You are on page 1of 50

Pedoman Puskesmas - 1

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR i
TIM PENYUSUN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJ UAN PENGELOLAAN OBAT 2
C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 3
BAB II ORGANISASI DAN TATA LAKSANA 4
1. ORGANISASI 4
2. TATA LAKSANA 4
BAB III TUGAS DAN TANGGUNG J AWAB 7
A. KEPALA PUSKESMAS 7
B. PETUGAS GUDANG OBAT DI PUSKESMAS 7
C. PETUGAS KAMAR OBAT PUSKESMAS 8
D. PETUGAS KAMAR SUNTIK 8
E. PETUGAS LAPANGAN PUSLING 9
F. PETUGAS LAPANGAN POSYANDU 9
G. PETUGAS OBAT PUSTU 9
H. BIDAN DESA 10
BAB IV PENGELOLAAN OBAT 11
A. PERENCANAAN 11
B. PERMINTAAN OBAT 12
C. PENERIMAAN OBAT 15
D. PENYIMPANAN 16
E. DISTRIBUSI 25
F. PENGENDALIAN 27
G. PELAYANAN OBAT 32
BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN 43
BAB VI PENUTUP 47
DAFTAR PUSTAKA 48
DAFTAR LAMPIRAN 49









Pedoman Puskesmas - 2
BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Penerapan Otonomi Daerah secara penuh pada 1 J anuari 2001 membawa
perubahan mendasar dalam ketata negaraan Republik Indonesia. Demikian juga
halnya di bidang pengelolaan obat. Sebelum penerapan Otonomi Daerah
Pengelolaan obat pada dasarnya dilakukan secara terpusat. Akan tetapi sejak
tahun 2001 sejalan dengan penerapan Otonomi daerah pengelolaan obat
dilakukan secara penuh oleh Kabupaten/Kota. Mulai dari aspek perencanaan,
pemilihan obat, pengadaan, pendistribusian dan pemakaian.

Fungsi pemerintah pusat pada pengelolaan obat di era desentralisasi meliputi :
penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional, Penetapan Harga Obat Pelayanan
Kesehatan Dasar dan Program, penyiapan modul-modul pelatihan dan pedoman
pengelolaan.

Sejak penerapan Otonomi daerah penambahan jumlah Kabupaten Kota sangat
pesat. Bila sebelum otonomi daerah jumlah Kabupaten Kota sekitar 265, maka
sampai saat ini telah ada sekitar 429 kabupaten/Kota. Penambahan jumlah
Kabupaten Kota ini tidak selalu di iringi dengan tersedianya tenaga terampil di
berbagai sektor. Termasuk di dalamnya keterbatasan tenaga pengelola obat
yang mempunyai latar pendidikan farmasi dan telah mengikuti berbagai
pelatihan pengelolaan obat. Disisi lain pedoman pengelolaan obat yang
tersedia masih bernuansa sentralistik. Oleh karena itu diperlukan adanya buku
pedoman pengelolaan oba baik di tingkat Kabupaten-Kota maupun Puskesmnas
yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Pedoman Puskesmas - 3
Penyusunan buku pedoman pengelolan obat Puskesmas ini merupakan salah
satu upaya untuk mengantisipasi apa yang terjadi di lapangan. Tersedianya
buku pedoman pengelolaan obat Puskemas ini merupakan salah satu pelengkap
dari Buku Pedoman Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota yng lebih dahulu terbit.
Diharapkan tersedianya kedua buku pedoman pengelolaan obat ini dapat
menjadi pedoman bagi petugas pengelola obat di Kabupaten/Kota maupun
Puskesmas dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Selain itu tumbuhnya jumlah Kabupaten Kota yang sangat pesat tidak di ikuti
pula dengan penyediaan dana alokasi obat untuk pelayanan kesehatan dasar
yang memadai. Sampai saat ini kekurangan beberapa item obat masih kerap
terjadi terutama di Kabupaten/Kota bentukan baru. Mengingat terbatasnya
dana pelatihan bagi petugas pengelola obat, maka penyediaan pedoman
pengelolaan obat puskesmas merupakan salah satu upaya untuk menyediakan
informasi bagi para petugasdi lapangan. Sehingga dana alokasi obat yang
tersedia untuk pelayanan kesehtan dasar dapat digunakan lebih efektif dan
efisisen guna menunjang pelayanan kesehatan dasar yang lebih baik.

B. TUJ UAN PENGELOLAAN OBAT

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan
untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan
obat yang efisien, efektif dan rasional.







Pedoman Puskesmas - 4
BAB II
PERAN SETIAP TINGKATAN

A. Pembagian Tugas
Tujuan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar adalah agar dana yang
tersedia dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan berkesinambungan guna
memenuhi kepentingan masyarakat yang berobat ke Puskesmas. Agar tujuan
tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka diantara semua yang terlibat
dalam pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar sebaiknya ada pembagian
tugas dan peran seperti di bawah ini :

1. Tingkat Pusat
a. Menyiapkan dan mengirimkan berbagai Keputusan Menteri Kesehatan ke
unit unit terkait antara lain :
1) Daftar Harga Obat PKD, Obat Program dan Obat Generik
2) Pedoman Teknis Perencanaan Pengadaan, Pengelolaan, Supervisi
dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
3) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
b. Menyediakan Obat Buffer Stok Nasional
c. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota khususnya bentukan baru
d. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
e. Menyediakan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
f. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan
perbekalan kesehatan.
g. Menyediakan Pedoman Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada
Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota.


Pedoman Puskesmas - 5
2. Tingkat Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi :
a. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Kabupaten/Kota
b. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Kabupaten/Kota
c. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan
perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota
d. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah
Propinsi

3. Tingkat Kabupaten/ Kota
a. Perencanaan kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan dasar disusun
oleh Tim perencanaan kebutuhan obat terpadu berdasarkan system
bottom up
b. Perhitungan rencana kebutuhan obat untuk satu tahun anggaran disusun
dengan menggunakan pola konsumsi dan atau epidemiologi.
c. Mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan obat dari beberapa sumber
dana, agar jenis dan jumlah obat yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan dan tidak tumpang tindih.
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan rencana
kebutuhan obat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Pusat, Propinsi dan
sumber lainnya.
e. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Puskesmas
f. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Puskesmas
g. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota

Pedoman Puskesmas - 6
h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap
pendistribusian obat.
i. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap
penanganan obat dan perbekalan kesehatan yang rusak dan
kadaluwarsa.
j. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap jaminan
mutu obat yang ada di bawah pengelolaan Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota dan UPK.

4. Tingkat Puskesmas dan Sub Unit Pelayanan
a. Menyediakan data dan informasi mutasi obat dan perbekalan kesehatan
serta kasus penyakit dengan baik dan akurat
b. Setiap akhir bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan
perbekalan kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat
c. Bersama Tim Perencana Obat Terpadu membahas rencana kebutuhan
Puskesmas
d. Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan
e. Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak/kadaluwarsa
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
f. Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota








Pedoman Puskesmas - 7


B. TUGAS DAN TANGGUNG J AWAB PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

1. Kepala Puskesmas
a. Tugas :
1) Membina petugas pengelola obat
2) Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3) Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat yang rusak/
kadaluwarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan kepada Kepala
Dinkes Kabupaten/Kota setempat.
4) Melaporkan obat hilang kepada Kepala Dinkes Kabupaten/Kota.
5) Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

b. Tanggung J awab :
Pengelolaan dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan
di Puskesmas.

2. Petugas Gudang Obat di Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan :
a. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Pemeriksaan kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan
c. Penyimpanan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan
d. Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit
pelayanan
e. Pengendalian penggunaan persediaan

Pedoman Puskesmas - 8
f. Pencatatan dan pelaporan
g. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan
h. Penyusunan persediaan obat dan perbekalan kesehatan
i. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota
j. Penyusunan laporan ke Dinkes Kabupaten/Kota

3. Petugas Kamar Obat Puskesmas mempunyai tugas :
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat
Puskesmas dalam bentuk buku catatan mutasi obat.
b. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan
kesehatan.
c. Menyerahkan kembali obat rusak/daluwarsa kepada petugas gudang
obat
d. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
e. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat
kepada pasien

4. Petugas Kamar Suntik mempunyai tugas :
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterimanya.
b. Membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan obat dan
perbekalan kesehatan
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada petugas gudang
obat.




Pedoman Puskesmas - 9


5. Petugas Lapangan Puskesmas Keliling mempunyai tugas :
a. Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan
obat yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas.
b. Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan
c. Setelah selesai dengan kegiatan lapangannya, segera mengembalikan
sisa obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat.

6. Petugas Lapangan Posyandu mempunyai tugas :
a. Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan
obat yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas.
b. Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan.
c. Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa
obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat

7. Petugas Obat Puskesmas Pembantu mempunyai tugas :
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikeluarkan
maupun yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Kartu
Stok/buku
b. Setiap awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan
permintaan obat kepada Kepala Puskesmas
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas
melalui petugas gudang obat.






Pedoman Puskesmas - 10


8. BIDAN DESA
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikeluarkan
maupun yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Kartu
Stok/buku
b. Setiap awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan
permintaan obat kepada Kepala Puskesmas
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas
melalui petugas gudang obat.




















Pedoman Puskesmas - 11
BAB III
PENGELOLAAN OBAT

Ruang lingkup pengelolaan obat secara keseluruhan mencakup :

A. Perencanaan
B. Permintaan
C. Penyimpanan
D. Distribusi
E. Pengendalian penggunaan
F. Pencatatan dan pelaporan.

A. PERENCANAAN

Tujuan perencanaan adalah adalah untuk mendapatkan :
Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas.

Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan
oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.
Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.
Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas.

Pedoman Puskesmas - 12
Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kab/Kota.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun Puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa
terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah kerjanya.

B. PERMINTAAN OBAT

Tujuan permintaan obat adalah :
Memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya

Sumber penyediaan obat di Puskemas adalah berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas
adalah obat Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh
Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional.
Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan
Menteri Kesehatan No : 085 tahun 1989 tentang Kewajiban
menuliskan Resep/ dan atau menggunkan Obat Generik di Pelayanan
Kesehatan milik Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang
diperkenan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan
dari Kepmenkes tersebut adalah :
Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di
seluruh dunia bagi pelayan kesehatan publik.
Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar
pengobatan.
Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.
Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.

Pedoman Puskesmas - 13
Meningkatkan efektifitas dan efisensi alokasi dana obat di pelayanan
kesehatan publik.

Berdasarkan UU No : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No : 72 tahun
1999 tentang Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang
diiperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah tenaga Apoteker.
Untuk itu Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara
sendiri-sendiri.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing
Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan
dari sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan
LPLPO Sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu
penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan
penyerahan obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke
Puskesmas.

1. Kegiatan :

a. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas
b. Permintaan khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila,
- kebutuhan meningkat
- menghindari kekosongan
- penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa

c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan
Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota.

2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan
- Data pemakaian obat periode sebelumnya
- J umlah kunjungan resep
- Data penyakit
- Frekuensi distribusi obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

Sumber data
- LPLPO
- LB1

3. Cara menghitung Kebutuhan obat :
J umlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan
pemakaian pada periode sebelumnya

SO = SK + WK + WT + SP

Kebutuhan = SO - SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
WK = Waktu kekosongan obat
WT = Waktu tunggu ( Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Pedoman Puskesmas - 14

Pedoman Puskesmas - 15

Stok kerja =pemakaian rata rata per periode distribusi
Waktu kekosongan =lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari
Waktu tunggu =waktu tunggu, dihitung mulai dari permintaan obat
oleh Puskesmas sampai dengan penerimaan obat
di Puskesmas.
Stok Penyangga =adalah persediaan obat untuk mengantisipasi
terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan
kedatangan obat, pemakaian. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan
Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Sisa Stok =adalah sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas
pada akhir periode distribusi

Contoh Perhitungan Kebutuhan Obat:
Pada tanggal 1 Maret 2006 di Puskesmas Murah Senyum, Kabupaten
Manisapa sisa persediaan Amoksisilin kaplet 500 mg = nihil. Penerimaan
selanjutnya diperkirakan akan diperoleh pada bulan April 2006. Pemakaian
Amoksisilin kaplet per triwulan selama ini di Puskesmas adalah 60 botol @
100 tablet. Permintaan obat pada periode April - J uni 2006 diajukan oleh
Puskesmas ke Instalasi Farmasi Kabupaten pada akhir bulan Maret 2006,
terjadi kekosongan obat selama enam hari kerja.

Perhitungan :
1. Pemakaian per triwulan = 60 botol @ 100 kaplet.
2. Sisa stok = nihil
3. Pemakaian rata-rata per bulan = 60/3 = 20 botol @ 100 kaplet
4. Pemakaian rata rata per hari = 20/25 x 100 kaplet = 80 kaplet
5. Waktu kekosongan obat = 6 hari kerja = 6 x 80 kaplet = 480 kaplet
6. Kebutuhan waktu tunggu (5 hari) = 5 x 80 kaplet = 400 kaplet

Pedoman Puskesmas - 16
7. Rencana permintaan untuk Amoksisilin kaplet 500 mg periode April
J uni 2006 = pemakaian riel triwulan + kebutuhan waktu tunggu +
waktu kosong obat Sisa stok = (6000 + 400 + 480 - 0) kaplet =
6880 kaplet, dibulatkan menjadi 70 botol @ 100 kaplet

C. PENERIMAAN OBAT

Tujuan :
Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya.
Setiap penyerahan obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota, kepada
Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu.

Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu
dan sub unit kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas
induk.

Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat,
bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh
petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat
petugas penerima dapat mengajukan keberatan.

Pedoman Puskesmas - 17
J ika terdapat kekurangan, penerima obat wajib wajib menuliskan jenis yang
kurang (rusak, jumlah kurang dan lain - lain). Setiap penambahan obat-obatan,
dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.

D. PENYIMPANAN

Tujuan penyimpanan adalah :
Agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan mutunya dapat
dipertahankan.

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin.

1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat.
a. Persyaratan gudang
- Cukup luas minimal 3 x 4 m2
- ruangan kering tidak lembab
- ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
- perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung
untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis
- lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan ber-
tumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet)
- dinding dibuat licin
- hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
- gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
- mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
- tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang
selalu terkunci
- sebaiknya ada pengukur suhu ruangan

Pedoman Puskesmas - 18
b. Pengaturan penyimpanan obat :
- Obat di susun secara alfabetis
- Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
- Obat disimpan pada rak
- Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet
- Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
- Cairan dipisahkan dari padatan
- Sera, vaksin , supositoria disimpan dalam lemari pendingin

2. Kondisi penyimpanan.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Kelembaban :
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup
sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab
tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut :
- ventilasi harus baik, jendela dibuka
- simpan obat ditempat yang kering
- wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
- bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin
panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab
- biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul
- kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki

b. Sinar matahari :
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh
sinar matahari.
Sebagai contoh :
Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna
menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa.

Pedoman Puskesmas - 19
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :
- gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat)
- jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka
- obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari
- jendela-jendela diberi gorden
- kaca jendela dicat putih.

c. Temperatur / panas :
Obat seperti Salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap
pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari
udara panas.
Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu
penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.

Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam
lemari pendingin pada suhu 4 8 derajat celcius, seperti :
- Vaksin
- Sera dan produk darah
- Antitoksin
- Insulin
- Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
- Injeksi oksitosin

Ingat DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena
akan menjadi rusak.


Pedoman Puskesmas - 20
Cara mencegah kerusakan karena panas :
- pasang ventilasi udara
- atap gedung jangan dibuat dari bahan metal
- buka jendela sehingga terjadi sirkulasi udara

d. Kerusakan fisik :
Untuk menghindari kerusakan fisik :
- dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam
dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan
menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas
- penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus.
- hindari kontak dengan benda - benda yang tajam

e. Kontaminasi bakteri :
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka
obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.

f. Pengotoran :
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca.
Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali.
Lantai di sapu dan di pel, dinding dan rak dibersihkan.

3. Bila ruang penyimpanan kecil :
- Dapat digunakan sistem dua rak
- Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai diletakkan di
bagian rak A sedangkan sisanya di bagian rak B.


Pedoman Puskesmas - 21
- Pada saat mulai menggunakan obat di rak A maka pesanan mulai
dikirimkan ke gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara
itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat
yang dipesan diharapkan sudah datang
- J umlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari
beberapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat
diterima (waktu tunggu)
- Misalnya permintaan dilakukan setiap empat bulan dan waktu yang
diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua bulan.
Maka jumlah pemakaian empat bulan dibagi sama rata untuk rak A dan
rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu bulan maka
bagian obat disimpan di rak A dan bagian di rak B.

d. Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat.

a. Pengaturan penyimpanan obat.
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh
kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain.
b. Penerapan Sistem FIFO dan FEFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk
masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus
dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian dan First
Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat
yang lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat
yang kadaluwarsa kemudian. Hal ini sangat penting karena :
- Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya
berkurang.


Pedoman Puskesmas - 22
- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian
artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya .
c. Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokan
untuk memudahkan pencarian, pengawsan dan pengendalian stok obat.
d. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
e. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
f. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung
dari cahaya dan disimpan dalam lemari es. Kartu temperatur yang
terdapat dalam lemari es harus selalu diisi.
g. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya
matahari.
h. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan pengambilannya menggunakan sendok.
i. Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu
kadaluwarsanya dituliskan pada doos luar dengan menggunakan spidol.
j. Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti
lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain
sebagainya.
k. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
l. Kondisi penyimpanan beberapa obat
- Beri tanda / kode pada wadah obat :
a) Beri tanda semua wadah obat dengan jelas. Apabila ditemukan
obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan.
b) Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus
tercantum :
jumlah isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet
kode lokasi


Pedoman Puskesmas - 23
tanggal diterima
tanggal kadaluwarsa (kalau ada)
nama produk/obat
- Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada
tahun tersebut.
- J angan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan
kesehatan (Puskesmas).

Informasi tambahan untuk menyusun/mengatur obat :
Susunan obat yang berjumlah besar di atas papan atau diganjal dengan
kayu rapi dan teratur.
Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obat yang
berjumlah sedikit tetapi harganya mahal.
Susunan obat dalam rak dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,
cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam
dengan obat luar.
Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi, atau
letakkan bagian etiket yang berisi nama obat yang jelas terbaca.
Barang yang mempunyai volume besar seperti kapas disimpan dalam
dus.
Letakkan kartu stok di dekat obatnya.

e. Pengamatan mutu
Setiap petugas pengelola yang melakukan penyimpanan obat, perlu
melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, paling tidak setiap awal
bulan.
Pengamatan mutu obat :
a. Mutu obat yang disimpan dapat mengalami perubahan baik secara fisik
maupun kimia.

Pedoman Puskesmas - 24
b. Laporkan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/
Kota untuk diteliti lebih lanjut.
c. Secara sederhana pengamatan dilakukan dengan visual, dengan melihat
tanda tanda sebagai berikut :
1) Tablet :
- terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab
- kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh.
- kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
- untuk tablet salut, disamping informasi di atas juga basah dengan
lengket satu dengan lainnya, bentuknya sudah berbeda.
- Wadah yang rusak.
2) Kapsul :
- cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya, wadah rusak.
- Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
3) Cairan :
- cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan
- cairan suspensi tidak bisa dikocok
- cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.
4) Salep :
- konsistensi, warna dan bau berubah (tengik)
- pot/tube rusak atau bocor
5) Injeksi :
- Kebocoran
- Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih
sehingga keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi
- Wadah rusak atau terjadi perubahan warna.



Pedoman Puskesmas - 25
J angan gunakan obat yang sudah kadaluwarsa karena :
Efektifitas obat berkurang.
Hal ini penting untuk diketahui mengingat penggunaan antibiotik yang sudah
kadaluwarsa dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba
berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan.
Obat dapat berubah menjadi toksis.
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-
substansi yang toksik. Sebagai contoh : Tetrasiklin dari serbuk warna kuning
dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik.


E. DI STRI BUSI

Tujuan :
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada
di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat
waktu

Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain :

1. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat,
laboratorium)
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes



Pedoman Puskesmas - 26
Kegiatan :
1. Menentukan frekuensi distribusi
2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan
3. Melaksanakan penyerahan obat.

Menentukan frekuensi distribusi :
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :
1. jarak sub unit pelayanan
2. biaya distribusi yang tersedia.

Menentukan jumlah obat :
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :
1. pemakaian rata-rata per jenis obat
2. sisa stok
3. pola penyakit
4. jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.

Penyerahan obat :
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
1. gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit
pelayanan
2. penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit- sub unit
pelayanan. Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan
lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.






Pedoman Puskesmas - 27
F. PENGENDALIAN

Tujuan :
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar

Pengendalian obat terdiri dari :
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
3. Penanganan obat hilang

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di
unit pelayanan kesehatan dasar

Kegiatan Pengendalian adalah :
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. J umlah stok ini disebut stok
kerja.
2. Menentukan :
- Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan
- stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena
keterlambatan pengiriman dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
3. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.


Pedoman Puskesmas - 28
Secara lebih jelas maka untuk melakukan pengendalian perlu ada sasaran yang
ditetapkan. J ika misalnya sasaran tingkat persediaan rata-rata 5.000 tablet
perbulan, dan rata-rata pemakaian 1.250 tablet perminggu, maka persediaan
5.000 tablet akan habis dalam empat minggu.

Agar pada waktu empat minggu berikutnya masih tersedia 5.000 tablet, maka
jumlah persediaan pada minggu keempat haruslah 5.000 tablet juga.

J ika pengiriman dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota setiap dua bulan, maka
jumlah yang harus ada dalam persediaan pada minggu pertama, kedelapan dan
seterusnya adalah 10.000 tablet, agar tercapai persediaan rata-rata 5.000
tablet.

1. Pengendalian Persediaan.
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap
stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk
mencukupi kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya
ada pada waktu kedatangan obat atau kalau dimungkinkan memesan, maka
dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan (Q) dengan rumus berikut :

Q = SK + SP + ( WT X D ) SS

Keterangan :
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu ( leadtime )
SS = sisa stok
D = pemakaian rata-rata perminggu/perbulan

Pedoman Puskesmas - 29

Pencegahan Kekosongan Obat.
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut :

a. Cantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
b. Laporkan segera kepada Instlasi Farmasi Kabupaten/Kota, jika terdapat
pemakaian yang melebihi rencana karena keadaan yang tidak terduga.
c. Buat laporan sederhana secara berkala kepada Kepala Puskesmas
tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih
mempunyai persediaan banyak.

Pemeriksaan Besar (Pencacahan)
Pemeriksaan besar dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu
stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau
setahun sekali. Semakin sering pemeriksaan dilakukan, semakin kecil
kemungkinan terjadi perbedaan antara fisik obat dan kartu stok.

2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan Pengendalian Penggunaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian
penggunaan meliputi :
a. Prosentase penggunaan antibiotik
b. Prosentase penggunaan injeksi
c. Prosentase rata-rata jumlah R/
d. Prosentase Obat Penggunaan obat Generik
e. Kesesuaian dengan Pedoman.
Instrumen yang digunakan adalah Format Monitoring Peresepan seperti
terlampir.

Pedoman Puskesmas - 30

3. PENANGANAN OBAT HILANG, OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA

a. Penanganan Obat Hilang.

Tujuan :
Sebagai bukti pertanggungjawaban Kepala Puskesmas
sehingga di ketahui persediaan obat saat itu

Kejadian obat hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian
obat dari tempat penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.

Obat juga dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada Kartu
Stok yang bersangkutan. Pengujian silang antara jumlah obat dalam
tempat penyimpanannya dengan catatan sisa stok pada Kartu Stok perlu
dilakukan secara berkala, paling tidak 3 (tiga) bulan sekali. Pengujian
semacam ini harus dilakukan oleh Kepala Puskesmas

Untuk menangani kejadian obat hilang ini, perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera
menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai
lampiran dari Berita Acara Obat Hilang yang diterbitkan oleh Kepala
Puskesmas.

Pedoman Puskesmas - 31
2) Kepala Puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian
tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
3) Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai Berita Acara Obat
Hilang bersangkutan.
4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat
yang hilang tersebut pada masing-masing Kartu Stok.
5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi
kebutuhan pelayanannya, segera dipersiapkan LPLPO untuk
mengajukan tambahan obat, seperti telah dibahas rinci di bagian
depan.
6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada
kepolisian dengan membuat berita acara (contoh berita acara
terlampir)

b. Penanganan Obat Rusak/ Kadaluwarsa.

Tujuan :
Melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/ kadaluwarsa

J ika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak laik pakai
(karena rusak/kadaluwarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan
lainnya segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut
kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat Puskesmas.
2) Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat
rusak dalam gudang. J ika memang ditemukan obat tidak laik pakai

Pedoman Puskesmas - 32
maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada masing-
masing kartu stok yang dikelolanya. Petugas kemudian melaporkan
obat rusak/kadaluwarsa yang diterimanya dari satuan kerja lainnya,
ditambah dengan obat rusak/kadaluwarsa dalam gudang, kepada
Kepala Puskesmas.
3) Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali
obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota,
untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

G. PELAYANAN OBAT

Tujuan :
Agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan
mendapat informasi bagaimana menggunakannya

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien.

Semua resep yang telah dilayani oleh Puskesmas harus dipelihara dan disimpan
minimal 2 ( dua ) tahun dan pada setiap resep harus diberi tanda :
Umum untuk resep umum
Askes untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi kesehatan
Gratis untuk resep yang diberikan kepada pasien yang di bebaskan dari
pembiayaan restribusi.
Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan pasien
maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan lagi sumber

Pedoman Puskesmas - 33
anggarannya. Semua obat yang ada dipuskesmas pada dasarnya dapat
digunakan melayani semua pasien yang datang ke Puskesmas.

Semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan kesehatan
yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan
untuk melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan
puskesmas pembantu.
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan
dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu
untuk mendukung pelaksanaan seluruh aspek pengelolaan obat.

Kegiatan pelayanan obat meliputi :
penataan ruang pelayanan obat
penyiapan obat
penyerahan obat
informasi obat
etika pelayanan
daftar perlengkapan peracikan obat.

1. Penataan ruang pelayanan :
a. Ruang pelayanan adalah tempat dimana dilaksanakan kegiatan
penerimaan resep, penyiapan obat pencampuran, pengemasan,
pemberian etiket dan penyerahan obat. Diruang tersebut terdapat
tempat penyimpanan obat, alat-alat peracikan penyimpanan arsip dan
tempat pelaksanaan tata usaha obat.
b. Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3 x 4 meter dan
mempunyai penerangan yang cukup.
c. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk
komunikasi dengan pasien.

Pedoman Puskesmas - 34
d. Ruangan pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap
jendela dilengkapi dengan teralis.

e. Tempat penyimpanan obat .
Obat disimpan di dalam lemari, rak atau kotak-kotak tertentu .
Untuk obat-obat narkotik, psikotropika hendaknya ditempatkan dalam
lemari yang terkunci.
Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan bentuk seperti kapsul,
tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain.
Vaksin dan serum ditempatkan dalam lemari pendingin.
Susun obat berdasarkan alfabetis, dan terapkan sistem FIFO.
f. Tempat peracikan.
Ruangan harus selalu bersih, rapi dan teratur
Sediakan meja untuk peracikan obat
Obat-obatan tidak boleh berserakan dimana-mana
Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk
menghindari kemungkinan terkontaminasi dan udara lembab.
Wadah obat harus diberi label sesuai dengan obat yang ada
didalamnya.

2. Perlengkapan peralatan peracikan.

a. Mortir dengan alu, kecil dan sedang
b. Spatel/sudip untuk membantu mencampur dan membersihkan atau
c. Spatel/sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
d. Baki/wadah lain tempat menghitung tablet atau kapsul
e. Lap/serbet yang bersih masing-masing untuk salep dan serbuk
f. Kertas pembungkus, kantong plastik dan etiket


Pedoman Puskesmas - 35
3. Penyiapan obat.

a. Memahami isi resep.
Baca resep dengan cermat meliputi :
- nama obat
- jenis dan bentuk sediaan obat
- nama dan umur pasien
- dosis
- cara pemakaian, aturan pakai
Apabila tulisan resep tidak jelas tanyakan kepada pembuat resep
Perhatikan dosis obat
Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat
alternatif/pengganti kepada pembuat resep.
b. Tata Cara Menyiapkan Obat
Periksa dan baca sekali lagi informasi pada wadah obat
Pakai spatula atau sendok untuk menghitung tablet atau kapsul
Setelah selesai menghitung, kembalikan sisanya ke dalam wadah
semula
Periksa kembali etiket pada wadah
Yakinkan sisa obat disimpan kembali ke dalam wadah semula
Bersihkan kembali meja dimana anda bekerja.

Kontak tangan langsung dengan tablet atau kapsul dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang antara obat
yang satu dengan obat yang lain. Hal ini dapat berakibat fatal
terhadap pasien yang sangat sensitif (alergi) pada obat
tertentu, misalnya penisilin, sulfonamid.

Perhitungan jumlah obat didasarkan atas jumlah yang harus dipakai
untuk setiap kali per hari dan jumlah hari pemakaian.

Pedoman Puskesmas - 36
Pada umumnya resep dokter telah mencantumkan jumlah obat yang
diminta. J ika tidak ada jumlah tersebut, maka dapat dihitung dengan
perkalian jumlah dosis satu kali pakai, dengan jumlah pemakaian sehari
dan lama hari pemakaian.
a). Contoh dan perhitungan resep berisi tablet/ kapsul :

R/ Tetracycline 500 mg No. XX
S 4 dd Cap 1

R/ Vitamin B Comp no XV.
S 3 dd tab I
Perhitungan :
1). Berdasarkan resep di atas, Tetracyclin yang diperlukan sebanyak
= 20 kapsul
Tetracyclin yang tersedia adalah kapsul 250 mg, jadi diperlukan
40 kapsul. Perlu diperhatikan nanti sewaktu menuliskan etiket,
menjadi : sehari 4 x 2 kapsul
2). Berdasarkan resep di atas, Vitamin B complex yang diperlukan
sebanyak = 15 tablet

b). Contoh perhitungan pembuatan serbuk yang dibagi-bagi
(Pulveres)

R/ Parasetamol 150 mg
CTM 1 mg
Ephedrin 10 mg
m.f. pulv. dtd No. XV



Pedoman Puskesmas - 37
Perhitungan :
Bahan yang dibutuhkan :
Parasetamol 15 x 150 mg = 2250 mg
Kadar 1 tablet parasetamol tablet = 500 mg, jadi dibutuhkan
2250/500= 4 tablet
CTM 15 x 1 mg = 15 mg
Kadar 1 tablet CTM = 4 mg, jadi dibutuhkan 15/4= 3 tablet
Ephedrin 15 x 10 mg = 150 mg
Kadar 1 tablet 25 mg, jadi dibutuhkan 150/25= 6 tablet.

c) Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk.

1. hitung tablet atau kapsul atau timbang sejumlah bahan obat
sesuai dengan yang tercantum dalam resep
2. gerus dalam mortar sampai halus dan homogen
3. siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep
4. cara membagi serbuk adalah sebagai berikut :
Apabila diminta 12 bungkus maka :
= serbuk dibagi dua sama banyak
= lalu masing-masing dibagi tiga sama banyak
= terakhir masing-masing dibagi dua sama banyak
Apabila diminta 15 bungkus maka :
= serbuk dibagi tiga sama banyak
= lalu masing-masing dibagi lima sama banyak






Pedoman Puskesmas - 38
d) Mengukur cairan :

1. Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai
2. Baca kembali etiket pada botol cairan apakah botol yang diambil
sudah benar
3. Pegang botol dengan etiket menghadap ke tangan
4. Tuangkan ke dalam gelas ukur
5. Tutup kembali botol dan periksa etiket sekali lagi.

Cairan obat luar seperti Gentian Violet dapat langsung dituangkan ke
dalam botol untuk pasien, tidak perlu di ukur karena dapat mengotori
gelas ukur.

e) Melarutkan dan mengencerkan obat.

1. obat-obatan yang tidak stabil dalam air, dilarutkan apabila akan
digunakan (amoksisillin, benzyl penisilin)
2. pelarutnya adalah air matang/air yang sudah dimasak

f) Mengemas dan memberi etiket :

1. Untuk tablet dan kapsul
Kemasan yang dapat digunakan adalah kantong plastik, kantong
kertas, botol obat dan vial
2. Cairan
Kemasan yang dapat digunakan adalah botol kaca, botol plastik
3. Salep/krim
Kemasan yang dapat digunakan adalah wadah gelas kaca/plastik
bermulut besar atau tube plastik/metal yang stabil


Pedoman Puskesmas - 39
4. Setelah dikemas perlu ditempeli etiket pada masing-masing wadah
obat yang perlu ditulis pada etiket :
nama pasien
aturan pakai obat
waktu pakai contoh : malam hari, sebelum makan, sesudah
makan

g) Penyerahan obat

1. Sebelum obat diserahkan, lakukan pengecekan terakhir tentang
nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan pakai obat,
kemasan, dan sebagainya
2. Obat diberikan melalui loket.
3. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien.

h) Informasi.

Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan
tepat, adalah karena penderita tidak mendapatkan penjelasan yang
cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang menyerahkan
obat.
Oleh karena itu sangatlah penting menyediakan waktu untuk
memberikan penyuluhan kepada penderita tentang obat yang
diberikan.

Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :
1). Kapan obat digunakan dan berapa banyak ?
Beberapa pasien berpendapat bahwa makin banyak obat diminum,
semakin cepat sembuh. Pendapat ini tentu saja tidak benar dan
sangat berbahaya. Oleh karena itu perlu dijelaskan :


Pedoman Puskesmas - 40
a. pemakaian obat
tiga kali sehari
dua kali sehari
b. waktu pemakaian obat
pagi, siang, malam
c. jumlah sekali pakai

2). Lama pemakaian obat yang dianjurkan
Beberapa pasien hanya menggunakan obat sampai badan terasa
sembuh. Hal ini tidak menjadi masalah apabila penyakit yang
diobati ringan misalnya alergi atau sakit kepala.
Masalah serius akan timbul apabila penyakit yang diobati misalnya
infeksi. Oleh karena itu beritahukan kepada pasien berapa
hari/minggu obat harus diminum/dimakan.
Misalnya antibiotik, harus diminum sampai obat yang diberikan
habis sesuai dengan aturan pakai.

3). Cara penggunaan obat
Obat dapat dimakan/diminum dengan bantuan air putih biasa, teh
manis, pisang, susu dan lain-lain. Namun demikian untuk Tetracyclin
tidak boleh diminum bersama-sama dengan susu, karena khasiat
Tetracyclin akan berkurang dengan adanya susu dalam lambung.
Beberapa obat, baru bekerja dengan maksimal bila lambung dalam
keadaan kosong (1 jam sebelum makan). Obat antasida (campuran
magnesium trisilikat) bekerja maksimal apabila dimakan satu atau
dua jam setelah makan dan waktu tidur.
Tablet asetosal dan besi dapat menyebabkan iritasi lambung oleh
karena itu harus digunakan setelah makan terlebih dahulu.


Pedoman Puskesmas - 41
Krim atau salep kulit digunakan dengan cara mengoleskan obat
berkali-kali pada kulit ditempat yang sakit.
Cara memasukkan supositoria yang termudah adalah dalam posisi
jongkok.

4). Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat.
Berkeringat pada penderita demam panas setelah memakan
obat penurun panas
Perubahan warna tinja dan air seni setelah minum Tetrasiklin,
Vitamin B Komplek
Rasa mengantuk, oleh karena itu khusus untuk obat
antihistamin, seperti CTM dianjurkan kepada pasien yang
meminum obat ini untuk tidak menjalankan kendaraan atau
mengoperasikan mesin.

5). Efek Samping Obat
Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai
efek samping, beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat
ditimbulkan oleh obat tersebut.
Sebagai contoh menggunakan salep Penisilin atau salep 2 - 4, jika
mengalami keadaan seperti gatal dan timbul merah disekitar kulit
karena alergi, dianjurkan untuk menghentikan pemakaian dan
kembali ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan dokter.

6). Obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral.
Beberapa obat dapat mempengaruhi kerja kontrasepsi oral menjadi
tidak efektif, sebagai contoh antibiotik. Oleh karena itu tanyakan
pada pasien wanita apakah sedang menggunakan pil KB.
Beritahukan pada pasien, agar berhati-hati kemungkinan KB-nya
gagal. Contoh : Rifamfisin dapat mempengaruhi efektifitas pil KB.

Pedoman Puskesmas - 42
7). Cara Menyimpan Obat
Sarankan agar obat disimpan di tempat yang sejuk dan aman serta
tidak mudah dijangkau anak-anak.

Etika pelayanan.

Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, terutama pada saat
penyerahan obat dan pemberian informasi, karena disamping perlu sopan santun
dan kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita
penyakit biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya.

Kesadaran petugas bahwa pasien dan keluarganya perlu ditolong terlepas dari
status sosial, golongan dan agama atau kepercayaannya serta pengetahuan yang
terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami bahaya karena
ketidaktahuannya tentang penyakit.

Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau kalau perlu Bahasa Daerah
setempat sehingga pasien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah dan
sopan akan memberikan semangat kesembuhan pada pasien, sehingga akan
membantu penyembuhan secara psikologis.

Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang
baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit.

Begitu juga tentang penyampaian informasi yang menyangkut efek samping serta
keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan secara
hati-hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.




Pedoman Puskesmas - 43
BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tujuan Pencatatan dan pelaporan adalah :
1. Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
3. Sumber data untuk pembuatan laporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit
pelayanan lainnya.

Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat
yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh
pengelolaan obat.

A. Sarana pencatatan dan pelaporan :
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas
adalah LPLPO dan kartu stok.
LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus tepat data, tepat isi dan
dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik.
LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan
obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.

1. Di gudang obat Puskesmas :
Kartu stok obat
LPLPO

Pedoman Puskesmas - 44

2. Di kamar obat Puskesmas :
Catatan penggunaan obat
LPLPO

3. Di Puskesmas pembantu :
Catatan penggunaan obat
LPLPO Sub unit

4. Di kamar suntik :
LPLPO Sub unit
Catatan harian penggunaan obat suntik

5. Di pelayanan kesehatan/ pengobatan :
Catatan obat-obat yang diberikan kepada pasien pada kartu
berobat/status

6. Di tempat pelayanan P3K dan tempat rawat inap :
Catatan harian penggunaan obat
LPLPO Sub unit

7. Di kamar suntik :
Laporan pemakaian obat dan sisa stok

8. Di Puskesmas keliling :
Laporan pemakaian obat dan sisa stok

9. Di Posyandu / Polindes / Bidan desa :
Laporan pemakaian obat dan sisa stok




Pedoman Puskesmas - 45
B. Penyelenggaraan pencatatan :

a. Di gudang Puskesmas :
1). Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam
Kartu Stok
2). Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat berdasarkan :
(a). Kartu Stok Obat
(b). Catatan harian penggunaan obat

Data yang ada pada LPLPO dilaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota. Laporan ini
merupakan laporan Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota.

b. Di kamar obat :
1) Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada
buku catatan pemakaian obat harian
2) Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat dibuat
berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.

c. Di kamar suntik :
Setiap hari obat yang akan digunakan dimintakan ke kamar obat. Pemakaian
obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan menjadi sumber data
untuk permintaan tambahan obat.

d. Di Puskesmas keliling, Puskesmas Pembantu dan tempat perawatan
serta di ruang pertolongan gawat darurat, pencatatan diselenggarkan seperti
pada kamar obat.






Pedoman Puskesmas - 46
C. Alur pelaporan

Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan Puskesmas
Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yakni :
a. Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda
tangani disertai satu rangkap LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas

D. Periode Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan.
Untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim
setiap awal bulan, begitu juga untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi
setiap triwulan.



















Pedoman Puskesmas - 47
BAB VI

P E N U T U P




Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas diharapkan dapat
bermanfaat dan membantu dalam pengelolaan obat di Puskesmas serta unit-unit pelayanan
kesehatan dasar lainnya, yang meliputi aspek permintaan, penerimaan, pendistribusian,
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga walaupun
adanya keterbatasan tenaga, dana, sarana dan prasarana pendukungnya, bila pengelolaan obat
publik dan perbekalan kesehatan dilakukan secara baik diharapkan tujuan pembangunan di
bidang Kesehatan khususnya bidang obat dan perbekalan kesehatan dapat tercapai, adapun
tujuan dimaksud meliputi terjaminnya ketersediaan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat
sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin dan tersebar secara merata, berkesinambungan
dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.

Penyediaan buku pedoman ini merupakan salah satu sumbangsih Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian da untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan obat di Puskesmas.

Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas ini tentu masih
memerlukan perbaikan perbaikan untuk penyempuranannya, karena itu masukan-masukan
dari instansi pengguna buku ini sangat diharapkan.



















Pedoman Puskesmas - 48

DAFTAR PUSTAKA





1. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen POM, Pedoman Pengelolaan Obat Daerah Tingkat II,
1996.
2. MSH, Managing Drug Supply, New York, Kumarin Press, 1998
3. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota, J akarta,
2001.
4. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pedoman
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2005


















Pedoman Puskesmas - 48






Pedoman Puskesmas - 49
DAFTAR SINGKATAN





NO. NAMA SINGKATAN KETERANGAN
1. UPOPPK Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
yaitu Pengelola Obat seperti GFK, Seksi Farmasi, Seksi
Distribusi, Seksi Obat Publik dan lain sebagainya.
2. UPK Unit Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Pustu,
Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Swasta,
Balai Pengobatan dan lain sebagainya.
3. LPLPO Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat yaitu
formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan
kesehatan dasar milik pemerintah












Pedoman Puskesmas - 49







Pedoman Puskesmas - 50
TI M PENYUSUN PEDOMAN PENGELOLAAN
OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI PUSKESMAS


Daftar Kontributor :
1. Dr. Agus Winarno : Puskesmas Kab. Temanggung
2. Dr. Bintarti Amalia, DESS : Puskesmas Kota Waringin Barat
3. Dra. Ruhama, Apt : Dinkes Kota Depok
4. Dra. Tetti Widiharti, Apt : Dinkes Kota Sukabumi
5. Dra. Magda Mina Putri, Apt : Dinkes Kab. Serang
6. Sunarsih : Dinkes Kab. Bekasi
7. Drs. Ujang Supriatna, Apt : Dinkes Prop. J awa Barat
8. Dra. Luky Widyawati, Apt : Dinkes Prop. J awa Timur
9. Dr. Sutedjo, RN : Ditjen Bina Kesmas Depkes RI
10. Dr. Sri Widyastuti : Ditjen P2M & PL Depkes RI
11. Drs. Zaenal Komar, MA, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
12. Drs. M Nur Ginting, M.Kes, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
13. Dra. S. Nurul Istiqomah, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
14. Dra. R Detti Yuliati, Msi, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
15. Drs. M. Taufik. S, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
16. Rustian, Ssi, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes

Sekretariat :
1. Lucia Dina Kombong, SH : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
2. Dra. Evrina, Apt : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
3. Sari Isa Harefa, SE : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes
4. O.R. Pamuncak P. Pasaribu : Dit. Bina Obat Publik & Bekkes

You might also like