Professional Documents
Culture Documents
Pengertian
Urtikaria atau lebih di kenal dengan biduran adalah suatu gejala penyakit berupa gatalgatal-gatal pada kulit di sertai bercakbercak -bercak menonjol (edema) yang biasanya ). disebabkan oleh alergi (www.urtikaria.com (www.urtikaria.com) Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam bermacammacam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahanperlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo (H. Stein, Jay, 2001: 153).
Bentuk-bentuk klinis urtikaria : Bentuk Urtikaria Akut Urtikaria Kronis Urtikaria Pimentosa Urtikaria Sistemik ( Prurigo Sistemik ) Berdasarkan penyebabnya, ultikaria dapat dibedakan menjadi : heat rash urtikaria idiopatik cold urtikaria pressure urtikaria contak urtikaria aquagenic urtikaria solar urtikaria vaskulitik urtikaria cholirgening urtikaria http://informasihttp://informasi -kesehatan40.blogspot.com/
Etiologi
Pada urtikaria akut (berlangsung beberapa jam hingga kurang dari 6 minggu), biasanya dapat diketahui penyebabnya dengan mengamati terjadinya urtikaria, sedangkan pada urtikaria kronis (berlangsung lebih 6 minggu walaupun sudah diobati) dan berulang biasanya sulit diketahui penyebabnya.
Pada beberapa penyelidikan sering dikatakan bahwa 80% penyebab urtikaria tidak diketahui. Beberapa faktor yang telah dilaporkan sebagai penyebab urtikaria kronik antara lain :
Obat-obatan ObatMakanan Gigitan / sengatan serangga Bahan fotosenzitiser Inhalan Kontaktan Trauma fisik Infeksi dan infestasi Psikis Genetik Penyakit sistemik
Patofisiologi
Faktor Imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc, bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE, maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperanan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternative manyebabkan pelepasan anafilatoksin yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri (FKUI, 1997). Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi, misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin (Smeltzer, 2002).
Timbulnya bintikbintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik Bintikbintik merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan tersebut. terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring. adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadangkadang-kadang bisa menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
http://informasihttp://informasi -kesehatan40.blogspot.com/
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab urtikaria : Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam ,cryoglobulin dan cold hemolysin perlu diperiksa pada dugaan urtikaria dingin. Pemerikasaan gigi, telingatelinga-hidunghidung-tenggorok, serta usapan vagina Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen. Test kulit. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal. Tes eliminasi makanan. Pemeriksaan histopatologis, tes foto tempel, suntikan mecholyl intradermal, tes dengan es (ice cube test) dan tes dengan air hangat. (H. Stein, Jay, 2001)
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan urtikaria kronik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain pencegahan terhadap faktor pemicu. Adapun terapi medik yang dapat dilakukan untuk pengendalian urtikaria kronik ada beberapa jenis antara lain :
Antihistamin untuk reseptor H1 (generasi kedua lebih baik dari generasi pertama) Antagonis reseptor leukotrin (untuk urtikaria karena obat, tekanan, dan autoimun) Siklosporin (bila antihistamin tidak berhasil) Asam traneksamat (untuk urtikaria dengan angiodema) Kortikosteroid (tidak untuk pemakaian jangka panjang) Epinefrin / adrenalin (untuk keadaan darurat) Imunoglobulin Pengobatan lokal (dengan menthol dan obat antigatal lain)
Solehah Catur Rahayu dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan teknologi Kesehatan Depkes RI menganjurkan air kelapa muda sebagai obat alternatif urtikaria. Walaupun dalam analisisnya, memang belum diketahui benar apakah penyebab sembuhnya urtikaria hanya karena air kelapa muda semata.
Komplikasi
Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
Prognosis
Sebagian besar penderita urtikaria kronik sembuh dalam 3 tahun setelah timbulnya urtikaria yang pertama, 85% gejala hilang setelah 5 tahun. Setidaknya 20 % urtikaria kronik dengan gejala berat menyisakan gejala hingga 10 tahun.
Pengkajian
Pada pemeriksaan klinis tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada ultikaria akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau subkutan, juga beberapa alat dalam misalnya saluran cerna dan papas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering terkena ialah muka, disertai sesak nafas, serak dan rinitis (FK Unair, 2007).
Diagnosa Keperawatan
gangguan citra tubuh berhubungan dengan lesi pada kulit gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas
Intervensi Keperawatan
bersikap realistis dan positif selama pengobatan. Pada penyulahan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka
menghindari minuman yang mengandung kafein, pada malam hari menggunakan rutinitas waktu tidur atau ritual untuk memudahkan transisi dari kerejagaan ke tidur latihan atau olahraga dengan teratur pertahankan ventilasi dan kelembaban kamar tidur dalam keadaan yang baik
Daftar Pustaka
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI. H. Stein, Jay. 2001. Panduan Kklinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Muttaqin, Arif. 2009. Buku Saku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Integumen. Banjarmasin. http://www.infogue.com/ http://www.infogue.com / http://adproindonesia.muitiply.com/ http://adproindonesia.muitiply.com / http://www.kulitkita.com/ http://www.kulitkita.com / http://informasikesehatan40.blogspot.com/ http://informasikesehatan40.blogspot.com / http://www.indonesiaindonesia.com/ http://www.indonesiaindonesia.com /