You are on page 1of 11

1

PENDAHULUAN
Selama beberapa dasawarsa yang lalu, karsinoma paru telah meningkat ke peringkat
pertama insiden neoplasma ganas pada pria dan wanita. Tetapi karena pria mulai merokok sigaret
maka insiden kanker paru terus meningkat sehingga pada tahun 1986 kanker paru pada wanita
melebihi kanker payudara dan kanker utero-ovarium. Sekarang kanker ini bertanggung jawab
terhadao 1/3 dari semua tumor ganas dalam pria dan sekitar 1/5 dalam wanita. Dalam tahun 1933,
Graham melakukan pneumonektomi dalam satu tahap yang pertama kali berhasil untuk karsinoma
paru. Pasien pertama yang disembuhkan dari penyakit ini, hidup bertahun-tahun tanpa
kekambuhan.
PATOGENESIS
Sampai sekarang diterima luas bahwa merokok sigaret merupakan faktor dan pencetus primer
dalam patogenesis kanker paru. Untuk pasien bahwa seharusnya berhenti merokok, terutama bila
bukti ilmiah diperlukan untuk menyebutkan hubungan sebab-akibat, beberapa hal harus ditekankan.
1. Benzpiren ada dalam konsentrasi bermakna dalam asap sigaret dan tembakau yang tak
dibakar di dalam puntung sigaret mengandung N-nitrosonornikotin. Kedua senyawa ini
merupakan karsinogen kuat
2. Bila diteliti terinci pada autopsi, perubahan sitologi yang timbul dalam paru perokok dapat
diikuti dari stadium terdini neoplasma hiperplasia sel basal sampai karsinoma in situ dan
akhirnya karsinoma jelas. Telah terlihat bahwa evaluasi bebas riwayat merokok seorang
individu dapat dikorelasi cukup tepat dengan derajat keparahan perubahan praganas dan
ganas yang ditemukan pada autopsi. Dalam penelitian pascamortem yang mempesonakan
dari 117 pria, riwayat merokok telah didokumentasikan dengan baik oleh satu kelompok
pekerja dan kelompok lain yang menilai cermat keseluruhan batang trachebronchus pada
autopsi. Tiap pasien dalam penelitian ini telah dievaluasi dengan lebih dari 200 potongan
histologi. Dari 117 pasien dalam penelitian, 34 meninggal karena karsinoma bronchogenik
dan semuanya perokok. Dalam 83 pasien sisanya, mungkin ditemukan korelasi langsung
kepada perubahan praganas dengan jumlah pak/tahun merokok sigaret. Perubahan terdini
memperlihatkan hiperplasia sel basal, kemudian statifikasi epitel, yang diikuti metaplasia
skuamosa dan berlanjut ke karsinoma in situ. Akhirnya karsinoma paru yang jelas ada
kebanyakan perokok parah. Kombinasi pemaparan ke asbes dan asap sigaret bersifat
sinergistik dalam efek karsinogenik
2

3. Atas dasar statistik saja, dapat terlihat bahwa merokok sigaret bermakna. Dalam bukan
perokok insiden karsinoma paru tahunan hanya 3,4/100.000 untuk 10 sampai 20 sigaret per
tahun dan untuk merokok diatas 40 sigaret/hari, gambaran ini menjadi 217,3. Lebih lanjut,
jika seseorang berhenti merokok, kemungkinan kanker paru menurun cukup besar.
4. Dalam hewan dengn tracheostomi, karsinoma paru dapat ditimbulkan secara percobaan
dengan terus merokok sigaret. Pada keadaan ini, lesi metaplastik timbul didalam epitel
tracheobronchus, kemudian diikuti oleh penampilan karsinoma non invasif dan akhirnya
oleh karsinoma yang jelas, mencakup metastasis ke kelenjar limfe regional.
5. Akhirnya dalam membahas 2668 pasien dengan karsinoma paru yang terbukti, hanya 134
individu yang bukan perokok. Jelas ini menunjukkan hubungan kausal yang kuat dari
merokok sigaret dengan patogenesis karsinoma paru.
JENIS PATOLOGI
Salah satu klasifikasi paling bermanfaat untuk karsinoma paru mencakup lima jenis berikut:
1. Karsinoma sel squamosa. Jenis ini berkaitan dengan insiden bervariasi dari 40 sampai 70%
lesi total. Hampir semua pasien ini mempunyai riwayat merokok sigaret dan hanya ada 1%
kemungkinan bahwa lesi tersebut akan timbul dalam bukan perokok. Perubahan sitologi
bersatu ke arah anaplastisitas dalam beberapa neoplasma dan menjadi karsinoma tak
berdeferensiasi. Lesi primer ini mempunyai kecenderungan menjadi berat dan sering
mengalami nekrosis sentral.
2. Karsinoma tak berdeferensiasi. Dalam kebanyakkan seri, menunjukkan 20 sampai 30% total.
Neoplasma ini disebut juga sel oat. Bisa sel bulat atau sel besar atau bisa mengambil
penampilan sel oat yang khas. Lesi ini sangat ganas dan disertai dengan prognosis yang
buruk, bila tak diobati.
3. Adenokarsinoma. Dalam kebanyakkan seri timbul dalam 5-15%, lebih sering terlihat di
perifer. Ada insiden lebih tinggi dalam wanita. Jenis sel ini juga mempunyai kecenderungan
tersebar untuk bermetastasi ke hati, otak, tulang dan adrenal maupun kelenjar limfe.
4. Karsinoma bronchoalveolar. Neoplasma berdifferensiasi sangat baik, menunjukkan jenis
hiperplastik pada lapisan alveolus normal. Disertai dengan prognosis yang sangat baik bagi
kanker paru. Dalam satu seri jenis kanker ini dapat direseksi dalam 2/3 pasien pada waktu
operasi dengan 5 years survival rates 48%.
5. Karsinoma sel datia. Varian adenokarsinoma bronchogenik dan tumor yang luar biasa agresif
dengan gambaran patologik aneh, insidennya berkisar dari 1-10%. Cepat menyebar
metastasis dan penampilan patologi khas.
3

Ada neoplasma jenis khusus lainnya, mencakup karsinoma parut, yang tampak muncul dalam
parut sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit paru lain. Pembentukkan parut bisa karena
tuberkulosis, pneumokomiosis, trauma, infark atau lesi radang lain. Sejumlah tumor parut paru
merupakan jenis bronchoalveolar. Karsinoma primer ganda menarik dan timbul dalam sekitar 1%
pasien. Umumnya dikenal bahwa ada interval bermakna diantara kemunculan dua lesi penting
dalam menegakkan diagnosis ini.
Metastasis sangat sering terjadi pada neoplasmadan sering timbul dini. Tempat lazim untuk
metastasis paru meliputi noduli limfatici mediastinalis dan supraklavicula, adrenal, hati, tulang, dan
otak. Pada umumnya, diantara 100 pasien yang pertama terlihat dengan karsinoma paru, 50 telah
memperlihatkan bukti metastasis yang menghalangi operasi kuratif. Dari 50 pasien sisanya, yang
merupakan calon tepat untuk torakotomi eksplorasi, 25 akan ditemukan tak dapat dioperasi pada
waktu torakotomi, karena penyebaran penyakit lokal di dalam dada atau keterlibatan mediastinum,
pembuluh darah besar dan saraf. Kanker dalam 25 pasien sisanya di dalam kelompok asli 100 dapat
direseksi bagi kemungkinan sembuh dan sekitar 8 dari 100 pasien asli hidup setealh 5 tahun.
Sehingga kelangsungan hidup keseluruhan untuk 100 pasien asli sekitar 8%.
MANIFESTASI KLINIS
Sejumlah pasien karsinoma paru akan asimptomatik pada waktu presentasi. Diagnosis diduga
dari lesi yang ditemukan pada foto thoraks rutin. Di antara gejala klinis yang bisa ada meliputi batuk,
penurunan berat badan, dipnea, nyeri dada, hemoptisis, nyeri tulang, clubbing jari tangan serta
adanya sindrom vena cava superior.
Lokasi anatomi tumor primer sering berhubungan dengan kompleks gejala. Sebagai contoh
primer sering berhubungan dengan kompleks gejala. Sebagai contoh, tumor sekeliling bena cava
superior bisa menyumbat pembuluh darah ini dengan penampilan sindrom vena cava superior.
Metastasis ke struktur hilus bisa menginfiltrasi atau menekan nervus laringeus rekurens, yang
menimbulkan serak. Jika mediastinum superior diinvasi dekat pleksus simpatikus servikalis, maka
bisa ada sindrom horner. Erosi mukosa di dalam batang trakeobronchus oleh tumor ini
menyebabkan hemoptisis. Batuk umumnya hasil iritasi bronchus yang ditimbulkan oleh lesi primer.
Metastasis bisa nyeri, sebagai contoh dalam penyebaran ke tulang atau mungkin ada manifestasi
sistem saraf pusat dengan adanya metastasis serebrum. Penurunan berat badan bermakna sangat
menggambarkan metastasis, terutama lebih dari 10 sampai 15 pon dalam jangka singkat.


4

SISTEM ENDOKRINOLOGI
Ada sejumlah sindrom menarik yang berhubungan dengan karsinoma bronchogenik yang
menimbulkan endokrinopati klinis, mencakup diuresis tidak cukup, hiperkalsemia dan sindrom
karsinoid. Salah satu manifestasi hormon terlazim adalah sindrom cusling, yang sering menyertai
karsinoma sel kecil. Hormon antidiuretik dapatdibentuk, terutama dari tumor yang berdifferensiasi
buruk atau adenokarsinoma dan disertai dengan tanda klinis konfulsi mental dan dapat berlanjut ke
koma disertai hiponatremia jelas (100 120 mEq per ml). Pasien demikian dapat ditangani dengan
pengurangan masukan cairan sampai kurang dari 1000 ml, sehari untuk mempertahankan natrium
serum yang relatif norma. Tumor bronchogenik bisa juga mensekresi parathormon yang biasanya
timbul dari lesi sel squamosa, menimbulkan manifestasi hiperkalseia dan konfulsi mental.
Hipoglikemia telah dilaporkan menyertai sindrom karsinoid dan ginekomastia bisa menyertai
produksi gonadotropin berlebihan.
Disamping itu, ada keadaan lain seperti neuromiopati yang timbul dalam sekitar 15% pasien.
Degenerasi serebelum kortikal maupun degenerasi traktus spinocerebellaris bisa timbul sebagai efek
karsinoma bronchogenik dengan manifestasi klinis yang diharapkan.
Tumor Pancoast adalah salah satu yang muncul secara anatomi di dalam superior paru. Dalam
posisi ini, neoplasma dapat menginfiltrasi mediastinum superior dan melibatkan pleksus brakialis
dan nervus simpatikus servikalis. Pasein ini sering menderita nyeri di bahu, lengan dan axilla maupun
sindrom Horner.
GAMBARAN FISIK
Banyak pasien karsinoma paru mempunyai sedikit gambaran pada pemeriksaan fisik. Kadang-
kadang terdengar bising mengi pada auskultasi atau ada tanda efusi pleura. Kelenjar limfe yang
membesar dan keras bisa ada dalam regio supraklavikularis, servikalis dan axillaris, serta harus dicari
dengan cermat. Pembesaran hati biasanya menunjukkan penyakit metastatik. Bukti penurunan berat
badan dan nyeri sendi dengan osteoartropati paru juga merupakan tanda penyebaran jauh.
MENEGAKKAN DIAGNOSIS
Foto thoraks menunjukkan metode primer untuk diagnosis neoplasma paru. Walaupun berbagai
perubahan radiografi bisa timbul, namun jelas adanya massa, sering dengan batas tak teratur. Efusi
pleura bisa ada, terutama jika disertai dengan metastasis pleura. Jika nervus frenikus terlibat, maka
diafragma yang berhubungan bisa paralisis dan terelevasi. Lesi paru terisolasi sering ditemukan pada
foto thoraks rutin. Sekitar setengah dari ini adalah neoplasma ganas. Yang menarik bahwa kanker
5

paru kadang-kadang dapat samar tanpa perubahan rontgenografi yang jelas. Dalam penelitian 10
tahun, 54 pasien semuanya pria ditemukan menderita karsinoma paru tanpa lesi awal apapun pada
foto thoraks. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan sitologi pada sputum dan dalam tiap pasien,
lesi terlihat pada bronkoskopi. Untunglah reseksi paru dapat dilakukan masing-masing dari 54 pasien
ini dan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 91%. Sehingga kanker paru samar dari sudut pandang
radiografi merupakan tanda sangat baik bagi harapan hidup.
TEKNIK SCANNING
Scanning radioisotop. Metode ini bermanfaat dalam pemeriksaan paru untuk menentukan luas
invasi neoplastik. Sebagai contoh, jika suatu scan memperlihatkan cacat yang lebih besar dari lesi
sendiri, maka keterlibatan kelenjar limfe regional akan terlihat dalam lebih dari pasien demikian.
Bila ukuran cacat kira-kira sama dengan ukuran lesi, maka perluasan proses ke mediastinum akan
ada dalam kurang dari pasien. Obstruksi vena pulmonalis oleh tumor dinyatakan oleh
pengurangan perfusi regio anatomi itu pada sidik nuklir. Teknik scanning juga cukup bermanfaat
dalam menggambarkan metastasis ke tulang, hati dan otak.
Tomografi komputerisasi merupakan cara yang paling bermanfaat untuk menilai luas lesi primer
paru dan untuk menilai keterlibatan intatoraks bagi kelenjar limfe dan invasi langsung struktur lain.
Karena glandula adrenal cukup lazim terlibat, maka scan juga seharusnya mencakup daerah ini.
Dalam sekitar 40% pasien karsinoma bronchogenik, ada metastasis ke glandula adrenal pada
autopsi.
Pencitraan resonansi magnet telah ditemukan cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis
primer dan dalam mendeteksi metastasis. Dengan teknik ini, ada kemampuan membedakan lemak
mediastinum dari kelenjar limfe melalui isyarat khusus. Dalam beberapa pasien, MRI sebenarnya
telah memperlihatkan kelenjar limfe yang sulit untuk dikenal pada CT-scan dan alasannya adalah
kemudahan pembuluh darah dan masa dapat dibedakan dengan MRI. Di pihak lain, CT scan bisa
mengenal kelenjar limfe yang lebih kecil dibandingkan MRI. Pencitraan resonansi magnet juga
mempunyai potensi untuk mendeteksi pergeseran lemak mediastinum oleh tumor metastatik.
PENANDA TUMOR
Sel-sel neoplastik tertentu melepaskan senyawa yang berhubungan dengan jenis normalnya.
Dalam masa baru-baru ini, tumor spesifik telah ditemukan menghasilkan senyawa seperti kalsitonin
dengan adanya karsinoma meduler thyroidea. Karsinoma primer paru bisa disertai dengan penanda
tumor seperti CEA. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) maupun ADH dihasilkan oleh karsinoma sel
6

kecil. Cairan serebrospinalis telah dianalisis untuk beberapa senyawa biokimia tak spesifik dan
enolase spesifik neuron tampak berhubungan dengan adanya metastasis parenkim dan selaput otak.
Pada waktu ini, penanda ini tampak bermanfaat dalam keadaan klinis terisolasi, walaupun
peranan akhirnya belum diketahui;sangat mungkin penanda mempunyai peranan penting di masa
yang akan datang.
PEMERIKSAAN SITOLOGI
Sekitar 50% pasien karsinoma paru primer menderita lesi endobronchus yang jelas sewaktu
dibuat biopsi dan bronchoskopi. Bila suatu lesi tidak terlihat pada bronchoskopi, maka bronchus
yang terkemuka bagi tempat masa seperti terlihat pada foto thoraks dapat disikat dan juga diirigasu
untuk mendapatkan preparat sitologi untuk diagnosis. Di samping itu, sputum pasien harus diperiksa
sebagai pemeriksaan harian bagi adanya sel-sel ganas.
Biopsi Jarum Aspirasi Transtoraks Perkutis. Dalam waktu baru-baru ini, biopsi aspirasi jarum
telah menjadi metode yang sangat bermanfaat dalam mendapatkan sel-sel untuk diagnosis
karsinoma bronchogenik. Dalam satu seri besar neoplasma intratoraks ganas, aspirat jarum
memperlihatkan sel-sel ganas dalam 96%. Diagnosis sitologi palsu hanya ada dalam 2 pasien.
Biopsi Nodi Limfatisi Skalenus. Bila suatu kelenjar limfe harus dikeluarkan dengan anestesi lokal
untuk diagnosis. Dalam satu seri 101 pasien berurutan dengan karsinoma bronchogenik yang
dianggap calon tepat untuk reseksi paru, nodi limfatisi scalenus positif ada dalam 9%. Kebanyakkan
dari ini merupakan adenokarsinoma.
Mediastinoskopi. Suatu insisi kecil pada incisura jugularis sterni dapat dibuat dengan
melewatkan mediastinoskopi di bawah sternum dan anterior terhadap trakea. Kelenjar limfe dalam
mediastinum dapat terlihat dengan teknik ini dan biopsi dapat dilakukan. Tetapi tes ini dapat
merugikan dan timbul komplikasi yang jarang ditemukan, seperti perdarahan serius, yang bisa sulit
dikendalikan, karena pemaparan terbatas. Aspirasi sumsum tulang cukup bermanfaat dalam
memberikan konfirmasi sitologi kelainan radiografi.
DIAGNOSIS BANDING
Sejumlah keadaan paru meniru karsinoma bronchogenik-pneumonia, abses, tuberkulosis,
histoplasmosisi, koksidioidomikosis, tuberkulosis dan blastomikosis. Biakan untuk organisme rutin,
anaerobik tahan asam dan jamur bermanfaat dalam menyingkirkan diagnosis lain. Sensitivitas tes
kulit spesifik harus dinilai maupun pencarian radiologi untuk lesi metastatik, terutama pemeriksaan
tepat bagi hati, adrenal, tulang dan otak.
7

BUKTI TAK DAPAT DIOPERASI
Adanya metastasis selain kelenjar limfe hilus yang dapat direseksi biasanya menunjukkan
keadaan yang tak dapat disembuhkan. Tanda yang tak menyenangkan mencakup efusi pleura
berdarah, paralisis nervus frenikus, paralisis plica vokalis, sindrom horner dan sindrom vena cava
superior. Timbunan metastatik yang jelas, terutama bila dikonfirmasi dengan biopsi jarum penting
dalam membuat diagnosis absolut dan objektif bagi sifat tak dapat dioperasi.
LESI TERISOLASI
Sering terdapat nodulus paru terisolasi untuk diagnosis banding dan pantas mendapat
pemeriksaan cermat, karena banyak yang merupakan neoplasma ganas. Pada umumnya, individu
lebih muda mungkin menderita lesi benigna. Jika suatu lesi diikuti dan tidak meningkat ukurannya,
maka lebih mungkin jinak. Tetapi ini adalah rangkaian resiko, karena telah terkenal bahwa lesi paru
yang tetap statis selama beberapa tahun akhirnya ditemukan merupakan karsinoma dan sering
dengan penyebaran mediastinalis atau metastasis jauh. Diagnosis banding lesi soliter ini mencakup
sejumlah granuloma paru seperti tuberkuloma, histoplasmoma, blastotimoa, koksidioidoma.
Metastasis paru bisa juga ada dan yang demikian mungkin ada, jika lesinya majemuk. Jelas bila lesi
metastatik dicurigai, maka sidik CT harus didapatkan untuk analisis cermat kedua paru. Diagnosis
harus dikonfirmasi dengan biopsi jarum perkutis dan pemeriksaan sitologi untuk pemilihan terapi
yang tetap.
PENATALAKSANAAN
TINDAKAN BEDAH
Bila tak ada bukti metastasis atau invasi stuktur di dalam toraks, maka torakotomi eksplorasi
diindikasikan. Umumnya torakotomi eksplorasi dilakukan melalui torakotomi posterolateral melalui
lapangan iga kelima atau keenam. Pipa endotrakea berlumen ganda bermanfaat mengkolapskan
paru yang terkena, yang memungkinkan operasi dilakukan dalam cara lebih aman dan lebih
sederhana. Lesi lanjut lesi primer dan metastasis dapat lebih mudah diraba dalam paru kolaps
daripada dalam paru yang ekspansi. Pencarian cermat dibuat untuk luas keterlibatan neoplastik pada
paru, pleura, nodi limfatisi mediastinalis, perikardium, jantung dan pembuluh darah besar. Sering
eksisi lokal diindikasikan, terutama bila ada insufisiensi pernapasan prabedah. Alat stapling otomatis
bermanfaat dalam mencapai hemostasis dan mencegah kebocoran udara pascabedah. Dalam
kebanyakkan pasien, lobektomi merupakan operasi terpilih untuk karsinoma bronchogenik. Jika
lebih dari satu lobus terlibat oleh neoplasma, maka bisa diperlukan pneumonektomi.
8

Alat stapling otomatis cukup populer dan menunjukkan kemajuan teknik yang tegas dalam
reseksi paru. Alat ini memungkinkan penutupan bronchus yang sangat aman dengan pengendalian
arteria dan vena pulmonalis selama reseksi. Menarik bahwa pemeriksaan klinis dan percobaan telah
memperlihatkan bahwa penyembuhan bronchus lebih baik dengan staple logam dibandingkan
dengan jahitan yang dipasang tangan.
TERAPI RADIASI
Terapi radiasi ini sering digunakan dalam pasien karsinoma bronchogenik. Terapi ini cukup
bermanfaat dalam memperpanjang kehidupan dan dalam mengurangi gejala untuk pasien dengan
lesi metastatik, dimana reseksi paru dianggap tak tepat. Pasien dengan kelenjar limfe tumor sisa
atau dengan keterlibatan langsung struktur mediastinum, yang mencakup pembuluh darah besar,
perikardium dan jantung dan harus ditangani dengan terapi radiasi.
Dosis radiasi yang direkomendasikan bervariasi tetapi pada umumnya 5000 sampai 6000 rad
diberikan lima kali seminggu selama 5 sampai 6 minggu sebagai rangkaian yang layak. Sejumlah ahli
radioterapi lebih suka rangkaian radiasi terpisah dalam terapi harian kontinu. Perjalanan terbagi
mempunyai keuntungan yang mengakomodasi toleransi paru yang terbatas untuk dosis radiasi lebih
tinggi. Jika pendekatan ini terpilih, maka 3000 rad diberikan dalam masa 2 minggu, diikuti dengan
masa istirahat 2 minggu, serta tambahan 2000 rad diberikan dalam masa 1-2 minggu.
Dalam praktek saat ini, komplikasi terapi radiasi minimun dan mencakup pneumonitis radiasi
dan esofagitis. Keduanya biasanya ringan dan sering asimptomatik. Jika pneumonitis menjadi
simptomatik maka biasanya disertai demam, batuk ringan dan kadang-kadang sedikit hemoptisis.
Fibrosis paru lanjut bisa timbul dan kerusakkan medulla spinalis dapat dicegah dengan mengurangi
jumlah radiasi pada daerah ini.
KEMOTERAPI
Kemoterapi telah dievaluasi pada sejumlah penelitian dalam penatalaksanaan karsinoma
bronchogenik metastatik. Ada persetujuan umum bahwa kebanyakkan pasien karsinoma sel kecil
pada paru merupakan calon untuk kemoterapi, karena hasil reseksi bedah suram. Dalam karsinoma
sel kecil, kombinasi kemoterapi dan radiasi memperbaikki hasil. Siklosfosfamid dianggap zat yang
efektif, terutama dengan tambahan vinkristin dan doksorubisin. Angka respon telah dilaporkan
setinggi 75% dalam pasien penyakit terbatas. Tetapi dengan metastatik yang luas, respon ini gagal
sampai 40%. Menarik bahwa remisi lengkap telah timbul dalam sebanyak 41% pasien tanpa penyakit
yang luas, sedangkan remisi lengkap demikian dicapai hanya dalam 14% pasien dengan penyakit
yang luas.
9

Penekanan harus ditempatkan pada fakta bahwa karsinoma sel kecil paru merupakan
diagnosis yang paling baik dibuat dengan kombinasi mikroskopi cahaya maupun mikroskop elektron.
Cukup mungkin bahwa karsinoma bronchogenik primer dapat dianggap jenis sel kecil dengan
mikroskop cahaya, sementara itu mengkonfirmasi diagnosis ini tidak mungkin ME pada 25-40%
pasien. Gambaran patognomonik dalam potongan ME adalah granular core padat.
IMUNOTERAPI
Beberapa pasien karsinoma bronchogenik bersifat imunokompeten, seperti dapat
diperlihatkan dengan tes kulit hipersensitivitas kulit tertunda. Lebih lanjut, fungsi limfosit in vitro
juga memperlihatkan fenomena ini. Tindak lanjut pasien imunitas seluler tertekan memperlihatkan
prognosis klinis yang buruk. Pada pasien yang disensitisasi terhadap 2,4-dinitroklorobenzena (DNKB),
pasien kanker denan tumor padat bereaksi jauh kurang sering dibandingkan kontrol normal. Lebih
lanjut sensitivitas terhadap DNKB disertai dengan prognosis yang baik, sedangkan dalam pasien
nonreaktif, prognosis umumnya buruk.
Imunoterapi telah digunakan pada pasien karsinoma bronchogenik metastatik dengan
pemberian intrapleura basil calmette-guaerin (BCG). Sementara laporan awal baik, yang
menunjukkan perbaikkan untuk kelangsungan hidup jangka lama, penelitian akhir-akhir ini tidak
mengkonfirmasinya. Sehingga peranan BCG tetap kontroversial.
TINDAKAN BRONCHOPLASTI
Dalam karsinoma bronchogenik lokalisata, terutama dalam pasien dengan fungsi paru
berkurang, kadang-kadang tepat mengeksisi bronchus yang terlihat dengan reanastomosis untuk
melindungi jaringan parenkim paru bagi fungsi kontinu. Tindakan ini juga bermanfaat untuk reseksi
lesi kecil yang jinak, yang walaupun praganas, sangat sering disembuhkan dengan tindakan
bronchoplastik.
Dalam tahun 1932, Pancoast menggambarkan tumor sulkus superior dan memberikan
uraian manifestasi klinis yang dikenal sebagai sindrom Pancoast. Ini mencakup fenomena klinis khas
dan menetap dari nyeri di dalam distribusi trunchus servikalis kedelapan serta torasika pertama dan
kedua bersama dengan sindrom horner. Foto thoraks memperlihatkan bayangan dalam apeks
ekstrim, maupun seringnya kerusakkan iga dan keterlibatan vertebra. Lesi ini sering meluas ke dalam
mediastinum superior. Paulson telah meneliti lesi ini secara luas dan percaya bahwa reseksi lengkap
kadang-kadang tak mungkin dilakukan, kecuali bila telah diberikan terapi radiasi prabedah. Lebih
lanjut dipercaya bahwa penggunaan radiasi sebelum operasi memperbaikki hasil jangka lama.
10

HASIL
Riwayat alamiah karsinoma bronchogenik menekankan prognosisnya yang sangat buruk.
Sebagai contoh dalam seri lebih dari 3800 pasien yang tak diterapi mempunyai mortalitas 1 tahun
95%. Jenis sel bisa mempunyai peranan dalam meramalkan respon terhadap terapi, tetapi cukup
bervariasi. Karsinoma sel kecil dulu disertai dengan prognosis sangat buruk, tetapi saat ini
kemoterapi telah mengubah waktu kelangsungan hidup. Jika reseksi kuratif dapat dicapai pada
operasi, maka angka kelangsungan hidup 5 dan 10 tahun masing-masing 36 dan 14%, telah
dilaporkan dalam belakangan ini. Tetapi diantara pasien tanpa metastasis kelenjar limfe mempunyai
kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 49% dan 31% jika hanya kelenjar limfe hilus positif. Prognosis
yang terbaik ditemukan dalam pasien lesi perifer, soliter berdiameter kurang dari 4 cm, yang
mempunyai kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 45% setelah reseksi
PENATALAKSANAAN BEDAH PADA LESI METASTATIK PARU
Metastasis paru melalui darah cukup lazim terjadi dan bisa merupakan lesi terisolasi. Sebagai
contoh lesi ganas seperti koriokarsinoma , karsinoma ginjal dan osteosarkoma tulang, bermetastasis
dalam sekitar 75%. Metastasis majemuk juga lazim dengan neoplasma primer didalam throidea dan
payudara serta dengan melanoma. Lesi metastasis tunggal dari kolon dan lambung juga relatif lazim.
Metastasis endobronchus jarang ditemukan, tetapi bila ada, lebih mungkin dari ginjal atau kolon.
Jika lesi adalah metastasis paru yang terisolasi dari neoplasma primer, maka reseksi bedah umumnya
diindikasikan
PENURUNAN TINDAKAN PENENTUAN STADIUM
Beberapa penelitian telah menunjukkan kemaknaan sistem penentuan stadium komite
gabungan Amerika dan perannannya dalam meramalkan kelangsungan hidup jangka lama. Dengan
perkataan lain, karsinoma samar mempunyai prognosis paling baik, yang diikuti dalam peringkat
oleh karsinoma invasif stadium I tanpa metastasis atau metastasis hanya terbatas pada daerah hilus
ipsilateral, yang mempunyai prognosis terbaik berikutnya. Diikuti oleh stadium II, III dan IV dimana
terdapat lesi metastatik yang luas.
TERAPI LASER
Belakangan ini, laser YAG dan dalam tingkat lebih kecil, laser CO2 telah efektif digunakan
dalam terapi lesi ganas tachea dan bronchus. Pada hakekatnya sorotan laser menyebabkan tumor
menguap sewaktu kontak. Laser YAG cukup efektif dalam neoplasma intrabronchus yang tak dapat
11

direseksi, terutama bila ada perdarahan atau obstruksi serius pada bronchus yang menyebabkan
infeksi distal.

You might also like