You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya.
Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum
akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat
dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk
menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung
berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah
gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur
dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah
sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta
benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi
putaran iklim di bumi ini.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu
yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan magma yang keluar
dari dalam bumi disebut .lava Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-
1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur
sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai
sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang
sering meletus disebut gunung berapi aktif.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Gunung Meletus di Indonesia?
2. Bagaimana cara penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus ?
3. Bagaimana cara penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus ?
4. Bagaimana cara penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus ?
5. Bagaimana cara penanganan Gunung Meletus berdasarkan kasus?
C. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik Gunung Meletus di Indonesia.
2. Mengetahui cara penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus.
3. Mengetahui cara penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus.
4. Mengetahui cara penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus.
5. Mengetahui cara penanganan Gunung Meletus berdasarkan kasus.













BAB II
PEMBAHASAN

A. Bencana Gunung Meletus
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak. Tidak kurang
dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang ada di dunia,
terdapat di Indonesia.
Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan dari bencana letusan gunung api.
Sejak tahun 1.000 tahun tercatat lebih dari 1.000 letusan dan memakan korban manusia tidak
kurang dari 175.000 jiwa. Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 dan gunung Krakatau
pada tahun 1883 merupakan dua di antara letusan yang paling hebat yang telah memakan
banyak korban. Sekiranya kepadatan penduduk seperti sekarang, tentulah letusan itu akan
membawa bencana yang lebih besar.
Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber pembawa kemakmuran. Tanah
yang subur selalu menutupi tubuhnya . karena itu , penduduk selalu tertarik untuk menetap
dan mendekati gunungapi, walaupun tempat tersebut diketahuinya berbahaya. Di sinilah
terletak permasalahan gunungapi di Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana, tapi
di lain pihak merupakan sumber kesejahteraan.
Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan bencana gunung api tidak hanya terpusat
pada gunung api, tetapi masyarakat sekitar gunungapi yang kadang tidak mudah untuk
dievakuasi. Alasannya selain karena keterikatan dengan rumah dan lahan pertanian, juga
karena adanya kepercayaan tertentu terhadap gunungapi. Jadi penanngulangannya juga
mencakup aspek social budaya.
Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Gunung api juga memiliki ciri atau perilaku yang berbeda antara
satu jenis gunungapi dengan gunung api lainnya. Karena itu, penanganannya juga bervariasi
tergantung pada karakteristik gunung api itu sendiri.
Penanggulangan bencana letusan gunung api dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan
sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi bencana.

B. Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api antara lain :
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman- ancamannya;
2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
3. Membuat sistem peringatan dini;
4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api;
5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh
instansi berwenang;
6. Membuat perencanaan penanganan bencana;
7. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan
dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan;
8. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;
9. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api
biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
C. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus
Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau becana.
a. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus memperhatikan hal-
hal berikut.
a) Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita
b) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan tim)
d) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas yang sudah
ditetapkan saat preparednees)
e) Sistem Komunikasi memegang peran penting
b. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
a) Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja ( fasilitas Puskodal,
fasilitas dan logistik di lapangan)
b) Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan kebutuhan korban
(RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air bersih, transportasi tim dan korban)
c) Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau bantuan
d) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
1) Lakukan seleksi korban
2) Untuk memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan Label / Tag
4) Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
5) Memenuhi kebutuhan dasar
6) Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
7) Perlindungan
8) Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung api antara lain :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan
daerah aliran lahar;
b. Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
c. Masuk ruang lindung darurat;
d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya;
f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang
atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata;
g. Jangan memakai lensa kontak;
h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan.
D. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
a. Rehabilitasi
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d) Pemulihan social psikologis.
e) Pelayanan kesehatan
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g) Pemulihan social ekonomi budaya
h) Pemulihan keamanan dan ketertiban
i) Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
j) Pemulihan fungsi pelayanan public.
b. Rekonstruksi
a) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b) Pembangunan kembali sarana social masyarakat
c) Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
d) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
e) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia usaha dan
masyarakat.
f) Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
g) Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
h) Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
E. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan, palang
merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
yang lain.
c) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan
makanan dan penggunaan air yang aman.
d) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti
dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana.
f) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian
seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
g) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans
h) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana sehingga
dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang sesuai.
Peran Perawat dalam intra bencana:
a. Bertindak cepat
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Menentukan status korban berdasarkan triase
d. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
e. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
f. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
g. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership).
h. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat
berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada
korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah
terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria
utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan
menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu
perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas
sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan
pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun
LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah
bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang
dimilikinya.
F. Analisa Kasus yang Berkaitan dengan Bencana Gunung Meletus
Pada tanggal 13 februari 2014 tepat nya pada pukul 22.50 telah terjadi letusan gunung kelud.
Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten
Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
a. Tahap evakuasi
- Alat yang dibutuhkan: masker, tandu, alat medis lainnya.
- Tim yang bertugas: TNI (AD, AU, AL) 8.000 pasukan, POLISI sebanyak 2.883
personil dan relawan bertugas untuk mengevakuasi.
- Saat status awas pada Kamis (13/2) malam, warga sudah dengan teratur tenang dan
mulai mengungsi. Perempuan, anak-anak, serta para lanjut usia (lansia) didahulukan
naik kendaraan evakuasi yang sudah disiapkan petugas, dan terakhir para pria
dewasa.
- Alat transportasi: truk dan mobil siaga disediakan untuk mengevakuasi korban
- Korban selamat, dengan jumlah pengungsi yang tersebar dibeberapa wilayah,
diantaranya: di Kabupaten Kediri, terdapat 66.319 orang pengungsi yang tersebar di
205 titik. Di Kabupaten Blitar ada 28.970 pengungsi yang tersebar di 63 titik. Di
Kabupaten Malang ada 3.610 pengungsi di 14 titik. Selanjutnya, di Kabupaten
Tulungagung terdapat 1.349 pengungsi di 11 titik serta tidak ada warga yang hilang.
- Sedangkan data korban yang meninggal yaitu:
1) Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60, P) warga Dusun Plumbang, Desa
Pandansari, Kec Ngantang, Kab Malang karena sesak nafas akibat abu vulkanik.
2) Sahiri atau dipanggil Sair (70, L) warga Dusun Ngutut, Desa Pandasari, Kec
Ngantang, Kab Malang karena tertimpa tembok saat menunggu kendaraan
evakuasi.
3) Sanusi (80, L) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kec Ngantang, Kab
Malang karena sesak nafas saat berlindung di bawah meja.
4) Sutinah (97, P) Dusun Ngadirejo, Desa Sumberagung, Kec. Ngantang, Kab.
Malang meninggal karena sesak napas.

b. Tempat pengungsian (shelter)
Warga sekitar gunung kelud telah dievakuasi ke tempat pengungsian yang jaraknya
kurang lebih 40 kilo meter dari pusat gunung kelud.
a) Distribusi logistic
- Palang Merah Indonesia (PMI) mendistribusikan selimut kepada sekitar 200
Kepala Keluarga (KK) di Pos Pengungsian Desa Sempu, Dusun Ringinsari,
Kecamatan Segaran, Kabupaten Kediri. Setiap KK mendapatkan dua helai
selimut, sehingga total selimut yang didistribusikan oleh PMI sekitar 400 helai
selimut.
- PMI juga mendistrinusikan 2.000 roti, 24 karton air mineral, popok, pembalut,
susu UHT, dan masker bagi korban gunung Kelud.
- Selain itu ada juga bantuan, bentuk sumbangan dari berbagai pihak yang sudah
dikumpulkan terhitung 19 hingga 25 Februari, yang dipimpin langsung oleh
Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya. Bantuan yang dikirim diantaranya berupa
logistik atau makanan. Mie instans 1.130 dus, beras 3.500 kilogram, gula pasir
500 kilogram, sarden 450 kaleng, minyak goreng 600 liter, kecap 1.500 botol,
kornet 351 kaleng. Selain itu ada juga bantuan dalam bentuk pakaian pantas
pakai, selimut, handuk, sarung, kaos dan lain sebagainya.
b) Posko kesehatan
- Dinas kesehatan kota depok mengirimkan empat dokter dan petugas medis untuk
menangani korban bencana gunung kelud. sedikitnya ada 26 jenis obat dan juga
masker dengan jumlah total sebanyak 20 ribu obat.
- Petugas PMI yang di pos kesehatan tersebut bertugas sebagai tenaga medis.
Sebagian besar penyakit yang dikeluhkan adalah flu, demam, sesak napas, iritasi
mata, ISPA, bahkan kecelakaan patah tulang dan harus segera dirujuk ke rumah
sakit terdekat.
- Di Kediri, Pos relawan Unair didirikan di dua titik lokasi yaitu di Pare dan
Kepung. Tim relawan tahap kedua terdiri dari 11 dokter PPDS (Program
Pendidikan Dokter Spesialis), dua apoteker, enam psikolog, perwakilan dari IKA
FEB Unair, RS Unair, RSUD dr Soetomo, Dharmawanita Unair dan Darmawanita
IDI Surabaya. Gabungan tim medis terdiri dari para ahli kesehatan mata, ahli
paru, ahli penyakit dalam, Anestesi, Rehab Medik, kesehatan kulit kelamin,
Fisioterapi, Obgin hingga kesehatan anak.
- Selain tim medis, turut bergabung Mahagana (Mahasiswa Tanggap Bencana)
Unair, serta relawan lainnya yang turun tangan langsung ke lokasi bencana.
- Kehadiran tim Psikologi Unair di Desa Kepung juga semakin melengkap aktivitas
sosial dengan memberikan berbagai bantuan medis dan trauma healing kepada
anak-anak dan orang dewasa korban bencana.
c) Transportasi: Empat mobil, satu Ambulance, 1 truk yang berisi alat-alat keperluan
dapur umum diberangkatkan ke daerah sekitar gunung kelud.
d) Pelayanan dapur umum menyediakan hingga 3.000 paket makanan siap saji, untuk
tiga kali pelayanan dalam sehari.
e) Selanjutnya PMI akan mengoptimalkan penyediaan air bersih dengan cakupan sekitar
39 desa terdampak di Kabupaten Kediri.
f) Komandan Kodim 0809 Kediri, Letkol Heriyadi menyatakan, jumlah MCK yang
akan dibangun mencapai lebih dari 2.000 unit. Jumlah tersebut, kata dia, berdasarkan
estimasi kapasitas tampung tiap MCK dengan jumlah pengungsi.Normalnya, satu
buah MCK dapat digunakan antara 30 sampai 50 orang, kata Letkol Heriyadi, Selasa
(11/2/2014).
c. Komunikasi
- Radio menjadi alat media yang cukup efektif sebagai penyampaian informasi. Tim
Tikus Darat telah membawa alat-alat dan berbagai halnya sebagai pendukung kerja-
kerja dilapangan seperti alat komunikasi berupa Handy Talky (HT), handphone, radio
receiver, media sosial, dan website. Informasi yang didapatkan secara akurat dan
official itu harus diperoleh dari sumber yang terpercaya , dipastikan kebenarannya
dan selanjutnya diferifikasi sehingga dapat di publikasikan dengan baik kepada
penyintas.
- Sumbangan pembaca KR, memberikan alat bantuan komunikasi, Rp 56.400.000
terdiri 6 unit RIG @Rp 3.400.000, termasuk pesawat, antena dan power supply.
Kemudian 38 buah HT @Rp 750.000. Total sumbangan pembaca KR, gelombang ke-
2 ini sebesar Rp 212.034.500. sehingga akan mempermudah koordinasi dengan desa
dan dusun di wilayahnya terutama saat terjadi bencana.
d. Dampak letusan Gunung Kelud
- Letusan Gunung Kelud yang menimbulkan hujan abu di berbagai wilayah di Jawa
Timur dan Jawa Tengah yang berdampak buruk terhadap kualitas udara.
- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kualitas udara pascaletusan Gunung Kelud
di Kota Surabaya semakin memburuk.Hal itu terungkap dalam rilis KLH yang
diterima Solopos.com, Jumat (14/2/2014) malam.
- KLH juga memperingatkan partikel abu vulkanik berpotensi mengganggu sistem
pernapasan karena mengandung kristal silika. Kristal silika diketahui merupakan
salah satu bahan yang digunakan dalam industri kaca untuk membuat kaca keras. Jika
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, partikel ini berpotensi merusak alveoli, unit
pernapasan terkecil dari paru-paru.
- Masyarakat disarankan untuk melindungi kepala, saluran pernafasan, dan disarankan
tidak keluar rumah. Tetapi apabila terpaksa keluar rumah, harus menggunakan
masker. Selain masker, juga disarankan untuk menggunakan pelindung kepala untuk
mencegah debu mengenai daerah kepala dan menggunakan kaca mata untuk
melindungi mata, serta minum air putih yang cukup, paling tidak untuk 72 jam [3-4
liter per orang per hari].
- Kementerian Pertanian menyatakan kerugian pada lahan pertanian akibat dampak
erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, mencapai Rp377,54 miliar. Lahan tanaman padi
yang rusak mencapai 871 hektar, jagung 790 hektar, cabai merah 538 hektar, cabai
rawit, 1220 hektar, tomat, 155 hektar, bawang merah 47 hektar, dan nanas 1200
hektar.
- Selain itu masyrakat juga mengalami keluhan mengenai kebersihan air. Provinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaporkan kecenderungan peningkatan
kekeruhan air sungai akibat terpapar debu gunung Kelud.
- Kerusakan dibidang sarana dan prassarana, ada 4454 rumah rusak , tempat ibadah,
fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, bangunan irigasi, kerusakan jalan dan
jembatan.

e. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
- Pemerintah Jawa Timur sudah mengucurkan anggaran Rp 10 miliar sebagai dana
awal, dan itu merupakan bagian dari dana APBD 2014 yang telah disiagakan untuk
penanganan korban Erupsi Gunung Kelud sebesar 100 miliar.
- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan separuh dari total rumah yang rusak
pasca erupsi Gunung Kelud telah diperbaiki. Data BNPB menyebutkan jumlah total
rumah yang rusak sebanyak 11.845 unit di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang.
- Sutopo menyebutkan, rumah yang sudah diperbaiki sebanyak 6.039 unit atau 50,97%.
Kabupaten Kediri mengalami kerusakan rumah terbesar yakni 10.554 unit dan telah
selesai diperbaiki sebanyak 5.013 unit atau 50,36%. Di Kbaupaten Malang terdapat
rumah rusak 1.510 unit dan telag selesai 649 unit atau 42,98%. Sedangkan di
Kabupaten Blitar, jumlah rumah rusak 383 unit dan selesai 377 atau 98,44%.
- Menurut Sutopo, perbaikan rumah bagi warga sekitar Gunung Kelud membutuhkan
ribuan genteng. Perkiraan kebutuhan genteng 2.000-3.000 buah setiap rumah.
Sementara akan diganti dengan asbes atau seng atas persetujuan warga terdampak.
- Selain itu karena berdampak juga pada bidang pertanian, maka akan segera
melakukan rehabilitasi, termasuk dengan menyediakan bantuan bibit tanaman pangan
seperti untuk padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan perkebunan," ujar Menteri
Pertanian Suswono dikutip Aktual, Rabu (5/4). Kementerian Pertanian akan
merehabilitasi lahan pertanian yang tertutup material abu kurang dari 20 sentimeter,
dengan segera mengolah lahan pertanian, mencampur dengan tanah asli dan ditambah
dosis bahan organik sebesar lima ton per hektar. Sedangkan lahan kering untuk
sayuran, akan diolah dengan tanah asli yang ditambah pupuk atau bahan organik
dosis lima ton per hektar dan tanam sayur yang bukan diambil ubinya.
- Bantuan diberikan oleh Menteri Agama berupa uang sebesar Rp 595 juta dialokasikan
untuk pasca bencana untuk 21 lembaga madarasah, 28 lembaga MI, 12 pondok
pesantren, 13 TPQ, 8 masjid di Kab. Blitar, 1gereja katolik, dan 4 gereja Kristen.
Sedangkan Menpra juga berencana ikut memberikan bantuan kepada korban kelud
berupa pembangunan WC Komunal 26 buah.

-

You might also like