You are on page 1of 34

Salah satu sebab mengapa banyak orang gagal menjalani tes wawancara adalah karena beberapa

salah paham terkait apa yang benar-benar terjadi pada saat tes wawancara dilangsungkan. Saya

menyebutnya sebagai mitos tes w awancara.


Setiap kita udah tau bahwa tujuan dari tes wawancara adalah untuk mencari orang2 terbaik untuk
pekerjaan yg ditawarkan, tapi masih banyak yang belum paham tentang apa-apa yang membuat
seorang kandidat bisa unggul ketimbang yg lain.
Mitos Pertama: Orang dg kompetensi terbaik lah yang akan dapet kerjaannya.
Kadang emang betul, khususnya pada situasi di mana masing2 sudah sama tau, semisal
perusahaan yang melakukan reruitmen internal. Namun seringkali bukan seperti itu yang terjadi.
Lolosnya seseorang dalam tes wawancara kan dipengaruhi oleh banyak hal. Semisal saja si
pewawancara tau betul pertanyaan apa saja yang perlu ditanyakan serta bagaimana mengetahui
tingkat kejujuran dari jawaban yang diberikan. Dua hal ini terkesan remeh, tapi nyatanya banyak
pewawancara yang ndak pernah ikut training ttg job interview dan kurangn berpengalaman
mewawancara, atau sekedar ndak punya waktu untuk menyiapkan bahan wawancara. Belum lagi
ketika si pewawancara sedang bad mood.
Di dunia yang ideal, maka orang dg kompetensi terbaik lah yang akan jadi pemenang. Tapi
nyatanya, seringkali mereka yang jago di tes wawancara lah yang jadi pemenang. Pembelajaran
penting di sini adalah ketika pada saat wawancara Anda ketahui di sana ada orang yang Anda tau
secara kompetensi & wawasan lebih jagoan ketimbang Anda, maka jangan keburu minder.
Perangnya lho belum dimulai. Sebaliknya, jika Anda merasa sebagai kandidat paling jagoan di
antara yang lain, maka jangan juga keburu mayak hingga meremehkan tes wawancara.
Orang dengan kompetensi terbaik tidak lantas jadi pemenang – seringkali mereka yang performa
tes wawancara nya bagus lah yang jadi pemenang.
Mitos Kedua: Yang penting tu bisa jawab pertanyaan – dan juga kasih jawaban
panjang biar terkesan pintar.
Memang tes wawancara kerja ada kemiripan dengan ujian sekolah dalam perihal sama2 ada
pertanyaan yang kudu dijawab dengan benar. Tapi beda dengan ujian kuliah, tes wawancara juga
mementingkan aspek interaksi dan komunikasi empatik sembari Anda mengemukakan jawaban2
pintar. Yg penting tu bukanlah jawaban panjang lebar. Orang dg skil dan pengetahuan itu
banyak, tapi ndak banyak yg mampu mengartikulasikan gagasan mereka secara ringkas,
nyambung, dan mudah dipahami.
Ada kemudian yg beranggapan kalo bisa jawab pertanyaan dg lebih baik ketimbang yg lain,
maka dia lah yg menang. Tapi -Anda tahu lah- interview tu lebih dari sekedar ngasih jawaban
pintar. Bahkan interview tu lebih dari sekedar berpenampilan rapi dan menawan. Anda juga
perlu meyakinkan pewawancara bahwa Anda adalah orang yg menyenangkan untuk kerja sama.
Anda perlu tunjukkan bahwa Anda adalah orang yg komunikatif dan bisa dipercaya.
Yg penting bukan banyak bicara. Konsekuensinya, malahan keharusan untuk ajukan
pertanyaan di akhir sesi juga merupakan mitos. Ada anggapan bahwa hal tsb bisa
menunjukkan bahwa si pelamar demikian tertarik dan juga pintar. Hal ini tidak benar.
Ajukan pertanyaan sekedar karena formalitas tidak akan membantu Anda dapatkan
pekerjaan – apalagi bila yang Anda tanyakan adalah hal2 yg sebenarnya sudah dibahas dg
jelas pada sesi wawancara.
Mitos Ketiga: Pewawancara itu tahu betul apa-apa yang mereka lakukan
Banyak pewawancara yang memang jagoan dan profesional full-time dalam melakukan tugas
mereka. Tapi banyak juga para manajer dan pemilik bisnis yang kadang bingung2 sendiri pada
saat tes wawancara, karena mewawancara orang bukanlah pekerjaan sehari-hari mereka.
Beberapa pertanda pewawancara yang kurang berpengalaman semisal adalah:
• Mereka (terlalu) banyak bicara dan tidak pintar mendengarkan
• Pertanyaan mereka random dan tak terarah
• Handphone mereka terus berbunyi, dan mereka selalu menjawabnya
Sementara pewawancara yang profesional biasanya:
• Telah menyiapkan pertanyaan2 secara matang sejak awal
• Mereka ingin tau apa2 yang telah Anda lakukan dan bagaimana Anda melakukannya,
termasuk contoh2 spesifiknya
• Mereka mempersilahkan Anda yang lebih banyak bicara
Mitos Keempat: Jangan pernah bilang “Saya Tidak Tahu”
Apa yang penting dalam tes wawancara adalah pembentukan kesan positif dengan menjawab
pertanyaan secara pintar dan membangun rapport dengan pewawancara. Dari sini, banyak
peserta wawancara menganggap bahwa mereka harus berikan jawaban yg perfect untuk setiap
pertanyaan yg diajukan, ndak peduli apakah mereka punya pengetahuan atau tidak tentangnya.
Memang sih, interview yg mantap adalah di mana Anda bisa menjawab seluruh pertanyaan (dan
Anda memang bisa klo saja persiapannya betul); tapi, klo memang ndak tahu jawabanya,
mending bilang aja ketimbang pura-pura tahu dan mulai nggedabrush. Kebanyakan
pewawancara bisa mendeteksi penjelasan yg ngelantur dan mereka tidak menyukainya karena
paling tidak dua hal: Anda terkesan sbg orang yg ndak jujur dan juga ndak pintar.
Ya ndak papa sih coba menjawab pertanyaan yg kita hanya punya sedikit pengetahuan
tentangnya, asal Anda udah bikin jelas di awal tentang “ketidaksempurnaan” jawaban Anda.
Jadinya semisal seperti ini:
“Saya pikir saya harus bersikap jujur dengan mengatakan bahwa apa yg Bapak/Ibu tanyakan
sebenarnya bukanlah berada di bidang keahlian saya, meskipun saya punya ketertarikan yang
besar atasnya. Jika Bapak/Ibu berkenan, dengan senang hati saya akan mencoba memberi
tanggapan, asal Bapak/Ibu tidak mengharapkan jawaban yg sempurna.”
atau:
“Dengan senang hati saya akan menanggapi pertanyaan Bapak/Ibu, namun perlu saya sampaikan
di awal bahwa ini bukanlah bidang di mana saya familiar dengannya. Tapi saya tertarik untuk
meningkatkan pengetahuan saya tentangnya.”
Akhirnya, ada juga anggapan bahwa dalam tes wawancara kita harus menjadi diri sendiri.
Memang benar sih kita tak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Tapi ketika sudah waktunya
tes wawancara, maka di sana ada kaidah perilaku formal yg harus kita ikuti. Jika yang dimaksud
dg menjadi diri sendiri adalah duduk malas di kursi, berbusana gaul dan norak, maka tentu kita
perlu menyelaraskan perilaku kita.
Nah, sekarang tinggal gimana Anda mempersiapkan diri secara benar untuk tes wawancara Anda

7 Kesalahan Yang Harus Dihindari di Tes Wawancara Kerja


Anda sudah kerja keras supaya bisa masuk ke tahapan tes wawancara kerja. Anda sudah lolos
tahap penyaringan surat lamaran dan curriculum vitae, dan mungkin juga wawancara telepon.
Nah sekarang tantangannya adalah menghadapi secara langsung para pewawancara dan mungkin
juga sang pemilik perusahaan. Padahal bagian wawancara atau interview ini lah yang biasanya
dianggap paling membuat stress. Di sini Anda tidak bisa lagi bersembunyi di belakang surat
lamaran dan curriculum vitae. Maka perlu kemudian Anda berhati-hati untuk tidak melakukan
beberapa kesalahan umum sebagai berikut:
1. Hadir Terlambat
Ngaret: tak ada cara yang lebih mudah ketimbang ini untuk dg sukses kehilangan poin baik dari
employer prospektif. Yang namanya kesan pertama itu memang amat membekas. Sayangnya,
hadir terlambat meneriakkan pesan semacam “Aku ini ndak bisa diandalkan” atau “Waktu Anda
semua ndak begitu penting buat saya”. Apakah ini yang Anda ingin para pewawancara dan
employer prospektif pikir tentang diri Anda bahkan sebelum Anda sempat berucap seutas kata
pun? Pastikan Anda telah ketahui secara pasti lokasinya, sehingga nanti tidak perlu habiskan
waktu untuk tersesat ria. Datanglah amat awal di tes wawancara Anda. Dengan begitu, hujan
lebat, banjir, macet atau urusan lain tidak akan jadi perusak kesan baik Anda. Jika ternyata
sampai kebetulan ada truk tronton ngguling dan menumpahkan 10 ton tomat di tengah jalan,
maka begitu Anda tiba di lokasi, segeralah minta maaf, beri penjelasan singkat, dan langsung
lanjutkan (idealnya Anda telpon saja dari HP begitu merasa bakal terlambat).
Tapi jikapun Anda hadir jauh lebih awal, jangan lantas Anda nyelonong masuk saja ke ruang
wawancara. Ini juga kurang baik, bahkan meskipun sang pewawancara terlihat sedang nganggur
dan asyik bercanda. Tunjukkan bahwa Anda betul-betul menghargai waktu sang pewawancara,
dan hanya masuk ketika telah dipanggil atau diperkenankan.
2. Berperilaku Kurang Menyenangkan
Lho, gimana ni kok bisa-bisanya berperilaku tidak menyenangkan? Iya, ini ketika ternyata Anda
temukan bahwa pekerjaan yang awalnya Anda inginkan ternyata tidaklah semenarik yang Anda
kira sebelumnya. Jika Anda termasuk orang yang polos, bisa jadi sikap ketidaktertarikan Anda
akan langsung nampak, udah males-malesan mau melanjutkan wawancara. Dari sini, berhati-
hatilah untuk tidak menampakkan sikap tidak menyenangkan seperti sikap acuh tak acuh, tidak
perhatian, menyela perkataan ataupun yang lain. Ingat bahwa sang pewawancara juga punya
teman, keluarga, dan relasi yang bisa jadi membawa pengaruh peluang kerja Anda di masa
depan. Jika perilaku Anda buruk, sang pewawancara akan ingat dan akan sebarkan cerita buruk
dan perilaku tak profesional yang Anda tampakkan.
Sehingga milikilah kebiasaan menyenangkan. Gunakan nada bicara yang menyenangkan, jangan
gunakan bahasa gaul. Meskipun Anda gugup, tapi ya jangan sampai lah tampak seperti zombie;
miskin senyum, tatapan dingin dan tampang tak mengenakkan. Tampakkan antusiasme dan
penuh empati.
Hal ini berlaku bahkan ketika Anda menghadapi bagian resepsionis. Dia adalah orang yg
pertama kali Anda temui di tempat wawancara, dan pertemuan dengan dia lah yang membentuk
kesan pertama atas Anda. Jangan salah anggap bahwa pangkat rendah itu sama artinya dengan
tak diperhitungkan. Ada kemungkinan adalah tugas sang resepsionis untuk mengantarkan Anda
ke sesi wawancara kerja. Dia punya daya untuk mengantarkan atau memperkenalkan Anda
kepada para pewawancara secara positif atau negatif bahkan sebelum Anda bertatap wajah
dengan mereka. Sehingga sang pewawancara bisa jadi akan mengkonfirmasi pendapat sang
resepsionis begitu Anda telah pergi.
Sehingga sederhana saja; kepada siapapun yang Anda temui di tempat wawancara; bersikap
ramah lah.
3. Kurang Persiapan & Latihan
Sudah jelas, persiapan dalam wawancara memang penting. Pewawancara berharap Anda tahu
sesuatu tentang perusahaan dan posisi yang Anda incar. Pengetahuan itu akan membuat Anda
tampak termotivasi dan benar-benar tertarik. Maka pastikan Anda sudah lakukan PR Anda; info
tentang perusahaan, produk layanannya. Pelajari dari liputan media massa, internet, majalah,
mantan karyawan, dsb.
Bentuk persiapan lain adalah dengan mengenali model-model pertanyaan yang sekiranya akan
diajukan, semisal seperti yg bisa Anda baca di blog ini. Itu bukan untuk dihapal sehingga Anda
tak ubahnya seperti beo.
Dampak lain dari kurang latihan adalah munculnya lusinan kata “eemm”,”anu”,”kira-kira”,
“mungkin” dan segala hal yang membuat Anda terkesan meragukan atau tak meyakinkan. Jika
memang latihan sudah cukup tapi pas hadapi pertanyaan susah, maka daripada gunakan “eee”
atau “anu”, mending beri saja jeda sebelum menjawab, dan juga antar kalimat waktu berbicara.
Maka janganlah lupa untuk melakukan latihan khusus untuk job interview Anda.
4. Gagal Mengartikulasikan Kelebihan Kekurangan
Menyebutkan kekuatan dan kelebihan memang ada seninya. Hanya Anda yang paling bisa
mengenali kekuatan dan potensi diri sendiri. Ini bukan tempatnya untuk rendah hati. Jangan ragu
untuk menceritakan kompetensi dan pencapain serta prestasi Anda. Anda perlu jaga jaga bila
sang pewawancara belum sempat membaca detail CV Anda.
Tapi kadang masalahnya cuman karena gugup aja. Gara gara itu, apa yang harusnya kalimat
sederhana jadi mbulet ndak jelas maksudnya apa. Dan lantas tak perlu pula gunakan bahasa dan
istilah canggih dengan maksud agar terkesan pintar. Biasa aja, yang penting maksud Anda
tersampaikan.
Variasi lain dari kesalahan ini adalah ketidakmampuan dalam menyambungkan pengalaman
dan kompetensi diri dengan pekerjaan yang ditawarkan. Job description dari pekerjaan tawaran
menggambarkan kebutuhan perusahaan. Maka Anda harusnya bisa menyambungkan
pengalaman, bakat-bakat dan kekuatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Sehingga jika
paparan kompetensi dan pengalaman Anda ngglambyar ke mana-mana sampai perihal yang tak
relevan, maka peluang Anda diterima pun mengecil.
5. Mengeluh atau Menjelekkan Orang Lain
Anda akan terlihat buruk bila Anda banyak mengeluhkan atasan dan tempat kerja Anda
sekarang, atau yang lalu lalu, atau pesaing-pesaing Anda. Tak perlu kita menjelekkan pihak lain
untuk meninggikan diri sendiri. Itu bukanlah cara yang berhasil. Jikapun secara jujur Anda
punya masalah dengan kondisi atau budaya kerja dari tempat kerja yang sekarang, tidak perlu
juga Anda berkeluh kesah panjang lebar.

6. Salah Busana
Sekali lagi, kesan pertama begitu awet diingat. Dalam 17 detik pertama sejak sang pewawancara
melihat Anda, kesan yang Anda hasilkan haruslah yang luar biasa positif. Berpakaianlah ala
konservatif, jangan yang gaul. Untuk Anda yang perempuan: Tidak perlu gunakan banyak
perhiasan; yang simpel2 saja. Jika Anda memang mengenakan perhatian, sebaiknya jangan yang
imitasi. Gunakan sepatu hak rendah. Untuk Anda yang Laki-laki: Perhatikan arloji Anda, jangan
kenakan arloji kekanakan yang penuh warna cerah. Jangan gunakan cincin akik secara mencolok.
Sisir rapi rambut Anda. Tidak perlu juga gunakan parfum yang berlebihan sehingga bisa tercium
dari radius jarak 2 meter. Jika Anda naik motor, sebaiknya cek lagi penampilan Anda di kamar
mandi sebelum tiba giliran Anda. Dan jangan lupa tinggal jaket dan sarung tangan Anda di
motor. Anda bahkan harus terlihat cakep sejak bertemu dengan resepsionis.
7. Makan Permen Karet atau Merokok
Permen karet dan rokok bisa jadi teman sejati Anda di kala sedang gugup. Tapi semua itu tidak
sebaiknya menemani sejak Anda sudah sampai di daerah parkiran. Permen karet membuat Anda
tidak terkesan formal dan malah terlihat sok. Sementara rokok bisa jadi memberi kesan bahwa
Anda kurang menaruh hormat pada sesi formal wawancara. Bahkan jika sang pewawancara
terlihat merokok di ruang tunggu, Anda sebaiknya tidak merokok. Anda toh ibaratnya sedang
mertamu ke rumah orang. Dan merokok merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh sang
pemilik rumah kepada tamunya.

Sama halnya dengan Curriculum Vitae yang membuat Anda lolos menuju tes wawancara, maka
kemampuan job interview yang bagus juga bisa meloloskan Anda menjadi kandidat terpilih.
Sehingga pastikan Anda tidak melakukan kesalahan-kesalahan di atas.
8. Menjawab pertanyaan dengan sekedar “ya” atau “tidak”
Sang pewawancara kan ingin mengenal Anda dengan baik, dan itu tak mungkin terjadi manakala
Anda miskin omongan dan enggan berinisiatif menjabarkan jawaban Anda. Pastikan Anda
melengkapi jawaban Anda dengan cerita dan contoh konkrit.
9. Menghindari kontak mata.
Bila Anda menghindari kontak mata, Anda tak akan bisa membangun hubungan personal dengan
pewawancara Anda. Kontak mata bisa membuat Anda tampak hormat dan perhatian. Tapi seperti
yang telah saya sampaikan di tulisan sebelumnya, kontak mata memang tidak perlu dilakukan
secara berlebihan.
10. Berbicara terlalu cepat
Ini khususnya bagi Anda para orang visual. Anda memang punya banyak informasi penting yang
perlu disampaikan, tapi bukan lantas Anda harus berbicara sedemikian cepatnya sampai-sampai
si pewawancara tak paham dengan omongan Anda. Setiap kali pertanyaan sedang diajukan,
selalu sempatkan diri untuk menarik napas dalam-dalam, tahan sebentar, lalu lepaskan. Di sini
Anda menggunakan pernafasan perut, bukan dada. Latihlah omongan Anda bersama teman
untuk mengetahui kecepatan yang ideal untuk berbicara.

11. Tampak gelisah dan memperturutkannya


Orang yang gelisah biasanya menampakkan sikap tubuh yang buruk, misal saja memainkan
gelang atau arloji di tangan, berkali-kali menggeser posisi pantat di tempat duduk, atau
menggerak-gerakkan kaki seperti sedang bekerja dengan mesin jahit manual. Semua itu bisa
membuat Anda tidak tampak profesional. Dan bila Anda tak kelihatan profesional, Anda tidak
akan diterima.
12. Tidak menggali informasi terkait perusahaan
Manakala terhadap pertanyaan “Apa yang Anda ketahui tentang perusahaan ini?” seseorang
menjawab dengan “Mmm….tidak banyak.” maka besar kemungkinan dia tak akan diterima.
Tampaknya seseorang ini tidak cukup tertarik pada perusahaan ybs sampai2 dia malas melakukan
riset terhadapnya, mencari berita2 di media terkait dengannya. Sama juga, jangan sampai
kemudian ketika di akhir si pewancara menanyakan apakah ada yang hendak ditanyakan, lalu
ditanggapi dengan “Anu, kalau boleh tahu, perusahaan ini sebenarnya bergerak di bidang apa,
ya?”

12. Berbohong
Jangan berbohong atau menambah-nambahi bumbu atas pengalaman kerja atau sejarah akademik
Anda. Sang pewawancara akan memeriksa itu semua. Bila ketahuan telah berbohong, Anda tak
akan diterima. Bila sudah kadung diterima dan lalu ketahuan bahwa Anda berbohong, Anda akan
dipecat.
13. Tidak menjawab pertanyaan
Ada kalanya seseorang tak bisa menjawab pertanyaan si pewawancara, lalu menyampaikan apa-
apa yang tak ada hubungannya dengan pertanyaan. Jangan coba mengelak dari pertanyaan, si
pewawancara pasti mengetahuinya. Yang parah adalah manakala seseorang gagal memahami
maksud dari pertanyaan dan meracau tak karuan.
14. Bicara terlalu banyak
Sang pewawancara bukanlah sobat Anda, dan juga bukan therapist yang bermaksud untuk
menyembuhkan penyakit Anda. Apa yang dia ingin tahu adalah kualitas dan kompetensi yang
membuat Anda layak diterima. Dia tak ingin tahu tentang masalah dan urusan2 pribadi Anda.
15. Gagal “menjual diri” dalam menjawab pertanyaan
Anda harus menjawab pertanyaan dalam bentuk-bentuk yang itu bisa mengungkap kualitas diri
Anda yang itu relevan dengan kebutuhan perusahaan. Bila misal Anda ditanya bagaimana
penilaian sobat baik Anda terhadap diri Anda, maka alih-alih menjawab “Mereka pikir saya ini
orangnya asyik dan gaul”, maka katakan “Mereka pikir saya ini punya prinsip, loyal dan bisa
diandalkan. Para sobat saya selalu bisa percaya pada diri saya.”
16. Lalai mengucapkan terima kasih di akhir sesi wawancara
Di dunia bisnis, sikap ramah itu berbalas dan dikenang. Sang pewawancara akan menghargai
manakala Anda bersikap ramah dan hormat.
17. Melupakan nama si pewawancara
Baik lupa pada nama-nama sang pewawancara atau menyebutnya dengan salah berkali-kali bisa
membuat kesan sang pewawancara pada Anda jadi kurang baik.
18. Berbahasa secara tidak benar
Entah menggunakan bahasa gaul atau menggunakan bahasa indonesia secara salah akan
membuat Anda terkesan tak profesional. Tak perlu juga mencampuradukkan bahasa indonesia
dengan bahasa inggris untuk kata dan makna yang jelas-jelas telah terwakilkan dengan baik

dalam bahasa indonesia, apalagi kalau sampai Anda melafalkannya dengan salah.

Mengatur Bahasa Tubuh untuk Membangun Kesan Pertama


yang Baik di Wawancara Kerja

Kesan pertama Anda dibangun sejak Anda masuk ke area perusahaan, yakni sejak Anda keluar
dari tempat parkir bahkan. Maka begitu Anda masuk ke dalam gedung, pastikan Anda sudah
tampak keren sejak awal.
Pesan non verbal dalam komunikasi ditampakkan dalam banyak hal, salah satunya adalah cara
berpakaian. Jika Anda pria, maka perhatikanlah panduan berpakaian yang baik.

Jika Anda menggunakan jaket, maka jangan ikut bawa masuk; tinggalkan saja di kendaraan
Anda.
Jangan celingukan. Jika Anda memang sedang mencari meja registrasi atau tempat duduk,
jangan tolehkan kepala Anda ke kanan dan ke kiri secara cepat bak kera kena tulup. Jika Anda
pernah melihat orang yang tak tahu jalan atau tersesat dan kemudian tolah toleh tak karuan, Anda
pasti paham betapa orang itu tampak bingung dan merasakan ketidakpastian yang besar. Dan
yang semacam itu tidaklah boleh ditampakkan di tempat wawancara kerja. Jikapun Anda
mencari-cari tempat duduk atau teman, yang Anda gerakkan cukup bola mata dengan tolehan
kepala yang pelan.
Semenjak Anda berada di ruang tunggu, aturlah postur tubuh Anda dengan baik dan jangan
menampakkan sikap-sikap tubuh yang tidak keren atau miskin wibawa. Ini artinya jangan
berjongkok seperti gaya orang mau berak di pinggiran tembok . Meskipun yang lain seperti itu,
Anda jangan menirunya. Paksa diri Anda untuk tetap berdiri jika memang tak ada tempat duduk
yang tersisa. Meskipun banyak peserta wawancara yang duduk secara berhimpitan sampai-
sampai hanya ujung pantat belakang saja yang menyentuh kursi, tidak berarti Anda perlu
melakukan hal yang sama.
Jika Anda duduk, entah di ruang tunggu ataupun di dalam ruang wawancara, duduklah dengan
punggung tegak, pinggang menempel di sandaran, bahu aga ditarik ke belakang, dengan dagu
agak diangkat. Sikap tubuh semacam ini tidak hanya akan membuat Anda tampak keren, tapi
juga membuat Anda bisa bernafas dengan lega sehingga gugup pun bisa terkendali.
Ketika Anda masih menunggu, maka jangan bengong; sebaiknya lakukan hal-hal keren seperti
membaca majalah bisnis, buku pengembangan diri, apalagi yang berbahasa inggris. Jangan
gunakan waktu ini untuk ngegame di handphone atau mengisi TTS. Itu sama sekali tidak keren.
Anda juga bisa gunakan waktu menunggu untuk ngobrol dengan orang di sebelah kanan kiri
Anda.
Tatkala bertemu dengan pewawancara, jabatlah tangannya dengan erat. Jabat tangan sering
digunakan untuk membaca tingkat energi seseorang. Jabatan tangan yang lemas akan
menimbulkan kesan yang buruk. Jadilah yang terakhir melepaskan jabatan tangan itu. Itu artinya
Anda baru lepaskan ketika jabatan tangannya mulai mengendor. Tak perlu gunakan tangan kiri
Anda untuk memegang lengan atau bahu sang pewawancara. Itu namanya SKSD; Sok Kenal Sok
Dekat, yang bisa berbahaya manakala sang pewawancara Anda adalah melankolis atau
phlegmatis.
Tak mengapa Anda sedikit mencondongkan tubuh ke depan untuk menunjukkan ketertarikan.
Jaga gerakan tangan seminimal mungkin….mm…atau lebih tepatnya, jaga sebisa mungkin agar
Anda tidak melakukan ekspresi gerakan tangan ke wajah, misal ke arah mulut, hidung, mata,
tengkuk atau telinga. Semua itu dapat mengirimkan pesan bahwa Anda ragu dengan yang Anda
sampaikan, atau bahkan Anda sedang berbohong atau mengarang-ngarang jawaban.
Sebaiknya Anda tidak menyilangkan kaki di depan, entah dengan menumpangkan atau
menyilangkan kaki di depan. Termasuk juga, sebaiknya Anda tidak menyilangkan tangan di
depan dada. Itu semua menunjukkan sikap defensif.

Lakukan tatapan mata, lakukan secara wajar , tak usah dipaksakan. Di Indonesia, menundukkan
atau mengalihkan pandangan masih dianggap sebagai suatu hal yang diperlukan untuk
menunjukkan kesopanan atau ketundukan. Ingat bahwa tidak semua pewawancara Anda adalah
spesialis pewawancara. Bisa jadi dia adalah bos atau siappun dari jajaran atas perusahaan, yang
mana mereka punya kebutuhan untuk dihormati. Memaksakan diri mempertahankan tatapan
mata bisa jadi malah dianggap sikap kurang sopan. Dan jika Anda mengalihkan pandangan,
jangan ke arah samping atau atas, melainkan ke bawah.
Dengan tatapan mata, apa mengkomunikasikan bahwa Anda adalah pribadi yang percaya diri,
dan bahwa Anda mendengarkan dengan seksama apa sang pewawancara sampaikan. Jika Anda
adalah orang auditori, sebaiknya tatapan mata ini Anda latihkan secara sadar.
Saat berbicara, perhatikan kecepatan bicara dan volume suara Anda; jaga keduanya agar tetap
berada dalam rentang yang nyaman untuk didengar.
Jangan lupa untuk tersenyum, meskipun ini tentu saja harus disesuaikan dengan apa yang sedang
dibicarakan. Saat pertanyaan diajukan, tunjukkan muka serius yang tak menyeramkan. Pokoknya
gaya mendengarkan yang khusuk deh. Jika di saat ini Anda senyam senyum tanpa alasan jangan-
jangan malah diceletuk, “Anda pikir pertanyaan saya lucu apa?” (lebay :-p). Senyumlah sejak
akan mulai menjawab pertanyaan. Tapi jika Anda memang excited atau menyukai pertanyaan
yang diajukan, maka tersenyum pun tak mengapa.

Pertanyaan Pembuka Interview: Ceritakan ttg Diri Anda

“Silahkan ceritakan tentang diri Anda”


Ini adalah pertanyaan pembuka yg paling sering diajukan oleh si pewawancara. Bagi yg belum
pernah ikut wawancara dan tau tentangnya, pertanyaan ini cukup membuat bungkam. Kadang
memang tak punya jawaban, kadang karena kebingungan; “Bagian mana dari diri saya yg mau
diceritakan, kan banyak”. Sementara bagi yg sudah familiar dg pertanyaan ini, godaannya adl
untuk tidak memperturutkan narsis dg menceritakan banyak hal yg dia anggap menarik, tapi
sebenarnya tak relevan dg maksud wawancara kerja.
“Terima kasih atas pertanyaannya, Pak. Saya Makmun, asal dari Probolinggo. Spt yg mkn Bapak
tahu, Probolinggo adl kota yg terkenal dg buah Mangganya. Sementara nama saya sendiri adl
warisan dari kakek saya. Asli saya sebenarnya bukan dari Probolinggo, Pak. Namun berpindah2
dari satu kota ke kota lainnya krn mengikuti dinas Bapak. Hobi saya memancing, membaca dan
mendengarkan musik. Bintang saya Scorpio dan shio saya Landak. Saya penggemar berat kucing
dan saat ini masih memelihara 4 ekor di …bla bla bla … bla bla bla …”
Bukan hanya isinya tak berguna utk menambah poin wawancara kerja Anda, tapi si
pewawancara juga tak punya banyak waktu utk mendengarkan biografi kehidupan Anda.
Atas pertanyaan “Silahkan ceritakan ttg diri Anda” maka sebaiknya kita anggap sbg “Harap
ceritakan dg singkat tentang pengalaman profesional dan juga pengalaman apapun yg relevan utk
disampaikan yg membuat Anda terbilang pantas untuk pekerjaan ini.”
Jangan lakukan kesalahan klasik dg membagi terlalu banyak informasi pribadi yg tak penting.
“Saya sukanya makan rawon pedas karena rasanya menantang dan saya suka musik dangdut krn
saya adl anak bangsa yg setia pada budaya bangsa.”
Jangan. Jangan njawab seperti itu.
“Saya dulu sekolah di SDN Sudirman VIII Cimahi, lalu pindah ke SDN Wiroborang
Probolinggo, setelah itu SMPN 1 Probolinggo, SMUN 1 Probolinggo dan lalu kuliah di jurusan
Teknik Elektro Universitas Brawijaya selama empat tahun. Di sana saya belajar banyak ttg
teknologi Robotic dan kecerdasan buatan.”
Tak perlu juga habiskan waktu wawancara Anda untuk sampaikan apa2 yg si pewawancara
mustinya sudah baca di CV Anda. Bahkan ketika diminta bercerita, itu adalah waktu yg harus
digunakan untuk menjual pengalaman dan kompetensi relevan.
Yg si pewawancara butuhkan adalah snapshot – sebuah rangkuman tak lebih dari satu atau dua
menit – dari pengalaman dan latar belakang Anda. Bacalah iklan kerjanya baik-baik dan
ambillah kata-kata kunci dari kualifikasi yg dibutuhkan oleh si pewawancara. Bisa jadi tentang
keahlian, pengalaman atau mentalitas tertentu. Bicara ttg kucing piaraan boleh, asal itu relevan
dg kualifikasi yg dibutuhkan.
“Saya memelihara 12 kucing di rumah. Semuanya sehat, indah dan terawat. Dari mereka saya
jadi banyak belajar ttg manajerial, kesabaran, ketelatenan dan juga mentalitas higienis.”
OK, if you say so. Klo menurut Anda nyambung ya ga papa.
Yg penting, sebaiknya mencakup pointer berikut:
• Peran yg pernah Anda jalani. “Saya adalah seorang konsultan SDM”
• Berapa lama Anda menjalaninya dan di mana saja. “12 tahun pengalaman dg
pelanggan berbagai perusahaan jasa dan media di Jawa Timur, Bali dan Kalimantan.
Semua itu membuat wawasan saya tentang proses bisnis jadi semakin dalam, dan
kemampuan kreatif saya pun juga bertambah”
• Kompetensi dan pencapaian. “Saya bertanggung jawab pada aktivitas pengembangan
SDM dan telah berhasil membuat performa karyawan pelanggan saya naik hingga
minimal 210 %. Sehari-harinya, saya memimpin tidak kurang dari 12 orang konsultan
senior dan yunior.”
• Ciri khusus yg jadi kelebihan. “Teman dan relasi saya menilai saya sbg pribadi yg
pandai mendengarkan, penuh empati dan pandai memecahkan masalah”

Persiapan Diri untuk Interview/Tes Wawancara Kerja


Seberapa bagus performa seseorang pada interview akan sangat dipengaruhi oleh seberapa bagus
dia menyiapkan diri untuk itu. Dalam banyak kasus, kurangnya persiapan akan membuat rasa
PeDe jadi terkikis. Bahkan jika Anda sudah beruntung dengan menjadi kandidat favorit dan
hampir bisa dipastikan akan meraih posisi yg Anda kejar, tetap saja Anda perlu lakukan
persiapan untuk perbesar kemampuan Anda dalam menegosiasikan gaji.
Anda mungkin pernah mendengar ada orang yang berkoar-koar bahwa mereka tak pernah kok
lakukan persiapan untuk hadapi tes wawancara kerja dan ternyata wawancaranya juga
berlangsung oke-oke saja. Jika kita lakukan penelusuran lebih dekat, maka biasanya yg terjadi
adalah beberapa hal ini:
• Dia memang beruntung – ada di tempat yg tepat pada saat yg tepat;
• Dia punya koneksi yg bagus;
• Dia bermain di pasar tenaga kerja di mana terdapat permintaan yg tinggi dengan suplai yg
rendah;
• Dia melamar pada pekerjaan yg tak berada jauh dari zona nyaman mereka; atau
• Dia melamar kerja secara internal (dalam perusahaan) dan pesaingnya adalah kandidat
dari luar.
Persiapan untuk interview ini menjadi lebih terasa pentingnya ketika kita melihat sifat dasar dari
tes wawancara kerja. Dalam interview, tidak hanya Anda diminta untuk menjual (kompetensi)
diri dalam lingkungan yg kompetitif, namun juga dituntut untuk bisa mengkompres bongkahan
informasi yg panjang lebar serta beragam dalam bentuk yang: rapi, runtut, padat namun tetap
bisa dimengerti, tidak menimbulkan konotasi negatif, serta berisi informasi yg interviewer
memang ingin dengar. Ya wajar lah klo lantas tingkat stres seseorang bisa meningkat karenanya.
Tapi ternyata bukan hanya karena itu; interview secara mendasar adalah aktivitas yg jarang
dilakukan, sehingga kebanyakan orang tidak cukup familiar dan tentu akan canggung dalam
menghadapinya. Tidak hanya itu, kebanyakan orang Indonesia masih sungkan untuk mengatakan
perihal semisal,”Saya ahli dalam melakukan A, dalam menjual XYZ”. Bagi banyak orang, tes
wawancara kerja menjadikannya melakukan hal-hal/tindakan yg tidak biasa dilakukan dalam
keseharian. Oleh karenanya, persiapan menjadi prasyarat yg wajib.
So, persiapan yang baik untuk interview akan menguntungkan anda dalam:
• Meningkatkan rasa PeDe & kemantapan diri
• Membantu menjawab pertanyaan secara ringkas dan berisi, alih2 buang waktu untuk
sekedar sampaikan poin yg simple
• Membantu Anda dalam mengetahui apa yang perlu dikatakan dan bagaimana
menyampaikannya
• Membantu Anda dalam menghadapi pertanyaan2 susah
• Membantu Anda dalam menghindari ucapan2 yang akan menimbulkan kesan negatif
• Meningkatkan kemampuan rapport-building Anda.
Meskipun begitu, ada juga yang namanya persiapan yg salah. Salah satunya adalah berlatih dg
mengulang2 jawaban umum milik orang lain. Memang itu bisa sih ngasih semacam gambaran
tentang gimana bentuk jawaban yg bagus; tapi itu juga bisa malah merugikan. Perlu kita pahami
bahwa dalam banyak kasus, ndak ada yang namanya jawaban tunggal untuk setiap pertanyaan.
Apa yg dianggap jawaban mantab bagi seorang pewawancara bisa jadi malah dianggap cupu
oleh yg lain. Seseorang bisa saja menghafal luar kepala jawaban milik orang lain, persis sampe
kata per kata. Tapi dikhawatirkan hal ini malah membuat dia jadi terkesan kurang tulus atau
genuine, serta tampak rada ndak masuk akal ketika kemudian pertanyaan lanjutan -yg belum
pernah dihafal jawabannya- diajukan.
Lantas bagaimana sih persiapan interview yg benar?
Salah satu kunci terpentingnya adalah dg mengetahui perihal apa yang penting bagi
pewawancara dan apa2 yg mereka butuhkan. Kebanyakan pewawancara -entah mereka nyadar
apa nggak- biasanya ingin mendengar tiga hal dari Anda.

Can you do the job? Dengan kata lain, kamu punya nggak seluruh kompetensi, wawasan,
pengalaman atau potensi untuk perform bagus di kerjaan ini? Pewawancara ingin tahu apa2 yg
pernah Anda lakukan, bagaimana Anda melakukannya dan bagaimana hasilnya.
Kamu bakal cocok nggak dg orang2 (yg skr sudah kerja) dan budaya yg sudah
berkembang di sini? Ini adalah pertanyaan penting – ndak ada yang pengen kerja dg seseorang
yang ndak disukai, meskipun kompetensinya ada.
Seberapa termotivasinya Anda ini? Seberapa besar sih tekad dan keinginan Anda untuk
meraih posisi yang Anda incar?
Ndak ada jalan singkat untuk melatih kemampuan interview. Begitu Anda sudah menyiapkan
jawaban yg mantap, Anda perlu duduk, melatihnya hingga lancar, dan bukan sekedar hafal.
Penting sekali untuk melatih jawaban Anda keras-keras, alih2 sekedar dilamunin dalam pikiran.
Kebanyakan orang menemukan perbedaan antara apa yg mereka pikirkan dan apa yg bener2
terucap dari pikiran itu.
Sebenarnya cara yg paling ampuh ya dengan melakukan banyak tes wawancara, bahkan untuk
pekerjaan2 yg tidak Anda minati. Setelah interview berakhir, Anda hubungi pewawancara untuk
meminta umpan balik. Tapi rasa2nya males ya latihan dg cara begini
Ada baiknya Anda mensimulasikan tes wawancara kerja dengan bantuan teman yang kooperatif
(bisa diajak serius). Semakin nyata situasi yg bisa Anda simulasikan, semakin tinggi benefit yg
bisa Anda dapat. Klo bisa, jangan diktekan pertanyaan2nya ke teman Anda. Tapi klo dia memang
ndak ada gambaran, ya kasih aja daftar pertanyaan, dan suruh dia untuk memilih. Yang jelas,
pembelajaran penting yg perlu Anda dapat di simulasi ini adalah dalam menjawab pertanyaan2
tak terduga. Lalu jangan sungkan untuk minta umpan balik ke teman Anda. Kadang kan ada
teman yg sungkan klo ngasih kritikan. Pastikan Anda juga bisa bersikap baik dalam menerima
kritik, yg bahkan tidak disampaikan bersama dg masukan perbaikan.

Tips Negosiasi Gaji pada Tes Wawancara Kerja


OK, meskipun tips terkait cara menjawab pertanyaan interview belum usai, tapi saya rasa issue
terkait bagaimana menegosiasi gaji pada tes wawacara kerja juga tak kalah penting untuk
dibahas. Nah, aturan umum menegosiasi gaji seperti gini: Jangan bicarakan gaji sampai
kemudian Anda sudah mendapat kejelasan bahwa Anda-lah kandidat yg diharapkan (atau
merupakan salah satu dari sedikit yg terpilih). Namun, memang sih aturan kayak gitu susah juga
untuk dipatuhi. Upaya2 menghindar dari pertanyaan malah bisa-bisa berubah menjadi otot2an –
yg tentu tidak Anda inginkan.
Idealnya memang, pembicaraan terkait gaji baru bisa dilakukan jika pelamar kerja sudah tahu
betul dia mau ditempatkan di posisi mana, dan apa saja tanggungjawabnya. Tapi sialnya, tak
jarang employer merasa perlu menghemat waktu mereka dg melakukan penyaringan sejak dini.

Anda tentunya menginginkan gaji yg lebih besar ketimbang yg sudah Anda terima sekarang, itu
udah jelas. Untuk itu, ketika ditanya tentang riwayat gaji, sebaiknya Anda benar-benar sudah
tahu berapakah yg sebetulnya Anda sudah dapatkan sekarang. Saya pertegas lagi: Pastikan Anda
tahu berapa banyak sih sebenarnya benefit yg Anda peroleh. Beneran, banyak orang yg ndak tau
lho. Meskipun semua orang bisa nyebutkan dia dapat berapa per bulannya, tapi banyak yg lupa
memperhitungkan penghasilan tahunan, termasuk juga kompensasi non-gaji seperti tunjangan
kesehatan, bonus, bagi hasil, dana pensiun, training pengembangan diri, dan yg lainnya. Padahal
hal2 seperti itu aja sudah bisa nambah sampe 25 persen atau lebih dari gaji pokok Anda.
Pertanyaan terkait gaji ini memang terkesan seperti sebuah perangkap. Anda tentu ndak berharap
permintaan gaji Anda dianggap terlalu tinggi atau terlalu rendah. Klo terlalu tinggi, kredibilitas
Anda bisa rusak, kerja keras Anda sampai dg wawancara bisa dimentahkan. Sementara klo
terlalu rendah, bukan cuma maksud untuk tingkatkan standar hidup terbatalkan, itu malah bisa
jadi cerminan kurangnya rasa percaya diri, rendahnya self esteem dan ketidakmampuan untuk
menilai harga kompetensi diri.
Nah, lantas gimana? Seperti yg saya sampaikan di awal, jangan berikan jawaban gamblang di
awal. Anda harus membuat pelamar kerja melihat dulu performa Anda melalui tes wawancara,
sehingga dia bisa melihat kelayakan “harga” Anda. Tujuannya adalah agar Anda bisa mengambil
waktu sebanyak mungkin untuk membuat kesan sebaik yg Anda bisa berikan sebelum
pembicaraan tentang gaji dimulai. Ini ndak ada beda dg salesperson yg sedang berusaha menjual
produknya. Harga baru biasanya akan disebut ketika seluruh fitur dan benefit dari produk telah
tuntas dibicarakan. Membicarakan harga sebelum fitur dan benefit diungkap bukanlah cara
menjual yg bagus. Sama, itu juga bukan cara menegosiasi gaji yg bagus. Anda harus
presentasikan dulu keahlian dan wawasan Anda, serta bagaimana Anda bisa menguntungkan
perusahaan sebelum bicarakan tentang gaji.
Setahu saya ndak ada kok kasus di mana pelamar kerja ditolak gara2 dia belum menyebutkan dg
jelas berapa gaji yg dia minta di surat lamaran. Yg biasanya ada tu kasus pelamar ditolak gara2
sejak awal dia udah nyebutin permintaan gaji yg ndak cocok buat pemberi kerja.
Meskipun begitu, memang bisa jadi Anda akan menemui skenario ndak ideal. Ini adl kondisi di
mana Anda sudah ditanya berapa gaji yg diminta sejak awal interview, sebelum Anda sempat
meyakinkan pewawancara bhw Anda lah kandidat terbaik, atau sebelum Anda punya gambaran
terkait tanggung jawab yg akan diemban di posisi yg Anda incar.
Nah, dalam skenario situasi semacam ini, hal terbaik yg bisa Anda lakukan adl memberikan
respon pengalih pembicaraan untuk mengulur waktu. Mengapa? Sekali lagi, supaya Anda bisa
mencari info terkait posisi yg Anda incar, dan supaya Anda miliki lebih banyak waktu utk
menjual terlebih dahulu pengalaman dan kapabilitas Anda.

Pertanyaan: Berapa gaji yg Anda harapkan untuk posisi ini?


“Mohon maaf, Pak. Karena saya masih belum ada gambaran yg jelas terkait bagaimana posisi
ini, maka sebenarnya cukup susah bagi saya untuk menyebutkan angka. Saya berharap Bapak
berkenan untuk terlebih dahulu memberi saya gambaran dari posisi ini, dan juga rentang gaji
yg sudah ditetapkan di perusahaan. Berdasarkan pengalaman saya, nama jabatan yg sama atau
identik di perusahaan satu dan yg lain sebenarnya tidaklah benar2 mengartikan kesamaan.
Sehingga untuk bisa menyebut angka, saya rasa saya perlu tahu terlebih dahulu bagaimana
deskripsi tanggung jawab & pekerjaan dari posisi ini.”
Nah, jika Anda sudah sampaikan yg di atas tapi si pewawancara teruus aja ngejar, dan lalu
memaksa Anda utk menyebut angka, padahal Anda belum sempat menjual kompetensi diri
Anda. Yaa…[sigh]… sudah lah, sebut aja angka berapa gitu (do your research, please). Ini supaya si
pewancara ndak malah menganggap Anda ini merepotkan dan kurang komunikatif.
“Dengan lingkup tanggung jawab yg hendak saya emban, saya pikir saya layak untuk dihargai
dengan standar gaji tertinggi yg masih bisa diterima oleh sebagian besar perusahaan, yakni
dalam kisaran ___ hingga ___ juta rupiah.”
Pertanyaan: Berapa gaji Anda sekarang? Bagaimana riwayat gaji Anda?
“Saya bisa pahami bila Bapak ingin tahu tentang informasi tsb, dan tentu saja, saya amat tidak
keberatan untuk menyampaikannya. Namun rasanya akan lebih nyaman bagi saya bila Bapak
berkenan untuk memberi saya kesempatan utk terlebih dahulu menjelaskan bagaimana
tanggungjawab dari posisi saya sekarang, dan setelah itu menanyakan kpd Bapak terkait
bagaimana bentuk tanggungjawab dari posisi yg saya tuju di sini. Hal ini saya pikir bisa
membantu untuk melihat apakah kedua posisi tersebut benar2 bisa dibandingkan dari segi salary
dan benefit.”
Nah, lantas jika Anda merasa bener2 ndak bisa mengelak dari penyebutan angka? Silahkan ke
halaman dua.

9 Pertanyaan Sifat & Karakter pada Tes Wawancara Kerja


Pertanyaan tentang karakter dan sifat bisa jadi merupakan yang paling subyektif dari semua jenis
pertanyaan yg ada. Gawatnya, hal ini kadang bisa terpengaruh banget oleh mood (dan siklus
hormonal juga). Dan menariknya, mood dan kondisi produktif kita juga bisa dipengaruhi oleh
waktu. Maksudnya, Anda ngerasa ngga klo Anda merasa paling produktif pada waktu2 tertentu
dalam satu hari, atau waktu2 tertentu dalam satu minggunya. Bagi banyak orang, hari senin
adalah hari yg kurang mbikin semangat. Entah karena kecapekan akibat lelah beristirahat pada
sabtu minggunya atau benar2 karena males.

Apapun deh, menghadapi pertanyaan tentang karakter dan sifat tidaklah menjadi begitu
mudahnya mentang2 kita sudah tau banyak tentang teori kepribadian plus.
Baik, mari kita mulai:
1. Menurut Anda sendiri… apakah Anda ini pintar?
(ingat, ada beda antara rendah hati dan rendah diri. Dan ini bukanlah waktu untuk menjadi
sempurna pada keduanya.)
Iya. Dalam artian bahwa kepintaran di sini bukan sekedar diukur dari hasil tes IQ. Saya pikir
kepintaran seseorang akan benar2 tampak ketika seseorang menghadapi beragam situasi dan
berinteraksi dengan banyak orang. Dan dari aspek itulah saya merasa miliki keunggulan. Saya
memiliki rasa percaya diri yg besar pada kemampuan saya untuk bekerja dengan orang lain,
menyelesaikan permasalahan bisnis, dan juga membuat keputusan yg terkait urusan kerja. Tentu
saja masih ada banyak hal yang saya belum tahu, tapi saya optimis bahwa saya bisa
mempelajarinya. Sehingga saya lalu juga mengartikan kepintaran sebagai kemampuan yg baik
untuk mengajukan pertanyaan pintar, mendengarkan dengan seksama, dan menyadari tak ada
orang yg tahu tentang segalanya.
2. Apakah Anda merasa bosan bila harus melakukan pekerjaan yg sama berulang-ulang?
Tidak juga. Bila pekerjaan itu memang sudah menjadi tugas saya, maka saya tidak akan merasa
bosan karena itu memang tanggung jawab saya untuk merampungkannya dengan kemampuan
terbaik. Menurut saya, pekerjaan itu tidaklah harus punya sifat menghibur, yang penting saya
telah meyakini bahwa itu adalah harga yg harus dibayar untuk meraih kesuksesan yg lebih tinggi.
Saya berpendapat bahwa bila ada seseorang yang mudah bosan dengan repetisi, maka dia bisa
jadi akan mengalami masalah yg cukup serius nantinya. Karena terkadang kita harus
mengesampingkan kesukaan kita dan berfokus pada melakukan apa2 yang memang harus
dilakukan – meskipun itu bukanlah suatu hal yg baru.
Saya pikir sampai saat ini saya sudah terlalu sibuk untuk mengerjakan tugas saya sehingga
sampai2 tidak sempat untuk merasa bosan
3. Anda lebih menyukai kerja dalam tim atau sendirian?
Bekerja dalam tim adalah salah satu elemen terpenting dalam sukses karir dan juga hidup.
Sepengetahuan saya, bila seseorang tidak bisa bekerja dengan baik dalam tim, maka dia pun
biasanya juga akan susah untuk bekerja dan berkomunikasi secara produktif dalam hubungan
orang per orang.
Meskipun kerja tim amatlah penting, namun saya tetap mampu produktif dalam bekerja
sendirian. Terkadang tekanannya memang terasa lebih berat, tapi saya sudah terbiasa untuk
menganggapnya sebagai tantangan. Terkait manakah yg saya pilih; apakah bekerja dalam tim
atau sendiri, maka itu tergantung pada manakah cara yg terbaik untuk merampungkan pekerjaan.
Atas pilihan mana pun, saya masih bisa bekerja sama kerasnya dan dengan inisiatif penuh.
4. Apakah Anda suka bekerja dengan “benda”; apapun bentuknya?
(bila memang iya, apalagi pekerjaannya memang membutuhkan kompetensi teknis)
Ya, sedari dulu saya memang punya bakat dan kecepatan dalam mempelajari kemampuan teknis.
Saya suka sekali bekerja dengan mesin dan gadget. Ketertarikan saya itu membuat saya bisa
mengoperasikan banyak perangkat. Meskipun begitu saya juga punya kemampuan untuk
mengkonseptualisasi sebuah penugasan dan lalu menerjemahkan konsep itu ke dalam bentuk
konkrit implementasi di lapangan (baca: artinya klo Bapak ngasih saya perintah, bapak ndak
perlu tahu tentang cara pengoperasian perangkat/mesin/gadget untuk memfasilitasi perintah itu.
Cukup katakan saja perintahnya, ntar saya bisa kok mendayagunakan semua perangkat/mesin itu
untuk memfasilitasi keinginan bapak.)
5. Apakah Anda suka bekerja dengan angka?
(bila memang iya, atau bila pekerjaannya memang membutuhkan kemampuan analitis dan
matematis)
Tentu saja. Itu memang yang menjadi dasar untuk pekerjaan ini. Saya punya bakat yang kuat
dalam mengurusi angka saya mampu menangani sisi hitung-hitungan dari bisnis. Pencatatan dan
pembukuan yang akurat memang bagian manajemen yang penting dan bisa membantu dalam
menunjukkan wilayah2 yang bisa dikembangkan. Dan di bagian situlah saya memiliki bakat dan
kemampuan.
6. Apakah Anda suka bekerja dengan orang?

(bila memang iya, atau situasi yang diharapkan memang adalah kerja tim)
Iya, sangat. Bila kita bermaksud untuk memenuhi target dan menindaklanjuti rencana
pertumbuhan yang telah dicanangkan, maka kita memang harus mengatur dan mengkoordinasi
kerja dari banyak orang. Saya percaya dengan kekuatan sinergi dalam kerja tim, di mana daya
kreativitas yang muncul di sana akan lebih besar ketimbang yang bisa dimunculkan oleh orang
per orang secara sendiri-sendiri.
(tapi bila tidak, atau bila pekerjaannya menuntut Anda untuk bisa kerja sendirian)
Saya selalu bisa bekerja dengan orang lain, tapi saya tak punya kesulitan untuk bekerja sendirian.
Saya punya kemampuan inisiatif yang besar. Saya juga bisa membuat target-target secara
mandiri, atau menjalani target yang ditugaskan dan merampungkannya.
7. Apakah Anda betah menangani hal-hal detail?
Iya, saya kira begitu. Saya bersedia melakukan apa-apa yang ditugaskan kepada saya. Bila
ketelitian ekstra pada detail adalah salah satu prasyarat di dalamnya, maka saya pun akan
melakukannya. Saya percaya bahwa sukses dan percepatan karir adalah hasil langsung dari
terlaksanya tugas dengan baik, termasuk di dalamnya adalah ketelitian pada hal-hal yang detail.
8. Apakah Anda punya jiwa kompetitif?
Iya, saya punya itu. Menurut saya, sifat kompetitif itu diperlukan agar bisa sukses di lingkungan
korporat. Namun dengan sifat kompetitif ini bukan berarti berkompetisi secara ganas dengan
rekan kerja untuk mendapatkan pengakuan, kenaikan gaji, atau promosi. Bila saya bekerja
dengan baik dan selalu memberikan upaya terbaik, saya yakin imbalannya pasti akan datang.
Yang penting, kompetisi terbesar adalah dengan diri saya sendiri. Maksudnya, saya selalu
berusah memecahkan rekor pribadi saya sendiri – untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik
atau lebih cepat dari yang sudah pernah saya lakukan.
9. Apa yang Anda lakukan bila Anda punya cara pandang yang berbeda dengan atasan?
Yang jelas saya bukan seorang yes-man. Tapi meskipun begitu, saya cukup berhati-hati dengan
bagaimana saya mengekspresikan pendapat. Saya tidak akan seenaknya menyatakan
ketidaksepakatan saya atas pimpinan di depan banyak orang. Karena saya tahu rata-rata orang
tidak suka dicela di depan umum. Selama rapat berlangsung, saya biasanya membuat mencatat
dengan baik, lalu memberikannya kepada orang lain secara rahasia. Saya percaya kita bisa
menunjukkan ketidaksepakatan dengan tanpa menunjukkan sikap pertentangan. Yang penting
kan bukan ketidaksepakatan kita itu, namun adalah agar pendapat kita didengar dan dihargai.
Dan saya tahu betul bahwa cara kita menyampaikan sesuatu akan menentukan apaka

h pendapat kita akan didengarkan atau tidak.


Pertanyaan terkait Latar Belakang Pendidikan pada Tes
Wawancara Kerja
Pertanyaan tentang latar belakang pendidikan memang tidak sesensitif pertanyaan terkait pribadi
dan keluarga. Tapi ternyata bagian ini masih bisa membuat pelamar kerja tersandung.
Kebanyakan orang akan sangat memusingkan ijazah ketika bicara tentang hal ini. Memang benar
ijazah itu penting, tapi nyatanya dunia industri kita sudah mulai menyadari bahwa ijazah tidak
serta merta merepresentasikan kompetensi.
Pun tak perlu minder jika kebetulan Anda bukan berasal dari perguruan tinggi ternama. Apalagi
bila Anda tidak bermaksud untuk melamar kerja yang sesuai dengan bidang studi Anda. Bila
demikian halnya, sebenarnya justru kurang baik bila Anda berlebihan dalam mencantumkan
rangkaian pendidikan formal non-formal yang ternyata kurang relevan dengan posisi yang Anda
bidik.
Baik, kita sekarang masuk ke skenario tanya jawab seperti biasanya.
1. Jadi Anda dulu kuliah di mana?
“Saya kuliah di _______, ______ (nama kota)”
2. Mengapa Anda memilih PT itu?
“Saya memilih ______(nama PT) karena atmosfir kompetitif yg ada di sana dan juga reputasi
baik yg dimiliki oleh ______ (nama PT). Meskipun saya bisa memilih PT yang lain, _____
(nama PT) amat menekankan kompetensi praktis dan memfasilitasi aktivitas kemahasiswaan yg
relevan dengan rencana karier.”
(intinya, Anda harus memiliki argumen tentang keunggulan apapun yg PT Anda miliki. Jangan
sampai ada kesan Anda masuk ke sana karena terpaksa, meskipun tyt begitu perihal yg
sebenarnya. Anda tak boleh biarkan pewancara mengetahuinya Cepat atau lambat, Anda pasti
bisa membaca keunggulan PT Anda; entah dosen2nya yg amat suportif, iklim kemahasiswaan yg
amat kondusif, pemfasilitasan prestasi mahasiswa, atau apalah yg lain.)
“Kebanyakan teman SMU saya memilih PT atas pilihan orang tua mereka, namun saya berbeda.
Saya tetapkan sendiri di mana saya hendak lanjutkan pendidikan. Meskipun biaya kuliah dari PT
pilihan saya relatif lebih mahal dari PT yang lain, tapi justru itu malah bisa mendorong saya
untuk bekerja lebih keras. Tidak bisa tidak, saya harus berupaya untuk menghidupi diri sendiri.
Pada akhirnya saya merasa puas dg keputusan saya, karena pengalaman saya di ____ (nama PT)
mengajarkan banyak hal seperti kemandirian, manajemen waktu, dan nilai-nilai kerja keras.”
3. Apakah keluarga Anda memiliki pengaruh dalam menentukan pilihan PT Anda?
“Keluarga saya tentu memiliki beberapa saran untuk saya, tapi mereka menyadari bahwa saya
telah cukup yakin dengan diri sendri dan sudah tahu apa-apa yang saya inginkan. Sehingga
mereka pun memberi keleluasaan pada saya. Mereka sepakat dengan pilihan saya asalkan saya
membagikan hasil temuan dan riset saya kepada mereka.”
4. Apa yg membuat Anda memilih jurusan _____ ?
Jika Anda merasa bahwa pilihan jurusan Anda relevan dengan posisi yg Anda bidik sekarang:
“Sejak dahulu saya telah mengetahui bahwa bidang ____ (sebut saja: informatika, sejarah, atau
yg lain) merupakan bidang di mana saya bisa mengembangkan potensi saya secara maksimal,
dan saya tetap bertahan di sana karena memang terbukti bahwa pilihan saya benar. Tidak semua
orang merasakan keberuntungan seperti yg saya alami; yakni telah mampu membuat rumusan
karier sejak usia 18 tahun. Dan saya bersyukur karenanya.”
…atau jika Anda di jurusan tertentu tapi melakukan/mempelajari perihal yg lain:
“Sewaktu saya berusia 18 tahun, tidak ada yg terlihat lebih penting ketimbang ____ (sejarah,
sastra inggris, sebut saja). Dan karena dasarnya saya suka belajar, maka saya pun akhirnya
memutuskan untuk mengambilnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya sadar bahwa
saya perlu ilmu lain untuk membantu saya meniti karir.”
5. Apakah Anda sudah merasa membuat pilihan yg benar?
Jika memang iya, dan telah membuat titian karir yg relevan dg bidang keilmuan Anda:
“Iya, tentu saja. Sampai sekarang saya masih merasa puas dg pilihan bidang studi dan karir yg
saya titi terkait dengannya.”
Atau jika Anda model orang yg berpindah-pindah minat ataupun kerja:
“Iya, pada waktu itu saya memang merasa telah membuat pilihan yg benar. Saya meyakini nilai
dari pendidikan yg telah saya jalani, dan saya terus mencari hal yang lebih dengan melakukan
pembelajaran di tempat kerja. Saya cukup merasa bersyukur karena mendapat pengalaman yang
kaya di beberapa jenis pekerjaan. Hal itu secara nyata telah meningkatkan kemampuan kreatif
dan fleksibilitas saya, karena saya jadi bisa mempelajari pendekatan yg berbeda untuk
merampungkan kerja dengan baik.”
6. Bagaimana perkuliahan dan pengalaman magang atau kerja Anda membawa manfaat
untuk sekarang?

Program magang amat berguna untuk membentuk kompetensi praktis Anda.


“Pendidikan perkuliahan memberi saya tool untuk meraih sukses. Sementara itu, pengalaman
magang mengajarkan saya tentang bagaimana agar bisa merampungkan kerja dengan baik. Saya
mendapatkan banyak wawasan dari perkuliahan dan mendapatkan skill untuk menerapkan
wawasan itu dari tempat magang dan kerja praktek. Lebih jauh lagi, saya juga mendapatkan
kompetensi manajerial dan mentalitas produktif melalui kegiatan organisasi mahasiswa.”
“Saya juga mengambil banyak kesempatan untuk melakukan pengembangan diri seperti kuliah
tamu, workshop dan seminar. Bahkan ketika perusahaan/orang tua tidak membiayai, saya tetap
berusaha mengikuti acara2 pengembangan diri dengan uang pribadi. (klo bisa, sebutkan dua jenis
training dg materi atau pemateri terkenal)”
7. Mengapa Anda tidak melanjutkan kuliah?
Ini tentunya adl pertanyaan bagi Anda yg drop out dari kuliah.
“Ada dua alasan. Yang pertama adl ketidaksabaran saya untuk segera mencari uang alih-alih
sekedar belajar tentang teori. Alasan kedua adl saya merasa senang bila bisa aktif dan produktif.
Jadi saya bekerja sebagai part-timer untuk mencukupi biaya hidup bulanan saya, dan saya merasa
beruntung bisa bekerja di salah satu perusahaan yg mapan & profesional.”
“Bos di tempat kerja selalu inginkan yang lebih dari waktu dan bakat-bakat saya. Dalam banyak
kasus, saya bekerja di level yang jauh di atas apa-apa yg sedang saya pelajari di perkuliahan.
Akhirnya, saya memutuskan untuk drop out pada tahun ke ___ dan mendedikasikan waktu saya
secara full time untuk karir. Saya tidak pernah menyesali keputusan saya itu karena saya terus
belajar dan bertumbuh di karir dan pekerjaan saya.”
8. Bagaimana nilai mata kuliah Anda?
(jika nilai Anda selalu bagus, maka tentu bukan masalah. Tak perlu saya bahas di sini)
“Nilai saya tergolong rata-rata, namun saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk membuat
pencapaian di bidang lain, seperti kerja part-time dan aktivitas kemahasiswaan. Jadi saya dulu
pernah menjadi ____, ___, dan terlibat di kepanitiaan besar seperti ___ dan ___. Semua itu
memberikan pembelajaran yg amat kaya dalam hal kompetensi manajerial dan mentalitas
profesional.”
9. Harap sebutkan tiga hal yang Anda pelajari di perkuliahan yang mana itu kiranya bisa
bermanfaat di posisi yg Anda bidik sekarang?
“Dari banyaknya mata kuliah yang saya pelajari di kampus, saya melihat bidang yg secara
spesifik bisa diterapkan di posisi ini adalah ____, _____, dan ____. Namun sebenarnya saya
belajar tidak hanya dari mata perkuliahan, namun juga dari dosen dan rekan-rekan saya. Dari
perkuliahan, saya belajar banyak tentang problem solving, bagaimana membuat sebuah sasaran
dan kemudian mencapainya, serta bagaimana berkolaborasi dengan orang lain. Seluruh
pengalaman yang saya alami selama kuliah sesungguhnya telah memberikan sumbangsih yg
amat besar bagi saya.”

4 Tabiat Dunia Kerja yg Anda Harus Tahu


Berikut ini adalah beberapa tabiat dunia kerja yg Anda harus tahu agar bisa menyiasatinya,
khususnya bagi Anda2 yg baru mau terjun di dunia kerja. Beberapa darinya mungkin Anda ndak
suka, atau bahkan tidak bersepakat dengannya. Apapun deh, nyatanya semua yang disampaikan
di sini benar2 terjadi di dunia kerja.
1. Anda Pasti Akan Dibayar Seminimal Mungkin
Perlu teknik negosiasi gaji yg mantap untuk mendapatkan gaji yg diinginkan, karena dengan
jabatan yg sama, gaji bisa beda jauh. Buat yg sudah kerja, ini tentu sudah jadi pengetahuan
umum. Tapi bagi yg belum pernah bekerja, mereka pikir bukannya gaji di perusahaan udah ada
standarnya. Mereka pada bertanya, “Kenapa kok bisa gitu?”

Pertama, perusahaan pikir masih ada banyak orang yg bersedia menggantikan posisi Anda jika
memang Anda keberatan dengannya. Lalu bila Anda protes tentangnya, bisa2 harus ucap selamat
tinggal pada promosi. Yg jelas secara mendasar biaya karyawan masuk di prosentase terbesar
dari total biaya perusahaan. Komponen biaya ini biasanya dimonitor dalam berbagai pelaporan
dan budgeting. Ini adl salah kunci penentu performa perusahaan. Semakin kecil biaya

Jadi gimana dong?


Jika Anda memang lebih butuh jaminan aman -kerja yg ‘mapan’- ketimbang gaji yg gede, ya
silahkan menahan diri -ndak usah buru2 protes- dan baru ajukan permohonan Anda untuk naik
gaji pada saat review tahunan.
Secara umum, Anda memang perlu membangun CV yg benar-benar berkilau dan berani proaktif.
Proaktif dalam artian Anda perlu mengajukan diri untuk tangani project, ambil tanggung jawab
lebih, keluarkan saran2 bermutu, sambil kadang2 menelan harga diri dan bersikap kompromis
terhadap sikap/keputusan atasan.
2. Anda “Ndak Kan Bisa” Ndapetin Banyak Uang Slama Masih Kerja Buat
Orang Lain
Ada berapa banyak sih jumlah manajer senior di tempat kerja Anda? Dan bagaimana juga di
tempat lain? Rasionya paling2 berkisar antara 40:1 sampe 200:1. Seperti yg dikatakan oleh
sangTuti, cuman sedikit saja karyawan yg bisa dapet 80 juta-an per bulan. Jadi bila Anda bisa
dapatkan pendidikan, latar belakang, kemampuan, koneksi dan barangkali “keberuntungan” yg
sama seperti mereka, itu lah yang akan mempertinggi peluang Anda untuk bisa dapatkan uang
sebesar yg mereka dapat. Tapi bila Anda ndak punya salah satu apalagi beberapa darinya,
peluang Anda pun jadi menurun tajam.
Jadi sekarang silahkan bertanya pada diri sendiri, mau nunggu sampai kapan sampe bisa ndapetin
gaji seperti atasan2 Anda? Begitu sudah waktunya Anda dapet uang yang sama seperti mereka,
jangan2 sudah keburu mau pensiun. Padahal Anda kan mau uangnya sekarang – pengen beli
rumah, nyekolahkan anak, dst dst.
Jadi, apa yg bisa dilakukan?
Anda bisa terus bertahan dan “menunggu” hingga Anda dapatkan promosi demi promosi.
Atau Anda bisa masuk ke sektor usaha yg prospektif mendatangkan banyak uang seperti
informatika atau finance. Masing2nya membutuhkan spesialisasi dan upaya investasi -waktu,
biaya- belajar yg lumayan. Dan harus dipastikan dulu bahwa Anda bisa benar2 menikmatinya.
Atau Anda bisa seriusi hobi Anda untuk temukan cara2 yg bisa beri kemanfaatan bagi orang lain
dan jadi ahli di sana. Buka mata dan telinga lebar2, ngobrol2 dg teman, cari2 sapa yg kira2 bisa
diajak bisnis bareng. Inget2 apa sih yg bisa dipelajari dari atasan yg bisa diterapkan di luar? Ada
ngga kerjaan di perusahaan yg bisa Anda lakukan secara lebih baik dan murah? Ada ngga
gagasan luar biasa yg tidak diloloskan oleh pihak manajemen? Akumulasikan apa2 yg Anda tahu,
sapa tahu itu bakal berguna.
3. Bukan Tentang Apa, Namun Siapa
Bukanlah tentang apa2 yg Anda tahu, melainkan siapa2 saja yg Anda kenal dan lantas siapa2 saja
yg kenal dg Anda. Ketika Anda sudah bisa meningkatkan performa dalam hal kualitas, kuantitas
dari aspek pekerjaan, maka Anda harus membuat orang yg tepat mengetahui tentangnya. Orang
yg tepat? Iya, orang2 yg punya kuasa untuk mempromosikan Anda dan yg mana omongannya
begitu diperhatikan.
who vs what
4. Perhatikan dg Siapa Anda Diasosiasikan
Anda nggak harus berkumpul dg orang2 yg ndak cocok dg nilai2 Anda. Di tempat Anda kerja,
amat bisa jadi ada orang2 yang sukanya mengeluh, menggerutu, menggosip, gosip fitnah, hingga
yang sukanya ngutil barang2 kantor sampai korupsi. Mereka akan cari2 kesempatan untuk
menyalurkan hasrat mereka.
Kecuali Anda memang berniat mengentas mereka dan punya kekuatan pengaruh yg kuat, maka
sebaiknya Anda tidak masuk pada lingkar pertemanan mereka. Bahkan jangan sampai terlihat
akrab dengan orang2 semacam itu. Atasan Anda pastinya tau siapa2 saja orang yg sukanya gosip,
berbohong dan males2an klo dikasih kerjaan. Jika Anda berteman dg orang2 semacam itu, maka
yg terjadi adalah guilty by association, Anda akan ikut kena getah tanpa perlu menjadi sumber
getah.

Pertanyaan ttg Keluarga & Pribadi pada Tes Wawancara Kerja


Dalam tes wawancara kerja, pertanyaan pribadi dan keluarga bisa jadi menantang krn bisa
membuat diri jadi kelabakan, khususnya bila sudah menyangkut wilayah2 sensitif seperti status
dan latar belakang keluarga. Meskipun kebanyakan pertanyaan di wilayah ini hanya berpengaruh
kecil pada penentuan kompetensi, tapi wilayah ini akan menjadi dasar terkait attitude dan
kebiasaan profesional Anda. Pertanyaan ini juga bisa menjadi penentu mood dan persepsi awal
pewawancara sebelum melanjutkan ke pertanyaan2 berikutnya.
Anda bisa gunakan contoh jawaban berikut ini untuk dijadikan semacam gambaran dan template
yang masih bisa dimodifikasi dan disempurnakan. Meskipun jawaban ideal bisa Anda sampaikan
dengan persiapan yg cukup, namun tentu sebaiknya jawaban Anda didasarkan pada kenyataan
bahwa jawaban Anda memang mencerminkan diri Anda yg sebenarnya. Sehingga ketika Anda
mengetahui bahwa ada jawaban dalam pertanyaan wawancara berikut yg ternyata belum sesuai
dg diri Anda, maka sikap Anda adalah, “Berarti aku harus bisa menjadi spt yg akan aku ucapkan
ini”
Anda tidak sebaiknya menjadi siapapun yg bukan diri Anda pada tes wawancara, misal dg
berbohong atau merekayasa jawaban. Karena jika Anda lolos diterima dg tidak menjadi diri
sendiri, maka bukan diri Anda sendiri jugalah yg akan bekerja nanti. Dalam kondisi semacam
itu, pasti Anda akan merasa gerah dan tak nyaman.
Jawaban berkualitas pd tes wawancara kerja hanya bisa keluar dari mulut orang yg berkualitas.
Shg tujuan besar dg mengetahui template jawaban ini bukanlah utk meningkatkan kompetensi
mulut utk berbicara , melainkan meningkatkan kualitas diri shg mulut ini bisa kita biarkan
‘blak-blakan’ ketika berbicara
Pertanyaan Terkait Keluarga
1. Sebutkan pekerjaan orang tua Anda?
Pikirkan jawaban Anda dg cermat. Hindari ucapkan sesuatu yg bernada negatif, seperti “Ayah
saya cuma seorang tukang bersih-bersih” atau “Ibu saya nganggur di rumah” atau “Ibu saya tidak
bekerja”. Ini bisa terjadi bila Anda mengandalkan spontanitas ketika menjawabnya -tidak
melatihnya dulu- sementara Anda berada dalam kondisi PeDe yg lemah. Tunjukkan kebanggaan
atas latar belakang keluarga meskipun itu semisal sangat sederhana: “Ayah saya adl seorang
penjaga kebersihan, dan ibu saya adl seorang ibu rumah tangga yg aktif.” Tapi hati-hati untuk
tidak berlebihan sehingga terkesan congkak juga lho. Jangan sampai ada kesan bahwa Anda
merasa kompeten atau jagoan mentang2 orang tua adl orang -yg menurut perkataan Anda-
berpangkat & terpandang.
2. Apakah Anda masih tinggal bersama orang tua?
Klo emg iya ya ga papa to. Yang penting berikan kesan bahwa Anda telah membuat pengaturan
yg menunjukkan tanggung jawab alih2 ndak bondo.
“Iya, saya tinggal bersama kedua orang tua. Kami membuat pengaturan bahwa beban listrik dan
air saya yang tanggung, sementara biaya perawatan rumah orang tua yang tanggung. Pengaturan
semacam ini membuat saya masih bisa mengalokasikan pemasukan bersih saya untuk
pengembangan diri seperti untuk membeli buku atau mengikuti berbagai training dan seminar”.

(ndak usah ngaku klo uan gnya juga dibuat utk beli novel, komik atau

DVD PS2 )
3. Seberapa jauh rumah Anda dari sini (kantor)?
Jika Anda pas tinggal di tempat yg emang juauh dari kantor, ada baiknya Anda katakan bahwa
Anda bersedia mencari tempat yg lebih dekat dengan kantor. Terutama bila Anda melamar pada
kerjaan yg membutuhkan kehadiran sewaktu2 (misal surveyor).
“Jarak dari rumah ke sini 8 kilometer tepat, terhitung dari pintu rumah ke gerbang kantor. Dan
pagi ini sudah saya catat: jarak tersebut saya tempuh selama 47 menit”
atau
“Berkendara dengan motor dari rumah butuh waktu sekitar 1 jam 50 menit, untuk jarak 18
kilometer dari rumah saya ke sini. Itu dengan pertimbangan kemacetan tidaklah terlalu parah.
Saya tidak keberatan berkendara jauh dua kali sehari – toh saya sedari dulu suka memulai
aktivitas lebih awal. Namun jika saya diterima di sini, bisa jadi saya akan mempertimbangkan
untuk pindah di daerah sekitar sini”.
4. Berapa banyak waktu yg Anda habiskan bersama keluarga?
Perlu hati-hati juga untuk menjawab pertanyaan ini. Anda bisa jadi sedang diwawancara oleh
interviewer yang work-oriented dan punya prinsip bahwa pekerjaan adalah segala-galanya, atau
bisa jadi Anda diwawancara oleh mereka yang amat mementingkan keluarga. Sebelum Anda
menjawab, coba Anda lihat-lihat dulu ruangan sekitar Anda (sebaiknya segera setelah Anda
masuk ke ruangan). Apakah di sana ada foto keluarga, aksesoris meja yang itu terkesan dibuat
oleh anak-anak, atau yg lain. Yang berikut ini adalah jawaban umum. Silahkan Anda modifikasi
sendiri.
“Saya rasa saya biasa menghabiskan waktu yg cukup dengan keluarga saya. Bagi saya, keluarga
itu penting. Adalah keterikatan yang kuat dengan keluarga yang membuat saya amat temotivasi
untuk sukses dalam karir. Keluarga saya adalah inpsirasi saya dalam bekerja keras.
Saya juga miliki tanggung jawab yg besar pada pekerjaan saya, seperti halnya tanggung jawab
saya pada keluarga. Dan hal ini telah dimengerti dengan baik oleh keluarga saya. Keluarga saya
memahami bahwa saya memiliki komitmen profesional yg harus dijaga terkait dengan karir dan
pekerjaan.”
5. Menurut pendapat Anda, pernikahan yg sukses itu seperti apa?
Meskipun Anda belum menikah misal, mestinya Anda sudah punya gambaran tentang hal ini.
“Saya pikir pernikahan yang sukses itu adalah pernikahan yang didasarkan atas rasa saling
menghormati dan percaya satu sama lain, dengan cukup waktu untuk saling berbagi,
berkomunikasi satu sama lain, dan juga memberi. Klo salah satu anggota keluarga tidak bisa
mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka, pernikahan itu akan jadi menyengsarakan.
Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif untuk saling memahami kebutuhan satu sama
lain dalam hubungan keluarga sesungguhnya mengajari kita untuk bisa sukses dalam pekerjaan.
Lebih dari itu, pernikahan yang sukses akan mendorong kita untuk bisa lebih melesat di karir dan
pekerjaan. Seluruh orang sukses yang saya tahu mengawali sukses karir mereka dari keluarga.
Sehingga saya pikir pernikahan yg sukses patut untuk dicapai.”

Pertanyaan ttg Keluarga & Pribadi pada Tes Wawancara Kerja


Pertanyaan Terkait Manajemen Pribadi
Pertanyaan2 berikut terkait dg bagaimana Anda mengatur kehidupan pribadi Anda. Filosofi di
balik pertanyaan2 ini adalah bahwa keputusan dan kebiasan pribadi Anda bagaimanapun
memberikan semacam petunjuk terkait sikap dan kebiasaan Anda di tempat kerja.
6. Apakah Anda membuat pengaturan finansial untuk diri Anda?
Apapun jawaban Anda, yang penting itu menggambarkan tanggung jawab dan penilaian yg
bagus.
“Iya, tentu saja.”
atau
“Tidak item per item, sih. Yang jelas secara mendasar saya memang membuat perencanaan dan
budgeting untuk keperluan pribadi (dan keluarga) saya. ”
7. Apakah Anda punya tabungan?
(Hampir) Setiap orang pasti punya tabungan, kan. Meskipun isinya cuman tinggal 10 ribu perak,
tapi kan ya punya sih Biasanya pertanyaannya nggak sampe nanyakan saldo kok
“Iya, saya ada tabungan. Biasanya saya menyisihkan 5 persen dari pemasukan bersih saya untuk
ditabung”
8. Apakah Anda sekarang memiliki hutang?

Wadoh, ini Semoga saja Anda ndak punya hutang, sehingga njawabnya jadi gampang Jika
semisal Anda punya hutang, tunjukkan bahwa Anda tidak sedang berada dalam lilitan hutang yg
sedemikian pelik, dan bahwa Anda sedemikian perhitungannya sehingga tidak sembarangan
dalam berhutang.
“Saya saat ini sedang memiliki tanggungan untuk kontrakan rumah dan motor, tapi yang jelas
neraca keuangan keluarga saya masih sehat. Itu karena saya tidak pernah membuat hutang yang
itu melebihi kemampuan saya untuk membayarnya”
9. Apakah Anda punya penyakit kronis yang perlu kami ketahui?
Semoga saja Anda sedemikian sehatnya sehingga bisa menjawab pertanyaan ini dengan “Tidak”
yang lancar. Namun jika Anda memang ada penyakit kronis, cukup katakan saja penyakit yg
sekiranya memang akan berpengaruh pada produktivitas kerja Anda, dan juga penyakit2 yang
dengan jelas akan terdiagnosa pasca -semisal- Anda nanti diterima.
“Tidak, Pak. Saya tidak memiliki penyakit yang sekiranya akan mengganggu produktivitas saya.
Saya memang sempat terkena diabetes selama kurang lebih 2 tahun. Namun Alhamdulillah saya
mampu mengendalikan dan mendisiplinkan diri sehingga terbukti sampai sekarang saya tak
pernah mengalami masalah serius dengan kesehatan dan produktivitas saya.”

WAWANCARA KERJA Menjawab dengan cerdas, taktis dan


optimis
Meski anda merasa pintar dan brilian, jangan keburu yakin bahwa semua
pintu perusahaan akan terbuka secara otomatis untuk anda. Sebab
kenyataannya, para tuan dan nyonya pintar ini seringkali gagal dalam
wawancara. Alasannya ? tidak smart dan taktis dalam menjawab
pertanyaan.
1. Ceritakan tentang diri anda
Erina Collins, seorang agen rekruitmen di Los Angeles menyatakan
seringkali ada perbedaan yang mengejutkan antara ketika kita
membaca lamaran seseorang dengan saat berhadapan dengan si pelamar.
“Pengalaman menunjukkan, surat lamaran yang optimis tidak selalu
menunjukkan bahwa pelamarnya juga sama optimisnya,” kata Erina. Ketika
pewawancara menanyakan hal yang sederhana seperti “Di mata anda, siapa
anda?” atau “Ceritakan sesuatu tentang anda”, banyak pelamar menatap
pewawancaranya dengan bingung dan lalu seketika menjadi tak percaya diri.

“Saya merasa biasa-biasa saja” atau “tak banyak yang bisa saya
ceritakan tentang diri saya” seringkali menjadi jawaban yang dipilih
pelamar sebagai upaya merendahkan diri. Selama ini banyak artikel karir
konvensional yang menyarankan agar anda sebaiknya merendahkan diri sebisa
mungkin, sebagai upaya mencuri hati si pewawancara.
“Tapi ini jaman modern. Jawaban yang terlalu merendah dan banyak
basi-basi hanya menunjukkan bahwa anda sebenarnya tidak yakin dengan diri
anda. Dan perusahaan masa kini tidak butuh karyawan seperti
itu,” tegas Erina.
Pengalaman Eliana Burthon, staf humas sebuah hotel berbintang di New York
mungkin menarik untuk disimak. Ketika pewawancara memberinya satu menit
untuk bercerita tentang dirinya, Eliana mengatakan “Saya Eliana Burthon,
anak pertama dari lima bersaudara. Sejak SMA, saya aktif di koran
sekolah. Disitu saya menulis, mewawancarai orang-orang di sekitar saya
dan berhubungan dengan mereka. Dari situ saya sadar alangkah menariknya
bisa bertemu dengan orang banyak, berdiskusi dan mengetahui banyak hal
dari mereka. Diluar itu, saya senang musik, membaca dan traveling.Ketika
kuliah, saya sering menulis pengalaman jalan-jalan saya, atau sekedar
memberi referensi kaset yang sedang laris untuk koran kampus saya.”
Meski tak memberikan jawaban yang berbunga-bunga, apa yang diungkapkan
Eliana tentang dirinya menunjukkan bahwa dirinya terbuka, ramah dan punya
rasa ingin tahu. “Jawaban itu cerdas dan efektif untuk
menggambarkan bagaimana dia menyatakan secara implisit bahwa dirinya
merasa layak ditempatkan di posisi yang diincarnya. Pewawancara butuh
jawaban seperti itu. Cukup singkat, tapi menunjukkan optimisme yang
alamiah,” kata Erina Collins.
Kalau anda dipanggil untuk wawancara, sebisanya persiapkan diri dengan
baik. Rasa percaya diri dan menunjukkan bahwa anda menjadi diri sendiri
adalah yang terpenting. Pewawancara tidak butuh jawaban yang berbunga-
bunga, berapi-api apalagi munafik.
Pada kesempatan pertama, mereka biasanya ingin melihat bagaimana si
pelamar menghargai diri sendiri. Sebab itu, buatlah beberapa poin tentang
kemahiran anda, hal-hal yang anda sukai dan inginkan untuk masa depan
anda. Kalau telah menemukan poin -poin itu, berlatihlah mengemukakan
semua itu dalam sebuah jawaban singkat yang cerdas dan optimis.
2. Hati-hati pertanyaan jebakan
Siapapun idealnya tak suka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
memojokkan. Tapi begitulah kenyataannya ketika anda diwawancara.
Seringkali banyak hal tak terduga yang dilontarkan si pewawancara dan
membuat anda seringkali kelepasan bicara.
Dalam hal ini, Erina memberi contoh pengalamannya ketika mewawancarai
seorang pelamar tentang mengapa ia memutuskan pindah kerja.
“Ketika itu saya tanya ‘apa yang membuat anda memutuskan pindah kerja?
tadi anda bilang, lingkungan kerjanya cukup nyaman kan?’ dan pelamar itu
menjawab ’saya tidak suka bos saya. Seringkali ia membuat saya jengkel
dengan pekerjaan-pekerjaan tambahan dan itupun tidak membuat gaji saya
naik.’Saya lalu berpikir, apa yang akan dia katakan jika suatu saat
keluar dari perusahaan saya tentulah tak beda buruknya dengan apa yang
dia ungkapkan pada saya tentang perusahaan lamanya,” ungkap Erina.
Poinnya, taktislah dalam memberi jawaban. Jangan pernah memberi jawaban
yang menjelekkan tempat kerja anda yang lama atau apapun yang konotasinya
negatif. Lebih baik kalau anda menjawab “saya menginginkan ritme kerja
yang teratur dan terjadwal.
Mengenai gaji, sebenarnya di tempat kerja yang lama tak ada masalah, tapi
tentu saya senang kalau ada peluang untuk peningkatan gaji.” Atau kalau
anda ditanya tentang kelemahan anda, lebih baik tidak menjawab “saya
sering telat dan lupa waktu.” Tetapi jawablah lebih taktis, misalnya
“kadang saya memang pelupa, tetapi beberapa waktu ini sudah membaik
karena saya selalu mencatat segalanya di buku agenda.” atau “saya sering
kesal kalau kerja dengan rekan yang lamban, tetapi
sebisanya kami berdiskusi bagaimana caranya menyelesaikan kerja dengan
lebih cepat.”
Dalam wawancara, si pewawancara selalu berupaya mengorek sedapat
mungkin tentang kepribadian pelamar. Kadang pertanyaan sepele seperti
“Sudah punya pacar? Ada niat menikah dalam waktu dekat?” sering
ditanggapi buru-buru oleh si pelamar dengan menjawab misalnya “Sudah,
rencananya kami akan menikah akhir tahun ini.” Padahal, menurut Erina,
jawaban itu bisa jadi penutup peluang kerja anda. “Perusahaan selalu
ingin diyakinkan bahwa calon karyawannya hanya akan fokus pada pekerjaan
mereka, terutama pada awal masa kerja.
Jawaban bahwa anda akan menikah dalam waktu dekat justru menunjukkan
bahwa perusahaan bukanlah fokus anda yang sebenarnya, tetapi hanya
seperti selingan,” ujar Erina sambil menambahkan bahwa akan lebih baik
kalau anda menjawab “sudah, tapi sebenarnya saya ingin mempunyai
pengalaman kerja yang cukup sebelum memutuskan untuk menikah.”
3. Semangat dan bahasa tubuh
Dalam wawancara kerja, penampilan memang bukan nomor satu tetapi
menjadi pendukung yang ikut menentukan. Karena itu selain berpakaian
rapi, tidak seronok, mencolok atau banyak pernik, tunjukkan bahasa tubuh
yang baik. Jangan pernah melipat tangan di dada pada saat wawancara,
karena memberi kesan bahwa anda seorang yang kaku dan defensif. Idealnya,
tangan dibiarkan bebas untuk mengekspresikan kata-kata anda, tentu saja
dengan tidak berlebihan.
Selama wawancara berlangsung, buatlah kontak mata yang intens. Pelamar
yang sering membuat kontak mata menunjukkan keinginan untuk dipercaya
serta kesungguhan memberikan jawaban. Rilekslah dan sesekali tersenyum
untuk menunjukkan bahwa anda pribadi yang hangat. Umumnya, perusahaan
menyukai pelamar yang menyenangkan. Kurangi kata-kata “saya merasa…”
atau “saya kurang…” dan sebaiknya gunakan “saya pikir…”, “menurut
pendapat saya..”, “saya yakin…”, “saya optimis…”. Kata-kata “saya
merasa …” atau “saya kurang…” mengesankan anda lebih sering menduga,
menggunakan perasaan, tidak terlalu percaya diri dan tidak menguasai
persoalan.
Cara berpakaian yang baik dalam wawancara
Berpakaian yang “baik” dalam wawancara memang tidak dapat
digeneralisasikan karena setiap perusahaan memiliki kebiasaan-
kebiasaan/budaya perusahaan yang berbeda. Namun, ada beberapa tips yang
dapat diingat, antara lain:
· Cari informasi terlebih dahulu tentang perusahaan dan Bapak/Ibu yang
akan mewawancarai anda. Beberapa perusahaan memiliki peraturan atau
“kebiasaan” berpakaian secara formal, tetapi ada juga yang semi formal,
atau bahkan ada yang bebas. Hal ini penting, agar anda tidak dilihat
sebagai “orang aneh’, disesuaikan dengan posisi yang akan dilamar. Bagi
pelamar pria disarankan menggunakan kemeja lengan panjang dan berdasi,
tidak perlu menggunakan jas. Berpakaian rapih dan bersih, tidak kusut.
Hal ini memberi kesan bahwa anda menghargai wawancara ini.
· Berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok (mis.,mengkilap,
ngejreng).
· Bagi pelamar wanita berpakaian yang tidak terlalu ketat (rokbawah,
kancing baju atasan).
· Berpakaian dengan disain yang simple (tidak telalu banyak
pernik-pernik, toch ini bukan acara pesta).
· Tidak berlebihan dalam menggunakan wangi-wangian dan perhiasan.
Berapa gaji yang anda minta ?
Bila dalam wawancara, Anda ditanya berapa gaji yang anda inginkan,
bagaimana cara menjawab pertanyaan itu dengan baik tanpa menimbulkan
kesan bahwa Anda pencari gaji tinggi atau memberi kesan berapapun imbalan
yang diberikan Anda mau.
Pada umumnya perusahaan sudah mempunyai rentang standar gaji untuk
jabatan-jabatan yang ditawarkan. Bagi pelamar untuk posisi yang lebih
tinggi dan langka biasanya memiliki kekuatan tawar menawar yang lebih
tinggi. Jadi dalam menjawab pertanyaan tersebut anda harus memperoleh
gambaran dulu imbalan total yang akan anda terima dalam setahun.
Imbalan total adalah gaji dan tunjangan lain yang diberikan termasuk
insentif dan bonus. Selain itu perlu ditanyakan
apakah imbalan yang ditawarkan itu termasuk PPH atau netto.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut jawablah imbalan yang anda harapkan
setahun. Berdasarkan harga pasar yang sesuai untuk jabatan tersebut serta
nilai tambah yang anda miliki. Jawablah dengan diplomatis: ” Saya
berpendapat perusahaan ini pasti sudah mempunyai standar imbalan bagi
jabatan ini.
Berdasarkan pengalaman yang saya miliki dan kontribusi yang dapat saya
berikan pada perusahaan ini, saya mengharapkan imbalan yang akan
diberikan adalah minimal Rp. …/tahun ditambah fasilitas-fasilitas lain
sesuai dengan peraturan perusahaan.
Negosiasi mengenai gaji pada saat ini tidak lagi dipandang tabu oleh
sebagian besar perusahaan, namun anda diharapkan mengumpulkan informasi
dulu agar dapat bernegosiasi dengan baik.
Variasi pertanyaan dalam wawancara
Bagi pelamar terutama bagi pemula pencari kerja perlu mempersiapkan diri
dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapi.
Berikut ini kami berikan variasi-variasi pertanyaan yang kerap muncul
dalam wawancara:
Pertanyaan mengenai riwayat pendidikan :
· Mengapa anda memilih jurusan tersebut?
· Mata pelajaran apa yang anda paling suka, jelaskan alasannya.
· Mata pelajaran apa yang kurang anda sukai, jelaskan alasannya.
· Pada tingkat pendidikan mana anda merasa paling berprestasi, mengapa? ·
Apakah hasil ujian menggambarkan potensi anda, jelaskan?
· Siapakah yang membiayai studi anda?
· Bagaimana teman-teman atau guru mengambarkan mengenai diri anda? · Dalam
lingkungan macam apakah anda merasa dapat bekerja paling baik?
Pertanyaan mengenai pengalaman kerja :
· Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda
· Bagi yang belum pernah bekerja pada umumnya diminta untuk
menceritakan
mengenai aktivitas ekstra kurikuler selama studi.
· Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda, mohon dijelaskan. ·
Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda dan bagaimana anda
menyelesaikan hal tersebut
· Dengan kolega macam apakah anda senang bekerja sama?
· Dengan boss macam apakah anda senang bekerja?
· Bagaimanakah anda memperlakuan anak buah anda?
Pertanyaan mengenai sasaran anda :
· Mengapa anda ingin bekerja dalam industri ini?
· Apakah yang mendorong anda melamar kepada perusahaan kami?
· Apakah yang anda inginkan dalam 5 tahun mendatang?
· Apakah yang anda inginkan dalam hidup anda?
· Apa yang anda lakukan untuk mencapai sasaran anda?
Pertanyaan mengenai organisasi yang ingin anda masuki :
· Apakah yang anda ketahui tentang organisasi yang akan anda masuki? ·
Menurut anda faktor faktor sukses apa yang dibutuhkan seseorang untuk
bekerja disini?
· Apakah yang anda cari dalam bekerja?
· Bagaimana anda dapat berkontribusi dalam perusahaan ini?
· Menurut anda apa visi dan misi dari organisasi ini?
Nah, siap bersaing di dunia kerja? Yang penting, persiapkan diri anda
dengan baik dan jangan pernah meremehkan pertanyaan sekecil apapun dalam
wawancara kerja. Selamat bersaing!

You might also like