You are on page 1of 9

WETLAND

Oleh : Prayatni Soewondo


Pemilihan Vegetasi dan Manajemen
Vegetasi memiliki peranan yang integral pada pengolahan wetland dalam mentransfer
oksigen melalui akarnya dan sistem rizoma hingga ke dasar basin pengolahan dan menyediakan
medium di bawah permukaan air untuk perlekatan mikroorganisme yang sangat berperan dalam
proses biologi. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang terendam, yang berakar di dalam
tanah atau medium suport granular. Jenis tanaman yang sering kali digunakan pada contructed
wetland adalah cattails, reeds, rushes, bulrushes, dan sedges.
Pentingnya karakteristik dari tanaman berhubungan dengan kedalaman optimum air
untuk sistem FW dan kedalaman rizoma dan penetrasi akar untuk sistem F. !attails
cenderung untuk mendominasi pada kedalaman air lebih dari " in #$.%& m'. (ulrushes tumbuh
dengan baik pada kedalaman ) hingga %$ in #$.$& m * $.)& m'. +eeds tumbuh sepan,ang pesisir
pantai dan pada kedalaman air hingga & ft #%.& m', tetapi merupakan kompetitor yang lemah pada
air yang dangkal. edges umumnya berada sepan,ang garis pantai dan pada air yang lebih
dangkal daripada bulrushes. +izoma dan akar cattail bertahan pada kedalam air hingga kira-kira
%) in #$.. m', sedangkan reeds dapat bertahan pada lebih dari )/ in #$." m' dan bulrushes hingga
lebih dari .$ in #$.0" m'. +eeds dan bulrushes umumnya dipilih untuk sistem F karena
kedalaman penetrasi rizomanya mencukupi untuk penggunaan basin yang lebih dalam.
(ibit tanaman yang baru tidak dapat tumbuh pada air limbah. 1arena itu pada tahap awal
dian,urkan untuk menambah air dan muatan limbah bertambah seiring dengan pertumbuhan
tanaman tersebut.
Parameter Desain
Parameter desain yang sangat penting untuk sistem constructed wetland adalah waktu
detensi hidrolis, kedalaman basin #pan,ang dan lebar', la,u beban (23&, dan la,u beban hidrolis.
+entang tipikal yang disarankan untuk perancangan diberikan pada tabel di bawah ini.
Panduan 3esain 4ntuk !onstructed Wetland
Paramater desain 4nit
Tipe sistem
FW F
5ydraulic detention time
Water depth
(23& loading rate
5yraulic loading rate
pecific area
day
ft
lb6acre
7gal6acre.d
8cre6#7gal6d'
/ * %&
$.. * ).$
9 "$
$.$%& * $.$&$
"0 * )$
/ * %&
%.$ * ).&
9 "$
$.$%& * $.$&
"0 * )$
umber : 7etcalf ; <ddy, )$$%
5ydraulic 3etention Time
4ntuk desain sistem FW dalam mendapatkan penyisihan (23, disyaratkan waktu
detensi yang dapat diestimasi melalui persamaan orde satu berikut #7etcalf ; <ddy, %==%' :
!e > 8 e?p #- $.01T#8@'
%.0&
t ' #%'
!o
3imana : !e > konsentrasi efluen (23&, mg6A
!o > konsentrasi influen (23&, mg6A
8 > koefisien yang fraksi (23& yang tidak tersisihkan oleh
pengendapan pada bagian awal dari sistem
$.0 > kostanta empiris
1T > konstanta ketergantungan pada temperatur, d
-%
8@ > permukaan area yang spesifik untuk akti@itas
7ikrobiologi, ft
)
6ft
.
t > waktu detensi hidrolis, d
Walaupun persamaan #"-%' dapat dianggap benar secara teoretis, tetapi ada dua masalah
yang terlibat dalam penggunaannya, yaitu sulitnya menentukan atau menge@aluasi faktor 8 atau
8@.
Waktu detensi hidrolis adalah sebuah fungsi dari debit desain dan sistem geometri yang
diekspresikan oleh persamaan berikut #7etcalf ; <ddy, %==%' :
t > A W n d #)'
B
3imana A > pan,ang basin, ft
W > lebar basin, ft
n > fraksi dari area cross-section yang tidak terdapat tumbuhan
d > kedalaman basin, ft
B > debit rata-rata yang melalui sistem C#B in D B out'6)E, ft
.
6d
Filai-nilai di bawah ini telah diestimasi berdasarkan kedua persamaan di atas, meskipun
demikian nilai-nilai di bawah ini sangat terbatas penggunaannya #7etcalf ; <ddy, )$$%'.
8 > $.&)
1T > 1)$ #%.%'
#T-)$'
, T dalam
o
!
1)$ > $.$$&0 d
-%
8@ > /.G ft
)
6ft
.
#%&.0 m
)
6m
.
'
n > $.0&
Filai luas permukaan basin #8s' dapat ditentukan berdasarkan persamaan di bawah ini
#7etcalf ; <ddy, %==%' :
8s > B #ln !o * ln !e D ln 8' #.'
1T#y'#n'
3imana 8s > luas permukaan FW wetland,m
)
#ft
)
'
1T > 1)$ #%.$"'
#T-)$'
#/'
1)$ > $.)00= d
-%
n > $."& * $.0&
8 > $.&) #efluen primer'
> $.0 * $.G& #efluen sekunder'
> $.= #efluen tersier'
edangkan waktu detensi #T' untuk sistem FW dapat diperoleh dari persamaan di bawah
ini #7etcalf ; <ddy, %==%' :
!e > e?p # - 1T tH ' #&'
!o
1T > 1)$ #%.$"'
#T-)$'
#"'
1)$ > $."0G d
-%
#0'
7odel yang sama telah disarankan untuk menentukan waktu detensi yang diperlukan
untuk sistem F untuk penyisihan (23 #7etcalf ; <ddy, )$$%' :
!e > e?p # - 1T tH ' #G'
!o
tH didefinisikan sebagai waktu detensi teoretis berdasarkan porositas dari medium #7etcalf ;
<ddy, )$$%' :
tH > A W d #='
B
3imana : tH > waktu detensi wilayah pori, d
A > pan,ang basin, ft
W > lebar basin, ft
> porositas medium basin
d > kedalaman basin, ft
Waktu detensi aktual t adalah fungsi dari kondukti@itas hidrolis media dan pan,ang basin, yang
dinyatakan oleh persamaan berikut #7etcalf ; <ddy, %==%' :
t > A #%$'
ks
3imana : A > pan,ang basin, ft
ks > kondukti@itas hidrolis, ft.6ft).d
> slope basin, ft6ft
1arakteristik tipikal media yang digunakan pada sistem F terdapat pada tabel berikut
ini.
1arakteristik Tipikal 7edia 4ntuk F
7edia Type 7a? %$I
grain size, mm
Porosity,

5ydraulic
!ondicti@ity, ks,
ft
.
6ft
)
.d
1)$
7edium sand
!oarse sand
Jra@elly sand
%
)
G
$./)
$..=
$..&
%..G$
%.&0&
%."/$
%.G/
%../
$.G"
umber : 7etcalf ; <ddy, )$$%
Penyumbatan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada filtrasi
horizontal. (ila penyumbatan #clogging' ini ter,adi maka konstruksi tersebut tidak akan
berfungsi dengan semestinya dan perlu dilakukan pembongkaran dan pergantian media dan hal
tersebut merupakan peker,aan yang menyulitkan. 1arena itu pemilihan media merupakan salah
satu masalah yang amat penting dalam mendesain filtrasi horizontal sehingga media yang lazim
digunakan untuk filtrasi horizontal adalah gra@el #kerikil'.
(entuk gra@el yang relatif bulat dan ukuran yang regular memberikan @oid ratio yang
tinggi. ebenarnya bentuk demikian akan mengurangi kiner,a dari treatment, tetapi menghindari
masalah penyumbatan. (agian muka #front part' dari media harus sedemikian hingga
mempunyai @oid yang kecil hingga dapat menahan sebaik mungkin, tetapi ,uga harus luas
agar dapat meratakan tersebut agar tidak mengumpul di satu tempat sa,a. (erdasarkan
pengalaman empiris, pemakaian gra@el dengan bentuk bulat dan uniform dengan ukuran diameter
antara G * %& mm adalah paling baik.

Kedalaman Air
4ntuk sistem FW, perencanaan kedalaman air tergantung dari kedalaman optimum dari
@egetasi yang dipilih. edangkan untuk sistem F, kedalamannya dikontrol oleh penetrasi dari
rizoma dan akar-akar karena tamanan mensuplai oksigen ke dalam air melalui rizoma6sistem akar.
Jeometri basin akan tergantung dari sistem yang digunakan , F atau FW. 4ntuk
sistem FW , area permukaan # A ? W ' telah ditentukan oleh desain waktu detensi dan
kedalaman. Panduan untuk rasio optimum pan,ang terhadap lebar belum ditentukan secara tepat,
walaupun demikian salah satu studi telah melaporkan performansi yang superior dengan bentuk
basin yang pan,ang dan dangkal, dengan rekomendasi rasio pan,ang terhadap lebar paling sedikit
%$ : %. ecara tipikal, sistem-sistem yang sudah ada mempunyai total lebar kira-kira eKual
dengan pan,ang basin. Aebar sistem dibagi ke dalam beberapa basin paralel .
4ntuk sistem F, cross sectional area ditentukan dari persamaan berikut #7etcalf ;
<ddy, %==%' :
8c > B #%%'
ks
1ecepatan aliran didefinisikan oleh #ks ' harus dibatasi hingga nilai )) ft6d #".G m6d' untuk
mengurangi pengikisan lapisan bakteri. Aebar basin yang diperlukan adalah fungsi dari cross-
sectional area dengan desain kedalaman, dan dihitung berdasarkan persamaan berikut #7etcalf ;
<ddy, %==%' :
W > 8c #%)'
d
ecara tipikal, lebar basin dari sistem F lebih besar daripada pan,ang basin.
BOD5 Loading Rate
(eban (23& harus dibatasi sehingga kebutuhan oksigen untuk air buangan tidak
melebihi kapasitas transfer oksigen oleh @egetasi wetland. +entang estimasi la,u transfer oksigen
untuk tanaman yang terendam adalah /& sampai /$$ lb6acre.d #& * /& g6m
)
.d' dengan nilai tipikal
%G$ lb6ac.d #)$ g6m
)
.d'. (23& loading rate maksimum untuk sistem F harus dibatasi hingga
%)$ lb6acre.d #%.. kg6ha.d'.
4ntuk sistem FW , suplai oksigen ke dalam kolom air terbatas dibanidngkan dengan
sistem F, karena zona akar berada dalam profil tanah di bawah kolom air dan ,umlah oksigen
yang diangkut ke zona akar akan dikonsumsi oleh benthic yang lebih besar, yang biasanya berada
dalam wetland. Aebih lan,ut, transfer oksigen melalui permukaan air oleh angin #aerasi' dan
fotosintesis diminimalisasikan oleh kehadiran tumbuhan yang padat. 2leh karena itu, sistem
FW yang dipadati oleh @egetasi hanya cocok untuk beban (23 yang moderat. (23 loading
rate untuk sistem FW tidak boleh lebih besar daripada batasan (23 loading rate untuk sistem
F.
Hydraulic-Loading Rate
+entang hydraulic-loading rate yang digunakan untuk perancangan adalah dari %&,$$$
hingga &&,$$$ gal6acre.d #%&$ * &$$ m
.
6ha.d'. 8rea spesifik yang dibutuhkan adalah sebesar )$
hingga "& acres67gal.d #).% * ".= ha6%$
.
m
.
.d'
Kontrol Vetor
Wetland, terutama sistem FW, menyediakan habitat breeding yang ideal untuk nyamuk.
7asalah kontrol @ektor dapat men,adi faktor yang kritis dalam menentukan kelayakan
penggunaan constructed wetland. +encana untuk kontrol biologis nyamuk melalui penggunaan
ikan nyamuk #Jambusia afinis' ditambah dengan agen control kimia perlu untuk dimasukkan ke
dalam desain. Tingkat dissol@ed o?ygen #32' harus di atas % mg6A untuk memelihara populasi
ikan. Fyamuk tidak men,adi masalah pada penggunaan sistem F karena sistem F didesain
untuk mencegah akses nyamuk ke dalam zona air. Permukaan air umumnya ditutup dengan pea
gra@el atau coarse sand untuk memenuhi tu,uan ini.
!istem Auaultur
8kuakultur dimaksudkan sebagai Lbudidaya airM, tepat seperti agrikultur yang
dimaksudkan sebagai Lbudidaya lahanM N ini merupakan pertumbuhan tanaman dan hewan dalam
air untuk akhirnya dipanenkan sebagai makanan, baik untuk manusia maupun untuk hewan
piaraan. 8lga blooms yang padat dalam kolam stabilisasi air limbah tidak hanya memberikan
oksigen untuk oksidasi air limbah influen bagi bakteria, namun alga tersebut ,uga merupakan
sumber makanan yang sangat berarti, yang kurang lebih mengandung &$ I protein #3uncan
7ara, %=0&'. Pertumbuhan alga dalam kolam adalah suatu proses yang efisiensinya tinggi
dengan hasil protein ,auh berlebihan dibandingkan dengan yang umumnya ditemukan dalam
akrikultur kon@ensional. 8lga tersebut mungkin dipanenkan dari efluen kolam maturasi dengan
salah satu dari beberapa proses pengolahan tersier dan kemudian digunakan sebagai suatu
tambahan makanan ternak.
8lga yang tumbuh dalam air limbah telah dicoba dengan berhasil untuk makanan ternak
ayam, babi, lembu, dan domba. 8kan tetapi sering kali, tidak terdapat uang atau tenaga terampil
untuk mengoperasikan dan memelihara proses-proses pengolahan tersier. 3alam kasus semacam
itu, protein alga dalam kolam stabilisasi air limbah paling menyenangkan dimanfaatkan untuk
ikan pemakan-alga dalam kolam maturasi. Okan mu,air arotherodon mossambica khususnya
sangat toleran terhadap densitas alga yang tinggi dan berbiak secara ekstrim baik dalam kolam
maturasi. Aebih-lebih ikan ini sangat enak rasanya. Okan lain yang telah diternak dalam kolam
maturasi meliputi Jurame #!atlacatla, Aaboe rohita #Frontispiece'', Octalurus punctatus dan ikan
pemakan nyamuk #Jambusia sp' #3uncan 7ara, %=0&'. 5asil panen ikan, khususnya mu,air,
mungkin dapat ditingkatkan dengan mengintroduksikan bibit yang yang steril, tetpai hal ini akan
menuntut perhatian tenaga ahli yang berpengalaman dalam budidaya ikan. 3i Papua Few
Juinea, suatu kombinasi akuakultur dan agrikultur yang sangat efektif tetapi sangat sederhana
telah dikembangkan: kolam maturasi digunakan untuk meningkatkan ikan maupun bebek dan
efluen akhir digunakan untuk irigasi sayuran berkualitas tinggi yang ditumbuhkan dalam gra@el
bukannya tanah. uatu praktek hortikultura yang dikenal sebagai L 5ydrophonicM.
!lonorchiasis adalah penyakit hati serius yang disebabkan oleh cacing tramtoda parasitis
!lonorchis sinensis yang mempunyai dua host intermediet, siput #(ithynia sp' dan ikan #gurame'.
Penyebaran penyakit ini dibatasi sampai Timur Jauh, khususnya !ina elatan, yang dalam hal ini
insiden yang tinggi diakibatkan oleh praktek yang ekstensif dalam perabukan kolam ikan dengan
air limbah dan kesukaan penduduk lokal untuk makan ikan baku. Pemeliharaan kolam secara
teratur adalah esensial untuk mencegah pengembangan populasi siput yang stabil. Jika pinggiran
kolam tersebut bersih dari @egetasi, kemudian siput akan kehilangan habitatnya dan karena itu
parasit dalam air limbah baku akan mati karena tidak adanya host pertamanya #siput'.
ebagian besar daur ulang dari air buangan secara tradisional telah dirancang untuk
memproduksi ikan melalui nutrien-nutrien yang ada di dalam air buangan. 3i lain pihak, sistem
air buangan kon@ensional seperti lumpur aktif, trickling filter, dan kolam stabilisasi dirancang
untuk menyisihkan nutrien-nutrien yang ada di dalam air buangan. Pada gambar di bawah ini,
ekskreta manusia yang digunakan kembali melalui akuakultur dapat digunakan secara langsung
untuk menghasilkan makanan bagi manusia untuk dikonsumsi #garis putus-putus' atau secara
tidak langsung melalui pakan untuk unggas #bebek' dan ikan #garis solid'.
FO5 P2F3
<P!+<T8
34!1W<<3 P2F3
FO5 34!1W<<3
F223 F<<3
FO5 AOV<T2!1
5478F !2F47PTO2F
trategi <?creta +euse Pada 8kuakultur
#Peter <dwards, %=="'
2bser@asi lapangan telah mengindikasikan adanya efisiensi yang tinggi pada sistem
pengolahan air buangan domestik menggunakan sistem akuakultur di !alcutta dan 5anoi. istem
ini terbukti menyediakan lingkungan yang sehat dengan keanekaragaman hayati yang tinggi
#3uncan 7ara,%=0&'. Famun demikian, faktor kesehatan dari produsen maupun konsumen dari
sistem ini masih perlu dipertimbangkan dan masih perlu diadakan penelitian lebih lan,ut.
CONTOH PERHITUNGAN CONSTRUCTED WETLAND
O Tipe Free Water urface #FW'
3esain constructed wetland tipe FW didasarkan atas informasi-informasi di bawah ini :
%. (23 inluen > %.) mg6A
). (23 efluen > ) mg6A
.. 3ebit air buangan, B > )).))& m
.
6d
/. 8 > $.&)
&. Porositas wetland, n > $.0&
". 1)$ > $.)00= d
-%
0. 1edalaman basin, y > $./" m
a. 1T
Filai 1T ditentukan dengan rumus, yaitu :
1T > 1)$ #%.$"'
#T-)$'
, T dalam
o
!
1%" > $.)00= #%.$"'
#%"-)$'
1%" > $.))$ d
-%

b. 8s
Auas permukaan basin untuk sistem FW dapat ditentukan berdasarkan persamaan:
8s > B #ln !o * ln !e D ln 8'
1T#y'#n'
8s > )).))& #ln %.) * ln ) D ln $.&)'
$.))$#$./"'#$.0&'
8s > %$.&... m
)
c. Waktu detensi hirdrolis, t
Waktu detensi #t' yang diperlukan untuk mencapai efluen (23 yang diinginkan dapat
ditentukan dengan persamaan:
t > - ln #!e6!o' 6 1T
dengan nilai 1T sebagai berikut :
1%" > $."0G #%.$"'
#%"-)$'
1%" > $.&.0 d
-%
t > - ln #!e6!o' 6 1T
t > - ln # ) 6 %.)' 6 $.&.0
t > 0.G d 21 / 9 t 9 %&
Filai t sebesar 0.G hari memenuhi syarat desain waktu detensi hidrolis yaitu / * %& hari.
d. Pengecekan hydraulic-loading rate #Aw'
Aw > B
8s
Aw > )).))& m
.
6d
%$.&... m
)
Aw > $.$)% m
.
6m
)
6d 21 $.$%/ 9 Aw 9 $.$/"
Filai hidraulic-loading rate #Aw' sebesar $.$)% m
.
6m
)
6d memenuhi syarat desain wetland
untuk sistem FW yaitu $.$%/ 9 Aw 9 $.$/".
e. Penyisihan suspended solid #' untuk sistem FW dapat dihitung menggunakan persamaan di
bawah ini #herwood !. +eed ; +onald W. !rites, %==&':
!e > !o C $.%%.= D $.$$)%. #5A+' E
3imana : !e > efluen T, mg6A
!o > influen T, mg6A
5A+ > hydraulic-loading rate, cm6d
!e > !o C $.%%.= D $.$$)%. #5A+' E
!e > %$) C $.%%.= D $.$$)%. #)..' E
!e > %).%% mg6A

Filai !e T sebesar %).%% mg6A memenuhi syarat baku mutu kelas satu yang ditetapkan,
yaitu &$ mg6A.
OO Tipe ubsurface Flow ystem #F'
3esain dari sistem F yang akan direncanakan didasarkan atas informasi berikut ini :
%. (23 influen > %.) mg6A
). (23 efluen > ) mg6A
.. B > )).))& m
.
6d > 0G&... ft
.
6d > $.$$&G0 7gal6d
/. Tipe @egetasi > bulrushes
&. Temperatur air minimum > %"
$
!
". 7edia basin > Jra@elly sand
0. lope basin > $.$%
a. 1edalaman basin #d'
1edalaman basin ditentukan berdasarkan ,enis @egetasi yang akan digunakan pada sistem
wetland yang direncanakan. 3alam hal ini, @egetasi yang akan digunakan adalah bulrushes
yang mempunyai kemampuan penetrasi rizoma hingga sedalam .$ in #$.0" m'. 2leh karena
itu, kedalaman basin untuk perencanaan adalah sedalam .$ in #)./= ft'.
d > )./= ft
b. Filai , ks, dan 1)$
Filai , ks, dan 1)$ tergantung dari media yang digunakan, yaitu gra@elly sand. Filai-
nilai tersebut dapat dilihat pada tabel /.%).
> $..&
ks > %,"/$ ft
.
6ft
)
.d
1)$ > $.G"
c. 1T
Filai 1T pada temperatur air minimal sebesar %"
$
! dapat dihitung berdasarkan
persamaan #/-/' , yaitu :
1T > 1)$ #%.%'
#T-)$'
, T dalam
o
!
1%" > $.G" #%.%'
#%"-)$'
1%" > $.&G0/ d
-%
d. Waktu detensi pore-space #tH'
Filai tH diperoleh berdasarkan persamaan #/-G', yaitu :
tH > - ln #!e6!o' 6 1T
tH > - ln #)6%.)' 6 $.&G0/
tH > 0.%. d
e. !ross sectional area #8c'
8c diperoleh berdasarkan persamaan #/-%%', yaitu :
8c > B
ks .
8c > 0G&... ft
.
6d
%,"/$ ft
.
6ft
)
.d #$.$%'
8c > /0.GG ft
)
f. Aebar basin #W'
Aebar basin #W' diperoleh dari persamaan #/-%)', yaitu :
W > 8c
d
W > /0.GG ft
)
)./= ft
W > %=.). ft
g. Pan,ang basin #A'
Pan,ang basin #A' diperoleh dari persamaan #/-=', yaitu :
A > tH B
W d
A > #0.%. d' #0G&... ft
.
6d'
#%=.). ft'#)./= ft'#$..&'
A > ../.%% ft
h. Auas permukaan basin #8s'
8s > A ? W
8s > ../.%% ft ? %=.). ft
8s > ",/)& ft
)
8s > &=".= m
)
8s > $.$%.0 acres
i. Pengecekan hydraulic-loading rate #Aw'
Aw > B
8s
Aw > )).))& m
.
6d
&=".= m
)
Aw > $.$.0 m
.
6m
)
6d 21 $.$%/ 9 Aw 9 $.$/"

,. Pengecekan (23& loading rate
A(23& > #$.$$&G0 7gal6d'#%.) mg6A'CG../ lb67gal.#mg6A'E
A(23& > "./") lb6d
A(23& > /0.%"= lb6acre.d 21 A(23& 9 "$
k. Penyisihan suspended solid #' untuk sistem F dapat dihitung menggunakan persamaan di
bawah ini #herwood !. +eed ; +onald W. !rites, %==&' :
!e > !o C $.%$&G D $.$$%% #5A+' E
3imana : !e > efluen T, mg6A
!o > influen T, mg6A
5A+ > hydraulic-loading rate, cm6d
!e > !o C $.%$&G D $.$$%% #5A+' E
!e > %$) C $.%$&G D $.$$%% #..0' E
!e > %%.)$ mg6A

Filai !e T sebesar %%.)$ mg6A memenuhi syarat baku mutu kelas satu yang ditetapkan,
yaitu &$ mg6A.
Tabel "." Perbandingan istem FW terhadap istem F
Parameter atuan FW F
(23 Onfluen
(23 <fluen
T Onfluen
T <fluen
Waktu 3etensi
1edalaman basin
Auas permukaan basin
5ydraulic-loading
7g6A
7g6A
7g6A
7g6A
5ari
m
m
)
m
.
6m
)
6h
%.)
)
%$)
%).%%
0.G
$./"
%$."
$.$)%
%.)
)
%$)
%%.)$
0.%.
$.0&
&=0
$.$.0
umber : 5asil perhitungan
1arena keterbatasan luas lahan untuk sistem wetland serta aspek pengontrolan @ektor
yang lebih mudah maka tipe constructed wetland yang dipilih adalah tipe F.
Jumlah basin paralel yang direncanakan adalah se,umlah / buah ditambah dengan %
basin cadangan yang ditu,ukan untuk difungsikan pada saat LrestingM. Pan,ang masing-
masing basin #Ab' ditentukan dari :
Ab > A 6 /
Ab > ../.%% ft 6 /
Ab > G..&) ft > )&./" m
Aebar masing-masing basin #Wb' adalah &.G" m #Wb > W'
Wetland tipe F ini dirancang dengan bagian depan dan belakang #inlet dan outlet'
diberi tambahan tembok yang berlubang-lubang agar distribusi masukan limbah lebih merata.
1esemuanya membentuk gang #gallery' pada bagian pemasukan dan pengeluaran, dengan
batu kali #d > %)-%& cm' dan gra@el #d > .-" cm' mengapit pasir gra@el. usunan tersebut
berfungsi sebagai distributor hingga aliran yang masuk ke media diharapkan merata dan
dapat menahan pasir gra@el.

You might also like