Professional Documents
Culture Documents
Dengan meningkatnya kemajuan di berbagai bidang terutama di bidang ekonomi, angka harapan hidup manusia Indonesia meningkat pula sampai saat ini telah melampaui 60 tahun. Keadaan ini berakibat pada perubahan pola penyakit yang kita jumpai pada masyarakat, misalnya demensia, stroke, parkinson. Yang diinginkan bagi seorang lansia tentunya proses menua yang sukses, antara lain mencakup : 1. Dapat tetap berdikari. 2. Sehat mental dan mampu mempertahankan harga diri. 3. Hambatan fisik yang minimal dan mampu diatasinya. 4. Puas dengan keadaan dan hidupnya.
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan, akibat kekakuan otot. Penyakit Parkinson atau lebih tepat disebut sebagai sindrom Parkinson, yang dijumpai pada semua bangsa. Kebanyakan para penderita mulai dilanda penyakit ini pada usia antara 40 60 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan wanita 5 : 4. Sekitar 1% dari kelompok usia di atas 50 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia di atas 70 tahun. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Johnson dkk. mengemukakan bahwa diagnosis klinis penyakit Parkinson dapat ditegakkan bila dijumpai sekurang-kurangnya 2 dari 4 gejala tersebut. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 1
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang. Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk
membentuk ekspresi tidak bergerak, kadang disalah artikan sebagai depresi, walaupun banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 2
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 3
II.3.
KLASIFIKASI
Dikemukakan pertama kali oleh James Parkinson pada tahun 1817, merupakan suatu sindroma yang terdiri atas tiga gejala utama yaitu hipokinesia, tremor, rigiditas. Insidennya meningkat pada penderita berusia di atas 50 tahun. Disfungsi utama terletak pada sistem ekstrapiramidal walaupun terkadang pada beberapa kasus terlihat ada pula gangguan pada sistem saraf otonom. Pada pemeriksaan patologi, pemotongan pada mesensefalon didapatkan
berkurangnya atau tidak dijumpai lagi melanin di daerah substansia nigra. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan hilangnya neuron di zona kompakta, sedangkan neuron yang masih hidup tampaknya abnormal dan mengandung inklusi hialin intrasitoplasmik (Lewy Bodies). Penyebab yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui, namun beberapa ahli mempostulatkan adanya 2 kemungkinan yang dapat mendasari terjadinya degenerasi neuronal pada Parkinson : Pertama yaitu neurotoksin lingkungan, karena paparan terhadap mangan dan 1-metil4fenil-1,2,3,6 tetrahidro-piridin (MPTP) yang secara selektif toksik terhadap substansia nigra dan lokus ceruleus yang hanya dalam waktu 14 hari ternyata dapat Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 4
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 5
(inkontinensia urin), impoten. Kelumpuham pita suara merupakan gejala permulaan gangguan otonom, menyebabkan stridor dan sumbatan nafas sehingga memerlukan tracheostomi. Sindroma Steele-Richardson Olzewski (Progresive Supranuclear Palsy) Ditemukan sekitar 8% dari semua jenis Parkinson dan biasanya pada umur 64 tahun (50-77). Gejalanya berupa supranuklear oftalmologi, akinesia, rigiditas, nuchal dystonia, pseudobulbar palsy (dysartria, disfagi), gangguan kognitif. Penyakit Wilson Penyakit ini disebut juga degenerasi hepatolentikuler. Etiologinya karena
kekurangan enzim seruloplasmin (alfa-2-globulin) sehingga Cu tidak dapat diikat mengakibatkan terjadinya pengendapan Cu di ganglia basal (korpus striatum dan nukleus lentikularis), hati, dan membran descemet pada kornea mata. Pada hati, lama-lama akan mengalami sirosis post-nekrosis. Biasanya terjadi pada orang muda, familial, dan progresif. Gambaran patologi berupa atrofi otak, perlunakan dan warna kecoklatan pada korpus striatum, sirosis koma hepatikum, astrosit dapat berubah menjadi bentuk-bentuk yang khas yang disebut glia (sel) Alzheimer jenis I dan II. Pigmentasi pada membran descemet kornea disebut Kayser-Fleischer Ring, yang berwarna hijau kecoklatan. Penyakit Jacob-Creutfeldt Penyakit prion yang jarang, disertai dengan sejumlah mutasi gen protein prion yang berbeda, terdapat dalam bentuk infeksius familial dan sporadik (sebagai dominan autosomal). Onset pada usia pertengahan, variasi gambaran klinis Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 6
Page 7
Page 8
ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI Gejala-gejala Parkinson tidak terlepas dari hubungannya dengan sirkuit
ekstrapiramidal. Sirkuit ektrapiramidal adalah sirkuit intraserebral yang mengatur gerakan tangkas volunter.
Sirkuit ini disusun oleh : 1. Korteks serebri 2. Ganglia basalis yang terdiri dari
ventrolateralis
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 9
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 10
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu. 1. Gejala Motorik a. Tremor/bergetar Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah resting tremor. Kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang), kepala bisa bergoyang-goyang, tanpa disadari, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi. b. Rigiditas/kekakuan Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi. Kekakuan bisa juga terjadi di leher, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 11
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 12
2. Gejala non motorik a. Disfungsi otonom Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic Pengeluaran urin yang banyak Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme. b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia) e. Gangguan sensasi, - kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna, - penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan - berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),
II.7.
samping adanya pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, MRI, dan PET atas indikasi untuk menyingkirkan diagnosis Sindrom Parkinson selain Penyakit Parkinson. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 13
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu : Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman) Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan terganggu Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 14
II.8.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis, karena tidak
memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit Parkinson. Pengukuran kadar NT dopamine atau metabolitnya dalam air kencing, darah maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson, diagnosis definitive terhadap penyakit Parkinson hanya ditegakkan dengan otopsi. Neuroimaging : o Magnetik Resonance Imaging ( MRI ) Didapati hanya pasien yang dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di striatum. o Positron Emission Tomography ( PET ) Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa, khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini. Tetapi PET tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. o Single Photon Emission Computed Tomography ( SPECT ) Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh SPECT, suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus dan penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Dengan demikian, imaging transporter dopamin pre-sinapsis yang
menggunakan ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin terbukti berguna dalam mendeteksi orang yang beresiko secara dini. Potensi teknik tersebut sebagai metoda yang obyektif untuk memonitor efikasi terapi farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki. Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 15
7. Perubahan sirkulasi darah tampak dengan adanya venous pooling. 8. Dekubitus karena berbaring lama.
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 16
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pengobatan penyakit Parkinson meliputi Terapi Farmakologis dan Terapi Non-Farmakologis.
II.10.1 Terapi Farmakologis Prinsip pengobatan medika mentosa adalah mengembalikan keseimbangan
neurotransmiter di ganglia basalis dengan meninggikan efek dopaminergik dan menekan kolinergik. Obat diberikan mulai dari dosis kecil dan di tingkatkan bertahap (start slow, go slow) Adapun obat anti parkinson dibagi menjadi 6 golongan utama : Pengganti Dopamin ( Levodopa ), yaitu preparat yang menggantikan fungsi dopamin ynag berkurang di otak. Dopamin Agonis, berfungsi menstimulasi secara langsung reseptor post-sinaptik dopaminergik striatum. Antikolinergik, bekerja menekan overstimulasi kolinergik di striatum. MAO-B Inhibitor, mencegah degradasi dopamin menjadi 3-4 dihidroxyphenilacetic di otak. COMT Inhibitor, merupakan terapi adjunctive terhadap levodopa dengan cara menginhibisi katabolisme levodopa menjadi 3-metoksitiramin. Antagonis MNDA
Levodopa (L-dopa) Pemberian Levodopa sebagai terapi dapat memperbaiki gejala penyakit dengan drastis dan merupakan kemajuan yang
spektakuler yang dirintis oleh Cotzias pada tahun 1969. Levodopa yang digunakan sejak tahun 1969 ini, sampai saat ini masih Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 17
Apomorphine,
Neupro,
Cabergoline(Destinex),
Pramipexole(Mirapex) , Ropinerole(Requip). Alasan untuk menggunakan agonis dopamin sebagai monoterapi pada penyakit yang masih dini yaitu untuk menangguhkan penggunaan levodopa dengan demikian mengurangi komplikasi sistem motorik pada penggunaan levodopa jangka panjang. Didapatkan lebih sedikit komplikasi diskinesia dan fluktuasi pada pasien yang diobati dengan monoterapi bromokriptin daripada dengan monoterapi levodopa. Namun penggunaan jangka panjang Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 18
Selegiline (Eldepryl ) merupakan obat dari jenis MAO-B inhibitor. Obat ini menghambat metabolisme dopamin oleh MAO. Selain itu dapat menginduksi superoxide dismutase dan catalase, yang meningkatkan eliminasi free radical, sehingga selegiline dianggap mempunyai kemampuan neuroprotektif. Obat ini di metabolisme menjadi amfetamin yang mungkin bertanggung jawab sebagian terhadap efek euforianya. Dosis : 5 mg, 2x sehari
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 19
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 20
*Dieliminasi lewat ginjal, dosis diturunkan kalau terdapat gangguan fungsi ginjal Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 21
II.10.2. Terapi Non Farmakologis Terapi Bedah Ada 2 tipe terapi bedah : 1. Bilateral thalamotomy dan Ventrolateral thalamotomy 2. Pallidotomi Pada tindakan operatif dikerjakan pada penderita dengan gejala klinis yang sangat berat dan tidak dapat terkontrol dengan obat antiParkinson. Tindakan operatif jenis ini umumnya saat ini sudah jarang dikerjakan karena gejala klinis penyakit Parkinson sering timbul kembali setelah 6 18 bulan pasca operasi.
FISIOTERAPI Pada tahap dini, penderita Parkinson masih dapat melakukan tugas seharihari tanpa merasa terganggu oleh penyakitnya. Penderita umumnya hanya diberikan psikoterapi suportif, fisioterapi, dan obat-obat penunjang sesuai gejala klinisnya. Pemberian obat antiParkinson (L-dopa) pada tahap dini memang memberikan perbaikan yang dramatis namun akan mempercepat timbulnya efek samping. Fisioterapi mencakup latihan-latihan untuk otot mengatasi perasaan kaku dan berat pada anggota gerak. Teknik-teknik fisioterapi pada penderita parkinson 1. Latihan terapeutik Yang biasa dipakai dalam perawatan adalah : Latihan aktif Tujuannya : menjaga ke-elastisitas-an dan kontraktilitas otot serta integritas tulang Reedukasi gaya berjalan Hidroterapi Tujuannya : memperbaiki keseimbangan dan koordinasi gerakan, dan mengurangi spasitisitas pada sebagian pasien. 2. Relaksasi 3. Elektroterapi Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 22
TERAPI GEN Terapi yang disebut dengan gen silencing , dengan terapi tersebut, gen dirawat melalui bantuan molekul sintesis kecil yang disebut small-interfering RNA (SIRNA). Molekul itu berfungsi menjinakkan dan merawat gen dengan bantuan kontrol protein dalam DNA. Tingkat keberhasilan terapi ini terlihat pada 3 bulan setelah injeksi yakni 25-30% pasien mendapatkan perbaikan pada fungsi motoriknya ketika mereka tidak menggunakan obatobatan Parkinson dan 40-65% pasien mengalami perbaikan dengan ditambah obat-obatan. Satu kali injeksi dapat bertahan sampai 1 tahun lamanya dan ternyata penyakit neurodegeneratif lainnya pun seperti epilepsy, Alzheimer, depresi, dll dapat dikurangi. Terapi itu dibutuhkan bila upaya pencegahan dengan merawat gaya hidup terhadap makanan dan lingkungan sulit dilakukan.
TERAPI STIMULASI OTAK Dilakukan dengan cara menanamkan sebuah elektroda kecil di dalam otak khususnya di daerah nukleus subtalamikus yang dihubungkan dengan alat elektrik kecil yang disebut pulse generator yang bisa deprogram dari luar untuk menghambat signal-signal yang mencetuskan sindroma Parkinson. Elektroda kecil ini bekerja sebagai sebuah pacemaker untuk otak. Terapi Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 23
TERAPI SEL INDUK Sel embrio yang belum berdiferensiasi dapat dimanipulasi untuk ditumbuhkan ke dalam sel-sel otak yang hilang atau berkurang yang terjadi pada penyakit Parkinson. Namun banyak pihak tidak setuju atas digunakannya sel induk embrio sebagai terapi karena sel induk embrio ini asalnya dari embrio yang baru saja berkembang dan untuk mengatasi hal ini beberapa negara akhirnya memutuskan untuk menggunakan sel induk dewasa yang diambil dari sum-sum tulang belakang untuk dijadikan bahan penelitian dan terapi Parkinson.
TERAPI PENCEGAHAN Selain makanan dan gaya hidup yang baik, obat penghilang rasa sakit misalnya aspirin dan ibuprofen dapat mengurangi resiko terkena penyakit Parkinson, Wanita yang mengkonsumsi aspirin secara teratur menurunkan resiko terhadap penyakit Parkinson yang diderita oleh 40% wanita usia lansia," kata Wahner dan rekan-rekannya dalam jurnal, the Journal Neurology. "Yang menarik aspirin hanya memberikan dampak positifnya kepada kaum wanita saja, hal itu mungkin dikarenakan pria meminum aspirin dalam dosis rendah untuk masalah jantung yang mereka alami sementara kaum wanita mengkonsumsi aspirin dalam dosis tinggi untuk sakit kepala dan arthritis yang mereka derita." Ahli epidemiolgi Beate Ritz yang juga ikut dalam penelitian tersebut mengatakan obatobatan tersebut dapat mencegah terjadinya kerusakan pada otak akibat peradangan.
II.11. Latihan pada penderita Parkinson Latihan pada penderita Parkinsonisme terdiri dari latihan pernafasan, latihan leher, latihan bahu, latihan jari dan tangan, latihan trunk, latihan panggul, latihan lutut, dan latihan pergelangan kaki. Semua latihan tersebut dilakukan dengan mengulang gerakan sampai sepuluh kali, kecuali pada gerakan latihan pernafasan. Di samping latihan-latihan tersebut di atas, juga diberikan beberapa catatan agar gerakan yang sering dilakukan, dikerjakan dengan benar. 1. Berjalan Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 24
Page 25
dapat menolong penderita untuk memperbaiki posturnya. Kemudian kegiatan dengan fleksi dan rotasi dapat diperkenalkan, misalnya melukis. Penderita dapat diajarkan untuk melengkungkan badan, misalnya dengan berkebun. Koordinasi Gerak koordinasi dihambat oleh rigiditas dan bradikinesia, terutama pada ekstremitas atas. Latihan menulis dan menggambar bentuk, menempel perangko, menuangkan air dari gelas ke gelas, tepuk tangan, memasukkan benang ke lobang jarum, dapat meningkatkan koordinasi ekstremitas atas, dan juga akan membantu komunikasi.
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 26
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 27
Penyakit Parkinson merupakan bagian dari Sindrom Parkinson primer. Perlu dipahami perbedaan antara keduanya. Penyakit Parkinson merukakan penyakit yang berhubungan dengan proses menua di otak yaitu proses degenerasi di substansia nigra pars compacta (SNc) disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik Lewy bodies. Etiologi masih belum jelas benar, tetapi beberapa faktor resiko telah diidentifikasi menjadi penyebab penyakit Parkinson, antara lain: umur, ras, genetik, lingkungan (berbagai macam zat toksik seperti MPTP, CO, Mn, alkohol, merokok, infeksi otak, diet tinggi protein, pestisida, dll), cedera kepala, dan stres emosional. Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 28
1. Harsono (2003), Kapita Selekta Neurologi edisi ke 2. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 2. Jan Vesper, Susanne Haak, Christoph Ostertag, and Guido Nikkhah. Subthalamic nucleus deep brain stimulation in elderly patients analysis of outcome and complications. BMC Neurol. 2007; 7: 7. 3. Adams and Victors.(2001), Principales of Neurology International Edition. McGraw-Hill, USA. 4. Turner A. Parkinsonism, dalam The Practice of Occupational Therapy. Churchil Livingstone NY. 1981. 5. U.S. Food and Drug Administration. FDA Approves Neupro Patch for Treatment of Early Parkinsons Disease. Rockville, MD: National Press Office; May 9, 2007. Release P07-84. 6. Seminar A New Paradigm in The Management of Parkinsons Disease, Jakarta, 25 Januari 2003) 7. Mardjono, Mahar. Neurologi Dasar. Jakarta: FKUI, 1968. 8. Chusid J.G. Neuroanatomi dan Neurologi Fungsional, terjemahan oleh Andri Hartono. 1983. 9. Scott S.G. Movement Disorders Including Tremor, dalam
Rehabilitation Medicine Principles and Practice. Ed by Delisa J.A. Lippincott. 1988. 10. Hazzard, W.R, et al. (1990), Principles of Geriatric
Medicineand Gerontology Second edition. McGraw-Hill, USA. 11. www.peduliparkinson.com 12. www.neurologychannel.com/parkinsonsdisease 13. Basmajian V.J. Therapeutic Exercise 4th ed. William & Wilkins, 1983.
Kepaniteraan Klinik Gorontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan ,Cibubur Periode 16 April 2012 19 Mei 2012
Page 29