You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek., tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya tumor tulang. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan maligna. Klasifikasi yang banyak digunakan untuk kedua jenis tumor ini adalah sebagai berikut : 1. Tumor Tulang BenignaKondrogenik: Osteokondroma, Kondroma Osteogenik : Osteoid osteoma, Osteobalstoma, Tumor sel Giant 2. Tumor Tulang Maligna Kondrogenik : Kondrosarkoma Osteogenik : Osteosarkoma Fibrogenik : Fibrosarkoma Tidak jelas asalnya : Sarcoma Ewing Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radik ikal diikuti kemotherapy.

CA. Tulang

Page 1

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 jenis yaitu kanker tulang sekunder dan kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar (metastatis) ke tulang, misalnya kanker paru-paru yang menyebar ke tulang dan menjadi kanker tulang. Tipe-tipe kanker yang paling umum yang dapat menyebar ke tulang adalah kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker prostat. Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker tulang yang disebabkan oleh selsel kanker yang berasal dari tulang. Kasus kanker tulang primer lebih jarang terjadi dibandingkan kanker tulang sekunder. Hingga kini, penyebab kanker tulang belum dapat diketahui secara pasti. Gejala-gejala kanker tulang meliputi rasa nyeri pada tulang, adanya suatu massa atau benjolan pada tulang dan jaringan di sekitarnya yang terkena kanker, demam, menggigil, keringat waktu malam, dan penurunan berat badan dapat terjadi. Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 jenis yaitu kanker tulang sekunder dan kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar (metastatis) ke tulang, misalnya kanker paru-paru yang menyebar ke tulang dan menjadi kanker tulang. Tipe-tipe kanker yang paling umum yang dapat menyebar ke tulang adalah kanker paruparu, kanker payudara, dan kanker prostat. Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari tulang. Kasus kanker tulang primer lebih jarang terjadi dibandingkan kanker tulang sekunder. Hingga kini, penyebab kanker tulang belum dapat diketahui secara pasti. Gejala-gejala kanker tulang meliputi rasa nyeri pada tulang, adanya suatu massa atau benjolan pada tulang dan jaringan di sekitarnya yang terkena kanker, demam, menggigil, keringat waktu malam, dan penurunan berat badan dapat terjadi.
CA. Tulang Page 2

B. Etiologi Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker tulang. Dokter meyakini bahwa kanker tulang disebabkan kesalahan pada sel DNA. Kesalahan ini menyebabkan tulang tumbuh dengan tidak terkendali. Akumulasi dari mutasi sel ini membentuk tumor yang dapat menyerang tulang di dekatnya atau menyebar ke area lain di dalam tubuh. Istilah kanker tulang tidak merujuk pada kanker yang timbul di manapun di tubuh dan menyebar ke tulang. Kanker tulang juga tidak merujuk pada kanker sel darah yang dimulai dari sumsum tulang belakang. Secara umum, jenisjenis kanker tersebut terbagi menjadi dua tipe, yaitu kanker tulang primer dan kanker tulang sekunder atau biasa disebut sebagai kanker tulang metastatic.

C. klasifikasi 1. Osteosarkoma Kanker Tulang dalam bahasa medis biasa disebut Osteosarkoma. Osteosarkoma biasanya menyerang anak laki-laki di rentang usia 10 tahun dan 25 tahun. Serangan kanker tersebut hingga saat ini masih diduga sebagai penyakit yang diturunkan secara genetik. Kanker Osteosarkoma sendiri cenderung tumbuh di ujung bawah tulang paha, ujung atas tulang lengan atas, atau ujung atas tulang kering. Gejala yang paling sering ditemukan adalah rasa nyeri yang sejalan dengan pertumbuhan tumor, juga bisa mengakibatkan pembengkakan yang akan memberikan sensasi rasa hangat serta kulit yang mulai terlihat memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang atau kerap disebut fraktur patologis. Hal ini sering terjadi setelah tulang mengalami gerakan rutin. Patahnya tulang tersebut disebabkan oleh pertumbuhan tumor yang menyebabkan tulang menjadi rapuh. Osteosarkoma bisa dideteksi dan didiagnosa melalui test imaging dengan menggunakan metode CT Scan atau X-Ray pada tulang. Bila telah terdeteksi, Osteosarkoma bisa diobati dengan operasi pengangkatan kanker. Pengobatan kemoterapi juga harus dilakukan bila sel-sel kanker telah menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya.

2. Chondrosarkoma Kanker jenis ini biasanya menyerang sel-sel kartilago atau tulang rawan seseorang yang telah berusia di atas 50 tahun. Chondrosarkoma mempunyai kecepatan tumbuh cenderung lebih lambat dan dapat disembuhkan hanya dengan pembedahan.

CA. Tulang

Page 3

Namun dalam beberapa kasus, kanker ini bersifat invasive atau agresif dan mudah menyebar. Pembedahan dengan pengangkatan seluruh tumor, hingga saat ini dirasa sebagai metode yang efektif untuk mengobati Chondrosarkoma. Pengobatan kemoterapi dan radioterapi tidak memiliki efek yang begitu banyak terhadap jenis kanker ini. Metode amputasi sangat jarang dilakukan untuk mengobati kanker ini.

3. Ewing Sarkoma Masa-masa pubertas adalah masa-masa yang rentan terserang kanker Ewing Sarkoma. Kanker ini jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10 tahun. Ewing Sarkoma paling sering berkembang di tulang panjang, panggul, dan juga dada. Kanker jenis ini juga mempunyai sifat yang invasive sehingga mudah menyebar ke organ-organ terdekat, seperti paru-paru atau organ lainnya. Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah rasa nyeri dan demam. Namun, gejala tersebut juga bisa disertai dengan tanda-tanda pembengkakan tulang. Dalam kasus-kasus secara umum, kanker ini baru terdiagnosa saat kanker sudah menyebar. Ewing Sarkoma bisa disembuhkan dengan kombinasi metode pengangkatan kanker, kemoterapi, serta radio terapi. 4. Limfoma Tulang Maligna. Limfoma Tulang Maligna biasanya menyerang mereka yang berusia 40-50 tahun. Kanker ini berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh, kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan dan tulang yang rusak. Pengobatan terdiri dari kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran 5. Mieloma Multipel Mieloma Multipel adalah kanker tulang yang paling sering ditemukan. Kanker ini berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah. Biasanya kanker tulang jenis ini dialami oleh orang dewasa. Kanker ini dapat mengenai 1 atau lebih tulang sehingga nyeri bisa muncul di lebih dari 1 tempat. 6. Fibrosarkoma dan Histiositoma Fobrosa Maligna. Fibrosarkoma dan Histiositoma Fobrosa Maligna Kanker ini berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang, seperti ligamen, tendon, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang. Kanker ini biasanya ditemukan pada orang berusia lanjut atau pertengahan. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan, dan rahang. Fibrosarkoma dan Histositoma Fibrosa Maligna mirip dengan osteosarkoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya. Pengobatannya pun sama.

CA. Tulang

Page 4

D. Patoisiologi

E. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala kanker tulang antara lain: 1. Nyeri pada tulang 2. Bengkak di dekat area yang terinfeksi 3. Lemah tulang, terkadang menyebabkan patah tulang

CA. Tulang

Page 5

4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena 5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.

F. Pemeriksaan diangnostik Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.

G. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999). 2. Tindakan keperawatan a. Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ). b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
CA. Tulang Page 6

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan. c. Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetikam dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

d. Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001)

H. Komplikasi 1. Akibat langsung 2. Akibat tidak langsung tubuh 3. Akibat pengobatan kebotakan pada kemoterapi. : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, : Patah tulang : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan

Prognosis Pada permulaannya prognosis osteosarkoma adalah buruk, five years survival rate-nya hanya berkisar antara 10-20%, belakangan ini dengan terapi ajuvan berupa kemoterapi yang intensif, maka five years survival rate menjadi lebih baik, mencapai 60-70%, bahkan ada yang mencapai 100%. Berkat kemoterapi pra bedah maka tindakan amputasi juga sudah jauh berkurang. Sekarang di pusat-pusat pengobatan kanker tulang yang lengkap, lebih sering dilakukan tindakan limb salvage.

CA. Tulang

Page 7

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian 1. Wawancara Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise. 2. Pemeriksaan fisik a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena. b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas. c. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit. d. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional. 3. Pemeriksaan Diagnostik Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).(Wong, 2003)

B. Diagnosa 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi 2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status h 4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.

C. Intervensi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi Tujuan : klien mengalami pengurangan nyeri

kriteria hasil : a. -Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan b. -Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

CA. Tulang

Page 8

Intervensi

a. Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri ) b. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi ) c. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi. d. Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri. 2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat. Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan

partisipasi aktif dalam aturan pengobatan Kriteria Hasil :

a. Pasien tampak rileks b. Melaporkan berkurangnya ansietas c. Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien Intervensi :

a. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan. b. Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara. c. Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien. d. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker. Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat :

Kriteria Hasil ( 3,5 5,5 g% ) intervensi :

a. penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal

a. Catat asupan makanan setiap hari b. Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari. c. Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat. 4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran. Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh,

perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu. kriteria hasil :

CA. Tulang

Page 9

a. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif. Intervensi :

a. Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga. b. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan c. Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien.

D. Evaluasi Hasil yang diharapkan 1. menerangkan proses penyakit dan program terapi a. menerangkan proses patologik b.menentuka sasaran program terapeutik c. mencri penjelasan informasi 2. mampu mengontrol nyeri a. memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat yang diresepkan b.tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selam menjalankan aktivitas hidup hidup sehari-hari, atau tempat operasi 3. tidak mengalami patah tulang patologik a. menghindari stress pada tulang yang lemah b.mempergunakan alat bantu dengan aman c. memperkuat ektermitas yang sehat 4. memperlihatkan konsep diri yang positif a. mengidentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu ditanggungnya. b. c. d. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya Memperlihatkan peneriamaan perubahan citra diri Memperlihatkan kemandirian dalam kemandirian hidup sehari-hari

5. Berpartisipasi dalam keperawatan kesehatan berkelanjutan dirumah a. Mematuhi regimen yang ditentukan (mis. Menelan setiap obat yang diresepkan, tetap menjalankan program terapi fisik dan okupasi) b. Menyretujui perlunya supervise kesehatajn jangka panjang c. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut d. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi

CA. Tulang

Page 10

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta : EGC. Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru: Akper Depkes. Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba medika. Jakarta Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC

CA. Tulang

Page 11

You might also like