Professional Documents
Culture Documents
I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu.
C. Etiologi
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah
koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total
arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak
stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis
ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi
transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding
miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada
IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding
ventrikel.
1
D. Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi
hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat
akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan
ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir
distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat
tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg
yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru
(gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena
daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih
relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan
rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan
akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak
akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau
bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi
masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark
luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau
infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung
terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran
ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang
non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang
nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA
makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.
Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.
Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan
atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,
regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal
hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada
menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan
2
terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap
terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus
parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan
peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi
kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
E. Gejala Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke
lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak
responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes
dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan
mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope.
Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi
pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini
sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak
di dada atau epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat
normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop.
Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia,
kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih
berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di
dinding dada pada IMA inferior.
F. Diagnosis Banding
1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.
2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke
perut dan punggung).
3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis
refluks)
4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan
tekanan atau perubahan posisi tubuh)
5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)
3
6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai
IMA)
G. Komplikasi
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium prematur
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifokal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
H. Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan
4
3. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung
terutama pada luas daerah infark).
5
- Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
- Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
- Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
- Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
- Gelisah, marah, perilaku menyerang
- Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi:
Tanda:
- Bunyi usus normal atau menurun
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
- Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
- Muntah,
- Perubahan berat badan
6. Hygiene:
Gejala/tanda:
- Kesulitan melakukan perawatan diri.
7. Neurosensori:
Gejala:
- Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk/istirahat)
Tanda:
- Perubahan mental
- Kelemahan
8. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
6
- Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti
dapat dilihat.
- Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
- Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan
DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
- Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
- Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
- Menarik diri, kehilangan kontak mata
- Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan,
warna kulit/kelembaban, kesadaran.
9. Pernapasan:
Gejala:
- Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
- Batuk produktif/tidak produktif
- Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat/sianosis
- Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
- Sputum bersih, merah muda kental
10. Interaksi sosial:
Gejala:
- Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
- Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
- Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
- Menarik diri dari keluarga
11. Penyuluhan/pembelajaran:
7
Gejala:
- Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi,
Penyakit Vaskuler Perifer
- Riwayat penggunaan tembakau
B. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
8
jantung yang menurun. Dapat mendeteksi
daerah dan luasnya kerusakan miokard,
adanya penyulit seperti anerisma
ventrikel, trombus, ruptur muskulus
papilaris atau korda tendinea, ruptur
septum, tamponade akibat ruptur jantung,
pseudoaneurisma jantung.
9
yang tepat.
10
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan tubuh.
11
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-
status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
12
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi,
irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan
tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan
struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
1. Pantau TD, HR dan DN, periksa Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat
dalam keadaan baring, duduk dan dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi
berdiri (bila memungkinkan) miokard dan rangsang vagal.
Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah
vaskuler sebelumnya. Hipotensi
ortostatik berhubungan dengan
komplikasi GJK. Penurunanan curah
jantung ditunjukkan oleh denyut nadi
yang lemah dan HR yang meningkat.
13
4. Berikan makanan dalam porsi kecil Makan dalam volume yang besar
dan mudah dikunyah. dapat meningkatkan kerja miokard dan
memicu rangsang vagal yang
mengakibatkan terjadinya bradikardia.
14
3. Pantau fungsi pernapasan Kegagalan pompa jantung dapat
(frekuensi, kedalaman, kerja otot menimbulkan distres pernapasan. Di
aksesori, bunyi napas) samping itu dispnea tiba-tiba atau
berlanjut menunjukkan komplokasi
tromboemboli paru.
5. Pantau asupan caiaran dan Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
haluaran urine, catat berat jenis. menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ
urine merupakan indikator status hidrsi
dan fungsi ginjal.
15
akibat iritasi gaster khususnya karena
adanya penurunan sirkulasi mukosa.
16
memerlukan tangan diposisikan di meningkatkan kebutuhan oksigen serta
atas kepala. dapat merugikan kontraktilitas yang
5. Jelaskan program peningkatan dapat memicu serangan ulang.
aktivitas bertahap (Contoh: duduk, Meningkatkan aktivitas secara
berdiri, jalan, kerja ringan, kerja bertahap meningkatkan kekuatan dan
sedang) mencegah aktivitas yang berlebihan.
Di samping itu juga dapat
meningkatkan sirkulasi kolateral dan
memungkinkan kembalinya pola hidup
normal.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
V. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Biodata
a Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Dagang
Pendidikan : Tamat SLTP
Alamat : Ds Kemuning, Kecamatan Peureulak
Aceh Timur
2. Keluhan Utama
Nyeri pada daerah dada
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke rumah sakit keluhan mulai dan nyeri pada dada kiri
yang menyebar ke bahu, leher, rahang dan lengan bagian dalam hingga
pergelangan tangan. Nyeri bertambah bila pasien banyak bergerak.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien pernah di rawat dengan keluhan yang sama.
b Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
jantung seperti yang di alami, oleh klien.
4. Keadaan Umum
a. Tingkat kecemasan : Compos mentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/70 mmHg
Suhu : 36,6 oC
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 20 x / menit
19
c. Penampilan umum : Pasien lemah
5. Pemeriksaan
a. Kulit
Warna kulit : Sawo matang
Tekstur kulit : sianosis (pucat)
b. Kuku
Keadaan kuku : Bersih
Warna : Putih
c. Kepala
Bentuk kepala : Simetris
Kelainan : Tidak ada kelainan
Keadaan rambut : Bersih
Kulit kepala : Bersih
d. Mata
Sklera : Anikterik
Konjungtiva : Pucat
Reflek cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek
Cahaya mata pasien langsung berkedip
Pupil : Normal, ditandai ketika ada cahaya pupil
mengcil
Kelainan : Tidak ada
e. Hidung
Fungsi penciuman : Normal, ditandai bisa mencium bau minyak
Kayu putih
Bentuk : Simetris
Serumen : Sedikit
Kelainan : Tidak ada
f. Telinga
Fungsi pendengaran : Normal, ditandai bisa mendengar pertanyaan
Perawat
Bentuk : Simetris
Keadaan : Bersih
g. Mulut
Fungsi pengecapan : Normal, ditandai bisa membedakan rasa asin
20
dan manis
Kebersihan gigi : Kotor
Kelainan bibir : Tidak ada
h. Dada dan paru-paru
Bentuk : Simetris
Frekuensi napas : tidak teratur, berkisar antara 20-30 x / menit
i. Abdomen
Nyeri tekanan : Ada nyeri tekan pada bagian dada
j. Genitalia
Keadaan rectum : Bersih
k. Kekuatan otot
Reflek bisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer ada pergerakan
Reflek trisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer terjadi pergerakan
Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer terjadi pergerakan
Reflek babyn sky : Normal, ditandai adanya gerakan pada telapak
kaki saat dilakukan pemeriksaan
6. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
a. Aspek Psikologis
Keadaan emosi pasien tidak stabil, pasien menolak berada
dirumah sakit.
b. Aspek Sosial
Pasien tidak bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarga
terbukti dari saudara yang membesuk pasien, pasien menolak untuk
dikunjungi dan tidak mau bekerja sama dengan tim medis atau pun tim
kesehatan lainnya.
c. Aspek Spritual
Pasien seorang muslim, pasien melakukan shalat 5 (lima) waktu,
tetapi semenjak pasien dirawat di rumah sakit, pasien tidak
melaksanakan shalat. Pihak keluarga juga menyakinkan bahwa penyakit
pasien adalah cobaan dari Allah SWT. Penyakitnya juga akan sembuh
dengan diiringi do’a.
21
2. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Pasien mengeluh nyeri pada Iskemia miokard Gangguan
dada kiri yang menyebar ke akibat sumbatan rasa nyaman
bahu, leher, rahang dan lengan arteri koroner nyeri
bagian dalam hingga
pergelangan tangan
DO: W
ajah meringis, perubahan
postur tubuh.
M
enangis, merintih,
meregang, menggeliat.
M
enarik diri, kehilangan
kontak mata
- TD :
160/70 mmHg
- Suhu
: 36,6
o
C
- Nadi :
80 x/ menit
- Respir
asi : 20 x / menit
2. DS: Pasien tidak mau minum obat Ancaman / Kecemasan /
dan merasa bahwa dirinya perubahan ansietas
tidak dalam keadaan sakit. kesehatan-status
sosio-ekonomi;
ancaman
kematian.
DO: - M
enyangkal gejala penting.
- T
akut mati, perasaan ajal
22
sudah dekat
- M
arah pada penyakit /
perawatan yang ‘tak perlu’
- Kuatir
tentang keluarga, pekerjaan
dan keuangan
23
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan Hilangnya rasa nyeri - Pantau nyeri - Nyeri adalah
iskemia miokard akibat sumbatan dengan criteria : (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), pengalaman subyektif yang tampil
arteri koroner. catat setiap respon verbal/non verbal, dalam variasi respon verbal non
DS: Pasien mengeluh nyeri perubahan hemo-dinamik verbal yang juga bersifat individual
pada dada kiri yang menahan sakit lagi sehingga perlu digambarkan secara
menyebar ke bahu, leher, rinci untuk menetukan intervensi
rahang dan lengan bagian - Berikan yang tepat.
dalam hingga pergelangan lingkungan yang tenang dan tunjukkan - Menurunkan
tangan perhatian yang tulus kepada klien. rangsang eksternal yang dapat
Do : - Bantu memperburuk keadaan nyeri yang
melakukan teknik relaksasi (napas terjadi.
perubahan postur dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, - Membantu
tubuh. bimbingan imajinasi) menurunkan persepsi-respon nyeri
- Kolaborasi dengan memanipulasi adaptasi
meregang, menggeliat. pemberian obat sesuai indikasi: fisiologis tubuh terhadap nyeri.
Antiangina seperti nitogliserin Nitrat mengontrol nyeri melalui
kontak mata (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) efek vasodilatasi koroner yang
- TD meningkatkan sirkulasi koroner
: 160/70 mmHg Beta-Bloker seperti atenolol dan perfusi miokard.
- Suhu (Tenormin), pindolol (Visken), Agen yang dapat mengontrol
: 36,6 propanolol (Inderal) nyeri melalui efek hambatan
- Nadi rangsang simpatis.(Kontra-
: 80 x/ menit indikasi: kontraksi miokard yang
- Respirasi : 20 x / Analgetik seperti morfin, meperidin buruk)
menit (Demerol Morfin atau narkotik lain dapat
dipakai untuk menurunkan nyeri
hebat pada fase akut atau nyeri
berulang yang tak dapat
Penyekat saluran kalsium seperti dihilangkan dengan nitrogliserin.
verapamil (Calan), diltiazem Bekerja melalui efek vasodilatasi
(Prokardia). yang dapat meningkatkan
sirkulasi koroner dan kolateral,
menurunkan preload dan kebu-
tuhan oksigen miokard.
24
Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.
2. Kecemasan berhubungan dengan Pantau - Klien
ancaman/perubahan kesehatan- dengan criteria respon verbal dan non verbal yang mungkin tidak menunjukkan
status sosio-ekonomi; ancaman - menunjukkan kecemasan klien. keluhan secara langsung tetapi
kematian. obat dengan rutin Dorong kecemasan dapat dinilai dari
DS: - klien untuk mengekspresikan perasaan perilaku verbal dan non verbal yang
obat dan merasa bahwa untuk dirawat marah, cemas/takut terhadap situasi dapat menunjukkan adanya
dirinya tidak dalam krisis yang dialaminya. kegelisahan, kemarahan, penolakan
keadaan sakit. Orientasik dan sebagainya.
an klien dan orang terdekat terhadap - Respon klien
- prosedur rutin dan aktivitas yang terhadap situasi IMA bervariasi,
- diharapkan. dapat berupa cemas/takut terhadap
DO: sudah dekat Kolaboras ancaman kematian, cemas terhadap
- i pemberian agen terapeutik anti ancaman kehilangan pekerjaan,
perawatan yang ‘tak cemas/sedativa sesuai indikasi perubahan peran sosial dan
perlu’ (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal- sebagainya.
- mane, Lorazepam/Ativan). - Informasi
pekerjaan dan yang tepat tentang situasi yang
keuangan dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap
lingkungan sekitar dan membantu
klien mengantisipasi dan menerima
situasi yang terjadi.
- Meningkatk
an relaksasi dan menurunkan
kecemasan
25
26
4. Implementasi Dan Evaluasi
Implementasi Evaluasi
- Memantau nyeri S: Pasien menyatakan nyeri
(karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), O: berkurang
catat setiap respon verbal/non verbal, Wajah tampak sedikit tenang
perubahan hemo-dinamik TD : 150/70 MmHg
- Memberikan Nadi : 80 x / menit
lingkungan yang tenang dan tunjukkan Suhu : 35.6 0C
perhatian yang tulus kepada klien. A: Masalah sebagian teratasi
- Membantu P: Lanjutkan intervensi
melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi)
- Mengolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi:
Antiangina seperti nitogliserin
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
Beta-Bloker seperti atenolol
(Tenormin), pindolol (Visken),
propanolol (Inderal)
Analgetik seperti morfin, meperidin
(Demerol)
Penyekat saluran kalsium seperti
verapamil (Calan), diltiazem
(Prokardia).
Memantau S: Pasien mengatakan sudah
respon verbal dan non verbal yang pasrah dengan keadaan
menunjukkan kecemasan klien. O: dirinya
Mendorong Kecemasan hilang, obat
klien untuk mengekspresikan perasaan A: diminum dengan rutin.
marah, cemas/takut terhadap situasi P: Masalah teratasi
krisis yang dialaminya. Interverensi dihentikan.
Mengorientasi
kan klien dan orang terdekat terhadap
prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Mengolaboras
i pemberian agen terapeutik anti
cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-
mane, Lorazepam/Ativan).
27