You are on page 1of 5

1

Nama : Ade Silvana Danial


NIM : 0907101010155

ABSES (PERI)ANAL

DEFINISI
Abses perianal merupakan jenis abses anorektal yang sering ditemukan. Abses
perianal adalah infeksi pada jaringan lunak di sekitar lubang usus, dengan pembentukan
rongga abses. Abses perianal biasanya nyata, tampak sebagai pembengkakan yang berwarna
merah dan nyeri yang terletak dekat dengan pinggir anus dan hadir dengan durasi pendek
tanpa tanda-tanda sistemik toksisitas (Lindseth, 2005).

EPIDEMIOLOGI
Sebuah insiden yang lebih tinggi dari pembentukan abses tampaknya sesuai dengan
musim semi dan musim panas. Sementara demografi menunjukkan perbedaan yang jelas
dalam terjadinya abses anal sehubungan dengan usia dan jenis kelamin, ada tidak ada pola
yang jelas di antara berbagai negara atau wilayah di dunia. Meskipun disarankan, hubungan
langsung antara pembentukan abses anorektal dan kebiasaan buang air besar, sering diare,
dan kebersihan pribadi yang buruk tetap tidak terbukti (Hebra, 2009).
Terjadinya abses perianal pada bayi juga cukup umum. Mekanisme yang tepat adalah
kurang dipahami tetapi tidak muncul terkait dengan sembelit. Untungnya, kondisi ini cukup
jinak pada bayi, jarang memerlukan intervensi operasi pada pasien ini selain drainase
sederhana (Hebra, 2009).
Prevalensi abses anal pada populasi umum mungkin jauh lebih tinggi daripada yang
terlihat dalam praktek klinis. Diperkirakan ada sekitar 100.000 kasus per tahun di Amerika
Serikat. Usia rata-rata untuk presentasi abses anal dan penyakit fistula adalah 20-60 tahun.
Pria dewasa dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan abses dan atau fistula
dibandingkan dengan perempuan (Breen dan Bleday, 2009).

PATOFISIOLOGI
Abses anorektal biasanya dimulai sebagai peradangan kriptus ani, yang terletak pada
ujung bawah kolum Morgagni. Kelenjar anus bermuara pada kriptus ani. Obstruksi atau
2

trauma yang terjadi pada saluran ini dapat menimbulkan stasis dan mencetuskan terjadinya
infeksi. Robekan mukosa akibat feses yang keras dapat menjadi faktor predisposisi (Lindseth,
2005). Abses biasanya dimulai ketika bakteri masuk melalui robekan pada lapisan rektum
atau anus. Paling sering, ini terjadi antara sfingter internal dan eksternal (intersphincteric
abses), di mana kelenjar perianal berada. Sebagian abses bertambah besar, sebagian besar
akan menyebar ke permukaan, menciptakan abses perianal. Kadang-kadang, infeksi dapat
menyebar ke fossa ishiorectal atau di atas tingkat otot levator, menciptakan iskiorektalis dan /
atau abses supralevator, masing-masing.
Organisme yang umum terlibat dalam pembentukan abses termasuk Escherichia coli,
spesies Enterococcus, dan spesies Bacteroides, namun tidak ada bakteri tertentu telah
diidentifikasi sebagai penyebab unik abses (Hebra, 2009).

GEJALA KLINIS
Beberapa gejala abses anorektal Radcliffe, 2012 diantaranya ialah :
Nyeri di daerah anus
Kelelahan
Demam
Berkeringat di malam hari
Nyeri pada saat buang air besar
Pembengkakan atau kemerahan di dekat anus
Nyeri pada perut bagian bawah
Keluarnya nanah di dekat anus

PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen yang seksama dapat memperlihatkan massa atau fistula
yang berhubungan dengan penyakit radang atau neoplastik, nyeri lokal, atau
distensi abdomen.
Pemeriksaan fisis dalam diagnosis penyakit kolon adalah pemeriksaan rektal
digital/dengan jari ditemukannya abses di daerah sekitar lubang anus.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan feses
3

Kolonoskopi, dapat membantu dalam evaluasi abnormalitas radiografik yang
menunjukkan kanker, polip atau massa (Glickman, 2000).

DIAGNOSIS BANDING
Fisura anus
Hidradenitis supurative
Penyakit Crohn
TBC (Stamos, 2011).

PENATALAKSANAAN
Penanganan abses terdiri dari penyaliran. Umumnya sudah ada pernanahan sewaktu
penderita datang. Pemberian antibiotik kurang berguna karena efeknya hanya untuk waktu
terbatas dengan risiko keluhan dan tandanya tersamarkan (Sjamsuhidajat, 2004).
Pengobatan abses dan fistula anorektal adalah insisi dan drainase abses, serta eksisi
fistula yang berhubungan (Lindseth, 2005).

KOMPLIKASI
Abses anorektum harus dianggap suatu kedaruratan bedah dan penundaan dalam
terapi bedah mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Perluasan multilateral dapat
meluas ke dalam paha, skrotum dan bahkan dinding abdomen jika terapi bedah ditunda
(Ramming, 1994).
Fistula : sekitar setengah dari orang dengan abses anorektal mengembangkan fistula
anal. Ini adalah celah yang abnormal pada kulit dekat anus sebagai nanah meletus dari
abses dan merembes keluar. Fistula biasanya memerlukan operasi untuk memperbaiki
dan menutup.
Inkontinensia
Trombosis vena jauh : Ini adalah pembekuan darah di kaki yang bisa masuk ke paru-
paru dan dapat terjadi setelah operasi apapun.
Kematian
Perdarahan yang berlebihan (Cleary, 2009).

PROGNOSIS
Hasilnya adalah baik jika abses segera diobati
4

Sekitar 2/3 pasien dengan abses rektal diobati dengan insisi dan drainase atau drainase
spontan akan mengembangkan fistula anal kronis
Jumlah rekurensi yang membutuhkan pembedahan dapat dikurangi secara signifikan
oleh fistulotomi awal
Bayi dan balita biasanya sembuh sangat cepat (Hebra, 2009; Knoefel et al., 2000).




































5

DAFTAR PUSTAKA


Breen, A., Bleday, R., 2013. Perianal Abscess. Wolters Kluwer Health : Philadelphia.

Cleary, R.K., 2009. Anorectal Abscess and Fistula.
http://www.mmphealthcare.com/agvs/resources/education/AnorectalAbscess.pdf
[diakses pada tanggal 11 April 2013].

Glickman, R.M., 2000. Penyakit Radang Usus Dalam Buku Harrison Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. EGC : Jakarta.

Hebra, A., 2009. Perianal Abscess. http://emedicine.medscape.com/article/191975-
overview [diakses pada tanggal 11 April 2013].

Knoefel et al., 2000. The initial approach to anorectal abscesses: fistulotomy is safe
and reduces the chance of recurrences. Vol 17(3).

Lindseth, G.N., 2006. Gangguan Usus Besar Dalam Buku Patofisiologi Volume 1.
EGC : Jakarta.

Radcliffe, J., 2012. Surgical Emergency Unit Anorectal Abscess. Oxford : England.

Ramming, K.P., 1994. Penyakit Kolon Dan Rektum Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah
Bagian 2. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat. R., de Jong, W., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Stamos, M.J., 2011. Anorectal Abscesses, Fistula, and Pilonidal Disease.
http://web.squ.edu.om/med-Lib/MED_CD/E_CDs/Surgery/CHAPTERS/CH35.PDF
[diakses pada tanggal 11 April 2013].

You might also like