You are on page 1of 3

ANALISIS GRANULOMETRI, BENTUK KERAKAL, DAN

MINERAL BERAT UNTUK MENGETAHUI PROSES


SEDIMENTOLOGI

Ammar Baskara
21100112130048
Email: ammarbaskara@gmail.com
Teknik Geologi Universitas Diponegoro


SARI

Pada hari Sabtu, 12 Oktober 2013 dilakukan serangkaian pengamatan dan pengambilan
data di sungai Kali Garang yang terletak di kelurahan Patemon, kecamatan Gunung Pati,
kabupaten Ungaran, Provinsi Jawa Tengah. Pengamatan dan pengambilan data bertujuan untuk
penelitian proses sedimentologi. Proses sedimentologi merupakan proses-proses pembentukan,
transportasi, dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di lingkungan
kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Dalam mempelajari proses sedimentologi
yang telah terjadi pada suatu daerah, diperlukan beberapa pengetahuan tentang analisis
granulometri, mineral berat, dan bentuk kerakal. Masing-masing analisis tersebut memiliki cara
perhitungan dan output atau hasil yang berbeda. Sampel yang akan dianalisis merupakan sampel
yang diambil dari tempat penelitian yang dilakukan di sungai. Data hasil analisis granulometri
bertujuan untuk mengetahui persebaran material sedimen klastik, struktur sedimen, dan
menginterpretasikan lingkungan pengendapan. Data hasil analisis mineral berat bertujuan untuk
mengetahui provenance atau batuan asalnya. Data hasil analisis bentuk kerakal bertujuan untuk
menentukan bentuk butirnya yang menunjukkan jauh dekatnya jarak transportasi yang ditempuh.
Masing-masing perhitungan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif yang kemudian
diintepretasikan menjadi data yang bersifat kualitatif.

Kata kunci : proses sedimentologi, analisis granulometri, analisis mineral berat, analisis bentuk
kerakal


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Provinsi Jawa Tengah, khususnya daerah Semarang dan sekitarnya merupakan daerah yang mempunyai
berbagai macam sungai dan bentuknya. Seperti yang telah diketahui bahwa sungai merupakan suatu tubuh
air yang mengisi suatu daerah yang mengalir dari hulu ke hilir sebagai akibat adanya gaya gravitasi pada
daerah yang memiliki slope (kemiringan) atau relief lereng. Sungai ini membawa material-material hasil
erosi dari suatu tubuh batuan yang kemudian akan diendapkan pada suatu daerah di mana energi yang
bekerja lebih didominasi oleh energi potensial. Dengan adanya serangkaian proses yang terjadi pada suatu
sungai, menarik untuk dipelajari sifat transportasinya, asal atau sumber material yang dibawanya, dan
jenis material butiran pasir pada ukuran butir tertentu yang mendominasi.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis fraksi pasir sebagai komposisi penyusun tubuh
sungai, menentukan seberapa jauh proses transportasi yang dialami oleh suatu material batuan, sumber
batuan asalnya, dan stream power,sehingga dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan Diagram Hjulstorm
yang menunjukkan proses dominan yang bekerja pada suatu sungai dan Diagram Flow Regime yang
menunjukkan struktur sedimen yang akan terbentuk dalam skala waktu geologi ke depan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan paper ini yaitu menggunakan pendekatan laboratorium yang
merupakan pengolahan data dengan menggunakan instrumen-instrumen dan penggunaan rumus atau
persamaan tertentu berdasarkan data mentah yang didapat di lapangan karena observasi lapangan tidak
cukup kuat untuk membuktikan hipotesa-hipotesa yang ada.

HASIL DAN DISKUSI
Hasil pengukuran yang dilakukan di lapangan yaitu pengukuran kecepatan arus air. Pengukuran dilakukan
pada ketiga segmen sungai yang masing-masing memiliki panjang lima meter. Dalam pengukuran
kecepatan arus air sungai dilakukan pada tubuh sungai yang tidak ada penghambatnya, sehingga
pengukuran waktu tempuh tidak terganggu. Pengukuran waktu tempuh dilakukan pada tiap segmen
dengan menghanyutkan timun sejauh lima meter. Kecepatan tiap segmen dihasilkan dari hasil pembagian
jarak segmen dengan waktu yang ditempuh timun. Pada segmen pertama didapat hasil sebesar 0,44 m/s,
segmen kedua didapat hasil sebesar 0,5 m/s, segmen ketiga didapat hasil sebesar 0,16 m/s. Setelah dirata-
rata didapat hasil 0,33 m/s. Selain itu juga dilakukan pengukuran kedalaman sungai setiap segmen.
Segmen pertama memiliki kedalaman 1,7 m, segmen kedua memiliki kedalaman 1,6 m, dan segmen
ketiga memiliki kedalaman 0,7 m. Setelah dirata-rata didapat hasil sebesar 1.3 m. Dari hasil kecepatan
rata-rata arus air dan kedalaman sungai akan diperoleh data stream power sebesar 0,7 m
3
/s
2
.

Analisis laboratorium yang pertama dilakukan yaitu analisis granulometri. Sampel pasir yang diperoleh
dari sungai diayak menggunakan ayakan mesh untuk memisahkan ukuran-ukuran butirnya. Kemudian
masing-masing fraksi pasir ditimbang dan yang memiliki berat terbesar yaitu pasir kasar. Dari masing-
masing fraksi dilakukan perhitungan dengan variabel diameter untuk mencari phi yang nantinya akan
diplot dan ditarik garis membentuk kurva kumulatif aritmatik pada kertas semi log. Kurva kumulatif
aritmatik digunakan untuk menentukan nilai koefisien sortasi (So) menurut Folk (1957), skewness (Sk)
menurut Folk dan Ward (1957), dan kurtosis (K) menurut Folk dan Ward (1957). Hasil kualitatif dari
nilai So yaitu poorly sorted, hasil kualitatif dari nilai Sk yaitu fine skewed, dan hasil kualitatif dari nilai K
yaitu very platy kurtic. Ketiga hasil ini menunjukkan bahwa kandungan pasir pada sungai memiliki sortasi
yang buruk atau ukuran butirnya tidak seragam, butiran yang mendominasi yaitu yang berukuran halus,
dan perbandingan antara pasir berukuran pasir halus dengan pasir kasar tidak begitu besar.

Analisis laboratorium yang kedua yaitu analisis mineral berat. Sampel pasir hasil pengayakan yang
berukuran 0,015 0,085 yang akan dilakukan analisis mineral berat. Pengamatan mineral dilakukan
menggunakan mikroskop binokuler. Jumlah minimal mineral berat yang diambil yaitu tiga ratus buah.
Setalah dilakukan proses pengamatan, mineral berat tersebut yaitu 127 mineral magnetit, seratus enam
mineral hematit, 81 mineral andalusit, dan delapan belas mineral. Berdasarkan aosiasi mineral berat
menurut Mc. Lane, 1995 yaitu mineral magnetit dan andalusit yag menunjukkan bahwa provenansnya
yaitu Dynamothermal Metamorphic.

Analisis laboratorium yang ketiga yaitu analisis bentuk butir dan bentuk kerakal. Kerakal yang dianalisis
berjumlah dua puluh buah. Perhitungan yang dilakukan yaitu Roundness menurut Pettijhon (1949) dan
Powers (1949), Flatness Ratio menurut Cailleux (1947, 1952), dan Spharecity menurut Folk (1968). Rata-
rata hasil perhitungan Roundness yaitu rounded, rata-rata hasil perhitungan Flatness Ratio yaitu semakin
pipih, dan rata-rata hasil perhitungan Spherecity yaitu sub elongated. Ketiga hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa proses transportasi yang dialami kerakal cukup jauh yang dapat dilihat dari tingkat
kebundarana (rounded), mekanisme transportasinya berupa bed load (sliding) yang dapat dilihat dari
tingkat kebolaannya yang berupa sub elongated, dan bentuknya yang memipih (hasil perhitungan
Flatness Ratio) yang juga menunjukkan proses transportasinya yang cukup jauh. Semakin rounded,
transportasinya semakin jauh, dan tingkat resistensi batuannya semakin tinggi.

Dari hasil analisis granulometri dan stream power akan diperoleh struktur sedimen yang akan terbentuk
berdasarkan diagram flow regime menurut Reineck dan Singh, 1975. Hasil pengukuran granulometri
menunjukkan bahwa material yang mendominasi yaitu material berukuran halus (0,0625 0,25 mm) dan
hasil pengukuran steam power yaitu 0,7 m
3
/s
2
. Ukuran diameter butiran hasil pengukuran terletak pada
sumbu x dan stream power pada sumbu y pada diagram flow regime. Pertemuan dari sumbu x yang
ditarik vertikal dan sumbu y yang ditarik horizontal akan didapatkan struktur sedimen mega ripples yang
termasuk ke dalam lower regime (tranquil flow).

Hasil analisis granulometri dan besar kecepatan arus air juga dapat digunakan untuk menganalisis proses
yang bekerja berdasarkan diagram Hjulstorm. Rata-rata kecepatan arus air yaitu sebesar 0,33 m/s atau 33
cm/s dan ukuran butir yang mendominasi yaitu berukuran halus. Diameter berukuran halus teretak pada
sumbu x dan rata-rata kecepatan arus air yaitu 33 cm/s. Pertemuan dari sumbu x yang ditarik vertikal dan
sumbu y yang ditarik horizontal akan didapatkan proses yang mendominasi pada sungai Kaligarang yaitu
transisin (zona peralihan dari transportasi menuju sedimentasi).

KESIMPULAN
Pada analisis granulometri, hasil ketiga nilai koefisien menunjukkan bahwa kandungan pasir pada sungai
memiliki sortasi yang buruk atau ukuran butirnya tidak seragam, butiran yang mendominasi yaitu yang
berukuran halus, dan perbandingan antara pasir berukuran pasir halus dengan pasir kasar tidak begitu
besar, asosiasi mineralnya yaitu magnetit dann andalusit yang menunjukkan bahwa provenans nya yaitu
Dynamothermal Metamorphic, pada analisis bentuk butir dan bentuk kerakal, hasil ketiga nilai koefisien
menunjukkan bahwa proses transportasi yang dialami kerakal cukup jauh yang dapat dilihat dari tingkat
kebundarana (rounded), mekanisme transportasinya berupa bed load (sliding) yang dapat dilihat dari
tingkat kebolaannya yang berupa sub elongated, dan bentuknya yang memipih (hasil perhitungan
Flatness Ratio) yang juga menunjukkan proses transportasinya yang cukup jauh, sehingga tingkat
resistensi batuannya tinggi, pada diagram flow regime akan didapatkan struktur sedimen mega ripples
yang termasuk ke dalam lower regime (tranquil flow), dan berdasarkan diagram Hjulstorm, proses
dominan yang bekerja yaitu proses transisi yang merupakan peralaihan dari transportasi menuju
sedimentasi).

You might also like