Professional Documents
Culture Documents
Syakuri 085 11 019 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Email: irvansyakuri@gmail.com ABSTRACT Indonesia is a country which has high risk of natural disasters. One kind of the disasters that often occurs is volcano eruption of Merapi. Hot cloud and debris as the result of the Merapi eruption mainly go toward south east through Gendol river. The flood in Gendol river causes the main street in Sindumartani village in trouble and impact is peoples activities cant run well. Its necessary to analyze again the magnitude of discharge flood design and capacity of cross section, in order that can be known the sufficiency of the river compared discharge flood design. There are two methods used to find the capacity of discharge flood design, they are Rational method and Hasper method. The result value in discharge of flood design used is Rational method because its bigger than Hasper method discharge. The account of flood discharge design of Gendol uses repeatation period 2, 5, 10, 25, 50, 100 and 200 years. Research of cross section was done in December 2013 by measuring the river diameter. The measuring was held in Plumbon, Pajangan and Kejambon area. The length of the river studied is 1950 meters and there are 34 cross section with various distance each the cross section. The result of the study show that the smallest cross section is in Kejambon area. In which area is access the main access to the surrounding area. The result of discharge of flood design with the period 10 years is 44,1815 m3/s, period 25 years is 54,4055 m3/s, period 50 years is 63.4114 m3/s, period 100 years is 73,7257 m3/s and with the period 200 years is 85,5714 m3/s. The result of study in discharge of flood design is still be able to retain the capacity of the smallest cross section Gendol river with cross section capacity as much 343,842 m3/s. the possibility of flood happens is because of there are so many buildings that make water cannot flow fast well like house, towers and other illegal buildings. Keywords: Analysis discharge flood, Looks river, Gendol, Merapi, Rational Method, Hasper PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang secara geografisnya terletak di daerah yang memiliki resiko tinggi terjadinya bencana alam. Salah satu tipe bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia adalah erupsi gunung berapi. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang terletak di pulau Jawa dengan ketinggian puncak 2,986
1
meter. Gunung Merapi setiap tahun bahkan setiap harinya berpotensi mengeluarkan bahan vulkanik yaitu berupa material panas atau sering disebut lahar panas, sehingga Gunung Merapi merupakan gunung api yang menunjukan gejala vulkanisme paling aktif di dunia. Kawasan Gunung Merapi pada umumnya merupakan daerah yang subur
sehingga berpotensial untuk meningkatkan perekonomian pada sektor pertanian dan peternakan. Pada alur hilir terdapat 12 sungai yang berhulu di Gunung Merapi, ehubungan dengan ini banyak bangunan fasilitas penahan sedimen pada alur hilir sungai Kali Gendol. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 merupakan letusan terbesar sejak tahun 1872, dengan mengeluarkan endapan sebesar 140 juta m3 (Subandriyo, 2010). Letusan Merapi yang terjadi pada awal November tahun 2010 tercatat 267 korban jiwa meninggal, 454 orang rawat inap, dan sebanyak 71579 orang harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Awan panas dan banjir lahar dingin yang terjadi sebagian besar mengarah pada sisi tenggara menuju daerah aliran sungai (DAS) Kali Gendol. (http://www.slemankab.go.id) Kondisi alam disekitar Gunung Merapi mempunyai periode musim hujan selama kurang lebih enam bulan. Tingginya curah hujan di wilayah Merapi berpotensi terbentuknya banjir limpasan, sehingga air yang melimpas pada tepi sungai akan berdampak sebuah bencana banjir yang dapat memakan korban jiwa. Banjir yang diakibatkan intensitas hujan tinggi pada DAS Kali Gendol mengakibatkan akses jalan utama sering terganggu. Semakin kecilnya kapasitas tampang sungai dan terdapatnya bangunanbangunan liar di sepanjang sungai Kali Gendol merupakan salah satu faktor terjadinya banjir yang berdampak pada aktifitas penduduk menjadi terhambat. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi yang diteliti terletak di daerah aliran sungai (DAS) Kali Gendol, tepatnya pada penampang tersempit terdapat jalur alternatif penghubung antar kota yaitu di Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta. daerah yang diteliti meliputi daerah Plumbon, Pajangan, dan Kejambon. Kali Gendol mengalir ke arah tenggara dengan
panjang sungai 14,3 km memiliki luas DAS 9,34 km2 yang berpotensi mengalami banjir lahar dingin akibat letusan gunung Merapi. Pengumpulan Data Data primer diambil melalui survei secara langsung dilapangan pada bulan desember 2013. Data yang diperoleh adalah penentuan lokasi tersempit yang berpotensi terjadinya limpasan dengan kawasan padat penduduk. Data yang diambil merupakan pengukuran tampang sungai Kali Gendol dengan menggunakan alat pengukur Total Station (TS), Global Posistoning System (GPS), dan meteran. Panjang daerah penelitian sebesar 1950 meter meliputi daerah Plumbon, Pajangan, dan Kejambon terdapat 34 penampang sungai dengan jarak antar profil bervariasi
P.307 P.306 PB.DAM P.304 P.303 P.208 PJ.DAM P.206 P.102 JB.DAM
50 25 50
P.111 P.110
P.109
P.108
P.107
P.106
P.105
P.104
P.103
P.302
P.301
P.215
P.211
P.210
P.209
P.205
P.204
P.203
P.202
K. Gendol
P.201
K. Gendol
30
20 20
30
50
50
200
50
25
25
50
50
50
50
25
25
50
50
50
50
50
450
25
50
50
50
50
50
50
50
Gambar 1.1 Titik-titik Profil Pengukuran Data sekunder berupa data curah hujan periode tahun 2002-2012 dan peta topografi skala 1:25000 yang diambil dari Balai Sabo Sopalan Yogyakarta.
P.099
Hujan Kawasan Untuk melakukan analisis hujan rencana diperlukan data curah hujan di beberapa stasiun hujan yang berpengaruh pada masing-masing DAS di lokasi penelitian. Data hujan yang digunakan merupakan data curah hujan harian maksimum. Untuk menghitung kedalaman hujan rerata DAS digunakan metode poligon Theissen. Dengan menggunakan rumus Poligon Thiessen didapatkan besar curah hujan rerata kawasan (R) yang nilainya berdasarkan nilai koefisien/bobot Thiessen (Ci), luas catchment area (Ai), dan curah hujan maksimum harian (Ri).:
0
a. St
Ba
tur
a St .C an r gk n ga in
Plumbon
St
a.
Ng em
Pajangan
pl ak
Sta
.S ora
Kejambon
sa
5 km
Analisis Frekuensi Parameter statistik meliputi data hujan kawasan, standar deviasi, koefisien variasi, koefisien kemencengan dan koefisien kurtotis. Nilai parameter tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dasar dalam analisis hidrologi. Hujan Rerata Kawasan (Rr)
Standar Deviasi ()
Hujan Rancangan Dari hasil analisis diperoleh pilihan distribusi Metode Log Pearson Type III, distribusi tersebut digunakan untuk mencari curah hujan rencana dengan periode kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun. Rumus Log Pearson Type III sebagai berikut: 1. Data rerata hujan harian maksimum tahunan diubah dalam bentuk logaritma (Log X). 2. Harga logaritma rata-rata 3. Harga standar deviasi 4.
Nilai koefisien kemencengan Nilai logaritma curah hujan rancangan periode ulang
Banjir Rancangan Untuk mendapatkan nilai debit rancangan DAS Kali Gendol menggunakan dua metode yaitu metode Rasional, dan Hasper Tabel 1.5 Data Daerah Aliran Sungai
No 1 2 3 4 5 6 Nama Luas DAS Panjang Sungai Elevasi Hulu Elevasi Hilir Beda tinggi sungai Kemiringan Sungai Simbol A (km) L (km) El.Hu (km) El.Hi (km) H (km) S DAS Gendol 9.3400 14.2910 1.1669 0.2656 0.9013 0.0631 Hilir Plumbon 6.8301 12.2910 1.1669 0.3806 0.7863 0.0640 Hilir Pajangan 7.6544 13.0120 1.1669 0.3359 0.8310 0.0639 Hilir Kejambon 8.5562 14.1910 1.1669 0.2934 0.8735 0.0616
Metode Rasional Metode Rasional dapat menggambarkan hubungan antara debit dengan besarnya curah hujan untuk DAS dengan luas sampai 300 km2 Qp = . C.I.A (m3/dt) (12) Pada penelitian ini koefisien limpasan (C) diperlukan olah data jenis penggunaan lahan tanah untuk setiap desa di daerah DAS Kali Gendol yaitu Desa Glagaharjo, Kepuharjo, Wukirsari, Umbulharjo dan Sindumartani. Tabel 1.6 Hasil Analisis Nilai Koefisien Limpasan (C) DAS Kali Gendol
Kondisi Daerah Pengaliran Koefisien Pengaliran ( C ) Daerah pegunungan berlereng terjal Daerah perbukitan Tanah bergelombang dan semak-semak Tanah daratan yang ditanami Persawahan irigasi Sungai di daerah pegunungan Sungai kecil di daratan Sungai besar yang setengah dari daerah pengaliranya terdiri dari daratan Tanah kosong Pemukiman/ bangunan Total Luasan DAS = % lahan 10.13 2.23 3.25 54.37 19.82 1.21 0.98 0.53 0.23 7.25 100 A (km2) 0.946 0.208 0.304 5.078 1.851 0.113 0.092 0.050 0.021 0.677 9.34 C 0.85 0.75 0.7 0.6 0.75 0.75 0.5 0.6 0.23 0.7 CxA 0.8042 0.1562 0.2125 3.0469 1.3884 0.0848 0.0458 0.0297 0.0049 0.4740 6,2473
(Sumber: Sabo Technical Center, 2006) Hasil perhitungan koefisien limpasan DAS Kali Gendol didapatkan nilai C sebesar 6,2473/9,34 = 0,6689. Penelitian ini Intensitas hujan (I) menggunakan rumus dari Dr, Monobe, dengan nilai Intensitas hujan (I) berdasarkan pada nilai Curah hujan maksimum dalam 24 jam (R24) dan waktu konsentrasi (t c). ( ) Untuk menghitung nilai waktu konsentrasi (tc) diperlukan nilai panjang saluran utama (L), dan kemiringan rata-rata saluran utama (S). ( )
Metode Hasper Digunakan pada luas DAS < 300 km2. Waktu konsentrasi t = 0,1 . L0,8 . S-0,3 (15) Koefisien limpasan air hujan
t = < 2 jam
(20)
Kapasitas Tampang Prinsip pelaksanaan perhitungan kapasitas adalah mengukur luas kecepatan aliran dan tersebut. Rumus Debit Tampang:
Rumus Manning:
Keterangan: = Debit (m3/dt) = Luas tampang basah (m2) = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt) = Koefisien kekasaran manning = Jari-jari Hidraulis (m) = Kemiringan Sungai Memanjang = Keliling basah (m)
Hasil menunjukan bahwa penampang tersepit berada di daerah Kejambon yaitu JB.DAM dengan nilai debit tampang sebesar 393,842 m3/dt. Premodelan HEC-RAS Analisis hidrolika dimaksudkan untuk mengetahui elevasi muka air banjir untuk berbagai nilai debit banjir rencana. Untuk penelitian ini digunakan alat bantu software HEC-RAS untuk menganalisis debit banjir DAS Kali Gendol. Digunakan program HEC-RAS dimaksudkan untuk dapat mempermudah dalam menganalisis debit banjir rancangan serta dapat disajikan secara visual seperti tampang sungai, tinggi muka air, dan banjir rancangan, serta dapat juga ditampilkan secara prespektif tinggi muka air banjir sepanjang sungai.
Kejambon
Pajangan
Plumbon
Gambar 1.6 Long Section Hasil Analisis HEC-RAS HASIL PENELITIAN Hasil dari pengumpulan data curah hujan yang meliputi stasiun Batur, Sorasan dan Ngemplak dengan peta topografi dengan skala 1:25000 dihasilkan bobot Theissen pada tabel 1.1 Bobot Poligon Thiessen DAS Kali Gendol. Selanjutnya penentuan besar data curah hujan pada tanggal dan tahun yang sama dapat dihitung hujan kawasan harian maksimum tahunan pada tabel 1.2. Perhitungan hujan rancangan diperlukan parameter statistik untuk menentukan pemilihan sebaran, hasil menunjukan bahwa ketiga hilir yaitu daerah Plumbon, Pajangan dan Kejmbon menggunakan metode sebaran Log Pearson Type III. Perhitungan nilai intensitas hujan mempengaruhi besarnya debit banjir rancangan, nilai waktu konsentrasi (tc) menggunakan rumus Kirpich maka dengan menggunakan rumus Dr. Monobe didapatkan nilai intensitas Berdasarkan data tata guna lahan dari sabo technical center terbagi beberapa lahan yaitu persawahan, perkebunan, bangunan/ pemukiman, dan lain-lain. Sehingga diperoleh nilai C sebesar 0.6689 pada DAS Kali Gendol. Hal serupa juga telah dilakukan penelitian koefisien limpasan permukaan DAS Kali Gendol menggunakan metode Cook oleh Paramukti Murwibowo dan Totok Gunawan yang hasil penelitian nilai C pada tahun 2010 sebesar 0,65 dan setelah erupsi Gunung Merapi dengan pengambilan data tahun 2012 sebesar 0,67. Perhitungan debit banjir digunakan menggunakan rumus empiris yaitu dengan metode rasional sehingga didapatkan hasil debit pada tabel 1.7 hasil debit banjir rancangan metode rasional Kali Gendol. Analisis debit banjir rancangan yang digunakan pada penelitian ini juga menggunakan metode Hasper dengan nilai
waktu konsentrasi (t), koefisien limpasan air hujan (), dan koefisien pengurangan luas daerah hujan () dihasilkan nilai debit banjir rancangan pada tabel 1.8 hasil debit banjir rancangan metode Hasper Kali Gendol. Dalam menghitung debit tampang sungai Kali Gendol digunakan data yang diambil dari hasil pengukuran pada tanggal 8 sampai 21 desember 2013 dengan menggunakan alat Total Station (TS) dan GPS. Panjang sungai yang ditinjau sebesar 1950 meter meliputi daerah Plumbon, Pajangan dan Kejambon. Hasil pengukuran terdapat 34 tampang dengan jarak antar penampang bervariasi. Setelah dilakukan pengukuran dan pehitungan didapatkan besar debit tampang yang dapat dilihihat pada tabel 1.9 hasil analisis kapasitas debit tampang Kali Gendol. Dari perhitungan didapatkan hasil bahwa di DAS Kali Gendol terjadi perubahan tampang akibat endapan sedimen letusan Gunung Merapi tahun 2006-2013. Perubahan bentuk tampang berdampak pada kapasitas tampang sungai yang tidak maksimal dalam menampung debit banjir, terutama pada penampang di daerah Kejambon. Salah satu yang mengakibatkan terjadinya banjir adalah tidak cukupnya kapasitas tampang sungai dalam menampung debit banjir. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kapasitas tampang terkecil pada daerah Kejambon. Dengan hasil perhitungan kapasitas tampang sungai Kali Gendol dari daerah Plumbon sampai Kejambon masih dapat mencukupi debit banjir rancangan sampai kala ulang 200 tahun. Kemungkinan terjadinya limpasan dikarenakan debit banjir rancangan melebihi kala ulang 200 tahun. Kondisi di daerah aliran sungai Kali Gendol terdapat banyaknya sedimen dan bangunan bangunan liar. Mengendapnya sedimen yang dihasilkan erupsi Merapi tahun 2006 - 2013 mengakibatkan perubahan bentuk penampang disepanjang sungai Kali
Gendol, maka perlu dilakukan normalisasi sungai sesegera mungkin agar profil penampang sungai dapat menampung debit banjir secara maksimal sesuai dengan perencanaan. KESIMPULAN Dalam penelitian analisis debit banjir rancang DAS Kali Gendol ini ada beberapa kesimpulan yang dihasilkan antara lain: 1. Hasil perhitungan dua metode debit banjir rancangan DAS Kali Gendol yaitu metode Rasional, dan Hasper menunjukan bahwa metode Rasional memiliki debit banjir rancangan terbesar, sehingga pada penelitian ini debit banjir yang digunakan adalah metode Rasional, dengan debit banjir rancangan kala ulang pada tabel 1.7 hasil debit banjir rancangan metode Rasional Kali Gendol. 2. Hasil perhitungan kapasitas tampang DAS Kali Gendol didapatkan kapasitas tampang sungai pada pengukuran desember 2013 dihasilkan kapasitas sungai terkecil yaitu P.101 (PJ.DAM) terletak di Daerah Kejambon tepatnya di penampang yang sekaligus menjadi jalan utama penduduk dengan kapasitas debit tampang sebesar 393,842 m3/dt. 3. Hasil pebandingan antara debit banjir rancangan dengan kapasitas tampang DAS Kali Gendol dapat disimpulkan bahwa, kapasitas tampang sungai Gendol khususnya daerah Plumbon, Pajangan, dan Kejambon masih dapat menampung debit banjir rancangan sampai dengan kala ulang 200 tahun. Kemungkinan terjadinya limpasan dikarenakan debit banjir rancangan melebihi kala ulang 200 tahun.
10
DAFTAR PUSTAKA C.D., Soemarto, (1995), Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta. Triatmodjo, Bambang, (2008), Hirologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta. Sosrodarsono, Suryono, (1976), Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Sowarno, (1991), Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri), Nova, Bandung. Marpi, J., dan Adidarma, W., Mengenal Dasar-dasar Hidrologi, Nova, Bandung. Subarkah, Imam, (1980), Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung. Sulthoni, N.A., (2012), Penanggulangan Banjir Sungai Juwana (Kecamatan Margorejo Kota Pati. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Hamijaya, F.P., dan Patrio, M.M., (2006), Studi Penampang Dan Debit Banjir Sungai Code Jogjakarta. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Oktariza, R., Laili V., (2003), Debit Banjir Kiriman Pada Kodya Yogyakarta Dari Daerah Aliran Sungai Kali Code, Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Bondolumakso D., dan Utomo Puji N., (2007), Evaluasi Kali Gendol Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi Tahun 2006. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Diponegoro, Semarang. Murwibowo, P., dan Gunawan, T., (2013), Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Mengkaji Perubahan Koefisien Limpasan Permukaan Akibat Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 Di Sub Das Gendol Yogyakarta. Jurnal Bumi Indonesia. Vol.2. No.1. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Sleman, (Online), ( http://www.slemankab.go.id. Diakases 27 Maret 2013). Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Offset Yogyakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Jakarta. Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Subandriyo, 2010, Material Vulkanik Merapi 140 Juta Meter Kubik, (Online), (http://www.politikindonesia.com, Diakses 6 Oktober 2013). Hydrologic Engineering Center, 2010, HEC-RAS River Analysis System, UsersManual, Version 4.1, January 2010, U.S. Army Cormps of Engineers, Davis, CA. Hydrologic Engineering Center, 2010, HEC-RAS River Analysis System, Hydraulic Reference Manual, Version 4.1, January 2010, U.S. Army Cormps of Engineers, Davis, CA.