You are on page 1of 12

Tugas Makalah Biomaterial III MOUTHWASH

Oleh : Kelompok 6 Ganjil Pascalin F. Marapandi Cakra Andita Andrius Anindya Prima Y. Like Rosita D.S Fitrahani Puspita D. Rizni Amaliah Vita Levina H. 8345 8347 8349 8351 8353 8355 8359 8361

FAKULTAS KEDOKTERAAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

A. Pengertian dan Fungsi Menurut Eley (2004), mouthwash adalah suatu larutan yang diaplikasikan sebagai pembersih untuk meningkatkan kesehatan mulut, estetik, dan kesegaran napas. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), obat kumur adalah larutan cairan yang digunakan sebagai sebuah bilas secara teratur untuk meningkatkan kesehatan mulut, estetika, dan kesegaran nafas. Menurut Eley (2004), obat kumur (mouthwash) digunakan untuk berbagai macam kegunaan,antara lain membersihkan mulut dari debri makanan, sebagai agen antibakteri untuk mencegah atau mengurangi akumulasi plak, mengandung fluoride untuk antikaries, dan untuk mengurangi aktivitas mikroorganisme yang memproduksi bau mulut. Menurut Harris (1987), mouthwash sama halnya dengan pasta gigi dimana mempunyai fungsi yang dikategorikan sebagai kosmetik , terapeutik dan kedua-duanya. Fungsi kosmetik yaitu mouthwash membantu menyingkirkan oral debri sebelum dan sesudah menyikat gigi, setelah flossing atau setelah prosedur kontrol plak serta memberi rasa segar pada mulut dan nafas sehingga dapat mengurangi bau mulut. Fungsi teapeutik yaitu mouthwash memiliki bahan aktif tambahan yang dapat mencegah atau membantu penyembuhkan proses penyakit lesi-lesi di mulut. Menurut Combe (1986), mouthwash dapat digunakan untuk berbagai fungsi: a. b. c. Untuk menghilangkan atau membunuh bakteri Untuk berperan sebagai penyegar Untuk pewangi (menghilangkan bau)

d. Untuk mendapatkan efek terapeutik dengan mengurangi infeksi atau mencegah karies gigi B. Komposisi Menurut Powers & Sakaguchi (2006), mouthwash tersusun dari 3 bahan utama : 1. Agen aktif Agen aktif dipilih berdasarkan keuntungan tertentu bagi kesehatan mulut seperti aktivitas antikaries, efek antimikrobial, efek flouride, atau mengurangi perlekatan plak. Agen aktif tadi dibawa di dalam larutan air atau alkohol. Alkohol digunakan untuk melarutkan beberapa zat aktif, meningkatkan rasa, dan bertindak sebagai preservatif untuk keawetan penyimpanan produk. 2. Surfaktan

Surfaktan ditambahkan untuk membantu menghilangkan debris dari gigi dan melarutkan bahan lainnya. Surfaktan dapat merupakan kopolimer nonionik, anionic seperti sodium lauryl sulfate, atau cetyl perimidium chloride, yang merupakan kation dengan sifat antibacterial. Menurut Storehagen (2003), surfaktan atau detergen adalah agen pembersih yang bekerja pada permukaan dan tergantung pada sifatnya yang hidrofilik dan hidrofobik, melarutkan minyak, dan efek antibacterial. Deterjen menurunkan tegangan permukaan cairan rongga mulut sehingga bahan-bahan yang terkandung dalam mouthwash dapat lebih mudah berkontak dengan gigi. Surfaktan berpenetrasi dan melarutkan plak sehingga mempermudah dalam pembersihan gigi. Efek busa yang dihasilkan dari deterjen bermanfaat untuk membersihkan gigi dan berkontribusi untuk menghilangkan debris dan memberikan bersih. Fungsi lain dari deterjen adalah untuk menyebarkan rasa segar dalam mulut. Deterjen yang sering digunakan adalah sodium lauryl sulfat. 3. Agen pemberi rasa Agen ini ditambahkan untuk menyegarkan napas seperti sorbitol yang merupakan bahan pemanis non- fermentasi (Harris, 1987). Contoh lain : ucalyptol, menthol, thymol, dan methyl salicylate (Powers,2006).

Ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi produk mouthwash, antara lain keasaman dan komponen ethanol sebagai pelarut (Powers,2006).

Menurut Eley (2004), komposisi obat kumur biasanya terdiri dari: 1. Agen antibakterial 0,2% chlorhexidine gluconate terlihat paling efektif, tetapi memiliki rasa yang kuat dan kecenderungan untuk mewarnai gigi yang merupakan kerugian. Garam quaternary ammonium, seperti cetylpyridinium chloride terkadang digunakan. 2. Alkohol Berfungsi sebagai bahan pengawet dan bahan semi-aktif. Alcohol juga mampu meningkatkan aktivitas antibakteri yaitu dengan denaturasi dinding sel bakteri. Selain itu, alcohol juga berfungsi memberi rasa dan membantu agen perasa dalam larutan. 3. Humectants Merupakan bahan yang dapat mempertahankan kelembaban seperti gliserin dan sorbitol. 4. Surfaktan 3

Membantu menjaga komposisi dalam larutan. 5. Perasa, agen pewarna, bahan pengawet, dan air sebagai pembawa

Menurut Storehagen (2003), bahan aktif (agen terapeutik) dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Anti-karies a. Flouride Mouthwash biasanya juga mengandung fluoride. Fluoride pada mouthwash berfungsi memberikan efek anti karies, dimana efeknya bergantung pada konsentrasi dan lama penggunaan, dengan 0,2% NaF memiliki uptake lebih besar daripada 0,05%. Semakin lama penggunaan, semakin besar efek perawatan (Powers & Sakaguchi, 2006). Tiga teori utama aksi fluoride dalam mencegah karies: 1. Bergabung dengan enamel selama proses perkembangan gigi membentuk FAP (fluorhydroxyapatite), mengurangi kelarutan apatit. 2. Aksi antibacterial. Pada lingkungan asam, fluor akan membentuk hydrogen fluoride (HF), HF merupakan asam lemah yang dapat berpenetrasi ke dalam membrane sel bakteri sehingga akan mengganggu metabolisme bakteri. 3. Pembentukkan calcium fluoride (CaF2) pada plak dan permukaan enamel selama dan setelah berkumur atau menggosok gigi dengan fluoride. CaF2 bertindak sebagai reservoir. Saat pH turun, fluoride dan kalsium dilepaskan pada cairan plak, fluoride berdifusi dengan asam dari plak menuju ke permukaan enamel dengan membentuk FAP. b. Xylitol Xylitol adalah gula alcohol yang tidak dapat difermentasi oleh mikroorganisme dalam mulut. Contoh mouthwash: denivit, zendium. c. Calsium/ Phosphate Akan meningkatkan konsentrasi ion kalsium/ phosphate dalam rongga mulut sehingga meningkatkan remineralisasi dan meningkatkan uptake fluoride. d. Sodium bicarbonate Sodium bicarbonate direkomendasikan untuk pasien yang menderita xerostomia atau erosi karena kemampuannya untuk meningkatkan pH saliva dan menekan pertumbuhan mikro-organisme yang bersifat asam seperti Streptococcus mutans (Powers & Sakaguchi, 2006).

2.

Anti-plak a. Ion metal i. Ion Stannous Pada mouthwash berbentuk stannous-fluoride atau stannous pyrophosphate. Mouthwash yang mengandung stannous fluoride dapat mengurangi jumlah S. mutans dan S. sanguis pada plak, menjadikan enamel bersifat hydrophobic yang dapat menghambat kolonisasi bakteri, ion stannous menghambat glikolisis bakteri. ii. Ion Zinc Biasanya dalam bentuk zinc chloride atau zinc citrate. b. Minyak Essensial Dapat berupa: thymol, menthol, eucalyptol, dan methyl salicylate. Memiliki aktivitas antibacterial dengan cara merubah dinding sel bakteri. Pencuci mulut yang berisi empat minyak esensial fenol terkait (timol, eucalyptol, mentol dan metil salisilat dalam sampai 26% alkohol) dapat menembus biofilm plak dan demikian membunuh mikroorganisme yang menyebabkan radang gusi. Minyak esensial efektif dalam mengurangi plak, gingivitis, dan halitosis karena bakterisida dan kemampuannya menyerap plak. Direkomendasikan sebagai tambahan untuk membersihan mulut secara mekanik, terutama pada pasien yang memiliki gangguan kesehatan gigi dan mereka yang menderita peradangan gingiva meskipun teratur menyikat gigi dan flossing. Obat kumur ini dapat membantu mendukung kesehatan gingiva sekitar gigi implan. Tidak dianjurkan untuk pasien yang menderita xerostomia, erosi gigi karena pH mulut yang rendah, atau penyakit mukosa mulut karena kemungkinan iritasi dan kekeringan mukosa akibat etanol. Obat kumur ini tidak cocok untuk anak karena risiko penelanan tanpa disengaja etanol dosis tinggi (Powers & Sakaguchi, 2006). c. Chlorhexidine Chlorhexidine dipertimbangkan sebagai gold standard mouthwash antiplak karena memiliki aktivitas antimicrobial yang berspektrum luas dan plak inhibitory yang potensial. Chlorhexidine efektif melawan bakteri Gram positif dan negatif, tetapi paling efektif terhadap bakteri Gram positif. Merupakan agen antibakterial yang kuat yang utama digunakan oleh pasien yang mengalami infeksi gusi atau jaringan lunak seperti gingivitis atau pericoronitis. Konsentrasi yang diterima adalah sebesar 0,1 0,2 %. Selain itu efek dari 5

chlorhexidine mampu mengurangi inflamasi terkait dengan penyakit periodontal. Akan tetapi penggunaannya memiliki efek samping yaitu pasien merasakan rasa pahit dan cenderung mampu mendiskolorisasi permukaan gigi. (Powers & Sakaguchi, 2006). d. Sodium Lauryl Sulphate

3. Anti-kalkulus Zinc Berfungsi untuk menghambat kristalisasi pada pembentukan kalkulus.

4. Anti Hipersensitivitas Dentin Garam Potassium Garam potassium bereaksi dengan cara memblok potensial aksi di sekitas pulpa sehingga dapat mencegah respon saraf stimulus.

5. Anti-Apthous Aminoglucosidase dan Glucose oxidase Enzymatic toothpaste dan mouthwash tidak mengandung deterjen seperti SLS karena deterjen dapat mendenaturasi enzim. SLS dapat meningkatkan frekuensi ulkus/ ulser pada pasien yang menderita Recurrent Aphtous Ulcers (RAU). Pasta gigi dan mouthwash yang mengandung enzim dapat menjadi alternative bagi pasien yang menderita RAU.

6. Anti-halitosis Zinc Bau tak sedap disebabkan karena bakteri anaerob Gram negatif. Bakteri memetabolisme sulfur yang berasal dari asam amino sehingga menghasilkan VSC (Volatile Sulphure-Containing Compounds). Zinc mencegah produksi VSC dengan cara berikatan dengan sulphur pada asam amino.

C. Cara Pemakaian Secara umum, mouthrinses baik digunakan pada pagi dan sore hari. ( Powers dan Sakaguchi, 2006 ). Volume cairan mouth rinses umumnya digunakan untuk membersihkan mulut sekitar 20 ml. Berkumur dilakukan 2 kali sehari setelah menyikat gigi. Cara penggunaannya yaitu dengan gargling (berkumur) dengan mouth rinse selama satu menit lalu larutan dikeluarkan dari rongga mulut. (www.wikipedia.com)

No

Nama Produk/ Pabrik/ Negara Listerine/ Johnsonjohnson/ Amerika Serikat

Komposisi

Cara Pemakaian

Gambar

Kegunaan

Siwak F/ PT Miswak Utama/ Indonesia

Thymol IP 0.06%, Eucalyptol PCx - 0.09%, Benzoic Acid IP - 0.15%, Menthol IP 0.04%, Ethanol (95%) - IP 26% v/v Sodium Fluoride BP 0.05% Cetylpiridium Chloride 0.05% Propylene Glycol Glycerin PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, Benzoic Acid, Flavor, Menthol, CI 42090, Potassium acesulfam, Minyak cengkeh, Aqua.

Kumur selama 30 detik Listerine dengan takaran 2030 ml (4 sendok teh) dengan frekwensi 2 kali sehari. Berkumurlah 2x sehari dengan 5ml cairan mouthwash selama 30 detik.

Antibakteri Antiplak Mencegah timbulnya plak dan gingivitis.

Antikaries Antibakteri Membantu menghilangkan plak

Colgate PerioGard Antiseptic/ Palmolive/ Australia

Meridol/ Gaba/ Switzerland

Untuk orang dewasa dan anak diatas 6 tahun gunakan dua kali sehari lalu kumur dengan 10ml Colgate Periogard selama 1 menit dan gunakan selama 7 hari berturut-turut dalam pengawasan dokter gigi. Kumur dua 125 ppm aminefluorid kali sehari selama 30 e 125 ppm detik dengan stannousfluori 10 ml larutan de setelah menggosok gigi. Jangan berkumurden gan air setelahnya. 12% w/v Chlorhexidin e Gluconate, air, 11.6% alkohol, glycerin, PEG-40 sorbitan diisostearate, flavor, sodium saccharin, and FD&C Blue No. 1. Povidoneiodine 1,00 g (1% m/v), dan bahan tambahan denatured alkohol. Untuk anak diatas 6 tahun dan orang dewasa. Kumur dengan 10ml betadine mouthwash selama 30 detik, jangan ditelan. Ulangi selama 4 kali sehari dalam rentang waktu 14 hari atau sesuai perintah

Antimikroba Antiplak Membantu menghilangkan halitosis

Antikaries Antibakteri dengan cara inaktivasi perlekatan bakteri sehingga tidak menimbulkan plak

Betadine Obat Kumur/ Mundipharm/ Switzerland

Antimikroba Antiplak

Merocet/ Meds Chemist/ USA

dokter/ dokter gigi Cetylpyridini 10-15 ml sekali kumur um chloride selama 10-15 0.05%, Sucrose, detik . Glucose, digunakan Peppermint setiap 2-3 Oil, Sunset jam bila Yellow perlu (E110), Quinoline Yellow (E104), Ethyl Alcohol. Purified Water.

Antiseptik Antiplak Mengurangi gingivitis

D. Efek 1. Efek mouthwash terhadap dental material : a) Berdasarkan penelitian Elhejazi dan Ateyah (2005), mouthwash merk Emuflour (zat aktif: fluoride dan zat aditif warna E-124 cochineal red) membuat efek diskolorasi terbesar pada material restorasi sewarna gigi (resin komposit P4, Ormocer, Admira/ADM, dan Compomer Dyract) dibandingkan dengan mouthwash yang lain (Listerine original: alcohol-containing essential oil dan Orasept: alcohol-free mouthrinse). Sedangkan dari ketiga jenis bahan restorasi yang diteliti, bahan Ormocer menunjukkan derajat diskolorasi yang paling besar dengan aplikasi ketiga jenis mouthwash diatas. b) Berdasarkan penelitian Indrani dkk. (2009), mouthwash yang mengandung ethanol dapat mengurangi kekerasan permukaan (surface hardness) dari resin komposit aktivasi sinar. Efek ini bersifat time-dependent (tergantung lama pemakaian), semakin lama kekerasan permukaannya akan berkurang. c) Berdasarkan penelitian Diab dkk. (2007), menunjukkan terjadinya pengurangan microhardness dari resin komposit setelah direndam dalam mouthwash yang mengandung alkohol. Selain itu aplikasi mouthwash yang mengandung sodiumfluoride mengakibatkan diskolorasi dari resin komposit. d) Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), mouthwash yang mengandung konsentrasi ethanol yang tinggi dapat melunakan permukaan material resin seperti resin komposit, kompomer, dan sealant. Efek pelunakan dari resin komposit aktivasi sinar oleh mouthwash tersebut ditandai dengan peningkatan laju absorbsi air.

2. Efek dari mouthwash terhadap jaringan: Efek terapi dari mouthwash tergantung dari bahan atau zat aktifnya. Dibawah ini adalah efek dari mouthwash diluar efek terapi dari zat aktifnya : a) Alkohol merupakan bahan yang esensial terdapat dalam sebagian besar mouthwash. Kandungan alkohol 26% dalam mouthwash dapat menyebabkan lesi hiperkeraosis pada mukosa oral. Penelitian lain menunjukkan terjadinya peningkatan respon nyeri oral setiap peningkatan konsentrasi alkohol dalam mouthwash dari 7,5% sampai 35%. b) Kandungan detergen (9,9% deterjen anionik dan 7,5% Sodium Lauril Sulfat (SLS)) dapat mengurangi keratinisasi epitelium oral. c) Agen flavoring seperti cinnamic aldehide pada mouthwash paling banyak dikeluhkan menyebabkan urtikaria pada oral maupun kulit sebagai reaksi alergi. d) Chlorhexidine mouthwash dapat menyebabkan pewarnaan /diskolorasi berwarna coklat pada gigi dan lidah, serta mempengaruhi sensasi kecap. Efek ini dipengaruhi terkait dengan konsentrasi dan lama pemaparan dari mouthwash ke rongga mulut. Selain itu kasus desquamasi superfisial dari mukosa oral juga dilaporkan sebagai efek pemakaian chlorhexidine. e) Agen anti mikrobial lain seperti benzethomium chloride 0,2% juga mampu menyebabkan lesi desquamatif dan diskolorasi lidah dan sekitar gigi. Bahan cetylpyridium chloride dapat memberikan sensasi terbakar (burning sensation) pada mukosa mulut. f) Probable toxic dose (PTD) atau dosis minimal dari konsusmsi fluoride yang menyebabkan gejala yang berbahaya bagi tubuh (fluorosis) menurut Whitford adalah 5 mgF/kg berat badan. g) Konsentrasi chloroform dalam mouthwash yang dianjurkan adalah maksimal 3,5 %, jika berlebih maka sifat karsinogeniknya akan membahayakan rongga mulut dan tubuh. h) Triclosan (sebagai antimikrobial dalam mouthwash) bersifat mutagen, teratogen dan karsinogen. (Schmalz dan Bindslev, 2009) i) Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), mouthwash yang mengandung eugenol juga dapat memberikan efek pewarnaan pada gigi.

E. Panduan Keamanan dan Efektivitas Mouthwash Menurut ADA Sebuah pabrik mendapatkan ADA Seal bagi produknya dengan mengajukan bukti ilmiah bahwa produk tersebut aman dan efektif. Dalam hal mouthwash, Dewan dapat menggunakan panduan apa saja, bergantung pada tujuan penggunaan produk: a) Produk kemoterapeutik untuk kontrol gingivitis b) Produk yang digunakan dalam manajemen oral malodor

10

Mouthwash yang mengklaim untuk mengontrol gingivitis harus membuktikan klaim tersebut dengan mendemonstrasikan secara statistik pengurangan inflamasi gingiva yang sangat signifikan. Mouthwash yang mengklaim untuk mengontrol bau mulut harus membuktikan klaim tersebut dengan menunjukan bahwa dapat bekerja untuk mengurangi bau mulut dengan efek yang berkepanjangan dalam waktu tertentu. Mouthwash yang mengandung fluoride untuk mengurangi decay harus mendemonstrasikan efektifitasnya dengan uji klinis, atau menunjukan bahwa formulanya sama dengan produk yang secara klinis telah diterima. Mouthwash jenis apapun, pabrik tersebut harus menunjukan bahwa produk itu aman dan tidak merusak jaringan oral ataupun menyebabkan masalah internal apapun (American Dental Association, 2011) Untuk mendapatkan ADA Seal, kemoterapeutik antiplak dan antigingivitis (mouthwash) harus: 1. Diuji dalam populasi pemakai produk tertentu, dimana uji tersebut dibandingkan dengan kontrol negatif dan, jika dapat, kontrol aktif. 2. Didukung oleh data dari setidaknya dua uji 6 bulan dilakukan pada area bebas, dengan pemeriksaan gingivitis dan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatis pembentukan plak pada baseline, sebuah titik tengah (biasanya 3 bulan), dan 6 bulan. 3. mendokumentasikan penurunan plak supragingival dan gingivitis secara signifikan dengan dibandingkan dengan kontrol negatif pada masing-masing 2 uji dan mendemonstrasikan penurunan gingivitis secara signifikan untuk kelompok mouthrinse sekurangnya 15% untuk uji manapun dan penurunan rata-rata 20% pada 2 uji dibandingkan dengan kelompok kontrol. 4. Mengembangkan keamanan produk dengan respek terhadap jaringan lunak, gigi, toksikologi, dan efek terhadap flora oral. 5. Data dari uji-uji tersebut dipresentasikan dan ditinjau oleh ADA Council on Scientific Affairs. Jika produk tersebuk memenuhi standar yang dikembangkan, produk tersebut dianugerahi ADA Seal of Acceptance. Untuk profesional dan konsumen, ADA Seal untuk mouthrinses antimikrobial mengindikasikan bahwa : 1. Data produk telah dengan sukses melalui tinjauan intensif, keamanan pasti dan efektifitas. 2. Bukti mendukung klaim pabrik untuk keefektifitasan melawan plak supragingival dental dan gingivitis 11

3. Produk tersebut aman saat digunakan sesuai petunjuk (American Dental Association, 2011) F. Daftar Pustaka American Dental Association. 2011. Mouthrinses. http://www.ada.org/1319.aspx. Diakses tanggal 13 Maret 2011. Combe, EC. 1986. Notes on Dental Materials. Churchill Livingstone. New York. Hal 356357 DePaola LG. Spolarich AE. 2007. Safety And Efficacy Of Antimicrobial Mouthrinses In Clinical Practice. http://findarticles.com/p/articles/mi_m1ANQ/is_8_21/ai_n25014628/. Diakses tanggal 13 Maret 2011. Diab M, Zaazou M.H., Mubarak E.H, and Fahmy O.M.I., Effect Of Five Commercial Mouthrinses On The Microhardnessnand Color Stability Uof Two Resin Composite Restorative Material. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 1(4): 667674, 2007 Eley, BM. Manson, JD. 2004. Periodontics. Fifth edition. Elsevier Limited. Philadelphia. Hal 139 - 140 Elhejazi, A.A and Ateyah N.Z, 2005. The Effect od Different Mouthwashes On Color Stability Of Tooth-Coloured Restorative Materials. Egyptian Dental Journal vol 51 page 1943-1947 Harris NO, Christen AG. 1987. Primary Preventive Dentistry, 2nd ed. Appleton and Lange. California. Hal 167-175 Indrani D.J, Lucky T.S, Nurvanita N, and Yulanti N. 2009. Effect Of Ethanol In Mouthwashes On The Surface Hardness Of Dental Resin Composite Material. Padjajaran Journal of Dentistry vol 21(1) page 8-13 Powers, JM. Dan RL Sakaguchi. 2006. Craigs Restorative Dental Material. 12th ed. Mosby Elsevier. St. Louis. hal 165- 167 Schmalz G dan Bindslev D.A, 2009. Biocompatibility of Dental Material. Springer. Berlin. Hal 271 -284 Storehagen, S, Ose N, Nidha S. 2003. Dentrifices And Mouthwashes Ingredients and Their Use. Universitetet I Oslo. Oslo. Hal 6-13 Wikipedia Free Encyclopedia. 2010. Mouthwash. http://en.wikipedia.org/wiki/Mouthwash. Diakses tanggal 12 April 2011.

12

You might also like