You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga
disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau
organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru.
1
Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang
dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis,
pengobatan, penegahan serta TB dengan keadaan khusus.
!

"khir tahun 1##$-an, World Health Organization memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (! miliar orang) telah terin%eksi oleh M. tuberculosis,
dengan angka tertinggi di "%rika, "sia dan "merika &atin. Tuberkulosis, terutama
TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di
negara maju. 'enurut perkiraan ()* pada tahun 1###, jumlah kasus TB baru di
+ndonesia adalah ,-..$$$ orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar
1/$.$$$ orang per tahun.
.
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali tidak khas.
0iagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit
didapatkan spesimen diagnostik yang dapat diperaya. 1arena sulitnya
mendiagnosis TB pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang diikuti
overtreatment. 0i lain pihak, ditemukan juga underdiagnosis dan undertreatment.
)al tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB umumnya adalah orang dewasa
dengan sputum basil tahan asam positi% sehingga penanggulangan TB ditekankan
pada pengobatan pengobatan TB dewasa. "kibatnya penanganan TB anak kurang
diperhatikan.
!
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga
disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau
organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila
kuman TB menyerang otak dan sistem sara% pusat, akan menyebabkan meningitis
TB. Bila kuman TB mengin%eksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal,
jantung, saluran kening, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut TB milier atau
TB ekstrapulmoner.
1

Tuberkulosis pada anak dide%inisikan sebagai tuberkulosis yang diderita
oleh anak 21, tahun.
1
3eorang anak dikatakan terpapar TB jika anak memiliki
kontak yang signi%ikan dengan orang dewasa atau remaja yang terin%eksi TB, pada
tahap ini test tuberkulin negati%, rontgen toraks negati%. +n%eksi terjadi ketika
seseorang menghirup droplet nulei Mycobacterium tuberculosis dan kuman
tersebut menetap seara intraseluler pada jaringan paru dan jaringan lim%oid
sekitarnya, pada tahap ini rontgen toraks bisa normal atau hanya terdapat
granuloma atau kalsi%ikasi pada parenkim paru dan jaringan lim%oidnya serta
didapatkan uji tuberkulin yang positi%. 3ementara itu, seseorang dikatakan sakit
TB jika terdapat gejala klinis yang mendukung serta didukung oleh gambaran
kelainan rontgen toraks, pada tahap inilah seseorang dikatakan menderita
tuberkulosis.
/
2.2 Cara Penularan
TB ditularkan melalui udara (melalui perikan dahak penderita TB).
1etika penderita TB batuk, bersin, berbiara atau meludah, mereka memerikkan
kuman TB atau basil ke udara. 3eseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan
menghirup sejumlah keil kuman TB. Penderita TB dengan status TB BT" (Basil
!
Gambar 1. Proses penularan B
Tahan "sam) positi% dapat
menularkan sekurang-kurangnya
kepada 1$-1, orang lain setiap
tahunnya. 3epertiga dari populasi
dunia sudah tertular dengan TB.
3eseorang yang tertular dengan
kuman TB belum tentu menjadi sakit
TB. 1uman TB dapat menjadi tidak
akti% (dormant) selama bertahun-
tahun dengan membentuk suatu
dinding sel berupa lapisan lilin yang tebal.

Bila sistem kekebalan tubuh seseorang
menurun, kemungkinan menjadi sakit TB menjadi lebih besar. 3eseorang yang
sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat seara lengkap dan teratur.
!
2.! Epi"e#iologi
"khir tahun 1##$-an, World Health Organization memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (! miliar orang) telah terin%eksi oleh M. tuberculosis,
dengan angka tertinggi di "%rika, "sia dan "merika &atin. Tuberkulosis, terutama
TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di
negara maju.
.

0ari "labama, "merika, dilaporkan bahwa selama 11 tahun (1#-.-1##.)
didapatkan 141 kasus TB anak usia 21, tahun. 0iperkirakan jumlah kasus TB
anak per tahun adalah ,-5 6 dari total kasus TB. 0i 7egara berkembang, TB pada
anak berusia 21, tahun adalah 1,6 dari seluruh kasus TB, sedangkan di negara
maju angkanya lebih rendah yaitu ,-46.
!
'enurut perkiraan ()* pada tahun 1###, jumlah kasus TB baru di
+ndonesia adalah ,-..$$$ orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar
1/$.$$$ orang per tahun. 8umlah seluruh kasus TB anak dari 4 9umah 3akit Pusat
Pendidikan di +ndonesia selama , tahun (1##--!$$!) adalah 1$-5 penyandang
.
Gambar 3. Proses penularan Gambar 3. Proses penularan Gambar 3. Proses penularan
$a#%ar 2. Mycobacterium
tuberculosis
TB. 1elompok usia terbanyak adalah 1!-5$ bulan (/!,#6), sedangkan untuk bayi
21! bulan didapatkan 15,,6.
.
Terdapat beberapa %aktor risiko yang mempermudah terjadinya in%eksi TB
maupun timbulnya penyakit TB pada anak. :aktor-%aktor tersebut dibagi menjadi
%aktor risiko in%eksi dan %aktor risiko progresi in%eksi menjadi penyakit. :aktor
risiko terjadinya in%eksi TB antara lain anak yang terpajan dengan orang dewasa
dengan TB akti% (kontak TB positi%), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan
yang tidak sehat dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti
perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa akti%.
.
"nak yang terin%eksi TB tidak selalu akan mengalami sakit. Berikut ini
adalah %aktor-%aktor yang dapat menyebabkan berkembangnya in%eksi TB menjadi
sakit TB. :aktor risikonya adalah usia, in%eksi baru yang ditandai dengan adanya
kon;ersi uji tuberkulin (dari negati% menjadi positi%) dalam 1 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromais, diabetes mellitus, gagal ginjal kronik.
!
2.& Etiologi
Terdapat 5$ lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang
merupakan patogen terhadap manusia. )anya terdapat , spesies dari
Mycobacterium yang paling umum menyebabkan in%eksi, yaitu< M. Tuberculosis,
M. Bovis, M. Africanum, M. Microti dan M. Canetti. 0ari kelima jenis ini '.
Tuberkulosis merupakan penyebab paling penting dari penyakit tuberkulosis pada
manusia. "da . ;arian '. Tuberkulosis yaitu ;arian humanus, bo;inum dan
a;ium. =ang paling banyak ditemukan mengin%eksi manusia '. Tuberkulosis
;arian humanus.
,
'. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak
membentuk spora, tidak berkapsul, nonmotil,
pleomor%ik, dan termasuk bakteri gram positi% lemah,
serta memiliki ukuran panjang 1-1$ mikrometer dan
lebarnya $,!-$,5 mikrometer. '. Tuberkulosis
tumbuh optimal pada suhu .4-/1
$
> dan merupakan
bakteri aerob obligat yang berkembang biak seara
optimal pada jaringan yang mengandung banyak udara seperti jaringan paru.
/
0inding sel yang kaya akan lipid menjadikan basil ini resisten terhadap aksi
bakterisid dari antibodi dan komplemen. 3ebagian besar dari dinding selnya
terdiri atas lipid (-$6), peptidoglikan, dan arabinomannan. &ipid membuat kuman
tahan terhadap asam sehingga disebut BT" dan kuman ini tahan terhadap
gangguan kimia dan %isika. *leh karena ketahanannya terhadap asam, '.
Tuberkulosis dapat membentuk kompleks yang stabil antara asam mikolat pada
dinding selnya dengan berbagai ?at pewarnaan golongan aryl methan seperti
arbol%uhsin, auramine dan rhodamin. 1uman ini dapat bertahan hidup di udara
yang kering atau basah karena kuman dalam keadaan dorman. 0an dari keadaan
dorman ini kuman dapat reakti;asi kembali.
1
0i dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu di dalam
sitoplasma makro%ag karena pada sitoplasma makro%ag banyak mengandung lipid.
1uman ini bersi%at aerob, si%at ini menunjukan bahwa kuman ini menyenangi
jaringan yang tinggi mengandung oksigen sehingga tempat predileksi penyakit ini
adalah bagian apikal paru karena tekanan *
!
pada apikal lebih tinggi dari pada
tempat lainnya.
/
'. Tuberkulosis dapat tumbuh pada medium klasik yang terdiri kuning
telur dan glyserin (medium &owenstein-8ensen). Bakteri ini tumbuh seara
lambat, dengan waktu generasi 1!- !/ jam. Pengisolasian dari spesimen klinis dari
media sintetik yang solid membutuhkan waktu .-5 minggu dan untuk uji
sensiti;itas terhadap obat membutuhkan tambahan waktu / minggu. 3ementara
itu, pertumbuhan bakteri ini dapat dideteksi dalam 1- . minggu dengan
menggunakan medium air yang selekti% seperti B">T@> dan uji sensiti;itas
terhadap obat hanya membutuhkan waktu tambahan .-, hari.
,
2.' Patogenesis
Paru merupakan ort d entree lebih dari #- 6 kasus in%eksi TB. 1arena
ukurannya yang sangat keil (2, Am), kuman TB dalam droplet nuklei yang
terhirup dapat menapai al;eolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
dihanurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis non spesi%ik. "kan tetapi
pada sebagian kasus, tidak seluruhnya dapat dihanurkan. Pada indi;idu yang
tidak dapat menghanurkan seluruh kuman, makro%ag al;eolus akan mem%agosit
,
kuman TB yang sebagian besar dihanurkan. "kan tetapi, sebagian keil kuman
TB yang tidak dapat dihanurkan akan terus berkembang biak dalam makro%ag,
dan akhirnya menyebabkan lisis makro%ag. 3elanjutnya kuman TB membentuk
lesi ditempat tersebut, yang dinamakan %okus primer Bhon.
!
0ari %okus primer Bhon, kuman TB menyebar melalui saluran lim%e
menuju kelenjar lim%e regional, yaitu kelenjar lim%e yang mempunyai saluran
lim%e ke lokasi %okus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya in%lamasi
disaluran lim%e (lim%angitis) dan di kelenjar lim%e (lim%adenitis) yang terkena. 8ika
%okus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar lim%e yang akan terlibat
adalah kelenjar lim%e parahilus (perihiler), sedangkan jika %okus primer terletak di
apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Babungan antara %okus
primer, lim%angitis, dan lim%adenitis dinamakan kompleks primer.
.
(aktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer seara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. 'asa inkubasi
TB berlangsung selama !-1! minggu, biasanya selama /-- minggu.
5
Pada saat
terbentuknya kompleks primer, in%eksi TB primer dinyatakan telah terjadi. 3etelah
terjadi kompleks primer, imunitas seluler tubuh terhadap TB terbentuk, yang
dapat diketahui dengan adanya hipersensiti;itas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
uji tuberkulin positi%. 3elama masa inkubasi uji tuberkulin masih negati%. Pada
sebagian besar indi;idu dengan sistem imun yang ber%ungsi baik, pada saat sistem
imun seluler berkembang, proli%erasi kuman TB terhenti. "kan tetapi sebagian
keil kuman TB akan dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler
telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk kedalam al;eoli akan segera
dimusnakan oleh imunitas seluler spesi%ik (cellular mediated immunity, CM! ).
.
3etelah imunitas seluler terbentuk, %okus primer dijaringan paru
mengalami resolusi seara sempurna membentuk %ibrosis atau kalsi%ikasi setelah
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya
tidak sesempurna %okus primer dijaringan paru. 1uman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan
gejala sakit TB.
!
1ompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. 1omplikasi yang
terjadi dapat disebabkan oleh %okus di paru atau di kelenjar lim%e regional. :okus
5
primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis
%okal. 8ika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan menair
dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
(ka;itas).
.
1elenjar lim%e parahilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal
pada awal in%eksi, akan membesar karena reaksi in%lamasi yang berlanjut,
sehingga bronkus akan terganggu. *bstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan
eksternal menimbulkan hiperin%lasi di segmen distal paru melalui mekanisme
;entil. *bstruksi total dapat menyebabkan ateletaksis kelenjar yang mengalami
in%lamsi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding
bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk %istula. 'assa
kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan
gangguan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental
kolaps-konsolidasi.
5
3elama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat
terjadi penyebaran lim%ogen dan hematogen. Pada penyebaran lim%ogen, kuman
menyebar ke kelenjar lim%e regional membentuk kompleks primer atau berlanjut
menyebar seara lim%ohematogen. 0apat juga terjadi penyebaran hematogen
langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
tubuh. "danya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut
sebagai penyakit sistemik.
.
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk
penyebaran hematogenik tersamar. 'elalui ara ini, kuman TB menyebar seara
sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.
1uman TB kemudian menapai berbagai organ diseluruh tubuh, bersarang di
organ yang mempunyai ;askularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa dan
kelenjar lim%e super%isialis. 3elain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti
otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut
tetap hidup, tetapi tidak akti%, demikian pula dengan proses patologiknya. 3arang
di apeks paru disebut dengan %okus 3imon, yang di kemudian hari dapat
mengalami reakti;asi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa.
!
4
Pada anak, , tahun pertama setelah terjadi in%eksi (terutama 1 tahun
pertama) biasanya sering terjadi komplikasi TB. 'enurut (allgren, ada tiga
bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu penyebaran lim%ohematogen, TB
endobronkial, dan TB paru kronik. Tuberkulosis paru kronik adalah TB
pasaprimer sebagai akibat reakti;asi kuman di dalam %okus yang tidak
mengalami resolusi sempurna. 9eakti;asi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering
terjadi pada remaja dan dewasa muda.
5
Tuberkulosis ekstrapulmonal, yang biasanya juga merupakan mani%estasi
TB pasaprimer, dapat terjadi pada !,-.$6 anak yang terin%eksi TB. Tuberkulosis
sistem skeletal terjadi pada ,-1$6 anak yang terin%eksi, paling banyak terjadi
dalam 1 tahun, tetapi dapat juga !-. tahun setelah in%eksi primer. Tuberkulosis
ginjal biasanya terjadi ,-!, tahun setelah in%eksi primer.
!
2.( Per)alanan Ala#ia*
'ani%estasi klinis TB di berbagai organ munul dengan pola yang
konstan, sehingga dari studi (allgren dan peneliti lain dapat disusun suatu
kalender terjadinya TB di berbagai organ.
.

-
$a#%ar !. Patogenesis tuberkulosis
3
$a#%ar &. +alen"er per)alanan pen,akit B pri#er
!
Proses in%eksi TB tidak langsung memberikan gejala. Uji tuberkulin
biasanya positi% dalam /-- minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada
awal terjadinya in%eksi TB, dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema
nodosum, tetapi kelainan kulit ini berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi.
3akit TB primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini.
!
Tuberkulosis milier dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya berlangsung
dalam .-5 bulan pertama setelah in%eksi TB, begitu juga dengan meningitis TB.
Tuberkulosis pleura terjadi dalam .-5 bulan pertama setelah in%eksi TB.
Tuberkulosis sistem skeletal terjadi pada tahun pertama, walaupun dapat terjadi
pada tahun kedua dan ketiga. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama,
yaitu ,-!, tahun setelah in%eksi primer. 3ebagian besar mani%estasi klinis sakit TB
terjadi pada , tahun pertama, terutama pada 1 tahun pertama, dan #$6 kematian
karena TB terjadi pada tahun pertama setelah diagnosis TB.
.
2.- Manifestasi +linis
1arena patogenesis TB sangat kompleks, mani%estasi klinis TB sangat
ber;ariasi dan bergantung pada %aktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara
keduanya.:aktor kuman bergantung pada jumlah kuman dan ;irulensinya,
#
sedangkan %aktor penjamu bergantung pada usia dan kompetensi imun serta
kerentanan penjamu pada awal terjadinya in%eksi.
!
"nak keil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu.
Tanda dan gejala pada balita dan dewasa muda enderung lebih signi%ikan
sedangkan pada kelompok dengan rentang umur diantaranya menunjukkan
clinically silent dissease.
.
2.-.1 Manifestasi siste#ik
'ani%estasi sistemik adalah gejala yang bersi%at umum dan tidak
spesi%ik karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain.
Beberapa mani%estasi sistemik yang dapat dialami anak yaitu<
.
1. 0emam lama (C! minggu) danDatau berulang tanpa sebab yang jelas,
yang dapat disertai keringat malam. 0emam pada umumnya tidak
tinggi. Temuan demam pada pasien TB berkisar antara /$--$6 kasus.
!. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gi?i atau naik tetapi tidak sesuai dengan gra%ik
pertumbuhan.
.. 7a%su makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).
/. Pembesaran kelenjar lim%e super%isialis yang tidak sakit dan biasanya
multipel.
,. Batuk lama lebih dari . minggu, dan sebab lain telah disingkirkan,
tetapi pada anak bukan merupakan gejala utama.
5. 0iare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
4. 'alaise (letih, lesu, lemah, lelah).
2.-.2 Manifestasi Spesifik Paru.
B Asi#pto#atis
+n%eksi asimptomatis (atau laten) dide%inisikan sebagai in%eksi yang
diasosiasikan dengan hipersensiti;itas tuberkulis dan tes tuberkulin positi%
tanpa gejala klinis dan mani%estasi radiologis. 0ari >T san dapat dilihat
1$
pembesaran nodus lim%e di rongga dada, walaupun pada rontgen hasil
dapat normal. 1adang-kadang, demam sub%ebris ditemukan pada onset
penyakit. 3ekiranya anak berkontak dengan indi;idu dengan TB menular
yg tes tuberkulin positi%, diagnosis TB asimptomatis harus segera
disingkirkan setelah rontgen %oto thorak dan pemeriksaan %isik yang teliti.
/
B Paru Pri#er
1ompleks primer mengandung . elemen< %okus primer, lim%angitis
dan lim%adenitis regional. Tanda yang khas pada penyakit ini adalah
daerah adenitis yang relati% besar berbanding lokus pada paru. 1arena
aliran lim%atik thorak berlangsung seara predominan dari kiri ke kanan,
nodus pada bagian kanan atas paratrakeal sering dinilai paling tera%eksi.
/
+nterpretasi ukuran nodus lim%e intratoraks pada rontgen sulit, tapi
akan terlihat jelas apabila terdapat adenopati yang disebabkan oleh
tuberkulosis. "pabila nodus lim%e membesar, obstruksi parsial dari
bronkus dapat menimbulkan hiperin%lasi dan berlanjut kepada atelektasis.
Bambaran radiologis pada penyakit ini mirip penyakit yang disebabkan
oleh aspirasi benda asing. "telektasis segmental dan lesi hiperin%lasi dapat
terjadi bersamaan.
.
Balita enderung memperlihatkan tanda dan gejala karena
perbahan diameter saluran na%as berbanding nodus lim%e parenkim.
3imptom yang paling sering adalah batuk non produkti% dan dispneu.
Bangguan respiratorik ontohnya obstruksi bronkus dengan tanda adanya
air traing dan gejala "heezing jarang dikeluhkan.
5
B Paru Progresif
TB paru progresi% merupakan komplikasi lanjutan dari TB paru
primer. 1ompleks primer yang menjadi %okus awal paru yang tidak
mengalami kalsi%ikasi membesar dengan stabil membentuk caseous centre
yang kemudiannya meleleh ke dalam broncus ad#acent membentuk ka;itas
11
primer. &ikui%ikasi ini berhubungan dengan besarnya jumlah basil TB,
merupakan %aktor yang menyebabkan seorang anak dapat mentransmisikan
'. tuberkulosis kepada indi;idu lainnya. 0apat terjadi diseminasi lanjut
basil tuberkel ke lobus lain dan ke seluruh paru. Bambaran klinis pada
penyakit ini adalah bronkopneumonia dengan demam tinggi, batuk sedang
sampai berat, keringat malam, dullness pada perkusi, rales, dan penurunan
bunyi na%as.
/
B Paru +ronis./eakti0asi
3ebelum penemuan *bat "nti Tuberkulosis (*"T), TB paru kronis
sangat jarang ditemukan pada anak. Penyakit ini lebih sering ditemukan
pada anak-anak yang mempunyai strata sosioekonomi yang rendah, anak
perempuan dan pada anak dengan diagnosis TB yang lambat ditegakkan.
Penyakit ini sering ditemukan pada remaja berbanding anak dengan
gambaran radiologis mirip pada orang dewasa, dengan gambaran in%iltrat
pada lobus atas dan ka;itas. "nak dengan penyakit ini enderung
mengalami demam, anoreksia, malaise, penurunan berat badan, keringat
malam, batuk produkti%, nyeri dada dan hemoptisis.
.
Efusi Pleura
@%usi pleura yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat dilokalisir
atau digeneralisir, unilateral atau bilateral. @%usi pleura TB jarang
ditemukan pada anak kurang dari ! tahun dan hampir tidak ditemukan
pada anak usia dibawah , tahun. *nset dari leurisy berlangsung epat
mirip pneumonia bakteri, dengan gambaran klinis nyeri dada, sesak na%as,
perkusi dullness dan penurunan bunyi na%as. 0emam tinggi dan jika tidak
dirawat dapat berlangsung beberapa minggu.
4,-
2.1 Pe#eriksaan Penun)ang
a. U)i u%er2ulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai
si%at antigenik yang kuat. 8ika disuntikkan seara intrakutan kepada
seseorang yang telah terin%eksi TB, maka akan terjadi reaksi berupa
1!
indurasi di lokasi suntikan. Uji tuberkulin ara mantouE dilakukan dengan
menyuntikkan $,1 ml PP0 9T-!. !TU seara intrakutan di bagian ;olar
lengan bawah. Pembaaan dilakukan /--4! jam setelah penyuntikan.
Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul. 8ika tidak timbul
indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai negati%.
!,,
3eara umum hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi 1$
mm dinyatakan positi% tanpa menghiraukan penyebabnya. )asil positi% ini
sebagian besar disebabkan oleh in%eksi TB alamiah, tetapi masih mungkin
disebabkan oleh imunisasi B>B atau in%eksi '. atipik. Pada anak balita
yang telah mendapat B>B, diameter indurasi 1$-1/ m dinyatakan uji
tuberkulin positi%, kemungkinan besar karena in%eksi TB alamiah, tetapi
masih mungkin disebabkan oleh B>B-nya, tapi bila ukuran indurasinya

1, mm sangat mungkin karena in%eksi alamiah. "pabila diameter indurasi
$-/ mm dinyatakan uji tuberkulin negati%. 0iameter ,-# m dinyatakan
positi% meragukan. Pada keadaan imunokompromais atau pada
pemeriksaan %oto thorak terdapat kelainan radiologis hasil positi% yang
digunakan ,mm.
!,,
%. U)i Interferon
Prinsip yang digunakan adalah merangsang lim%osit T dengan
antigen tertentu, diantaranya antigen dari kuman TB. Bila sebelumya
lim%osit T tersebut telah tersensitisasi dengan antigen TB maka lim%osit T
akan menghasilkan inter%eron gamma yang kemudian di kalkulasi. "kan
tetapi, pemeriksaan ini hingga saat ini belum dapat membedakan antara
in%eksi TB dan sakit TB.
,
2. /a"iologi
Bambaran %oto 9ontgen toraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan
radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit lain.
3eara umum, gambaran radiologis yang sugesti% TB adalah<
Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal denganDtanpa in%iltrat
1.
1onsolidasi segmentalDlobar
'ilier
1alsi%ikasi dengan in%iltrat
"telektasis
1a;itas
@%usi pleura
Tuberkuloma
". Serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang ada di antaranya adalah P"P
TB, myodot, !mmuno Chromatograhic Test (+>T), dan lain-lain. "kan
tetapi, hingga saat ini belum ada satupun pemeriksaan serologis yang
dapat membedakan antara in%eksi TB dan sakit TB.
,
e. Mikro%iologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan
mikroskopik apusan langsung untuk menemukan BT", pemeriksaan
biakan kuman '. Tuberkulosis dan pemeriksaan P>9.
Pada anak pemeriksaan mikroskopik langsung sulit dilakukan
karena sulit mendapatkan sputum sehingga harus dilakukan bilas lambung.
0ari hasil bilas lambung didapatkan hanya 1$ 6 anak yang memberikan
hasil positi%. Pada kultur hasil dinyatakan positi% jika terdapat minimal 1$
basil per milliliter spesimen. 3aat ini P>9 masih digunakan untuk
keperluan penelitian dan belum digunakan untuk pemeriksaan klinis
rutin.
!,,
f. Patologi Anato#ik
1/
Pemeriksaan P" dapat menunjukkan gambaran granuloma yang
ukurannya keil, terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi oleh
lim%osit. Branuloma tresebut mempunyai karakteristik perkijuan atau area
nekrosis kaseosa di tengah granuloma. Bambaran khas lainnya
ditemukannya sel datia langhans.
!
Untuk memudahkan diagnosis TB paru pada anak, +0"+
merekomendasiskan diagnosis TB anak dengan sistem skoring, yaitu
pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai.
#,1$
>atatan<
0iagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter.
8ika dijumpai skro%uloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.
Berat badan dinilai saat datang.
0emam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.
Bambaran sugesti% TB, berupaF pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
denganDtanpa in%iltratF konsolidasi segmentalDlobarF kalsi%ikasi dengan in%iltratF
1,
Para#eter 3 1 2 !
1ontak TB Tidak jelas -

&aporan keluarga
(BT" negati% atau
tidak jelas)
BT"(G)
Uji Tuberkulin

7egati% - - Positi% (H 1$ mm atau
H , mm pada keadaan
imunosupresi)
Berat badan D 3tatus
Bi?i
- BBDTB 2 #$6
atau
BBDU 2 -$6

1linis gi?i buruk
atau BBDTB 2 4$6
atau BBDU 2 5$6
-
0emam tanpa sebab
yang jelas
- H ! minggu - -
Batuk - H . minggu - -
Pembesaran kelenjar
koli, aksila, inguinal
- H 1 m, jumlah
C 1, tidak nyeri
- -
Pembengkakan
tulang D sendi
panggul, lutut, %alang
- "da
pembengkakan
- -
:oto Thorak 7ormalDkelaina
n tidak jelas
Bambaran sugesti%
TB
- -
atelektasisF tuberkuloma. Bambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan seara khusus.
'engingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak,
maka sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan.
Pada anak yang diberi imunisasi B>B, bila terjadi reaksi epat B>B (I 4 hari)
harus die;aluasi dengan sistim skoring TB anak, B>B bukan merupakan alat
diagnostik.
0idiagnosis TB "nak ditegakkan bila jumlah skor H 5, (skor maksimal 1.).
8ika ditemukan gambaran milier, ka;itas atau e%usi pleura pada %oto toraks,
danDatau terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan
penurunan kesadaran serta tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien
harus di rawat inap di 93.
$a#%ar &. Bagan skrining tu%erkulosis
11
15
2.4 Penatalaksanaan
*bat TB utama (%irst line, lini utama) saat ini adalah ri%ampisin (9), isonia?id
()), pira?inamid (J), etambutol (@), dan 3treptomisin (3). 9i%ampisin dan
isonia?id merupakan obat pilihan utama dan ditambah dengan pira?inamid,
etambutol, dan streptomisin. *bat lain (second line, lini kedua) adalah ara$
aminosalicylic acid (P"3), cycloserin terizidone, ethionamide, rothionamide,
oflo%acin, levoflo%acin, mi%iflo&%acin, gatiflo%acin, ciroflo%acin, &anamycin,
ami&acin, dan careomycin, yang digunakan jika terjadi '09.
,
Isonia5i"
+sonia?id (isokotinik hidra?il) adalah obat antituberkulosis (*"T) yang
sangat e%ekti% saat ini, bersi%at bakterisid dan sangat e%ekti% terhadap kuman dalam
keadaan metabolik akti% (kuman yang sedang berkembang), bakteriostatik
terhadap kuman yang diam. *bat ini e%ekti% pada intrasel dan ekstrasel kuman,
dapat berdi%usi ke dalam seluruh jaringan dan airan tubuh termasuk >33, airan
pleura, airan asites, jaringan kaseosa, dan memiliki angka reaksi simpang
(adverse reaction) yang sangat rendah.
!,,
+sonia?id diberikan seara oral. 0osis harian yang biasa diberikan adalah
,-1, mgDkgBBDhari, maksimal .$$mgDhari, dan diberikan dalam satu kali
pemberian. +sonia?id yang tersedia umumnya dalam bentuk tablet 1$$ mg dan .$$
mg, dan dalam bentuk sirup 1$$ mgD,. sedian dalam bentuk sirup biasanya tidak
stabi, sehingga tidak dianjurkan penggunaannya. 1onsentrasi punak di dalam
darah, sputum, dan >33 dapat diapai dalam 1-! jam dan menetap selama paling
sedikit 5-- jam. +sonia?id dimetabolisme melalui asetilasi di hati. "nak-anak
mengeliminasi isonia?id lebih epat daripada orang dewasa, sehingga
memerlukan dosis mgD1gBB yang lebih tinggi dari pada dewasa. +sonia?id pada
air susu ibu ("3+) yang mendapat isonia?id dan dapat menembus sawar darah
plasenta, tetapi kadar obat yang mmenapai janinDbayi tidak membahayakan.
!,.
+sonia?id mempunyai dua e%ek toksik utama, yaitu hepatotoksik dan
neuritis peri%er. 1eduanya jarang terjadi pada anak, biasanya terjadi pada pasien
dewasa dengan %rekuensi yang meningkat dengan bertambahnya usia. 3ebagian
besar pasien anak yang menggunakan isonia?id mengalami peningkatan kadar
transaminase darah yang tidak terlalu tinggi dalam ! bulan pertama, tetapi akan
14
menurun sendiri tanpa penghentian obat. +dealnya, perlu pemantauan kadar
transaminase pada ! bulan pertama, tetapi karena jarang menimbulkan
hepatotoksisitas maka pemantauan laboratorium tidak rutin dilakukan, keuali bila
ada gejala dan tanda klinis.
!
/ifa#pisin
9i%ampisin bersi%at bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki
semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat
dibunuh oleh isonia?id. 9i%ampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem
gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan), dan kadar serum
punak terapai dalam ! jam. 3aat ini, ri%ampisin diberikan dalam bentuk oral
dengan dosis 1$-!$ mgDkgBBDhari, dosis maksimal 5$$ mgDhari, dengan satu kali
pemberian per hari. 8ika diberikan bersamaan dengan isonia?id , dosis ri%ampisin
tidak melebihi 1, mgDkgBBDhari dan dosis isonia?id 1$ mgDkgBBDhari.
0istribusinya sama dengan isonia?id.
.
@%ek samping ri%ampisin lebih sering terjadi dari isonia?id. @%ek yang
kurang menyenangkan bagi pasien adalah perubahan warna urin, ludah, sputum,
dan air mata, menjadi warna oranye kemerahan. 3elain itu, e%ek samping
ri%ampisin adalah gangguan gastrointestinal (mual dan muntah), dan
hepatotoksisitas (ikterusDhepatitis) yang biasanya ditandai dengan peningkatan
kadar transaminase serum yang asimtomatik. 8ika ri%ampisin diberikan bersamaan
isonia?id, terjadi peningkatan risiko hepatotosisitas, dapat diperkeil dengan ara
menurunkan dosis harian isonia?id menjadi maksimal 1$mgDkgBBDhari.
9i%ampisin juga dapat menyebabkan trombositopenia, dan dapat menyebabkan
kontrasepsi oral menjadi tidak e%ekti% dan dapat berinteraksi dengan beberapa
obat, termasuk kuinidin, siklosporin, digoksin, teo%iin, kloram%enikol,
kortokosteroid dan sodium war%arin. 9i%ampisin umumnya tersedia dalam sedian
kapsul 1,$ mg, .$$ mg dan /,$ mg, sehingga kurang sesuai digunakan untuk
anak-anak dengan berbagai kisaran BB. 3uspensi dapat dibuat dengan
1-
menggunakan berbagai jenis ?at pembawa, tetapi sebaiknya tidak diminum
bersamaan dengan pemberian makanan karena dapat menimbulkan malabsorpsi.
!,,
Pira5ina#i"
Pira?inamid adalah deri;at nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan
dan airan tubuh termasuk >33, bakterisid hanya pada intrasel suasana asam, dan
diabsorbsi baik pada saluran erna. Pemberian pira?inamid seara oral sesuai
dosis 1,-.$ mgDkgBBDhari dengan dosis maksimal ! gramDhari. 1adar serum
punak /, AgDml dalam waktu ! jam. Pira?inamid diberikan pada %ase intensi%
karena pira?inamid sangat baik diberikan pada saat suasana asam., yang timbul
akibat jumlah kuman yang masih sangat banyak. Penggunaan pira?inamid aman
pada anak. 1ira-kira 1$ 6 orang dewasa yang diberikan pira?inamid mengalami
e%ek samping berupa atralgia, artritis, atau gout akibat hiperurisemia, tetapi pada
anak mani%estasi klinis hiperurisemia sangat jarang terjadi. @%ek samping lainnya
adalah hepatotoksisitas, anoreksia, dan iritasi saluran erna. 9eaksi
hipersensiti;itas jarang timbul pada anak. Pira?inamid tersedia dalam bentuk
tablet ,$$ mg, tetapi seperti isonia?id, dapat digerus dan diberikan bersamaan
makanan.
!,.
Eta#%utol
@tambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada
mata. *bat ini memiliki akti;itas bakteriostatik, tetapi dapat bersi%at bakterisid
jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. 3elain itu,
berdasarkan pengalaman, obat ini dapat menegah timbulnya resistensi terhadap
obat-obat lain. 0osis etambutol adalah 1,-!$ mgDkgBBDhari, maksimal 1,!,
grDhari dengan dosis tunggal. 1adar serum punak , Ag dalam waktu !/ jam.
@tambutol tersedia dalam bentuk tablet !,$ mg dan ,$$ mg. etambutol ditoleransi
dengan baik oleh dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis satu
tau dua kali sehari , tetapi tidak berpenetrasi baik pada 33P, demikian juga pada
keadaan meningitis.
,
@ksresi utama melalui ginjal dan saluran erna. +nteraksi obat dengan
etambutol tidak dikenal. 1emungkinan toksisitas utam adalah neuritis optok dan
buta warna merah-hijau sehingga seringkali penggunaannya dihindari pada anak
1#
yang belum dapat diperiksa tajam penglihatannya. 9ekomendasi ()* yang
terakhir mengenai penatalaksanaan TB anak, etambutol dianjurkan penggunaanya
pada anak dengan dosis 1,-!, mgDkgBBDhari. @tambutol dapat diberikan pada
anak dengan TB berat dan keurigaan TB resisten-obat jika obat-obat lainnya
tidak tersedia atau tidak dapat digunakan.
!,.

Strepto#isin
3treptomisin bersi%at bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman
ekstraseluler pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak e%ekti% untuk
membunuh kuman intraseluler. 3aat ini streptomisin jarang digunakan dalam
pengobatan TB tetapi penggunaannya penting penting pada pengobatan %ase
intensi% meningitis TB dan '09-TB. 3treptomisin diberikan seara intramuskular
dengan dosis 1,-/$ mgDkgBBDhari, maksimal 1 grDhari dan kadar punak /$-,$
AgDml dalam waktu 1-! jam.
,
3treptomisin sangat baik melewati selaput otak yang meradang, tetapi
tidak dapat melewati selaput otak yang tidak meradang.streptomisin berdi%usi baik
pada jaringan dan airan pleura dan di eksresikan melalui ginjal. Penggunaan
utamanya saat ini adalah jika terdapat keurigaan resistensi awal terhadap
isonia?id atau jika anak menderita TB berat. Toksisitas utama streptomisin terjadi
pada ner;us kranialis K+++ yang mengganggu keseimbangan dan pendengaran
dengan gejala berupa telinga berdegung (tinismus) dan pusing. Toksisitas ginjal
jarang terjadi. 3treptomisin dapat menembus plasenta, sehingga perlu berhati-hati
dalam menentukan dosis pada wanita hamil karena dapat merusak sara%
pendengaran janin yaitu .$6 bayi akan menderita tuli berat.
!,,
!$
Na#a 6%at Dosis *arian
7#g.kgBB.*ari8
Dosis #aksi#al
7#g.*ari8
Efek Sa#ping
Isonia5i" ,-1,L .$$ )epatitis, neuritis peri%er, hipersensiti;itas
/ifa#pisin99 1$-!$ 5$$ Bastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia, peningkatan en?im hati, airan
tubuh berwarna oranye kemerahan
Pira5ina#i" 1,-.$ !$$$ Toksisitas hati, atralgia, gastrointestinal
Eta#%utol 1,-!$ 1!,$ 7euritis optik, ketajaman penglihatan berkurang,
buta warna merah-hijau, penyempitan lapang
pandang, hipersensiti;itas, gastrointestinal
Strepto#isin 1,-/$ 1$$$ *totoksis, ne%rotoksik
Tabel 1. *bat antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya
!,,
9 Bila isonia?id dikombinasikan dengan ri%ampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 1$
mgDkgBBDhari.
LL 9i%ampisin tidak boleh diraik dalam satu puyer dengan *"T lain karena dapat
mengganggu bioa;ailabilitas ri%ampisin. 9i%ampisin diabsorpsi dengan baik melalui
sistemgastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan.
2.13 Pan"uan 6%at B
Pengobatan TB dibagi menjadi dua %ase yaitu %ase intensi% (! bulan pertama)
dan sisanya %ase lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB minimal tiga maam obat
pada %ase intensi% dan dilanjutkan dengan dua maam obat pada %ase lanjutan (/
bulan atau lebih). Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk membunuh kuman
intraselular dan ekstraselular. Pemberian obat jangka panjang, selain untuk
membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Berbeda pada orang dewasa , *"T diberikan pada anak setiap hari, bukan dua
atau tiga kali dalam seminggu. )al ini bertujuan untuk mengurangi
ketidakteraturan menelan obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak ditelan
setiap hari. 3aat ini panduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB pada
anak adalah panduan ri%ampisin, isonia?id dan pira?inamid. Pada %ase intensi%
diberikan ri%ampisin, isonia?id, dan pira?inamid sedangkan pada %ase lanjutan
hanya diberikan ri%ampisin dan isonia?id.
!,.
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti milier,
meningitis TB, TB sistem skletal, dan lain-lain, pada %ase intensi% diberikan
minimal empat maam obat (ri%ampisin, isonia?id, pira?inamid, dan etambutol
atau streptomisin). Pada %ase lanjutan diberikan ri%ampisin dan isonia?id selama
1$ bulan. Untuk kasus TB tertentu yaitu meningitis TB, TB milier, e%usi pleura
TB, perikarditis TB, TB endobronkial, dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis !-/ mgDkgBBDhari dibagi dalam tida dosis, maksimal
5$mg dalam satu hari. &ama pemberian kortikosteroid adalah !-/ minggu dengan
dosis penuh dilanjutkan taering off selama !-/ minggu.
.,,
!1
Tabel 2. Pa"uan 6%at Antitu%erkulosis
2:'
2.11 E0aluasi Hasil Pengo%atan
3ebaiknya pasien kontrol tiap bulan. @;aluasi hasil pengobatan dilakukan
setelah ! bulan terapi. @;aluasi pengobatan penting karena diagnosis TB pada
anak sulit dan tidak jarang terjadi salah diagnosis. @;aluasi pengobatan dilakukan
dengan beberapa ara, yaitu e;aluasi klinis, e;aluasi radiologis, dan pemeriksaan
&@0. @;aluasi yang terpenting adalah e;aluasi klinis, yaitu menghilang atau
membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal pengobatan,
misalnya penambahan berat badan, hilangnya demam, hilangnya batuk, perbaikan
na%su makan dan lain-lain. "pabila respon pengobatan baik, maka pengobatan
dilanjutkan.
.,,
@;aluasi radiologis dalam !-. bulan pengobatan tidak perlu dilakukan
seara rutin, keuali pada TB dengan kelainan radiologis yang nyataDluas seperti
TB milier, e%usi pleura atau bronkopneumonia TB. Pada pasien TB milier, %oto
rontgen toraks perlu diulang setelah 1 bulan untuk e;aluasi hasil pengobatan,
sedangkan pada e%usi pleura TB pengulangan %oto rontgen toraks dilakukan
setelah ! minggu. &aju endap darah dapat digunakan sebagai sarana e;aluasi bila
pada awal pengobatan nilainya tinggi.
,

"pabila respon setelah ! bulan kurang baik, yaitu gejala masih ada dan
tidak terjadi penambahan BB, maka *"T tetap diberikan sambil dilakukan
e;aluasi lebih lanjut mengapa tidak terjadi perbaikan. 1emungkinan yang terjadi
adalah misdiagnosis, mistreatment, atau resistensi terhadap *"T. Bila awalnya
!!
2 Bulan ( Bulan 4 Bulan 12 Bulan
Isonia5i"
/ifa#pisin
Pira5ina#i"
Eta#%utol
Strepto#isin
Pre"nison
pasien ditangani di sarana kesehatan terbatas, maka pasien dirujuk ke sarana yang
lebih tinggi atau ke konsultan paru anak. @;aluasi yang dilakukan meliputi
e;aluasi kembali diagnosis, ketepatan dosis *"T, keteraturan minum obat,
kemungkinan adanya penyakit penyulitDpenyerta, serta e;aluasi asupan gi?i.
3etelah pengobatan 5-1! bulan dan terdapat perbaikan klinis, pengobatan dapat
dihentikan. :oto rontgen toraks ulang pada akhir pengobatan tidak perlu
dilakukan seara rutin.
,,5
Pengobatan selama 5 bulan bertujuan untuk meminimalisasi residu
subpopulasi persisten M. tuberculosis (tidak mati dengan obat-obatan) bertahan
dalam tubuh, dan mengurangi seara bermakna kemungkinan terjadinya
kekambuhan. Pengobatan lebih dari 5 bulan pada TB anak tanpa komplikasi
menunjukkan angka kekambuhan yang tidak berbeda bermakna dengan
pengobatan 5 bulan
,
2.12 E0aluasi Efek Sa#ping Pengo%atan
*"T dapat menimbulkan berbagai e%ek samping. @%ek samping yang
ukup sering terjadi pada pemberian isonia?id dan ri%ampisin adalah gangguan
gastrointestinal, hepatotoksisitas, ruam dan gatal serta demam. 3alah satu e%ek
samping yang perlu diperhatikan adalah hepatotoksisitas.
!,,
)epatotoksisitas jarang terjadi pada pemberian dosis isonia?id yang tidak
melebihi 1$mgDkgBBDhari dan dosis ri%ampisin yang tidak melebihi 1,
mgDkgBBDhari dalam kombinasi. )epatotoksisitas ditandai oleh peningkatan
'erum (lutamic$O%aloacetic Transaminase (3B*T) dan 'erum (lutamic$)iruvat
Transaminase (3BPT) hingga H , kali tanpa gejala atau H . kali batas normal (/$
UD+) disertai dengan gejala, peningkatan bilirubin total lebih dari 1,, mgDdl, serta
peningkatan 3B*TD3BPT dengan beberapa nilai beberapapun yang disertai
dengan ikterus, anoreksia, nausea dan muntah.
1,.
Tatalaksana hepatotoksisitas bergantung pada beratnya kerusakan hati
yang terjadi. "nak dengan gangguan %ungsi hati ringan mungkin tidak
membutuhkan perubahan terapi. Beberapa ahli berpendapat bahwa peningkatan
en?im transaminase yang tidak terlalu tinggi (moderate) dapat mengalami resolusi
spontan tanpa penyesuaian terapi, sedangkan peningkatan H , kali tanpa gejala,
!.
atau H . kali batas normal disertai dengan gejala memerlukan penghentian
ri%ampisin sementara atau penurunan dosis ri%ampisin. "kan tetapi mengingat
pentingnya ri%ampisin dalam paduan pengobatan yang e%ekti%, perlunya
penghentian obat ini ukup menimbulkan keraguan. "khirnya, isonia?id dan
ri%ampisin ukup aman digunakan jika diberikan dengan dosis yang dianjurkan
dan dilakukan pemantauan hepatotoksisitas dengan tepat.
1,,
"pabila peningkatan en?im transaminase H , kali tanpa gejala atau H . kali
batas normal disertai dengan gejala, maka semua *"T dihentikan, kemudian
kadar en?im transaminase diperiksa kembali setelah 1 minggu penghentian. *"T
diberikan kembali apabila nilai laboratorium telah normal. Tetapi berikutnya
dilakukan dengan ara memberikan isonia?id dan ri%ampisin dengan dosis yang
dinaikkan seara bertahap, dan harus dilakukan pemantauan klinis dan
laboratorium dengan ermat. )epatotoksisitas dapat timbul kembali pada
pemberian terapi berikutnya jika dosis diberikan langsung seara penuh (full$
dose) dan pira?inamid digunakan dalam paduan pengobatan.
,
2.1! Putus 6%at
Pasien dikatakan putus obat bila berhenti menjalani pengobatan selama H !
minggu. 3ikap selanjutnya untuk penanganan bergantung pada hasil e;aluasi
klinis saat pasien datang kembali, sudah berapa lama menjalani pengobatan dan
berapa lama obat telah terputus. Pasien tersebut perlu dirujuk untuk penanganan
selanjutnya.
!
2.1& Multi Drug Resistance 7MD/8 B
Multidrug resistance TB adalah isolate M. tuberculosis yang resisten
terhadap dua atau lebih *"T lini pertama, minimal terhadap isonia?id dan
ri%ampisin. 1eurigaan adanya '09-TB adalah apabila seara klinis tidak ada
perbaikan dengan pengobatan. 'anajemen TB semakin sulit dengan
meningkatnya resistensi terhadap *"T yang biasa dipakai. "da beberapa
penyebab terjadinya resistensi terhadap *"T yaitu pemakaian obat tunggal,
penggunaan paduan obat yang tidak memadai termasuk penampuran obat yang
tidak dilakukan seara benar dan kurangnya keteraturan menelan obat.
#
!/
1ejadian '09-TB sulit ditentukan karena biakan sputum dan uji
kepekaan obat tidak rutin dilaksanakan di tempat-tempat dengan pre;alens TB
tinggi. "kan tetapi diakui bahwa '09-TB merupakan masalah besar yang terus
meningkat. 0iperkirakan '09-TB akan tetap menjadi masalah di banyak wilayah
di dunia. 0ata mengenai '09-TB yang resmi di +ndonesia belum ada. 'enurut
()*, bila pengendalian TB tidak benar, pre;alens '09-TB menapai ,,, 6,
sedangkan dengan pengendalian yang benar yaitu dengan menerapkan strategi
directly observed treatment shortcourse (0*T3), maka pre;alens '09-TB hanya
1,56 saja.
!
2.1' Non#e"ika#entosa
2.1'.1 Pen"ekatan D6S (Directly Observed Treatment !ortcourse"
1eteraturan pasien untuk menelan obat dikatakan baik apabila
pasien menelan obat sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan
pengobatan. 1eteraturan dalam menelan obat ini menjamin keberhasilan
pengobatan serta menegah relaps dan terjadinya resistensi. 3alah satu
upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan melakukan
pengawasan langsung terhadap pengobatan *directly observed treatment+.
,irectly observed treatment shortcours (0*T3) adalah strategi yang telah
direkomendasikan oleh ()* dalam pelaksanaan program
penanggulangan TB, dan telah dilaksanakan di +ndonesia sejak tahun
1#,,. Penanggulangan TB dengan strategi 0*T3 dapat memberikan
angka kesembuhan yang tinggi.
!
3esuai rekomendasi ()*, strategi 0*T3 terdiri atas lima komponen
yaitu sebagai berikut <
!
1omitmen politis dari para pengambil keputusan, temasuk dukungan
dana.
0iagnosis TB dengan pemeriksaan sputum seara mikroskopis.
Pengobatan dengan panduan *"T jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh pengawas minum obat (P'*).
1esinambungan persediaan *"T jangka pendek dengan mutu terjamin.
!,
Penatatan dan pelaporan seara baku untuk memudahkan pemantauan
dan e;aluasi program penanggulangan TB.
2.1'.2 Su#%er Penularan "an #ase $inding
"pabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus
diari sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB.
3umber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB akti% dan
kontak erat dengan anak tersebut. Pelaakan sumber in%eksi dilakukan
dengan ara pemeriksaan radiologis dan BT" sputum (pelaakan
sentripetal). Bila telah ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan
pelaakan sentri%ugal, yaitu menari anak lain di sekitasnya yang mungkin
juga tertular, dengan ara uji tuberkulin.
!
3ebaliknya, jika ditemukan pasien TB dewasa akti%, maka anak
disekitarnya atau yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya
in%eksi TB (pelaakan sentri%ugal). Pelaakan tersebut dilakukan dengan
ara anamnesis, pemeriksaan %isis, dan pemeriksaan penunjang yaitu uji
tuberkulin.
.,,
2.1'.! Aspek E"ukasi "an Sosial Ekono#i
Pengobatan TB tidak lepas dari masalah sosial ekonomi. 1arena
pengobatan TB memerlukan kesinambungan pengobatan dalam jangka
waktu yang ukup lama, maka biaya yang diperlukan ukup besar. 3elain
itu, diperlukan juga penanganan gi?i yang baik, meliputi keukupan
asupan makanan, ;itamin, dan mikronutrien. Tanpa penanganan gi?i yang
baik, pengobatan dengan medikamentosa saja tidak akan terapai hasil
yang optimal. @dukasi ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar
mengetahui mengenai TB. Pasien TB anak tidak perlu diisolasi karena
sebagian besar TB padak anak tidak menular kepada orang disekitarnya.
"kti;itas %isik pasien TB anak tidak perlu dibatasi, keuali pada TB
berat.
.,,
2.1( Pen2ega*an
I#unisasi BC$
!5
+munisasi B>B (Bacille Calmette$(u-rin) diberikan pada usia sebelum !
bulan. 0osis untuk bayi sebesar $,$, ml dan untuk anak $,1$ ml, diberikan seara
intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan (penyuntikan lebih mudah dan
lemak subkutis lebuh tebal, ulkus tidak menggangu struktur otot dan sebagai tanda
baku). Bila B>B diberikan pada usia lebih dari . bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. +nsidens TB anak yang mendapat B>B berhubungan
dengan kualitas ;aksin yang digunakan, pemberian ;aksin, jarak pemberian
;aksin dan intensitas pemaparan in%eksi.
.,,
'an%aat B>B telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, yaitu antara $--$6.
+munisasi B>B e%ekti% terutama untuk menegah TB milier, meningitis TB dan
spondilitis TB pada anak. +munisasi ini memberikan perlindungan terhadap
terjadinya TB milier, meningitis TB, TB sistem skletal, dan ka;itas. :akta di
klinik sekitar 4$6 TB berat dengan biakan positi% telah mempunyai parut B>B.
+munisasi B>B ulangan dianjurkan di beberapa negara, tetapi umumnya tidak
dianjurkan di banyak negara lain, temasuk +ndonesia. +munisasi B>B relati%
aman, jarang timbul e%ek samping yang serius. @%ek samping yang sering
ditemukan adalah ulserasi lokal dan lim%adenitis (adenitis supurati%) dengan
insidens $,1-16. 1ontraindikasi imunisasi B>B adalah kondisi
imunokompromais, misalnya de%isiensi imun, in%eksi berat, gi?i buruk, dan gagal
tumbuh. Pada bayi prematur, B>B ditunda hingga bayi menapai berat badan
optimal.
,
2.1- +e#oprofilaksis
Terdapat dua jenis kemopro%ilaksis, yaitu kemopro%ilaksis primer dan
kemopro%ilaksis sekunder. 1emopro%ilaksis primer bertujuan untuk menegah
terjadinya in%eksi TB, sedangkan kemopro%ilaksis sekunder menegah
berkembangnya in%eksi menjadi sakit TB. Pada kemopro%ilaksis primer diberikan
isonia?id dengan dosis ,-1$ mgDkgBBDhari dengan dosis tunggal. 1emopro%ilaksis
ini diberikan pada anak yang kontak dengan TB menular, terutama dengan BT"
sputum positi%, tetapi belum terin%eksi (uji tuberkulin negati%). Pada akhir bulan
ketiga pemberian pro%ilaksis dilakukan uji tuberkulin ulang. 8ika tetap negati% dan
sumber penularan telah sembuh dan tidak menular lagi (BT" sputum negati%),
!4
maka +7) pro%ilaksis dihentikan. 8ika terjadi kon;ersi tuberkulin positi%, e;aluasi
status TB pasien. 8ika didapatkan uji tuberkulin negati% dan +7) pro%ilaksis telah
dihentikan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin ulang . bulan kemudian untuk
e;aluasi lebih lanjut.
!,.
1emopro%ilaksis sekunder diberikan pada anak yang telah terin%eksi, tetapi
belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positi%, sedangkan klinis dan
radiologis normal. Tidak semua anak diberi kemopro%ilaksis sekunder, tetapi
hanya anak yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi untuk berkembang
menjadi sakit TB, yaitu anak-anak pada keadaan imunokompromais. >ontoh
anak-anak dengan imunokompromais adalah usia balita, menderita morbili,
;arisela, atau pertusis, mendapat obat imunosupresi% yang lama (sitostatik dan
kortikosteroid), usia remaja, dan in%eksi TB baru (kon;ensi uji tuberkulin dalam
kurun waktu kurang dari 1! bulan). &ama pemberian untuk kemopro%ilaksis
sekunder adalah 5-1! bulan. Baik pro%ilaksis primer, pro%ilaksis sekunder dan
terapi TB, tetap die;aluasi tiap bulan untuk menilai respon dan e%ek samping
obat.
.,,
2.11 +o#plikasi "an Prognosis
a. +o#plikasi
&im%adenitis, meningitis, osteomielitis, arthtritis, enteritis, peritonitis,
penyebaran ke ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat terjadi. Bayi yang
dilahirkan dari orang tua yang menderita tuberkulosis mempunyai risiko yang
besar untuk menderita tuberkulosis. 1emungkinan terjadinya gangguan jalan
na%as yang menganam jiwa harus dipikirkan pada pasien dengan pelebaran
mediastinum atau adanya lesi pada daerah hilus.
11
%. Prognosis
Pada pasien dengan sistem imun yang prima, terapi menggunakan *"T
terkini memberikan hasil yang potensial untuk menapai kesembuhan. 8ika kuman
sensiti% dan pengobatan lengkap, kebanyakan anak sembuh dengan gejala sisa
yang minimal. Terapi ulangan lebih sulit dan kurang memuaskan hasilnya.
Perhatian lebih harus diberikan pada pasien dengan imunode%isiensi, yang resisten
terhadap berbagai rejimen obat, yang berespon buruk terhadap terapi atau dengan
komplikasi lanjut. Pasien dengan resistensi multiple terhadap *"T jumlahnya
!-
meningkat dari waktu ke waktu. )al ini terjadi karena para dokter meresepkan
rejimen terapi yang tidak adekuat ataupun ketidakpatuhan pasien dalam
menjalanin pengobatan.
11
1etika terjadi resistensi atau intoleransi terhadap +sonia?id dan 9i%ampin,
angka kesembuhan menjadi hanya ,$6, bahkan lebih rendah lagi. 0engan *"T
(terutama isonia?id) terjadi perbaikan mendekati 1$$6 pada pasien dengan TB
milier. Tanpa terapi *"T pada TB milier maka angka kematian hampir menapai
1$$6.
1$,1
BAB III
+ESIMPULAN DAN SA/AN
!.1 +esi#pulan
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru,
sehingga disebut dengan Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa
menyebar ke bagian atau organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih
berbahaya dari pulmonary TB.
'ani%estasi sistemik adalah gejala yang bersi%at umum dan tidak spesi%ik
karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain.
Beberapa mani%estasi sistemik yang dapat dialami anak yaitu, demam
lama (C! minggu) danDatau berulang tanpa sebab yang jelas, berat badan
turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan ,anoreksia
dengan %ailure to thri;e, pembesaran kelenjar lim%e super%isialis yang
tidak sakit dan biasanya multiple, batuk lama lebih dari . minggu, diare
persisten serta malaise (letih, lesu, lemah, lelah).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji tuberulin, inter%eron,
radiologi, tes serologi, mikrobiologi dan pemeriksaan patologi anatomi.
Untuk memudahkan diagnosis dapat digunakan sistem skoring TB
Prinsip dasar pengobatan TB minimal tiga maam obat pada %ase intensi%
dan dilanjutkan dengan dua maam obat pada %ase lanjutan (/ bulan atau
!#
lebih). *bat TB utama (%irst line, lini utama) saat ini adalah ri%ampisin
(9), isonia?id ()), pira?inamid (J), etambutol (@), dan 3treptomisin (3).
9i%ampisin dan isonia?id merupakan obat pilihan utama dan ditambah
dengan pira?inamid, etambutol, dan streptomisin.
1omplikasi yang dapat terjadi adalah &im%adenitis, meningitis,
osteomielitis, arthtritis, enteritis, peritonitis, penyebaran ke ginjal, mata,
telinga tengah dan kulit dapat terjadi.
!.2 Saran
Banyaknya jumlah anak yang terin%eksi TB menyebabkan tingginya biaya
pengobatan yang diperlukan. *leh karena itu, penegahan in%eksi TB
merupakan salah satu upaya penting yang harus dilakukan. Penegahan ini
dilakukan dengan pengendalian berbagai %aktor resiko in%eksi TB.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, diperlukan usaha penyegaran
kembali tentang TB anak, khususnya bagi dokter umum maupun dokter
anak yang sering menangani kasus TB anak.
.$
DA;A/ PUSA+A
1. 0epkes 9+. .encana strategi nasional enanggulangan tuber&ulosis tahun
/00/$/001. 8akarta< 0epartemen 1esehatan 9+< !$$1.
!. 1artasasmita >B. Childhood tuberculosis in the community. 0isampaikan
pada +nternational paediatri respiratory and allergy ongress. Prague, >?eh
9epubli< !$$1
.. ()*. TB2H!3 a clinical manual. /
nd
ed. (eneva4 World Healt Organization<
!$$/.
/. 'uno? :', 3tarke 89. tuberculosis *mycobacterium tuberculosis+. 0alam
Berhrman 9@, 1ligman 9', 8enson )B, editors 7elson teEtbook o%
pediatris. @disi ke-14. Philadelphia. 3aunders< !$$/. h #,--4!.
,. +ma? '3, >omini '", Jerbini @. 3eMueiera '0, 3poletti '8, @thart "",
Pagano )8, Boni%asih @, 0ia? 7, >laus 80, 3ingh '. 5valation of the
diagnostic value of measuring !g(, !gM !gA antibodies to the recombinant 6$
&ilodalton antigen of Mycobactreium tuberculosis in childhood tuberculosis
!nt 7 Tuberc 8ung ,is /00/< ,(11)<1$.5-/..
5. 'adkour ''. Tuberculosis. Berlin< 3pringer< !$$/.
4. Prasetyo 9K. )eran olymerase cham relaction *)C.+ sebagai alat diagnoti&
ada T9 ana&. Tinjauan pustakaan. 3urabaya< &abD3': +lmu 1esehatan "nak
:1 Uni;ersitas "irlangga N 93 0. 3oetomo< !$$/. h. !-..
-. TB udate !!!, //$/9 Mei /00:. 3urabaya< Bagian +lmu 1esehatan "nak 93
0r. 3oetomo D:1 Uni;ersitas airlangga< !$$/< -1-#!.
.1
#. ()*. (uidelines for the management of tuberculosis in children by national
TB rogrammes *in lo" resource settings+. Bene;a< (orld )ealth or
gani?ation< !$$/.
1$. 0epkes 9+. )edoman rasional enanggulangan tuber&ulosis. >etakan ke--.
8akarta< 0epartmen 1esehatan 9epublik +ndonesia< !$$!.
11. 0epkes-+0"+ 9+. ,iagnosis dan Tatala&sanan Tuber&ulosis Ana&. 8akarta<
1elompok 1erja TB "nak< !$$-
.!

You might also like