You are on page 1of 7

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No.

1, Januari 2004
151
KAJIAN AKTIVITAS ASAM USNAT TERHADAP BAKTERI
PENYEBAB BAU BADAN

Endarti
1
, Elin Yulinah Sukandar
2
.Iwang Soediro
2

1
Bagian Farmasi Kedokteran FKUI
2
Departemen Farmasi FMIPA - ITB


Abstract
The isolation of usnic acid from lumut (Usnea blefarea Mytka and U. flexuosa, Usneacea) and
assay of their activity against human body odor producing bacteria i.e. Staphylococcus
epidermidis, Difteroid, Pseudomonas aeruginosa and Streptococcus pyogenes has been done. The
isolate showed the same characteristic as the reference usnic acid based on its crystal color,
melting point, Rf value by thin layer chromatography, infrared, and ultra violet spectra. The
strongest activity of the isolate was against S. epidermidis with the minimum inhibition
concentration of 1 g/ml. The antiinfection study of 1% of usnic acid ointment was tested on
infected skin with S. epidermidis, Corynebacterium acne, S. pyogenes and P. aeruginosa of rabbit.
Result showed that the ointment healed the wound caused by S. epidermidis after 3 days, C. acne
after 4 days, S. pyogenes after 5 days and P. aeruginosa after 6 days. The untreated back skin
infected by S. epidermidis, C. Acne, S. pyogenes and P. Aeruginosa were healed after 6,7,8 and
20 days, respectively.

Keywords: Usnic acid, human body odor, bacteria


PENDAHULUAN
Asam usnat adalah salah satu jenis asam
yang diperoleh dari lumut kerak genus Usnea, juga
dapat diperoleh dari lumut kerak lain dari genus
Ramalina (Usneaceae) dan Cladonia (Cladoniaceae).
Di antara flora ulat (lumut-lumutan berkulit keras)
yang sangat banyak jumlahnya, hanya beberapa saja
yang digunakan dalam industri jamu di Indonesia.
Semuanya termasuk marga Usnea. Di Indonesia jenis-
jenis tanaman Usnea hanya diperoleh di daerah
pegunungan pada ketinggian 1000 meter. Usnea
tumbuh secara epifit pada cabang kayu. Berbagai
jenis Usnea banyak digunakan sebagai obat untuk
berbagai penyakit di berbagai negara termasuk
Indonesia. Asam usnat ditemukan dalam beberapa
produk jamu di Indonesia (1).
Asam usnat mempunyai aktivitas anti
bakteri terhadap bakteri Gram Positif seperti
Staphylococcus aureus, tetapi tidak aktif terhadap
bakteri Gram Negatif seperti Salmonella sp. dan
Escherichia coli. Pada konsentrasi rendah asam usnat
bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi tinggi
sebagai bakterisid Mekanisme kerja asam usnat
sebagai anti bakteri adalah menghambat sintesis
protein dan menghambat siklus fosforilasi oksidatif.
Asam usnat dapat menghambat pertumbuhan jamur
pada konsentrasi yang sangat tinggi (1,2). Oleh
perusahaan farmasi asam usnat digunakan sebagai
obat luar dalam bentuk krim, contohnya krim
Scabicid yang mengandung asam usnat 1%
digunakan sebagai anti skabies dikombinasi dengan
gameksan 1%.
Mikroba yang umumnya tumbuh pada kulit
adalah S. epidermidis, S. aureus, Sarcina sp,
Micrococcus sp, Bakteri koliform, Proteus, Difteroid,
Bacillus subtilis, Mycobacterium, dan Acinetobacter.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan bau badan
yaitu S. aureus, S. epidermidis, C. acne (Difteroid),
Pseudomonas aeruginosa, dan Streptococcus
pyogenes. Bau badan muncul karena penguraian
lemak sebum pada kulit menjadi asam lemak bebas
(3,4,5,6).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
aktifitas asam usnat secara in vitro terhadap bakteri
penyebab bau badan yaitu S. epidermidis, Difteroid,
P. aeruginosa, S. pyogenes, Pityrosporum ovale dan
menguji efek anti infeksi secara topikal pada kulit
kelinci (7,8).

ALAT DAN BAHAN
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan
Usnea dari daerah Tangkuban Parahu, selanjutnya
dilakukan isolasi asam usnat dari U. blefarea Mytka
dan Usnea flexuosa, kemudian menguji aktifitasnya
terhadap bakteri kulit penyebab bau badan dan
melakukan uji aktifitas anti infeksi pada kulit kelinci.
1. Bahan
Tanaman Usnea dari Tangkuban Parahu, eter
minyak bumi, aseton, asam sulfat, heksana, etil asetat,
lempeng kromatografi lapis tipis Merck, nutrient
agar, nutrient broth, Sabouraud dextrose agar,
Kajian Aktivitas (Endarti dkk..)
152
Sabouraud dextrose broth, kapas, kain kasa, vaselin
putih, asam usnat dari Kimia Farma, tetrasiklin.
2. Alat
Alat penggiling simplisia, seperangkat alat
Soxhlet, penguap putar hampa udara, cawan penguap,
corong, krus, cawan petri, pipet, pinset labu
Erlenmeyer, tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur,
mortir, jarum suntik, timbangan, oven, autoklaf,
inkubator, pembakar bunsen, alat cukur listrik untuk
hewan, lampu ultra violet.
3. Hewan penelitian
Kelinci putih, dengan bobot badan lebih
kurang 3 kg yang diperoleh dari Perum Bio Farma
Bandung.

METODOLOGI
1. Pengumpulan data
Bahan yang diuji berasal dari tanaman Usnea
yang dikumpulkan dari daerah Tangkuban Parahu
dari atas pohon Puspa (Scima wallichii).
2. Determinasi tanaman
Determinasi dilakukan di Herbarium IPB
Bogor. Hasil menunjukkan 2 jenis Usnea yaitu Usnea
flexuosa DR dan Usnea blepharea Mytka.
3. Pengolahan bahan
Usnea dikeringkan di bawah sinar matahari,
lalu dilakukan penggilingan dan diayak dengan
pengayak mesh 30.
4. Pemeriksaan karakteristik simplisia
Terhadap simplisia diperiksa kadar air dan
kadar abu (8). Hasil pemeriksaan kadar air adalah 1%
dan kadar abu adalah 2%.
5. Isolasi
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 300 g,
diberi pelarut eter minyak bumi sebanyak 2 liter
kemudian dilakukan ekstraksi dengan alat Soxhlet,
ekstrak yang diperoleh direkristalisasi dengan aseton,
kemudian aseton diuapkan. Rendemen yang diperoleh dari
U. flexuosa 0,8% dan dari U. blefarea 0.5%.
6. Karakteristik asam usnat (9)
Asam usnat diamati bentuk kristal, titik leleh
dan nilai Rf nya. Hasil karakterisasi menunjukkan
bahwa asam usnat berbentuk kristal prisma
orthorombis, berwarna kuning muda, titik leleh 204
o
-
205
o
C. Nilai Rf pada kromatografi lapis tipis dengan
cairan pengembang heksan: etil asetat (6:4) dan (7:3)
berturut-turut adalah 0.61 dan 0.69.
7. Uji aktivitas anti mikroba (7,8)
a. Sterilisasi alat dan medium
Sterilisasi dilakukan pada autoklaf selama 15
menit pada 121
o
C meliputi cawan Petri, air suling,
tabung reaksi, labu Erlenmeyer, medium nutrient
agar, nutrient broth, Sabouraud dextrose agar,
Sabouraud dextrose broth.
b. Uji aktivitas anti mikroba in vitro
Uji aktivitas dilakukan terhadap bakteri S.
epidermidis, Difteroid, P. aeruginosa, S. pyogenes
dan jamur P. ovale dengan metode difusi agar
menggunakan cakram kertas sebagai pecandang zat
anti mikroba pada cawan Petri. Inkubasi dilakukan
pada suhu 37
o
C untuk bakteri selama 24 jam dan pada
suhu 20
o
C untuk jamur selama 48 jam. Hasil uji dapat
dilihat pada Tabel 1 s/d 5.

Tabel 1. Hasil uji aktifitas asam usnat terhadap S. epidermidis

Asam usnat Diameter hambatan rata-rata tiga penentuan
g/ml g/cakram I II III
0,5
1,0
10,0
100,0
1000,0
10000,0
0,05
0,01
0,10
1,0
10,0
100,0
-
7,966 + 0,014
15,133 + 0,067
17,033 + 0,607
18,066 + 0,014
21,033 + 0,007
-
7,833 + 0,022
15,167 + 0,007
17,100 + 0,001
18,000 + 0,00
21,166 + 0,014
-
7,866 + 0,014
15,150 + 0,001
17,033 + 0,007
18,083 + 0,001
21,016 + 0,001
Keterangan : I : asam usnat dari U. flexuosa DR
II : asam usnat dari U. blepharea Mytka
III : asam usnat dari Kimia Farma


c. Uji aktivitas anti infeksi pada kelinci
Kelinci diinfeksi dengan masing-masing
bakteri yang peka terhadap asam usnat yaitu suspensi
S. epidermidis, S. pyogenes, P. aeruginosa dan
Difteroid dengan kekeruhan 25% T, sebanyak 0,2 ml
secara intra kutan pada punggung kiri dan kanan
masing-masing tiga tempat. Setelah 24 jam pada
bagian kiri diberi salep asam usnat 1% 0,5 g dan
bagian kanan diberi dasar salep sebagai pembanding.
Kesembuhan infeksi ditinjau dari reaksi pemerahan
dan nanah. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 6
s/d 10.

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004
153
d. Uji iritasi okuler salep asam usnat pada mata
kelinci
Pada kelopak mata kanan kelinci diberi salep
asam usnat sebanyak 100 mg, sedangkan kelopak
mata kiri sebagai pembanding. Pengamatan dilakukan
dengan melihat perubahan warna pada mata kelinci
setelah 30 menit, 24, 48, 72 jam. Hasil uji dapat
dilihat pada Tabel 14.


Tabel 2. Diameter hambat asam usnat terhadap difteroid

Asam usnat Diameter hambatan rata-rata tiga penentuan (mm)
g/ml g/cakram I II III
1.000
2.000
2.500
10.000
10
20
25
100
-
-
9,933 + 0,707
22,966 + 0,141
-
-
10,033 + 0,007
22,966 + 0,141
-
-
10,066 + 0,141
22,866 + 0,141
Keterangan : Lihat Tabel 1


Tabel 3. Diameter hambat asam usnat terhadap P. aeruginosa

Asam usnat Diameter hambatan rata-rata tiga penentuan (mm)
g/ml g/cakram I II III
100
500
750
1.000
10.000
1
5
7,5
10
100
-
-
-
14,516 + 0,862
22,133 + 0,023
-
-
-
14,233 + 0,014
22,233 + 0,022
-
-
-
14,233 + 0,022
22,233 + 0,071
Keterangan : Lihat Tabel 1


Tabel 4. Diameter hambat asam usnat terhadap S. pyogenes

Asam usnat Diameter hambatan rata-rata tiga penentuan (mm)
g/ml g/cakram I II III
9.000
10.000
90
100
-
6,496 + 0,077
-
6,433 + 0,007
-
6,366 + 0,862
Keterangan : Lihat Tabel 1

Tabel 5. Diameter hambat asam usnat terhadap P. ovale

Asam usnat Diameter hambatan rata-rata tiga penentuan (mm)
g/ml g/cakram I II III
100
1.000
10.000
1
10
100
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : Lihat Tabel 1

Kajian Aktivitas (Endarti dkk..)
154
Tabel 6. Hasil uji anti infeksi sediaan asam usnat pada kulit kelinci yang diinfeksi
dengan S. epidermidis

Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas* Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
0
18,66 + 0,577
20,33 + 0,577
20,33 + 0,057
20,10 + 0,077
19,26 + 1,102
0
_
+++
+++
+++
++
+
-
0
18,83 + 0,763
18,53 + 0,642
0
0
0
0
-
+++
++
-
-
-
-
*) Keterangan : +++ : eritema kuat
++ : eritema sedang
+ : eritema lemah
- : tidak ada eritema

Tabel 7. Hasil uji anti infeksi sediaan asam usnat pada kulit kelinci
yang diinfeksi dengan bakteri difteroid

Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
0
28,50 + 0,132
30,33 + 0,057
29,00 + 0,100
28,66 + 0,057
25,33 + 0,057
22,00 + 0,220
_
+++
+++
+++
++
++
+
0
27,50 + 0,328
31,00 + 0,100
23,30 + 0,057
0
0
0
-
+++
+++
+
-
-
-
Keterangan : Lihat Tabel 6

Tabel 8. Hasil uji anti infeksi sediaan asam usnat pada kulit kelinci
yang diinfeksi dengan Pseudomonas aeruginosa
Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
0
48,80 + 0,104
51,66 + 0,115
52,30 + 0,057
52,66 + 0,577
51,66 + 0,057
51,66 + 0,577
51,66 + 0,100
49,66 + 0,057
48,66 + 0,057
47,56 + 0,577
_
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
+
0
41,00 + 0,964
45,00 + 0,866
43,66 + 0,750
40,66 + 0,750
0
0
0
0
0
0
-
+++
+++
++
+
-
-
-
-
-
-
Keterangan : Lihat Tabel 6
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004
155
Tabel 9. Hasil uji anti infeksi sediaan asam usnat pada kulit kelinci
yang diinfeksi dengan S. pyogenes

Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
168
192
0
31,66 + 0,104
32,66 + 0,115
31,66 + 0,057
25,33 + 0,577
22,00 + 0,057
18,66 + 0,577
12,00 + 0,100
0
_
+++
+++
+++
+++
++
+
+
-
0
31,66 + 0,208
29,66 + 0,152
27,00 + 0,020
0
0
0
0
0
-
+++
+++
++
-
-
-
-
-
Keterangan : Lihat Tabel 6

Tabel 10. Hasil uji anti infeksi sediaan tetrasiklin pada kulit kelinci
yang diinfeksi dengan Staphylococcus epidermidis

Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
0
19,26 + 1,104
18,33 + 0,577
18,00 + 0,057
16,80 + 0,288
15,33 + 0,115
0
_
+++
+++
+++
++
+
-
0
14,666 + 0,577
0
0
0
0
0
-
+++
-
-
-
-
-
Keterangan : Lihat Tabel 6

Tabel 11. Hasil uji anti infeksi sediaan asam tetrasiklin pada kulit kelinci
yang diinfeksi dengan bakteri difteroid

Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
168
0
29,50 + 0,132
28,33 + 0,801
27,50 + 0,500
25,66 + 0,057
24,33 + 0,169
23,33 + 0,081
0
_
+++
+++
+++
++
++
+
-
0
29,83 + 0,607
29,00 + 0,100
0
0
0
0
0
-
--+
--
-
-
-
-
-
Keterangan: Lihat Tabel 6
Kajian Aktivitas (Endarti dkk..)
156
Tabel 12. Hasil uji anti infeksi sediaan tetrasiklin pada kulit kelinci
yang diinfeksi dengan S. pyogenes

Pengamatan terhadap kulit kelinci
Kontrol Eritema Uji Eritema
Waktu
pengamatan
(jam)
Diameter (mm) Intensitas Diameter (mm) Intensitas
0
24
48
72
96
120
144
168
0
28,33 + 0,563
28,166 + 0,607
27,66 + 0,764
26,166 + 0,041
23,66 + 0,917
18,66 + 0,527
0
_
+++
+++
+++
++
++
+
-
0
27,66 + 0,208
26,50 + 0,152
25,33 + 0,801
0
0
0
0
-
+--
++-
+-

-
-
-
Keterangan : Lihat Tabel 6

Tabel 13. Waktu kesembuhan terhadap infeksi oleh beberapa bakteri
dengan pemberian salep asam usnat 1%

Waktu penyembuhan (hari)
Bakteri
Kontrol Uji
S. epidermidis
Difteroid
S. pyogenes
P. aeruginosa
6
7
8
20
3
4
5
6

Tabel 14. Waktu kesembuhan terhadap infeksi oleh beberapa bakteri
dengan pemberian salep tetrasiklin 1% sebagai pembanding

Waktu penyembuhan (hari)
Bakteri
Kontrol Uji
S. epidermidis
Difteroid
S. pyogenes
6
7
7
2
3
4

Tabel 15. Hasil penilaian reaksi okuler pada mata kelinci
terhadap pemberian sediaan salep asam usnat 1%

Reaksi
Kornea Konjungtiva Waktu pengamatan (hari)
DO LO
Iris
P K L
24
48
72
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Keterangan : DO : diameter opasitas LO : luas opasitas
P : pemerahan K : kemosis
L : lakrimasi O : normal.

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004
157
Tabel 16. Karakterisasi asam usnat

Karakteristik Standar
U. blepharea
Mytka
U. flexuosa DR
Asam usnat
Kimia Farma
Warna kristal Kuning Kuning Kuning Kuning coklat
Bentuk kristal Orthorombis Orthorombis Orthorombis Orthorombis
Titik leleh 203 204 202 204 203 205 205 207
Rf 0.7 0.69 0.60 0.69
Rendemen 0.5-5.19% 0.8% 0.5% -
Kadar abu 2.0% 2.0% 2.0% -

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik asam usnat hasil isolasi
menunjukkan bahwa asam usnat dari 2 spesies Usnea
sama dengan data pustaka. Hasil rendemen asam
usnat dari U. flexuosa DR lebih besar dari U.
blepharea Mytka yaitu 0,8 dan 0,5%. Dalam pustaka
dinyatakan bahwa rendemen 0,5 5%.
Hasil uji aktivitas anti mikroba menunjukkan
bahwa asam usnat dapat digunakan untuk infeksi oleh
bakteri penyebab bau badan dengan aktivitas paling
kuat terhadap Staphylococcus epidermidis dengan
konsentrasi hambat minimum (KHM) 0.01 g/cakram
atau 1 g/ml dan paling lemah terhadap
Streptococcus pyogenes dengan KHM 100 g/cakram
atau 10000 g/ ml, oleh karena itu untuk sediaan
dibuat salep asam usnat dengan kadar 1%. Terhadap
jamur P. ovale tidak menunjukkan aktivitas. Dari
hasil pengamatan uji anti infeksi dengan salep asam
usnat 1% pada kulit kelinci menunjukkan bahwa
infeksi dapat disembuhkan dan kesembuhan tercepat
ditunjukkan pada S. epidermidis dengan kesembuhan
3 hari sedangkan salep Tetrasiklin sebagai
pembanding menyembuhkan setelah penggunaan 2
hari salep asam usnat 1% menyembuhkan infeksi oleh
P. aeruginosa setelah penggunaan 7 hari, sedangkan
kontrol yang tidak diobati sembuh dalam 20 hari.
Dari hasil pengamatan uji iritasi okuler pada mata
kelinci menunjukkan bahwa salep asam usnat 1%
tidak mengiritasi okuler.

KESIMPULAN
Asam usnat memiliki aktivitas yang kuat
terhadap S. epidermidis dengan konsentrasi hambat
minimum 1 g/ml. Aktivitas terhadap P. aeruginosa,
Difteroid dan S. pyogenes lebih lemah berturut-turut
dengan konsentrasi hambat minimum 1000, 2500
dan 10000 g/ml. Kesembuhan infeksi kulit kelinci
oleh salep asam usnat 1% tercapai setelah 2 hari dan
salep tetrasiklin 1% sembuh setelah 2 hari.
SARAN
Penelitian dapat dilanjutkan dengan uji
aktivitas anti bau badan pada manusia dalam bentuk
sediaan deodoran.

DAFTAR RUJUKAN
1. Heyne K, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid
III, Badan Litbang Kehutanan, Yayasan Sarana
Wana Jaya, Jakarta, 1987, 75-77.
2. Hsu, Y, et al., The Chemical Constituen of
Oriental Herbs, Vol. 1, Oriental Healing Arts
Institute, Los Angele, 1982, 717-724.
3. Syarif M, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed.
1, FKUI, Jakarta, 1987, 3-8.
4. Sugiarso N.C.dkk, Fisiologi Manusia, Diktat
Kuliah Pusat Antar Universitas, Ilmu Hayati ITB,
Bandung, 1989, 17-21.
5. Lowel, A.G. MD, Biochemistry and Physiology
of The Skin, New York, Oxford University Press,
1983, 1154-1155.
6. Thomas B.F., Dermatology in General Medicine,
4
th
ed, Mc Graw Hill, New York. 1993, 289-292.
7. Mc. Cane, L.K., Microbiology Essentials and
Application, Mac Graw Hill Book Inc.,
Singapore, 1985; 59-88, 133-153.
8. Arnold, D.L., Handbook of in vivo Toxicity
Testing, Academic Press Inc, San Diego. New
York, 1990, 256-257.
9. Anonim, Farmakope Indonesia, ed.3,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1979, 33,
810.

You might also like