You are on page 1of 4

GLOSSINA

(Lalat Tse tse)

Lalat yang termasuk genus ini disebut lalat tse tse dari Afrika bagian Selatan Sahara. Walaupun
sampai sekarang hidupnya terbatas pada daerah tersebut, mereka pernah ditemukan di Oigocen daerah
Colorado Amerika.

a. Morfologi
Ukuran lalat panjangnya 7,5-14 mm berwarana abu abu kecoklatan. Bilamana istirahat
sayapnya menutup berbentuk gunting. Lalat betina dan jantan keduanya menghisap darah mamalia baik
hewan maupun manusia.
Lalat Tse tse bersifat pupiparous, yaitu mengeluarkan larva yang sudah berkembang pada setiap
periode, dengan memproduksi 8-20 larva. Pada waktu masih dalam oviduct larva memakan sekresi dari
kelenjar susu yang khusus. Larva diletakkan pada tempat yang bebas, tanah yang kering dan biasanya
terlindung. Larva mempunyai alat gerak dan segera menggali tanah mengubur diri sekitar beberapa cm
dari permukaan tanah. Lalat dewasa keluar setelah 2-4 minggu.

b. Siklus Hidup
Masa inkubasi infeksi T.b. Rhodiensiense yang lebih virulen, biasanya 3 hari sampai dengan
beberapa minggu. Masa inkubasi infeksi T.b gambiense yang lebih kronik, berlangsung lebih lama
yaitu beberapa bulan sampai bahkan beberapa tahun.

Fase (1) dengan gejala rasa gatal pada tempat gigitan dan diikuti demam, sakit kepal, menggil
dan kehilangan nafsu makan. Fase (2) dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening, liver, sakit
kepala, sakit sendi-sendi, lamah dan ruam dikulit. Fase (3) dengan gejala lemah, malas, tubuh kaku dan
tidur dengan tidak terkendali.

c. Ciri-ciri
1. Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter
(alat keseimbangan).
2. Mengalami metamorfosis sempurna.
3. Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat.
4. Dan memiliki tubuh ramping.
d. Vektor Penyakit
lalat tsetse, jantan dan betina, bertindak sebagai vektor pambawa parasit ini,terutama glossina
palpalis. Lalat ini banyak terdapat di sepanjang tepi-tepi sungaiyang mengalir di bagian barat dan
tengah Afrika. Lalat ini mempunyai jangkauan
terbang sampai mencapai 3 mil.Selain manusia, binatang peliharaan seperti babi, kambing dan sapi
serta binatang
liar dapat menjadi hospes resevoir bagi parasit ini.Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan
vertebrata ke manusia atau dari manusia ke manusia. Mobilitas penduduk dunia saat ini sangatlah
memungkinkan untuk penyebaran parasit ini ke berbagai wilayah dunia. Khususnya bagi masyarakat
yang mengunjungi daerah endemik ataupun daerah di luar Afrika yang memiliki vektor pembawa
penyakit ini
Sleeping sickness merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan
protozoatrypanosoma gambiense. Vektornya adalah lalat glossina sp. Gejala meliputi tiga fase,
yaitu fase (1) dimana Trypanosoma gambiense berada dalam tubuh, fase (2) dimana berada
dalam jaringan dan fase (3) berada dalam susunan syaraf.

e. Cara Penularan
Cara penularan penyakit oleh species ini dapat secara mekanik yaitu terbawa pada bagian luar
tubuh insekta (misalnya kaki atau badan). Sedangkan penularan secara biologik dilakukan setelah
serangga menghisap agen penyakit dari tubuh hospes masuk kedalam tubuh serangga. Penularan
biologik ini ada dua bentuk yaitu:
1. Agen penyakit dapat memperbanyak diri dalam tubuh serangga disebut “siklikopropagative”
(Plasmodium, Trypanosoma dsb.).
2. Agen penyakit hanya berubah menjadi larva infektif dalam tubuh serangga disebut
“siklikodevelopmental” (wucheria, onchocerca).

Penularan terjadi melalui gigitan lalat tsetse Glossina infektif. Di alam terdapat 6 spesies yang
berperan sebagai vektor utama, G. Palpalis, G. Tachinoides, G. Morsitans, G. Pallidipes, G.
Swynnertoni dan G.fuscipes. Lalat tsetse terinfeksi karena menghisap darah manusia atau binatang
yang mengandung trypanosoma.
Parasit berkembang biak dalam tubuh lalat selama 12-30 hari, tergantung pada suhu dan faktor-
faktor lain, sampai terjadi bentuk infektif didalam kelenjar-kelenjar ludahnya. Sekali terinfeksi lalat
tsetse akan tetap infektif selama hidupnya (rata-rata 3 bulan, bisa sampai 10 bulan). Infeksi pada lalat
tidak diturunkan ke generasi lalat berikutnya.
Penularan kongenital dapat terjadi pada manusia. Penularan langsung secara mekanis dapat
terjadi melalui darah pada probosis Glossina dan serangga penggigit lainnya, seperti lalat kuda, atau
karena kecelakaan di laboratorium.
f. Cara-cara Pencegahan
Memilih cara pencegahan yang tepat harus di dasari pada pengetahuan dan pengenalan ekologi
dari vektor dan penyebab penyakit disuatu wilayah. Dengan pengetahuan tersebut, maka suatu daerah
dengan keadaan geografis tertentu, dapat dilakukan satu atau beberapa langkah berikut sebagai langkah
prioritas dalam upaya pencegahan :
1. Berikan Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara perlindungan diri terhadap gigitan
lalat tsetse.
2. Menurunkan populasi parasit melalui survei masyarakat untuk menemukan mereka yang
terinfeksi, obati mereka yang terinfeksi.
3. Bila perlu hancurkan habitat lalat tsetse, namun tidak dianjurkan untuk menghancurkan
vegetasi secara tidak merata. Membersihkan semak-semak dan memotong rumput disekitar
desa sangat bermanfaat pada saat terjadi penularan peridomestik. Apabila pada wilayah
yang telah dibersihkan dari vegetasi liar dilakukan reklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan
pertanian maka masalah vektor teratasi untuk selamanya.
4. Mengurangi kepadatan lalat dengan menggunakan perangkap dan kelambu yang sudah
dicelup dengan deltametrin serta dengan penyemprotan insektisida residual (perythroid
sintetik 5%, DDT, dan dieldrin 3% merupakan insektidida yang efektif). Dalam situasi
darurat gunakan insektisida aerosol yang disemprotkan dari udara.
5. Melarang orang-orang yang pernah tinggal atau pernah mengunjungi daerah endemis di
Afrika untuk menjadi donor darah.

g. Cara pengobatan
Pengobatan spesifik: Bila tidak terjadi perubahan gambaran sel dan kadar protein pada
LCS, suramin merupakan obat pilihan untuk infeksi T.b. rhodiense danpentamidine untuk infeksi T.b.
gambiense. Namun obat-obat ini tidak dapat menembus barier darah otak.

T.b. rhodesiense, mungkin sudah resistens terhadap pentamidine, Melarsoprol(Mel-B®) telah


digunakan dengan hasil yang sangat efektif untuk mengobati pasien dengan gambaran LCS abnormal
untuk semua jenis parasit, namun efek samping yang berat mungkin dapat terjadi pada 5 % - 10 % dari
penderita.
Suramin dan melarsoprol bisa didapatkan dan tersedia di Depot Farmasi CDC Atlanta untuk
tujuan penelitian. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Eflornithin(difluoromethylornithine (DFMO),
Ornidyl®) lebih baik digunakan untuk pengobatan penyakit gambiense SSP, obat ini sejak tahun 1999
tidak ada dalam persediaan lagi di CDC Atlanta dan penyediaan obat ini oleh WHO dimasa yang akan
datang tidak dapat dipastikan. Terhadap semua penderita yang sudah diobati harus dilakukan
pemeriksaan ulang 3, 6 dan 24 bulan setelah pengobatan untuk mencegah kemungkinan relaps.
MICROBIOLOGY AND PARASITOLOGY
Mengenai
GLOSSINA sp.
“Untuk memenuhi tugas sebelum mengikuti ujian akhir semester”

DISUSUN OLEH :
AGUS DWI RAHAYU
NIM : 712001S08001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


BANJARMASIN
2009

You might also like