Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kronis
ini.
Definisi dan klasifikasi dari PGK penting untuk dapat mengidentifikasi individu
yang terkena, sehingga dapat dimulai terapi dini yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini,
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI) sebagai kelompok kerja dari the
National Kidney Foundation of the United States memberi definisi dari Penyakit ginjal
kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) sebagai "evidence of structural or
functional kidney abnormalities (abnormal urinalysis, imaging studies, or histology) that
persist for at least 3 months, with or without a decreased glomerular filtration rate
(GFR), as defined by a GFR of less than 60 mL/min per 1.73 m2 ."
Kriteria GFR <60 mL/menit pada anak-anak dengan usia lebih muda dari 2 tahun
tidak berlaku secara absolut, karena mereka biasanya memiliki nilai Laju Filtrasi
1
Glomerular (LFG) atau Glomerular Filtration Rate (GFR) yang rendah, bahkan setelah
dikoreksi sesuai luas permukaan tubuhnya. Pada pasien ini, GFR yang dihitung berdasar
kreatinin serum dapat dibandingkan dengan nilai normal yang sesuai usianya untuk
mendeteksi kerusakan ginjal 3, oleh karena itu sesuai dengan pedoman dari KDOQI
CKD, ada satu kriteria diagnosis tambahan yaitu bukti adanya kerusakan struktural
ginjal,sehingga pada anak dengan GFR yang normal namun memiliki bukti adanya
kerusakan struktural atau fungsi ginjal maka sudah dapat didiagnosis sebagai PGK 6.
I.2. EPIDEMIOLOGI 1,4,5
Prevalensi PGK pada populasi anak diperkirakan mencapai 18 per 1 juta anak 4.
Menurut laporan data tahunan USRDS tahun 2006, kejadian Gagal Ginjal Terminal
(GGT) / End-Stage Renal Disease (ESRD) di Amerika Serikat pada populasi usia 0-19
tahun adalah 14 per satu juta. Etiologi bervariasi dengan usia, tetapi yang paling dominan
adalah anomaly struktural. Pada data laporan terbaru dari Chronic Renal Insufficiency
arm of the North American Pediatric Renal Transplant Cooperative Study (NAPRTCS)
menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga dari pasien di registri memiliki beberapa jenis
anomali struktural 5.PGK memiliki angka prevalensi yang sama pada anak laki-laki
maupun perempuan, walaupun pada laki-laki lebih sering ditemukan adanya uropati
obstruktif. Angka kejadian PGK lebih sering pada dewasa dibandingkan pada anakanak,dan pada anak lebih sering terjadi pada kelompok usia diatas 6 tahun .Studi kohort
yang dilakukan dari NAPRTCS menunjukkan persentase 19% pada kelompok usia 01tahun,17% pada kelompok usia 2-5tahun, 33% pada kelompok usia 6-12tahun, 31%
pada kelompok usia diatas 12 tahun. Angka kejadian PGK pada anak di Indonesia yang
bersifat nasional belum ada. Pada penelitian di 7 rumah sakit Pendidikan Dokter
Spesialis Anak di Indonesia didapatkan 2% dari 2889 anak yang dirawat dengan
penyakit ginjal (tahun 1984-1988) menderita PGK. Di RSCM Jakarta antara tahun 19911995 ditemukan PGK sebesar 4.9% dari 668 anak penderita penyakit ginjal yang dirawat
inap, dan 2.6% dari 865 penderita penyakit ginjal yang berobat jalan 1. PGK pada anak
umumnya disebabkan oleh karena penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal
kongenital. Angka kejadian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
selama 5 tahun (1988-1992) adalah 0,07% dari seluruh penderita rawat tinggal di bangsal
anak dibandingkan di RSCM Jakarta dalam periode 5 tahun (1984-1988) sebesar 0,17%
1
.
2
I.3. TUJUAN
I.3.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi syarat dalam mengikuti program studi kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Anak di Unit Kesehatan Anak Rumah Sakit Kepolisian
Pusat Raden Said Sukanto.
I.3.2 Tujuan khusus
Untuk
memahami
definisi,
epidemiologi,
etiologi,
patogenesis,
manifestasi klinis, diagnosis, tata laksana, dan prognosis Penyakit Ginjal Kronik
pada anak.
BAB II
ISI
II.1 DEFINISI
4,6
Di antara pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK), Stage atau derajat harus
ditentukan berdasarkan pada tingkat fungsi ginjal, sesuai kutipan tabel menurut
klasifikasi CKD KDOQI dibawah ini 6:
Semua individu dengan GFR <60 mL/mnt/1.73 m2 selama lebih dari 3 bulan
diklasifikasikan sebagai Penyakit Ginjal Kronik (PGK), terlepas dari adanya maupun
tidak adanya kerusakan ginjal (contoh :ditemukannya proteinuria persisten, sedimen urin
yang abnormal, kimia darah dan urin yang abnormal, dan pencitraan yang abnormal).
Dasar pemikiran untuk mengikutsertakan individu dengan penurunan fungsi ginjal
sampai tingkat tersebut maupun lebih rendah karena hal itu menunjukkan bahwa telah
terjadi kehilangan setengah atau lebih dari fungsi ginjal sesuai tingkatan normal pada
individu tersebut,karena hal itu terkait dengan beberapa komplikasi yang dapat terjadi6.
Semua individu dengan kerusakan ginjal dapat diklasifikasikan sebagai PGK,
terlepas dari penurunan tingkat GFR. Dasar pemikiran untuk mengikutsertakan individu
dengan GFR
tingkat normal ataupun meningkat meskipun terjadi kerusakan ginjal yang substansial ,
dan pada pasien dengan kerusakan ginjal mengalami peningkatan risiko dari dua
komplikasi utama dari PGK: hilangnya fungsi ginjal dan perkembangan penyakit
kardiovaskular 6.
II.2 ETIOLOGI 4,7
masa
kanak-kanak
Pediatric Renal Trials and Collaborative Studies (NAPRTCS), hampir setengah dari
kasus PGK yang dilaporkan berasal dari pasien dengan diagnosa obstruktif uropathy
5
(22%), aplasia / hypoplasia / displasia ginjal (18%), dan refluks nefropati (8%) ,dimana
kelainan struktural adalah penyebab yang dominan pada pasien dengan usia yang lebih
muda,dan insidensi glomerulonefritis (GN) meningkat pada pasien dengan usia lebih
dari 12 tahun. Di antara penyebab kelainan glomerular, hanya focal segmental
glomerulosclerosis (FSGS) yang memiliki persentase yang signifikan (8,7%), sedangkan
gabungan glomerulonefritis lain menyumbang kurang dari 10% dari penyebab PGK pada
anak-anak. Untuk alasan-alasan yang masih belum jelas, FSGS adalah tiga kali lebih
sering terjadi pada orang kulit hitam daripada putih (18% vs 6%) dan ini terutama terjadi
di kalangan remaja hitam dengan PGK . Angka penyebab PGK pada sebuah penelitian di
amerika
utara
dapat
dilihat
pada
tabel
dibawah
ini
Tabel 1. Diagnosis distribution of North American Pediatric Renal Trials and Collaborative Studies
7
(NAPRTCS) in chronic renal insufficiency (CRI) patients
Distributions by diagnosis
Number
Percent Male
Percent white
Percent black
Percent other
Total
6,405
64
61
19
20
Obstructive uropathy
1,385
86
61
21
17
Aplastic/hypoplastic/dysplastic kidney
1,125
62
62
17
21
Other
913
58
63
16
21
FSGS
557
57
40
39
21
Reflux nephropathy
536
53
74
20
Polycystic disease
257
55
74
11
15
Prune belly
185
97
62
23
15
Renal infarct
155
53
66
13
21
Unknown
168
52
47
20
32
HUS
134
58
81
11
SLE nephritis
96
25
27
41
32
Cystinosis
97
48
92
Familial nephritis
99
86
61
12
27
Pyelo/interstitial nephritis
87
39
64
20
16
82
50
84
Chronic GN
76
50
43
29
28
MPGN-type I
67
61
48
19
33
64
63
64
16
20
68
46
46
12
43
Idiopathic crescentic GN
46
48
52
24
24
Henoch-Schnlein nephritis
40
65
78
20
MPGN-type II
29
72
79
17
Membranous nephropathy
33
48
30
39
30
25
32
40
32
28
Primary diagnosis
28
54
57
21
21
17
76
94
13
62
92
Diabetic GN
11
50
36
45
18
Oxalosis
67
83
17
Drash syndrome
100
67
33
Di i
Wil t
Wegeners
Si le
granul at sis
cell nephropathy
FSGS= focal
segmental
glomerulosclerosis,
HUS =hemolytic
uremic
syndrome, SLE=systemic
lupus
Bradl A. Warady, Croni kidney di ease in children: the global perspectie. Pediatric Nephrology,Berlin,Germany.2007
II.3 PAT
E E IS 1,4
1. Renal pyramid
2. Interlobar artery
3. Renal artery
4. Renal vein
5. Renal hilum
6. Renal pelvis
7. Ureter
8. Minor calyx
9. Renal capsule
10. Inferior renal capsule
11. Superior renal capsule
12. Interlobar vein
13. Nephron
14. Minor calyx
15. Major calyx
16. Renal papilla
17. Renal column
Pada Penyakit Ginjal Kronik (PGK), kerusakan atau cedera pada ginjal oleh sebab
struktural maupun penyakit metabolik genetik masih tetap berlanjut meskipun penyebab
utamanya telah dihilangkan 4. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi
sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada PGK.
Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut ialah adanya gambaran
7
histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit
primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang
awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat, dan kerusakan nefron yang lebih
lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir
dengan gagal ginjal terminal (GGT) atau Kidney Failre atau End-Stage Renal Disease
(ESRD) 1.
ginjal. Dengan hilangnya nefron , sisa nefron yang lain mengalami hipertrofi struktural
dan fungsional ditandai dengan peningkatan aliran darah glomerular.Kekuatan
pendorong untuk filtrasi glomerulus meningkat pada nefron yang masih hidup.Meskipun
mekanisme hiperfiltrasi ini sementara dapat memelihara fungsi ginjal , hal ini dapat
menimbulkan kerusakan progresif pada glomeruli yang masih hidup,disebabkan efek
langsung dari peningkatan tekanan hidrostatik pada intergritas dinding kapiler dan atau
efek beracun dari peningkatan protein yang melintasi dinding kapiler. Seiring waktu,
dengan populasi nefron yang mengalami sclerosing meningkat, nefron yang masih hidup
akan
mengalami peningkatan
beban ekskresi
yang
bertambah,sehingga
akan
4
kolesterol dan kadar trigliserida biasanya tinggi. Anak-anak dengan PGK yang
disebabkan oleh glomerulonefritis, dapat ditemui hematuria dan proteinuria pada
urinalisis. Pada anak-anak dengan PGK oleh sebab kongenital seperti displasia ginjal,
maka urine biasanya memiliki berat jenis yang rendah dan kelainan yang minimal4.
Gangguan ekskresi air, Ginjal adalah pengatur volume cairan tubuh yang utama.
Karena ginjal memiliki kapasitas untuk mengencerkan dan memekatkan urin. Pada
PGK,kapasitas ini terganggu sehingga dapat menyebabkan retensi dari zat sampah
maupun overload cairan pada tubuh 11.
Ganguan ekskresi natrium, dalam perjalanan PGK kemampuan nefron untuk
mengatur keseimbangan natrium menjadi terganggu, pada pasien dengan PGK yang
stabil jumlah total natrium dan cairan pada tubuh menigkat,walau kadang tidak begitu
terlihat
pada
pemeriksaan
fisik.Pada
berbagai
bentuk
gangguan
ginjal
disebabkan retensi dari air yang berlebihan,sehingga menyebabkan dilusi pada cairan
intravascular 11.
Gangguan ekskresi kalium, ginjal mempunyai kapasitas untuk ekskresi kalium,dan
biasanya hiperkalemia yang berat terjadi saat GFR <10mL/menit/1.73m2. apabila
hiperkalemia terjadi pada GFR >10mL/menit/1.73m2 ,harus dicari penyebab dari
hiperkalemia,termasuk diantaranya : intake kalium yang berlebih, hyporeninemic
hypoaldosteronism, asidosis metabolic yang berat,tranfusi darah, hemolisis, katabolisme
protein,
antagonist
. Hipokalemia juga dapat terjadi namun jarang ditemukan, hal ini terjadi
Uremi , walaupun konsentrasi urea serum dan kreatinin digunakan sebagai ukuran
kapasitas ekskresi dari ginjal . akumulasi hanya dari kedua molekul ini tidak bertanggung
jawab atas gejala dan tanda yang karakteristik pada uremic syndrome pada gagal ginjal
yang berat.Ratusan toksin yang berakumulasi
10
gangguan pada mulut,yaitu kadar urea yang tinggi pada sali a dan menyebabkan rasa
yang tidak enak (seperti ammonia), fetor uremikum (bau nafas seperti ammonia),dan
uremic frost .Gangguan pada serebral terjadi pada kadar ureum yang sangat tinggi,dan
dapat menyebabkan coma uremicum.Pada jantung dapat mengakibatkan uremic
pericarditis maupun uremic cardiomyopathy 11.
Hipertensi, Anak-anak dengan PGK mungkin memiliki hipertensi berkelanjutan
yang berkaitan dengan kelebihan beban volume intravascular dan atau produksi renin
yang berlebihan berkaitan dengan penyakit glomerular4.
11
Anemia ,hal ini umum terjadi pada pasien dengan PGK ,terutama disebabkan karena
produksi eritropoietin tidak memadai (dibentuk di korteks ginjal, pada interstitial, tubular
atau sel endotelial) dan biasanya tampak lebih nyata pada pasien dengan PGK tahap 34. Faktor lain yang mungkin menyebabkan anemia termasuk kekurangan zat besi, asam
folat atau vitamin B12, dan penurunan survival-time dari eritrosit 4,11 .
Abnormal hemostasis, pada pasien PGK terjadi waktu perdarahan yang memanjang,
karena menurunnya aktivitas dari platelet factor III, agregasi platelet yang abnormal, dan
gangguan konsumsi protrombin, dan meningkatnya aktivitas fibrinolitik karena
fibrinolisin tidak tereliminir pada ginjal 10,11.
Gangguan Pertumbuhan, perawakan yang pendek adalah sekuel jangka panjang
dari PGK yang terjadi di masa kanak-kanak. Anak-anak dengan PGK berada dalam
keadaan resisten terhadap growth hormon (GH) walaupun terjadi peningkatan kadar GH
namun terjadi penurunan kadar insulin like growth factor 1(IGF-1) dan abnormalitas dari
insulin like growth factorbinding proteins 4.
patologik
ini
disebut
osteitis
fibrosa
cystica. Patofisiologi
osteodistrofi ginjal sangat kompleks. Pada awal perjalanan PGK, ketika GFR menurun
kira-kira 50% dari normal, penurunan massa ginjal secara fungsional menyebabkan
12
untuk
memperbaiki hipokalsemia,dengan
meningkatan
resorpsi
tulang. Kemudian dalam perjalanan PGK, ketika GFR menurun 20-25% dari normal,
mekanisme kompensasi untuk meningkatkan ekskresi fosfat menjadi tidak memadai,
sehingga
mengakibatkan
hiperfosfatemia
yang
kemudian
lebih
lanjut
akan
Manifestasi klinis osteodistrofi ginjal termasuk kelemahan otot, nyeri tulang, dan
mudah fraktur akibat trauma ringan. Pada anak-anak yang sedang tumbuh, dapat terjadi
perubahan rakitik, deformitas varus dan valgus pada tulang panjang , dan terselipnya
kepala epifisis tulang femur dapat dilihat. Studi laboratorium mungkin menunjukkan
penurunan kadar kalsium serum, peningkatan tingkat fosfor serum, peningkatan alkali
fosfatase, dan tingkat PTH normal. Radiografi dari tangan, pergelangan tangan, dan lutut
menunjukkan resorbsi subperiosteal tulang dengan pelebaran metafisis.
13
Gambar 7,8,9. Kelainan radiologis pada tulang pasien PGK dengan hiperparatiroid sekunder11
A i Bone Di ease (low-turnover bone disease) dapat terjadi pada anak dan
orang dewasa dengan PGK. Temuan patologis yang ditemukan berupa osteomalasia ,hal
ini berhubungan dengan supresi berlebihan dari PTH, mungkin terkait dengan
penggunaan calcium containing-phosphat binder dan analog vitamin D 4.
II.5 INVESTIGASI 1,8,9,12
14
Bl
(Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric
rd
Kelainan struktural ginjal secara gross appearance umumnya berupa ginjal yang
mengecil dengan permukaan yang granular dan kapsul yang melisut. Namun bentuk
ginjal sendiri sesuai dengan penyebab yang mendasari, pada amyloid dan diabetic
nephopathy dapat ditemukan ukuran ginjal yang normal, dan pada hydronephrosis dapat
ditemukan ukuran ginjal yang membesar. Kelainan secara mikroskopik menunjukkan
adanya fibrosis interstitial yang difus, atropi tubular, dan hyalinosis pada glomerulus.
Sisa glomerulus dan tubulus yang masih hidup terjadi dilatasi.Kadang pada pemeriksaan
mikroskopik dapat ditemukan factor penyebab dari PGK,misalnya renal amiloidosis11.
dan urologik .dysmorphic red cell dan red blood cell cast sering ditemukan pada
glomerulonefritis, pyuria dan pus cell cast menunjukkan nefritis tubulointerstitial,
apabila disertai hematuria maka dapat merujuk pada kelainan glomerular. Eosinofiluria
secara khusus dikaitkan dengan alergic tubulointerstitial nephritis 12
Imaging studies atau studi pencitraan berguna pada kelainan urologik maupun
intrinsik ginjal.Misalnya hidronefrosis ditemukan pada obstruksi saluran kemih dan
reflus vesikoureter.adanya kista (kista multipel makroskopik atau pembesaran ginjal
bilateral) dapat merujuk pada penyakit ginjal polikistik. Gambaran abnormal pada
korteks ginjal juga dapat menunjukkan kerusakan pada gomerulus, tubulointersitial
maupun vaskular ginjal.Pencitraan dapat dilakukan dengan menggunakan USG, CTScan, MRI, IVP (intravenous pyelography), Nuclear scans 12.
Kelainan fungsi ginjal sendiri dapat ditentukan dengan tes fungsi ginjal ,yang
dapat dievaluasi dengan berbagai uji laboratorium secara mudah. Langkah awal dimulai
dengan pemeriksaan urinalisis lengkap, termasuk pemeriksaan sedimen kemih. Berbagai
informasi penting mengenai status fungsi ginjal dapat diperoleh dari urinalisis.
16
Pengukuran kadar nitrogen urea darah atau Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin
serum berguna untuk evaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum. Dalam
keterbatasannya kedua uji tersebut mampu membuat estimasi laju filtrasi glomerulus
(LFG) atau Glomerular Filtration Rate (GFR) yang akurat. Untuk menetapkan GFR
yang lebih tepat dapat dilakukan pengukuran dengan klirens kreatinin atau klirens inulin
atau penetapan GFR secara kedokteran nuklir. Evaluasi fungsi tubulus diukur melalui
pengukuran metabolisme air dan mineral serta keseimbangan asam basa 9.
Kadar BUN normal pada seorang anak dengan gizi dan hidrasi yang baik
dianggap mencerminkan GFR yang normal.Meskipun bebas filtrasi dalam glomerulus,
urea mengalami reabsorbsi yang bermakna dalam tubulus renal. Reabsorbsi urea
disepanjang tubulus proksimal dan loop of Henle terjadi secara pasif, reabsorbsi dalam
duktus collegentes sangat bergantung pada vasopressin. Dalam keadaan antidiuresis atau
apabila aliran kemih berkurang, absorbsi urea dalam nefron distal meningkat,dan
menurun bila telah terjadi diuresis.Dibandingkan dengan kreatinin serum, BUN agak
kurang akurat dalam menilai GFR, hal ini dikarenakan danya proses reabsorbsi urea
dalam tubulus ginjal.
Kreatinin serum dapat menggambarkan estimasi GFR, namun gambaran yang
lebih tepat didapat dengan memakai salah satu dari beberapa formula dan nomogram.
Sebagian besar formula tersebut didasari pada korelasi antara GFR (mL/min/1.73m2)
dengan kadar kreatinin serum yang dapat diperoleh dari rumus Schwartz sebagai berikut:
kXL
GFR = ---------Pcr
L = tinggi badan dalam sentimeter (cm).
k = konstatanta proporsional, yang dihubungkan dengan ekskresi kreatinin per unit ukuran tubuh, nilai k
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Usia
Nilai k
BBLR 1 tahun
Bayi aterm 1 tahun
1 tahun -13 tahun
0,33
0,45
0,55
17
0,7
0,57
Dari: Schwartz GJ, Brion LP, Spitzer A: Pediatr Clin North Am 1987;34:571
Pcr = kreatinin serum (mg/dL). kadar kreatinin normal dalam plasma pada anak bergantung sesuai usia,
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 6. Kadar kreatinin serum normal (mg/dL) ada anak
dari berbagai usia9
Umur (tahun)
Wanita
0.
Pria
0. 0
s 0.05
0.
0. 5 s 0.07
0.
0.
0.
0. 7 s 0.
0.
s 0.
0.50 s 0.
0. 8 s 0.
0.52 s 0. 2
0.53 s 0. 2
0.54 s 0. 4
0.53 s 0.
0.57 s 0.
0.55 s 0.
0.59 s 0.
10
0.55 s 0. 3
0.
11
0. 0 s 0. 3
0. 2 s 0. 4
12
0.59 s 0. 3
0. 5 s 0.
13
0. 2 s 0. 4
0. 8 s 0.21
14
0. 5 s 0.13
0.72 s 0.24
15
0. 7 s 0.22
0.76 s 0.22
16
0.65 s 0.15
0.74 s 0.23
17
0.70 s 0.20
0.80 s 0.18
18-20
0.72 s 0.19
0.91 s 0.17
s 0.08
s 0.
s 0.
0. 5 s 0.
0.22
dari: Schwartz GJ, Haycock GB, Spitzer A. Plasma creatinine and urea
concentration in children: Normal values for age and sex. J Pediatr 1976; 88:
828
GFR x P = U x V
GFR
18
GFR (rata-rata)
(mL/mnt/1.73m
2)
Rentang
nilai
GFR
(mL/mnt/1.73m2)
11
11-15
4-28 hari
20
15-28
30-90 hari
50
40-65
39
17-60
4-28 hari
47
26-68
30-90 hari
58
30-86
1-6 bulan
77
39-114
6-12 bulan
103
49-157
12-19 bulan
127
62-191
127
89-165
2 tahun - dewasa
From Holliday
19
Marker yang ideal untuk engukuran GFR adalah marker yang nontoksik,
dapat mencapai kadar plasma yang stabil dalam keadaan keseimbangan, tidak terikat
pada protein plasma, difiltrasi bebas oleh glomerulus, tidak disekresi dan direabsorbsi
oleh tubulus ginjal.
Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan
tersebut, sehingga klirens inulin dipakai sebagai baku emas / Gold Standard dalam
penghitungan LFG baik pada dewasa maupun pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan
klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena klirens inulin sulit dilakukan dalam
praktek sehari-hari. Prosedur pemeriksaan adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam
agar diperoleh kadar yang stabil dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan
yang banyak.
Kreatinin endogen paling sering dipakai untuk menentukan GFR. Meskipun
kreatinin bebas filtrasi dalam glomerulus, terdapat sejumlah kecil kreatinin disekresi
dalam tubulus. Perlu pengumpulan kemih 24 jam. GFR berhubungan terbalik dengan
kadar kreatinin plasma.
elaksanaan uji klirens kreatinin : metode klirens kreatinin untuk
Prosedur
penentuan
GFR
membutuhkan
pengumpulan
kemih
yang
akurat.
Meskipun
pengumpulan kemih 24 jam dipakai sebagai metode standard dalam pengukuran klirens
kreatinin, pengumpulan kemih jangka pendek (1-2 jam) juga dapat dilakukan. Prosedur
pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Anak diminta untuk miksi dan mengosongkan
buli pada pukul 7 pagi Kemih tersebut dibuang, dan saat itu dicatat sebagai waktu
mulainya pengumpulan kemih. Semua kemih yang dikeluarkan dalam 24 jam berikutnya
ditampung dan disimpan dalam kulkas atau termos dingin. Pada akhir dari 24 jam
pengumpulan (pukul 7 pagi keesokan harinya), anak diminta kencing dan mengosongkan
bulinya dan kemih ditampung. Volume kemih tampung dicatat dengan seksama lalu
kirim ke laoratorium untuk estimasi kadar kreatinin. Darah untuk estimasi kreatinin
sebaiknya diambil pada midpoint dari pengumpulan kemih (lebih kurang 12 jam);
apabila pengambilan darah tersebut tidak memungkinan, darah dapat diambil pada akhir
dari pengumpulan kemih. Untuk menyeragamkan satuan pengukuran GFR, hasilnya
diinterpolasikan terhadap luas permukaan tubuh (mL/Min/1.73 m2) sehingga didapatkan
rumus sebagai berikut:
Ucr (mg/dL) x V (mL) x 1.73
Ccr (mL/min/1.73m2) = ------------------------------------------Pcr (mg/dL) x 1440 x SA (m2)
20
Ccr
= klirens kreatinin
Ucr
= kadar kreatinin
Pcr
= kreatinin plasma
SA
1440
jumlah menit dimana kemih ditampung (24 jam x 60 menit = 1440 menit).
Schwartz et. al. dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai Ccr bergantung
pada usia yang berhubungan dengan perubahan masa otot yang terjadi selamamasa
kanak-kanak. Dari rumus tersebut dibuatlah nomogram untuk memudahkan pemakaian
di klinik,yaitu seperti gambar dibawah ini:
Gambar 15. Nomogram untuk penghitungan klirens kreatinin pada anak berusia 118 tahun
(dikutip dari: Kher KK: Evaluation of renal function. In: Kher KK, Makker SP, editors. Clinical
Pediatric Nephrology. New York: McGraw-Hill, Inc. 1992, pp.3-22)
21
natrium harus dibatasi sesuai dengan studi laboratorium dan keseimbangan cairan
pasien. Pada bayi dengan PGK, susu formula dengan kadar fosfor yang dikurangi umum
digunakan.
Asupan kalori yang optimal pada pasien dengan CKD tidak diketahui, tetapi
dianjurkan untuk menyediakan setidaknya diet yang sesuai Recommended Daily
Allowance (RDA) untuk umur. Asupan protein diusahakan 2.5g/kgBB/24jam dan harus
harus terdiri dari protein dengan nilai biologis tinggi ,yang akan dimetabolisme menjadi
sisa asam amino daripada limbah nitrogen. Protein ini biasanya didapat dari telur dan
susu, diikuti oleh daging, ikan, dan unggas.
Asupan makanan harus disesuaikan secara optimal melalui konsultasi dengan ahli
gizi dengan ekspertise PGK pada anak. Asupan kalori dapat ditingkatkan pada bayi
dengan menambahkan formula dengan komponen karbohidrat , lemak (minyak
trigliserida rantai menengah /
Kadar
hormon
paratiroid
(PTH)
meningkat
dan
kadar
1,25
ringan, yaitu pada GRF 50-80 ml/menit/1.73m . Kadar fosfat plasma merupakan
sebab utama terjadinya hiperparatiroidisme sekunder. Fosfat mengatur sel
paratiroid secara independen pada kadar calcium serum dan kadar 1,25dihydroxycholecalciferol endogen. Oleh karenanya kontrol terhadap fosfat
plasma adalah hal paling penting sebagai prevensi dan terapi hiperparatiroidisme
sekunder, meskipun hal tersebut paling sulit dicapai dalam jangka panjang, oleh
karena membutuhkan kepatuhan akan diet rendah fosfat yang ketat and
23
Penurunan
kadar
fosfat
plasma
dapat
meningkatkan
kadar
1,25-
25
(menjaga tekanan darah lebih rendah dari persentil 75) penting pada smuea pasien PGK.
ACE inhibitor atau Angiotensin II receptor blocker adalah obat pilihan pada anak
dengan proteinuria yang disertai/ tanpa disertai hipertensi. Kadar fosfor harus dijaga
sesuai dengan rentang normal sesuai umur. Terapi terhadap komplikasi infeksi dan
dehidrasi juga dapat mengurangi kerusakan parenkimal ginjal.
Rekomendasi lain yang berguna termasuk diantaranya koreksi anemia,
mengontrol
hiperlipidemia,
mencegah
obesitas,
dan
mengurangi
penggunaan
T
A
Pr
C
M
A
H
28
giver
can lead to treatment fatique/burn-out
L less disruptive to daily routine
F facilitates regular school attendance
Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ,
rd
editors. Clinical paediatric nephrology. 3 edition. Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427 -45.
29
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu kerusakan parenkim ginjal yang dapat /
tidak disertai menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) ,dimana kerusakan ini bersifat
tidak reversibel dan terbagi dalam 4 stadium sesuai dengan jumlah nefron yang masih
berfungsi. Jumlah penderita PGK pada anak lebih sedikit dibanding pada dewasa.Pada
anak-anak PGK dapat disebabkan oleh berbagai hal, terutama karena kelainan
kongenital, glomerulonefritis, penyakit multisistem, dan lain-lain. Gejala klinis PGK
merupakan manifestasi dari penurunan fungsi filtrasi glomerulus yang mengakibatkan
terjadinya uremia, gangguan keseimbangan cairan-elektrolit dan asam-basa, serta
gangguan fungsi endokrin berupa berkurangnya kadar eritropoietin dan vitamin D3.Pada
anak juga sering disertai gangguan pertumbuhan dan penulangan karena metabolism
kalsium-fosfat yang terganggu. Penanganan PGK disesuaikan dengan tahap penurunan
laju filtrasi glomerulus, yang secara prinsip dibagi menjadi terapi konservatif dan terapi
pengganti ginjal (TPG). Selain itu juga dibutuhkan terapi multidisipliner yang mencakup
bidang medik,sosial,psikologi,gizi, dan cakupan lain untuk membantu sisi kesehatan dan
tumbuh kembang anak, Angka mortalitas pada penderita PGK bergantung pada
penyebab yang mendasari dan juga tatalaksana yang didapat. Anak dengan PGK yang
mendapat transplantasi ginjal memiliki angka mortalitas dan usia harapan hidup yang
lebih tinggi dibanding mereka yang menjalani TPG (seperti hemodialisis atau peritoneal
dialisis)
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjaifullah M,Noer, Gagal ginjal kronik pada anak (Chronic Renal Failure in
Pediatric Nephrology,Berlin,Germany.2007.
8. Robertson,J & Shilkofski,N. Johns Hopkins:The Harriet Lane Handbook: A
Manual for Pediatric House Officers, 17th ed.Chapter VIII:Renal Function tests.
2005:An Imprint of Elsevier
9. Sjaifullah M,Noer, Evaluasi Fungsi Ginjal Secara Laboratorik.Divisi Nefrologi
cGraw-Hill Companies,
Inc.USA
11. R,Bashoum.Essentials of Clinical Nephrology. University of Mansoura,
Mansoura, Egypt.1996
12. Indian Society of Nephrology.
31