You are on page 1of 8

Tugas Tutorial D-4 (Hasyati D. K.

101 0211 023) Letak Papil Nervus Optikus, Bentuk, Rasio Funduskopi
Papil saraf Optikus / Discus Opticus Permulaan saraf optikus di retina inilah yang disebut sebagai papil saraf optikus ( optic disc). Karena ketiadaan fotoreseptor di papil saraf optikus, maka bagian retina ini tidak dapat berespon terhadap stimulus cahaya. Karenanya bagian ini disebut juga sebagai blind spot, dan memiliki diameter sekitar 1,5 mm. . Papil normal.Papil saraf optikus merupakan tanda oftalmoskopik penting pada pemeriksaan funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil saraf optikus adalah warna, batas, cup-disc ratio dan lingkaran neuroretinal. Papil yang normal akan berwarna jingga muda, berbentuk bulat lonjong. Selain itu juga terdapat lekukan fisiologis dengan batas yang jelas, non-elevated, dan memilki cup-disc ratio 1:3 atau sekitar 0,3.. Pembuluh darah muncul di bagian tengah, bercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arteri adalah 5:4 sampai 3:2.

Gambar 4. Gambaran papil saraf optikus (kiri) dan cup-disc ratio (kanan)

Teknik Pemeriksaan Papil N. Opticus dengan FUNDUSKOPI Oftalmoskopi direk Mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri pasien dengan mata kiri pemeriksa kecuali bila pasien dalam keadaan tidur dapat dilakukan dari atas. Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop sehingga menunjukkan angka +12 D Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata pasien. Pada saat ini fokus terletak pada kornea atau pada lensa mata. Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan yang hitam pada dasar yang jingga.( oftalmoskop jarak jauh) Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan roda lensa oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukkan angka mendekati nol. Sinar difokuskan pada papil saraf optik. Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari papil saraf optik. Mata pasien diminta melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea pasien Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina. Oftalmoskopi indirek Pemeriksa menggunakan kedua mata Alat diletakkan tepat didepan kedua mata dengan bantuan pengikat di sekeliling kepala Pada celah oftalmoskop dipasang lensa konveks +4D yang menghasilkan bayangan jernih bila akomodasi diistirahatkan Jarak dengan penderita kurang lebih 40cm Pemeriksaan juga membutuhkan suatu lensa tambahan , disebut lensa objektif yang berkekuatan S +13 D, ditempatkan 7-10 cm didepan mata penderita Bila belum memproleh bayangan yang baik, lensa objektif ini digeser mendekat dan menjauh. Direk Indirek Sifat bayangan tegak Terbalik Pembesaran 15x 4-5x Lapang pandang kecil Lebih besar Hal-hal khusus Refleks macula dan detail retina General view lebih jelas Non stereoskopik Stereoskopik, penting pada Tidak berfungsi pada kekeruhan ablatio retina media Masih dapet memperlihatkan gambaran fudus meskipun media keruh Nilai Dapat dilihat keadaan normal dan patologik pada fundus mata kelainan yang dapat dilihat 1. Pada papil saraf optik Papiledema (normal C/D ratio 0,3-0,5) Hilangnya pulsasi vena saraf optik Ekskavasi papil saraf optik pada glaukoma Atrofi saraf optik 2.Pada retina Perdarahan subhialoid Perdarahan intra retina, lidah api, dots, blots

Edema retina Edema makula

3.Pembuluh darah retina Perbandingan atau rasio arteri vena (normal=2:3) Perdarahan dari arteri atau vena Adanya mikroaneurisma dari vena

Konjungtiva
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 3 bagian yaitu: -> konjungtiva palpebra: berbatasan dengan bagian posterior palpebra -> konjungtiva bulbaris: menutupi bagian anterior sclera. -> konjungtiva forniks: bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata.

Lakrimal
Air mata

Airmata adalah produk cair dari proses menangis untuk membersihkan dan melumasi mata. Ka ta lakrimasi (dari L. Lacrima, berarti airmata, juga dieja lachrymation) dapat digunakan dalam penge rtian medisatau sastra untuk merujuk pengertian menangis. Emosi yang kuat, seperti kesedihan atau kegembiraan, dapat menyebabkan menangis. Proses menguap juga dapat men gakibatkan lakrimasi.

Gambar 2.5. Struktur pada kelenjar air mata

1. Kelenjar lakrimal 2. Superior punctum lakrimal 3. Lakrimasi Superior saluran lakrimal menyebabkan air mata 4. Kantung lakrimal 5. Inferior punctum lakrimal 6. Inferior saluran lakrimal 7. Saluran nasolakrimal

Sekresi Air Mata Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lacrimalis di kuadran temporal atas orbita. Selain kelenjar air mata utama, terdapat kelenjar lakrimal tambahan. Meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama, namun mempunyai peran yang penting. Komponen lipid air mata disekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis di tepian palpebra. Sekresi lipid ini dipengaruhi oleh serabut saraf kolinergik yang berisi kolinesterase dan agonis kolinergik seperti pilokarpin. Selain itu sekresi kelenjar dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron yang dapat meningkatkan sekresi, sementara hormon antiandrogen dan estrogen akan menekan sekresi kelenjar lipid. Refleks mengedip juga memegang peran penting dalam sekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis. Mengedip menyebabkan lipid mengalir ke lapisan air mata. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama yang menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama fornix superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal. Komponen akuos air mata disekresi oleh kelenjar utama, kelenjar Krause dan Wolfring. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama namun tidak mempunyai sistem saluran. Mekanisme sekresi akuos dipersarafi oleh saraf kranial V. Stimulasi reseptor saraf V yang terdapat di kornea dan mukosa nasal memacu sekresi air mata oleh kelenjar lakrima. Kurangnya sekresi air mata oleh kelenjar lacrimalisdan sindrom dry eye dapat disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan yang berefek pada sistem otonom.

Komponen musin lapisan air mata disekresi oleh sel Goblet konjungtiva dan sel epitel permukaan. Mekanisme pengaturan sekresi musin oleh sel ini tidak diketahui. Hilangnya sel Goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal. Selain sistem sekresi, kelenjar air mata juga terdiri dari komponen ekskresi. Komponen ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, saccus lacrimalis dan ductus lacrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip risleting mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi di sisi medial palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang sesuai dengan jumlah yang diuapkan. Oleh sebab itu hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi.

Gambar 2.6. Sistem ekskresi lakrimalis Beberapa mukosa hidung. Hiposekresi dapat terjadi secara kongenital meskipun jarang. Hiposekresi dapat disebabkan karena adanya inflamasi lokal konjuntiva, sikatrik konjungtiva karena infeksi sekunder dari bakteri dan virus,inflamasi kronis kelenjar lacimalis dan atrofi senilis kelenjar lacrimalis. Produksi air mata dapat dipengaruhi obatobatan sistemik dan topikal. Obat yang mengurangi produksi air mata: Atropin, skopolamin (parasimpatolitik), antihistamin, beta blokker, phenotiazin, diazepam, nitrous oxide dan halotan. Obatobatan yang dapat meningkatkan produksi air mata misalnya seperti pilokarpin (parasimpatomimetik), metakholin, neostigmin (antikholinesterase), epinefrin, efedrin, fluouracil dan bromhexin. kondisi hipersekresi akibat stimulus iritatif yang merangsang

saraf trigeminus adalah trauma, benda asing, penyakit kornea, penyakit konjungtiva dan penyakit

Fisiologi Pengeluaran Air Mata Air mata (tear film) berjalan menutupi permukaan bola mata dan kelopak mata kemudian masuk ke punctum lacrimalis kemudian menuju ke kanalikuli, sacus lakrimal, ductus

nasolakrimalis lalu ke hidung. Kebanyakan tear film dieliminasi secara langsung melalui evaporasi dan diabsorbsi di saccus lacrimalis. Pengaliran dari air mata merupakan proses yang aktif dengan mekanisme yang beragam adanya keaktifan pompa palpebra-kanalikuler yang dilaporkan oleh Doane, Rosengren, Frieberg, Chavis dan Maurice. Sewaktu kelopak mata membuka sebelum mata mulai berkedip maka kanalikuli siap untuk diisi air mata. Kelopak mata atas turun sebagai awal berkedip dan bagian medial kelopak mata sekitar puntum akan naik,punctum bagian atas dan bawah akan berkontak lebih kuat dan hanya setengah jalan yang tertutup. Sewaktu punctum tertutup sewaktu berkedip, maka akan menekan kanalikuli dan sacus laccrimalis air mata terdorong melalui ductus nasolacrimalis dan melalui hidung, volume air mata akan minimum sewaktu berkedip. Teori Pompa lakrimal yang dikembangkan oleh Jones menyatakan sewaktu kelopak mata menutup fisura kelopak mata berpindah ke nasal dan air mata pindah ke daerah punctum, antara kelopak mata, konjuntiva dan karunkulae daerah lakrimal. Sewaktu relaksasi kelopak pada saat mata terbuka kanalikuli dan ampula ditekan oleh otot pretarsal superfisial dan pretarsal dalam, yang sangat elastis dan akan menghasilkan tekanan negatif di dalam ampula-kanalikuler sistem menyebabkan air mata terhisap kedalam punctum, kemudian sewaktu kelopak mata menutup lagi, air mata yang sebelumnya di ampulasistem kanalikuli selanjutnya apabila kelopak mata terbuka air mata ditekan ke saccus lacrimalis.13

Fungsi Air Mata Air mata berfungsi sebagai: 1. Sebagai optik yang mempertahankan permukaan kornea. 2. Menghapus benda asing dari permukaan kornea. 3. Sumber oksigen terhadap epitel kornea dan konjuntiva. 4. Pelicin antara kelopak mata dan permukaan mata. 5. Jalur untuk selsel lekosit menuju kebagian sentral kornea avaskuler bila terjadi trauma kornea. 6. Sebagai antibakterial. 7. Media untuk membuang debris dan sel yang mengalami deskuamasi.

Vitamin A Preformed: - alcohol retinol - aldehid retinal - asam asam retinoat karotenoid

Provitamin: Metabolisme:

Referensi: 1. Vaughan DG, Taylor Asbury, dan Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum Edisi Ke-14. Jakarta: Penerbit Widya Medika , 1996 2. Barnard S. An Introduction to Diseases of the Optic nerve. http://www.academy.org.uk/lectures/barnard3.htm 3. Haddad W. Intraocular Anatomy. Dalam: www.eyeweb.org/anatomy.htm 4. Ilmu Penyakit Mata. FKUI

You might also like