You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN KEKUATAN OTOT









Keperawatan Gerontik III
Kelas C





Anindini Winda Amalia (0906510634)






FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

A. Pengertian Tindakan
Alat bantu gerak yaitu alat yang di gunakan untuk membantu klien supaya dapat
berjalan dan bergerak. Jenis-jenis alat bantu gerak yaitu walker, tongkat, kruk, dan kursi
roda. Walker merupakan suatu alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang,
terbuat dari pipa dan logam. Walker digunakan bertahap pada
klien setelah kursi roda. Walker mempunyai empat
penyangga dan kaki yang kokoh, klien memegang pemegang
tangan pada bagian diatas dan melangkah dengan
memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi.
Walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh.
Klien memegang pemegang tangan pada bagian atas,
melangkah, memindahkan walker lebih lanjut, dan
melangkah lagi. Walker memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar
penunjang berat badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai
beberapa kelemahan yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit,
mengurangi ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika berjalan. Secara
umum, walker tidak dapat digunakan di tangga.
Tongkat atau cane adalah alat yang ringan, dapat
dipindahkan, setinggi pinggang dan terbuat dari kayu atau logam.
Tongkat ini harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat. Cane
memperluas area untuk menunjang berat badan sehingga dapat
meningkatkan keseimbangan tubuh. Cane tradisional yang hanya
digunakan untuk keseimbangan tidak dapat menunjang berat badan.
Cane sekarang dapat digunakan untuk menunjang berat badan dan
biasanya digunakan bila memerlukan salah satu ekstremitas atas
untuk mencapai keseimbangan dan menunjang berat badan.

B. Tujuan Tindakan
Walker
- Dapat menopang dan memberikan rasa aman pada pasien.
- Membantu mempercepat pengembalian kebugaran
- Menjaga pasien pada saat melakukan latihan berjalan.
Tongkat
- Memelihara dan mengembalikan fungsi otot
- Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok
- Menjaga keseimbangan badan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
- Untuk menurunkan ketegangan karena kumpulan beban yang berat
- Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.

C. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi
Indikasi
Walker
Pasien tirah baring lama, pasien yang masih lemah, pasien yang terdapat fraktur
pada kaki, dll.
Tongkat
Klien post-operasi, klien stroke, klien hemiparesis (kelemahan pada satu sisi), dan
klien hemiplegia (paralisis pada satu sisi).
Kontraindikasi
- Klien dengan penurunan kesadaran
- Klien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
- Klien yang mengalami kelemahan (malaise)
- Klien dengan kekuatan otot yang sangat lemah
- Tongkat tidak direkomendasikan untuk klien dengan kelemahan kaki bilateral.
Komplikasi
Apabila tidak menggunakan alat bantu gerak, komplikasi yang akan terjadi seperti
otot mengecil dan kekakuan sendi. Walker sulit digunakan bila melewati pintu dan
tempat yang sempit, mengurangi ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung
ketika berjalan

D. Kompetensi Dasar Lain yang Harus Dimiliki
Perawat berperan besar membantu klien dalam penggunaan alat bantu gerak.
Namun, disini perawat perlu mengetahui dan memahami apa saja alat bantu gerak yang
dapat digunakan serta fungsi dari alat tersebut. Alat bantu gerak yang akan di bahas di
sini, diantarnya walker dan tongkat.


Walker
Walker adalah sebuah alat untuk berjalan yang kerangkanya terbuat dari bahan
logam, ringan, mudah dipindahkan, dan setinggi pinggang. Walker mempunyai dua
gagang, empat penyangga dan kaki yang kokoh. Klien memegang pemegang tangan
pada bagian diatas, melangkah dengan memindahkan walker
lebih lanjut, dan melangkah lagi. Secara umum walker terbagi
menjadi dua jenis, yaitu walker standar dan walker rolling.
Walker standar biasanya digunakan untuk orang tua yang
masih kuat mengangkat alat ini untuk berjalan, biasanya orang
yang menggunakan alat ini didampingi oleh orang lain.
Walker rolling menggunakan roda yang berfungsi untuk mempermudah
pengguna tanpa harus mengangkat-angkat alat ini. Alat ini hanya digerakan dengan
cara didorong ke depan maupun ke belakang. Walker rolling ini dibagi menjadi dua
tipe, yaitu front wheels dan front and back wheels. Pada front wheels di bagian
belakang terdapat dua karet, yang berfungsi sebagai tumpuan agar walker menjadi
stabil, sedangkan bagian depannya terdapat dua roda yang berfungsi untuk
mempermudah pengguna dalam bergerak. Pada front and back wheels terdapat empat
roda pada keempat bagian penopangnya, sehingga walker ini mudah bergerak dan
kurang stabil, sehingga dipasang rem yang akan membuat walker tersebut satbil saat
digunakan untuk berjalan.









Walker memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang
berat badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai beberapa
kelemahan yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit,
mengurangi ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika berjalan.
Secara umum, walker tidak dapat digunakan di tangga.
Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, dapat
membantu pergerakan yang terbuat dari kayu atau logam. Tongkat dapat membantu
menjaga keseimbangan badan, diberikan bagi klien dengan hemiparesi dan digunakan
untuk menurunkan ketegangan karena kumpulan beban yang berat. Tongkat tidak
direkomendasikan untuk klien dengan kelemahan kaki bilateral. Dua tipe tongkat
umum adalah tongkat berkaki panjang lurus (single straight-legged) dan tongkat
berkaki segi empat (quad cane).






Tongkat berkaki lurus lebih umum digunakan untuk sokongan dan
keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun. Tongkat ini harus dipakai di sisi
tubuh yang terkuat. Untuk sokongan maksimum ketika berjalan, klien menempatkan
tongkat berada di depan 15 sampai 25 cm, menjaga berat badan pada kedua kaki klien.
Kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat dan kaki yang terkuat maju setelah
yang terlemah. Tongkat memberi keluhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap
yang sama digunakan oleh tongkat berkaki lurus. Tongkat segi empat mempunyai 4
kaki yang memberikan dukungan keseimbangan lebih besar. Alat ini berguna bagi
klien dengan parsial unilateral atau paralisis penuh pada kaki.

E. Anatomi Daerah Target
Sistem tubuh yang berkaitan dengan tindakan ini adalah sistem muskoloskeletal.
Sistem muskoloskeletal yang akan dijelaskan mengenai tulang, otot, dan sendi. Namun,
pada dasarnya mengenai fungsi diantara tulang, sendi, dan otot lansia masih sama dengan
usia dewasa. Hanya saja terjadi perubahan terkait fisiologinya.
Tulang menyediakan kerangka kerja untuk seluruh sistem muskuloskeletal dan
bekerja dalam hubungannya dengan sistem otot untuk memfasilitasi suatu gerakan.
Fungsi lain tulang dalam tubuh manusia mencakup sebagai tempat penyimpanan
kalsium, memproduksi sel darah, juga sebagai pendukung dan pelindung organ tubuh
dan lingkungan (Miller, 2004). Tulang tersusun oleh lapisan luar yang keras yang disebut
kortikal dan lapisan dalam berbentuk sponge yang disebut trabekular. Daerah yang
memiliki dampak besar akibat tekanan terjadi pada bagian trabekular (Stanley & Beare,
2006).

Pertumbuhan tulang mencapai kematangan pada masa dewasa awal. Tetapi
remodeling tulang berlanjut sepanjang rentang kehidupan. Remodeling berkaitan dengan
penyimpananan kembali kalsium yang telah diserap dari tulang untuk membentuk tulang
baru. Perubahan berkaitan dengan usia yang mempengaruhi proses remodeling meliputi
peningkatan resorpsi tulang, penurunan absorpsi kalsium, peningkatan serum hormon
paratiroid, gangguan regulasi aktivitas osteoblas, gangguan pembentukan tulang
sekunder untuk mengurangi produksi osteoblas tulang matriks, dan penurunan sejumlah
sel sumsum fungsional sebagai hasil dari penggantian sumsum dengan sel lemak (Miller,
2004). Sejalan dengan pertambahan usia, kecepatan formasi tulang baru mengalami
perlambatan sedangkan kecepatan absorbsi kalsium tidak mengalami perubahan.
Keadaan tersebut menyebabkan hilangnya massa total tulang pada lansia.
Faktor resiko lain yang mempengaruhi perubahan struktur tulang pada lansia yaitu
penurunan sekresi esterogen pada wanita dan testosteron pada laki-laki. Faktor
hormomal tersebut berkaitan dengan integritas tulang, apabila kadar hormon tersebut
turun maka unsur-unsur tulang juga akan mengalami degenerasi (Stanley & Beare,
2006). Laju penurunan kadar hormon laki-laki memberikan dampak yang lebih kecil
pada kehilangan unsur tulang setelah mencapai usia lansia jika dibandingkan dengan
penurunan hormon pada wanita.
Adanya perubahan fisiologis pada tulang lansia menyebabkan kondisi seperti
postur tubuh menjadi bungkuk dengan penampilan barrel-chest sehingga terlihat lansia
mengalami penurunan tinggi badan secara progresif, keadaan ini disebabkan karena
terjadi penyempitan diskus invertebra (Stanley & Beare, 2006). Selain terjadi perubahan
postur tubuh menjadi bungkuk atau kifosis, juga terdapat sebagian lansia yang
mengalami postur lordosis yang umumnya berkaitan dengan kebiasaan duduk sewaktu
muda. Kondisi lain yang terlihat pada tulang berhubungan dengan penuaan adalah
terlihat tonjolan tulang yang jelas di sekitar vertebra, krista iliaka, tulang rusuk, skapula.
Keadaan tersebut berhubungan dengan jumlah massa otot yang mengalami penurunan
dan hilangnya lemak subkutan perifer di area tersebut.
Secara alamiah aliran darah ke otot berkurang sebanding dengan bertambahnya
umur seseorang. Hal ini menyebabkan jumlah oksigen, nutrisi, dan energi yang tersedia
untuk otot ikut menurun, sehingga menurunkan kekuatan otot manusia. Penurunan
pencapaian suplai tersebut juga dipengaruhi oleh serat otot rangka yang berdegenerasi,
sehingga terjadinya fibrosis ketika kolagen menggantikan otot. Penurunan massa tonus
dan kekuatan otot menyebabkan otot lebih menonjol di ekstremitas yang juga menjadi
kecil dan lemah.
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, yaitu terjadinya atrofi dan
menurunnya jumlah beberapa serabut otot dan fibril, meningkatnya jaringan lemak,
degenerasi miofibril, dan sklerosis pada otot. Perubahan-perubahan tersebut dapat
menjadi dampak negatif, yaitu menurunnya kekuatan otot, menurunnya fleksibilitas,
meningkatkan waktu reaksi dan menurunkan kemampuan fungsional otot yang dapat
mengakibatkan perlambatan respon selama tes refleks tendon.
Usia 60 tahun terjadi kehilangan kekuatan otot total sebesar 10-20% dari kekuatan
yang dimiliki pada umur 30 tahunan. Pemerosotan ini dimulai sekitar umur 40 tahun, dan
semakin dipercepat di tahun ke-60 usia seseorang. Penurunan kekuatan otot otot pada
tungkai bawah dapat dilihat pada orangtua ketika sedang melakukan gerakan aktifitas
naik tangga (kesulitan dalam melakukannya), kekakuan tungkai pada saat berlari atau
jogging.
Jaringan ikat di sekitar sendi (tendon, ligament, dan fasia) elastisitasnya menjadi
menurun. Penuruan luas gerak pada sendi mengakibatkan sendi kehilangan
fleksibililtasnya. Selain itu perubahan yang terjadi pada sendi, yaitu viskositas cairan
synovial berkurang, degernarasi kolagen dan sel elastin, pembentukan jaringan skar, dan
kalsifikasi pada persendian dan jaringan penghubung.

F. Alat dan Bahan yang Digunakan
- Walker - Kruk
- Tongkat
G. Protokol atau Prosedur Tindakan
Pemilihan alat bantu jalan harus disesuaikan dengan kondisi klien. Dalam
membantu klien dalam berjalan membutuhkan suatu prosedur, yakni:
1. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan nyeri, koordinasi, dan keseimbangan
klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diberikan.
2. Perawat memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di jalan
klien. Kursi, penutup meja tempat tidur, kursi roda disingkirkan dari jalan sehingga
klien memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.
3. Sebelum memulai, menentukan tempat beristirahat pada kasus dengan perkiraan
kurang toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing.
4. Untuk mencegah hipotensi ortostatik, klien harus dibantu untuk duduk di sisi tempat
tidur dan harus istirahat selam 1-2 menit sebelum berjalan. Keseimbangan klien
harus stabil sebelum berjalan.
5. Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien
tetap berada di garis tengah. Hal ini dapat dicapai ketka perawat menempatkan
kedua tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan.
6. Klien yang terlihat tidak siap atau pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau
kursi terdekat. Jika klien mulai pingsan atau mulai jatuh, perawat harus memberi
sokongan dengan dasar lebar yaitu satu kaki di depan yang lain sehingga
menyangga berat badan klien.
Selanjutnya adalah penjelasan beberapa alat bantu gerak yang bisa digunakan oleh
klien dengan gangguan mobilisasi yang dapat membantu mobilisasi:
Walkers (alat bantu jalan)
Alat ini memiliki dasar yang lebar sehingga member keseimbangan dan
keamanan. Terdiri dari tangkai besi dengan pegangan tangan, 4 kaki yang kuat dan
satu tempat/permukaan terbuka. Alat bantu ini dapat digunakan bagi klein yang
mengalami masalah keseimbangan. Pengguanan ambulasi dengan walker:
a. Berdiri ditengah-tengah walker dan pegang hand grips (pegangan pada batang
yang lebih atas)
b. Lakukan langkah kedepan dengan walker
c. Gerakkan walker 6-8 in (kurang lebih 15 cm) dan lakukan langkah ke depan
dengan tungkai yang lain
d. Ulangi langkah-langkah diatas

Tongkat (Canes)
Tongkat merupakan alat ringan, membantu pergerakan dengan mudah, terbuat
dari kayu atau besi. Tongkat dapat membantu menjaga keseimbangan badan, biasanya
diberikan pada klien dengan hemiparesi. Tongkat tidak direkomendasikan untuk klien
dengan kelemahan kaki bilateral. Terdapat tiga tipe tongkat yang umum digunakan,
meliputi:
- Tongkat standar, memberi dukungan minimal dan digunakan oleh klien yang
membutukan sedikit bantuan untuk berjalan
- Tongkat bertangkai, terdapat pegangan atau gagang untuk dipegang sehingga
memudahkan untuk memberikan stabilitas lebih besar dari tongkat standar,
khususnya berguna untuk klien dengan kelemahan tangan
- Tongkat segiempat yang mempunyai 3 atau 4 kaki yang memberikan dukungan
keseimbangan lebih besar. Alat ini digunakan bagi klien dengan parsial unilateral
atau paralisis penuh pada kaki.
Pada penggunaan tongkat, klien harus diajari mengenai sokongan dan
keseimbangan tubuh. Klien diajarkan tahap-tahap melangkah (berjalan) dengan
tongkat. Klien harus menempatkan tongkat berada di depan dengan jarak 15 sampai
25 cm, menjaga berat badan pada kedua kaki klien, untuk sokongan maksimum ketika
berjalan. Kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan
dibagi atara tongkat dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju setelah tongkat
sehingga kaki terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat dan kaki terlemah.
Langkah penggunaan alat bantu jalan dengan alat bantu gerak tongkat:
a. Mulai dengan penempatan tongkat pada sisi yang lemah
b. Tempatkan tongkat kedepan 15-25 cm, jaga beban BB pada kedua tungkai
c. Gerakkan sisi yang lebih maju
d. Majukan tungkai melewati tongkat dengan kuat
e. Gerakkan tungkai yang lemah ke depan rata dengan tungkai yang kuat
f. Ulangi langkah langkah di atas
Tongkat penopang (kruk)
Terbuat dari kayu atau besi sepanjang ujung mencapai aksila. Kruk digunakan
untuk memindahkan berat dari satu atau kedua kaki. Terdapat 3 macam atau jenis
kruk, yaitu: kruk aksila, lofstrand, dan kruk platform. Kruk aksila kebanyakan
digunakan oleh klien dengan semua golongan umur, kruk lofstrand mempunyai suatu
pegangan tangan diatur sesuai dengan ketinggian klien. Kruk tipe ini sangat berguna
untuk klien yang mengalami ketidakmampuan permanen seperti paraplegia. Kruk
platform digunakan oleh klien yang tidak dapat menahan berat dipergelangan
tangannya. Terdapat beberapa teknik ketika klien menggunakan alat bantu kruk,
beberapa teknik adalah sebagai berikut:
- Teknik 4 langkah
a. Mulai dengan posisi tripod. Krik ditempatkan 15 cm didepn atau 18 cm
disamping masing-masing telapak kaki
b. Gerakkan maju kruk kanan 14-15 cm
c. Gerakkan maju kaki kiri sejajar dengan kruk kiri
d. Gerakkan maju kruk 14-15 cm
e. Gerakkan kaki kanan maju sejajar dengan kruk kanan
f. Ulangi langkah diatas
- Teknik 3 langkah
a. Mulai dengan posisi tripod
b. Majukan kedua kruk atau kaki yang cedera
c. Gerakkan kaki dengan kuat ke depan
- Teknik 2 langkah
a. Mulai dengan posisi tripod
b. Gerakan kruk kiri dan kaki kanan kedepan
c. Gerakkan kruk kanan dan kaki kiri kedepan
d. Ulangi langkah langkah diatas
- Teknik langkah mengayun dan teknik langkah mengayun berlebih
Teknik langkah mengayun
a. Gerakkan kedua kruk ke depan
b. Angkat dan ayunkan tungkai ke kruk, biarkan kruk menahan berat badan
c. Ulangi langkah 1 dan u secara berulang0ulang
Teknik langkah mengayun berlebih
a. Gerakkan kedua kruk kedepan
b. Angkat dan ayunkan kedua tungkai melalui dan melebihi kedua kruk.
Berikut prosedur membantu klien dalam menaiki tangga dengan menggunakan
kruk:
a. Mulai dengan posisi tripod
b. Pindahkan berap badan pada kedua kruk
c. Majukan kaki yang tidak cedera ke tangga
d. Posisikan kedua kruk dan kaki tidak cedera pada tangga
e. Ulangi gerakan hingga klien mencapai tangga tertinggi
Berikut prosedur membantu klien dalam menuruni tangga dengan menggunakan
kruk:
a. Mulai dengan posisi tripod
b. Klien memindahkan beban BB pada tungkai yang tidak mengalami cedera
c. Gerakkan kruk ke tangga dan intruksikan klien untuk memulai memindahkan
beban BB ke kruk dan gerakan tungkai yang mengalami cedera ke depan
d. Gerakkan tungkai yang tidak cedera ke tangga dan posisikan sejajar kruk.
e. Ulangi gerakan ampai tangga terakhir.

H. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang Harus Diperhatikan
Aspek keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan walker
Perawat harus menyesuaikan tinggi walker yaitu penyangga tangan berada dibawah
pinggang klien dan siku klien agak fleksi. Walker yang terlalu rendah dapat
menyebabkan klien membungkung, sementara walker yang tinggi dapat membuat
klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Aspek keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan tongkat/kruk
- Ajarkan pada klien yang menggunakan kruk aksila tentang penekanan diaksila
yang terjadi ketika bersandar pada kruk untuk menyongkong berat badan
- Gunakan tongkat/kruk yang diukur sesuai tinggi pada klien
- Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa ujung kruk secara rutin. Ujung
karet harus terikat aman pada kruk.
- Ujung tongkat/kruk harus tetap kering. Air menurunkan friksi pada permukaan dan
meningkatkan resiko terpleset.
- Ajarkan pada klien bagaimana mengeringkan ujung tongkat/kruk jika basah, klien
dapat menggunakan kain handuk untuk membantu mengeringkan.
- Ajarkan bagaimana memeriksa struktur tongkat/kruk. Keretakan di tongkat/kruk
menurunkan kemampuan menyokong berat badan.

I. Hal Penting yang Harus Diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan walker
- Pastikan klien dalam keadaan seimbang sebelum melakukan mobilisasi
- Gunakan kaki terkuat sebagai tumpuan
- Ayunkan walker kedepan sejauh 15 cm sejajar dengan kaki terkuat dan diikuti
dengan kaki yang lemah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan tongkat/kruk
- Perawat atau keluarga harus memperhatikan ketika klien akan menggunakan
tongkat/kruk
- Monitor klien saat memeriksa penggunaan tongkat/kruk
- Perhatikan kondisi klien saat mulai berjalan
- Sebelum digunakan cek dahulu tongkat untuk persiapan
- Perhatikan lingkungan sekitar
- Lakukan secara bertahap

J. Evaluasi
- Apakah klien sudah dapat menggunakan alat bantu walker dan tongkat dengan baik?
- Apakah klien sempat terjatuh pada saat menggunakan walker dan tongkat?
- Apakah klien merasa aman dan nyaman dalam menggunakan walker dan tongkat?




Daftar Pustaka
Potter, P. A. & Perry, A. G. (1997). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4
th
Ed. St. Louise, MI: Elsevier Mosby, Inc.
Rouzier, Pierre. (2003). How to choose and use canes. Copyright 2003 McKesson Health
Solutions LLC. All rights reserved.
http://www.jasonpirozzolo.com/patientinfo/sma_caneuse_sha.htm (diunduh pada
Senin 4 Maret 2013, pukul 16.35 WIB)
_______. (2006). Clinical Nursing Skill & Technique. 6
th
Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby,
Inc.
_______.(2010). How to use crutches, canes, and
walkers.http://www.yuefoundation.org/blog/posts/how-to-use-crutches-canes-and-
walkers (diunduh pada Senin, 4 Maret 2013, pukul 16.48 WIB)

Lampiran 1





Lampiran 2



Lampiran 3


Lampiran 4


Lampiran 5

You might also like