. BAK 45 x/hari namun keluar sedikit lebih kurang 100-200 cc/hari, warna urin merah pekat, menggunakan diuretik (lasix). Tanda (Data Objektif ) Bising usus terdengar aktif pada keempat kuadran abdomen (7 x/menit).

8. MAKANAN/CAIRAN

Gejala (Data Subjektif) Diit yang didapat MB (Makanan Biasa) 3 x/hari, habis 1 porsi setiap kali makan.. Klien minum 500-700 cc/hari. Tanda (Data Objektif) Bentuk tubuh tampak sedang dengan tinggi badan 164 cm. Turgor kulit baik membran mukosa lembab. Gigi lengkap

9. HIGIENE

Gejala (Data Subjektif) Aktivitas sehari-hari klien dibantu (minimal care), mobilitas terbatas dan hanya berbaring di tempat tidur. Klien makan sendiri dan mandi serta berpakaian. Kebutuhan eliminasi dibantu oleh istrinya. Tanda (Data Objektif) Penampilan umum klen rapi, cara berpakaian rapi

10. NEUROSENSORI

Gejala (Data Subjektif) Pasien mengalami nyeri kepala. Pasien mengatakan tidak ada rasa kesemutan.

Tanda (Data Objektif). Mata: normal (isokor) Telinga: pendengaran pasien normal Hidung : penciuman pasien normal

Kesadaran komposmentis, GCS: E4 M6 V5. orientasi pasien baik terhadap orang, waktu dan tempat. Kekuatan otot 555 555 555 555

11. NYERI/KETIDAKNYAMANAN

Gejala (Data Subjektif) Nyeri pada kepala (skala 3). Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berat bila digerakkan atau melakukan aktivitas Tanda (Data Objuektif) Klien tampak meringis bila bergerak, klien tampak berhati-hati dan memegang area kepala yang terasa nyeri.

12. PERNAPASAN

Gejala (Data Subjektif)

Klien tidak ada mengeluh adanya masalah pada pernapasan. Tanda (Gejala Objektif) Hantaran udara terdengar diseluruh area paru-paru, bunyi napas vesikuler. RR: 20x/i

13. KEAMANAN

Gejala (Data Subjektif) Pasien tidak memilki riwayat alergi Tanda (Data Objektif) Suhu tubuh 36 o celcius

14. SEKSUALITAS

Gejala (Data Subjektif) Klien tidak ada mengalami masalah pada organ genitalia. Tanda (Data Objektif) Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

15. INTERAKSI SOSIAL

Gejala (Data Subjektif)

Klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Keluarga (istri)selalu mendukung dan memotivasi klien untuk tetap sabar. Tanda (Data Objektif) Klien dapat berkomunikasi dengan baik, bicara jelas dan dapat dimengerti. Interaksi dengan keluarga baik.

16. PENYULUHAN /PEMBELAJARAN

Gejala (Data Subjektif) Tingkat pendidikan klien SMU. Klien tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang dirasakan. Klien memilih berobat ke pelayanan kesehatan semenjak sakit yang dirasakan. Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.

17. PROGRAM DOKTER saat ini pasien hanya mendapatkan obat oral yaitu captopril 12,5 mg (2x1) dan injeksi lasix (1x1 amp). Pemeriksaan labor terakhir dilakukan pada tanggal 10 juni 2008 dengan hasil DARAH - Hemoglobin - Leucocyt - Trombocyt : 11,3 gr% : 14.200/mm3 : 493.000/mm3

- B.S.R - Hematocryt SERUM - Glukosa - Cholesterol - D Bil - T Bil - BUN - Crea - Uric - AST - ALP - TP - ALT - Indirect bili - Ureum URINE - Protein - Urobilinogen - Berat jenis - Kejernihan - Warna

: 43/Jam : 33 vol%

:117 mg/dl (70-125) :180 mg/dl (0-200) : 0,1 mg/dl (0,0 - 0,2) : 0,8 mg/dl (0,2 1,0 ) : 55 mg/dl ( 7-18 ) : 16,0 mg/dl ( 0,6 1,3 ) : 10,2 mg/dl ( 2,3 7,5 ) : 21 iu/l ( 14-50 ) : 195 iu/l ( 80 - 302) : 7,7 g/l ( 6,7 8,7 ) : 24 iu/l ( 11 60 ) : 0,7 : 117,7 mg/dl ( 10 -50 )

: +3 : normal : 1020 : agak keruh : kuning

- Erytrocyt - Leucocyt - Eph cell - Bakteri

:2-4 : 12-15 /lbp : 6-8 / lbp :+

B. Analisa data

No 1 DS:

Data

Kemungkinan penyebab Pasokan oksigen ke jaringan otak tidak adequat

Masalah Gangguan rasa nyaman nyeri

- mengatakan nyeri pada kepala - skala nyeri ringan (3)

DO: - TD : 110/80 mmHg - N : 84 x/menit - R : 20 x/menit

DS:

- Pasien mengatakan badannya terasa lemah - Pasien mengatakan bila beraktivitas kepalanya pusing

penurunan produksi energi Intoleran aktivitas metabolic, prosedur dialisa

DO:

- kebutuhan klien dibantu oleh istrinya

DS:

ketidakseimbangan cairan, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.

- pasien mengatakan urinnya keluar sedikit dan menetes - mengatakan urin yang keluar kira-kira 3 sendok makan

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

DO: - BUN:55 mg/dl ( 7 - 18 mg/dl ) - Crea mg/dl ( 0,6 1,3mg/dl ) - Uric mg/dl ( 2,3 7,5 mg/dl ) - Obat captopril 12,5 mg - TD 110/80 mmHg : 10,2 : 16,0

C. Rencana Keperawatan

No DX 1

Data Nyeri berhubungan dengan Pasokan oksigen ke jaringan otak tidak adequat ditandai dengan: DS:

Tujuan dan KH

Intervensi

- mengatakan nyeri pada kepala - skla nyeri ringan (3)

Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri 1. membe tindakan keperawatan meng selama 3x24 jam tingka gangguan rasa nyaman meng nyeri dapat teratasi 2. sebaga dengan meng interv KH: selan - TTV dalam batas normal 2. Ukur tanda-tanda vital 3. untuk m TD: 120/80mmHg sehin nyeri N: 60-80x/i RR: 16-20x/i - Pasien rileks - Skala nyeri 1

DO: - TD : 110/80 mmHg - N : 84 x/m - RR: 20x/i - pasien tampak memegang kepalanya

4. analge efekti 3. Ajarkan teknik relaksasi dini p nafas dalam 5. mempe penye 4. kolaborasi dalam pemberikan analgetik

5. kolaborasi dalam perencanaan tindakan medik (operasi)

Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic, keletihan ditandai

Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat aktivitas tindakan keperawatan klien. selama 3x24 jam intoleransi aktivitas dapat

1. menge kema meme pedom

dengan: DS: - Pasien mengatakan badannya terasa lemah dan lelah - Pasien mengatakan bila beraktivitas (berjalan) kepalanya pusing dan nyeri

teratasi dengan KH: - klien dapat beraktivitas secara minimal - keluarga terlibat dalam aktivitas klien

selan

2. Dekatkan kebutuhan yang diperlukan oleh 3. untuk m klien. yang

2. memud melak hari s

4. partisip - kebutuhan dasar pasien 3. Berikan kesempatan memb terpenuhi seperti pada klien melakukan DO: meme elliminasi, makan/minum, aktivitas mandiri. mobil berpakaian, kebersihan. 4. Libatkan keluarga 5. ambula - kebutuhan klien dibantu oleh istri dalam perawatan dapat mobilitas fisik. kelela

bertah terjad situas 5. Bantu ambulasi secara bertahap.

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

Setelah tindakan selama 2 masalah

dilakukan keperawatan x 24 jam resiko

1. auskultasi bunyi jantung dan paru 2. kaji adanya hipertensi

1.

mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik

penurunan curah jantung dapat teratasi dengan KH: - TD dalam batas normal - Frekuensi jantung dalam batas normal - Nadi perifer kuat

3. kaji tingkat aktivitas 4. awasi pemeriksaan laboratorium 5. berikan obat anti hipertensi 6. siapkan dialisis

2.

3.

4.

5.

6.

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada Tn K dengan GGK , maka saya dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengkajian yang dilakukan tidak banyak berbeda dengan pengkajian pada konsep berfokus pada masalah yang dihadapi pasien

2. Mengatasi masalah yang ditemuka pada pasien perlu direncanakan beberapa tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan prorioritas masalah 3. Diagnosa medis dapat saja berubah sejalan dengan waktu sehingga selain terapi diberikan, pemeriksaan penunjang lainnya harus tetap dikolaborasikan untuk menentukan dan mengatasi masalah lain yang muncul pada pasien

B. Saran 1. Bagi perawat Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara tepat dan benar, sehinggga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan penangananya lebih cepat. 2. Bagi pasien dan keluarga diharapkan pasien dan keluarga dapat menerima anjuran selain terapi dan pengobatan serta menjaga keeimbangan aktivitas, diit, istirahat yang tepat selama dirawat. 3. Bagi mahasiswa Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa sehingga mahasiswa lebih peka terhadap kebutuhan pasien, serta memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori yang didapatkan di perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Berikut adalah beberapa jenis gangguan tidur : 1. Insomnia. Gangguan tidur jenis Insomnia ini adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik itu secara kualitas maupun dalam hal kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena bisa juga karena faktor mental seperti adanya perasaan gundah atau pun gelisah. 2. Parasomnia. Jenis gangguan tidur ini adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (contohnya : tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (contohnya : mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (contohnya : mimpi buruk),dan lainnya (contohnya : bruksisme). 3. Hipersomnia. Gangguan tidur jenis ini adalah merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (contohnya : hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari. 4. Narkolepsi. Jenis gangguan tidur ini adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai "serangan tidur" atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti contohnya adalah amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida. 5. Apnea saat tidur. Gangguan tidur jenis ini adalah suatu kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA (kelompok9)


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH : AHMAD RIZKI FAUJI RISTI WULANDARI SITI ROHANA YOGA ADI SAPUTRA

MOHAMAD ARIFIN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR Tahun 2012 SAMPIT

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad dan hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ...... ii BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1 1 2

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................... 1.4 Metode Penulisan.....................................................................................

1.5 Sistematika Penulisan............................................................................... BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur ................................................................... 3 2.2 Mekanisme Tidur...................................................................................... 3 2.3 Tahap Tahap Tidur................................................................................. 3 2.4 Kegunaan Tidur........................................................................................ 4 2.5 Kebutuhan Tidur Rata Rata Perhari........................................................ 2.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur ............................................ 2.7 Masalah masalah Yang Terjadi Saat Tidur.............................................. 6 6 4

2.8 askep pengkajian................................................................................. 8

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 11 3.2 SARAN ................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien. Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur secara lebih lengkap lagi pada makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik serta memberikan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur. 1.3 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Apa yang dimaksud istirahat? Apa yang dimaksud tidur ? Bagaimana mekanisme tidur ? Apa saja tahap-tahap dalam tidur ? Apa kegunaan tidur ? Bagaimana kebutuhan rata-rata tidur perhari ? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ? Apa saja masalah yang terjadi pada saat tidur ? informasi dan ilmu pengetahuan tentang

1.4 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II PEMBAHASAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR 2.1. Pengertian Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa diterima ; Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan ; Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna ; Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya. menyiapkan

Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga. 2.2. Mekanisme Tidur Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur. Para Ahli neurifisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk Instink/Naluri 2.3. Tahap Tahap Tidur Tanda-tanda menjelang tidur : Suhu badan (SB) menurun Pernapasan melambat Otot2 rileks Menguap.(tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat) Basic Rest Activity Cycle (BRAC): NREM (Non Rapid Eye Movement) Slow wave sleep, yang terdiri dari 4 tahap : Tahap I : o Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada seseorag yang sedang terjaga. o Muncul gel2 yang tidak sinkron, frekuensi bercampuran dan voltase rendah. o Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah dibangunkan. o Merupakan tidur paling dangkal, berlangsung selama beberapa detik beberapa menit. Tahap II :

o Merupakan tidur yang tidak dalam. o Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih tinggi, runcing2 (Gel K) o Berlangsung 5-10 menit. Tahap III : o Merupakan tidur yang dalam. o Muncul gel Deltha, yang lambat dengan amplitudo besar, tinggi dan dalam. o Biasanya sulit dibangunkan. o Berlangsung 10 menit Tahap IV : o Tidur yang paling dalam. o Pada EEG dipenuhi Gel Deltha. o Sangat sulit dibangunkan. o Terjadi mimpi sehubungan dengan kejadian sehari sebelumnya. o Lamanya 5-15 menit o Terjadi perubahan fisik : o Nadi & pernapasan melambat o TD turun o Otot-otot sangat rileks o Basal metabolisme dan SB menurun REM (Rapid Eye Movement) Paradoksical sleep- sebagai puncak Tidur : Sangat sulit dibangunkan. Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka. Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur. Semakin lelah seseorang makin cepat mengalami tahap ini . Karakteristik Tahap REM : Terjadi pada tahap II NREM dan berlangsung selama 5-10 menit. Kembali ke tahap II NREM lagi.

Saat perpindahan dari NREM ke REM biasanya terjadi hentakan otak yang tidak disadari. TD menngkat. Sekresi getah/asam lambung meningkat Basal metabolisme dan SB meningkat Terjadi mimpi yang menyenangkan, bersemangat dan sibuk. Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas dengan tidurnya. Orang biasanya mengalami 4-5x masa REM

2.4. Kegunaan Tidur (Delment & Wolman ) Beradaptasi terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan kecemasan. Memperbaiki ingatan. Mempermudah mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalah-masalah yang sulit. Relaksasi 2.5. Kebutuhan Tidur Rata Rata Perhari Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur sepanjang malam + tidur siang Pra sekolah : 11 jam/hari dengan 20% REM Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM Adolescent : 8,5 jam/hari dengan 20% REM Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM Dewasa menengah : 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur Dewasa tua : 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur 2.6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur 1.Umur

Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur. 2.Penyakit Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan klien gangguan hipertiroid. 3.Motivasi Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk tidur. 4.Emosi Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur. 5.Lingkungan Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan. 6.Obat obatan penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid. 7.Makanan dan minuman Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll. 8.Aktivitas. Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur. 2.7. Masalah Masalah Yang Terjadi Pada Saat Tidur Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya. Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba. Somnabulisme atau disebut tidur berjalan.

Enuresa atau ngompol Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil/BAK. Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur. Delirium/Mengigau. Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu. Nightmares dan Nightterros (mimpi buruk) Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse)

DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTIM Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp.(0531)22960/ Fax (0531)22940 Sampit

Kode pos : 74322

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis Kelamin Pendidikan Agama : Tn. M : Bandung, 14 maret 1925 : Laki laki ,Gol.Darah :O : SD : Islam

Status Perkawinan : Kawin TB/BB : 165 cm,. 60 kg

Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek, berwarna putih, bentuk tubuh bungkuk,berjanggut Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT/RW 05 /02 Kec.Kota Besi ....Telp/HP 085753394881 Kabupaten Kotawaringin Timur Orang Yang Dekat Hubungan Alamat/ Telpon : istri : kota besi /082154560570 :Ny. T

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keterangan :

: Laki laki : Perempuan : Garis Hubungan .......

: Garis Keturunan : Tinggal Serumah : Meninggal

2.

Riwayat Keluarga ..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain lain.

C.RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Alat transportasi : tidak ada : : - ......................km/meter* : : PERUN TNI AD : 20 km/meter* : Tidak ada

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber sumber pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tembat tinggal Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Ada Kebersihan lingkungan : aman (posisi duduk ,ada pegangan ) : bersih (tidak ada barang membahayakan) : Rumah : Keramik : Kering : Tidak ada : cukup : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi) : tertata rapi

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu. Tetangga Terdekat : ada Alamat dan Telepon :.kota besi (0851546505670)

E.RIWAYAT REKREASI

Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga Keanggotaan organisasi : tidak ada Liburan atau Perjalanan :jalan jalan ke pantai dan ketempat anak F.SISTEM PENDUKUNG Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada Jarak dari rumah Rumah Sakit Klinik Pelayanan Kesehatan Di rumah Makanan yang dihantarkan : 20 km/meter* : Ada ,Jarak 5 km : tidak ada : tidak ada : tidak ada jarak km

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada Lain-lain

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan Ritual Yang lainnya : sholat 5 waktu : Tidak ada

H.STATUS KESEHATAN Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah menderita demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering kambuh yaitu maag. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia. Keluhan Utama: nyeri ulu hati 1.Provocative / Paliative 2.Quality/ Quantity 3.Region 4.Severity Scale 5.Timing : imflamasi mukosa lambung : tertusuk tusuk jarum : Epigastrium : skala nyeri 3(0-10) : kalau telat makan( kadang-kadang)

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien minum obat promaag.

Obat-obatan :

NO 1. 2.

NAMA OBAT Paracetamol Promaag

DOSIS 500mg 250mg


:

KETERANGAN Sesudah makan Sebelum makan

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) Obat-obatan Makanan : Tidak ada : tidak ada

Faktor Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita : Hipertensi Dimensia Lain-lainnya sebutkan: hernia Rheumatoid Asthma

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks KATZ Oksigenasi Cairan dan Elektrolit Nutrisi pauknya. Eliminasi Aktivitas : A : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi : klien minum air 1500ml/hari : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi, sayur, dan lauk : klien BAB 1x sehari dan BAK >3x sehari : klien hanya dirumah memelihara ayam dan bunga

Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 13.00 dan malam dari jam 20.00 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap jam klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi. Personal Hygiene : 2x sehari

Seksual Rekreasi

: 1bulan sekali : kepantai dan memancing

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep Diri Emosi Adaptasi : Klien puas dengan keadaan dirinya : terkontrol : klien mampu beradaptasi dengan baik.

Mekanisme Pertahanan diri : Baik Status mental Tingkat Kesadaran Afasia Dimensia Orientasi Bicara Bahasa yang digunakan Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo : : komposmentis :: tidak : normal : normal : bahasa indonesia, banjar dan sunda : bisa : sesuai : tidak

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh Mini Mental State Exam (MMSE)= baik nilai kesalahan : 1 Geriatrik Depresion Scale APGAR = = Tidak depresi nilai: 4

K.TINJAUAN SISTEM Keadaan Umum Tingkat Kesadaran Tanda tanda Vital : Baik :Composmentis : TD 140 RR / 90 mmHg 20 X/menit Nadi: 80 x/menit Suhu : 36
0

TB : 165 cm PENGKAJIAN PERSISTEM

BB:

60 Kg

PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1.Bentuk dada 2.Sekresi dan Batuk 3.Pola nafas Frekwensi Nafas : 4.Bunyi nafas : Normal 5.Pergerakan dada Tag Intercostal Lain lain Substernal Supra Clavicula Suprasternal Tracheal Flail Chest 20 x/menit : simetris : Tidak ada

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal Meningkat Menurun Lain-lain lokasi lokasi

7.Alat Bantu Pernafasan Nasal Masker Bag and Mask Respirator Tracheostomi

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING ) 1.Nadi Frekuensi.........80.........................x/menit Reguler Irreguler 2.Bunyi Jantung Normal Tambahan Ada Tidak,Jenis.............. Lemah Kuat

3.Letak Jantung Ictus cordis teraba pada................. 4.Pembesaran Jantung 5.Nyeri Dada 6.Edema : Palpebra Asites Anasarka Tidak Ada Ekstrimitas atas Ekstrimitas bawah : Tidak : Tidak

Lainnya......................... 7.Clubbing Finger : Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN ) Tingkat Kesadaran : Kompos mentis 1.GCS : Eye :......4........ Verbal :.....6........ Motorik :.5................. Total GCS : 15 2.Refleks 3.Koordinasi Gerak 4.Kejang : normal : Tidak :Tidak

5.Lain-lain.......................................... PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI ) 1. a. b. Mata ( Penglihatan ) Bentuk : Normal

Visus..................... Pupil : isokor

c. d. e. f.

Gerak bola Mata

: normal

Medan Penglihatan : normal Buta Warna Tekanan intra okuler : tidak : tidak

2. a. b.

Hidung (Penciuman ) Bentuk Gangguan Penciuman : : Normal Ya

3. a. b. c. d. e. 4. 5.

Telinga ( Pendengaran ) Aurikel Membran tympani Otorrhoea Gangguan Pendengaran Tinitus Perasa Peraba : Normal : Terang : Tidak ada : Tidak : Tidak : normal : normal

PERKEMIHAN ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER ) Masalah Kandung Kemih Produksi Urine 700 ml/hari : tidak ada masalah Frekuensi > 3x /hari

Warna kuning kecoklatan ,Bau khas amoniak

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL) 1. a. Mulut dan Tenggorokan Mulut Selaput Lendir Mulut : lembab b. c. d. e. f. Lidah : bersih Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau Tenggorokan Abdomen Pembesaran hepar : tidak ada masalah : Nyeri tekan,lokasi epigastrium tidak ada

g. h. i.

Pembesaran Lien Asites Lain lain : tidak ada

tidak ada tidak ada

2.

Masalah usus besar dan rektum/anus BAB 1 X/hari Tidak ada masalah OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )

1.

Otot dan Tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM ) Kemampuan kekuatan otot Fraktur Dislokasi Haematom : Bebas : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

2.

Integumen Warna Kulit : cokelat Turgor :Elastik Tulang Belakang Akral : kiposis : hangat

REPRODUKSI Laki laki : Kelamin bentuk alat kelamin. Kebersihan Alat Kelamin : Bersih : tidak normal,keterangan terjadi pembesaran pada

ENDOKRIN 1. Faktor Alergi : tidak ada Manifestasi : tidak ada

Cara Mengatasi : tidak ada 2. Kelainan endokrin: tidak ada masalah.

PENGETAHUAN : Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: .klien menganggap bahwa kesehatan dirinya itu sangatlah penting.sehingga klien rutin melakukan control.

Sampit, Maret 2012 Mahasiswa yang mengkaji,

......................................... NIM.

ANALISA DATA

NO 1.

DATA S: saya sering terbangun apabila tidur malam O : - ku baik - konjungtiva anemis - klien setiap 1 jam bangun apabila tidur

ETIOLOGI Ketidak normalan status fisiologi

PROBLEM Gangguan rasa nyaman(istirahat tidur)

malam -klien tampak lelah -klien menguap - TD 140/90 mmHg N 80 x/ menit RR 20x/ menit S 36 C Kuantitas tidur malam dari jam 20.00 04.00 Kuantitas tidur siang dari jam 12.00 13.00

RENCANA KEPERAWATAN

No. 1

Dx. Kep. 1

Tujuan

Intervensi

Rasional

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan gangguan istirahat tidur tidak terjadi,dengan 2. criteria hasil: 1. Klien tampak rileks dan lebih segar 2. Ttv dalam batas normal 3. 3. Klien dapat tidur 6-8 jam setiap 4. malam.

Lakukan pengkajian 1. Memberikan informasi masalah gangguan dasar dalam menentukan tidur klien, rencana keperawatan. karakteristik dan 2. Mengatur pola tidur. penyebab kurang tidur.3. Meningkatkan tidur. Lakukan persiapan 4. Meningkatkan tidur. untuk tidur malam 5. Meningkatkan tidur. seperti pada jam 9 6. Meningkatkan tidur. malam sesuaidengan 7. Mengurangi gangguan pola tidur klien. tidur. Lakukan mandi air 8. Mengurangi gangguan hangat. tidur. Anjurkan makan yang 9. Mengurangi gangguan cukup satu jam sebelum tidur. tidur. 10. Mengurangi tidur. 5. Berikan susu hangat 11. Meningkatkan pola sebelum tidur. tidur. 6. Keadaan tempat

tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. 7. Bunyi telepon dan alarm hp di kecilkan. 8. Berikan pengobatan seperti analgetik dan sedative,setengah jam sebelum tidur.

9.

Lakukan masase pada daerah belakang, tutup jendela/pintu jika perlu. 10. Tingkatkan aktivitas sehari hari dan kurangi aktivitas sebellum tidur. 11. Pengetahuan kesehatan : jadwal tidur mengurangi stress , cemas , dan latihan relaksasi.

IMPLEMENTASI

No. 1. 1.

Dx. Kep. 1 1.

Implementasi

Evaluasi S : klien mengatakan saya masih sering terbangun pada malam hari O : - : - ku baik - konjungtiva anemis - klien setiap 1 jam bangun apabila tidur malam -klien tampak lelah -klien menguap - TD : 140/90 mmHg N : 80 x/ menit RR : 20x/ menit S : 36 C Kuantitas tidur malam dari jam 20.00 04.00 Kuantitas tidur siang dari jam 12.00 13.00

melakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien, karakteristik dan penyebab kurang tidur. Hasil : klien sering terbangun pada malam hari 2. menganjurkan klien untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuaidengan pola tidur klien. Hasil : klien tidur jam 20.00 04.00 wib 3. anjurkan keluarga klien untuk memberikan Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. Hasil : keluarga klien menuruti anjuran ersebut.. 4. meningkatkan aktivitas sehari hari dan kurangi aktivitas sebellum tidur. Hasil : klien tidak melakukan kegiatan sebelum tidur

A ; masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan

B.

SARAN Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.

ASKEP KEBUTUHAN ISTIRAHAT dan TIDUR


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu,orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya. B. Tujuan Setelah mempelajari dan membahas makalah ini maka di harapkan : 1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep kebutuhan istirahat dan tidur 2. Pembaca dapat melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan prosedur yang berlaku. 3. Pembaca dapat menambah kopetensi terkait dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien. C. batasan Masalah Batasan masalah dalam maklah ini meliputi : Asuhan keperawatan yang terdiri atas pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi tentang konsep kebutuhan istirahat dan tidur.

D. Sistematika penulisan Makalah ini idi bagi menjadi empt bab. Bab I, terdiri atas lataar belakang, tujuan, batasan maalah dan sistematika penulisan. Bab II terdiri atas apengertian istirahat dan tidur, fungsi tidur, Kebutuhan tidur pada semua usia, fisiologi tidur, dan faktor-faktor yanng mempengaruhi tidur, Bab III Terdiri atas pangkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.Bab IV kesimpulan dan saran. BAB II TINJAUAN TIORI A. Pengertian Istirahat Tidur Kata Istirahat mempunyai arti yang sanngat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan,menyulitkan dan menjengkelkan, dengan demikian, apat dikatakan bahwa istirahat merupakan ledakan yang tenang , rileks tanpa tekanan emosional dan bebes dari kecemasasn,

(Ansietas). Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat , misalnyan, Narrow (1967) yang di kutip oleh Perri an Potter 1993 Mengemukakan beberapa karakteristik yang berhubungan dengan istirahat diantaranya : 1. Merasa segala sesuatu dapat di atasi 2. merasa di terima 3. mengetahui apa yang terjadi 4. Bebas dari ganguan ketidak nyamanan 5. Mempunyai sejumlah kepuasasn terhadap aktivitas yang memepunyai tujuan. 6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu mememrlukan Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana presepsi reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat di bangukan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup (Guyton 1986) dapat juga di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim memiliki kesadaran yang bervariasi terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Sekarang dapat di kategorikan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda sebagai berikut : 1. Aktivitas fisik minimal 2. Tingkat kesadaran yang bervariasi 3. Terjadi berbagai perubahan fisiologis tubuh 4. Penurunan respon terhadap rangsaan dari luar. Selama tidur maka dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,antara lain : 1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi 2. Diatasi pembuluh darah perifer 3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktusgastrointestinal. 4. Relaksasi otot-oto rangka 5. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30% Terdapat dua jenis tidur yaitu : 1. Tidur NREM(Norapid Eye Movemen)/ Tidur gelombang lambat Tidur NREM merupakan yang nyaman dan dalam. Dalam tidur ini gelombanng otak lebih lebih lambat di bandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Dengan tanda : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat. a. Tahap I Merupakann tahap transmisi antara bangun dan tidur dengn ciri: Rileks, masih sadar dengan lingkungan,merasa mengantuk,bola mata bergerak dari samping ke samping, frekueansi nadi dan nafas seadikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama lima meanit.

b. Tahap II

Merupakann tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun berciri : Mata umumnya menetap, denyut jantung dan freakuensi nafas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10 menit c. Tahap III Merupakann tahap tidur berciri : denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya lambat, di sebabkan oleh dominasi system saraf parasimpatis dan sulit banngun. d. Tahap IV Merupakan tahap tidur berciri : Kecepatan jantung dan pernafasan turun, jaranng bergerak dan sulit di bangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambunng turun, tonus otot turun. 2. Tidur REM(Rapid Eye Movemen) Berlangsung pada tidur malam selama 5-20 menit, rata-rata 90 menit. Periode pertam terjadi selama 80-100 menit, namun bila kondisi oranng sangt lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Bercirikan : Biasanya di sertai dengan mimpi aktif Lebih sulit di bangunkan dari pada selama tidyr nyeyak gelombang lambat. Tonus oto selama tidur nyenyak sangat tertentu. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur. Pada oto perifer terjadi bebrapa gerakan otot yang tidak teratur. Mata cepat tertutup dan cepat terbuka, nadi cepat dan inregular, tekanan darah meningkat dan fluktuasi, sekresi gaster meningkat,Metabolisme meningkat. Pada tidur ini sanngat penting untuk keseimbangan mental, emosi dan berperan dalam belajar, memori dan adaptasi. B. Fungsi Tidur Efek Fisiologis : a) Efek p[ada system saraf yang di perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. b) Efek struktur tubuh dengn memulihkan kesegaran dan funngsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

C. Kebutuhan tidur pada semua usia. Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang butuhkan seseorang. Semakin tua usia maka semakin sedikit pula lama tidur yang di butuhkan. Hal tersebut dapat di lihat pada tabel di bawa ini : Pola Tidur Normal berdasarkan tingkat usia : Usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur Pola tidur normal 0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari Pernafasan teratur gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM., banyak waktu tidurnya di lewatkan pada tahap II dan IV tidur NREM.setiap siklus sekitar 45-60 menit 1 bulan-18bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari 20%-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari,

punya pola terbangun sebentar. 18 bulan-3 tahun Masa Anak 11-12 Jam/Hari 25% tidur REM banyak tidur pada mala hari,terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun 3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari 20 % tidur REM ,periode terangun kedua hilang pada umur 3 tahun, umur 5 tahun tidur tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari. 6-12 Tahun Masa sekolah 10 jam/hari 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur relative kostan. 12-18 Tahun Masa Remaja 8,5jam/hari 20% tidur REM. 18-40 Tahun Masa dewasa muda 7-8 jm/hari 20-25% tidur REM, 5%-10% tidur terhadap I, 50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III dan IV. 40-60 Tahun Masa paruh baya 7 jam/hari 20% tidur REM, mungkin mengalami imsomnia dan sulit untuk dapat tidur. 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/ hari 20%-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang terkadang tak ada, mungkin menngalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.

D. Fisiologi tidur Fisiologi tidur merupaka peangaturan kegiata tudur oleh adanya hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun, Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer Endokrin kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter). Tiap kejadian tersebut dapat di identifikasi atau di rekam dengan electreoencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukran tonus otot dengan meggunakan elektromiogram(EMG) dan elektroculogram (EOG) untuk mengukur pergeraka mata. Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat oak untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini mampunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual,audiotori,nyeri dan ensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri. (emosi,proses,pikir). Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS melepakan katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin di sebabkan oleh pelpasa serum serotinin dari sel-sel spesifikdi pons dan batang otak tengah yaitu Bulbarsyncronizing regional (BSR) bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang di terima dari pusst otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan system limbiks seperti emosi. Seseoranng yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.

E. Faktot-faktor yang mempengaruhi tidur. 1. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit mememrlukan waktu tidur yang lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur, misalnya pada pasien degan gangguan pernafasan seperti asma,bronkitis,penyakit kardiovaskuler dan lain-lain.

2. Kelelahan Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kelelahan tingkat menenngah orang dapat tidur dengan nyeyak, sedanng pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan priode tidur REM lebih pendek 3. Stres Psikologis Cema dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini di sebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepirefin darah melalui sisitem saraf simpatis.zat ini akan mengurangi tahap IV REM dan NREM. 4. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu : a) Diuretik : menyebabkan imsomnia b) Anti depresan : Suprnsi REM c) Kafein : Meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan tidur. d) Bbeta Bloker : Menimbulkan Insomnia. e) Narkotika :Mensupresi REM sehingga mudah mengantuk. f) Amfetamin : Menurunkan tidur REM 5. Nutrisi. Makanan yang banyak maengandung L-Triptofan yang merupakan asam amino dari protein yang di cerna seperti keju,susu,daging dan ikan tuna dapat mamperceapat terjadinya ptoses tidur. 6. Lingkungan Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseaoranng untuk tidur . Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseoranng dapat seseorang dapat tidur dengan nyeyak dan saebaliknya. 7. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat meanimbulkan gangguan proses tidur. 8. Alkohol Alkohol Menekan REM secara normal, seseorangkarang yang tahan minum alkohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian keperawatan 1. Riwayat tidur a) kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari b) Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya c) Kebiasaan/pun saat tidur

d) Lingkungan tidur e)Dengan siapa paien tidur f) Obat yang di konsumsi sebelum tidur g) Asupan dan stimulan h) Perasaan pasien mengenai tidurnya i)Apakah ada kesulitan tidur j) Apakah ada perubahan tidur 2. Gejala Klinis a) Perasaan Lelah b) Gelisah c) Emosi d) Apetis e) Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak f) konjungtin merah dan mata perih g) Perhatian tidak fokus h) Sakit kepala 3. Penyimpangn Tidur a) Insomnia Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, bahkan seseoranng yang terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (japardi 2002). Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang. Jenis insomnia yaitu : 1. insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur. 2. insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur. 3. insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi. Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. b) Somnambulisme Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai resiko terjadinya cidera. c) Enuresis Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada bebrapa faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.

d) Narkolepsi Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur, dapat di katakan pula bahwa Narkolepsi serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangn mengantuk tersebut datang. Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetikasistem saraf pusat di mana periode REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yanng bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang. e) Night Terrors Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan. f) Mendengkur Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar bila di lewati udara pernafasan.

B. Diagnosis Kperawatan 1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme,kerusakan eliminasi,,pengaruh obat,imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang mengganggu. 2. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk. tidur, henti nafas saat tidur,a(sleep apnea) dan keetidak mampuan mengawasi prilaku. 3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia. 4. Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur. 5. Potensial cidera berhubungan dengan Semnambolisme. 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur hipersomia.

C. Perencanaan Keperawatan Tujuan : Pereencanan keperawatan berhubungan dengan cara untuk mempertahan kan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal. Rencana Tindakan : a) Lakukan identifikasi fsktor yang mempengaruhi masalah tidur. b) Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur. c) Tingkatkan aktivitas pada siang hari d) Coba untuk memicu tidur e) kurangi potensial cedera selama tidur f) Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan. D. Pelaksanaan keperawatan., Tindakan keparawatan pada orang dewasa :

1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur. a) Bila terjadi pada pasien rawat inap,masalah tidur di hubungkan dengan lingkungan rumah sakit, maka : Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas Berikan obat analgrsik sesuai pro Berikan linngkungan yang suportif Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas. b) Bila faktor insomnia maka Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur. Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu siang dan sore hari. Anjurkan pasien tidur saat mengantuk. Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur. Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum tidur. c) Bila terjadi somabulisme, maka : Berikan rasa aman pada diri pasien Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan. Cegah timbulnya cidera. d) Bila terjadi enuresa, maka : Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur. Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum tidur. Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil. e) Bila terjadi Narkolepsi, maka : Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida (ritalin) Untuk mengendalikan narkolepsi 2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur. Tutup pintu kamar pasien Pasang kelambu/garden tempat tidur Matikan pesawat telapon Bunyikan musik yang lembut Redupkan atau matikan lampu Kurangi jumlah stimulus Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok. 3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari : Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari. 4. Membuat Pasien untuk memicu tidur. Anjurkan pasien mandi sebelum tidur Anjurkan pasien minum susu hangat.

Anjurkan pasien membaca buku Anjurkan pasien menonton televisi Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur 5. Mengurangi potensial cedera sebelum tidur Gunakan cahaya lampu malam. Posisikan tempat tidur yang rendah. Letakkan bel dekat pasien. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan Gantungkan selang Drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila pasien memekainnya. 6. Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan. Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah. Ajarkan pentingkan latihan reguler jam. Penerangan tentang efek samping obat hipnotik Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis. Tindakan Keperawatan Pada Anak 1. Masa Neonatus Dan bayi Beri sprai kering dan tebal untuk menutupi perlak. Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak. Atur suhu ruangan menjadi 18o-21o C pada malam dan 15,5o-18o C pada siang. Berikan cahaya lampu yang lembut Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering. Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi. 2. Masa Anak Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten. Tempel jadwal tidur Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur. Dukung aktivitas pereda ketegangan seperti bercerita.

3. Masa Sebelum Sekolah Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten. Tempel jadwal tidur Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur. Dukung aktivitas pereda ketegangan seperti bercerita Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur. Berikan rasa aman dan nyaman Nyalakan lampu agak terang 4. Masa Sekolah Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak beraktivitas. 5. Masa remaja

Usia ini sering memrlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias dan membersihkan diri 6.Masa Dewasa (Muda, Paruah Baya, dan Tua) a) Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur. Berikan hiburan. Kurangi rasa nyeri. Bersihkan tempat tidur. b) Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat. Berikan selimut sehingga tidak kedinginan. Anjurkan pasien latihan relaksasi. Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur. Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif. Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman. E. Evaluasi Keperawatan. 1) Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi tidur dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur. 2) Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur. 3) Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4 minggu dengan mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada saat klien terjaga. 4) Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa sekolah 10 jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua orang. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengn pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratyr akan memberikan efek yang baik terhadap kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yanng di perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh.

B. Saran Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya sesuai kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat melakukan berbagai kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengan dengan prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai, kopetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat berjalan dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika Jakarta. Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta. Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta. Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta.

You might also like