You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR DI UGD RS Dr.

MOEWARDI SOLO

Disusun Oleh: RIZQI WAHYU HIDAYATI 2412022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE II SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA 2012

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta Telp (0274) 4342000

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR DI UGD RS Dr. MOEWARDI SOLO

Di sahkan pada tanggal : Hari: Tanggal:

Mengetahui Pembimbing Akademik

Mengetahui Pembimbing Klinik

( Fredi Erwanto, S. Kep., Ns )

( Mulyo B., S. Kep., Ns. )

Mahasiswa

( Rizqi Wahyu Hidayati )

Fraktur
Definisi Adalah terputuisnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantuing pada jenis trauma,kekuatan, dan arahnya.Taruma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ketulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang yang didekat sendi atau yang mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Etiologi Fraktur terjadi sebagai akibat : 1. jatuh, kecelakaan ditempat kerja. 2. kecelakaan lalu lintas 3. kecelakaan olah raga Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang. Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau perdarahan. Klasifikasi Fraktur Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidanya hubungan antara patahan tulang denga dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka sampai ke tulang yang patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

Fraktur Tertutup a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya. b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan. c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan. d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement. Fraktur Terbuka a. Grade I dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 Cm b. Greade II luka lebih luas tanpa kerusaka jaringan lunak yang ekstensif. c. Grade III mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif yang sangat

terkontaminasi dan merupakan yang paling berat. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur. a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto. b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti: c. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) d. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya. e. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma. a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasijuga. c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi. d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang. Berdasarkan jumlah garis patah. a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan. c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang. a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh. b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: c. Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah overlapping). d. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). e. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh). Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang. sumbu dan

Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Manifestasi klinik Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi. NYERI deformitas (terlihat maupun teraba) Pemendekan Krepitasi pembengkaan

Penatalaksanaan kegawatdaruratan Prinsip immobilisasi Pembidaian

Prinsip Penanganan Reduksi Fraktur a. Reduksi fraktur, mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, fraksi, atau reduksi terbuka (ORIF \ OREF) dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur b.Traksi , digunakan utuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi yang disesuaikan denganspsme otot yang terjadi. c. Reduksi terbuka (ORIF\OREF), alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya. d.Imobilisasi Fraktur, setelah direduksi fragmen tulang harus di imobilisasi dan dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal (gips,pembalutan, bidai, traksi kontinyu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal) dan interna ( implant logam ). e. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak

TRAKSI Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. 6

Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

MACAM - MACAM TRAKSI Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur. Imoblisasi fragmen tulang Kontak fragmen tulang maksimal Asupan darah yang memadai Nutrisi yang baik Latihan pembebanan untuk tulang panjang Hormon-hormonn pertumbuhan , tiroid, kaisitonon, vitamin D, steroid dan anabolik 7

Potensial listrik pada patahan tulang Faktor yang menghambat penyembuhan tulang Trauma lokal ekstensif Kehilangan tulang Imobilisasi tak memadai Rongga atau ajaringan diantara fragmen tulang Infeksi Keganasan lokal Penyakit tulang metabolik (paget) Tadiasi tulang (nekrosis radiasi) Nekrosis vaskuler Fraktur intraartikuler (cairan senovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan darah awal dan memperlambat pertumbuhan jendalan) Usia (lansia sembuh lebih lama) Kortikosteroid (menghambat kecepata perbaikan) Perawatan Pasien Fraktur tertutup Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali kepada aktifitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas memerlukan waktu berbulan-bulan. Pasien diajari mengontrol pembengkaan dan nyeri, mereka didorong untuk aktif dalam batas imoblisasi fraktur . pengajaran pasien meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan, pemantauan kemungkinan potensial masalah, dan perlunya supervisi perawatan kesehatan. Perawatan Pasien Fraktur Terbuka Pada fraktur terbuka (yang berhubungan luka terbuka memanjang sampai ke permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang) terdapat resiko infeksi-osteomielitis, gas gangren, dan tetanus. Tujuan penanganan adalah untuk meminimalkan kemungkina infeksi luka , jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan usapan luka, pengangkatan fragmen tulang mati atau mungkin graft tulang. 8

Komplikasi Fraktur a. Komplikasi awal Komplikasi awal setelah fraktur adalah : - syok , yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah cidera; - emboli lemak; - dan sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan fungsi ekstimitas permanen jika tidak segera ditangani. Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli, (emboli paru), dan juga koagulapati intravaskuler diseminata (KID) b. Komp1ikasi lambat Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan dilakukan tindakan adalah : Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat dibantu dengan Stimulasi elektrik osteogenesis karena dapat mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan pembentukan tulang. Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati. Reaksi terhadap alat fiksasi internal. Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen (X-Ray) untuk mengetahui bagian mana yang fraktur secara pasti dan jenis frakturnya. Laboratorium darah lengkap, jika terjadi operasi untuk mengetahui klien anemis atau tidak. Mengetahui jenis golongan darah bila sewaktu waktu terjadi perdarahan hebat. CT Scan EKG untuk pembedahan

Pengkajian Keperawatan Menurut Bruner dan Studart, 2002, pengajian keperwatan untuk klien fraktur adalah : a. Identitas Klien nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat tinggal, pekerjaan dan alamat Primary Survey b. Keluhan Utama adanya nyeri, edem pada area yang fraktur 9

c. ADL pekerjaan klien dan aktivitas sehari hari. Fraktur sering muncul pada seseorang yang gemar berolah raga dan hockey dapat menimbulkan nyeri sendi pada tangan. d. Px. Fisik 1. Pengukuran TB 2. Pengukuran TTV 3. Integritas kulit, deformitas tulang 4. Kelainan bentuk dada, kelainan bunyi paru, dahak dan warnanya 5. Kardiovaskuler frekuensi nadi, TD, pengisian kapiler, warna kulit dan temperature 6. Abdomen tegang / lemas, turgor kulit, bising usus, hepatosplenomegali atau tidak 7. Eliminasi perubahan eliminasi fekal atau tidak, BAK di observasi karena immobilisasi 8. Aktivitas keterbatasan gerak pada area fraktur e. Nyeri, kekuatan otot, kelainan bentuk tulang, keadaan tonus otot Secondary Survey f. Riwayat Kesehatan Keluarga menentukan hubungan genetic perlu diidentifikasi adanya factor predisposisi seperti RA, spondilitid ankilosis, gout (biasanya pada fraktur psikologis) g. Riwayat Spiritual agama, nilai nilai spiritual dalam keluarga dan bagaimana menjalankannya. 1.

10

PATHWAY

Trauma

Perdarahan : ekstrasel dan intrasel

Pasien stress psikologis

Tekanan dari pemasangan gips

Syok hipovolemik

Peningkatan katekolamin

Penurunan perfusi

kontraktur Penurunan kardiak output Pk: perdarahan Globulin lemak masuk dalam aliran darah Gangguan mobilitas fisik Deficit perawatan diri Kerusakan integritas kulit Risiko infeksi Tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler

Nyeri akut

Sumbatan aliran darah

Hipoksemia

Hipoksia

Gangguan perfusi jaringan

11

Diagnosa Keperawatan yang muncul 1. Cemas b.d pembedahan 2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal 3. Kerusakan integritas kulit b.d prosedur pembedahan 4. Resiko infeksi b.d inadekuat pertahanan sekunder 5. Nyeri akut b.d agen injury fisik

12

No 1.

Diagnosa Keperawatan Nyeri

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC : NIC : Pain Level, Pain Management Definisi : Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara Sensori yang tidak Comfort level komprehensif termasuk lokasi, menyenangkan dan pengalaman Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas emosional yang muncul secara Mampu mengontrol nyeri dan faktor presipitasi aktual atau potensial kerusakan (tahu penyebab nyeri, Observasi reaksi nonverbal dari jaringan atau menggambarkan mampu menggunakan ketidaknyamanan adanya kerusakan (Asosiasi Studi tehnik nonfarmakologi Gunakan teknik komunikasi terapeutik Nyeri Internasional): serangan untuk mengetahui pengalaman nyeri untuk mengurangi nyeri, mendadak atau pelan pasien mencari bantuan) intensitasnya dari ringan sampai Melaporkan bahwa nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi respon berat yang dapat diantisipasi nyeri dengan akhir yang dapat berkurang dengan Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau diprediksi dan dengan durasi menggunakan manajemen Evaluasi bersama pasien dan tim kurang dari 6 bulan. nyeri kesehatan lain tentang ketidakefektifan Mampu mengenali nyeri kontrol nyeri masa lampau Batasan karakteristik : (skala, intensitas, frekuensi Bantu pasien dan keluarga untuk mencari - Laporan secara verbal atau dan tanda nyeri) dan menemukan dukungan non verbal Menyatakan rasa nyaman Kontrol lingkungan yang dapat - Fakta dari observasi setelah nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu - Posisi antalgic untuk Tanda vital dalam rentang ruangan, pencahayaan dan kebisingan menghindari nyeri normal Kurangi faktor presipitasi nyeri - Gerakan melindungi Pilih dan lakukan penanganan nyeri - Tingkah laku berhati-hati Muka topeng Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

(farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

13

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2.

Resiko infeksi Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen Faktor-faktor resiko : - Prosedur Infasif - Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen - Trauma - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Ruptur membran amnion - Agen farmasi (imunosupresan) - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Ketidakadekuatan imum buatan - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) - Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) - Penyakit kronik

NOC : NIC : Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi) Knowledge : Infection Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain control Risk control Pertahankan teknik isolasi Kriteria Hasil : Batasi pengunjung bila perlu Klien bebas dari tanda dan Instruksikan pada pengunjung untuk gejala infeksi mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan yang mempengaruhi penularan serta Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan penatalaksanaannya, Gunakan baju, sarung tangan sebagai Menunjukkan kemampuan alat pelindung untuk mencegah timbulnya Pertahankan lingkungan aseptik selama infeksi pemasangan alat Jumlah leukosit dalam Ganti letak IV perifer dan line central dan batas normal dressing sesuai dengan petunjuk umum Menunjukkan perilaku Gunakan kateter intermiten untuk hidup sehat
menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular

14


Kerusakan intergritas kulit

Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

NOC : Tissue Integrity : Skin and NIC : Pressure Management Anjurkan pasien untuk menggunakan Mucous Membranes b/d edema dan pakaian yang longgar Kriteria Hasil : menurunnya tingkat Hindari kerutan padaa tempat tidur Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih aktivitas dan kering (sensasi, elastisitas, Definisi : Perubahan pada Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) temperatur, hidrasi, epidermis dan dermis setiap dua jam sekali pigmentasi) Monitor kulit akan adanya kemerahan Tidak ada luka/lesi pada Batasan karakteristik : Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada kulit - Gangguan pada bagian derah yang tertekan Perfusi jaringan baik tubuh Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Menunjukkan - Kerusakan lapisa kulit Monitor status nutrisi pasien pemahaman dalam Memandikan pasien dengan sabun dan (dermis) proses perbaikan kulit - Gangguan permukaan air hangat kulit (epidermis) dan mencegah terjadinya Faktor yang berhubungan : sedera berulang Eksternal : Mampu melindungi kulit - Hipertermia atau hipotermia dan mempertahankan - Substansi kimia kelembaban kulit dan - Kelembaban udara perawatan alami - Faktor mekanik (misalnya :
alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) Immobilitas fisik Radiasi Usia yang ekstrim Kelembaban kulit

15

Obat-obatan Internal : - Perubahan status metabolik - Tulang menonjol - Defisit imunologi - Faktor yang berhubungan dengan perkembangan - Perubahan sensasi - Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) - Perubahan status cairan - Perubahan pigmentasi - Perubahan sirkulasi - Perubahan turgor (elastisitas kulit)

Kecemasan

berhubungan NOC :

dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan Ditandai dengan Gelisah Insomnia Resah Ketakutan Sedih Fokus pada diri Kekhawatiran Cemas

NIC : Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan Coping kecemasan) Kriteria Hasil : Gunakan pendekatan yang menenangkan Klien mampu mengidentifikasi dan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien mengungkapkan gejala Jelaskan semua prosedur dan apa yang cemas dirasakan selama prosedur Mengidentifikasi, mengungkapkan dan Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut menunjukkan tehnik Berikan informasi faktual mengenai untuk mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis Vital sign dalam batas Dorong keluarga untuk menemani anak normal Postur tubuh, ekspresi Lakukan back / neck rub wajah, bahasa tubuh dan Dengarkan dengan penuh perhatian tingkat aktivitas Identifikasi tingkat kecemasan menunjukkan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan berkurangnya kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan

Setelah dilakukan tindakan Terapi exercise : pergerakan sendi perawatan selama 6 hari dapat Pastikan keterbatasan gerak sendi teridentifikasi Mobility level, yang dialami Joint Movement aktif, dengan Kolaborasi dengan fisioterapi 16

kekuatan otot

kriteria hasil : o aktifitas fisik meningkat o ROM normal o Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan, kemampuan dalam bergerak o Klien bisa melakukan aktifitas walaupun dengan dibantu

Pastikan m otivasi klien untuk

mempertahankan gerakan sendi


Pastikan klien untuk

mempertahankan gerakan sendi


Pastikan klien bebas dari nyeri

sebelum diberikan latihan


Anjurkan ROM Exercise aktif,

jadual teratur, Latih ROM pasif. Exercise Promotion : Bantu identifikasi program latihan yang sesuai Diskusikan dan anjurkan pada klien untuk latihan yang tepat Exercise terapi ambulasi Anjurkan dan bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi Penuhi Fasilitas penggunaan alat bantu

17

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC, Jakarta Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care, available on: www.Us.Elsevierhealth.com NANDA, 2007 ,Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2007-2008, NANDA International, Philadelphia.

University IOWA., NIC and NOC Project., 2004, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

18

You might also like