You are on page 1of 29

Parkinson Nazrien [406107063] BAB I PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya kemajuan di berbagai bidang terutama di bidang ekonomi, angka harapan hidup manusia Indonesia meningkat pula sampai saat ini telah melampaui 60 tahun. Keadaan ini berakibat pada perubahan pola penyakit yang kita jumpai pada masyarakat, misalnya demensia, stroke, parkinson. Yang diinginkan bagi seorang lansia tentunya proses menua yang sukses, antara lain mencakup : 1. Dapat tetap berdikari. 2. Sehat mental dan mampu mempertahankan harga diri. 3. Hambatan fisik yang minimal dan mampu diatasinya. 4. Puas dengan keadaan dan hidupnya.

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan, akibat kekakuan otot. Penyakit Parkinson atau lebih tepat disebut sebagai sindrom Parkinson, yang dijumpai pada semua bangsa. Kebanyakan para penderita mulai dilanda penyakit ini pada usia antara 40 60 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan wanita 5 : 4. Sekitar 1% dari kelompok usia di atas 50 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia di atas 70 tahun. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Johnson dkk. mengemukakan bahwa diagnosis klinis penyakit Parkinson dapat ditegakkan bila dijumpai sekurang-kurangnya 2 dari 4 gejala tersebut. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 1

Parkinson Nazrien [406107063]

Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang. Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk

membentuk ekspresi tidak bergerak, kadang disalah artikan sebagai depresi, walaupun banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 2

Parkinson Nazrien [406107063] BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1. DEFINISI Penyakit Parkinson atau lebih tepat bila disebut sebagai sindrom Parkinson adalah suatu kemunduran dari sistem saraf pusat yang bersifat kronik progresif, sering merusak kemampuan motorik dan kemampuan berbicara penderitanya. Penyakit parkinson memiliki ciri-ciri kondisi kekacauan gerakan yang sering ditandai oleh kekakuan otot, gemetaran, gerakan fisik yang lambat bahkan sampai hilangnya gerakan fisik ( akinesia ). Secara patologis, penyakit Parkinson ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama substansia nigra pars compacta disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut lewy bodies. Dengan perawatan yang baik penderita penyakit Parkinson dapat bertahan hidup dengan baik lebih dari 20 tahun. Penyebab penyakit Parkinson pada sebagian besar kasus ( 90% ) ternyata adalah idiopatik. Penyebab lainnya adalah pasca infeksi, arteriosklerotik pada batang otak, disertai dengan perubahan mental dan gejala kelainan otak lain. Keracunan dan cedera kepala dapat juga menyebabkan timbulnya penyakit Parkinson. Beberapa faktor resiko ( multifaktorial ) yang telah diidentifikasi dan mungkin menjadi penyebabnya yakni : 1. Usia, Umunnya pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun. 2. Ras, pada orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika. 3. Genetik, abnormalitas pada gen tertentu yang khas terdapat pada penderita penyakit Parkinson, khususnya penderita parkinson usia muda. 4. Lingkungan, berupa toksin {1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6 trihidroxypyridine ( MPTP ), CO, Mn, Mg, methanol, etanol, dan sianida }, penggunaan peptisida dan herbisida, serta infeksi. 5. Cedera kranioserebral, meski peranannya masih belun jelas. 6. Stress emosional, yang juga diduga menjadi faktor resiko.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 3

Parkinson Nazrien [406107063]


EPIDEMIOLOGI Penyakit parkinson dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering pada usia lanjut. Penyakit Parkinson ,mengenai 1-2% terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun. Angka penyakit Parkinson di Indonesia secara tepat belum diketahui. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun, statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.

II.3.

KLASIFIKASI

Parkinson dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu :


1. Primer/Idiopatik/Paralisis Agitans/Shaking Palsy

Dikemukakan pertama kali oleh James Parkinson pada tahun 1817, merupakan suatu sindroma yang terdiri atas tiga gejala utama yaitu hipokinesia, tremor, rigiditas. Insidennya meningkat pada penderita berusia di atas 50 tahun. Disfungsi utama terletak pada sistem ekstrapiramidal walaupun terkadang pada beberapa kasus terlihat ada pula gangguan pada sistem saraf otonom. Pada pemeriksaan patologi, pemotongan pada mesensefalon didapatkan

berkurangnya atau tidak dijumpai lagi melanin di daerah substansia nigra. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan hilangnya neuron di zona kompakta, sedangkan neuron yang masih hidup tampaknya abnormal dan mengandung inklusi hialin intrasitoplasmik (Lewy Bodies). Penyebab yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui, namun beberapa ahli mempostulatkan adanya 2 kemungkinan yang dapat mendasari terjadinya degenerasi neuronal pada Parkinson : Pertama yaitu neurotoksin lingkungan, karena paparan terhadap mangan dan 1-metil4fenil-1,2,3,6 tetrahidro-piridin (MPTP) yang secara selektif toksik terhadap substansia nigra dan lokus ceruleus yang hanya dalam waktu 14 hari ternyata dapat Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 4

Parkinson Nazrien [406107063]


memberikan gambaran klinis yang sama dengan penderita Parkinson (Reuben et al, 1996), dan yang kedua adalah radikal bebas, karena oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrostriatal yang menghasilkan hidrogen peroksid dan radikal oksi lainnya. Faktor pencetus lainnya antara lain faktor genetik, beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan resiko 2-3x untuk mendapatkan Parkinson pada keluarga yang memiliki riwayat menderita Parkinson. Parkinsonisme harus didiagnosis banding dengan sindroma hipokinetik lain, misalnya korea senilis, korea Huntington, diskinesia, dan distosia senilis. 2. Sekunder/simptomatik Pada Parkinson yang sekunder, penyebabnya diketahui. Beragam kelainan atau penyakit dapat menyebabkan sindroma Parkinson, diantaranya : Infeksi Post-Enchephalitis Parkinson ditemukan pada orang-orang yang selamat dari pandemik ensefalitis letargika (penyakit tidur) yang terjadi setelah perang dunia pertama. Sekitar 80% dari penderita ini menunjukkan manifestasi Parkinsonisme dalam waktu 10 tahun setelah infeksi. Serebrovaskular Penyakit multi-infark misalnya karena aterosklerosis dapat memberikan gambaran seperti Parkinson dengan bradikinesia dan rigiditas yang lebih nyata dibandingkan tremor. Biasanya gambaran klinis seperti ini muncul bila terdapat kerusakan fokal pada traktus piramidalis, pseudobulbar palsy atau demensia. Obat-obatan (Drugs induce Parkinson) Obat-obatan dapat memicu terjadinya Parkinson dengan cara mencegah aktivitas dopamine di dalam otak. Fenotiazine dan Butirofenon (seperti haloperidol) menutup reseptor dopamine post-sinaps, sedangkan Reserpin dan Tetrabenazine mencegah keluarnya dopamine dari neuron pra-sinaps. Pasca trauma kepala berulang pada petinju Intoksikasi zat (CO, karbondisulfida, mangan, sianida) Tumor serebri

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 5

Parkinson Nazrien [406107063]


3. Parkinson Plus (disebut juga sebagai Paraparkinson) Pada kelompok ini, gejala Parkinson hanya sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Penyakit-penyakit dengan manifestasi gejala klinis serupa sindroma Parkinson : Sindroma Shy-Drager Pada sindroma ini, selain gejala Parkinson juga ada gangguan otonom. Gejala berupa Parkinsonisme dan gangguan otonom inilah yang disebut sebagai Sindroma Shy-Drager. Gejala lain selain gejala-gejala Parkinsonisme tersebut adalah menghilangnya keringat, mulut kering, miosis, retensi urin

(inkontinensia urin), impoten. Kelumpuham pita suara merupakan gejala permulaan gangguan otonom, menyebabkan stridor dan sumbatan nafas sehingga memerlukan tracheostomi. Sindroma Steele-Richardson Olzewski (Progresive Supranuclear Palsy) Ditemukan sekitar 8% dari semua jenis Parkinson dan biasanya pada umur 64 tahun (50-77). Gejalanya berupa supranuklear oftalmologi, akinesia, rigiditas, nuchal dystonia, pseudobulbar palsy (dysartria, disfagi), gangguan kognitif. Penyakit Wilson Penyakit ini disebut juga degenerasi hepatolentikuler. Etiologinya karena

kekurangan enzim seruloplasmin (alfa-2-globulin) sehingga Cu tidak dapat diikat mengakibatkan terjadinya pengendapan Cu di ganglia basal (korpus striatum dan nukleus lentikularis), hati, dan membran descemet pada kornea mata. Pada hati, lama-lama akan mengalami sirosis post-nekrosis. Biasanya terjadi pada orang muda, familial, dan progresif. Gambaran patologi berupa atrofi otak, perlunakan dan warna kecoklatan pada korpus striatum, sirosis koma hepatikum, astrosit dapat berubah menjadi bentuk-bentuk yang khas yang disebut glia (sel) Alzheimer jenis I dan II. Pigmentasi pada membran descemet kornea disebut Kayser-Fleischer Ring, yang berwarna hijau kecoklatan. Penyakit Jacob-Creutfeldt Penyakit prion yang jarang, disertai dengan sejumlah mutasi gen protein prion yang berbeda, terdapat dalam bentuk infeksius familial dan sporadik (sebagai dominan autosomal). Onset pada usia pertengahan, variasi gambaran klinis Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 6

Parkinson Nazrien [406107063]


dan patologis yang luas. Bentuknya yang paling umum antara lain berbagai derajat degenerasi neuron berbentuk spons, hilangnya neuronal, gliosis, dan pembentukan plak amiloid, demensia progresif yang cepat, mioklonus, gangguan motorik, perubahan karakteristik pada EEG. Kebanyakan meninggal satu tahun setelah onset, kasus infeksius disebabkan oleh prosedur bedah, infeksi hormon pertumbuhan manusia yang terbuat dari kelenjar hipofisis yang terinfeksi. Hallerverdon Spoatz Disease Gangguan herediter yang ditandai dengan penurunan jumlah selaput myelin yang nyata di globus palidus dan substansia nigra, dengan penumpukan pigmen besi, polidisartria, kemunduran mental progresif. Diturunkan sebagai resesif autosomal, dimulai pada dekade pertama atau kedua, kematian sebelum usia tiga puluhan. Disebut juga sebagai status dismielinatus. Hidrosefalus Normotensif Hidrosefalus Normotensif pada usia lanjut tampak dalam trias khusus yaitu gangguan berjalan, demensia dan inkontinensia. Sindroma ini bermanifestasi ke dalam dua varian yaitu simptomatik dan idiopatik. Jenis simptomatik memiliki penyebab yang jelas misalnya meningitis atau perdarahan subarachnoid. Sedangkan jenis idiopatik tidaklah jelas penyebabnya, maka diagnosis jenis ini tergantung dari adanya perbaikan setelah terapi sepintas. Perbedaan pergerakan pada penyakit ini dengan penyakit Parkinson adalah ayunan lengan lebih jelas dibandingkan dengan penyakit Parkinson, dan tidak adanya resting tremor. Untuk membantu diagnosa digunakan pemeriksaan CTScan, MRI dan radioisotop sisternografi. Terapi yang dapat dilakukan dengan lumbal pungsi cairan serebrospinal dan terapi pintas (ventrikulo peritoneal shunt). Atrofi Palidal (Parkinson Juvenilis) Keadaan yang berkembang pada kehidupan awal yang biasanya bersifat familial tapi kadang-kadang terjadi sporadik, ditandai dengan peningkatan tonus otot dengan perilaku khas dan fasies paralisis agitans disebabkan oleh degenerasi progresif pada globus palidus, substansia nigra, dan traktus piramidalis dapat terserang. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 7

Parkinson Nazrien [406107063]


II.4. ETIOLOGI Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut. 1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson. 2. Geografi : Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi akibat adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan. 3. Periode : Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup. 4. Genetik : Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. 5. Faktor Lingkungan a. Xenobiotik Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 8

Parkinson Nazrien [406107063]


b. Pekerjaan Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama. c. Infeksi Paparan virus influenza intrauterin diduga menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides. d. Diet Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif. e. Trauma kepala Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar f. Stress dan depresi Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.

ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI Gejala-gejala Parkinson tidak terlepas dari hubungannya dengan sirkuit

ekstrapiramidal. Sirkuit ektrapiramidal adalah sirkuit intraserebral yang mengatur gerakan tangkas volunter.

Sirkuit ini disusun oleh : 1. Korteks serebri 2. Ganglia basalis yang terdiri dari

nukleus caudatus, putamen, globus palidus, substansia nigra, nukleus

ventrolateralis

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 9

Parkinson Nazrien [406107063]


talami, nukleus subtalamikus. 3. Nukleus ruber. 4. Formatio retikularis batang otak. 5. Serebelum dan intinya. 6. Nukleus vestibularis lateralis. Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta ( SNc ) sebesar 40-50 %. Bagian ini menjadi pusat kontrol / koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmiter yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk mengatur seluruh pergerakan otot dan keseimbangan badan yang dilakukan oleh sistem saraf pusat. Korteks striatum yang dihubungkan oleh neuron-neuron substansia nigra sebagian terdiri dari neuron-neuron dopaminergik dan kolinegik. Diantara neuron-neuron tersebut didapatkan keseimbangan yang dinamik. Jika neuron dopaminergik itu tidak mendapat suplai dopamine dari substansia nigra maka neuron akan kehilangan fungsinya sehingga komponen kolinergik akan lebih berperan. Berkaitan dengan berkurangnya dopamine, parkinsonisme terjadi dikarenakan kegagalan otak dalam menjaga keseimbangan antara neurotransmitter pemacu yang dalam hal ini adalah asetil kolin beserta glutamate dan neurotransmitter penghambat yaitu dopamine beserta GABA (Gamma Amino Butiric Acid). Pada Parkinsonisme, neuron-neuron pembentuk dopamine pada ganglia basalis (substansia nigra) mengalami kerusakan sehingga tidak dapat mengirimkan pesan dari akson-akson ke korpus striatum dan mengakibatkan defisiensi dopamine di korpus striatum. Sebagai akibat berkurangnya dopamine, maka thalamus menyalurkan impulsnya secara tidak terkendali ke korteks pre-motorik dan motorik sehingga pada penderita akan terlihat gejala-gejala gangguan ektrapiramidal berupa tremor, rigiditas, bradikinesia dan gangguan postural. Gejala-gejala ini timbul bila sudah lebih dari 50% sel substansia nigra dopaminergik telah rusak. Pada parkinsonisme terdapat kehilangan tenaga otot yang mencolok tetapi tanpa disertai kehilangan sensibilitas.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 10

Parkinson Nazrien [406107063]


II.6. GEJALA KLINIS

Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu. 1. Gejala Motorik a. Tremor/bergetar Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah resting tremor. Kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang), kepala bisa bergoyang-goyang, tanpa disadari, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi. b. Rigiditas/kekakuan Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi. Kekakuan bisa juga terjadi di leher, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 11

Parkinson Nazrien [406107063]


break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk, cepat tetapi pendek-pendek untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon). c. Akinesia/Bradikinesia Gerakan penderita menjadi serba lambat. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu raguragu untuk mulai melangkah. Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. e. Mikrografia Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini. f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson) Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan. g. Bicara monoton Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat. h. Dimensia Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 12

Parkinson Nazrien [406107063]


i. Gangguan behavioral Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup. j. Gejala Lain Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)

2. Gejala non motorik a. Disfungsi otonom Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic Pengeluaran urin yang banyak Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme. b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia) e. Gangguan sensasi, - kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna, - penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan - berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),

II.7.

DIAGNOSIS Diagnosis penyakit Parkinson dibuat terutama berdasarkan gambaran klinis, di

samping adanya pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, MRI, dan PET atas indikasi untuk menyingkirkan diagnosis Sindrom Parkinson selain Penyakit Parkinson. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 13

Parkinson Nazrien [406107063]


Menurut gambaran klinisnya, diagnosis penyakit Parkinson dapat ditegakkan berdasarkan sejumlah kriteria: 1. Kriteria diagnosis klinis Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia, atau Tiga dari 4 tanda motorik ; tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan postural 2. Kriteria diagnosis klinis modifikasi Diagnosis possible (mungkin): adanya salah satu gejala dari gejala khusus. Tandatanda minor yang membantu kearah diagnosis klinis possible : Myerson sign, menghilang atau berkurangnya ayunan lengan, refleks menggenggam. Diagnosis probable (kemungkinan besar): kombinasi dari dua gejala khusus (termasuk gangguan refleks postural), salah satu dari tiga gejala pertama asimetris. Diagnosis definite (pasti): setiap kombinasi 3 dari 4 gejala khusus. Pilihan lain: setiap dua dengan satu dari tiga gejala khusus pertama terlihat asimetris. 3. Kriteria diagnosis koller Didapat 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik yang berlangsung satu tahun atau lebih. Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal 1.000mg/hari selama 1 bulan), dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu : Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman) Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan terganggu Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 14

Parkinson Nazrien [406107063]


Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

II.8.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis, karena tidak

memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit Parkinson. Pengukuran kadar NT dopamine atau metabolitnya dalam air kencing, darah maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson, diagnosis definitive terhadap penyakit Parkinson hanya ditegakkan dengan otopsi. Neuroimaging : o Magnetik Resonance Imaging ( MRI ) Didapati hanya pasien yang dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di striatum. o Positron Emission Tomography ( PET ) Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa, khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini. Tetapi PET tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. o Single Photon Emission Computed Tomography ( SPECT ) Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh SPECT, suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus dan penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Dengan demikian, imaging transporter dopamin pre-sinapsis yang

menggunakan ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin terbukti berguna dalam mendeteksi orang yang beresiko secara dini. Potensi teknik tersebut sebagai metoda yang obyektif untuk memonitor efikasi terapi farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 15

Parkinson Nazrien [406107063]


II.9. KOMPLIKASI Penderita penyakit Parkinson umumnya adalah orang tua, sehingga dengan adanya manifestasi klinik seperti di atas, akan menimbulkan masalah dan komplikasi sebagai berikut : 1. Atrofi otot dan kelemahan akibat tidak terpakai ( disused atrophy and weakness ). 2. Gangguan bicara berupa distonia atau berkurangnya volume suara berbicara sampai berbisik, tidak jelas serta monoton. 3. Perubahan gerak nafas, terlihat dari mengecilnya kapasitas vital paru-paru karena menurunnya ekspansi toraks, yang disebabkan rigiditas otot interkostal dan otot badan bagian atas sehingga berposisi fleksi dan adduksi. Hal ini meningkatkan resiko untuk terkena pneumonia yang merupakan sebab utama kematian pada penderita Parkinson. 4. Perubahan gizi yang menjadi malnutrisi karena terganggunya gerak mengunyah dan menelan pada waktu makan. Konstipasi sering timbul, sehingga penderita memerlukan program pengaturan buang air besar. 5. Osteoporosis bisa timbul karena gizi, inaktivitas lama, dan umur. Hal ini menyebabkan mudahnya patah tulang. 6. Kontraktur dan deformitas disebabkan rigiditas berat dan kurangnya gerak segmen tubuh. Bebrapa kontraktur dan deformitas yang sering terjadi pada otot : Fleksor panggul dan lutut Adduktor panggul Fleksor plantar dan ibu jari kaki Fleksor dada atas, punggung dan leher Adduktor bahu dan rotator interna Pronator lengan bawah Fleksor pergelangan tangan dan jari tangan Badan ( trunk ) yang menyebabkan kifosis atau scoliosis

7. Perubahan sirkulasi darah tampak dengan adanya venous pooling. 8. Dekubitus karena berbaring lama.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 16

Parkinson Nazrien [406107063]


9. Terganggunya sistem saraf otonom, dimana biasanya terdapat pada jenis pasca ensefalitis Parkinsonisme. Penderita mengalami hipersalivasi dan berkeringat banyak, kulit tampak kotor berlemak dan muka merah. 10. Letargi, mengantuk dan perubahan perilaku. 11. Nyeri diderita karena strain ligamentum akibat kesalahan postur tubuh.

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pengobatan penyakit Parkinson meliputi Terapi Farmakologis dan Terapi Non-Farmakologis.

II.10.1 Terapi Farmakologis Prinsip pengobatan medika mentosa adalah mengembalikan keseimbangan

neurotransmiter di ganglia basalis dengan meninggikan efek dopaminergik dan menekan kolinergik. Obat diberikan mulai dari dosis kecil dan di tingkatkan bertahap (start slow, go slow) Adapun obat anti parkinson dibagi menjadi 6 golongan utama : Pengganti Dopamin ( Levodopa ), yaitu preparat yang menggantikan fungsi dopamin ynag berkurang di otak. Dopamin Agonis, berfungsi menstimulasi secara langsung reseptor post-sinaptik dopaminergik striatum. Antikolinergik, bekerja menekan overstimulasi kolinergik di striatum. MAO-B Inhibitor, mencegah degradasi dopamin menjadi 3-4 dihidroxyphenilacetic di otak. COMT Inhibitor, merupakan terapi adjunctive terhadap levodopa dengan cara menginhibisi katabolisme levodopa menjadi 3-metoksitiramin. Antagonis MNDA

Levodopa (L-dopa) Pemberian Levodopa sebagai terapi dapat memperbaiki gejala penyakit dengan drastis dan merupakan kemajuan yang

spektakuler yang dirintis oleh Cotzias pada tahun 1969. Levodopa yang digunakan sejak tahun 1969 ini, sampai saat ini masih Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 17

Parkinson Nazrien [406107063]


merupakan obat pilihan (standar emas) bagi terapi medik Parkinson. Namun kelemahan obat ini terjadi komplikasi fenomena on-off , wearing off setelah penggunaan jangka panjang, kirakira setelah 5 tahun sejak mulai digunakan. Levodopa melintasi sawar-darah otak dan memasuki susunan saraf pusat sehingga mengalami perubahan enzimatik menjadi dopamin oleh enzim dopa-dekarboksilase. Dopamin menginhibisi aktivitas neuron di ganglia basalis. Neuron ini juga dipengaruhi oleh aktivitas eksitasi dari sistem kolinergik. Jadi, berkurangnya inhibisi oleh sistem dopaminergik pada nigrostriatal dapat diatasi oleh meningkatnya jumlah dopamin, dan keseimbangan antara inhibisi dopaminergik serta eksitasi kolinergik dipulihkan. Konversi levodopa menjadi dopamin juga terjadi di perifer. Hal ini mengakibatkan efek buruk yang mencakup nausea dan hipotensi ortostatik. Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di perifer, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa-dekarboksilase. Dalam hal ini dapat menggunakan karbidopa atau benserazide. Dengan demikian akan lebih banyak levodopa yang dapat menembus sawar darah otak. Efek samping : Nausea, muntah, distres abdominal, Hipotensi postural, Aritmia jantung, Diskinesia., Fluktuasi respons (on-off, wearing off), Halusinasi, Gangguan tidur, Depresi. Dosis : Dosis Levodopa dimulai dari rendah 50-150 mg/hari dan secara perlahan ditingkatkan menjadi 300-400 mg/hari dalam kurun waktu 2-3 minggu. Agonis-dopamin Merupakan obat yang langsung menstimulasi reseptor dopamin yang digunakan untuk mengurangi limitasi pada terapi dengan levodopa. Bromokriptin(Parlodel) dopamin derivat ergot. Agonis adalah salah satu agonis dopamin lainnya adalah:

Apomorphine,

Neupro,

Cabergoline(Destinex),

Pramipexole(Mirapex) , Ropinerole(Requip). Alasan untuk menggunakan agonis dopamin sebagai monoterapi pada penyakit yang masih dini yaitu untuk menangguhkan penggunaan levodopa dengan demikian mengurangi komplikasi sistem motorik pada penggunaan levodopa jangka panjang. Didapatkan lebih sedikit komplikasi diskinesia dan fluktuasi pada pasien yang diobati dengan monoterapi bromokriptin daripada dengan monoterapi levodopa. Namun penggunaan jangka panjang Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 18

Parkinson Nazrien [406107063]


bromokriptin memperlihatkan efek yang menurun. Secara umum dapat dikatakan bahwa monoterapi dengan bromokriptin efektif untuk jangka waktu pengobatan kurang dari satu tahun. Efek samping : Nausea, Puyeng, Mengantuk, Halusinasi, Konfusi, Gejala on-off. Dosis : Dosis bromokriptin dapat dimulai dengan 1,25 mg pada malam hari, kemudian ditingkatkan menjadi 2,5 mg sehari, 2 x 2,5 mg, kemudian sampai 40-45 mg bergantung pada respons. Antikolinergik Antikolinergik pada umumnya bermanfaat pada pasien Parkinson dengan gejala utama tremor serta membantu memperbaiki fungsi motorik dengan jalan memblokade reseptor kolinergik-muskarinik di striatum. Obat antikolinergik merupakan obat pilihan yang efektif terhadap gejala Parkinson yang disebabkan oleh obat-obatan. Efek samping : Mulut kering, Retensio urin, Pandangan kabur, Keringat berkurang, Konstipasi, Konfusi, Palpitasi, Pupil lebar, Memori menurun, Psikosis. Dosis : Triheksilfenidil Etopropazin Benztropin Selegiline 2-5 mg, 3x sehari 10-20 mg, 3x sehari 0,5-4 mg, 2x sehari

Selegiline (Eldepryl ) merupakan obat dari jenis MAO-B inhibitor. Obat ini menghambat metabolisme dopamin oleh MAO. Selain itu dapat menginduksi superoxide dismutase dan catalase, yang meningkatkan eliminasi free radical, sehingga selegiline dianggap mempunyai kemampuan neuroprotektif. Obat ini di metabolisme menjadi amfetamin yang mungkin bertanggung jawab sebagian terhadap efek euforianya. Dosis : 5 mg, 2x sehari

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 19

Parkinson Nazrien [406107063]


COMT Inhibitor Inhibisi enzim COMT telah dibuktikan dapat meningkatkan waktu aktif dan mengurangi fluktuasi motorik pada pasien Parkinson yang sudah lanjut. Tolcapon dan Entacapon adalah dua obat yang menghambat COMT, tolcapon menghambatnya di perifer dan sentral, sedangkan entacapon hanya di perifer. Obat ini jelas meningkatkan bioavailabilitas levodopa dengan jalan meningkatkan konsentrasi levodopa di plasma, dengan demikian lebih banyak levodopa tersedia bagi sistem susunan saraf pusat. Obat ini juga berguna mengobati wearing off levodopa pada pasien dengan Parkinson yang sudah lanjut. Obat ini efektif mengurangi fluktuasi motorik. Efek samping : Diskinesia, Halusinasi, Nausea. Dosis : 100-200 mg, 3 x sehari Amantadin Amantadin (Symmetrel ) merupakan obat antiviral, dapat digunakan sebagai obat tunggal pada pasien Parkinson dini, terutama untuk bradikinesia. Mekanisme kerja amantadin diduga bahwa obat ini membebaskan sisa dopamin yang ada pada neuron presinap di jalur nigrostriatal. Efek samping : Gelisah, Konfusi, Depresi, Nausea, Hipotensi,Edema. Dosis : 100 mg, 2 x sehari Co-Enzim Q-10 Sebagai obat AntiAging dapat memperlambat progresifitas Parkinson.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 20

Parkinson Nazrien [406107063]


Secara ringkas, terapi farmakologis dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel. I. Obat-obat pada penyakit Parkinson
Obat (generik/paten) Levodopa (Dopar) 200-500 mg/hari dalam dosis terbagi Tingkatkan ketersediaan dopamine dengan adakan prekursor metabolik Karbidopa (Lydosyn) Sp. 100 mg/hari dalam dosis terbagi 40/400-200/2000 Karbidopalevodopa (Sinemet) Amantadin (Symmetrel) Bromokriptin (Parlodel, Elkrip) 1-1,5 mg 3-4 x /hari ditingkatkan maks100-200 mg/dosis terbagi Tingkatkan pelepasan dopamine Aktivasi langsung reseptor dopamine Gol. Kolinergik**Triheksil-Phenidil (Artane) 2-20 mg/hari dosis terbagi Turunkan efek asetilkolin, bantu seimbangkan sistem kolinergik dan dopaminergik Mulut kering, konstipasi, retensio urin, pandangan kabut, eksaserbasi glaucoma, takikardi, konfusio, perubahan perilaku Benstropin mesilat (Cogentin) Selegilin (Eldepril) 0,5-8 mg/hari dosis terbagi 10 mg/hari sekali sehari Hambat monoamine oksidase tipe B Nausea, konfusio, agitasi, insomnia, gerakan involunter Seperti di atas Seperti di atas Delirium dan halusinasi Perubahan perilaku, hipotensi, nausea 100-300 mg/hari* mg/hari dalam dosis terbagi Turunkan metabolism, Tingkatkan ketersediaan Dopamin (kedua mekanisme di atas) Delirium dan halusinasi Nausea, vomitus, anoreksia, diskinesia, hipotensi ortostatik, gangguan perilaku mimpi visual, halusinasi Dapat tingkatkan toksisitas Levodopa Seperti di atas Dosis Mekanisme Kerja Efek Samping

*Dieliminasi lewat ginjal, dosis diturunkan kalau terdapat gangguan fungsi ginjal Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 21

Parkinson Nazrien [406107063]


**Terdapat beberapa jenis antikolinergik lain

II.10.2. Terapi Non Farmakologis Terapi Bedah Ada 2 tipe terapi bedah : 1. Bilateral thalamotomy dan Ventrolateral thalamotomy 2. Pallidotomi Pada tindakan operatif dikerjakan pada penderita dengan gejala klinis yang sangat berat dan tidak dapat terkontrol dengan obat antiParkinson. Tindakan operatif jenis ini umumnya saat ini sudah jarang dikerjakan karena gejala klinis penyakit Parkinson sering timbul kembali setelah 6 18 bulan pasca operasi.

FISIOTERAPI Pada tahap dini, penderita Parkinson masih dapat melakukan tugas seharihari tanpa merasa terganggu oleh penyakitnya. Penderita umumnya hanya diberikan psikoterapi suportif, fisioterapi, dan obat-obat penunjang sesuai gejala klinisnya. Pemberian obat antiParkinson (L-dopa) pada tahap dini memang memberikan perbaikan yang dramatis namun akan mempercepat timbulnya efek samping. Fisioterapi mencakup latihan-latihan untuk otot mengatasi perasaan kaku dan berat pada anggota gerak. Teknik-teknik fisioterapi pada penderita parkinson 1. Latihan terapeutik Yang biasa dipakai dalam perawatan adalah : Latihan aktif Tujuannya : menjaga ke-elastisitas-an dan kontraktilitas otot serta integritas tulang Reedukasi gaya berjalan Hidroterapi Tujuannya : memperbaiki keseimbangan dan koordinasi gerakan, dan mengurangi spasitisitas pada sebagian pasien. 2. Relaksasi 3. Elektroterapi Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 22

Parkinson Nazrien [406107063]


Tujuannya : mengurangi kekakuan, spasme otot Pada penderita Parkinson juga sering mengalami depresi, untuk itu dapat diberikan penenang dosis rendah, misalnya diazepam 2-6 mg/hari. Pada penyakit Parkinson tahap ringan-sedang, penderita sudah merasa terganggu oleh penyakitnya dan sukar melakukan aktivitas sehari-hari. Jika gejala tremor dan rigiditas yang sangat mengganggu, dapat dipertimbangkan pemberian obat antikolinergik. Jika bradikinesia yang menjadi keluhan utama dapat diberikan amantadine. Pada penyakit Parkinson tahap berat, dapat diberikan L-dopa (ditambah penghambat dekarboksilase). Pemakaian L-dopa yang lama (6-9 tahun) dapat menimbulkan efek samping. Keadaan ini dapat ditolong dengan penghentian pemberian obat (drug holiday dan pemberian direct acting dopamine agonist, misalnya bromokriptin). Jika terapi L-dopa dihentikan sama sekali dan mempergunakan bromokriptin sebagai obat tunggal, maka dosis harian bromokriptin yang efektif berkisar antara 15 20 mg dan bila perlu dapat ditingkatkan sampai mencapai 40 100 mg untuk mendapat hasil yang baik.

TERAPI GEN Terapi yang disebut dengan gen silencing , dengan terapi tersebut, gen dirawat melalui bantuan molekul sintesis kecil yang disebut small-interfering RNA (SIRNA). Molekul itu berfungsi menjinakkan dan merawat gen dengan bantuan kontrol protein dalam DNA. Tingkat keberhasilan terapi ini terlihat pada 3 bulan setelah injeksi yakni 25-30% pasien mendapatkan perbaikan pada fungsi motoriknya ketika mereka tidak menggunakan obatobatan Parkinson dan 40-65% pasien mengalami perbaikan dengan ditambah obat-obatan. Satu kali injeksi dapat bertahan sampai 1 tahun lamanya dan ternyata penyakit neurodegeneratif lainnya pun seperti epilepsy, Alzheimer, depresi, dll dapat dikurangi. Terapi itu dibutuhkan bila upaya pencegahan dengan merawat gaya hidup terhadap makanan dan lingkungan sulit dilakukan.

TERAPI STIMULASI OTAK Dilakukan dengan cara menanamkan sebuah elektroda kecil di dalam otak khususnya di daerah nukleus subtalamikus yang dihubungkan dengan alat elektrik kecil yang disebut pulse generator yang bisa deprogram dari luar untuk menghambat signal-signal yang mencetuskan sindroma Parkinson. Elektroda kecil ini bekerja sebagai sebuah pacemaker untuk otak. Terapi Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 23

Parkinson Nazrien [406107063]


terbaru ini dikatakan terapi bedah paling berhasil yang telah disahkan oleh FDA untuk digunakan di AS.

TERAPI SEL INDUK Sel embrio yang belum berdiferensiasi dapat dimanipulasi untuk ditumbuhkan ke dalam sel-sel otak yang hilang atau berkurang yang terjadi pada penyakit Parkinson. Namun banyak pihak tidak setuju atas digunakannya sel induk embrio sebagai terapi karena sel induk embrio ini asalnya dari embrio yang baru saja berkembang dan untuk mengatasi hal ini beberapa negara akhirnya memutuskan untuk menggunakan sel induk dewasa yang diambil dari sum-sum tulang belakang untuk dijadikan bahan penelitian dan terapi Parkinson.

TERAPI PENCEGAHAN Selain makanan dan gaya hidup yang baik, obat penghilang rasa sakit misalnya aspirin dan ibuprofen dapat mengurangi resiko terkena penyakit Parkinson, Wanita yang mengkonsumsi aspirin secara teratur menurunkan resiko terhadap penyakit Parkinson yang diderita oleh 40% wanita usia lansia," kata Wahner dan rekan-rekannya dalam jurnal, the Journal Neurology. "Yang menarik aspirin hanya memberikan dampak positifnya kepada kaum wanita saja, hal itu mungkin dikarenakan pria meminum aspirin dalam dosis rendah untuk masalah jantung yang mereka alami sementara kaum wanita mengkonsumsi aspirin dalam dosis tinggi untuk sakit kepala dan arthritis yang mereka derita." Ahli epidemiolgi Beate Ritz yang juga ikut dalam penelitian tersebut mengatakan obatobatan tersebut dapat mencegah terjadinya kerusakan pada otak akibat peradangan.

II.11. Latihan pada penderita Parkinson Latihan pada penderita Parkinsonisme terdiri dari latihan pernafasan, latihan leher, latihan bahu, latihan jari dan tangan, latihan trunk, latihan panggul, latihan lutut, dan latihan pergelangan kaki. Semua latihan tersebut dilakukan dengan mengulang gerakan sampai sepuluh kali, kecuali pada gerakan latihan pernafasan. Di samping latihan-latihan tersebut di atas, juga diberikan beberapa catatan agar gerakan yang sering dilakukan, dikerjakan dengan benar. 1. Berjalan Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 24

Parkinson Nazrien [406107063]


Bila berjalan, periharalah posisi tegak dengan meluruskan atas kepala terhadap langit-langit, serta menjaga badan tetap lurus. Arahkan ke muka dengan tumit dengan langkah panjang. 2. Berbalik Melangkahkan kaki sebanyak lima langkah dengan arah setengah lingkaran untuk mencapai arah sebalik. Jangan melakukan gerakan berputar. 3. Naik tangga Letakkan seluruh telapak kaki, jangan hanya jari kaki saja, pada tiap-tiap anak tangga. Latihan Frenkel Latihan Frenkel adalah latihan yang terutama ditujukan untuk keadaan ataksia. Latihan Frenkel terdiri dari beberapa latihan yang dirancang guna mengatasi kelainan sensoris dengan menggunakan kontrol visual langsung. Penggunaan terapi Frenkel terutama pada ataksia lokomotorik karena kehilangan fungsi propioseptif, serta juga berguna pada ataksia serebelum. Prinsip fisiologis latihan ini adalah mencoba mendapatkan koordinasi bagian-bagian tubuh dengan menggunakann indera lain (misalnya penggunaan penglihatan pada ataksia lokomotorik), dengan mempelajari fungsi gerak volunter yang hilang, mengulang-ulang gerakan tersebut, dan melatih pola fungsinya. Frenkel membagi latihan-latihan untuk tabetic ataxia menjadi empat bagian, yaitu latihan pada posisi berbaring, posisi duduk, posisi berdiri, dan posisi berjalan. Latihan dilakukan dengan gerakan lambat, 3 atau 4, paling sedikit dua kali sehari. Bila lengan tangan terkena, gunakan papan tulis dan kapur. Dilakukan gerakan menukar tanda (-) ke (+), menirukan gambar yang sederhana seperti garis lurus, lingkaran garis zigzag, dan lain-lain. Menunjuk dengan sebuah pensil pada serangkaian lubang di papan yang berlubang. Penggunaan papan yang bervariasi dapat meningkatkan koordinasi tangan dan mata. Kegiatan sehari-hari Dengan rigiditas dan kesulitan bergerak serta tremor, kegiatan sehari-hari menjadi melelahkan dan sukar diselesaikan. Pada situasi seperti ini, petugas terapi okupasi dapat menerangkan keuntungan kemandirian penderita. Petugas terapi okupasi, keluarga maupun Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 25

Parkinson Nazrien [406107063]


penderita harus mengatur kegiatan-kegiatan untuk mengurangi rasa tergantung, dengan memperhatikan penghematan tenaga yang dikeluarkan. Berpakaian Ini sebaiknya dilakukan di tempat yang memungkinkan penderita yang lambat ini dapat melaksanakannya dengan nyaman. Ia harus duduk pada kursi yang sesuai dengan sandaran punggung. Kegiatan makan Lambat sewaktu makan dan kesulitan mengunyah dan menelan menyebabkan sedikitnya jumlah makanan yang dapat dikonsumsi sehingga dianjurkan makanan yang tinggi protein dan kalori dengan frekuensi makan yang sering. Posisi yang benar dan alat-alat untuk makan yang disesuaikan untuk mudah dipegang dan ringan sangat membantu. Kegiatan mandi Perhatian terutama ditujukan pada keamanan sewaktu mandi. Alat-alat bantu sangat diperlukan seperti shower dan bentuk kakus yang aman. Berjalan Penanganan cara berjalan ditujukan untuk meningkatkan ukuran langkah, ritme, dan pola berjalan. Kegiatan dengan postur yang baik, akan memperbaiki keseimbangan. Cermin

dapat menolong penderita untuk memperbaiki posturnya. Kemudian kegiatan dengan fleksi dan rotasi dapat diperkenalkan, misalnya melukis. Penderita dapat diajarkan untuk melengkungkan badan, misalnya dengan berkebun. Koordinasi Gerak koordinasi dihambat oleh rigiditas dan bradikinesia, terutama pada ekstremitas atas. Latihan menulis dan menggambar bentuk, menempel perangko, menuangkan air dari gelas ke gelas, tepuk tangan, memasukkan benang ke lobang jarum, dapat meningkatkan koordinasi ekstremitas atas, dan juga akan membantu komunikasi.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 26

Parkinson Nazrien [406107063]


Petugas terapi okupasi harus menggunakan sistem pencatatan, sehingga variasi yang subjektif dapat dihilangkan. Misalnya kegiatan yang tak dapat diukur dengan waktu atau tak dapat dihitung, dapat dicatat dengan menggunakan skala berikut: 1. Menyelesaikan kegiatan tanpa kesukaran. 2. Menyelesaikan kegiatan dengan kesukaran. 3. Gagal menyelesaikan kegiatan. Dengan menggunakan sistem pencatatan yang baku, petugas dapat melihat perbedaan respons bila digunakan obat tertentu. Petugas terapi okupasi harus mengikuti perkembangan penderita, sehingga dapat menolong penderita untuk hidup lebih nyaman dan berguna. II.12. PROGNOSIS Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah. PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian.

Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 27

Parkinson Nazrien [406107063]


BAB III KESIMPULAN

Penyakit Parkinson merupakan bagian dari Sindrom Parkinson primer. Perlu dipahami perbedaan antara keduanya. Penyakit Parkinson merukakan penyakit yang berhubungan dengan proses menua di otak yaitu proses degenerasi di substansia nigra pars compacta (SNc) disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik Lewy bodies. Etiologi masih belum jelas benar, tetapi beberapa faktor resiko telah diidentifikasi menjadi penyebab penyakit Parkinson, antara lain: umur, ras, genetik, lingkungan (berbagai macam zat toksik seperti MPTP, CO, Mn, alkohol, merokok, infeksi otak, diet tinggi protein, pestisida, dll), cedera kepala, dan stres emosional. Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 28

Parkinson Nazrien [406107063]


DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono (2003), Kapita Selekta Neurologi edisi ke 2. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 2. Jan Vesper, Susanne Haak, Christoph Ostertag, and Guido Nikkhah. Subthalamic nucleus deep brain stimulation in elderly patients analysis of outcome and complications. BMC Neurol. 2007; 7: 7. 3. Adams and Victors.(2001), Principales of Neurology International Edition. McGraw-Hill, USA. 4. Turner A. Parkinsonism, dalam The Practice of Occupational Therapy. Churchil Livingstone NY. 1981. 5. U.S. Food and Drug Administration. FDA Approves Neupro Patch for Treatment of Early Parkinsons Disease. Rockville, MD: National Press Office; May 9, 2007. Release P07-84. 6. Seminar A New Paradigm in The Management of Parkinsons Disease, Jakarta, 25 Januari 2003) 7. Mardjono, Mahar. Neurologi Dasar. Jakarta: FKUI, 1968. 8. Chusid J.G. Neuroanatomi dan Neurologi Fungsional, terjemahan oleh Andri Hartono. 1983. 9. Scott S.G. Movement Disorders Including Tremor, dalam

Rehabilitation Medicine Principles and Practice. Ed by Delisa J.A. Lippincott. 1988. 10. Hazzard, W.R, et al. (1990), Principles of Geriatric

Medicineand Gerontology Second edition. McGraw-Hill, USA. 11. www.peduliparkinson.com 12. www.neurologychannel.com/parkinsonsdisease 13. Basmajian V.J. Therapeutic Exercise 4th ed. William & Wilkins, 1983.

Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012

Page 29

You might also like