You are on page 1of 34

Page | 1

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz



Pengaruh Penggunaan Standar
Akuntansi Pemerintahan Basis
Akrual terhadap Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Operasional,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan

8A Akuntansi Reguler 2013



Disusun oleh :
1. Atfhi Rijal Mufied
2. Hendrayani
3. Nini Dewi Handayani
4. Nuni Tejo Sari
5. Tirta Purnama


Page | 2

DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 3

1.2. Maksud dan Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 5
2.1. PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang SAP ...................................................................... 5
2.2. Penerapan SAP Berbasis Akrual Pada LKPP ............................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 14
3.1. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap LRA .......................................... 14
3.2. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap LO ............................................. 16
3.3. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Neraca ....................................... 18
3.4. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap LAK .......................................... 21
3.5. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap CaLK ......................................... 25
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 28






Page | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pemerintah memiliki peranan yang besar dalam perekonomian, baik dalam
menciptakan kebijakan dan peraturan, serta pengeluaran belanja pemerintah dalam rangka
menciptakan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Peningkatan kualitas atas pengelolaan
keuangan negara menjadi poin penting yang menjadi perhatian masyarakat dalam rangka
menciptakan Good Governance. Informasi keuangan yang transparan dan akuntabel pastinya
akan sangat mendukung dalam proses pengambilan keputusan dan pengawasan secara tepat.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mencapai
good governance tersebut adalah dengan cara menerapkan akuntansi berbasis akrual dari
yang semula menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual). Hal
ini dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, yaitu basis kas untuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta basis akrual
untuk aset, kewajiban dan ekuitas, atau secara keseluruhan dikenal sebagai basis cash toward
accrual. Kemudian pemerintah menggantinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP
Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis
Akrual yaitu maksimal empat tahun sejak tanggal ditetapkan. Dengan demikian, paling
lambat tahun 2015, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP
Berbasis Akrual.
Akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis akuntansi di mana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada
saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima
atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai
dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling
komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.
Page | 4

Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan
transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu
mendukung terlaksananya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang
dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan.
Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar,
akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang
tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran
kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan
sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual
merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas pemerintah.
Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan
membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005):
1. Mendukung manajemen kinerja.
2. Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik.
3. Memperbaiki pengertian akan biaya program.
4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya.
5. Meningkatkan pelaporan keuangan.
6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas).
Penerapan akuntansi berbasis akrual di negara-negara berkembang harus
direncanakan secara realistis dan praktis sesuai dengan kemampuan sumber daya dan
kapasitas yang tersedia. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat
mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual adalah strategi implementasi
yang direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang dikomunikasikan secara jelas,
sumber daya manusia yang andal, dan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan.

1.2. Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengaruh
penggunaan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) basis akrual terhadap Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.

Page | 5

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 telah mencantumkan secara tegas
mengenai basis akuntansi yang digunakan, yaitu basis akrual. Basis akrual digunakan untuk
pengakuan pendapatan, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Jika dibandingkan dengan
akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual, akuntansi berbasis akrual sebenarnya tidak
banyak berbeda. Pengaruh perlakuan akrual dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual
sudah banyak diakomodasi di dalam laporan keuangan terutama neraca yang disusun sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Pencatatan pos piutang, aset tetap, dan hutang merupakan ciri-ciri
proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas akrual.
Perbedaan yang nyata dalam PP Nomor 71 tahun 2010 adalah Laporan Keuangan
yang dihasilkan. Basis akrual menyebabkan dibutuhkannya pelaporan mengenai arus sumber
daya yang diterima dan beban yang menjadi tangggungan dalam proses pelayanan. Dengan
demikian ada pelaporan mengenai surplus atau defisit anggaran yang akan menambah atau
mengurangi kekayaan bersih suatu entitas. Pelaporan tersebut membutuhkan pelaporan
sejenis Laporan Laba/Rugi di sektor komersial. Secara singkat, Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, mengatur mengenai hal-hal sebagai
berikut:
2.1.1. Dasar hukum
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut, Pemerintah telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk
pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan
aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
Page | 6

pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun yang berarti paling lambat tahun 2008. Oleh
karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.

2.1.2. Lingkup pengaturan
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku
sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap
untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini
dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
Sedangkan lampiran III isinya adalah Proses pembuatan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis Akrual. Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas pelaporan
untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas
pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.

2.2. Penerapan SAP Berbasis Akrual Pada LKPP
2.2.1. Perbedaan Basis Akrual Dengan Kas Menuju Akrual
Terdapat beberapa perbedaan antara basis akrual dengan basis kas menuju akrual
(cash toward accrual), yaitu :
1. Basis Akuntansi
Sebagaimana namanya, pada basis akrual, basis akuntansi yang digunakan dalam
semua laporan keuangan pemerintah adalah akrual penuh. Hal ini berbeda dengan
basis cash toward accrual dimana pada pengakuan pos pendapatan, belanja dan
pembiayaan menggunakan basis kas dan hanya menggunakan basis akrual pada
pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pada basis akrual, penggunaan
basis akrual secara penuh adalah wajib sedangkan pada basis cash toward accrual
penggunaan basis akrual secara penuh bersifat opsional.
Dampak perubahan penggunaan basis akuntansi ini, jika pada basis cash toward
accrual pendapatan diakui saat diterima dan belanja diakui saat dibayarkan, pada
basis akrual baik pendapatan maupun belanja diakui pada saat terjadinya. Dengan
Page | 7

demikian, akuntansi berbasis akrual lebih mampu mencerminkan keadaan yang
sebenarnya atas adanya tambahan atau penurunan kekayaan yang terjadi.

2. Definisi
Perbedaan basis akuntansi akrual dan cash toward accrual terutama terlihat pada
pengakuan akun pendapatan dan beban. Pada basis cash toward accrual, pengakuan
akun pendapatan dan beban masih menggunakan basis kas, yaitu mengakui adanya
pendapatan atau belanja apabila telah ada kas masuk atau kas keluar sementara pada
basis akrual, pendapatan diakui pada saat timbulnya hak sedangkan beban diakui saat
terjadinya transaksi.
Perbedaan saat pengakuan pada basis akrual dengan cash toward accrual
menimbulkan adanya perbedaan beberapa definisi istilah-istilah bagan akun yang
digunakan dalam basis cash toward accrual dengan basis akrual. Perbedaan ini bisa
berarti pada basis akrual terdapat istilah-istilah baru yang tidak terdapat pada basis
cash toward accrual atau terjadi perubahan makna atas istilah yang telah ada pada
basis cash toward accrual. Berikut beberapa istilah yang mengalami perubahan
definisi :
a. Pendapatan
Pada basis cash toward accrual, pendapatan didefinisikan sebagai semua
penerimaan rekening kas umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana
lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pada basis cash
toward accrual pengakuan pendapatan menggunakan basis kas, hal ini yang
membedakan dengan basis akrual sehingga definisi pendapatan menjadi berbeda.
Pada basis akrual, pendapatan dikategorikan menjadi dua, yaitu,
- Pendapatan LRA
semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah.
- Pendapatan LO
hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

Page | 8

b. Belanja
Belanja pada basis cash toward accrual didefinisikan sebagai semua pengeluaran
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pada basis akrual, terdapat pembedaan
istilah belanja dengan beban sehingga definisi masing-masing istilah menjadi:
- Belanja,
yaitu semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
- Beban,
yaitu penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban.
c. Surplus/Defisit,
Pada basis cash toward accrual surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Pada basis akrual,
pengertian mengenai surplus/defisit dibedakan menjadi dua yaitu:
- Surplus/Defisit-LRA,
yaitu, selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan.
- Surplus/Defisit-LO,
yaitu, selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan,
setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan pos
luar biasa.
d. Penyusutan
Pada basis cash toward accrual, penyusutan didefinisikan sebagai penyesuaian
nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset
sedangkan pada basis akrual, definisi penyusutan adalah alokasi yang sistematis
atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan.


Page | 9

e. Pos Luar Biasa
Pada basis akrual terdapat istilah pos luar biasa yang tidak terdapat pada basis
cash toward accrual. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa/ beban luar
biasa yg terjadi karena kejadian atau transaksi yg bukan merupakan operasi biasa,
tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh
entitas bersangkutan.

3. Komponen Laporan Keuangan
Pada basis cash toward accrual, LKPP terdiri dari 4 laporan keuangan pokok dan 2
laporan yang bersifat opsional sedangkan pada basis akrual terdiri dari 7 laporan
keuangan yang kesemuanya adalah laporan keuangan pokok yang wajib disampaikan.
Tabel berikut berisi laporan keuangan yang dihasilkan masing-masing basis.
CASH TOWARDS ACCRUAL ACCRUAL
Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pokok Laporan Keuangan Pokok
1. LRA 1. LRA
2. Neraca 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL)
3. LAK 3. Neraca
4. CaLK 4. Laporan Operasional (LO)
Laporan Keuangan yang bersifat Opsional 5. LAK
1. Laporan Kinerja Keuangan (LKK) 6. Laporan Perubahan Ekuitas
2. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 7. CaLK

4. Informasi Laporan Keuangan
Adanya perubahan komponen laporan keuangan pada basis akrual berefek pada
adanya perbedaan jenis informasi yang dihasilkan dari basis akrual dibandingkan
dengan basis cash toward accrual. Jika pada basis cash toward accrual laporan
keuangan menyediakan informasi mengenai: aset; kewajiban; ekuitas dana;
pendapatan; belanja; transfer; pembiayaan; dan arus kas, pada basis akrual
menyediakan tambahan informasi mengenai: ekuitas; pendapatan-LO; beban; serta
saldo anggaran lebih.

Page | 10

2.2.2. Timeline Penerapan Basis Akrual
Penerapan SAP berbasis akrual dapat dilakukan secara bertahap dari penerapan SAP
berbasis cash toward accrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual. Strategi penerapan
SAP berbasis akrual yang direncanakan adalah sebagai berikut.
Tahun Strategi penerapan SAP akrual
2010
Penerbitan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Mengembangkan framework Akuntansi Berbasis Akrual danBAS
Sosialisasi SAP berbasis Akrual
2011
Penyiapan aturan pelaksanaan akuntansi
Pengembangan Sistem Akuntansi dan TI bagian pertama (proses bisnis dan
detail requirement).
Pengembangan kapasitas SDM
2012
Pengembangan Sistem Akuntansi dan TI (lanjutan)
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
2013
Piloting beberapa KL dan BUN
Review, evaluasi dan penyempurnaan sistem
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
2014
Parallel run dan konsolidasi seluruh LK
Review, evaluasi dan penyempurnaan sistem
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
2015
Implementasi penuh
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Basis Akrual dari Sudut Pandang Umum dan LKPP
International Federation of Accounting (IFAC) memberikan beberapa contoh
keuntungan dari akuntansi akrual bagi pemerintah, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Akuntansi akrual menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya
dan memenuhi kebutuhan kasnya
b. Pengguna dapat mengevaluasi kemampuan pemerintah untuk membiayai
aktifitasnya dan memenuhi kewajiban dan komitmennya
c. Menunjukkan posisi finansial pemerintah dan perubahannya
Page | 11

d. Memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk menunjukkan kesuksesannya
dalam manajemen sumber daya
e. Berguna dalam mengevaluasi performa pemerintah dalam hal biaya pelayanan,
efisiensi dan pencapaian (IFAC, 2003)
Beberapa kelemahan yang dihadapi dalam penerapan basis akrual di Indonesia:
a. Biaya yang diperlukan untuk penerapan basis akrual sangat besar.
b. Prinsip cost against revenue pada Laporan Operasional tidak jelas. Penerapan
akrual basis seharusnya dapat memperlihatkan konsep penandingan beban dan
pendapatan, salah satu sarana untuk itumaka dipersyaratkanlah untuk membuat
LO yang berisi mengenai pendapatan dan beban pemerintah, akan tetapi beban
yang ada bukan merupakan beban untuk mendapatkan pendapatan, dengan kata
lain sangatlah tidak tepat untuk mencoba memaksakan sepenuhnya konsep cost
againts revenue terkait penerapan akrual pada sektor pemerintah.
c. Menurut prinsip akuntansi yang diterima umum, pengakuan pendapatan adalah
pada saat timbulnya hak, hal ini sulit dilakukan dalam operasional keuangan
pemerintah yang sebagian besar dari pajak. Pendapatan pajak self assessment
memungkinkan terjadinya lebih bayar pada akhir periode yang dikuatkan dengan
adanya SPT Tahunan.
d. Mengenai potensi sumber daya alam, dimana Negara memiliki hak, tanah air dan
udara serta kekayaan yang ada didalamnya adalah milik Negara. Dalam kasus ini
sumber daya alam dilaporkan dalam LKPP dengan Current Realizable value.
Kemudian yang menjadi masalah adalah SDA ini terdiri dari beberapa jenis yang
berbeda serta apabila terjadi perpindahan hal pengelolaan sumber daya.
Bagaimanakah pengukuran SDA tersebut apabila memiliki hak atau belum
memilki hak pengelolaan. Serta pada saat hak itu diperjual belikan bagaimana
pengakuan pendapatan serta keuntungan atau kerugiannya.
e. Pada sektor pemerintah terdapat aktivitas politik yang mewarnai sehingga
dikhawatirkan akan menjadi kesempatan untuk mengatur surplus laporan
Operasional demi menunjukkan pencitraan akan kinerja yang baik.
f. Kurang tepat jika dikatakan dengan menerapkan basis akrual pemerintah pada
akhirnya diharapkandapat mengukur standar biaya yang diperlukan untuk
melakukan tiap-tiap jenis pelayanan publik yang diberikan. Hal ini dikarenakan
akan sangat sulit mengukur biaya per pelayanan publik tersebut walaupun
Page | 12

menerapkan basis akrual dan tidaklah cukup perlu untuk berupaya mengukur
biaya secara khusus untuk masing-masing pelayanan publik. Informasi yang
tersedia melalu basis kas sudah dianggap memadai untuk melakukan pendekatan
yang sederhana untuk mengukur biaya per pelayanan publik.

2.2.4 Strategi Implementasi SAP Berbasis Akrual Pada LKPP
Pemerintah memerlukan strategi untuk mengimplementasikan basis akrual. Prasyarat
pelaksanaan strategi terbagi atas dua kondisi dasar, yaitu necessary condition dan sufficient
condition. Necessary condition adalah prasyarat yang dibutuhan agar suatu kondisi dapat
tercapai. Kemudian pengembangan beberapa hal dari kondisi tersebut akan menjadi kondisi
yang mencukupi (sufficient condition). Necessary condition adalah komitmen, kapasitas
SDM, dan dana pemeliharaan. Untuk dapat mengimplementasikan basis akrual, dibutuhkan
komitmen dari para pemimpin dan pejabat. Selain itu, dibutuhkan juga SDM yang menguasai
ilmu dan konsep akuntansi dalam jumlah yang memadai, mengingat mereka adalah ujung
tombak dari implementasi ini. Pendanaan yang cukup juga dibutuhkan dalam implementasi
basis akrual yang berguna sebagai investasi awal dan kegiatan-kegiatan yang bersifat
pemeliharaan. Dana pemeliharaan diperlukan karena penerapan basis akrual membutuhkan
pembaruan yang terus menerus.
Persyaratan tambahan untuk mengubah kondisi menjadi sufficient condition yakni
kebijakan akuntansi, prosedur, dan teknologi. Pengembangan dokumen kebijakan akuntansi
berbasis akrual dibutuhkan untuk mengakomodasi SAP. Kemudian, dibutuhkan pula sistem
dan prosedur yang menjelaskan teknik-teknik pencatatan, penyiapan dokumen, sampai
dengan penyusunan laporan keuangan dengan basis akrual penuh. Selain itu, pemerintah
daerah juga memerlukan dukungan teknologi, khususnya aplikasi penatausahaan & akuntansi
yang mengakomodasi basis akrual di dalamnya agar implementasi basis akrual ini dapat
dijalankan sesuai dengan harapan.
Setelah syarat-syarat implementasi dipenuhi, pemerintah dan pemerintah daerah dapat
melaksanakan langkah-langkah penerapan basis akrual, diantaranya:
1. Menyiapkan pedoman umum tentang akuntansi akrual.
Pedoman ini digunakan untuk menyamakan persepsi sekaligus sebagai jembatan teknis
atas Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual yang akan diterapkan.
2. Menyiapkan modul yang dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam rangka pelatihan
akuntansi berbasis akrual.
Page | 13

3. Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan
level kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan
sebagai berikut:
Meningkatkan skill pelaksana
Membangun awareness
Mengajak keterlibatan semua pihak
4. Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual
secara penuh.

























Page | 14

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Laporan Realisasi Anggaran
Perubahan dari basis cash toward accrual menjadi basis akrual tidak terlalu
memberikan pengaruh perubahan yang banyak terhadap penyusunan Laporan Realisasi
Anggran (LRA). Penyusunan LRA pada kedua basis tetap mekakai basis kas dengan prinsip
penyajian yang sama. Unsur LRA pada kedua basis akuntansi juga kurang lebih sama hanya
ada perbedaan dimana pendapatan pada basis akrual berubah nama dari Pendapatan
menjadi Pendapatan-LRA. Secara garis besar perbandingan basis cash toward accrual
dengan akrual terangkum pada tabel berikut.
No Item Cash Towards Accrual Accrual
1 UNSUR LRA Pendapatan
Belanja
Transfer
Pembiayaan

Pendapatan-LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan

2 BASIS
AKUNTANSI
LRA berbasis Kas, dengan
prinsip penyajian sama.

LRA berbasis Kas, dengan
prinsip penyajian sama.

3 AKUNTANSI
PENDAPATAN

Pengecualian asas bruto
Tidak ada pengecualian.

Pengecualian asas bruto -
Dalam hal besaran pengurang
terhadap pendapatan-LRA
bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum
selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan. (Par 25)

4 AKUNTANSI
SILPA/SIKPA

Pada akhir periode pelaporan
dipindahkan ke Neraca
Ekuitas Dana Lancar

Pada akhir periode pelaporan
dipindahkan ke Laporan
Perubahan SAL. (Par 62)
Page | 15

5 TRANSAKSI
DALAM MATA
UANG ASING
Penjabaran mata uang asing ke
dalam mata uang rupiah
menggunakan kurs tengah
bank sentral pada tanggal
transaksi (Par 62)

Penjabaran mata uang asing
ke dalam mata uang rupiah,
tergantung pada kondisi
berikut:
1. Dalam hal tersedia dana
dalam mata uang asing
yang sama dengan yang
digunakan dalam
transaksi, maka
penjabaran ke dalam
mata uang rupiah
berdasarkan kurs tengah
bank sentral pada tanggal
transaksi. (Par 64)
2. Dalam hal tidak tersedia
dana dalam mata uang
asing yang digunakan
dalam transaksi dan mata
uang asing tersebut dibeli
dengan rupiah, maka
transaksi dalam mata
uang asing tersebut
dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs
transaksi, yaitu sebesar
rupiah yang digunakan
untuk memperoleh valuta
asing tersebut. (Par 65)
3. Dalam hal tidak tersedia
dana dalam mata uang
asing yang digunakan
untuk bertransaksi dan
mata uang asing tersebut
dibeli dengan mata uang
asing lainnya, maka:
a. Transaksi manta
uang asing ke mata
uang asing lainnya
dijabarkan dengan
menggunakan kurs
transaksi;
b. Transaksi dalam
mata uang asing
lainnya tersebut
dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs
tengah bank sentral
pada tanggal
transaksi. (Par 66)
Page | 16

6 TRANSAKSI
PENDAPATAN,
BELANJA, DAN
PEMBIAYAAN
BERBENTUK
BARANG DAN
JASA
Transaksi pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam bentuk
barang dan jasa harus
dilaporkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dengan
cara menaksir nilai barang dan
jasa tersebut pada tanggal
transaksi.
Contoh transaksi berwujud
barang dan jasa adalah hibah
dalam wujud barang, barang
rampasan, dan jasa konsultansi


3.2. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Laporan Operasional
Salah satu perbedaan SAP berbasis cash toward accrual dengan SAP berbasis akrual
adalah, adanya PSAP No 12 mengenai Laporan Operasional pada SAP berbasis akrual. Jika
kita sandingkan dengan akuntansi komersial, maka fungsi dari laporan operasional seperti
fungsi dari laporan laba rugi.
Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi
pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan.
Berkaitan dengan kebutuhan pengguna tersebut, Laporan Operasional menyediakan informasi
sebagai berikut:
1. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan (cost)
2. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan
sumber daya ekonomi (performance)
3. Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif (Estimate)
Page | 17

4. Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional). (Equity)
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Informasi yang disajikan dalam Laporan Operasional sekurang-
kurangnya meliputi:
- Pendapatan-LO dari kegiatan operasional,
- Beban dari kegiatan operasional,
- Surplus/defisit dari kegiatan Non Operasional (apabila tersedia),
- Pos luar biasa (apabila tersedia),
- Surplus/Defisit-LO.
Perbedaan signifikan LO dan LRA terletak pengakuan belanja dan beban. Diatas
telah dijelaskan bahwa penyusunan LRA masih menggunakan kas basis dalam arti kata
pengakuan belanja di LRA adalah sebesar kas yang dikeluarkan dari kas daerah, juga
pendapatan diakui pada saat diterima dikas daerah. Sedangkan pengakuan beban pada laporan
operasional adalah juga meliputi kewajiban/biaya yang timbul meskipun belum dibayar tidak
semata-mata melihat apakah kas tersebut sudah keluar atau belum dari kas daerah. hal yang
sama juga berlaku pada pengakuan pendapatan yaitu pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut. Pengertian timbulnya hak tersebut perlu dijelaskan bahwa timbulnya harus ditandai
dengan suatu dokumen yang menyatakan bahwa benar-benar hak tersebut diperkirakan dapat
direalisasikan. Dalam pengertian ini tidak termasuk potensi-potensi sumber-sumber daya
yang belum dieksploitasi (national resources), misalnya kandungan minyak, kandungan batu
bara, ikan, hutan, dan sebagainya
Pada basis cash toward accrual, Laporan Operasional disebut dengan nama Laporan
Kinerja Keuangan dan bersifat opsional. Dalam laporan ini entitas melaporkan secara
transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang
ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan
penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan.
Informasi yang disajikan dalam Laporan Kinerja Keuangan sekurang-kurangnya meliputi:
- Pendapatan dari kegiatan operasional,
- Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi,
- Surplus atau defisit.
Page | 18

STRUKTUR LAPORAN
OPERASIONAL
Pendapatan LO (dari kegiatan
operasional)
- Hak pemerintah
- Diakui sebagai penambah ekuitas (saat timbul hak
menagih atau dapat direalisasikan)
- dicatat berdasarkan azas bruto
- Dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
- Tidak perlu dibayar kembali
Beban (dari kegiatan operasional) Penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode
pelaporan
menurunkan ekuitas
berupa pengeluaran/ konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban
Diakui saat timbul kewajiban, terjadi konsumsi aset,
atau penurunan manfaat ekonomi

Kegiatan non operasional Sifatnya tidak rutin, termasuk surplus/defisit dari
penjualan aset non lancar dan penyelesaian kewajiban
jangka panjang

Pos luar biasa Pendapatan/Beban yg bukan merupakan operasi biasa
Tidak diharapkan sering/rutin terjadi
Di luar kendali/ pengaruh entitas ybs
Sifat & jumlah diungkap dalam CalK

Surplus/Defisit LO Merupakan selisih lebih/kurang dari pendapatan dan
beban operasional selama satu periode pelaporan

3.3. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Neraca
Neraca pada laporan keuangan pemerintah merupakan komponen laporan keuangan
yang sejak awal telah menggunakan basis akrual. Karena itu, perubahan Standar Akuntansi
Pemerintahan berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 yang berbasis cash toward accrual
menjadi Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 yang
berbasis full accrual tidak menghasilkan perubahan yang signifikan pada neraca. Hanya ada
sedikit tambahan pos-pos di neraca pada sisi aset dan kewajiban, dan perubahan format pada
sisi ekuitas, dimana ekuitas dana tidak lagi dirinci kedalam Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas
Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan, tetapi merupakan jumlah total selisih antara aset
dan kewajiban. Perubahan tersebut membuat format neraca menjadi lebih sederhana.
Page | 19

3.3.1. Perbedaan pada sisi aset
Dari sisi pengakuan, sejalan dengan penerapan basis akrual setelah diterapkannya PP
Nomor 71 Tahun 2010, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika
hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain
telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. Pada
basis cash toward accrual, beban dibayar di muka belum diakui.
Pada basis cash toward accrual, aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas
atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
Sedangkan pada basis akrual, aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya
ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut.
3.3.1.1. Perbedaan dalam pos persediaan
Pada basis cash toward accrual, nilai persediaan hanya dihitung/ disesuaikan pada
akhir periode pelaporan. Sedangkan pada akuntansi berbasis akrual, pemakaian persediaan
dicatat sebagai beban selama periode pemakaian sehingga catatan atas persediaan akan terus
ter-update. Catatan atas persediaan ini pada akhir periode akan ditandingkan dengan hasil
inventarisasi fisik. Hasil penandingan tersebut dapat diperoleh informasi jika terjadi
kehilangan persediaan atau kelebihan pembebanan. Informasi ini tidak akan diperoleh jika
akuntansi yang digunakan berbasis cash toward accrual.
Berkaitan dengan metode pengukuran persediaan, pada basis cash toward accrual
nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh
sedangkan pada basis akrual persediaan dapat dinilai dengan menggunakan baik metode
sistematis (FIFO atau rata-rata tertimbang) maupun menggunakan harga pembelian terakhir.
Meskipun belum diwajibkan akan tetapi pada basis akrual telah memberikan opsi untuk
digunakannya metode yang sesuai dengan IPSAS/IFRS.
Perbedaan lain ada terdapat pada penilaian persediaan yang diproduksi sendiri. Pada
basis cash toward accrual atas persediaan yang diproduksi sendiri disajikan dengan biaya
standar sedangkan pada pada basis akrual disajikan sebesar harga pokok produksi.
3.3.1.2. Perbedaan dalam pos investasi
Dalam akuntansi berbasis cash toward accrual, investasi dicatat pada harga perolehan
atau harga wajarnya tanpa memperhitungkan nilai diskonto atau preminya. Hal ini berbeda
Page | 20

dengan perlakuan pada basis akrual dimana nilai sebuah investasi dicatat pada nilai
nominalnya dengan menambahkan akun diskonto/premi yang merupakan selisih nilai
nominal dengan harga beli. Dampak lanjutannya adalah pada pengakuan pendapatan/beban
bunga dari efek adanya diskonto/premi tadi yang pada basis cash toward accrual hal ini tidak
diperhitungkan.
Perbedaan lain dalam akuntansi investasi terkait dengan perlakuan pada penerimaan
dividen saham. Pada akuntansi berbasis cash toward accrual, dividen dalam bentuk saham
dicatat menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan
jumlah yang sama. Padahal substansi dividen saham pada dasarnya hampir sama dengan
stock split yaitu menambah jumlah lembar saham namun tidak merubah porsi kepemilikan.
Pada basis akrual, dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak menambah nilai investasi
pemerintah.
3.3.1.3. Perbedaan dalam pos aset tetap
Perbedaan yang sangat mendasar dalam neraca dengan perubahan basis akuntansi dari
cash toward accrual ke akrual adalah adanya akun akumulasi penyusutan. Dalam akuntansi
berbasis cash toward accrual, penyusutan aset tetap masih bersifat opsional sedangkan pada
basis akrual telah diwajibkan. Penyusutan aset tetap pada basis akrual diwajibkan untuk
semua aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan.
Dalam akuntansi berbasis cash toward accrual, penyusutan adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Sedangkan dalam basis
akrual, penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
3.3.2. Perbedaan pada sisi kewajiban
Pada akuntansi berbasis cash toward accrual, kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul. Sedangkan pada basis accrual,
kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan oleh
kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul.
Dari sisi pengukuran, pada akuntansi berbasis cash toward accrual, kewajiban dicatat
sebesar nilai nominal. Sedangkan pada basis akrual, kewajiban dicatat sebesar nilai wajar
sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang
bersangkutan. Selain itu, pada akuntansi berbasis cash toward accrual, belum ada
Page | 21

pengukuran untuk utang transfer. Sedangkan pada basis accrual, utang transfer diakui dan
dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3.3.3. Perbedaan pada sisi ekuitas
Saat masih menggunakan akuntansi berbasis cash toward accrual, ekuitas dana dalam
neraca dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Ekuitas Dana Lancar, yang merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek.
Ekuitas Dana Investasi, yang mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam aset nonlancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban jangka
panjang.
Ekuitas Dana Cadangan, yang mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan.
Setelah diterapkannya basis akrual, ekuitas dalam neraca tidak lagi dirinci. Pada basis akrual,
ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas
pada Laporan Perubahan Ekuitas.
3.4. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) merupakan salah satu komponen Laporan Keuangan
Pemerintah yang pelaporannya berdasarkan pada cash basis. Laporan Arus Kas (LAK)
menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama
satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Entitas
pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum, yaitu unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan
umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah. Unsur yang
dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang
dijelaskan sebagai berikut :
a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Negara/Daerah;
b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum
Negara/Daerah.
Page | 22

Adapun perubahan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) dari SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual (PP No.24 Tahun 2005) menjadi SAP Berbasis Akrual (PP No.71 Tahun
2010) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Laporan Arus Kas. Meskipun demikian
terdapat beberapa perbedaan di antara kedua SAP tersebut, yaitu:
1. Laporan arus kas pada basis kas menuju akrual diperlukan, karena laporan arus kas
merupakan laporan pertanggungjawaban dari unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Sedangkan laporan arus kas berbasis akrual tetap diperlukan karena merupakan laporan
pertanggungjawaban dari unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
2. Pada basis kas menuju akrual tidak ada penegasan kas dan setara kas disajikan dalam
laporan arus kas. Sedangkan, pada basis akrual ada penegasan kas dan setara kas harus
disajikan dalam laporan arus kas.
3. Laporan arus kas berbasis kas menuju akrual diklasifikasikan berdasarkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi
terutama diperoleh dari:
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi
terutama digunakan untuk pengeluaran:
1) Penerimaan Perpajakan;
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP);
3) Penerimaan Hibah;
4) Penerimaan Bagian Laba perusahaan
negara/daerah dan InvestasiLainnya;
dan
5) Transfer masuk.
1) Belanja Pegawai;
2) Belanja Barang;
3) Bunga;
4) Subsidi;
5) Hibah;
6) Bantuan Sosial;
7) Belanja Lain-lain/Tak Terduga; dan
Transfer keluar.

b. Aktivitas investasi aset non keuangan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset nonkeuangan
lainnya.
Page | 23

Arus masuk kas dari aktivitas investasi
aset nonkeuangan terdiri dari:
Arus keluar kas dari aktivitas investasi
aset nonkeuangan terdiri dari:
1) Penjualan Aset Tetap;
2) Penjualan Aset Lainnya.
1) Perolehan Aset Tetap;
2) Perolehan Aset Lainnya.

c. Aktivitas pembiayaan aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang 34 mengakibatkan perubahan
dalam jumlah dan komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka panjang, dan
utang pemerintah sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus
anggaran.
Arus masuk kas dari aktivitas
pembiayaan antara lain:
Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan
antara lain:
1) Penerimaan Pinjaman;
2) Penerimaan Hasil Penjualan
Surat Utang Negara;
3) Penerimaan dari Divestasi;
4) Penerimaan Kembali Pinjaman;
5) Pencairan Dana Cadangan.
1) Penyertaan Modal Pemerintah;
2) Pembayaran Pokok Pinjaman;
3) Pemberian Pinjaman Jangka
Panjang; dan
4) Pembentukan Dana Cadangan.

d. Aktivitas non anggaran adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan pemerintah.
Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan PFK dan kiriman
uang masuk. Arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran PFK dan
kiriman uang keluar.
Sedangkan, pengklasifikasian laporan arus kas berbasis akrual diklasifikasikan
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.


Page | 24

Arus masuk kas dari aktivitas operasi
terutama diperoleh dari:
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi
terutama digunakan untuk:
1) Penerimaan Perpajakan;
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP);
3) Penerimaan Hibah;
4) Penerimaan Bagian Laba perusahaan
negara/daerah dan Investasi Lainnya;
5) Penerimaan Lain-lain/penerimaan
dari pendapatan Luar Biasa; dan
6) Penerimaan Transfer.
1) Pembayaran Pegawai;
2) Pembayaran Barang;
3) Pembayaran Bunga;
4) Pembayaran Subsidi;
5) Pembayaran Hibah;
6) Pembayaran Bantuan Sosial;
7) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar
Biasa; dan
8) Pembayaran Transfer.
b. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
dalam setara kas.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi
terdiri dari:
Arus keluar kas dari aktivitas investasi
terdiri dari:
1) Penjualan Aset Tetap;
2) Penjualan Aset Lainnya;
3) Pencairan Dana Cadangan;
4) Penerimaan dari Divestasi;
5) Penjualan Investasi dalam bentuk
Sekuritas.
1) Perolehan Aset Tetap;
2) Perolehan Aset Lainnya;
3) Pembentukan Dana Cadangan;
4) Penyertaan Modal Pemerintah;
5) Pembelian Investasi dalam bentuk
Sekuritas.

c. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangka panjang.

Page | 25

Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan
antara lain:
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan
antara lain:
1) Penerimaan utang luar negeri;
2) Penerimaan dari utang obligasi;
3) Penerimaan kembali pinjaman
kepada pemerintah daerah;
4) Penerimaan kembali pinjaman
kepada perusahaan negara.
1) Pembayaran pokok utang luar
negeri;
2) Pembayaran pokok utang
obligasi;
3) Pengeluaran kas untuk
dipinjamkan kepada pemerintah
daerah;
4) Pengeluaran kas untuk
dipinjamkan kepada perusahaan
negara.

d. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan
transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari
bendahara pengeluaran. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK
dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan
kepada bendahara pengeluaran.
3.5. Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Catatan atas Laporan
Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos pada
laporan keuangan harus memiliki referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan. Referensi tersebut pada Catatan atas Laporan Keuangan kemudian
dijelaskan secara rinci disertai dengan analisis atas nilai setiap pos pada laporan keuangan
tersebut. Dengan adanya perbedaan komponen laporan keuangan yang dihasilkan kedua
basis, maka terdapat sedikit perbedaan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam hal
komponen laporan keuangan yang dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.


Page | 26

BAB IV
KESIMPULAN

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), menandai dimulainya era sistem akuntansi yang baru, yang
sebelumnya berbasis Kas menuju Akrual sesuai Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005
berganti menjadi sepenuhnya akrual. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan
berdasarkan penerapan basis kas menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
adalah Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, dan Laporan Arus Kas, dan
penerapan basis akrual ini akan sangat terasa pada laporan Neraca, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Laporan Operasional. Dengan diterapkannya akuntansi basis akrual maka data
antara neraca, laporan perubahan ekuitas dan laporan operasional diharapkan dapat
dipertanggungjawabkan keterkaitannya.
Dari uraian pada bab sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa pengaruh penggunaan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) basis akrual terhadap komponen-komponen laporan
keuangan antara lain adalah:
1. Pada Laporan Realisasi Anggaran, pengaruhnya terjadi pada perubahan unsur laporan,
basis akuntansi, akuntansi pendapatan, akuntansi SILPA/SIKPA, transaksi dalam
mata uang asing, dan transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk
barang dan jasa.
2. Pada Laporan Operasional, pengaruhnya terjadi pada perubahan dari Laporan Kinerja
Keuangan yang bersifat opsional menjadi Laporan Operasional yang bersifat wajib.
3. Pada Neraca, pengaruhnya terjadi pada perubahan pengakuan dan pengukuran aset
dan kewajiban, akuntansi untuk persediaan, investasi, dan aset tetap, dan perubahan
format ekuitas dana.
4. Pada Laporan Arus Kas, pengaruhnya terjadi pada perubahan fungsi laporan,
pengklasifikasian laporan aktivitas, dan definisi arus kas masuk dan keluar.
5. Pada Catatan atas Laporan Keuangan, dengan adanya perbedaan komponen laporan
keuangan yang dihasilkan kedua basis, maka terdapat sedikit perbedaan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan dalam hal komponen laporan keuangan yang
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.


Page | 27

DAFTAR PUSTAKA


Peraturan Pemerintah. (2005). Peraturan Pemerintah No. 24, Tahun 2005, tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah. (2010). Peraturan Pemerintah No. 71, Tahun 2010, tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
http://www.scribd.com/doc/79796003/13/Beberapa-kelebihan-akuntansi-berbasis-akrual
http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai_download.php?id=66&kfile=3























Page | 28

LAMPIRAN I
CONTOH LAPORAN REALISASI ANGGARAN
BERDASARKAN PP NO 71 TAHUN 2010


Page | 29













Page | 30

LAMPIRAN II
CONTOH LAPORAN OPERASIONAL
BERDASARKAN PP NO 71 TAHUN 2010



Page | 31

LAMPIRAN III
CONTOH NERACA
BERDASARKAN PP NO 71 TAHUN 2010


Page | 32












Page | 33

LAMPIRAN IV
CONTOH LAPORAN ARUS KAS
BERDASARKAN PP NO 71 TAHUN 2010


Page | 34

You might also like