You are on page 1of 17

1

FENOMENA CERUCUK SEBAGAI PENINGKATAN


DAYA DUKUNG DAN MEREDUKSI PENURUNAN BEBAN
BANGUNAN DI ATAS TANAH LEMBEK
Ir. Muhrozi, MS. (Ka. Lab. Mekanika Tanah Undip)



1. Pendahuluan
Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan
cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan
rumah/gedung, bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break water
dan bangunan lainnya. Pada akhir-akhir ini cerucuk bambu dengan matras bambu
mulai banyak digunakan sebagai soil improvement untuk dasar reklamasi pantai
atau badan jalan di daerah rawa atau tambak.
Sampai saat ini para Engineer atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan
cerucuk belum ada acuan yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan
pangalaman masing-masing Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak
kurang aman atau terlalu aman sehingga kurang efektif.
Agar para Perencana dan Teknisi merasa yakin dalam merencanakan konstruksi
cerucuk dan dapat diterima secara teknis, maka perlu metode atau pedoman
perhitungan cerucuk yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan
metode perhitungan tersebut perlu adanya penelitian yang mendalam tentang
analisis interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan dengan model di
laboratorium atau skala penuh.
Sampai sekarang ini belum ada penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk
tersebut dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi
penurunan tanah, akan tetapi dalam praktek dilapangan telah menunjukkan
peningkatan daya dukung tanah lunak/lembek bilamana menggunakan cerucuk
bambu/dolken dengan jarak tertentu. Pengembangan cerucuk nantinya harus lebih
ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dapat dilaksanakan dengan
mudah dan dalam perencanaan dapat dengan mudah dipahami oleh para perencana.
Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman
teknis Tata cara Pelaksanaan Pondasi Cerucut Kayu di Atas Tanah Lembek
2
dan Tanah Gambut No.029/T/BM1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur
Jendral Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. Dari
pedoman teknis tersebut tidak menjelaskan tentang Perencanaan.
Penulis sekitar tahun 1996 mendapat permasalahan menentukan jenis pondasi
ground reservoir, gedung bertingkat menengah, oprit jembatan dan bangunan air
didaerah rawa atau pasang surut yang sulit untuk dijangkau oleh peralatan berat,
masa perencanaan yang terbatas maka dengan peralatan uji tanah yang cukup
sederhana (sondir, bor manual, vane shear, soil test dan oedometer), maka
peningkatan daya dukung tanah dan berkurang-nya penurunan bangunan dengan
cerucuk secara sederhana dapat dibuktikan.


2. Ide-ide Yang Mendasari
Menyadur dari suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional
Conferention On Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur, 1998,
menceritakan pengalamnya pada waktu membangun gedung Laboratorium Unair
Surabaya tingkat 4 (empat) dengan cerucuk bambu berdiameter 12 cm dan panjang
4-5 meter. Sistem pemasangan cerucuk bambu betul-betul terlepas dari struktur
pondasi, adapun yang diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang
sangat kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua
kalinya. Dari hasil pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting
yang perlu dicatat yaitu :
Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk
bambu tersebut akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat
geser tanah secara keseluruhan akan meningkat.
Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk
bambu 40 cm dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25
kg/cm dapat meningkat sampai 0,50 kg/cm.
Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah
bagaimana sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah
lunak perlu dikaji lebih lanjut, akan tetapi dalam praktek dengan jarak
3
cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua) kali lipat dari
aslinya.

Studi daya dukung tiang cerucuk pada model skala kecil yang telah dilakukan oleh
Abdul Hadi, Tesis S2, 1990 ITB Bandung difokuskan pada daya dukung pondasi
telapak bercerucuk dengan ukuran 20 x 20 cm. Dengan konfigurasi jarak cerucuk
dapat disimpulkan bahwa jarak tiang cerucuk yang lebih dekat/pendek dan jumlah
cerucuk semakin banyak maka akan terjadi peningkatan daya dukung pondasi
telapak yang cukup besar.
Evaluasi hasil percobaan daya dukung pondasi cerucuk ukuran 20x20 cm2,
menunjukkan bahwa model cerucuk 2 x 2 jarak 9 d (diameter), model 3 x 3 jarak
4,5d, model 4 x 4 jarak 3 d, model 5 x 5 jarak 2,25 d, model 6 x 6 jarak 1,8 d, tidak
menimbulkan keruntuhan blok pondasi, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung
dengan menggunakan factor effisiensi. Untuk model 7 x 7 jarak 1,5 d, dan model
8x8 jarak 1,25 d, memberikan keruntuhan blok, maka daya dukung cerucuk dapat
dihitung sebagai blok tiang.
Yang cukup menarik dalam penelitian tersebut adalah adanya perubahan
peningkatan cohesi undrained (CU) pada pengukuran vane shear test yang
dilakukan pada tanah dalam box, dengan jarak 7,5 cm dari sisi model pondasi
cerucuk dan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Melihat kondisi ini berarti
terdapat pemadatan tanah disekeliling kelompok tiang meskipun peningkatan nilai
kohesi undrained (Cu) relative kecil, akan tetapi pengaruh daya dukung tanah
pondasi akan besar.
Studi Daya Dukung Tanah dengan Cerucuk Bambu di pantai Utara kota Semarang
dilakukan oleh Tim penelitii Universitas Katolik Sugiyapranata Semarang pada
tahun 1995 (Ir. Y Daryanto dkk). Penelitian tersebut merupakan lanjutan dari Abdul
Hadi dengan skala penuh yang dilakukan di daerah terboyo Semarang. Dari hasil
penelitian tersebut disimpulkan bahwa pondasi cerucuk bambu tidak dapat
dikatakan sebagai Pondasi tetapi lebih tepat merupakan perbaikan daya dukung
tanah pendukung pondasi.

4
3. Rujukan Teori
Pada kenyataanya besarnya kuat geser tanah sangat bervariasi, tergantung dari
kondisi tanah dan merupakan fungsi dari beberapa factor yang sangat komplek,
secara keseluruhan persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut :

S = f (C,c,e,,,,,H,st,,w)

Dimana : C : tekanan kompresi : kecepatan regangan
c : kohesi tanah H : sejarah pembebanan
e : angka pori tanah st : struktur tanah
: sudut geser dalam tanah : berat isi tanah
: tegangan efektif tanah w : kadar air
: regangan

Secara phisik kekuatan geser tanah merupakan sumbungan dari tiga komponen pada
tanah yang bersangkutan, yaitu :
Sifat bidang geser antar partikel
Kohesi dan adhesi partikel tanah
Bidang kontak yang saling mengunci antar partikel tanah untuk menahan
deformasi.
Secara teoritis kuat geser tanah ditentukan oleh banyak fariabel, akan tetapi fariabel
yang dominan adalah : kohesi tanah (c) dan sudut geser tanah (). Pada tahun 1910
oleh Mohr-Coulomb, mendefinisikan kuat geser tanah sebagai berikut :

S = c + tan

Kuat geser tanah efektif dapat ditulis sebagai berikut :

S = c + (-u) tan = c + tan

Untuk kondisi tanah yang jenuh air, dimana = 0 maka persamaan tersebut menjadi
berikut :

S = Cu

5
3.1. Daya Dukung Tanah
Banyak para pakar telah merumuskan daya dukung tanah, seperti : Terzaghi,
Mayerhof, Hansen, Vesic dan lainnya. Daya dukung tanah merupakan fungsi dari
nilai kuat geser tanah (), kohesi tanah (c), berat isi tanah (), kedalaman pondasi
(D) dan bentuk pondasi, dapat diterangkan secara umum sebagai berikut :

q ult. = f (c,,,D)

Persamaan umum daya dukung tanah oleh Terzaghi, untuk tanah c, soil dapat
dituliskan sebagai berikut :

q ult. = c Nc + D Nq + 0,5 B N
















Sedangkan untuk tanah yang jenuh air (c-soil) dimana = 0 maka Nq : 0, dan N : 0
sehingga rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :

q ult. = Cu Nc Nc = 5,14 5,70 atau

q ult. = (2.57 2.85) qu

Dimana : q ult. : daya dukung tanah batas
Cu : kuat geser undrained dapat ditentukan dengan uji vane shear,
unconfined dan secara emperik data sondir Cu = qc / (15 30)
B : lebar pondasi
qu : kuat tekan bebas (kg/cm2)


q = x D
D
,c,
Gambar-1 Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal
6
3.2. Peningkatan Kuat Geser Tanah
Besarnya nilai kuat geser tanah undrained (Cu) dapat dipengaruhi oleh sifat fisik,
seperti : kepadatan tanah (), void ratio (e), ukuran butir tanah, jenis tanah dan
peristiwa/sejarah pembebanan (Pc), untuk hal tersebut nilai kuat geser tanah jenuh
dapat ditulis sebagai berikut :

Cu = f (e, Pc, , .)

Peningkatan kuat geser tanah selalu diikuti dengan semakin kecil nilai angka pori (e)
dan bertambahnya kepadaan tanah akibat dari bertambahnya tegangan efektif yang
terjadi pada tanah tersebut, hal ini dapat dilihat dari pengujian Oedometer.
Dari hasil pengujian oedometer (konsolidasi), selalu diberikan grafik semi logaritma
hubungan antara void ratio (e) dangan dengan beban (P). pada grafik tersebut
menunjukkan : semakin besar beban (P) yang bekerja maka nilai void ratio (e)
semakin kecil seperti gambar berikut :















Gambar-2, Hubungan Void ratio (e) vs semi LogP


Kuat geser undrained tanah akan meningkat seiring dengan terjadinya peristiwa
konsolidasi, dimana semakin besar beban kerja (P) yang terjadi pada lapisan tanah
maka nilai angka pori tanah (e) semakin kecil sehinga nilai kuat geser tanah akan
meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh LADD dkk. 1977 dan MESRI
1975 menunjukkan bahwa tanah yang mengalami konsolidasi normal akan

e
P
P (kg/cm
2
) (log)
V
o
i
d

r
a
t
i
o

(
e
)

7
merngalami peningkatan kuat geser tanah sesuai tambahan beban yang terjadi,
sebagai berikut :

Cu = (0.20 0.30)
v



Dimana : Cu : tambahan kuat geser tanah (kg/cm2)

v

: tambahan tegangan tanah vertical efektif



Merujuk hasil test Oedometer pada grafik semi logaritma hubungan antara angka
pori (e) dengan tegangan yang bekerja pada tanah, mempunyai hubungan unik yaitu
: semakin besar tegangan yang bekerja pada tanah maka nilai angka pori semakin
kecil. Dengan menganggap volume cerucuk yang dimasukkan kedalam lapisan
lempung lunak merupakan butiran tanah (Vs) dan tanah dianggap material tidak
mampu mampat maka akan mengalami perubahan nilai angka pori sebagai berikut :

Gambar-3, Hubungan Komposisi Volume Tanah

Nilai angka pori tanah asli sebelum ada cerucuk, tanah jenuh :

e
o
= Vv / Vs atau

e
o
= (V Vs) / (Vs)

e
o
= V / Vs 1

Bila volume cerucuk (Vc) yang relative kecil dianggap sebagai butiran tanah dan
dimasukkan kedalam tanah jenuh maka nilai e
o
menjadi lebih kecil (e
1
), sehingga
persamaan diatas menjadi :
Air
Udara
Butir
V
Va
Vu
Vb
Vv
8

e1 = V/(Vs+Vc) 1

Dengan anggapan bahwa Volume total tanah (V) dan volume void (Vs) mempunyai
satu satuan masa ( 1) maka terdapat perubahan atau penurunan void rasio (e)
sebagai berikut :
e = 1/(1+Vc) 1

dimana : e
o
: angka pori awal sebelum ada cerucuk
e
1
: angka pori setelah ada cerucuk
e : perubahan angka pori adanya penambahan volume cerucuk
Vv
o
: volume void awal sebelum ada cerucuk
Vs
o
: volume butir awal sebelum ada cerucuk
Vc : volume cerucuk

Secara ilustrasi bila dimodelkan untuk meyakinkan hipotesis ide Penulis, dapat
dilihat pada gamabar berikut :


Gambar-4, Hubungan Komposisi Volume Tanah



Vane Shear
V Cerucuk
V Cerucuk
Sondir

9
Volume butir untuk tanah setelah diberi cerucuk akan lebih besar dari sebelum
diberi cerucuk, sehingga nilai angka pori awal (e
o
)

lebih besar dari angka pori
setelah diberi cerucuk (e
1
), atau e
o
- e
1
= e .
Dengan mengeplotkan nilai angka pori e
o
dan e dari data test Oedometer tanah asli
atau tanah sebelum diberi cerucuk maka akan didapat P
o
dan P
1
, sehingga akan
didapat besarnya pertambahan tegangan (P) sesuai dengan bertambah kecilnya
nilai e
1
sesuai dengan jarak cerucuk yang dipasang.
Dengan mengetahui pertambahan nilai tegangan pada tanah (P) akibat dipasang
cerucuk maka dapat ditentukan pertambahan kuat geser undrained (Cu) = (0.20
0.30)
v

, sehingga daya dukung tanah dapat ditentukan sebagai berikut :



q ult. = Cu Nc Nc : 5,14 sebelum ada cerucuk

q ult. = (Cu + Cu) Nc Nc : 5,14 setelah ada cerucuk



4. Penomena yang Akan Terjadi pada Cerucuk
A. Penomena konstruksi cerucuk bila jarak antar cerucuk terlalu jauh dapat dianggap
sebagai pondasi tiang mengambang/floating pile. Dan terdapat tambahan daya
dukung tanah akibat bidang runtuh tertahan oleh cerucuk




















Gambar-5, Pondasi Dangkal Dengan Jarak Cerucuk Jauh


q = x D
D
,c,
10
B. Penomena apabila jarak antar cerucuk cukup pendek dan lebar bangunan cukup besar
maka ada tambahan daya dukung tanah dasar akibat q = x D


















Gambar-6, Pondasi Dangkal dengan Jarak Cerucuk Pendek


C. Fenomena bulk pressure terhadap tanah lunak apabila jarak antar cerucuk cukup
pendek atau terlalu jauh.



Gambar-7, Penomena Bulk Pressure dengan Cerucuk

L
2/3L
Jarak Cerucuk Jauh
Jarak Cerucuk dekat

D
D

q = x D
11
D. Fenomena penurunan bangunan apabila jarak antar cerucuk cukup pendek atau terlalu
jauh, bila jarak antar cerucuk cukup pendek maka dapat mengurangi penurunan
bangunan.



Gambar-8, Fenomena Penurunan Tanah


5. Contoh dan Studi Kasus
Contoh dan studi kasus ini mengambil data uji tanah bulan Mei 2009, rencana
pembangunan tower di Ds. Jombang, Purworejo.
Muka air tanah pada kedalaman -0,50 m dari muka tanah asli dan jenis tanah
lempung kelanauan (CL)
Cerucuk dicoba pada kedalaman -1,50 m s/d 5,50 m, data kosolidasi (uji
Oedometer) pada kedalaman -4,0 m.
Dari data sondir (S2) nilai konus pada kedalaman -4,0 m, qc rata-rata = 6,60
kg/cm2 Cuo = qc/(15 30) = 6,60 / 25 = 0,26 kg/cm2.
Daya dukung tanah ijin awal q all. awal = Cuo x Nc / FK
q all. awal = 0,26 x 5,14 / 3 = 0,44 kg/cm2

1
2/3 L
L

1 <

0

12
Dicoba diameter cerucuk =12 cm dan susunan cercuk 2 tipe, tipe-1 jarak 0,50 m
dan tipe-2 jarak 0,40 cm, seperti gambar berikut :









Gambar-9, Susunan Cerucuk

Volume tiap cerucuk satuan kedalaman (vc) = 113,04 cm3, sehingga prosentase
cerucuk terhadap luasan tanah 1,0 m dapat dihitung sebagai berikut :
- vc jarak 50 cm = 4 x 113,04 / 10000 = 0,046 atau 4,6 %
e = 1/(1+0,046) 1 = - 0,044
e
11
= eo + e = 1,30 - 0,044 = 1,256
- vc jarak 40 cm = 9 x 113,04 / 14400 = 0,071 atau 7,1 %
e = 1/(1+0,071) 1 = - 0,067
e
12
= eo + e = 1,30 - 0,067 = 1,233

Mencari eo pada kedalaman -4,0m dengan grafik e vs log P (uji konsolidsi)
- Po = 0,5 x 1,65 + 3,5 x (1,65 -1 ) = 3,10 t/m2 = 0,31 kg/cm2
- Dari grafik didapat eo = 1,30, sehingga nilai e pada tipe 1 dan tipe 2 dapat
dihitung sebagi berikut :
e
11
= eo + e = 1,30 - 0,044 = 1,256
e
12
= eo + e = 1,30 - 0,067 = 1,233
- Dari grafik akan besarnya beban yang akan timbul sebesar :
P
1.1
sebesar = 0,80 kg./cm2 dan
P
1.2
. sebear = 1,40 kg/cm2

13

0.1 1 10 100
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
P ( kg/cm2)
V
o
i
d

R
a
t
i
o

(

e

)

Gambar-10, Grafik e vs Log P, untuk mencari nilai e dan P

Sehingga pertambahan beban (P)dan nilai kuat geser tanah (Cu ) sebesar :
P
1.1
= 0,80 - 0,31 = 0,49 kg/cm2

Cu.1.1
.= (0,2 0,3 ) P
1.1
= 0,123 kg/cm2
P
1.2
= 1,40 - 0,31 = 1,09 kg/cm2

Cu.1.2
= (0,2 0,3 ) P
1.2
= 0,273 kg/cm2
Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 50 cm dapat
dihitung sebagai berikut :
Cu cerucuk tipe-1 = Cuo +
Cu.1.1
= 0,26 + 0,123 = 0,383 kg/cm2
Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK
= 0,383 x 5,14 / 3 = 0,66 kg/cm2
Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,66 kg/cm2
Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 40 cm dapat
dihitung sebagai berikut :
Cu cerucuk tipe-1 = Cuo +
Cu.1.1
= 0,26 + 0,273 = 0,533 kg/cm2
P
0
= 0,31
P
11
= 0,80
P
12
= 1,40
e
0 =
1,31
e
11 =
1,25
e
12 =
1,23
14
Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK
= 0,533 x 5,14 / 3 = 0,91 kg/cm2
Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,91 kg/cm2
dengan kata lain meningkat 2 (dua) kali lipat.
Contoh proyek yang dihitung dengan cara sederhana tersebut cukup banyak,
seperti di daerah Tambilahan & Bengkalis Riau, Daerah Jambi, Kaltim, Semarang
(Semarang bawah, oprit jembatan Bangetayu H timb. = 12 m) dan lokasi lain
Wilayah Pantura Jawa.
Pembuktian bahwa dengan pemasangan cerucuk diatas tanah lembeh/lunak dapat
memperkecil penurunan konstruksi bangunan mudah untuk dibuktikan dan
pembaca makalah ini dapat menghitungnya.

6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
1. Suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On
Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur,1998, kemungkan dapat
terjawab.
2. Formulasi perhitungan peningkatan daya dukung diatas tanah lembek/lunak
menggunakan cerucuk diatas, masih sebatas pada pemikiran Penulis dan perlu
mendapat masukan dari para Pakar dan penelitian dengan sekala penuh di
Lapangan.
3. Tulisan ini semoga bermanfaat.

6.2. Saran-saran
1. Karena makalah ini masih pada taraf pemikiran dan hepotesis, sebaiknya dikaji
lebih jauh dengan para Pakar yang berkompeten.
2. Mahasiswa Teknik Sipil diminta untuk mengembangkan fenomena yang
dianggap menarik oleh salah satu Bapak Teknik Sipil Kita (Prof. DR. Ir. R.
Roeseno).


15
Daftar Pustaka

- A.HADI, (1990), Studi Daya Dukung Pondasi Tiang Terucuk Pada Model
Berskala Kecil, Bandung
- ALLEN G.P, deltic Sediment in the Moderend on Miocen Mahakam Delta Total
Exploration Laboratory, Pessac France, 1987.
- DUNN I.S, ANDERSON L.R KEIFER F.W, Fundaof geotechnical Analysis,
John Wiley & Sons, New York.
- FU. HUA CHEN, Foundation on Expansive Soils, Elsevier Scientifik
Publicishing Company, 1975 New York.
- JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanikan Tanah), Erlangga 1989
- Muhrozi, Konsep Perhitungan Cerucuk Bambu Sebagai Upaya Peningkatan
Daya Dukung Tanah, Semarang
- POULUS, H.G. & DAVIS, E.H, (1980), Pile Foundation Analysis And Design,
John Wiely and Sons, Inc.
- R. ROOSSENO, Foundation Of Three to Four Storeya Small Buildings on Wet
Very Soft Soil pada Asian regional Conferention on Tall Builtding and Urban
habitat, Kuala Lumpur.
- SOELARNO, D.S, (1986), Diskusi Beberapa Cara Untuk Menentukan Beban
Batas Tiang Tunggal Dari Hasil Percobaan Langsung Di Lapangan, Jakarta
- TOMLINSON, M.J, (1977), Pile Foundation And Construction Practice,
London.
- Y. Daryanto, dkk. (1995), Perbaikan Daya Dukung Tanah Dengan Cerucuk
Bambu di Pantai Utara Semarang
- ZANUSI, F.X, (1988), Daya Pikul Ultimate Terhadap beban Axial Tiang
Tunggal, Simposium nasioanl HATTI . Jakarta.
- JOSEPHE E,BOWLES, Analisa dan Desain Pondasi Erlangga 1986
- JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanikan Tanah), Erlangga 1989

16

0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
0 50 100 150 200 250
0 100 200 300 400 500



D
E
P
T
H

(

m
e
t
e
r

)
Cone Resistance (kg/cm2)
Total Friction (kg/cm')
Cone Resistance (qc)
Total Frictions (TF)
TF
qc
CERUCUK
17

You might also like