You are on page 1of 19

1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KANDIDIASIS




I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur teratas diantara jamur lainnya yang bersifat akut
atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans. dan
Jamur ini dapat menginfeksi semua organ tubuh manusia baik pria maupun wanita, Jamur
inidikenal sebagai organism komensal disaluran pencernaan damn mukotan dan sering
dikenal sebagai jamur oportunistik yang dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau
meningitis.(Mansjoer,2000)
Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga disebut sebagai:
Dermatocandidiasis, Bronchomiosis, Mioticvulvoginitis Mugeuet, Candidosis, Moniliasis
Oidiomycosis ,Trush.

B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit.
Gejalanya bermacam-macam sehingga tidak dapat diketahui data-data penyebarannya
dengan tepat. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden diduga lebih
tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan
kelembaban udara yang tinggi dan pada musim hujan sehubungan dengan daerah-daerah
yang tergenang air.

C. ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian
besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun
2

mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur
dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida,
sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen,
antara lain :
1. Faktor Endogen :
a. Perubahan fisiologik
1) Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
2) Kegemukan, karena banyak keringat
3) Debilitas
4) Iatrogenik
5) Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
6) Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum
yang buruk.
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
c. Imunologik : penyakit genetik.
2. Faktor Eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

D. PATOFISIOLOGI
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans
serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya
perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu
dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan
dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan
3

serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi
adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di
bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik
dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat
dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau
sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih
lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya
Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua
bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu
percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan
bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon
(1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi
pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses
tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat
blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan
alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium
lanjut tampak hifa.
Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya
dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan
oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada
kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya
mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil
berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru,
limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung
berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah
koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang
kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi
klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya.

4

Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.11,12 Faktor
penentu patogenitas kandida adalah :
1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat
menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang
paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang
germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat
adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam
kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam
patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada
jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah
terjadi lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.
Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi
jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak
secara mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida.
Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi
terjadinya kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam
mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau
membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk
memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat
penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan
5

bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena
ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium
kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan
intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan
melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas
seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan
penderita dengan infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan
terdapat fakta yang memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat
menghambat fagositosis.
b. Mekanisme imun seluler dan humoral : tahap pertama timbulnya kandidiasis
kulit adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi
antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian kandida
mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid
membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi
jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik
neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan luar kandida
mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan mengaktifasi
komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin. Imunoglobulin ini
akan membentuk kompleks antigen-antibobi di permukaan sel kandida, yang
dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu kandida
juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
c. Mekanisme non imun : interaksi antara kandida dengan flora normal kulit
lainnya akan mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti
glukosa.
d. Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat
mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik
dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas
adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida
6

albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida
albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi
bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.

E. KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut:
1.Kandidosis selaput lendir :
b.Kandidosis oral (thrush)ZXD
c. Perleche
d.Vulvovaginitis
e. Balanitis atau balanopostitis
f. Kandidosis mukokutan kronik
g.Kandidosis bronkopulmonar dan paru
2.Kandidosis kutis :
b.Lokalisata :
1). daerah intertriginosa.
2). daerah perianal.
c. Generalisata
d.Paronikia dan onikomikosis
e. Kandidiasis kutis granulomatosa.
3.Kandidosis sistemik :
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
4. Reaksi id (kandidid





7

F. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang terlihat bervariasi tergantung dari bagian tubuh mana yang
terkena, dapat dilihat sebagai berikut :
1.Kandidiasis intertriginosa : Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk,
menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan
umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi
tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau
bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
2.Kandidiasis perianal : Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.
Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
3.Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada
lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis dan
paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul.
Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis
vagina atau mungkin karena gangguan imunologik.
4.Paronikia dan onikomikosis : infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitarnya ini
menyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak
dan menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya
berhubungan dengan air.
5.Diaper rush : sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus
sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.
6.Kandidisiasis kutis granulomatosa : Kelainan ini merupakan bentuk yang jarang
dijumpai. Manifestasi kulit berupa pembentukan granuloma yang terjadi akibat
penumpukan krusta serta hipertrofi setempat. Kelainan ini banyak menyerang anak-
anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan
dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbulkan tanduk sepanjang 2
cm, lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.

8

7.Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih menempel
pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas
dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan
pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS.
Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya thrush.
Gambar 1. Kandidiasis. Plak putih yang terdapat
pada mukosa bukal dan dibawah permukaan lidah
yang menggambarkan thrust. Ketika terhapus maka
plak akan meninggalkan area erosi kemerahan

8.Perlche merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan
dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan
menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.


Gambar 2. Kandidiasis intertriginosa.

Gambar 2. Kandidiasis. Eritem, maserasi dan pustule satelit disertai gatal. Hal tersebut
merupakan bentuk kandidiasis intertrigo.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya
pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan
pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
9

2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud,
dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni tumbuh
setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan
dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.


Gambar 3. keterangan :
Pemeriksaan mikroskopis
dengan KOH. Dikutip dari
kepustakaan nomer 6.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a. Larutan ungu gentian -1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.



10

3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini
tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari
atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150
mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang
dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.

4. Khusus
a. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap
kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2
kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol
oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
b. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan
bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat.
Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau
klotrimazol.
c. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat
dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio
antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau
terbinafin.15
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk
ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme
kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah
cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam
penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk
hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
11

Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi
hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini
mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas
pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam
sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.1

I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kandidiasis antara lain :
1. Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis ( tinea )
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
3. Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus

J. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik tergantung pada faktor predisposisi.









12

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai persepsi
klien terhadap penyakitnya, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa pemicu?, apa yang
meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang dialami
klien?. Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.
Dari pengkajian didapat data-data sebagai berikut:
Data objektif:
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara,
antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh
satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah yang erosive, dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
Hasil pemeriksaan kerokan kulit didapat candida
Data sujektif:
-Riwayat memakai popok /diaper
- mengeluh gatal-gatal
- orang tua mengeluh anaknya rewel.

B. ANALISA DATA
N
NO
DATA
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
MASALAH
1
1
1

1
DS: Anak mengatakan Gatal-gatal pada lipatan paha
Ibu mengatatakan anaknya mengalami gatal-
gatal sejak 2 hari lalu
DO: Lipatan paha klien tampak kemerahan, Tampak
lesi pada daerah lipatan paha
Kelembapan kulit yang
berlebihan
Kerusakan
Integritas Kulit
2 DS: Anak mengatakan nyeri pada sudut bibirnya Ibu
mengatakan anaknya sulit makan karena adanya
lesi pada mulutnya
Immunosupresi

Kerusakan
membrane
mukosa oral
13

DO: tampak ada plak berwarna putih di sudut
bibirnya,mulut tampak kering, Lesi didaerah
sudut bibir
3
3
DS: Anak mengatakan nyeri didaerah mulut
DO:Anak tampak rewel,Skala nyeri 3
Agen Injuri Biologis Nyeri Akut
4

4
DS: Anak mengatakan nyeri disudut bibirnya,Ibu
mengatakan anaknya sulit makan
DO: Tampak lesi pada sudut bibirnya, makan habis
1/3 porsi
Ketidakmampuan dalam
memasukan makanan oleh
karena adanya trust
Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
5
5
DS: Anak mengatakan nyeri pada sudut bibirnya
DO: Tampak lesi pada sudut bibirnya
Pertahanan primer tidak
adekuat
Risiko infeksi
6

6
DS: Ibu mengatakan tidak tau penyebab gatal-gatal
dan luka pada sudut bibiranaknya
DO: Ibu klien tampak cemas
Tidak mengenal sumber
informasi
Kurang
pengetahuan


C. DIAGNOSA KEPERWATAN YANG MUNCUL PADA ASKEP KANDIDIASIS
1. Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan Immunosupresi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh karena adnya trust
4. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Kelembapan kulit
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan Tidak mengenal sumber
informasi

D. PERENCANAAN
1. Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan Infeksi/Immunosupresi/
imunokompromise
Tujuan : setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kerusakan membrane mukosa dapat berkurang s/d hilang

14

Kriteria Hasil :
Menunjukan membrane mukosa utuh, berwarna merah jambu, bebasdari ulserasi
dan inflamasi
Menunjukan teknik memperbaiki/mempertahankan keutuhan mukosa oral.
Intervensi :
1) Kaji membran mukosa oral/lesi oral perhatikan keluhan nyeri, bengkak,
sulit mengunyah/menelan
2) Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan
3) Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan dan
makanan/minuman asam
4) Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti jamur
6) Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan specimen cultur
lesi

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Biologis
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
Nyeri dapat berkurang s/d hilang/ terkontrol
Kriteria Hasil :
Mengatakan tidak nyeri lagi
Ekspresi wajah tampak relax
Skala nyeri 0-1
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas(Skala 1-10), frekwensi
dan waktu
2) Berikan perawatan oral setiap hari
3) Berikan aktifitas hiburan misalnya: menonton TV, Menggambar/mewarnai
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik


15

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh karena adnya trust
Tujuan : setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil :
Menunjukan pemasukan nutrisi secara adekuat
Mempertahan berat badan
Intervensi :
1) Kaji kemampuan untuk mengunyah,menelan
2) Timbang BB sesuai kebutuhan
3) Berikan perawatan mulut setiap hari, hindari obat kumur yang
mengandung alcohol
4) Rencanakan diet dengan klien atau orang terdekat, sediakan makanan yang
sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi yang tidak bersifat asam
dan juga minuman yang disukai pasien.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien

4. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Kelembapan kulit
Tujuan : setelah dilakukan Asuhankeperawatan selama 1x24 jam diharapkan
integritas kulit kembali normal.
Kriteria Hasil :
Menunjukan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Menunjukan kemajuan pada luka/ penyembuhan lesi
Intervensi :
1) Kaji kulit setiap hari,catat warna, turgor, sirkulasi, sensasi, gambaran lesi
dan amati perubahan
2) Bantu atau instruksikan dalam kebersihan kulit misalnya membasuh dan
mengeringkan dengan hati-hati dan melakukan masase dengan
menggunakan lotion atau krim
3) Bersihkan area perianal dengan membersihkan menggunakan air dan air
mineral, hindari penggunaan kertas toilet jika timbul vesikel
16

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan topical / sistemik
sesuai indikasi
5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur dari lesi kulit terbuka

5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Mencapai masa penyembuhan luka atau lesi
Mengidentifikasi/ikut serta dalam prilaku yang mengurangi resio infeksi
Intervensi :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan dan instruksikan
pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi
2) Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik
3) Pantau tanda-tanda vital
4) Periksa kulit dan membrane mukosa oral terhadap bercak putih atau lesi
5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur/ sensitivitas lesi
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti jamur

6. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan Tidak mengenal sumber
informasi
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan
kurangnya pengetahuan klien/orang tua dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Memulai perubahan gaya hidup yang perlu dan ikut serta dalam aturan perawatan
Melakukan prosedur yang perlu dengan benar menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :



17

1) Kaji ulang proses penyakit apa yang menjadiharapandimasa depan
2) Tentukan tingkat ketergantungan dan kondisi fisik,catat tingkat perawatan
dan dukungan yang tersedia dari keluarga/orang terdekat dan kebutuhan
akan pemberi perawatan lainnya
3) Tekankan perlunya kebutuhan perawatan kulit harian, termasuk
memeriksa lipatan kulit dan menyediakan pembersih serta tindakan
perlindungan adekuat misalnya salep
4) Tinjau ulang kebutuhan akan diet (protein dan kalori tinggi)
5) Diskusikan aturan obat-obatan, interaksidan efek samping
6) Tekankan perlunya melanjutkan perawatan kesehatan dan evaluasi
7) Identifikasi sanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis misalnya
lesi pada kulit
8) Identifikasi sumber-sumber komunitas misalnya rumah sakit/pusat
perawatan

E. PENDKES YANG PERLU DIBERIKAN PADA PASIEN DAN KELUARGA.
1. Memberikan penjelasan tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya
2. Penkes pada ibu hamil untuk pengobatan infeksi pada vagina(Kandidiasis) untuk
mencegah bayi lahir dengan trush (lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan
permukaan rongga mulut lainnya)
3. Penkes pada orang tua yang menggunakan pempers pada anaknya untuk
menggantikan pempers bila basah(tidak berlama-lama)
4. Penkes pada orang tua dan anak usia sekolah untuk menjaga kebersihan anak
(mandi dengan air bersih2x sehari, sikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur,
menjaga kebersihan tangan,kaki, kuku setelah bermain dan hindari mengisap
jempol
5. Penkes pada orang tua tentang pengobatan yang tepat : tidak menunda pengobatan
untuk mencegah infeksi sistemik, kasiat dan penggunaan obat anti jamur yang
diberikan dan efek samping obat.
6. Menganjurkan intake nutrisi yang adekuat

18

D A F T A R P U S T A K A

Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGG

Conny Riana Tjampakasari. Karakteristik Candida albicans. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran, Vol.151, 2006 ; 33-5

Dermatomikosis superfisialis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005 ; 55-66

Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC

Fatta Madani. Kandidosis, Dalam : Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I,
Hipokrates, Jakarta, 2000. Pp:81-2

Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI

Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2006. Pp:103-6

Lies Marlysa Ramali, Sri Wardani. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam: Harahap

Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates

Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah. Mekanisme
Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media Dermato-venereologica
Indonesiana, Jakarta, 2000 ; 187-92

SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit
Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92








19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
DENGAN CANDIDIASIS









Oleh :
KELOMPOK III

1. I Gede M Maharyawan (0902115004)
2. Putu Puriasih (0902115005)
3. Samuel Lay Riwu (0902115009)
4. Ni Wayan Seroni (0902115014)
5. Eirine Corina Bilaut (0902115021)
6. I Kadek Dwipayana (0902115028)
7. Ida Ayu Ketut Indrawati (0902115029)
8. Ni Wayan Wartini (0902115035)
9. I Gusti Ayu Arya Diantini (0902115037)
10. I Wayan Supardika (0902115042)
11. Ni Kadek Ari Wahyuni (0902115044)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2010

You might also like