You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA TETANUS
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Critical Care semester
Disusun !leh"
1. Desty Faraerdita Ferinda (12.1107)
2. Misfita Faulina D.P (12.1126)
3. Tri Widyaningrum (12.1147)
DIII KEPERAWATAN
AKPER PEMPR! #ATEN$ UN$ARAN
%&'(
ASUHAN KEPERAWATAN
TETANUS
PEN$ERTIAN
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan
berat.
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan
tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh
Clostridium tetani.
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890
diketemukan toksin seperti stri!hnine kemudian dikenal dengan tetanospasmin
yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan
mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pen!egahan dari tetanus. " #i!alaier
188$ %ehring dan &itasato 1890 '.
Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada
kulit oleh karena terpotong tertusuk ataupun luka bakar serta pada in(eksi tali pusat
"Tetanus #eonatorum '.
ETI!L!$I
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positi() Cloastridium tetani %akteri ini
berspora dijumpai pada tinja binatang terutama kuda juga bisa pada manusia dan
juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa
tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun jika ia mengin(eksi luka seseorang
atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain ia akan memasuki tubuh
penderita tersebut lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
*ada negara belum berkembang tetanus sering dijumpai pada neonatus
bakteri masuk melalui tali pusat se+aktu persalinan yang tidak baik tetanus ini
dikenal dengan nama tetanus neonatorum.
PAT!$ENESE
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasmebekerja pada beberapa
level dari susunan syara( pusat dengan !ara ,
a.Tobin menghalangi neuromus!ular transmission dengan !ara menghambat
pelepasan a!ethyl-!holine dari terminal nerve di otot.
b.&harekteristik spasme dari tetanus " seperti stri!hmine ' terjadi karena toksin
mengganggu (ungsi dari re(leks synaptik di spinal !ord.
!.&ejang pada tetanus mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh !erebral
ganglioside.
d.%eberapa penderita mengalami gangguan dari .utonomik #ervous System
".#S ' dengan gejala , berkeringat hipertensi yang (luktuasi periodisiti
takikhardia aritmia jantung peninggian !athe!holamine dalam urine.
&erja dari tetanospamin analog dengan stry!hninee dimana ia mengintervensi
(ungsi dari ar!us re(leks yaitu dengan !ara menekan neuron spinal dan menginhibisi
terhadap batang otak.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal menyebabkan
meningkatnya aktivitas dari neuron yang mensara(i otot masetter sehingga terjadi
trismus. /leh krena otot masetter adalah otot yang paling sensitive terhadap toksin
tetanus tersebut. Stimuli terhadap a((erent tidak hanya menimbulkan kontraksi yang
kuat tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul
kontraksi otot yang khas.
.da dua hipotesis tentang !ara bekerjanya toksin yaitu,
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syara( motorik dari melalui sumbu silindrik
diba+a ke kornu anterior susunan syara( pusat.
0. Toksin diabsorbsi oleh susunan lim(atik masuk kedalam sirkulasi darah
arteri kemudian masuk kedalam syara( pusat.
PATH!L!$I
Toksin tetanospamin menyebar dari sara( peri(er se!ara as!ending bermigrasi
se!ara sentripetal atau se!ara retrogard m!n!apai C#S. *enjalaran terjadi didalam
a1is silinder dari sarung parineural. Teori terbaru berpendapat bah+a toksin juga
menyebar se!ara luas melalui darah "hematogen' dan jaringan2sistem lymphati!
PATHWA)S

$E#ALA KLINIS
3asa inkubasi tetanus umumnya 4-01 hari tetapi bisa lebih pendek "1 hari
atau hingga beberapa bulan'. 5al ini se!ara langsung berhubungan dengan jarak
dari tempat masuknya kuman C. tetani "tempat luka' ke Susunan Sara( *usat "SS*')
se!ara umum semakin besar jarak antara tempat luka dengan SS* masa inkubasi
akan semakin lama. Semakin pendek masa inkubasi akan semakin tinggi
kemungkinan terjadinya kematian.
.da empat bentuk tetanus yang dikenal se!ara klinis yakni ,
1. Generalized tetanus "Tetanus umum'
Tetanus umum merupakan bentuk yang sering ditemukan. Derajat luka
bervariasi mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang
terkontaminasi. 3asa inkubasi sekitar 6-01 hari sebagian besar tergantung dari
jarak luka dengan SS*. *enyakit ini biasanya memiliki pola yang desendens. Tanda
pertama berupa trismus2lock jaw diikuti dengan kekakuan pada leher kesulitan
menelan dan spasme pada otot abdomen. 7ejala utama berupa trismus terjadi
sekitar 689 kasus seringkali ditemukan oleh dokter gigi dan dokter bedah mulut.
7ambaran klinis lainnya meliputi iritabilitas gelisah hiperhidrosis dan dis(agia
dengan hidro(obia hipersalivasi dan spasme otot punggung. 3ani(estasi dini ini
mere(leksikan otot bulbar dan paraspinal mungkin karena dipersara(i oleh akson
pendek. Spasme dapat terjadi berulang kali dan berlangsung hingga beberapa
menit. Spasme dapat berlangsung hingga 4-$ minggu. *emulihan sempurna
memerlukan +aktu hingga beberapa bulan.
0. Localized tetanus "Tetanus lokal'
Tetanus lokal terjadi pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi serta
memiliki derajat yang bervariasi. %entuk ini merupakan tetanus yang tidak umum
dan memiliki prognosis yang baik. Spasme dapat terjadi hingga beberapa minggu
sebelum akhirnya menghilang se!ara bertahap. Tetanus lokal dapat mendahului
tetanus umum tetapi dengan derajat yang lebih ringan. 5anya sekitar 19 kasus
yang menyebabkan kematian.
3. Cephalic tetanus "Tetanus se(alik'
Tetanus se(alik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi setelah
in(eksi telinga tengah. 7ejala terdiri dari dis(ungsi sara( kranialis motorik "seringkali
pada sara( (asialis'. 7ejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus umum. %entuk
tetanus ini memiliki masa inkubasi 1-0 hari. *rognosis biasanya buruk.
$. Tetanus neonatorum
%entuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada
negara yang belum berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian
neonatus. *enyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
untuk memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. 3asa inkubasi sekitar
4-10 hari. #eonatus biasanya gelisah re+el sulit minum .S: mulut men!u!u dan
spasme berat. .ngka mortalitas dapat melebihi 609. Selain berdasarkan gejala
klinis berdasarkan derajat beratnya penyakit tetanus dapat dibagi menjadi empat"$'
Klasi*ikasi A+lett untuk Dera,at Mani*estasi Klinis Tetanus
Dera,at Mani*estasi Klinis
: , ;ingan Trismus ringan sampai
sedang)spastisitas umum tanpa
spasme atau gangguan
pernapasan)tanpa dis(agia atau
dis(agia ringan
:: , Sedang Trismus sedang) rigiditas dengan
spasme ringan sampai sedang
dalam +aktu singkat) laju
napas<4012menit) dis(agia ringan
::: , %erat Trismus berat) spastisitas umum)
spasmenya lama) laju
napas<$012menit) laju nadi <
10012menit apneic spell, dis(agia
berat
:= , Sangat berat "derajat ::: > gangguan sistem
otonom termasuk kardiovaskular'
5ipertensi berat dan takikardia
yang dapat diselang-seling dengan
hipotensi relati( dan bradikardia
dan salah satu keadaan tersebut
dapat menetap
&harekteristik dari tetanus
&ejang bertambah berat selama 4 hari pertama dan menetap selama 8 -6 hari.
Setelah 10 hari kejang mulai berkurang (rek+ensinya
Setelah 0 minggu kejang mulai hilang.
%iasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.
&emudian timbul kesukaran membuka mulut " trismus lo!kja+ ' karena spasme
/tot masetter.
&ejang otot berlanjut ke kaku kuduk " opistotonus nu!hal rigidity '
;isus sardoni!us karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas sudut mulut tertarik keluar dan ke ba+ah bibir tertekan kuat .
7ambaran ?mum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus tungkai
dengan @ksistensi lengan kaku dengan mengepal biasanya kesadaran tetap
baik. &arena kontraksi otot yang sangat kuat dapat terjadi as(iksia dan sianosis
retensi urin bahkan dapat terjadi (raktur !ollumna vertebralis " pada anak '.
Penegakan Diagn-sis
Diagnosis tetanus sepenuhnya didasarkan pada temuan klinis karena
pemeriksaan laboratorium tidak spesi(ik. Aadi penegakan diagnosis sepenuhnya
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan (isik. Aangan menyingkirkan diagnosis
tetanus meskipun orang tersebut telah diimunisasi se!ara lengkap. Diperkirakan
terdapat $-100 juta kasus tetanus pada orang yang telah divaksinasi
"imunokompeten'.
Anamnesis
.namnesis yang dapat membantu diagnosis antara lain,
.pakah dijumpai luka tusuk luka ke!elakaan2patah tulang terbuka luka dengan
nanah atau gigitan binatangB
.pakah pernah keluar nanah dari telingaB
.pakah pernah menderita gigi berlubangB
.pakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT kapan imunisasi yang
terakhirB
Selang +aktu antara timbulnya gejala klinis pertama "trismus atau spasme lokal'
dengan spasme yang pertama (period of onset)B
Pemeriksaan .isik
*ada pemeriksaaan (isik dapat ditemukan ,
Trismus adalah kekakuan otot mengunyah "otot maseter' sehingga sukar untuk
membuka mulut. *ada neonatus kekakuan mulut ini menyebabkan mulut
men!u!u seperti mulut ikan sehingga bayi tidak dapat menetek. Se!ara klinis
untuk menilai kemajuan kesembuhan lebar bukaan mulut diukur setiap hari.
;isus sardonikus terjadi sebagai akibat kekakuan otot mimik sehingga tampak
dahi mengkerut mata agak tertutup dan sudut mulut tertarik keluar dan keba+ah.
/pistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti, otot punggung
otot leher otot badan dan trunk muscle. &ekakuan yang sangat berat dapat
menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
/tot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan.
%ila kekakuan makin berat akan timbul spasme umum yang a+alnya hanya
terjadi setelah dirangsang misalnya di!ubit digerakkan se!ara kasar atau
terkena sinar yang kuat. Cambat laun Dmasa istirahat spasme makin pendek
sehingga anak jatuh dalam status konvulsivus.
*ada tetanus neonatorum a+alnya bayi tampak sulit untuk menghisap dan
!enderung terus menangis. Setelah itu rahang menjadi kaku sehingga bayi tidak
bisa menghisap dan sulit menelan. %eberapa saat sesudahnya badan menjadi
kaku serta terdapat spasme intermiten.
*ada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan sebagai akibat
spasme yang terus-menerus atau oleh karena kekakuan otot laring yang dapat
menimbulkan anoksia dan kematian) pengaruh toksin pada sara( otonom
menyebabkan gangguan sirkulasi "gangguan irama jantung atau kelainan
pembuluh darah' dapat pula menyebabkan suhu badan yang tinggi atau
berkeringat banyak) kekakuan otot s(ingter dan otot polos lain sehingga terjadi
retentio alvi atau retentio urinae atau spasme laring) patah tulang panjang dan
kompresi tulang belakang.
?ji spatula dilakukan dengan menyentuh dinding posterior (aring dengan
menggunakan alat dengan ujung yang lembut dan steril. 5asil tes positi( jika
terjadi kontraksi rahang involunter "menggigit spatula' dan hasil negati( berupa
re(leks muntah. Dalam laporan singkat The merican !ournal of Tropical
"edicine and #$%iene menyatakan bah+a pada penelitian uji spatula memiliki
spesi(itas yang tinggi "tidak ada hasil positi( palsu' dan sensitivitas yang tinggi
"9$9 pasien yang terin(eksi menunjukkan hasil yang positi('.
Pemeriksaan Penun,ang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk tetanus.
*emeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus.
#amun demikian kuman C. tetani dapat ditemukan di luka orang yang tidak
mengalami tetanus dan seringkali tidak dapat dikultur pada pasien tetanus.
%iakan kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik. Selain
mahal hasil biakan yang positi( tanpa gejala klinis tidak mempunyai arti. 5anya
sekitar 409 kasus C. tetani yang ditemukan pada luka dan dapat diisolasi dari
pasien yang tidak mengalami tetanus.
#ilai hitung leukosit dapat tinggi.
*emeriksaan !airan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal.
&adar antitoksin di dalam darah 001 ?2mC atau lebih dianggap sebagai
imunisasi dan bukan tetanus.
&adar enEim otot "kreatin kinase aldolase' di dalam darah dapat meningkat.
@37 dapat menunjukkan pelepasan subunit motorik yang terus-menerus dan
pemendekan atau tidak adanya interval tenang yang normal yang diamati setelah
potensial aksi.
Dapat ditemukan perubahan yang tidak spesi(ik pada @&7.
K-m/likasi tetanus
Sistem tubuh &omplikasi
Aalan napas .spirasiF Caringospasme2obstruksiF
Sedasi dihubungkan dengan
obstruksiF
;espirasi .pneaF 5ipoksia Tipe :F "ateletaksis
aspirasi pneumonia' dan tipe ::F
gagal napas "spasme laring
pemanjangan spasme batang tubuh
sedasi berlebihan' .;DSF
&omplikasi dari pemanjangan
bantuan ventilasi "!ontoh ,
pneumonia' &omplikasi trakeostomi
"!ontoh , stenosis trakea' @mboli paru
@m(isema mediastinum
*enumotoraks Spasme dia(ragma
&ardiovaskular TakikardiaF hipertensiF iskemiaF
5ipotensiF bradikardiaF Takiaritmia
bradiaritmiaF .sistolF 7agal jantungF
7injal 7agal ginjal , (ase oligouria dan
poliuria Stasis urin dan in(eksi
7astrointestinal Stasis lambung :leus Diare
*erdarahanF
Cain-lain Status konvulsivus Dehidrasi
*enurunan berat badanF
TromboemboliF Sepsis dan gagal
organ multipelF Graktur vertebra
selama spasme .vulsi tendon selama
spasme
F &omplikasi jangka panjang
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada tetanus adalah sebagai berikut ,
1. *enanganan spasme.
0. *en!egahan komplikasi gangguan napas dan metabolik.
4. #etralisasi toksin yang masih terdapat di dalam darah yang belum berikatan
dengan sistem sara(. *emberian antitoksin dilakukan se!epatnya setelah diagnosis
tetanus dikon(irmasi. #amun tidak ada bukti kuat yang menyatakan bah+a toksin
tetanus dapat diinakti(kan dengan antitoksin setelah toksin berikatan di jaringan.
%ahkan pada kenyataannya e(ektivitas antitoksin dalam dosis yang sangat besar
dalam menurunkan angka kematian masih dipertanyakan.
$. Aika memungkinkan melakukan pembersihan luka di tempat masuknya kuman
untuk memusnahkan Dpabrik penghasil tetanospasmin. *ada tetanus
neonatorum eksisi luas tunggul umbilikus tidak diindikasikan.
8. .suhan kepera+atan yang sangat ketat dan terus-menerus.
H. Cakukan pemantauan !airan elektrolit dan keseimbangan kalori "karena biasanya
terganggu' terutama pada pasien yang mengalami demam dan spasme berulang
juga pada pasien yang tidak mampu makan atau minum akibat trismus yang berat
dis(agia atau hidro(obia.
*enatalaksanaan pada tetanus terdiri dari tatalaksana umum yang terdiri dari
kebutuhan !airan dan nutrisi menjaga kelan!aran jalan napas oksigenasi
mengatasi spasme pera+atan luka atau port&d entree lain yang diduga seperti
karies dentis dan /3S&) sedangkan tatalaksana khusus terdiri dari pemberian
antibiotik dan serum anti tetanus.
Tatalaksana Umum
1. 3en!ukupi kebutuhan !airan dan nutrisi
*ada hari pertama perlu pemberian !airan se!ara intravena sekaligus pemberian
obat-obatan dan bila sampai hari ke-4 in(us belum dapat dilepas sebaiknya
dipertimbangkan pemberian nutrisi se!ara parenteral. Setelah spasme mereda dapat
dipasang sonde lambung untuk makanan dan obat-obatan dengan perhatian khusus
pada kemungkinan terjadinya aspirasi.
0. 3enjaga saluran napas tetap bebas pada kasus yang berat perlu trakeostomi.
4. 3emberikan tambahan /0 dengan sungkup "masker'.
$. 3engurangi spasme dan mengatasi spasme.
DiaEepam e(ekti( mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat
kortikal. Dosis diaEepam yang direkomendasikan adalah 01-04 mg2kg%%2kali
dengan interval 0-$ jam sesuai gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk
usia I0 tahun adalah 8mg2kg%%2hari diberikan oral dalam dosis 0-4 mg setiap 4 jam.
Spasme harus segera dihentikan dengan pemberian diaEepam 8 mg per rektal untuk
%%I10 kg dan 10 mg per rektal untuk anak dengan %% J10 kg atau dosis diaEepam
intravena untuk anak 04 mg2kg%%2kali.
Tatalaksana Khusus
1. .nti serum atau #uman Tetanus 'mmuno%lo(uline "5T:7' 101101 Dosis
.TS yang dianjurkan adalah 100.000 :? dengan 80.000 :? im dan 80.000 :?
iv. *emberian .TS harus berhati-hati akan reaksi ana(ilaksis. *ada tetanus
anak pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi akti( DT setelah
anak pulang dari rumah sakit. %ila (asilitas tersedia dapat diberikan 5T:7
"4.000-H.000 :?' se!ara intramuskular ":3' dalam dosis tunggal. ?ntuk bayi
dosisnya adalah 800 :? :3 dosis tunggal. Sebagian dari dosis tersebut
diberikan se!ara in(iltrasi di tempat sekitar luka. 5T:7 hanya dapat
menghilangkan toksin tetanus yang belum berikatan dengan ujung sara(.
'ntraveneous 'mmuno%lo(uline ":=:7' mengandung antitoksin tetanus dan
dapat digunakan jika 5T:7 tidak tersedia. &ontraindikasi 5T:7 adalah ri+ayat
hipersensitivitas terhadap imunoglobulin atau komponen human
immuno%lo(uline sebelumnya) trombositopenia berat atau keadaan koagulasi
lain yang dapat merupakan kontraindikasi pemberian se!ara :3.
0. .ntibiotika 101$ a. *ada penelitian yang dilakukan di :ndonesia metronidaEol
telah menjadi terapi pilihan yang digunakan di beberapa pelayanan
kesehatan. 3etronidaEol diberikan se!ara iv dengan dosis inisial 18 mg2kg%%
dilanjutkan dosis 40 mg2kg%%2hari dengan interval setiap H jam selama 6-10
hari. 3etronidaEol e(ekti( untuk mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk
vegetati(. Sebagai lini kedua dapat diberikan penisilin prokain 80.000-100.000
?2kg%%2hari selama 6-10 hari jika terdapat hipersensiti( terhadap penisilin
dapat diberikan tetrasiklin 80 mg2kg%%2hari "untuk anak berumur lebih dari 8
tahun'. *enisilin membunuh bentuk vegetati( C.tetani. Sampai saat ini
pemberian penisilin 7 se!ara parenteral dengan dosis 100.000 ?2kg%%2hari
se!ara iv setiap H jam selama 10 hari direkomendasikan pada semua kasus
tetanus. Sebuah penelitian menyatakan bah+a penisilin mungkin berperan
sebagai agonis terhadap tetanospasmin dengan menghambat pelepasan
asam aminobutirat gama "7.%.'.
Pengel-laan Tetanus0
Era1ikasi +akteri
/en2e+a+
*embersihan luka
.ntibiotik 3etronidaEol 18-40 mg2kg%%2hari dibagi tiap
8-10 jam) tidak melebihi 0 g2hari
Antit-ksin netralisasi
terha1a/ luka
.ntitoksin kuda
atau manusia
#uman tetanus immune %lo(ulin
(4.000-H.000 :? 2kg i.m' .ntitetanus
serum ".TS' 80.000 :? im dan 80.000
:? iv. "terlebih dahulu dilakukan tes
kulit' "untuk tetanus neonatorum
10.000 :? i.v.'
Tera/i su/-rti* selama
*ase akut
&ontrol spasme
otot
DiaEepam "iv bolus' 01-04
mg2kg%%2kali i.v. tiap 0-$ jam tetanus
neonatorum dosis a+itan 01-00
mg2kg%% iv untuk menghilangkan
spasme akut diikuti in(us tetesan
tetap 18-$0 mg2kg%%2hari Dalam
keadaan berat diaEepam drip 00
mg2kg%%2hari dira+at di *:C?2#:C?.
Dosis pemeliharaan 8 mg2kg%%2hari
p.o. dibagi dalam H-8 dosis
3idaEolam "iv in(us2bolus'
=ekuronium %ila spasme sangat
hebat pankuronium bromid 000
mg2kg%% iv diikuti 008
mg2kg%%2dosis diberikan setiap 0-4
jam
Sedasi DiaEepam "iv bolus' 3idaEolam "iv in(us2bolus' 3or(in
"im2iv' &lorpromaEin
*emeliharaan jalan
napas2ventilasi
Trakeostomi Tekanan positi( intermiten =entilasi
*emeliharaan
hemodinamik
*enggantian volum yang !ukup
Sedasi "seperti di atas' :notropik
Asuhan Ke/era3atan
.suhan kepera+atan pada pasien tetanus dibagi dalam dua kelompok yaitu,
1. .suhan &epera+atan ?mum antara lain dengan intervensi sebagai berikut ,
%ersihkan jalan napas yang tidak e(ekti( diantaranya dapat menyebabkan
pneumonia aspirasi yang terjadi akibat terkumpulnya air liur "lendir' didalam
mulut karena anak sukar menelan. Aika hal ini tidak sering-sering dihisap
dapat menyebabkan aspirasi. ?ntuk menghindari pneumonia aspirasi kepala
harus dimiringkan jika pasien dalam keadaan telentang "untuk drainase'.
*asien dengan kesulitan bernapas seharusnya dira+at di ruang intensi( ":C?'.
Status pernapasan dievaluasi dengan hati-hati terhadap adanya tanda-tanda
ga+at napas dan peralatan emergensi harus selalu dalam keadaan siap sedia
dan mudah dijangkau.
Aika trismus sudah berkurang lebih lebar dari 4 !m maka makanan dapat
diberikan per oral dalam bentuk makanan !air dan diberikan memakai
sedotan. %ila trismus makin berkurang makanan diberikan lunak dengan lauk
!in!ang. Se!ara bertahap bisa diberikan makanan lunak biasa. Susu
diberikan paling tidak dua kali sehari.
0. .suhan &epera+atan Cuka
*era+atan luka merupakan aspek penting dalam pen!egahan tetanus selain
pemberian imunisasi. ?paya yang dilakukan untuk men!egah terjadinya luka pada
penderita luka sangat tergantung pada penilaian terhadap luka. .pakah lukanya
bersih atau kotor luka bernanah luka dengan slou%h)slaf luka eskar luka nekrotik
atau luka berukuran ke!il atau besar luka permukaan atau dalam dan sebagainya.
*era+atan luka pada tetanus yang biasanya dilakukan selama ini adalah dengan ,
- 3era+at dan membersihkan luka memakai teknik aseptik.
- :rigasi luka.
- *e(ridement luka "eksisi jaringan nekrotik' di ruangan tindakan khusus2ruang
operasi. Tindakan de(ridement luka "eksisi jaringan nekrotik' sangat dibutuhkan
untuk membuang jaringan nekrotik yang dapat menghalangi proses penyembuhan
luka dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri. Saat ini selain
dengan melakukan tindakan de(ridement luka se!ara pembedahan untuk
membuang jaringan nekrotik pada luka tetanus dapat digunakan bahan terapi topikal
modern yang lebih hemat biaya "seperti hidrogel' yang ber(ungsi sebagai autolisis
de(ridement. .utolisis de(ridement adalah suatu !ara peluruhan jaringan nekrotik
yang dilakukan oleh tubuh sendiri dengan syarat utama, lingkungan luka harus
dalam keadaan lembab. *ada keadaan lembab enEim proteolitik se!ara selekti(
akan melepas jaringan nekrotik. *ada keadaan melunak jaringan nekrosis akan
mudah lepas dengan sendirinya. Dengan metode autolisis de(ridement ini
diharapkan dapat mengurangi tindakan manipulasi terhadap terjadinya
spasme2kejang pada anak. *era+atan luka pada tetanus dengan menggunakan
bahan terapi topikal adalah sebagai berikut,
Dengan teknik aseptik bersihkan luka2!u!i luka dengan menggunakan !airan
(isiologis "normal saline2#aCl 099'. Dengan memperhatikan si(at luka
tetanus dimana anak mudah terangsang mengalami spasme teknik
pen!u!ian luka tidak boleh digosok tetapi lakukan dengan irigasi lembut. %ila
menggunakan metode semprot gunakan jarum no. 18 dan jangan terlalu
ken!ang menyemprotnya untuk men!egah spasme dan men!egah resiko
perdarahan pada jaringan yang rapuh.
&emudian oleskan hidrogel ke dalam luka. *osisi luka pasien harus mudah
di!apai sehingga hidrogel dapat diolesi langsung kedalam luka.
Tutup dengan kasa yang sangat tipis dengan sedikit plester tetapi tidak
terlalu rapat "karena hidrogel memerlukan balutan sekunder'.
- 3embuang benda asing dalam luka.
- &ompres dengan 50/0.
- Cuka dibiarkan terbuka.
Pencegahan
*en!egahan sangat penting mengingat pera+atan kasus tetanus sulit dan mahal.
?ntuk pen!egahan perlu dilakukan,
1. :munisasi akti(
:munisasi dengan toksoid tetanus merupakan salah satu pen!egahan
yang sangat e(ekti(. .ngka kegagalannya relati( rendah. Toksoid tetanus
pertama kali diproduksi pada tahun 190$. :munisasi toksoid tetanus
digunakan se!ara luas pada militer selama *erang Dunia ::. Terdapat dua
jenis toksoid tetanus yang tersedia Kadsor(ed (aluminium salt precipitated)
to+oid dan fluid to+oid. Toksoid tetanus tersedia dalam kemasan antigen
tunggal atau dikombinasi dengan toksoid di(teri sebagai DT atau dengan
toksoid di(teri dan vaksin pertusis aselular sebagai D*T. &ombinasi toksoid
di(teri dan tetanus "DT' yang mengandung 10-10 C( dapat diberikan pada
anak yang memiliki kontraindikasi terhadap vaksin pertusis. Aenis imunisasi
tergantung dari golongan umur dan jenis kelamin.
?ntuk men!egah tetanus neonatorum salah satu pen!egahan adalah
dengan pemberian imunisasi TT pada +anita usia subur "L?S'. /leh karena
itu setiap L?S yang berkunjung ke (asilitas pelayanan kesehatan harus
selalu ditanyakan status imunisasi TT mereka dan bila diketahui yang
bersangkutan belum mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi TT
minimal 0 kali dengan jad+al sebagai berikut , Dosis pertama diberikan
segera pada saat L?S kontak dengan pelayanan kesehatan atau sendini
mungkin saat yang bersangkutan hamil dosis kedua diberikan $ minggu
setelah dosis pertama. Dosis ketiga dapat diberikan H - 10 bulan setelah dosis
kedua atau setiap saat pada kehamilan berikutnya. Dosis tambahan
sebanyak dua dosis dengan interval satu tahun dapat diberikan pada saat
L?S tersebut kontak dengan (asilitas
0. *era+atan luka
*era+atan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk luka
kotor atau luka yang diduga ter!emar dengan spora tetanus. *era+atan luka
dilakukan guna men!egah timbulnya jaringan anaerob. Aaringan nekrotik dan
benda asing harus dibuang. ?ntuk pen!egahan kasus tetanus neonatorum
sangat bergantung. *ada penghindaran persalinan yang tidak aman aborsi
serta pera+atan tali pusat selain dari imunisasi ibu. *ada pera+atan tali
pusat penting diperhatikan hal-hal berikut ini ,06 - Aangan membungkus
punting tali pusat2mengoleskan !airan2bahan apapun ke dalam punting tali
pusat - 3engoleskan alkohol2povidon iodine masih diperkenankan tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat lembab
4. *emberian .TS dan 5T:7 pro(ilaksis
*ro(ilaksis dengan pemberian .TS hanya e(ekti( pada luka baru "I H
jam' dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi akti(. Dosis .TS
pro(ilaksis 4000 :?. 5T:7 juga dapat diberikan sebagai pro(ilaksis luka. Dosis
untuk anak I 6 tahun , $ ?2kg :3 dosis tunggal sedangkan dosis untuk anak
J 6 tahun , 080 ? :3 dosis tunggal.

D.GT.; *?ST.&.
#itin 3. .pte and ilip ;. karnad "1998-10'MShort report, The spatula test, . simple
%edside Test to Diagnose Tetanus
"http,+++.ajtmh.org2!gi2!ontent2abstra!t2842$248H'..m A Trop.3ed.5yg.pp 48H-6.
;etrieved on 0006-10-11.
%le!k T*. Clostridium tetani "tetanus'. :n, 3andell 7C %ennett A@ Dolin ; eds.
"an,dell, *ou%las, and -ennett.s principles and practice of infectious
diseases. *hiladelphia, Chur!hill Civingstone 0000, 0846-$4.
Sumarmo S*S 7arna 5 5adinegoro S; Satari 5:. %uku .jar :n(eksi dan penyakit
Tropis , Tetanus. @disi 0. :D.:. 0008

You might also like