You are on page 1of 35

1

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA


TEXTBOOK READING DSM V
PERSONALITY DISORDER






OLEH :
RIRI KUMALA SARI
H1A 008 026



DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU
PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB
TAHUN 2014
2

Gangguan Kepribadian Histrionic
Kriteria diagnosis 301.50 (F60.4)
Pola pervasive mencari perhatian yang berlebihan, dimulai sejak dewasa muda dan dapat
terjadi pada beberapa kondisi, yaitu 5 (atau lebih) dari :
1. Pada situasi tidak mengenakkan dimana pasien bukan merupakan pusat perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain dengan karakteristik seksual yang sering menggoda/
seductive atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan ekspresi emosi yang dangkal dan cepat berubah.
4. Menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian.
5. Cara berbicara yang impresionistik dan tidak mendetail.
6. Menunjukkan diri yang dramatis, teatrikal dan emosi serta ekspresi yang berlebihan.
7. Sugestibel (mudah terpengaruh oleh orang lain atau mudah terpengaruh oleh situasi).
8. Mempertimbangkan hubungan yang lebih erat dari yang sebenarnya.

Karakteristik Diagnosis
Ciri diagnosis gangguan kepribadian histrionic yaitu pervasive dan emosional yang
berlebihan dan perilaku mencari perhatian. Pola ini dimulai sejak dewasa muda.
Individu dengan pola kepribadian histrionic seringkali merasa tidak nyaman atau tidak
dihargai ketika mereka bukan merupakan pusat perhatian (kriteria 1). Seringkali dramatis,
mereka cenderung menarik perhatian ke diri mereka melalui sifat antusias dan keterbukaan.
Kualitas-kualitas ini semakin lama akan semakin berkurang namun individu-individu ini
menuntut perhatian lebih. Jika mereka bukan merupakan pusat perhatian, mereka akan
melakukan sesuatu yang dramatis (seperti membuat-buat cerita) untuk menarik focus perhatian
ke diri mereka sendiri. Kebutuhan ini seringkali terlihat dalam perilaku mereka terhadap seorang
klinisi (seperti penyampaian gejala fisik maupun psikis yang dramatic dan berubah-ubah tiap
kunjungan, sering memuji, dll).
3

Penampakan dan perilaku dari individu dengan gangguan ini seringkali bersifat
provokatif secara seksual yang tidak sesuai dengan situasi (kriteria 2). Perilaku ini ditujukan
tidak hanya pada orang-orang tertentu, namun pada masyarakat luas. Ekspresi emosional dapat
bersifat dangkal dan berubah-ubah secara cepat (kriteria 3). Individu dengan gangguan ini
seringkali menggunakan tampakan fisik untuk menarik perhatian orang-orang lain (kriteria 4),
sehingga mereka menggunakan uang mereka secara berlebian untuk baju dan dandan. Mereka
sulit menerima kritik mengenai bagaimana mereka terlihat di foto dan mereka seringkali
memancing pujian dari orang lain.
Individu-individu ini memiliki gaya bicara yang impresionis dan kurang detail (kriteria
5). Opini-opini kuat diekspresikan dengan dramatis, namun alasan-alasan yang mendasari
seringkali tidak jelas dan difus, tanpa fakta yang mendukung dan detail. Individu dengan
ganggaun ini dikarakteristikkan dengan dramatisasi diri, teateritikal, dan ekspresi emosi yang
berlebihan (kriteria 6). Mereka dapat membuat teman dan kenalan mereka merasa malu dengan
emosi mereka yang berlebihan di depan publik. Namun emosi mereka tampaknya cepat padam
dan cepat timbul kembali sehingga orang lain mengira mereka berpura-pura.
Individu dengan gangguan kepribadian histrionic memiliki sugestibilitas yang tinggi
(kriteria 7). Opini dan perasaan mereka dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Mereka
sering memiliki kepercayaan yang berlebihan, terutama pada tokoh-tokoh khusus yang mereka
anggap dapat menyelesaikan masalah dengan mudah. Mereka memiliki tendensi untuk
berprasangka dan menyesuaikan pendirian mereka dengan cepat. Individu dengan gangguan ini
sering kali merasa hubungan mereka dengan orang lain lebih dekat dari yang sebenarnya,
sehingga mereka menyapa kenalan mereka dengan my dear, dear friend atau menyebut klinisi
yang baru dijumpainya satu kali atau dua kali dengan nama depan (kriteria 8).
Karakteristik terkait yang mendukung diagnosis
Individu dengan gangguan kepribadian histrionic sering kali memiliki kesulitan untuk
mendapatkan kemesraan emosi pada hubungan dengan kekasihnya dan secara seksual. Tanpa
disadari, mereka sering kali berperan sebagai (contoh : korban, putri) dalam hubungan mereka
dengan orang lain. Mereka akan berusaha mengontrol kekasih mereka dengan manipulasi emosi
atau rayuan pada satu sisi, sedangkan di sisi lain mereka menunjukkan sisi ketergantungan pada
4

kekasih mereka. Individu dengan gangguan ini sering memiliki gangguan hubungan dengan
teman yang berjenis kelamin sama karena provokasi seksual mereka sering dianggap sebagai
ancaman terhadap hubungan pertemanan mereka. Individu-individu ini sering kali meminta
perhatian konstan dari teman-teman mereka. Mereka menginginkan sesuatu yang baru, stimulasi
dan kesenangan dan memiliki tendensi untuk merasa bosan dengan rutinitas yang mereka jalani.
Individu-individu ini seringkali tidak dapat mentoleransi atau merasa frustasi dengan
kegembiraan yang tertunda dan tindakan mereka sering kali dilakukan untuk mendapatkan
kepuasan dengan cepat. Meskipun mereka sering memulai pekerjaan mereka dengan antusiasme
yang tinggi, namun antusias mereka berkurang dengan cepat. Hubungan jangka panjang sering
kali sulit dijalani untuk mendapatkan kesenangan pada hubungan baru.
Risiko bunuh diri tidak diketahui, namun pengalaman klinis menunjukkan bahwa
individu dengan gangguan ini memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi dan menginginkan
perhatian lebih dan memaksa untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Gangguan
kepribadian histrionic telah dihubungkan dengan rasio gangguan gejala somatik yang lebih
tinggi, gangguan konversi (gangguan gejala fungsional neurologi) dan gangguan depresi mayor.
Gangguan kepribadian borderline, narsistik, antisosial dan dependen seringkali juga menyertai.
Prevalensi
Data dari tahun 2001-2002 berdasarkan survey epidemiologic nasional terhadap alcohol
dan kondisi yang berkaitan menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian histrionic sebesar
1,84%.
Masalah diagnosis yang terkait budaya
Norma untuk perilaku interpersonal, tampakan personal dan ekspresi emosional sangat
bervariasi menurut budaya, jenis kelamin dan kelompok umur. Perlu mempertimbangkan
beberapa sifat (emosional, seductive, ciri interpersonal yang dramatic, senang mencari hal yang
baru, sosiabilitas, impresionabilitas dan tendensi terhadap somatisasi) untuk membuktikan
gangguan kepribadian histrionic. Sangat penting untuk mengevaluasi apakah mereka
menyebabkan gangguan klinis yang signifikan.

5

Masalah diagnosis terkait jenis kelamin
Dari sisi klinis, gangguan ini lebih sering didiagnosis pada wanita, namun rasio jenis kelamin
tidak berbeda signifikan. Di sisi lain, beberapa penelitian menggunakan analisa structural
melaporkan prevalensi yang hampir rama pada pria dan wanita.
Diagnosis diferensial
Gangguan kepribadian lain dan karakteristik personalnya. Gangguan kepribadian lain
sering dikelirukan dengan gangguan kepribadian histrionic karena mereka memiliki beberapa
kesamaan. Sangat penting untuk membedakan diantara gangguan-gangguan kepribadian ini
berdasarkan karakteristik masing-masing. Bagaimanapun, apabila individu memiliki
karakteristik kepribadian yang masuk kriteria satu atau lebih gangguan kepribadian selain
gangguan kepribadian histrionic, kesemuanya dapat didiagnosis. Meskipun kepribadian
borderline dapat juga memiliki ciri seperti mencari perhatian, perilaku manipulative dan emosi
yang cepat berganti. Hal ini dibedakan dengan adanya perilaku yang self destructive, gangguan
kemarahan pada hubungan yang dekat dan perasaan kekosongan yang dalam yang dirasakan
kronis serta gangguan identitas. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan gangguan
kepribadian histrionic memiliki tendensi untuk menjadi impulsive, superfisial, mencari kepuasan,
sembrono, seductive, dan manipulative. Namun, individu dengan gangguan kepribadian
histrionic lebih berlebihan pada emosi mereka dan tidak berkaitand dengan perilaku antisosial.
Individu dengan gangguan kepribadian histrionic manipulative untuk mendapatkan perhatian,
sedangkan pada gangguan kepribadian antisosial manipulative untuik mendapatkan keuntungan,
kekuatan atau materi. Meskipun individu dengan gangguan kepribadian narsistik juga mencari
perhatian dari orang lain, mereka biasanya menginginkan pujian terhadap superioritas mereka,
sedangkan individu dengan gangguan kepribadian histrionic ingin terlihat sebagai individu yang
lemah atau dependen apabila ini dibutuhkan untuk mendapatkan perhatian. Individu dengan
kepribadian narsistik sering melebih-lebihkan keakraban hubungan mereka dengan orang lain,
namun mereka lebih condong untuk menegaskan status VIP atau kekayaan teman-teman
mereka. Pada gangguan kepribadian dependen, individu sangat bergantung pada orang lain
secara berlebihan, terutama untuk mendapatkan pujian dan bimbingan, namun tanpa karakteristik
emosional yang berlebihan seperti pada individu dengan gangguan kepribadian histrionic.
6

Banyak individu yang menunjukkan karakteristik kepribadian histrionic. Hanya ketika
krakteristik ini tidak fleksibel, maladaptive, dan terus menerus hingga menyebabkan gangguan
fungsional yang signifikan atau gangguan subjektif barulah dikatakan mengalami gangguan
kepribadian histrionic.
Perubahan kepribadian akibat kondisi medis yang lain. Gangguan kepribadian histrionic
harus dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis, dimana karakteristik
tersebut muncul akibat efek kondisi medis tersebut terhadap system saraf pusat.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian histrionic juga harus dibedakan dengan
gejala yang dapat timbul berkaitan dengan penggunaan obat-obatan yang persisten.


7

Gangguan Kepribadian Narsistik
Kriteria diagnosis 301.81 (F60.81)
Pola perfasif terhadap kehebatan / grandiosity (pada fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk
dipuji, kurangnya empati, dimulai dari usia dewasa muda dan dapat timbul pada beberapa
kondisi tertentu seperti diindikasikan pada 5 atau lebih sebagai berikut :
1. Merasa diri sangat penting (contoh : melebih-lebihkan pencapaian dan bakat, ingin diakui
superior tidak sepadan dengan pencapaiannya).
2. Memiliki fantasi yang tidak terbatas terhadap kesuksesan, kekuatan, kebrilianan,
kecantikan atau cinta yang ideal.
3. Percaya bahwa dirinya special dan unik dan hanya dapat dimengerti oleh, atau
semestinya berhubungan dengan orang special yang lain atau orang dengan status yang
tinggi (atau institusi).
4. Membutuhkan pujian yang berlebih.
5. Has a sense of entitlement (contoh : ekspektasi tidak beralasan terhadap perlakuan baik
atau komplians otomatis dengan ekspektasinya)
6. Ekspoliatif secara interpersonal (contoh : mencari keuntungan terhadap orang lain untuk
mencapai tujuannya).
7. Kurang empati : tidak ingin mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain.
8. Sering iri terhadap orang lain atau merasa orang lain iri terhadapnya.
9. Menujukkan sikap arogan dan angkuh.

Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial dari gangguan kepribadian narsistik adalah pola pervasive
grandiosity, keinginan untuk dipuji dan kurangnya empati yang dimulai sejak dewasa muda dan
dapat muncul pada beberapa kondisi.
Individu dengn gangguan ini merasa dirinya sangat penting (kriteria 1). Mereka merasa
kemampuan mereka lebih dan melebih-lebihkan hasil pencapaian mereka, sering tampak sebagai
orang yang sombong dan angkuh. Secara implisit mereka sering melebih-lebihkan diri mereka
8

dan merasa kontribusi orang lain kurang atas pencapaian tersebut. Individu dengan gangguan
kepribadian narsistik sering memiliki fantasi mengenai kesuksesan yang tidak terhingga,
kekuatan, kebrilianan, kecantikan atau cinta yang ideal (kriteria 2). Mereka sering menginginkan
pujian dan keistimewaan dan membandingkan diri mereka dengan orang-orang yang
berpengaruh.
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih superior,
special, atau unik dan ingin orang lain untuk mengenal mereka demikian (kriteria 3). Mereka
berpikir bahwa mereka hanya dapat dimengerti dan hanya berhubungan dengan orang-orang
yang special atau memiliki status social yang tinggi maupun orang-orang yang dipandang
unik, sempurna, atau berbakat. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa kebutuhan
mereka special dan diluar pengetahuan orang biasa. Harga diri mereka merasa ditingkatkan dan
tercermin dari nilai ideal dari orang-orang yang berasosiasi dengan mereka. Mereka ingin
berhubungan dengan orang-orang yang dianggap top (dokter, hakim, instruktur) atau
berhubungan dengan institusi terbaik namun mereka tidak menghargai orang yang
mengecewakan mereka.
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik secara umum membutuhkan pujian yang
berlebih (kriteria 4). Harga diri mereka tanpa terkecuali sangat rapuh. Mereka sering berpikir
seberapa baik mereka telah bertindak dan sebagaimana mereka dihargai oleh orang lain. Hal ini
sering berbentuk sebagai kebutuhan mereka akan pujian dan perhatian konstan. Mereka ingin
kedatangan mereka disambut riuh mereka merasa keheranan apabila orang lain tidak iri hati akan
kepemilikan mereka. Mereka sering memancing pujian dari orang lain. A sense of entitlement is
evident in these individuals unreasonable expectation of especially favorable treatment (kriteria
5). Mereka merasa kesal apabila hal tersebut tidak terjadi. Sebagai contoh, mereka mengasumsi
bahwa mereka tidak perlu menunggu di antrian dan prioritas mereka sangat penting
dibandingkan orang lain dan orang lain harus mengalah pada mereka. Mereka juga merasa kesal
apabila orang lain gagal untuk membantu pekerjaan penting mereka. Adanya hal ini ditambah
dengan kurangnya sensitifitas terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain, dapat
mengakibatkan eksploitasi orang lain tanpa disadari (kriteria 6). Mereka ingin diberikan apa
yang mereka inginkan dan butuhkan, tanpa memperdulikan orang lain. Sebagai contoh, individu-
individu ini mengharapkan dedikasi dari orang lain dan sering kali melakukan pekerjaan
9

berlebihan sehingga tidak menyadari efeknya terhadap kehidupan mereka. Mereka sering kali
menjalin hubungan dengan orang-orang yang dianggap akan membantu mereka dalam mencapai
tujuan atau dapat meningkatkan derajat mereka. Mereka sering merampas hak spesial mereka
karena mereka menganggap diri mereka special.
Individu dengan gangguan kepribadian narsisti secara umum memiliki empati yang
kurang dan sulit mengenal keinginan, perasaan dan kebutuhan orang lain (kriteria 7). Mereka
beranggapan orang lain berpikir mengenai kesejahteraan mereka. Mereka selalu memikirkan
kepentingan mereka secara berlebihan sedangkan tidak memperdulikan orang lain yang juga
memiliki perasaan dan kebutuhan yang sama dengan mereka. Mereka sering merasa tidak sabar
ketika orang lain berbicara mengenai masalah dan kekhawatiran mereka. Individu-individu ini
mungkin tidak menyadari seberapa besar pernyataan mereka dapat menyakiti orang lain (contoh :
dengan gembira menceritakan pada mantan kekasih bahwa "Saya sekarang dalam hubungan
seumur hidup, menyombongkan kesehatan di depan seseorang yang sakit). Bila diakui,
kebutuhan, keinginan, atau perasaan orang lain cenderung dipandang sebagai tanda-tanda
kelemahan atau kerentanan. Mereka yang berhubungan dengan individu dengan gangguan
kepribadian narsistik biasanya merasakan perasaan yang dingin dan kurangnya rasa timbal balik.
Individu-individu ini seringkali iri dengan orang lain atau percaya bahwa orang lain iri
dengan mereka (kriteria 8). Mereka mungkin iri akan keberhasilan atau harta orang lain, merasa
bahwa mereka lebih baik dan layak keberhasilan, pujian, atau hak-hak istimewa. Mereka
mungkin secara kasar tidak memikirkan kontribusi orang lain, terutama ketika orang lain
menerima pujian atas prestasi mereka. Sombong dan perilaku angkuh merupakan ciri orang-
orang ini. Mereka sering menampilkan sikap sombong, menghina, atau merendahkan (kriteria 9).
Sebagai contoh, individu dengan gangguan ini mungkin mengeluh tentang kecerobohan seorang
pelayan sebagai tindakan "kekasaran" atau "kebodohan" atau menyimpulkan evaluasi medis
dengan evaluasi yang merendahkan klinisi.
Karakteristik yang mendukung diagnosis
Kerentanan terhadap harga diri membuat individu dengan gangguan kepribadian narsistik
sangat sensitif terhadap "luka" dari kritik atau kekalahan. Meskipun mereka mungkin tidak
menunjukkan secara lahiriah, kritik dapat menghantui orang-orang ini dan mungkin
10

menyebabkan mereka merasa dipermalukan, terhina, dan kosong. Mereka mungkin bereaksi
dengan jijik, marah, atau serangan balik menantang. Hal-hal tersebut sering mengakibatkan
penarikan diri secara sosial yang dapat menyamarkan kerendahan hati dan sifat bijaksananya.
Hubungan interpersonal biasanya terganggu karena merasa berhak untuk dikagumi, dan
mengabaikan perasaan orang lain. Melalui ambisi dan kepercayaan diri yang berlebihan dapat
menyebabkan pencapaian prestasi yang tinggi, kinerja dapat terganggu karena intoleransi
terhadap kritik atau kekalahan.
Kadang-kadang mereka mencerminkan keengganan untuk mengambil risiko dalam
situasi kompetitif atau lainnya di mana mereka mungkin untuk kalah. Perasaan malu atau
penghinaan dan kritik terhadap diri yang berkelanjutan dapat dikaitkan dengan adanya penarikan
sosial, mood depresi, dan gangguan depresi persisten (dysthymia) atau gangguan depresi mayor.
Sebaliknya, periode berkelanjutan perasaan kebesaran/ grandiosity mungkin terkait dengan
suasana hypomanik. Gangguan kepribadian narsistik juga berhubungan dengan anoreksia
nervosa dan gangguan penggunaan zat (terutama yang berkaitan dengan kokain). Gangguan
kepribadian histrionik, borderline, antisosial, dan paranoid mungkin berhubungan dengan
gangguan kepribadian narsistik.
Prevalensi
Estimasi prevalensi untuk gangguan kepribadian narsistik, berdasarkan definisi DSM-IV,
berkisar dari 0% menjadi 6,2% pada masyarakat.
Pengembangan dan perjalanan penyakit
Sifat narsisistik sangat umum pada remaja dan tidak selalu menunjukkan bahwa individu
akan terus memiliki gangguan kepribadian narsisistik. Individu dengan gangguan kepribadian
narsistik mungkin memiliki kesulitan khusus menyesuaikan diri dengan timbulnya keterbatasan
fisik dan pekerjaan yang melekat dalam proses penuaan.
Masalah diagnosis terkait jenis kelamin
Dari mereka didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsistik, 50% -75% adalah laki-
laki.
11


12

Diagnosis Diferensial
Gangguan kepribadian lain dan karakteristik kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya
dapat dikelirukan dengan gangguan kepribadian narsistik karena mereka beberapa ciri yang
sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gangguan ini didasarkan pada
perbedaan dalam ciri karakteristik mereka. Namun, jika seorang individu memiliki ciri
kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian selain gangguan
kepribadian narsistik, semua dapat didiagnosis. Ciri yang paling berguna dalam membedakan
gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik, antisosial, dan borderline,
adalah pada gaya interaktif yang centil dan tidak berperasaan yang merupakan karakteristik dari
gangguan kepribadian narsistik. Stabilitas relatif dari citra diri serta relatif kurangnya sifat self-
destruktif, impulsif, dan kekhawatiran akan ditinggalkan juga membantu membedakan gangguan
kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian borderline. Kebanggaan yang berlebihan dalam
prestasi, kurangnya tampilan emosional, dan tidak perduli terhadap sensitivitas orang lain
membantu membedakan gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik.
Meskipun individu dengan gangguan kepribadian borderline, histrionik, dan narsistik mungkin
memerlukan banyak perhatian, orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik khusus butuh
untuk dikagumi orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan narsistik
berbagi kecenderungan untuk menjadi keras hati, superfisial, eksploitatif, dan tidak memiliki
empati. Namun, gangguan kepribadian narsistik tidak selalu meliputi karakteristik impulsif,
agresi, dan kebohongan. Selain itu, individu dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin
tidak membutuhkan kekaguman dan iri hati orang lain, dan orang-orang dengan gangguan
kepribadian narsistik biasanya tidak memiliki riwayat adanya conduct disorder pada masa
kecilnya atau perilaku kriminal di masa dewasa. Baik dalam gangguan kepribadian narsistik dan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif, individu memiliki komitmen untuk perfeksionisme dan
percaya bahwa orang lain tidak bisa melakukan hal-hal sebaik mereka. Berbeda pada orang-
orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang memiliki kritik terhadap dirinya
sendiri, individu dengan gangguan kepribadian narsistik lebih mungkin untuk percaya bahwa
mereka telah mencapai kesempurnaan. Kecurigaan dan penarikan sosial biasanya membedakan
mereka dengan gangguan kepribadian schizotypal atau paranoid dari orang-orang dengan
gangguan kepribadian narsistik. Ketika hal ini terdapat pada individu dengan gangguan
13

kepribadian narsistik, hal ini terutama berasal dari kekhawatiran terungkapnya
ketidaksempurnaan atau kekurangan yang dimilikinya. Banyak orang yang sukses menampilkan
ciri-ciri kepribadian yang mungkin dianggap narsistik. Hanya ketika karakter ini tidak fleksibel,
maladaptif, dan terus menerus serta menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau
tekanan subjektif barulah disebut gangguan kepribadian narsistik.
Mania atau hypomania. Kebesaran mungkin muncul sebagai bagian dari episode manik atau
hypomanik, tetapi hubungan dengan perubahan mood atau gangguan fungsional dapat membantu
membedakan episode ini dengan gangguan kepribadian narsistik.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian narsistik juga harus dibedakan dari gejala
yang dapat berkembang dalam hubungan dengan penggunaan zat terus-menerus.

14

Gangguan Kepribadian Cluster C
Avoidant Personality Disorder
Kriteria diagnostik 301,82 (F60.6)
Sebuah pola pervasive dari inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap
evaluasi negatif, dimulai dari awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:
1. Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan karena
ketakutan kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan.
2. Tidak ingin ikut terlibat dengan orang-orang kecuali yakin akan disukai.
3. Menunjukkan sikap menahan diri dalam hubungan dekat karena takut dipermalukan atau
ditertawakan.
4. Terdapat preokupasi merasa dikritik atau ditolak dalam situasi sosial.
5. Merasa dihambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak mampu.
6. Melihat diri secara sosial tidak layak, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah dari
orang lain.
7. Merasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam setiap kegiatan
baru karena mereka khawatir merasa memalukan.
Karakteristik diagnostik
Karakteristik penting dari gangguan kepribadian avoidant adalah pola meresap inhibisi
sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif yang dimulai saat
awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks.
Individu dengan gangguan kepribadian avoidant menghindari aktivitas kerja yang
melibatkan kontak interpersonal signifikan karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan
(kriteria 1). Penawaran kenaikan pangkat pada pekerjaan dapat menurun karena tanggung jawab
baru dapat menghasilkan kritik dari rekan kerja. Orang-orang menghindari membuat teman baru
kecuali mereka yakin mereka akan disukai dan diterima tanpa kritik (kriteria 2). Sampai mereka
terbukti sebaliknya, orang lain dianggap tidak setuju. Individu dengan gangguan ini tidak akan
15

bergabung dalam kegiatan kelompok kecuali ada tawaran berulang dan terdapat dukungan dan
pengasuhan. Keintiman interpersonal sulit bagi orang-orang ini, meskipun mereka mampu
menjalin hubungan erat ketika ada jaminan penerimaan. Mereka mungkin bertindak dengan
menahan diri, mengalami kesulitan berbicara tentang diri mereka sendiri, dan menahan perasaan
intim karena takut terkena, diejek, atau dipermalukan (kriteria 3).
Karena individu dengan gangguan ini memiliki preokupasi terhadap kritik atau penolakan
dalam situasi sosial, mereka mungkin memiliki ambang rendah untuk mendeteksi reaksi tersebut
(kriteria 4). Jika seseorang bahkan sedikit mencela atau kritis, mereka mungkin merasa sangat
terluka. Mereka cenderung pemalu, tenang, dan "tak terlihat" karena takut akan direndahkan atau
ditolak. Mereka merasa bahwa tidak peduli apa yang mereka katakan, orang lain akan
melihatnya sebagai "salah", dan sehingga mereka tidak dapat mengatakan apa-apa sama sekali.
Mereka bereaksi keras terhadap isyarat halus yang cenderung mengejek atau mencemooh.
Meskipun kerinduan mereka untuk menjadi aktif peserta dalam kehidupan sosial, mereka takut
menempatkan kesejahteraan mereka di tangan orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian
avoidant terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena mereka merasa tidak mampu
dan memiliki harga diri yang rendah (Kriteria 5). Keraguan tentang social dan daya tarik pribadi
menjadi sangat nyata dalam interaksinya dengan orang asing. Orang-orang ini merasa mereka
tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain (Kriteria
6). Mereka biasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam setiap
kegiatan baru karena ini dapat terbukti memalukan (kriteria 7). Mereka cenderung melebih-
lebihkan potensi bahaya dari situasi biasa,dan gaya hidup yang terbatas merupakan akibat dari
kebutuhan mereka untuk kepastian dan keamanan. Seseorang dengan gangguan ini dapat
membatalkan wawancara kerja karena takut malu tidak berpakaian tepat. Gejala somatik marjinal
atau masalah lain dapat menjadi alasan untuk menghindari kegiatan baru.
Karakteristik yang berhubungan dalam membantu diagnosis
Individu dengan gangguan kepribadian avoidant sering waspada menilai gerakan dan
ekspresi dari orang-orang sekitarnya. Sikap mereka yang takut dan tegang dapat menimbulkan
ejekan dan cemoohan dari orang lain, yang pada gilirannya menegaskan dugaan mereka.
16

Orang-orang ini sangat cemas tentang kemungkinan bahwa mereka akan bereaksi
terhadap kritik dengan tersipu-sipu atau menangis. Mereka dideskripsikan oleh orang lain
sebagai "pemalu", "penakut", "kesepian," dan "terisolasi." Masalah utama yang terkait dengan
gangguan ini terjadi pada fungsi social dan kerja. Harga diri yang rendah dan hipersensitivitas
terhadap penolakan mengakibatkan kontak interpersonal yang terbatas. Individu ini mungkin
menjadi relatif terisolasi dan biasanya tidak memiliki dukungan jaringan sosial yang besar yang
dapat membantu mereka saat krisis. Mereka menginginkan kasih sayang dan penerimaan dan
mungkin berfantasi tentang hubungan ideal dengan orang lain. Perilaku avoidant juga dapat
mempengaruhi fungsi kerja karena orang-orang ini mencoba untuk menghindari jenis situasi
sosial yang mungkin penting untuk memenuhi tuntutan dasar dari pekerjaan atau untuk
kemajuan.
Gangguan lain yang sering didiagnosis dengan gangguan kepribadian avoidant termasuk
gangguan depresi, bipolar, dan kecemasan, terutama gangguan kecemasan sosial (social fobia).
Gangguan kepribadian avoidant sering didiagnosis dengan gangguan kepribadian dependen,
karena individu dengan gangguan kepribadian avoidant menjadi sangat melekat dan tergantung
pada teman mereka. Gangguan kepribadian avoidant juga cenderung untuk dapat didiagnosis
dengan gangguan kepribadian borderline dan dengan gangguan kepribadian Cluster A (misalnya,
gangguan kepribadian paranoid, skizoid, atau schizotypal).
Prevalensi
Data dari 2001-2002 Survei Epidemiologi Nasional Alkohol dan Kondisi Terkait
menunjukkan prevalensi sekitar 2,4% untuk gangguan kepribadian avoidant.
Pengembangan dan perjalanan penyakit
Perilaku avoidant sering dimulai pada masa bayi atau masa kanak-kanak dengan rasa
malu, isolasi, dan takut orang asing dan situasi yang baru. Meskipun rasa malu di masa kecil
adalah prekursor umum gangguan kepribadian avoidant, pada sebagian besar individu gangguan
ini cenderung untuk menghilang secara bertahap seiring usia. Sebaliknya, individu yang terus
mengembangkan gangguan kepribadian avoidant mungkin menjadi semakin malu dan avoidant
selama masa remaja dan awal masa dewasa, ketika hubungan sosial dengan orang-orang baru
17

menjadi sangat penting. Ada beberapa bukti bahwa pada orang dewasa, gangguan kepribadian
avoidant cenderung menjadi berkurang atau berkurang seiring dengan usia. Diagnosis ini harus
digunakan dengan hati-hati pada anak-anak dan remaja, yang memiliki perilaku pemalu dan
avoidant yang sesuai dengan tahapan perkembangan.
Masalah diagnosis terkait budaya
Mungkin terdapat variasi dalam sejauh mana kelompok budaya dan etnis yang berbeda
menganggap sifat malu-malu dan menghindar ini adalah hal yang wajar. Selain itu, perilaku
avoidant mungkin merupakan hasil dari masalah dalam penyesuaian diri yang disebabkan oleh
imigrasi.
Masalah diagnostic terkait jenis kelamin
Gangguan kepribadian avoidant tampaknya sama seringnya terjadi pada pria dan wanita.
Diagnosis Diferensial
Gangguan kecemasan. Tampaknya ada banyak tumpang tindih antara gangguan kepribadian
avoidant dan gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), begitu banyak sehingga mereka terdapat
konseptualisasi alternatif terhadap kondisi yang sama atau mirip. Penghindaran juga merupakan
ciri baik pada gangguan kepribadian avoidant dan agoraphobia, dan mereka sering terjadi
bersama-sama.
Gangguan kepribadian lain dan ciri-ciri kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya dapat
dikelirukan dengan gangguan kepribadian avoidant karena mereka memiliki ciri tertentu yang
sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gangguan ini didasarkan pada
perbedaan dalam ciri karakteristik mereka. Namun, jika seorang individu memiliki ciri
kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian di samping
gangguan kepribadian avoidant, semua dapat didiagnosis. Baik pada gangguan kepribadian
avoidant dan gangguan kepribadian dependen yang ditandai dengan perasaan tidak mampu,
hipersensitivitas terhadap kritik, dan kebutuhan untuk diyakinkan. Meskipun fokus perhatian
utama dalam gangguan kepribadian avoidant adalah menghindari penghinaan dan penolakan,
dalam gangguan kepribadian dependen fokus pada diatasi. Namun, gangguan kepribadian
18

avoidant dan gangguan kepribadian dependen sangat mungkin terjadi bersamaan. Seperti
gangguan kepribadian avoidant, gangguan kepribadian skizoid dan gangguan kepribadian
schizotypal dicirikan oleh isolasi sosial. Namun, orang dengan gangguan kepribadian avoidant
ingin memiliki hubungan dengan orang lain dan merasa kesepian, sedangkan orang-orang
dengan skizoid atau gangguan kepribadian schizotypal mungkin senang keadaan isolasi sosial
mereka. Gangguan kepribadian paranoid dan gangguan kepribadian avoidant keduanya ditandai
oleh keengganan untuk curhat orang lain. Namun, dalam gangguan kepribadian avoidant,
keengganan disebabkan lebih takut malu atau yang dirasakan, bukan takut akan niat jahat orang
lain.
Banyak orang menampilkan ciri-ciri kepribadian avoidant. Hanya ketika karakter ini
tidak fleksibel, maladaptif, dan terus menerus dan menyebabkan gangguan fungsional yang
signifikan atau subyektif barulah disebut gangguan kepribadian avoidant.
Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain. Gangguan kepribadian avoidant harus
dibedakan dari perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain, dimana sifat-sifat yang muncul
disebabkan efek dari kondisi medis lain pada sistem saraf pusat.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian avoidant juga harus dibedakan dari gejala
yang dapat berkembang dalam hubungan dengan penggunaan zat terus-menerus.

19

Gangguan Kepribadian Dependen
Kriteria diagnosis 301.6 (F60.7)
Kebutuhan yang pervasif dan berlebihan yang perlu ditatalaksanai yang mengarah ke perilaku
yang patuh dan bergantung pada orang lain, takut akan perpisahan, dimulai dari dewasa muda
dan dapat terjadi pada beberapa kondisi yang diindikasikan oleh 5 (atau lebih) kondisi sebagai
berikut:
1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan sehari-hari tanpa saran yang berlebih
dan diberikan penentraman hati oleh orang lain.
2. Membutuhkan orang lain untuk mengambil pertanggung jawaban atas banyak hal dalam
hidupnya.
3. Memiliki kesulitan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena
takut kehilangan dukungan dari orang lain. (tidak termasuk takut akan balas jasa.)
4. Sulit untuk memulai tindakan sendiri (karena kurangnya kepercayaan diri terhadap
pengambilan keputusan atau kemampuan dibandingkan dengan kurangnya motivasi atau
energy).
5. Dapat melakukan hal-hal yang melebihi batas wajar untuk mendapatkan perhatian dan
dukungan dari orang lain, hingga merelakan untuk melakukan hal-hal yang tidak
menyenangkan bagi dirinya sendiri.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya apabila sendiri karena ketakutan akan tidak
dapatnya mengurus diri sendiri.
7. Mencari hubungan lain dengan segera untuk menjadi sumber dukungan ketika hubungan
dekatnya dengan orang lain berakhir.
8. Merasa ketakutan ditinggalkan untuk merawat dirinya sendiri.
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial dari gangguan kepribadian dependen adalah kebutuhan yang
pervasive dan berlebihan untuk diurusi oleh orang lain yang mengarah ke perilaku
ketergantungan dan patuh pada orang lain serta takut akan perpisahan. Pola ini dimulai dari usia
dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi. Perilaku tunduk ini bertujuan untuk
20

mendapatkan perawatan dan berasal dari persepsi diri sendiri akan ketidakmampuannya untuk
menjalani secara adekuat fungsinya tanpa bantuan dari orang lain.
Individu dengan gangguan kepribadian dependen kesulitan untuk mengambil keputusan
dalam kehidupan sehari-hari (contoh : warna baju yang akan digunakan untuk bekerja atau
apakah harus membawa payung atau tidak) tanpa saran dari orang lain (kriteria 1). Individu-
individu ini condong untuk menjadi pribadi yang pasif dan mengizinkan orang lain untuk
mengambil inisiatif dan berasumsi tanggung jawab untuk berbagai area mayor dalam kehidupan
mereka (kriteria 2). Pasien dewasa dengan gangguan ini biasanya bergantung pada orangtua atau
pasangannya untuk memutuskan dimana mereka harus tinggal, jenis pekerjaan yang seharusnya
dilakukan dan tetangga mana yang harus dijadikan teman. Remaja dengan gangguan ini sering
kali membiarkan orangtua mereka untuk memutuskan pakaian apa yang akan mereka pakai ,
dengan siapa mereka harus bergaul, bagaimana mereka harus menghabiskan waktu luang dan
pendidikan yang harus mereka tempuh. Gangguan kepribadian dependen dapat timbul pada
individu dengan kondisi medis yang serius atau kecacatan, namun pada kasus-kasus tersebut
kesulitan dalam bertanggung jawab harus lebih dari batas normal yang berkaitan dengan kondisi
medis tersebut atau disabilitas tersebut.
Akibat takut hilangnya dukungan, individu dengan gangguan kepribadian dependen
sering kali memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan dengan individu lain,
terutama pada orang tempat mereka bergantung (kriteria 3). Individu-individu ini merasa tidak
dapat melakukan pekerjaan sendiri sehingga mereka setuju dengan hal-hal yang mereka anggap
salah dibandingkan kehilangan bantuan dari orang lain yang mereka anggap dapat membantu
mereka. Mereka tidak dapat marah dengan orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh mereka
karena takut akan dimusuhi oleh mereka. Apabila individu tersebut dapat mengekspreksikan
ketidaksetujuannya secara realistis, perilaku in tidak termasuk dalam bukti gangguan kepribadian
dependen.
Individu dengan gangguan ini memiliki kesulitan dalam mengawali suatu proyek atau
melakukan pekerjaan secara independen (kriteria 4). Mereka kurang memiliki kepercayaan diri
dan percaya bahwa mereka butuh bantuan untuk memulai dan melanjutkan tugasnya. Mereka
akan menunggu orang lain untuk memulai karena mereka merasa orang lain akan melakukan hal
tersebut dengan lebih baik. Individu-individu ini yakin bahwa mereka tidak dapat berfungsi
21

secara independen dan merasa diri tidak layak dan membutuhkan bantuan orang lain. Mereka
dapat berfungsi secara adekuat apabila orang lain dapat memantau dan menyetujui tindakan
mereka. Mereka dapat merasa takut tampil lebih kompeten, karena mereka merasa bahwa hal
tersebut akan mengakibatkan mereka kehilangan dukungan mereka. Karena mereka bergantung
pada orang lain untuk mengatasi masalah mereka, mereka sering tidak belajar menilai
kemampuan hidup secara independen, sehingga mereka akan terus menerus menjadi individu
yang dependen.
Individu-individu dengan gangguan kepribadian dependen dapat melakukan hal-hal
diluar batas kewajaran untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang lain, hingga ke
titik mereka rela melakukan tugas-tugas yang tidak menyenangkan apabila perilaku tersebut
dapat mendatangkan perhatian bagi mereka (kriteria 5). Mereka rela melakukan keinginan orang
lain, meskipun permintaan tersebut tidak masuk akal. Kebutuhan mereka untuk menjaga ikatan
tersebut sering kali berakibat terjadinya ketidakseimbangan atau gangguan pada hubungan
interpersonal yang dijalani. Mereka seringkali berkorban atau mentoleransi pelecehan secara
verbal, fisik maupun seksual (Harus diperhatikan bahwa hal ini sebaiknya dipertimbangkan
sebagai bukti adanya gangguan kepribadian dependen hanya ketika hal tersebut dapat secara
jelas dipastikan bahwa pilihan lain tersedia bagi individu tersebut). Individu dengan gangguan ini
merasa tidak nyaman atau tidak berdaya ketika sendiri (kriteria 6). Mereka akan mengikuti orang
lain dan menghindari keadaan sendirian, meskipun mereka tidak berminat atau tidak terlibat
dalam urusan tersebut.
Ketika hubungan dekat berakhir (contoh : perpisahan dengan kekasih, kematian dari
orang yang merawat mereka), individu dengan gangguan kepribadian dependen dapat mencari
hubungan lain segera untuk memenuhi kebutuhan perhatian dan dukungan yang mereka
butuhkan (kriteria 7). Kepercayaan mereka bahwa mereka tidak dapat bertahan apabila tidak
adanya hubungan dekat yang kemudian memotivasi individu ini untuk dengan cepat dan tidak
diskriminatif untuk menjalin hubungan dengan individu lain. Individu dengan gangguan ini
sering merasa takut ditinggalkan sendirian (kriteria 8). Mereka melihat diri mereka sebagai
individu yang sangat dependen terhadap saran dan bantuan dari orang penting bagi mereka.
Sebagai pertimbangan untuk membuktikan kriteria ini, rasa takut yang dialami haruslah
berlebihan dan tidak realistis. Sebagai contoh : pria tua dengan penyakit kanker yang pindah ke
22

rumah anaknya untuk mendapatkan perawatan dari anaknya menunjukkan perilaku dependen
yang semestinya diberikan dalam situasi individu tersebut.
Karakteristik terkait yang mendukung diagnosis
Individu dengan gangguan kepribadian dependen sering ditandai dengan sikap pesimis
dan meragukan diri sendiri, sering kali merasa kemampuannya lebih rendah dan secara konstan
merasa dirinya bodoh. Mereka dapat menerima kritik dan ketidaksetujuan sebagai bukti dari
ketidakbergunaan mereka dan sering kehilangan kepercayaan terhadap diri mereka sendiri.
Mereka sering mencari proteksi lebih dan dominasi lebih dari orang lain. Fungsi okupasi dapat
mengalami gangguan apabila dibutuhkan inisiasi yang independen. Mereka sering menghindari
posisi dengan tanggung jawab besar dan merasa cemas ketika diminta untuk mengambil
keputusan. Hubungan social condong terbatas dengan orang-orang tempatnya bergantung.
Terdapat peningkatan risiko terjadinya gangguan depresif, gangguan ansietas, dan gangguan
pengaturan (adjustment disorder). Gangguan kepribadian dependen sering timbul bersama
dengan gangguan kepribadian lain, terutama gangguan kepribadian borderline, avoidant dan
histrionic. Penyakit kronis atau perpisahan serta gangguan ansietas pada masa anak-anak atau
masa remaja merupakan predisposisi individu mengalami gangguan ini.
Prevalensi
Data dari tahun 2001-2002 Survei Epidemiologis Nasional Akohol dan Kondisi terkait
mengestimasi prevalensi kejadian gangguan kepribadian dependen sebesar 0,49% dan gangguan
kepribadian dependen yang diestimasi, berdasarkan kemungkinan subsample dari Survey
Komorbiditas Nasional tahap II sebesar 0,6%.
Perkembangan dan perjalanan penyakit
Diagnosis ini sebaiknya ditegakkan dengan hati-hati, terutama pada anak-anak dan remaja yang
sering terdapat perilaku dependen yang normal selama perkembangan mereka.
Masalah diagnosis terkait budaya
Derajat perilaku dependen yang masih dianggap wajar bervariasi menurut usia dan
kelompok sosiokultural. Usia dan factor budaya penting untuk dipertimbangkan dalam
23

mengevaluasi ambang diagnosis masing-masing kriteria. Perilaku dependen sebaiknya
dipertimbangkan sebagai karakteristik gangguan hanya ketika terdapat perilaku yang melebihi
batas wajar norma-norma budaya dan merefleksikan hal-hal yang tidak realistis.
Masalah diagnosis terkait jenis kelamin
Dari sisi kinis, gangguan kepribadian dependen didiagnosis lebih sering pada wanita,
meskipun beberapa penelitian melaporkan prevalensi yang hampir sama pada pria dan wanita.
Diagnosis diferensial
Gangguan mental lain dan kondisi medis. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan
dengan ketergantung yang timbul akibat gangguan mental (contoh : depresi, panic, agoraphobia)
dan gangguan yang timbul akibat kondisi medis lain.
Gangguan kepribadian lain dan karakteristik personal. Gangguan kepribadian lain sering
dikelirukan dengan gangguan kepribadian dependen karena mereka memiliki beberapa ciri yang
mirip. Sangat penting untuk membedakan gangguan ini berdasarkan karakteristik personalnya.
Namun, apabila individu tersebut memiliki karakteristik personal yang masuk kriteria satu atau
lebih gangguan kepribadian ditambah adanya gangguan kepribadian dependen, semuanya dapat
didiagnosis. Meskipun banyak gangguan kepribadian yang memiliki ciri dependen, gangguan
kepribadian dependen dapat dibedakan dengan adanya sikap bergantung, tunduk dan reaktif pada
gangguan ini. Baik pada gangguan kepribadian dependen maupun gangguan kepribadian
borderline memiliki ciri takut akan perpisahan ; namun individu dengan gangguan kepribadian
borderline merespon terhadap perpisahan tersebut dengan adanya kekosongan emosi, kemarahan
dan permintaan, sedangkan pada gangguan kepribadian dependen merespon dengan sikap yang
tenang dan patuh serta langsung mencari pengganti hubungan tersebut untuk mendapatkan
perhatian dan dukungan. Gangguan kepribadian borderline kemudian dapat dibedakan dari
gangguan kepribadian dependen dari pola tipikal hubungan yang tidak stabi dan intens. Individu
dengan gangguan kepribadian histrionic, sama seperti individu dengan gangguan kepribadian
dependen, memiliki kebutuhan kuat terhadap penentraman hati dan persetujuan orang lain,
biasanya terlihat kekanak-kanakan dan ketergantungan. Bagaimanapun, tidak seperti gangguan
kepribadian dependen, yang memiliki karakteristik tidak menonjolkan diri dan perilaku yang
patuh, gangguan kepribadian histrionic memiliki karakteristik senang berkumpul-kumpul dan
24

senang keramaian serta ingin perhatian dari orang lain. Baik pada gangguan kepribadian
dependen dan gangguan kepribadian avoidant memiliki perasaan yang merasa dirinya kurang,
hipersensitif terhadap kritik dan butuh penentraman hati. Namun, individu dengan gangguan
kepribadian avoidant sangat takut dihina dan ditolak sehingga mereka cenderung menarik diri
dari pergaulan sampai mereka yakin sepenuhnya mereka diterima. Kontrasnya, pada individu
dengan gangguan kepribadian dependen, memiliki pola mencari dan menjaga koneksi dengan
orang-orang yang dianggapnya penting, bukannya menghindari dan menarik diri dari pergaulan.
Banyak individu yang menunjukkan sifat kepribadian dependen. Hanya ketika sifat-sifat
ini menjadi tidak fleksibel, maladaptive dan terus menerus serta mengakibatkan gangguan
fungsional yang signifikan atau gangguan subjektif, barulah mereka disebut sebagai gangguan
kepribadian dependen.
Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain. Gangguan kepribadian dependen harus
dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis, dimana sifat tersebut muncul
akibat gangguan pada system saraf pusat.
Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan dengan gejala
yang timbul yang berhubungan dengan penggunaan zat yang persisten.
25

Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Kriteria diagnosis 301.4 (F60.5)
Pola pervasive preokupasi terhadap sesuatu yang berurutan, perfeksionisme dan control
mental dan interpersonal, serta tidak adanya fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi, dimulai dari
usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi yang diindikasikan 4 atau lebih kondisi
sebagai berikut :
1. Terdapat preokupasi terhadap detail, peraturan , urutan-urutan, organisasi atau jadwal
sampai ke taraf dimana poin utama aktivitas tersebut hilang.
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (contoh : tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan akibat standar-standar berlebihan yang ditetapkan sendiri).
3. Sangat berdedikasi berlebihan terhadap pekerjaan hingga tidak melakukan kegiatan
rekreasi dan social (bukan karena kebutuhan ekonomi).
4. Sangat teliti dan cermat yang berlebihan serta tidak fleksibel mengenai hal-hal atau
moralitas, etika dan nilai-nilai (tidak termasuk budaya dan agama).
5. Tidak dapat membuang benda-benda bekas atau benda yang tidak bernilai meskipun
sudah tidak memiliki nilai penting lagi.
6. Malas mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka
mengumpulkan tepat seperti apa yang diinginkan.
7. Memiliki gaya hidup yang hemat mengenai diri sendiri dan orang lain; uang dilihat
sebagai sesuatu yang seharusnya disimpan untuk kemungkinan timbulnya masalah/
bencana yang dialami di kemudian hari.
8. Menunjukkan sikap yang kaku dan keras kepala.
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya
preokupasi terhadap sesuatu yang berurutan, perfeksionisme dan control mental dan
interpersonal, serta tidak adanya fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Pola ini dimulai pada
usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi.
26

Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif mencoba untuk
mempertahankan control dengan mematuhi peraturan-peraturan, detail yang sepele, prosedur,
urutan-urutan, jadwal, atau bentuk hingga ke taraf poin hingga aktivitas tersebut hilang (kriteria
1). Mereka sangat berhati-hati dan sering melakukan repetisi, memperhatikan hal-hal yang tidak
biasa dan detail-detail dan secara berulang mengecek kemungkinan kesalahan-kesalahan. Mereka
terlupa akan kenyataan bahwa orang lain dapat menjadi kesal dan tidak sadar akan
ketidaknyamanan akibat tindakan mereka. Contohnya, ketika individu-individu salah meletakkan
urutan-urutan hal yang harus dilakukan, mereka akan menghabiskan waktu yang lebih untuk
melihat urutan-urutan tersebut dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengingat kembali dari
memori dan tetap melanjutkan untuk menyelesaikan tugas. Mereka tidak dapat mengalokasikan
waktu, dan tugas yang paling penting tidak dilakukan hingga ke batas waktu terakhir.
Perfeksionisme dan performa standard diri yang tinggi dapat menyebabkan disfungsi yang
signofikan dan distress pada pasien dengan gangguan ini. Mereka sangat memperhatikan detail-
detail dari pekerjaan mereka dan menginginkan pekerjaan mereka sempurna sehingga pekerjaan
tersebut tidak selesai (kriteria 2). Sebagai contoh, penyelesaian tugas laporan tertulis tertunda
akibat laporan tersebut yang direvisi berkali-kali untuk mencapai kesempurnaan sehingga
tenggat waktu tidak dapat dipenuhi dan aspek kehidupan individu tersebut yang tidak merupakan
focus aktivitas masa kini akan terganggu.
Individu-individu dengan gangguan kepribadian menunjukkan dedikasi berlebihan
terhadap pekerjaan hingga tidak melakukan kegiatan rekreasi dan social (kriteria 3). Perilaku ini
tidak dilandasi dengan keperluan ekonomi. Mereka sering merasa bahwa mereka tidak memiliki
waktu untuk bersantai di akhir minggu dan berekreasi. Mereka sering menunda aktivitas rekreasi,
seperti liburan. Ketika mereka mengambil waktu untuk rekreasi, mereka merasa sangat tidak
nyaman kecuali mereka membawa sesuatu untuk bekerja sehingga mereka tidak membuang
waktu. Mereka memiliki konsentrasi yang tinggi terhadap pekerjaan rumah tangga (contoh :
melakukan bersih-bersih yang berlebihan). Ketika mereka menghabiskan waktu dengan teman-
teman, sering kali pada aktivitas yang terorganisir secara formal seperti olahraga. Hobi atau
aktivitas rekreasional dilihat sebagai tugas serius yang membutuhkan pengaturan yang hati-hati
dan pekerjaan yang sulit dilakukan. Mereka menginnginkan performa yang sempurna. Mereka
melakukan pekerjaan dengan terstruktur (contoh : memberitau balita untuk mengendarai sepeda
pada garis yang lurus).
27

Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sangat teliti dan cermat yang
berlebihan serta tidak fleksibel mengenai hal-hal atau moralitas, etika dan nilai-nilai (kriteria 4).
Mereka sering memaksa diri mereka untuk mengikuti prinsip moral yang kaku dan sangat tegas
terhadap standar performa. Mereka juga sering mengkritik diri sendiri terhadap kesalahan
mereka. Individu dengan gangguan ini sangat menjunjung tinggi otoritas dan peraturan-peraturan
dan tidak terdapat pengecualian terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut untuk situasi
khusus.
Individu dengan gangguan ini tidak dapat membuang benda-benda bekas atau benda yang
tidak bernilai meskipun sudah tidak memiliki nilai penting lagi (kriteria 5). Mereka menganggap
membuang-buang barang bekas tersebut merupakan hal yang boros karena kita tidak pernah tau
ketika membutuhkan sesuatu dan menjadi kesal bila seseorang mencoba untuk membuang
barang yang mereka simpan. Pasangan atau teman sekamar mereka dapat mengeluhkan ukuran
ruang yang mereka pakai untuk menyimpan barang-barang bekas, majalah, peralatan yang sudah
rusak, dan sebagainya.
Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif rentan untuk mendelegasikan
tugas atau untuk bekerja dengan orang lain (kriteria 6). Mereka bersikukuh bahwa segala hal
dapat dilakukan sesuai dengan cara mereka dan orang lain harus menyesuaikan diri terhadap cara
melakukan suatu hal. Mereka sering memberikan instruksi yang mendetail mengenai bagaimana
cara melakukan hal-hal. (contoh : hanya terdapat satu cara untuk mencuci perabotan,
membangun rumah anjing, dan lain-lain) dan merasa terkejut dan kesal apabila orang lain
menyarankan alternative lain. Pada waktu lain, mereka sering menolak tawaran bantuan dari
orang lain karena mereka merasa bahwa orang lain tidak dapat melakukan hal dengan benar.
Individu dengan gangguan ini menjaga standar cara kehidupannya jauh dibawah yang
dapat mereka mampu, merasa bahwa pengeluarannya harus dikontrol ketat untuk menjaga
kemungkinan timbulnya masalah/ bencana yang dialami di kemudian hari (kriteria 7). Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif dikarakteristikkan dengan sikap yang kaku dan keras kepala
(kriteria 8). Individu dengan gangguan ini sangat mengkhawatirkan mereka tidak dapat
melakukan hal dengan benar sehingga mereka memiliki masalah dalam mengikuti ide orang
lain. Individu-individu ini merencanakan kegiatan dengan sangat mendetail dan cermat dan tidak
mau mempertimbangkan perubahan. Sangat tenggelam dalam perspektifnya sendiri, mereka
28

memiliki kesulitan dalam mengerti sudut pandang orang lain. Teman-teman mereka dapat
merasa frustasi dengan kekakuan mereka.
Karakteristik terkait dalam mendukung diagnosis
Ketika peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan tidak memberi jawaban yang benar,
pengambilan keputusan dapat membutuhkan waktu dan proses yang lama. Individu dengan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki kesulitan dalam menentukan tugas mana yang
butuh prioritas atau apakah cara terbaik dalam melakukan tugas tertentu sehingga mereka
kesulitan dalam memulainya. Mereka rentan merasa kesal atau marah pada situasi dimana
mereka tidak dapat mengontrol lingkungan fisik dan interpersonal mereka, meskipun kemarahan
tersebut tidak diekspresikan secara langsung. Sebagai contoh, individu dapat merasa marah
ketika pelayanan pada rumah makan yang kurang memuaskan, namun mereka tidak mengeluh ke
bagian manajemen, tetapi mereka berfikir berapa banyak tip yang harus diberikan. Pada situasi
lain, kemarahan dapat diekspresikan pada masalah-masalah kecil. Individu dengan gangguan ini
sangat memperhatikan status hubungan dan dominasi dari hubungan tersebut dan sering
memperlihatkan rasa hormat yang berlebihan terhadap otoritas yang mereka hormati dan
sebaliknya pada otoritas yang mereka tidak hormati.
Individu dengan gangguan ini biasanya mengekspresikan rasa suka mereka dengan cara
yang resmi dan merasa tidak nyaman akan keberadaan orang yang ekspresif secara emosional.
Hubungan sehari-hari mereka sangat formal dan serius, dan mereka sering kali kaku pada situasi-
situasi dimana orang lain gembira dan tersenyum. (contoh : menyapa kekasih di bandara).
Mereka berbicara ketika mereka yakin apa yang mereka katakana tersebut sempurna. Terdapat
preokupasi dengan logika dan intelektual, serta tidak dapat mentoleransi perilaku senang teman-
temannya. Mereka memiliki kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka, jarang memuji
orang. Individu dengan gangguan ini sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan, terutama
ketika menghadapi situasi baru yang membutuhkan fleksibilitas dan kesepakatan.
Individu dengan gangguan ansietas, termasuk gangguan ansietas general, gangguan
ansietas social (fobia social), dan fobia spesifik dan gangguan obsesif kompulsif memiliki
peningkatan risiko untuk mengalami gangguan kepribadian yang termasuk kriteria gangguan
kepribadian obsesif kompulsif. Bagaimanapun, terlihat bahwa mayoritas dengan gangguan
29

kepribadian obsesif kompulsif tidak memiliki pola perilaku yang masuk ke dalam kriteria
gangguan kepribadian. Banyak dari ciri gangguan kepribadian obsesif kompulsif tumpang tindih
dengan gangguan kepribadian tipe A (contoh : preokupasi terhadap pekerjaan, sifat kompetitif,
urgensi terhadap waktu), dan ciri-ciri ini dapat ditemukan pada individu dengan risiko infark
miokard. Dapat terjadi hubungan antara gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan gangguan
depresif dan bipolar serta gangguan makan.
Prevalensi
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif merupakan satu gangguan kepribadian yang
terbanyak ditemukan pada populasi umum, dengan estimasi prevalensi berkisar antara 2,1%
hingga 7,9%.
Masalah diagnosis terkait dengan budaya
Dalam menganalisa individu dengan gangguan obsesif kompulsif, klinisi sebaiknya tidak
memasukkan perilaku yang menggambarkan kebiasaan atau ciri interpersonal yang secara
kultural terkait pada kelompok-kelompok tertentu. Budaya tertentu menempatkan penekanan
yang kuat terhadap pekerjaan dan produktivitas individu sehingga mengakibatkan perilaku pada
kelompok tersebut tidak dapat dipertimbangkan merupakan ciri dari gangguan kepribadian
obsesif kompulsif.
Masalah diagnosis terkait jenis kelamin
Pada studi sistematis, gangguan kepribadian obsesif kompulsif didiagnosis sekitar dua
kali lebih sering pada laki-laki.
Diagnosis diferensial
Gangguan obsesif kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif dapat secara mudah dibedakan dengan gangguan kepribadian
obsesif kompulsif dari adanya obsesi dan kompulsi pada gangguan obsesif kompulsif.
Ketika kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif dengan gangguan obsesif kompulsif
terpenuhi, kedua diagnosis tersebut harus ditegakkan.
Hoarding disorder
30

Diagnosis hoarding disorder sebaiknya dipertimbangkan terutama ketika sikap
pengumpulan / hoarding tersebut berlebih (contoh : mengumpulkan timbunan objek yang
tidak berguna). Ketika kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan hoarding
disorder terpenuhi, kedua diagnosis tersebut dapat ditegakkan.
Gangguan kepribadian lain dan sifat personal
Gangguan kepribadian lain dapat dikelirukan dengan gangguan kepribadian obsesif
kompulsif karena mereka memiliki beberapa ciri secara yang sama. Namun, penting untuk
membedakan gangguan-gangguan ini berdasarkan perbedaan karakteristik masing-masing.
Bagaimanapun, bila individu memiliki karakteristik kepribadian yang memenuhi kriteria
satu atau lebih kriteria gangguan kepribadian ditambah gangguan kepribadian obsesif
kompulsif, seluruhnya dapat didiagnosis. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik
dapat menyatakan komitmen terhadap perfeksionisme dan merasa bahwa orang lain tidak
dapat melakukan hal-hal sebaik mereka, namun individu-individu ini merasa bahwa mereka
telah mencapai kesempurnaan, sedangkan mereka dengan gangguan kepribadian obsesif
kompulsif biasanya masih merasa dirinya kurang (self critical). Individu dengan gangguan
kepribadian narsistik atau antisosial memiliki kemurahan hati yang kurang, sedangkan
mereka dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki ekonomi yang hemat
terhadap diri sendiri dan orang lain. Pada gangguan kepribadian schizoid dan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif memiliki karakteristik dari adanya formalitas yang tampak
dan kurangnya social. Pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif, terdapat
ketidaknyamanan dalam emosi dan kecintaan terhadap pekerjan yang berlebih, sedangkan
pada gangguan kepribadian schizoid terdapat kurangnya kapasitas intim yang sangat
penting.
Sifat kepribadian obsesif kompulsif biasanya adaptif, terutama pada situasi yang
membutuhkan performa yang lebih. Hanya ketika sifat-sifat ini tidak fleksibel, maladaprif
dan terus menerus serta mengakibatkan gangguan fungsional yang signifikan barulah
disebut gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif harus dibedakan dengan perubahan kepribadian
akibat kondisi medis lain, dimana sifat tersebut muncul sebagai tambahan efek kondisi
medis terhadap system saraf pusat.
31

Gangguan penggunaan zat
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif harus dibedakan dari gejala yang timbul akibat
penggunaan zat yang terus menerus.

Gangguan Kepribadian Lainnya
Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain
Kriteria diagnosis 310.1 (F07.0)
A. Gangguan kepribadian persisten yang mencerminkan perubahan dari pola karakteristik
personal individu yang sebelumnya.
Catatan : pada anak-anak, gangguan meliputi deviasi bermakna dari perkembangan
normal atau perubahan signifikan
B. Terdapat bukti adanya riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboratoris yang
membuktikan bahwa gangguan tersebut merupakan akibat langsung patofisiologi kondisi
medis yang lain.
C. Gangguan bukan merupakan akibat gangguan jiwa yang lain (termasuk gangguan jiwa
yang lain akibat kondisi medis yang lain).
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium.
E. Gangguan mengakibatkan distress klinis yang signifikan atau gangguan pada social,
okupasional, atau fungsi area penting lain.
Spesifikasikan apakah gangguan tersebut merupakan :
Tipe labil : apabila memiliki ciri predominasi labilitas afektif.
Tipe disinhibisi : apabila ciri predominan merupakan control impulse yang lemah,
dibuktikan dengan adanya sexual indiscretions, dan lain-lain.
Tipe agresif : apabila ciri predominan merupakan perilaku yang agresif.
Tipe apathetic : apabila ciri predominan ditandai dengan apatis yang bermakna.
Tipe paranoid : apabila ciri predominan adalah kecurigaan atau ide paranoid.
Tipe lain : apabila tidak terdapat ciri seperti pada subtype yang lain.
Tipe campuran : ketika satu atau lebih predominasi ciri predominasi kondisi klinis.
32

Tipe yang tidak dapat dispesifikasikan
Catatan pengkodean : termasuk nama kondisi medis lain (contoh : 310.1 [F70.0] perubahan
kepribadian akibat epilepsy lobus temporal). Kondisi medis lain sebaiknya diberikan kode dan
didaftar secara terpisah sebelum gangguan kepribadian akibat kondisi medis lain (contoh :
345.40 [G40.209] epilepsy lobus temporal; 310.1 [F07.0] perubahan kepribadian akibat epilepsy
lobus temporal).
Subtype
Perubahan kepribadian dapat dispesifikkan lagi dengan mengindikasikan presentasi klinis
yang mempredominasi klinis.
Karakteristik diagnosis
Karakteristik esensial perubahan kepribadian akibat kondisi medis yang lain adalah
gangguan kepribadian persisten yang ditentukan akibat efek patofisiologi langsung kondisi
medis. Gangguan kepribadian merepresentasikan perubahan dari pola karakteristik kepribadian
individu sebelumnya. Pada anak-anak, kondisi ini dapat dimanifestasikan sebagai deviasi
bermakna perkembangan normal disbanding dari perubahan pola kepribadian yang stabil
(kriteria A). harus terdapat bukti dari riwayat klinis, pemeriksaan fisik dan penemuan
laboratorium dimana perubahan kepribadian tersebut merupakan efek fisiologis akibat kondisi
medis lain. (kriteria B). diagnosis tidak ditegakkan bila gangguan tersebut lebih baik dijelaskan
akibat gangguan mental yang lain (kriteria C). diagnosis tidak dapat ditegakkan bila gangguan
tersebut terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium (kriteria D). Gangguan tersebut juga
harus menyebabkan gangguan klinis signifikan atau gangguan pada social, okupasional, atau
pada fungsi area lain yang penting (kriteria E).
Manifestasi klinis yang sering muncul dari perubahan kepribadian termasuk instabilitas
afektif, control impuls yang kurang, kemarahan dan agresi yang meledak lebih dari normal
terhadap stressor psikososial, apatis yang bermakna, kecurigaan atau ide paranoid. Fenomena
perubahan diindikasikan menggunakan subtype yang terdaftar pada kriteria. Pada individu
dengan gangguan ini sering dikarakteristikkan oleh orang lain sebagai bukan dirinya.
33

Manifestasi klinis pada individu bergantung pada lokalisasi dan kejadian proses
patologis. Sebagai contoh, kerusakan pada lobus frontal dapat mengakibatkan gejala seperti
kurangnya kebijaksanaan, disinhibisi dan euphoria. Stroke pada hemisfer kanan sering
mengakibatkan perubahan kepribadian berkaitan dengan unilateral spatial neglect , anosognosia
(ketidakmampuan individu mengenal secara langsung atau deficit fungsional seperti adanya
hemiparesis), gangguan motoric dan deficit neurologis lain.
Karakteristik terkait yang mendukung diagnosis
Berbagai kondisi medis dan neurologis dapat mengakibatkan perubahan kepribadian
termasuk neoplasma system saraf pusat, trauma kepala, penyakit serebrovaskular, penyakit
Huntington, epilepsy, kondisi infeksius yang melibatkan system saraf pusat (contoh : HIV),
kondisi endokrin (contoh : hipotiroidisme, hipo dan hiperadrenocortikisme ), dan kondisi
autoimun dengan keterlibatan system saraf pusat (contoh : SLE). Penemuan pemeriksaan fisik
terkait, penemuan laboratorium terkait dan pola prevalensi dan onsetnya menunjukkan kondisi
medis dan neurologis terkait.
Diferensial diagnosis
Kondisi medis kronik berkaitan dengan nyeri dan disabilitas. Kondisi medis kronik
berkaitan dengan nyeri dan disabilitas dapat juga berkaitan dengan perubahan kepribadian.
Diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain ditegakkan bila ketika mekanisme
patofisiologi yang langsung dapat ditentukan. Diagnosis ini tidak ditegakkan bila perubahan
tersebut akibat adaptasi perilaku atau psikologi atau respon terhadap kondisi medis lain (contoh :
perilaku dependen akibat kebutuhan dukungan orang lain setelah mengalami trauma kepala,
penyakit kardiovaskular, atau demensia).
Delirium atau gangguan neurokognitif. Perubahan kepribadian merupakan ciri yang sering
dikaitkan dengan delirium atau gangguan neurokognitif mayor. Diagnosis terpisah gangguan
kepribadian akibat kondisi medis lain tidak ditegakkan apabila perubahan terjadi secara eksklusif
selama terjadinya delirium. Bagaimanapun diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi
medis lain dapat ditegakkan sebagai diagnosis tambahan dari gangguan neurokognitif mayor
apabila perubahan kepribadian tersebut merupakan bagian prominen dari manifestasi klinis.
34

Gangguan jiwa lain akibat kondisi medis lain. Diagnosis perubahan kepribadian akibat
kondisi medis lain tidak ditegakkan bila gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan jiwa lain
akibat kondisi medis lain (contoh : gangguan depresi akiba tumor otak).
Gangguan penggunaan zat. Perubahan kepribadian dapat terjadi dalam konteks gangguan
penggunaan zat, terutama bila gangguan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Klinisi
sebaiknya menanyakan mengenai penggunaan zat tersebut. Apabila klinisi ingin mengetahui
etiologi dan hubungan antara perubahan kepribadian dan penggunaan zat, dapat menggunakan
kategori yang tidak dapat dipesifikasi untuk zat yang spesifik (contoh : gangguan yang tidak
didapat dispesifikasi akibat penggunaan stimulansia).
Gangguan-gangguan jiwa lain. Perubahan kepribadian yang bermakna dapat menjadi ciri yang
berkaitan dengan gangguan jiwa lain (contoh : skizofrenia, gangguan delusional, gangguan
depresi dan bipolar, gangguan disruptif lain yang dapat dispesifikasi dan tidak dapat
dispesifikasi, impulse control, conduct disorder, gangguan panic). Bagaimanapun, pada
gangguan-gangguan ini, tidak ada factor psikososial spesifik yang ditentukan yang berkaitan
dengan etiologi perubahan kepribadian.
Gangguan kepribadian lainnya. Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain dapat
dibedakan dengan gangguan kepribadian dengan kebutuhan untuk perubahan klinis signifikan
dari fungsi kepribadian dan adanya kondisi klinis yang menjadi etiologi spesifik.

Gangguan kepribadian lain yang spesifik
301.89 (F60.89)
Kategori ini berlaku untuk gejala klinis dengan karakteristik gangguan kepribadian yang
menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan pada sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang
penting lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria untuk setiap gangguan dalam kelomok diagnosis
gangguan kepribadian. Kategori gangguan kepribadian tertentu lainnya digunakan dalam situasi
di mana klinisi memilih untuk mengkomunikasikan alasan tertentu bahwa gejala klinis tidak
memenuhi kriteria untuk setiap gangguan kepribadian tertentu. Hal ini dilakukan dengan menulis
35

"gangguan kepribadian tertentu lainnya" diikuti oleh alasan tertentu (misalnya, "ciri kepribadian
campuran").

Gangguan kepribadian yang tidak spesifik
301.9 (F60.9)
Kategori ini berlaku untuk manifestasi klinis dengan karakteristik gangguan kepribadian
yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-
bidang penting lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk setiap gangguan dalam kelas
diagnostic gangguan kepribadian. Kategori gangguan kepribadian yang tidak ditentukan
digunakan dalam situasi di mana klinisi memilih untuk tidak menspesifikasikan alasan bahwa
kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan kepribadian tertentu, dan termasuk di mana ada
informasi yang cukup untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik.

You might also like