You are on page 1of 37

asuHan kePerawaTan eFusi pLeuRa

BAB I
Konsep Dasar
1. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses
eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-
penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)
Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak
diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner &
Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)
2. Agen Penyebab
a) Neoplasma seperti :
1) Neoplasma bronkhogenik
2) Neoplasma metastasik
b) Kardiovaskuler seperti :
1) Gagal jantung kongestif
2) Embolus pulmonar
3) Perikarditis
c) Penyakit pada abdomen
1) Pankreatitis
2) Asites
3) Abses
4) Sindrom melgs
d). Infeksi yang disebabkn bakteri seperti:
1) Virus
2) Jamur
3) Mikrobakterial
4) Parasit
e) Trauma
f). Lain-lain seperti:
1) Lupus erimatrosus sistemik
2) Reumathoid athritis
3) Sindrom nefrotik
4) Urema.
3. Patofisiologi
Akumulasi di jaringan pleura

Akibat masuknya organisme di dalam alveoli maka terjadi
inflamasi pada paru-paru dan terbentuknya pus/nanah yang
berakibat pada permeabilitas kapiler meningkat, kemudian
terjadi tekanan di interstisinal pleura, dan


Mikroorganisme









Alveoli








Inflamasi Paru







Terbentuk pus / nanah
cairan masu ke intestinum. Terjadi akumulasi di jaringan pleura akibat adanya efusi.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan, tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun
penyebabnya adalah sesak napas dan nyeri dada.
Gejala lain yang mungkin ditemukan :
a. Batuk
b. Cegukan
c. Pernapasan cepat
d. Nyeri perut
5. Komplikasi
Komplikasi pada efusi pleura adalah :
a. Infeksi
b. Fibrosis paru
6. Pemeriksaan Penunjang
Ada 2 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu :
a) Pemeriksaan fisik Pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas berkurang.
b) Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan diagnostikberikut ini:
(1) Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yangdilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukan adanya cairan.
(2) CT Scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairandan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.
(3) USG dada4 USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
(4) Torakosentesis Penyebab dan jenis efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh dari torakosentesis.
(5) Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
(6) Analisa cairan pleura
(7) Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menentukan sumber cairan
yang terkumpul.
7. Penatalaksanaan
Jika jumlah cairan sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatanterhadap
penyebabnya.
Jika jumlah cairan banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka
perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (selang)
dimasukkan kedalam ronga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk
menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini uga bias dikeluarkan cairan sebanyak 1,5
liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang
melalui dinding dada.
Diberikan antibiotik pada empyema, dan apabila nanahnya sangatkental atau telah
terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka dilakukan pembedahan (operatif) untuk
memotong lapisan terluar dari pleura.
BAB II
Askep Efusi Pleura
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda:
1) Takikardia
2) Frekwensi tak teratur / disritmia
3) S3 dan S4 / irama jantung gallop
4) Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung. udara pada mediastinum.
5) Tekanan darah : hipertensi / hipotensi
c. Integritas ego Tanda : ketakutan / gelisah
d. Makanan / cairan Tanda : adanya pemasangan I.V vena sentral / infus tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada unilateral, meingkat karena pernapasan, batuk.
2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pnemotorak spontan).
3) Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam kemungkinanmenyebar ke leher,
bahu, abdomen (efusi pleura).
Tanda:
1) Berhati-hati pada area yang sakit
2) Prilaku distraksi
3) Mengkerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala:
1) Kesulitan bernapas, lapar napas
2) Batuk
3) Riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru(empyema /
efusi), keganasan (misal : obstruksi tumor)
a) Pneumotorak spontan sebelumnya.
Tanda :
1) Pernapasan : peningkatan frekwensi / takipnea
2) Peningkatan kerja napas, penurunan otot eksesori, pernapasan dada,refreksi interkostal,
ekspansi abdominalis kuat.
3) Bunyi napas menurun atau tidak ada.
4) Fremitus menurun
5) Perkusi dada ditemukan : hipersonan, bunyi pekak di antara atau di atas
area yang terisi cairan.
6) Observas dan palpasi dada: penurunan pengembangan torak (area yang sakit)
7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat.
8) Mental : ansietas, gelisah, bingung.
b) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada, radiasi, kemotrapi untuk keganasan.
h. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :
Riwayat faktor reiko keluarga, tuberkulosis kanker, adanya bedah intra torakal / biopsi paru, bukti
kegagalan membaik
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual / potensial.Adapun diagnosa keperawatan
pada efusi pleura adalah sebagai berikut:
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan
hiperventilasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik
dan rencana pengobatan
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura,
nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
7) Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk
gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat
trauma sebelumnya.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Batuk produktif menetap, napas cepat, dispnea
Objektif
Rales
AGD menunjukkan hasil tidak normal
Perubahan gerakan dada
Penurunan kapasitas vital
Fase ekspirasi yang lama
Pnenggunaan obat-obatan untuk bernapas
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi
Kriteria Evaluasi : :
Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-
100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal
dengan periode keletihsn atau
depresi pernapasan yang optimal
2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan
suatu aturan untuk turun dari tempat
tidur, duduk di kursi beberapa kali
sehari
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap,
jelaskan bahwa fungsi pernapasan
akan menungkat denagn aktivitas
Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh
situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan
dan depresi
Meningkatkan kemampuan ekspanai
paru, jiak klien dalam posisi duduk
kemampuan ekspansi paru akan
meningkat.
Mengoptimalkan fungsi paru sesuai
dengan kemampuan aktivitas individu
Membantu drainase postural, mencegah
depresi jaringan paru/dada untuk
4. Bantu respon setiap 8 jam jika
mungkin
5. Dorong klien untuk melakukan napas
dalam dan latihan batuk
efektif lima kali setiap jam
6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam
7. Konsul dokter jika gejala-gejala
pernapasan yg ada bertambah berat.
Kolaborasi :
8. Berikan ekspektoran sesuaidengan
anjuran dan evaluasi keefektifannya.
9. Berikan oksigen tambahan sesuai
dengan anjuran, sesuaikan kecepatan
aliran dengan hasil AGD. Jika sudah
digunakan masker oksigen namun
pasien bertambah gelisah, konsul ke
ahli terapi pernapasan untuk
pemasangan kanula nasal.
10. Konsul ke bagian terapi pernapasan
dan dokter, untuk pengobatan
tambahan dengan aerosol jika gagal
napas terjadi diantara jadwal
pengobatan.
Pernapasan
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan
oksigen ke paru dan system peredaran
darah
Mengevaluasi kondisi yang mungkin
dapat memperburuk ventilasi dan
perfusi jaringan.
Hal tersebut merupakan tandaawal
terjadinya komplikasi.
Ekspektoran membantu mengencerkan
sekresi sehingga sekret dapat
dikeluarkan pada saat batuk.
Pemberian oksigen tambahan dapat
menurunkan kerja pernapasan dgn
menyediakan lebih banyak oksigen
untuk dikirim ke sel, walaupun
konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt
dialirkan melalui masker oksigen, hal
tsb seringkali mencetuskan perasaan
terancam bagi pasien, khususnya pada
pasien dengan distres pernapasan
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis
dalam perawatan pernapasan dan
biasanya dilakukan sesuai dengan hasil
pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas
pengobatan yg ada
Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan
hiperventilasi
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Sesak napas (Dispnea), napas pendek
Objektif
Perubahan gerakan dada
Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
Penuruan ventilasi semenit
Ortopnea
Napas cuping hidung
Penurunan kapasitas vital
Fase ekspirasi yang lama
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Menignkatkan / mempertahankan ekspansi paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat.
Kriteria Evaluasi : :
Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak terjadi nyeri.
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Identifikasi etiologi / faktor pencetus,
contoh kolaps spontan, trauma,
keganasan, infeksi, komplikasi
ventilasi mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat
kecepatan / pernapasan
serak,dispnea, keluhan lapar udara
terjadinya sianosis, perubahan
tanda vital.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan
bila menggunakan ventilasi
mekanik. Catat perubahan tekanan
udara.
4. Awasi pasang-surutnya air
penampung. Catat apakah perubahan
menetap atau sementara.
5. Posisikan sistem drainase selang
untuk fungsi optimal, contoh koil
selang ekstra di tempat tidur,
yakinkan selang tidak terlipat atau
menggantung di bawah saluran
masuknya ke wadah drainase.
Alirkan akumulasi drainase bila
perlu.
pemahaman penyebab kolaps paru perlu
untuk pemasangan selang dada yang
tepat dan memilih tindakan terpeutik
lain.
distress pernapasan dan perubahan tanda
vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologis dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syok
kesulitan bernapas dengan ventilator dan
/ atau peningkatan tekanan jalan napas
diduga memburuknya kondisi
komplikasi (misalnya rupture spontan
dari bleb, terjadinya pneumotorak)
botol penampung bertindak sebagai
manometer intra pleural ( ukuran
tekanan intrapleural);sehingga fluktuasi
( pasang surut ) menunjukan perbedaan
tekananantara inspirasi dan ekspirasi.
posisi tak tepat ataupengumpulan
bekuan / cairan pada selang mengubah
tekanan negativyang diinginkan dan
membuat evakuasi udara / cairan.
berguna dalammengevaluasi perbaikan
kondisi / terjadinya komplikasi /
perdarahanyang memerlukan upaya
intervensi.
6. Catat karakter / jumlah selang dada.
7. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi
oksimetri. Kaji kapasitas
vital/pengukuran volume tidal.
8. Ajarkan napas dalam
9. Latih individu bernapas berlahan dan
efektif
Kolaborasi :
1. Kaji seri foto torak.
2. Konsultasi dengan ahli terapi
pengobatan dan dokter jika terjadi
gagal bernapas dalam proses
pengobatan
mengkaji status pertukaran gas dan
ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau
gangguan dalam terapi.
Memungkinkan pernapasan terkontrol
efektif
Meningkatkan pernapasan efektif
mengawasi kemajuan perbaikan
hemotorak / pneumotorak dan ekspansi
paru. Mengidentifiasi kesalahan posisi
selang endotrakeal mempengaruhi
inflasi paru.
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis
dalam perawatan pernapasan dan
biasanya dilakukan sesuai dengan hasil
pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas
pengobatan yg ada
Diagnosa Keperawatan 3
Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengeluh nyeri pada saat bernapas
Objektif
Gerakan menghindari nyeri
Perubahan napsu makan
Suhu tubuh meningkat
kultur sputum positif.
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal.
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam
2. Amati kultur sputum
3. Berikan tindakan untuk memberikan
rasa nyaman seperti mengelap
bagian punggung pasien, mengganti
alat tenun yg kering setelah
diaforesis, memberi minim hangat,
lingkungan yg tenang dgn cahaya yg
redup dan sedatif ringan jika
dianjurkan berikan pelembab pada
kulit dan bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk
Untuk mengidentifikasi kemajuan-
kemajuan yang terjadi maupun
penyimpangan yang terjadi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-
kemajuan yang terjadi maupun
penyimpangan yang terjadi
Tindakan tersebut akan meningkatkan
relaksasi. Pelembab membantu
mencegah kekeringan dan pecah-pecah
di mulut dan bibir.
Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk
terlalu tebal memungkinkan terjadinya
pelepasan panas secara konduksi dan
evaporasi (penguapan). Cairan
mengurangi demam seperti :
- Mandi air hangat
- Kompres air hangat
- Selimut yg tidak terlalu tebal
- Tingkatkan masukan cairan
Kolaborasi :
1. Konsul pada dokter jika nyeri dan
demam tetap ada atau mungkin
memburuk.
2. Berikan antibiotik sesuai dengan
anjuran dan evaluasi keefektifannya.
membantu mencegah dehidrasi karena
meningkatnya metabolisme.
Analgesik membantu mengontrolnyeri
dengan memblok jalan rangsang nyeri.
Nyeri pleuritik yg berat sering kali
memerlukan analgetik narkotik untuk
mengontrol nyeri lebih efektif
Hal tersebut merupakan tanda
berkembagnya komplikasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengeluh lemah dan lesu
Objektif
Mengatakan anoreksia
makan kurang 40% dari yg seharusnya
penurunan berat badan.
.
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh.
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan
nyaman.
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Raionalisasi
Mandiri :
1. Pantau :
- persentase jumlah makanan
ygdikonsumsi setiap kali makan.
- timbang BB setiap hari
- Hasil pemeriksaan : protein total,
albumin dan osmalalitas.
2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam
jika sputum tercium bau busuk.
Pertahankan kesegaran ruangan.
3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-
kemajuan atau penyimpangan
sasaran yg diharapkan.
Bau yg tidak menyenangkan dapat
mempengaruhi nafsu makan
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme. Masukan nutrisi yg
adekuat, vitamin, mineral dan
kaloriuntuk aktivitas anabolik dan
sintesis antibodi.
Makanan porsi sedikit tapi sering
memerlukan lebih sedikit energi.
Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal
makanan TKTP.
4. Berikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering yg mudah dikunyah jika
ada sesak napas berat.
Kolaborasi :
1. Rujuk kepada ahli diet untukmembantu
memilih makanan yg dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi selama sakit
nutrisi yg dpt membantu pasien memilih
makanan yg memenuhi kebutuhan kalori
dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn
keadaan sakitnya, usia, TB & BB.
Kebanyakan pasien lebih suka
mengkonsumsi makanan yg merupakan
pilihan sendiri.
Diagnosa Keperawatan 5
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan
rencana pengobatan
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Gelisah
Cemas
Takut
Marah
Menyesal
Dispnea
Objektif
Kontak mata yang buruk
Gelisah
Ketakutan
Gembira berlebihan
GemetarTujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan pengetahuan pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan,meningkatkan rasa
nyaman serta mengurangi dispnea
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jeladkan tujuan pengobatan pada
pasien
2. Ajarkan tindakan yang dapat
mengontrol dispnea
3. Kaji patologi masalah individu.
4. Kaji ulang tanda / gejala yang
memerlukan evaluasi medik
cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba,
dispnea, distres pernapasan lanjut.
5. Kaji ulang praktik kesehatan yang
baik, istirahat.
Kolaborasi :
1. Identifikasi kemungkinan kambuh /
komplikasi jangka panjang
Mengorientasi program pengobatan.
Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol
Pengontrolan dispnea melalui
pengontro;am seimbang, istirahat cukup
dan aktivitas dapat ditoleransi
Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberika pengetahuan
dasar untuk pemahaman kondisi
dinamik dan pe R
berulangnya pneumotorak/hemotorak
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.ntingya Intervensi te
mempertahanan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.
penyakit paru yang ada seperti PPOM
berat dan keganasan dapat
meningkatkan insiden kambuh. Selain
itu klien sehat yang menderita
pneumotorak spontan, insiden kambuh
10%-50%. Orang yang mempunyai
episode spontan kedua beresiko tinggi
untuk insiden ketiga
Diagnosa Keperawatan 6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri
akut, imobilitas, kelemahan umum.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga
Melaporkan Keletihan atau kelemehan
Objektif
Denyut jantung dan tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukan aritma atau iskema
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya
Kriteria Evaluasi :
-Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan tubuh,
penghematan energi,dan perawatan diri
-Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara realistis
-Menampilkan aktivita sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan
ambulasi untuk ke kamar mandi
-Mengurangidispnea
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang
dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
2. Anjurkan program hemat energi
3. Buat jadwal aktifitas harian,
tingkatkan secara bertahap
4. Ajarkan teknik napas efektif
5. Pertahankan terapi oksigen tambahan
6. Kaji respon abdomen setelah
beraktivitas
7. Beri waktu istirahat yang cukup
Merokok, suhu ekstrim dan stre
menyebabkan vasokonstruksi pembuluh
garah dan peningkatan beban jantung
Mencegah penggunaan energi
berlebihsn
Mempertahankan pernapasan lambat
dengan tetap mempertahankan latihan
fiisk yang memungkinkan peningkatan
kemampuan otot bantu pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa
mengorbankan banyak energi
Mempertahankan, memperbaikidan
meningkatkan konsentrasi oksigen darah
Respon abdomen melipuit nadi, tekanan
darah, dan pernapasan yang meningkat
Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegah keletihan
Diagnosa Keperawatan 7
Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan
keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma
sebelumnya.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Cemas, takut (mengatakan dampak trauma akibat penyakit tersebut atau cidera)
Nyeri pada daerah yang dipasang kateter
Objektif
Gelisah, tidak nyaman, ansietas,
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Tidak terjadi trauma
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi dampak atau akibat lebih lanjut akibat penyakit dan cidera yang dialami; adanya
pengendalian resiko
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji dengan klien tujuan / fungsi unit
drainase dada, catat gambaran
keamanan.
2. Pasangkan kateter torak ke dinding
dada dan berikan panjang selang
ekstra sebelum memindahkan atau
mengubah posisi klien.(kolaborasi)
3. Amankan sisi sambungan selang.
4. Beri bantalan pada sisi dengan kasa /
plester.
5. Amankan unit drainase pada tempat
Memberikan informasi tentang
bagaimana sistem bekerja memberikan
keyakinan, menurunkan ansietas klien.
mencegah terlepasnya kateter dada atau
selang terlipat dan menurunkan nyeri /
ketidaknyamanan sehubungan dengan
penarikan atau menggerakkan selang.
mencegah terlepasnya selang.
Melindungi kulit dari iritasi / tekanan.
Mempertahankan posisi duduk tinggi
dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh
/ unit pecah.
tidur klien atau pada sangkutan /
tempat tertentu pada area dengan
lalu lintas rendah.
6. Berikan transportasi aman bila klien
dikirim keluar unit untuk tujuan
diagnostik.
7. Awasi sisi lubang pemasangan
selang, catat kondisi kulit, adanya /
karakteristik drainase dari sekitar
kateter. Ganti / pasang ulang kasa
penutup steril sesuai kebutuhan.
8. Anjurkan klien untuk menghindari
berbaring / menarik selang.
Kolaborasi :
9. Rujuk dengan dokter apabila terlihat
gejala-gejala penting
Meningkatkan kontinuitas evakuasi
optimalcairan / udara selama
pemindahahan.
memberikan pengenalan dini dan
mengobati adanya erosi / infeksi kulit.
Menurunkan resiko obstruksi drainase /
terlepas selang.
Menghindari terjadinya truma dan
komplikasi









LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).Pleura
merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi
rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungiparu (pleura visceralis). Diantara pleura
parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan
dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah
kolaps paru. Bilaterserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan atau udara
atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam pleura
parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih
perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih
perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis
lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal
hanya terdapat beberapa mililiter cairan.

2. Etiologi
Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :
a. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
b. Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.
c. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.
d. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
e. Trauma
f. Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms
nefrotik dan uremia.


3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya Pleural Effusion tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat
sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan
tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel
mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh
limfe sekitar pleura.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat
maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya
pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pmbuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada
hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam
rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada
dasar paru akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat
peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika efusi pleura
mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan
infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia,
abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa
cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma maupun
keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi engembangannya. Derajat
gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan
penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup
besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas.
Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen
(PaO2) 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) 50 mmHg
melalui pemeriksaan analisagas darah.


4. Tanda dan Gejala
a. Batuk
b. Dispnea bervariasi
c. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
d. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
e. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
f. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
g. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
h. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
i. Fremitus fokal dan raba berkurang.
j. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen Toraks
Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan
yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang
ditemukan.
b. CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang
utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat
serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.
c. Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentesis.
d. Torakosentesis

6. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui
selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar ataubila empiemanya
multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi
cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya
segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang
adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis
yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah
tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
a. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
b. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
c. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
d. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
e. Water seal drainage (WSD)
f. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
g. Antibiotika jika terdapat empiema.
h. Operatif.

7. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Pleural effusion yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian
jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.

B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Anamnesis:
Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan
jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada
kondisi tuberkulosis.
a. Kebutuhan istirahat dan aktifitas
Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur,
demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak. Ditemukan adanya
tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-kuatnya, perubahan
kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot, nyeri dan stiffness (kekakuan).
b. Kebutuhan integritas pribadi
1) Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan
pertolongan dan harapan
2) Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan
c. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
1) Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk
2) Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang
istrahat/kelelahan

d. Kebutuhan Respirasi
1) Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek,
nyeri dada
2) Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis
paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal
menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi
yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang
lembut dapat ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat
ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk.
3) Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah
4) Dapat pula ditemukan deviasi trakea
e. Kebutuhan Keamanan
1) Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam
sub febris
2) Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris
f. Kebutuhan Interaksi social
Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan
pola peran.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris
bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan
menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura.
Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas
frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan melengkung.

Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
2) Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam
3) Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 72
jam setelah injeksi.
4) Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit
kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang,
serta gambaran batas cairan yang melengkung.
5) Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
6) Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
7) Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh
retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
8) ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
9) Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio
residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik
tahap lanjut.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi
tubuh, kelelahan dan hiperventilasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik dan rencana pengobatan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi
pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
g. Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk
gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan
riwayat trauma sebelumnya.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
ditandai dengan : Batuk produktif menetap, napas cepat, dispnea, Rales, AGD
menunjukkan hasil tidak normal, Perubahan gerakan dada, Penurunan kapasitas vital,
Fase ekspirasi yang lama, Pnenggunaan obat-obatan untuk bernapas
1) Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi
2) Kriteria Evaluasi : Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas
12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume
respirasi pada spirometer insentif.
3) Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal
dengan periode keletihsn atau depresi
pernapasan yang optimal
2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan
suatu aturan untuk turun dari tempat
tidur, duduk di kursi beberapa kali
sehari
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap,
jelaskan bahwa fungsi pernapasan
akan meningkat dengan aktivitas
4. Dorong klien untuk melakukan napas
dalam dan latihan batuk
efektif lima kali setiap jam
5.Konsul dokter jika gejala-gejala
pernapasan yg ada bertambah berat.
Kolaborasi:

Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh
situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan
dan depresi
Meningkatkan kemampuan ekspanai
paru, jika klien dalam posisi duduk
kemampuan ekspansi paru akan
meningkat.
Mengoptimalkan fungsi paru sesuai
dengan kemampuan aktivitas individu
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan
oksigen ke paru dan system peredaran
darah

Hal tersebut merupakan tanda awal
terjadinya komplikasi

8. Berikan ekspektoran sesuai dengan
anjuran dan evaluasi
keefektifannya.

9. Berikan oksigen tambahan sesuai
dengan anjuran, sesuaikan
kecepatan aliran dengan hasil
AGD. Jika sudah digunakan masker
oksigen namun pasien bertambah
gelisah, konsul ke ahli terapi
pernapasan untuk pemasangan
kanula nasal.

Ekspektoran membantu mengencerkan
sekresi sehingga sekret dapat
dikeluarkan pada saat batuk.
Pemberian oksigen tambahan dapat
menurunkan kerja pernapasan dgn
menyediakan lebih banyak oksigen
untuk dikirim ke sel, walaupun
konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt
dialirkan melalui masker oksigen, hal
tsb seringkali mencetuskan perasaan
terancam bagi pasien, khususnya pada
pasien dengan distres pernapasan
b. Diagnosa Keperawatan 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri,
ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi ditandai dengan Sesak napas
(Dispnea), napas pendek, Perubahan gerakan dada, Penurunan tekanan inspirasi /
ekspirasi, Penuruan ventilasi semenit, Ortopnea, Napas cuping hidung, Penurunan
kapasitas vital, Fase ekspirasi yang lama.
1) Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Meningkatkan / mempertahankan ekspansi
paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat.
2) Kriteria Evaluasi : Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak
terjadi nyeri.
3) Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
1.Evaluasi fungsi pernapasan, catat
kecepatan / pernapasan serak,dispnea,
keluhan lapar udara terjadinya
sianosis, perubahan tanda vital.
distress pernapasan dan perubahan tanda
vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologis dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syok
2. Awasi kesesuaian pola pernapasan
bila menggunakan ventilasi mekanik.

3. Ajarkan napas dalam
4. Latih individu bernapas berlahan dan
efektif
Kolaborasi :
1. Kaji seri foto torak.


2. Konsultasi dengan ahli terapi
pengobatan dan dokter jika terjadi
gagal bernapas dalam proses
pengobatan
kesulitan bernapas dengan ventilator dan
/ atau peningkatan tekanan jalan napas
diduga memburuknya kondisi
komplikasi
Memungkinkan pernapasan terkontrol
efektif
Meningkatkan pernapasan efektif

mengkaji status pertukaran gas dan
ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau
gangguan dalam terapi.
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis
dalam perawatan pernapasan dan
biasanya dilakukan sesuai dengan hasil
pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas
pengobatan yg ada
c. Diagnosa Keperawatan 3 : Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura ditandai
dengan Mengeluh nyeri pada saat bernapas, Gerakan menghindari nyeri, Perubahan
napsu makan, Suhu tubuh meningkat, kultur sputum positif.
1) Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.
2) Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi
wajah rileks, dan suhu tubuh normal.
3) Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam

2. Berikan tindakan untuk memberikan
rasa nyaman seperti mengelap
bagian punggung pasien, mengganti
alat tenun yg kering setelah
diaforesis, memberi minim hangat,
lingkungan yg tenang dgn cahaya yg
redup dan sedatif ringan jika
dianjurkan berikan pelembab pada
kulit dan bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk
mengurangi demam seperti :
- Mandi air hangat
- Kompres air hangat
- Selimut yg tidak terlalu tebal
- Tingkatkan masukan cairan
Kolaborasi :
1. Konsul pada dokter jika nyeri dan
demam tetap ada atau mungkin
memburuk.
2. Berikan antibiotik sesuai dengan
anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Untuk mengidentifikasi kemajuan-
kemajuan yang terjadi maupun
penyimpangan yang terjadi
Tindakan tersebut akan meningkatkan
relaksasi. Pelembab membantu
mencegah kekeringan dan pecah-pecah
di mulut dan bibir.



Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk
terlalu tebal memungkinkan terjadinya
pelepasan panas secara konduksi dan
evaporasi (penguapan). Cairan
membantu mencegah dehidrasi karena
meningkatnya metabolisme.
Analgesik membantu mengontrolnyeri
dengan memblok jalan rangsang nyeri.
Nyeri pleuritik yg berat sering kali
memerlukan analgetik narkotik untuk
mengontrol nyeri lebih efektif
Hal tersebut merupakan tanda
berkembagnya komplikasi.


d. Diagnosa Keperawatan 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi
pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum ditandai dengan: Ketidaknyamanan
atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga, Melaporkan Keletihan atau
kelemehan, Denyut jantung dan tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap
aktivitas, Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukan aritma atau iskema
1) Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya
2) Kriteria Evaluasi :
a) Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan
tubuh, penghematan energi,dan perawatan diri
b) Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara
realistis
c) Menampilkan aktivitas sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya
eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi
d) Mengurangi dispnea
3) Intervensi dan Rasionalisasi








Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang
dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
2. Anjurkan program hemat energi

3. Buat jadwal aktifitas harian,
tingkatkan secara bertahap
4. Ajarkan teknik napas efektif
5. Pertahankan terapi oksigen tambahan
6. Kaji respon abdomen setelah
beraktivitas
7. Beri waktu istirahat yang cukup
Merokok, suhu ekstrim dan stre
menyebabkan vasokinstruksi pembuluh
garah dan peningkatan beban jantung

Mencegah penggunaan energi
berlebihan
Mempertahankan pernapasan lambat
dengan tetap mempertahankan latihan
fiisk yang memungkinkan peningkatan
kemampuan otot bantu pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa
mengorbankan banyak energi
Mempertahankan, memperbaikidan
meningkatkan konsentrasi oksigen darah
Respon abdomen melipuit nadi, tekanan
darah, dan pernapasan yang meningkat
Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegah keletihan



DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Price, A & Wilson, M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi 6, Terjemahan,
Jakarta : EGC.
NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Alih Bahasa : Budi Santosa,
Prima Medika, Jakarta
Smeltzer, S & Bare, B 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

You might also like