Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah melakukan praktikum pada modul ini, diharapkan: 1. Memahami perancangan sistem saluran dan penambah yang sesuai dengan dimensi logam yang akan dicor 2. Memahami cara-cara pembuatan cetakan pasir yang baik yang sesuai dengan rancangan pola yang ada 3. Memahami cara-cara pembuatan inti sesuai dengan bentuk benda cor 4. Memahami tahap-tahap persiapan dapur peleburan 5. Memahami tahap-tahap peleburan logam 6. Memahami cara penuangan logam cair ke dalam cetakan pasir yang telah dibuat 7. Memahami jenis-jenis cacat yang dapat terjadi pada logam hasil penuangan serta cara-cara pencegahannya 8. Memahami sifat-sifat logam hasil coran sesuai dengan komposisi paduan yang digunakan II. DASAR TEORI II.1. Peleburan Aluminium Aluminium merupakan logam ketiga terbanyak yang terdapat pada permukaan bumi, yaitu sekitar 8%. Berat jenis dari aluminium adalah 2.7 gr/cm3, hanya 1/3 berat jenis baja, sehingga merupakan logam yang ringan. Titik lebur (T m) dari Aluminium adalah 660oC. Aluminium memiliki koefisien muai 2 kali koefisien muai baja, sedangkan daya hantar panasnya adalah 2.5 kali daya hantar panas bajanAluminium merupakan salah satu logam yang paling banyak dan umum digunakan dalam proses pengecoran karena memiliki karakteristik berat yang ringan, konduktifitas termal yang tinggi, tahan terhadap korosi, konduktifitas listrik yang tinggi, serta mudah dicor dengan permukaan akhir yang baik. Selain memiliki karakteristik yang cukup baik, aluminium juga memiliki kelemahan, antara lain : a. Ketika bereaksi dengan udara, aluminium cair akan membentuk dross (pengotor) oksida yang berat jenisnya hampir sama dengan aluminium. Oleh karena itu, logam aluminium cair akan dengan mudah tercampur dengan pengotor (dross) oksida, misalnya Al2O3. b. Sangat mudah mengikat gas hidrogen dalam kondisi cair dengan reaksi: 3H2O + 2 [Al] ---- 6 [H] + (Al2O3) Untuk mengatasinya dapat menggunakan proses degassing atau GBF (Gas Bubble Flotation), contohnya adalah Argon Treatment. c. Rentan mengalami penyusutan (shrinkage) yang cukup tinggi, yaitu 3.5 8.5 % (rata-rata 6 %). Unsur paduan diberikan pada proses pengecoran aluminium dengan tujuan untuk memperbaiki sifat mampu cor tanpa menghilangkan sifat aslinya. Penambahan paduan yang berbeda akan memberikan sifat yang berbeda-beda pada benda hasil pengecoran. Penambahan unsur Si dapat meningkatkan sifat castability sehingga menghasilkan permukaan benda cor yang baik. Unsur Si juga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya shrinkage. Sedangkan, unsur Mg memberikan efek ketahanan korosi yang baik serta meningkatkan kekuatan dan kekerasan dalam perlakuan panas melalui mekanisme penguatan precipitation hardening. Unsur Mn akan memperkuat aluminium dan unsur Cu menghasilkan produk coran dengan sifat mampu mesin (machinability) yang baik. Peleburan logam aluminium dapat menggunakan dapur krusibel maupun dapur induksi. Dapur krusibel biasa digunakan
NPM / KELOMPOK TGL. DIKUMPULKAN TGL. DITERIMA KETERANGAN Contohnya adalah fluks jenis chlorine yang dapat membersihkan gas hidrogen dari logam cair. 3. Exothermic Flux Fluks jenis ini digunakan untuk mengambil logam dari dross sehingga dihasilkan dross yang kering. Proses ini akan meningkatkan efisiensi dari logam yang digunakan sehingga tidak terbuang. Penaburan cover flux pada aluminium cair tidak menjamin aluminium cair bebas dari udara sehingga perlu dilakukan proses degassing. Proses degassing dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a. Menggunakan tablet (chlorine atau nitrogen) b. Gas bubble flotation (gas nitrogen atau argon) II.2. Pembekuan (Solidification) Apabila material (logam atau bukan logam) dalam kondisi cair diturunkan temperaturnya, maka energi kinetik rata-ratanya turun dan molekul lebih banyak yang bersatu sehingga menyebabkan membekunya material tersebut. Setelah dilakukan peleburan pada dapur lebur dan penuangan aluminium cair ke dalam cetakan, maka proses selanjutnya ialah pembekuan (solidifikasi). Ketika mulai membeku, kristal-kristal mulai tumbuh dalam fasa liquid dan polycrystalline (lebih dari satu kristal) padat terbentuk. Waktu saat kristal mulai tumbuh dikenal dengan nama nukleasi dan titik terjadinya disebut titik nukleasi. Proses solidifikasi ini sangat penting untuk mendapatkan produk tanpa cacat (reject), tidak ada penyusutan (shrinkage) dan menghasilkan butir-butir yang halus sehingga dihasilkan produk cor dengan sifat mekanis yang baik. Pembekuan benda cor dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku. Pada proses ini, inti-inti kristal akan tumbuh. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada bagian luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari mengarah ke bagian dalam coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom (columnar).
: 1106069815/ 13 : 28 APRIL 2014 : 28 APRIL 2014 : atau pada bagian persimpangan. Penyebab cacat shrinkage antara lain: a. Adanya perbedaan ketebalan pada benda cor b. Adanya bagian tebal yang tidak dapat dialiri logam jjcair secara utuh c. Saluran riser dan penambahnya yang kurang banyak. d. Penambah (riser) terlalu kecil.
2. Misrun Misrun adalah cacat yang terjadi karena logam cair tidak mengisi seluruh rongga cetakan sehingga benda cor menjadi tidak lengkap atau ada bagian yang hilang. Penyebab cacat misrun antara lain: a. Ketidakseragaman bagian dari benda cor sehingga mengganggu aliran dari logam cair b. Benda cor terlalu tipis dan temperatur rendah c. Kecepatan tuang terlalu lambat d. Lubang angin pada cetakan kurang e. Penambah yang tidak sempurna f. Ukuran gating system yang tidak sempurna g. Penempatan saluran masuk yang tidak tepat h. Penyebaran saluran masuk yang tidak merata.
3. Porositas Porositas adalah cacat yang terjadi karena adanya gas yang terperangkap dalam logam cair atau cetakan pada waktu penuangan. Akibat dari terjadinya cacat ini adalah timbulnya lubang-lubang pada benda cor. Lubang porositas ini dapat terjadi baik pada permukaan cor, maupun pada bagian dalam benda cor. Porositas dapat disebabkan oleh: a. Gas terbawa dalam logam cair selama pencairan b. Gas terserap dalam logam cair dari cetakan c. Reaksi logam induk dengan uap cair dari cetakan d. Temperatur tuang yang terlalu tinggi. Proses pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah cacat porositas akibat gas antara lain: a. Mengontrol atau mencegah logam cair kontak langsung dengan atmosfer yang terlalu lama b. Memberikan gas inert (nitrogen atau argon) ke dalam cairan logam melalui proses gas bubble flotation c. Perencanaan cetakan yang tidak menyebabkan turbulen pada aliran logam cair d. Mengatur pemakaian jumlah resin pada pasir agar sesuai (tidak kurang atau lebih) e. Mengatur sistem ventilasi dari cetakan yang baik
II.3.Cacat Pada Hasil Pengecoran Pada proses pengecoran, cacat tidak dapat dihindari seratus persen karena dalam memproduksi benda cor harus melalui banyak proses sehingga banyak faktor yang dapat menyebabkan cacat. Oleh karena itu, cacat hanya bisa diminimalisasi. Cacat pada pengecoran ini dapat ditoleransi apabila tidak mengganggu fungsi benda coran. Berbagai jenis cacat yang dapat terjadi pada coran aluminium ialah sebagai berikut: 1. Shrinkage Shrinkage adalah cacat pengecoran yang terjadi akibat penyusutan pada saat pembekuan dengan bentuk tak beraturan. Cacat ini terjadi pada bagian yang lebih tebal
Laboratorium Metalurgi Proses Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia
4. Cacat Inklusi Penyebab cacat ini adalah logam cair dari paduan aluminium yang mudah teroksidasi. Oksida dalam logam cair atau yang dihasilkan pada waktu penuangan akan terkumpul sebagai dross. Penyebab cacat inklusi antara lain: a. Pemakaian scrap yang terlalu banyak b. Transfer ladle yang tidak dijaga terhadap pembentukan oksida c. Pengaruh kelembaban udara.
Atur drag
Pasang kup
tidak
II.4 Pembuatan Core Inti atau core digunakan saat membuat suatu cetakan yang berongga. Biasanya menggunakan pasir baru ataupun menggunakan pasir reklamasi (sangat sedikit) yang kemudian dilapisi dengan resin 2-3 % dan dikeringkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 5 di bawah ini:
coating
Lapisi inti
Bersihkan inti
Keluarkan inti
Letakkan inti
Amati bentuk
Selesai
Pelapisan ladel
Periksa dapur
Kondisi baik?
ya
Masukkan umpan sisa
III. ALAT DAN BAHAN III.1. ALAT 1. Dapur induksi 2. Dapur krusibel 3. Ladel 4. Gelas ukur 5. Rammer 6. Flask 7. Kape 8. Cangkul 9. Linggis 10. Mixer 11. Sarung tangan 12. Kompresor 13. Gergaji besi III.2. BAHAN 1. Pasir silika 2. Pasir resin 3. Bentonit/clay 4. Air
Pre-heating
14. Gerinda 15. Kuas 16. Helm 17. Kacamata 18. Tools cor 19. Masker 20. Mangkok kecil 21. Burner 22. Timbangan 23. Baskom
Perbaiki
tidak
Super heating Aduk agar homogen
Pemaduan
Hitung yield
Periksa alat
Kalibrasi timbang an
tapping Panaskan dapur
V. DAFTAR PUSTAKA 1. Modul Praktikum Pasir Cetak. 2014. Laboratorium Metalurgi Proses. Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI. 2. Suharno, Bambang. 2014. Diktat Kuliah Pengecoran Logam 2014. Departemen Metalurgi dan Mateeial FTUI: Depok. 3. ASM Metals Handbook, Volume: 15 Casting. 1998. ASM International.