Laporan praktikum Hari/tanggal : Selasa, 23 November 2010
MK Penilaian Status Gizi Tempat : Lab. Kulinari
PENILAIAN KONSUMSI PANGAN METODE PENIMBANGAN MAKANAN (FOOD WEIGHING)
Oleh Kelompok 8: A.Nur Rahmah K I14080013 Nur Indah F Ibrahim I14080014 Ai Kustian I14080044 Rendra Kusuma I14080069 Debby Nurfariza P I14080071 Nilam Betarina I14080096 Eko Gunawan I14080101
Asisten: Dudung Angkasa Ghaida Yasmin
Koordinator Mata Kuliah: Dr Ir Yayuk Baliwati, MS
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi hal-hal bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang memakan dan berapa banyak yang dimakan. Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Anonim 2010). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Konsumsi pangan keluarga merupakan kebutuhan anggota keluarga terhadap pangan yang bertujuan untuk memantapkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Ketersediaan pangan keluarga juga mempengaruhi jumlah dan banyaknya konsumsi makan anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga, memungkinkan terpenuhnya seluruh kebutuhan gizi. Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei. Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang, keluarga atau kelompok orang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Survei secara kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sedangkan secara kualitatif adalah untuk mengetahui frekuensi makan, kebiasaan makan (food habit), jenis pangan, dan cara memperolehnya. Salah satu metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode inventaris. Metode inventaris disebut juga log book method. Prinsipnya dengan menghitung atau mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli dan produksi sendiri dicatat dan dihitung atau ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu atau telah dilatih dan tidak buta huruf (Anonim 2009).
Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk menghitung kecukupan pangan dalam keluarga dan mengetahui kebutuhan gizi tiap-tiap anggota keluarga. TINJAUAN PUSTAKA Food Weighing Status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, pemeliharaan fungsi normal tubuh, dan untuk produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Ada berbagai cara untuk mengukur status nutrisi, salah satu diantaranya yaitu food weighing (Metode penimbangan) (Anindya 2010). Food weighing adalah salah satu metode penimbangan makanan. Pada metode penimbangan makanan ini responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Food weighing mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibanding metode-metode lain karena banyaknya makanan yang dikonsumsi sehari-hari diketahui dengan cara menimbang (Mey 2010). Proses food weighing ini, semua makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan ditimbang dalam keadaan mentah (AP). Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap santap serta makanan pemberian. Selain itu dilakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula, garam, merica, kopi, dan sebagainya pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan malam atau keesokan harinya. Setiap selesai makan ditimbang semua makanan yang tidak dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan pada orang lain. Makanan yang dibawa ke luar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung konsumsi aktual (Kusharto & Sadiyah 2008). Penilaian Konsumsi Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia. Rendahnya jumlah makanan dan mutu bahan makanan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan sehari-hari dapat menyebabkan berbagai masalah dalam kehidupan, antara lain menimbulkan gangguan pada perkembangan mental dan kecerdasan, terganggunya pertumbuhan fisik, timbulnya berbagai macam penyakit, tingginya angka kematian bayi dan anak, serta menurunnya daya kerja (Suhardjo & Riyadi 1990). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Supariasa 2001). Konsumsi jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Supariasa et. al. (2001), faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi, dan ketersediaan pangan, sedangkan tingkat konsumsi pangan lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Penilaian konsumsi pangan digunakan untuk menentukan jumlah dan sumber zat gizi yang dimakan serta dapat membantu menunjukkan persediaan zat gizi dalam tubuh cukup atau kurang. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara survei terhadap konsumsi pangan suatu individu atau suatu keluarga. Survei konsumsi pangan termasuk salah satu metode tidak langsung dalam penilaian status gizi. Survei konsumsi pangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang, keluarga atau kelompok orang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sedangkan survei secara kualitatif bertujuan untuk mengetahui frekuensi makan, kebiasaan makan (food habit), jenis pangan, serta cara memperolehnya. Data-data yang perlu dikumpulkan dalam melakukan survei konsumsi pangan secara kualitatif meliputi: jenis pangan yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi masing-masing jenis pangan, tempat asal pangan, cara penyimpanan, penyiapan dan pemasakan makanan (Suhardjo & Riyadi 1990). Kecukupan Gizi Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Standar kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan standar makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein, sedangkan standar kecukupan gizi secara mikro seperti kecukupan vitamin dan mineral belum banyak diterapkan di Indonesia. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi. Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi 1989). Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Pada anak usia 0-6 bulan, kecukupan energi dan proteinnya masing-masing sebesar 550 Kalori dan 10 gram. Semakin bertambah umur, kecukupan gizi makro berupa energi dan protein serta zat gizi mikro juga bertambah. Pada anak usia 7-9 tahun, kecukupan energinya meningkat menjadi 1800 Kalori dan kecukupan proteinnya sebesar 45 gram. Remaja dan dewasa pria memiliki angka kecukupan gizi yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. Selain itu, keadaan fisologis juga sangat berpengaruh terhadap angka kecukupan gizi individu. Pada wanita hamil, kecukupan energinya bertambah 180 Kalori pada saat trimester 1, dan pada trimester 2 serta 3 bertambah 300 Kalori dari kecukupan energi wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Kecukupan protein pada wanita hamil juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 17 gram dari kecukupan protein wanita normal (Atmarita & Tatang 2004). Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan kecukupan zat gizi perlu untuk dilakukan agar kecukupan dan kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi secara optimal. Perencanaan pemenuhan kecukupan zat gizi dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan menentukan kebutuhan zat-zat gizi masing- masing individu, memperhatikan zat gizi pada bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (Azwar 2004). Pola Konsumsi Pola konsumsi merupakan hasil dari proses pembentukan sikap dan perilaku konsumsi bahan makanan yang tersedia. Pola konsumsi dapat terlihat dari distribusi pangan yang merupakan indikator dari seberapa besar atau presentase pengeluaran keluarga dari pendapatan yang diperoleh yang digunakan untuk bahan makanan (Sumarwan 1993). Faktor-faktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga antara lain tingkat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, pendidikan kepala keluarga dan status kerja wanita. Teori Engels yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi makanan (Sumarwan 1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan keluarga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan. Selain jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal kepala keluarga juga berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga. Pendidikan dapat merubah sikap dan prilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah ia dapat menerima informasi dan inovasi baru yang dapat merubah pola konsumsinya. Disamping itu makin tinggi tingkat pendidikan formal maka kemungkinannya akan mempunyai tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi (Sumarwan 1993). Perubahan Pola Konsumsi Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa ekonomi merupakan asumsi dalam teori ekonomi seseorang bertindak secara rasional dalam mencapai tujuannya dan kemudian mengambil keputusan yang konsisten dengan tujuan tersebut. Haris dan Andika (2002) mengemukakan beberapa macam kebutuhan pokok manusia untuk bisa hidup secara wajar, yaitu : 1. Kebutuhan pangan atau kebutuhan akan makanan. 2. Kebutuhan sandang atau pakaian. 3. Kebutuhan papan atau tempat berteduh. 4. Kebutuhan pendidikan untuk menjadi manusia bermoral dan berbudaya. Kebutuhan tersebut di atas merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat hidup wajar. Bila kebutuhan itu kurang dapat dipenuhi secara memuaskan maka hal itu merupakan suatu indikasi bahwa kita masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kebutuhan lain seperti kebutuhan akan perabot rumah tangga, meja, kursi, lemari, alat-alat dapur, radio, televisi dan aneka kebutuhan lainnya, disebut sebagai kebutuhan sekunder atau kebutuhan pelengkap yang ditambahkan sesuai dengan peningkatan pendapatan. Dalam menghadapi perubahan ini maka keluarga harus mempunyai beberapa strategi untuk mengatasi kendala waktu yang dihadapinya. Dua strategi pokok yang dapat dilakukan keluarga yang bekerja agar kesejahteraan keluarga dapat tercapai adalah membeli waktu dan menghemat waktu. Membeli waktu merupakan usaha yang dilakukan keluarga untuk membeli alat-alat rumah tangga, (household appliances) seperti mesin cuci, kulkas, alat-alat dapur dan lain sebagainya, serta menggunakan jasa-jasa pelayanan. Strategi semacam ini membuat keluarga lebih mengandalkan alat-alat listrik dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, keluarga dapat menggunakan jasa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya menggunakan jasa binatu, jasa penitipan dan pengasuhan anak, membayar pembantu rumah tangga, sering makan di rumah makan atau membeli makanan yang siap dihidangkan. Strategi menghemat waktu, merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk mengalokasikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan oleh isteri/ibu kepada suami/ayah atau anak-anak. Strategi menghemat waktu termasuk pula pengurangan kuantitas dan kualitas pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan, misalnya mengurangi waktu santai dan kegiatan sosial. Kendala waktu yang dihadapi keluarga masa depan dan strategi untuk mengatasinya akan mempengaruhi pola konsumsi keluarga tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini didukung oleh industri makanan yang memproduksi berbagai jenis makanan jadi, industri restoran dan fast food yang tumbuh pesat (Wilopo 1998).
METODE Waktu dan Tempat Praktikum penilaian konsumsi pangan metode penimbangan makanan (food weighing) dilaksanankan pada hari Selasa, 23 November 2010, pada pukul 10.00 sampai dengan 13.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Kulinari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beras, ayam, tahu, sosis, jagung muda, buncis, alpukat dan bumbu-bumbu dasar seperti bawang merah, bawang putih, santan, kunyit, lada, cabe, garam, dan minyak. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat masak seperti panci, pisau, telenan, wajan, sodet, rice cooker, blander, gelas, piring, mangkuk, sendok dan garpu. Prosedur Prosedur kerja praktikum kali ini yaitu Disiapkan masing-masing bahan makanan untuk setiap menu
Ditimbang semua bahan makanan
Dicatat untuk mendapatkan berat kotor
Dikupas bahan makanan atau dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak dapat dikonsumsi
Dicatat untuk mendapatkan berat yang dapat dikonsumsi
Dimasak bahan makanan sesuai prosedur yang berlaku
Ditimbang berat matang
Dicatat hasil penimbangan
X X
Menu makanan dibagi per porsi makanan untuk tiap anggota keluarga
Ditimbang berat per porsi
Dicatat hasil penimbangan
Ditimbang jika ada makanan sisa
Dicatat hasil penimbangan
Data diolah untuk menilai konsumsi pangan
Gambar 1 Bagan prosedur kerja praktikum food weighing
HASIL DAN PEMBAHASAN Pola konsumsi merupakan hasil dari proses pembentukan sikap dan perilaku konsumsi bahan makanan yang tersedia. Pola konsumsi dari setiap individu anggota suatu keluarga akan membentuk pola konsumsi keluarga tersebut. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi keluarga, antara lain yaitu jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga, tingkat pendidikan formal kepala keluarga, perubahan karakteristik keluarga, dan pendapatan (Sumarwan 1993). Pola konsumsi per kapita suatu keluarga juga dapat dilihat dari distribusi pangan keluarga tersebut. Distribusi pangan tersebut merupakan indikator dari seberapa besar atau presentase pengeluaran keluarga dari pendapatan yang diperoleh yang digunakan untuk bahan makanan (Sumarwan 1993). Dengan demikian, dilakukan perhitungan tingkat konsumsi per kapita perhari dari satu kelompok praktikum yang diasumsikan sebagai satu keluarga salah satunya keluarga kelompok 8. Hasil konsumsi per kapita perhari keluarga kelompok 8 dijabarkan pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Perhitungan Tingkat Konsumsi Per kapita Perhari dari kelompok 8 dari distribusi pangan No. Jenis pangan Berat (g) Energi (g) Protein (g) Fe (mg) Vit A (RE) Ca (mg) Vit C (mg) 1 Nasi 1315 2341 27.6 6.6 0 65.8 0 2 Daging ayam 318,36 558 33.6 2.8 513.3 25.9 0 3 Tahu 298,5 203 23.3 0 0 370.1 0 4 Santan 336,68 411 6.7 0.3 0 84.2 6.7 5 Minyak 8,619 78 0 0 689.5 0 0 6 Sosis 141,22 292 26.5 4 12.7 15.5 0 7 Jagung muda 96,74 32 2.1 0.5 19.3 6.8 7.7 8 Buncis 228,12 72 4.9 2.3 195 13.3 39 9 Cabe 6,14 2 0.1 0 3.7 1.5 0.9 10 Bawang merah 34,98 12 0.5 0.3 0 11.3 0.6 11 Bawang putih 8,402 7 0.3 0.1 0 3.1 1.1 12 Gula 125,583 457 0 0.1 0 6.3 0 13 Alpukat 380,535 197 2.1 2.1 65 23.2 30.2 14 Susu 101,435 341 8.3 0.2 177.5 278.9 1 Total 5003 210.7 19.3 1676 905.9 87.2 Konsumsi/Kap (Total/PCCU) 2502 105.4 9.7 838 452.9 43.6 Kecukupan/kap [.] 2213 55.1 23.4 559.5 1116.5 83.9 Tingkat kecukupan (%RDA) 113 191.3 41.5 149.8 40.6 51.97 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang tingkat konsumsi dan kecukupan beberapa zat gizi per kapita keluarga kelompok 8 dalam satu kali waktu makan. Menu yang disajikan pada praktikum kali ini yaitu nasi, opor ayam dan tahu, oseng-oseng buncis, jagung, dan sosis, serta jus alpukat yang disajikan pada waktu makan siang. Adapun zat-zat gizi yang dihitung pada praktikum kali ini antara lain energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, (Ca), vitamin A, dan vitamin C. Selain itu, jumlah nasi yang dikonsumsi oleh keluarga kelompok 8 pada tabel di atas merupakan jumlah nasi yang masak oleh keluarga kelompok 8 ditambah nasi yang diberikan oleh keluarga tetangga (given in), yaitu sebesar 207 g. Secara umum tingkat kecukupan keenam zat gizi pada menu yang diolah tersebut pada keluarga kelompok 8 bervariasi dan terjadi ketimpangan. Tingkat kecukupan energi yang diperoleh cukup normal, yaitu 113 %, sedangkan tingkat kecukupan protein dan vitamin A itu melebihi batas normal, yaitu secara berurutan 191,3% dan 149,8%. Adapun tingkat kecukupan untuk vitamin C dan dua jenis mineral, yaitu zat besi dan kalsium ternyata kurang dari batas normal, yaitu secara berurutan 51,97%, 41,5%, dan 40,6%. Hal tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan keenam zat gizi dalam kombinasi menu makan siang yang disajikan tersebut belum sesuai dengan kecukupan zat gizi yang dibutuhkan per kapita keluarga kelompok 8 per hari. Keadaan tersebut juga dapat dijadikan indikator bahwa pemilihan bahan pangan untuk menu yang disajikan belum memenuhi pedoman bahan makanan beragam dan berimbang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan diatur ketersediaan zat-zat gizi tersebut dalam menu untuk waktu makan yang lain dalam satu hari yang sama sehingga keseimbangan asupannya dalam menu makan sehari tersebut dapat terpenuhi dan tercapai. Tingkat kecukupan tersebut juga dapat dilihat dari tingkat konsumsi per kapita pada menu makan siang yang disajikan. Keberagaman dan ketimpangan tingkat kecukupan zat gizi suatu keluarga tidak terlepas dari tingkat konsumsi per kapitanya. Apabila dilihat secara lebih spesifik, konsumsi zat-zat gizi tersebut juga tidak sesuai dengan yang dianjurkan. Misalnya untuk konsumsi energi dari makan siang itu berkisar antara 25%-30% dari kebutuhan energi sehari. Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa kebutuhan sehari per kapita keluarga kelompok 8 adalah sebesar 2213 kkal yang berarti asupan energi dari makan siang seharusnya berkisar antara 553 kkal - 664 kkal. Adapun rataan konsumsi energi per kapita keluarga kelompok 8 pada tabel 1 adalah 5003 dibagi 7 yaitu 715 kkal dengan asumsi bahwa asupan energi tiap anggota keluarga itu sama. Jumlah asupan energi tersebut menunjukkan bahwa jumlah energi yang dikonsumsi keluarga kelompok 8 dari menu makan siang melebihi jumlah yang dianjurkan. Selain itu, ketersediaan zat-zat gizi pada tiap bahan pangan yang diolah untuk menu makan siang di atas bervariasi. Secara umum asupan energi terbesar diperoleh dari beras dan daging ayam, sedangkan sosis, tahu, beras, dan nasi merupakan empat bahan pangan sumber protein terbesar pada menu makan siang tersebut. Asupan kalsium yang diperoleh berasal dari tahu, susu, dan santan, sedangkan zat besi yang diperoleh berasal dari beras. Vitamin A yang diperoleh pada menu siang tersebut berasal dari minyak, daging ayam, dan buncis, sedangkan asupan vitamin C diperoleh dari buncis dan alpukat. Namun, zat-zat gizi tersebut dapat mengalami kerusakan atau penurunan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengolahan,penguapan, dan pemanasan. Tingkat konsumsi dan kecukupan zat-zat gizi per kapita keluarga kelompok 8 menggambarkan distribusi pangan keluarga. Distribusi pangan tersebut merupakan indikator dari seberapa besar atau presentase pengeluaran keluarga dari pendapatan yang diperoleh yang digunakan untuk bahan makanan. Pengeluaran yang dikeluarkan keluarga itu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk bahan makanan dan pengeluaran untuk bahan non makanan (Sumarwan 1993). Berdasarkan tingkat kecukupan dan konsumsi per kapita keluarga kelompok 8 yang diperoleh pada waktu makan siang tersebut dapat dikatakan distribusi pangan pada keluarga tersebut belum merata. Namun, untuk lebih jelas dalam memahami pola konsumsi dan distribusi pangan keluarga kelompok 8 pada menu makan siang yang disajikan diperlukan perhitungan angka kecukupan pangan setiap anggota keluarga. Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Penilaian konsumsi pangan dapat membantu menunjukkan ketersediaan zat gizi dalam tubuh dengan cara membandingkannya dengan angka kecukupan zat gizi. Hasil praktikum mengenai angka kecukupan konsumsi pangan keluarga kelompok 8 ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Angka kecukupan konsumsi pangan dari anggota keluarga kelompok 8 Perhitungan energi, protein, Fe, vitamin A, Vitamin C dan kalsium masing- masing individu memperhatikan berat badan aktualnya, kemudian dibagi berat badan acuan dan dikali tingkat konsumsi acuan pada Tabel Angka Kecukupan Gizi Rata-rata Per Orang Per Hari (WNPG 2004). Sehingga secara total di tingkat keluarga diperoleh nilai rata-rata energi 2213 kal, 55,1 protein gram, 23,4 Fe mg, vitamin A 559,5 RE, vitamin C 83,9 mg dan kalsium 1116,5 mg dalam satu kali makan. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari adalah bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Angka kecukupan gizi energi pria yang berusia antara 19- 29 tahun adalah 2550 kkal sedangkan untuk perempuan dalam usia yang sama adalah 1900 kkal. Anggota keluarga kelompok 8 terdapat pria dua orang yaitu Rendra dan Egun serta sisanya 5 orang wanita. Berdasarkan tabel di atas kecukupan energi rata-rata di tingkat keluarga sebesar 2213 kkal dan hal ini termasuk kategori belum memenuhi tingkat kecukupan energi pria. Lain halnya dengan tingkat kecukupan energi wanita, energi sebesar 2213 kkal sudah memenuhi angka kecukupan energi dan bahkan berlebih. Kecukupan energi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi (Muchtadi 1989). Standar kecukupan gizi tidak hanya dilihat dari zat gizi energi, akan tetapi zat gizi lain juga dan salah satunya adalah protein. Angka kecukupan rata-rata protein per hari untuk pria usia 19-29 tahun adalah 60 g sedangkan wanita sebesar 50 g. adapun hasil yang terdapat pada tabel di atas sebesar 55,1 g. Seperti halnya energi, kecukupan protein belum memenuhi angka kecukupan protein untuk pria dan sebaliknya angka tersebut telah memenuhi angka kecukupan untuk wanita, bahkan Anggot a BB (kg) Umur (th) PCCU Kebutuhan Energi (kkal) Protein (g) Fe (mg) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) Ca (mg) * ** * ** * ** * ** * ** * ** Egun 55 21 0.33 2338 772 55 18.2 11.9 3.9 550 181.5 82.5 27.2 733.3 241.9 Rendra 61 22 0.33 2593 856 55.9 18.4 13.2 4.4 610 201.3 91.5 30.2 813.3 813.3 Uni 46 19 0.33 1681 555 44.2 14.6 23 7.6 442.3 145.9 66.3 21.9 707.7 233.5 Nilam 50 19 0.33 1827 603 48.1 15.9 25 8.3 480.8 158.7 72.1 23.8 769.2 253.8 Debi 49 20 0.33 1790 591 47.1 15.5 24.5 8.1 471.2 155.5 70.7 23.3 753.8 248.8 Ai 43 20 0.33 1571 518 41.4 13.7 21.5 7.1 413.5 136.5 62.0 20.5 661.5 218.3 Fitri 44 20 0.33 1608 531 42.3 13.9 22 7.3 423.1 139.6 63.5 20.9 676.9 223.4 Total 2 4426 110.2 46.7 1119 167.8 2233 Kecukupan/Kap (total/PCCU) 2213 55.1 23.4 559.5 83.9 1116. 5 berlebih. Kecukupan protein ini berbeda-beda dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi 1989). Angka kecukupan zat gizi yang berupa Fe berdasakan Tabel Angka Kecukupan Gizi Rata-rata Per Orang Per Hari (WNPG 2004) untuk pria usia antara 19-29 tahun adalah 13 mg dan wanita dengan usia yang sama sebesar 26 mg. adapun berdasarkan tabel hasil praktikum menunjukkan angka kecukupan rata-rata Fe tingkat keluarga sebesar 23,4 mg. Hal ini menunjukkan bahwa zat gizi Fe telah memenuhi angka kecukupan untuk pria sedangkan untuk wanita belum memenuhi. Kebutuhan Fe pada wanita lebih besar karena wanita memerlukan lebih banyak zat besi untuk mengganti kehilangan akibat menstruasi. Oleh karena itu bahan pangan yang dikonsumsi harus memperbanyak lauk hewani dan sayuran hijau yang mengandung banyak Fe. Kebutuhan vitamin A antara pria dan wanita berbeda. Pria berusia antara 19- 29 tahun membutuhkan vitamin A sebanyak 600 RE sedangkan wanita dalam usia yang sama yaitu 500 RE. Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kecukupan vitamin A rata-rata tingkat keluarga tersebut sebesar 559,5 RE. Hal ini berarti vitamin A telah memenuhi angka kecukupan baik pria maupun wanita namun vitamin A pada wanita berlebih sekitar 1/5 dari angka kecukupan. Zat gizi berupa vitamin A ini harus dipenuhi karena sangat penting untuk tubuh terutama untuk penglihatan. Angka kecukupan vitamin A keuarga sudah tercukupi karena bahan pangan yang dikonsumsi pada makan siang ini terdapat lauk hewani, minyak dan sayuran hijau yang banyak mengandung vitamin A. Zat gizi berupa vitamin C yang terdapat pada tabel 2 sebesar 83,9 mg. Angka kecukupan rata-rata harian vitamin C pada pria usia 19-29 tahun sebesar 90 mg dan wanita dalam usia yang sama sebesar 75 mg. Asupan vitamin C telah memenuhi angka kecukupan pada wanita sedangkan pada pria belum memenuhi angka kecukupan. Oleh karena itu konsumsi bahan pangan harus lebih bervariasi terutama buah-buahan yang mengandung vitamin C agar memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Vitamin C sangat penting karena dalam tubuh bertindak sebagai antioksidan dan membantu pembentukan kolagen. Angka kecukupan kalsium pria dan wanita berusia antara 19-29 tahun adalah sama yaitu 800 mg. Adapun tabel hasil praktikum di atas menunjukkan Ca sebesar 1116,5 mg. Hal ini berarti intake Ca telah memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan bahkan berlebih. Ini terjadi karena didalam bahan pangan yang dikonsumsi terdapat penyumbang Ca terbesar yaitu lauk nabati dan susu. Zat gizi kalsium ini sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Angka kecukupan zat gizi baik zat gizi makro maupun mikro harus dipenuhi secara optimal yang dapat dilakukan dengan cara perencanaan pemenuhan kebutuhan. Perencanaan pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan menentukan kebutuhan zat-zat gizi masing- masing individu, memperhatikan zat gizi pada bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (Azwar 2004).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pola konsumsi pangan dapat dilihat dari distribusi pangan melalui food weighing. Hal yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan yang dikonsumsi dan dihitung kandungan gizinya serta tingkat kecukupan. Berdasarkan hasil pembahasan dari tingkat kecukupan keenam zat gizi yang berupa energi, protein, besi, vitamin A, vitamin C dan kalsium tingkat keluarga bervariasi dan terjadi ketimpangan. Tingkat kecukupan energi yang diperoleh itu normal tapi tingkat kecukupan protein dan vitamin A melebihi batas normal, sedangkan tingkat kecukupan vitamin C, zat besi, dan kalsium itu kurang dari batas normal. Hal tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan zat-zat gizi dalam kombinasi menu makan siang yang disajikan itu belum sesuai dengan kecukupan zat gizi yang dibutuhkan per kapita keluarga kelompok 8 per hari. Selain itu, pemilihan bahan pangan untuk menu yang diolah juga belum sesuai dengan pedoman bahan makanan beragam dan berimbang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan diatur ketersediaan zat-zat gizi tersebut dalam menu untuk waktu makan yang lain dalam satu hari itu sehingga keseimbangan asupannya dalam menu makan sehari dapat tercapai. Angka tingkat kecukupan zat gizi menunjukkan data yang beragam menurut energi, protein, Fe, vitamin A, vitamin C, dan Ca. Data menunjukkan bahwa intake zat gizi terkadang telah memenuhi kecukupan pria tetapi tidak memenuhi angka kecukupan wanita dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena angka kecukupan zat gizi yang bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Sehingga perlu dilakukan perencanaan pemenuhan kebutuhan agar bahan pangan yang dikonsumsi dapat memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Saran Penilaian konsumsi pangan dengan metode food weighing sangat memerlukan ketelitian dalam penimbangan makanan. Pemilihan bahan pangan untuk suatu menu sebaiknya berpedoman kepada bahan makanan beragam dan berimbang. Selain itu, metode ini cukup rumit, tidak praktis, dan membutuhkan waktu yang lama sehingga perlu kesabaran dalam proses pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA Anindya. 2009. Mengukur status nutrisi dewasa. www.mengukur-status-nutrisi- dewasa. html [25 November 2010]. Atmarita, Tatang SF. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta 17-19 Mei 2004 Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang ; Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004. Haris, A dan Adika, N. 2002. Dinamika Penduduk dan Pembangunan di Indonesia Peningkatan Angka Harapan Hidup di Indonesia. Populasi. Volume 9 Nomor 1. PPK UGM. Yogyakarta. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH010c.dir/doc.pdf [27 November 2010] http://drvegan.wordpress.com/2009/12/01/survey-konsumsi-makanan/ [27 November 2010] http://etd.eprints.ums.ac.id/2805/2/J300050011.pdf [27 November 2010] http://www.damandiri.or.id/file/suryonoipbbab2.pdf [10 November 2010] Kusharto CM, Sadiyah NY. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi pangan. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Mey. 2008. Antropometri. www.mey_PHs.htm [25 November 2010]. Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen P&K DIKTI PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Suhardjo & Hadi Riyadi . 1990 . Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat PAU P & G. IPB . Bogor Wilson . E . P . Fisher . K . H . & Garcia . P . 1979 . Sumarwan. 1993. Keluarga Masa Depan dan Perubahan Pola Konsumsi. Warta dari Perspektif Makro ke realitas Mikro. Lesfi. Yokyakarta. Supariasa et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Wilopo, A. Siswanto. 1998. Dampak Resesi Ekonomi pada Penurunan Kematian dan Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta.
LAMPIRAN Lampiran Gambar
Gambar 2 Oseng-Oseng Gambar 3 Opor Tahu
Gambar 4 Opor Ayam Gambar 5 Jus Alpukat
Lampiran Tabel
Tabel 3 Perhitungan Tingkat Konsumsi Per kapita Perhari dari kelompok 8 dari distribusi pangan No. Jenis pangan Berat (g) Energi (g) Protein (g) Fe (mg) Vit A (RE) Ca (mg) Vit C (mg) 1 Nasi 1315 2341 27.6 6.6 0 65.8 0 2 Daging ayam 318,36 558 33.6 2.8 513.3 25.9 0 3 Tahu 298,5 203 23.3 0 0 370.1 0 4 Santan 336,68 411 6.7 0.3 0 84.2 6.7 5 Minyak 8,619 78 0 0 689.5 0 0 6 Sosis 141,22 292 26.5 4 12.7 15.5 0 7 Jagung muda 96,74 32 2.1 0.5 19.3 6.8 7.7 8 Buncis 228,12 72 4.9 2.3 195 13.3 39 9 Cabe 6,14 2 0.1 0 3.7 1.5 0.9 10 Bawang merah 34,98 12 0.5 0.3 0 11.3 0.6 11 Bawang putih 8,402 7 0.3 0.1 0 3.1 1.1 12 Gula 125,583 457 0 0.1 0 6.3 0 13 Alpukat 380,535 197 2.1 2.1 65 23.2 30.2 14 Susu 101,435 341 8.3 0.2 177.5 278.9 1 Total 5003 210.7 19.3 1676 905.9 87.2 Konsumsi/Kap (Total/PCCU) 2502 105.4 9.7 838 452.9 43.6 Kecukupan/kap [.] 2213 55.1 23.4 559.5 1116.5 83.9 Tingkat kecukupan (%RDA) 113 191.3 41.5 149.8 40.6 51.97
Contoh Perhitungan Tabel 5 Individual Food Record Menu Jenis Makanan Deskripsi Berat Berat masakan bersih setiap penyajian (gr) AP (gm) EP (gm) Nasi Beras Putih giling 400 1245 Opor ayam dan tahu Daging ayam 686 958 1402 Tahu 555 444 Santan 617 Minyak 10 Bumbu 75 Oseng- oseng Sosis 143 142 719 Jagung muda 350 281 Buncis 179 121 Cabe 10 7 Bawang merah 40 35 Minyak 5 Bawang putih 8 6 Gula 5 Masako Penyedap rasa 9 Garam 0,5 Jus alpukat Alpukat 600 272 1950 Susu 84 Gula 90
1. Eko Gunawan Tabel 6 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang No Menu Makan siang individu (g) A Nasi 272 B Jus alpukat 325 C Opor ayam+tahu 236 (dikurangi kuah = 122) D Oseng 118 A. NASI I. Intake 277 g (100%) II. Intake mentah (beras) 277 x 0,4 = 110,8 B. JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat = 272 g Air = 1500 g Gula = 90 g Susu (kental) = 84 g II. % Distribusi Alpukat 272 : 1946 = 0,14 = 14 % Air 1500:1946 = 0,77 = 77% Gula 90 :1946 = 0,05 = 5% Susu 84 :1946 = 0,04 = 4% + 100 % III. % Distribusi Konsumsi Alpukat : 0,14 x 325 = 45,5 g Air :0,77 x 325 = 250,25 g Gula :0,05 x 325 = 16,25 g Susu :0,04 x 325 = 13 g + 325 g IV. Intake Mentah (EP) Alpukat 45,5 x 1 = 272 g Air = 250,25 g Gula = 16,25 g Susu (kental) = 13 g C. OPOR AYAM TAHU I. Komposisi ayam : 686 tahu : 555 santan cair : 617 bumbu : 75 Minyak : 10 + 1943 II. % Distribusi 686 : 1943 = 0,35(35%) 555 : 1943 = 0,29(29%) 617 : 1943 = 0,32(32%) 75 : 1943 = 0,04(4%) 10 : 1943 = 0,005(0,5 %) + 1 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 35% x 236 =82,6 29% x 236 =68,4 32% x 236 =75,5 4% x 236 =9,4 0,5% x 236 =1,1 + = 236 IV. Intake mentah (EP) Ayam 82,6 x 1,6 = 132,16 g Tahu 68,4 x 1,3 = 88,92g Santan encer = 75,5 g Bumbu = 9,4 g Minyak = 1,1 D. OSENG-OSENG I. Komposisi Sosis =142 g Buncis = 281 g Jagung = 121 g Cabe = 7 g B. Merah = 35 g B. Putih = 6 g Gula = 5 g Garam = 0,5 Masako = 9 Minyak = 5 g + 611,5 9 II. % Distribusi Sosis =142 g : 611,5 g = 0,23 = 23% Buncis = 281 g : 611,5 = 0,46 = 46% Jagung = 121 g : 611,5 = 0,19 = 19% Cabe = 10 g : 611,5 = 0,02 = 2% B Merah = 35 g : 611,5 = 0,06 = 6% B. Putih = 6 g : 611,5 = 0,01 = 1% Gula = 5 g : 611,5 = 0,01 = 1% Garam = 0,5 : 611,5 = 0,001 = 0,1% Minyak = 5 g : 611,5 = 0,01 = 1% + 99,1% III. % Distribusi Konsumsi Sosis =0,23 x 118 g = 43,24 g Buncis = 0,46 x 118 g = 54,28 g Jagung = 0,19 x 118 g = 22,42 g Cabe = 0,02 x 118 g = 2,36 g B Merah = 0,06 x 118 g = 7,08 g B. Putih = 0,01 x 118 g = 1,18 g Gula = 0,01 x 118 g = 1,18 g Garam = 0,001 x 118 g = 0,12 g Minyak = 0,01 x 118 g = 1,18 g IV. Intake Mentah (EP) Sosis = 43,24 x 1,8 =77,83 g Buncis = 54,28 g x 0,9 =48,85 g Jagung = 22,42 g x 0,4 =8,96 g Cabe = 2,36 g = 2,36 g B Merah = 7,08 = 7,08 g B. Putih = 1,18g =1,18 g Gula = 1,18g =1,18 g Garam = 0,12 g = 0,12 g Minyak = 1,18g =1,18 g Tabel 7 Asupan Gizi Intake eko gunawan Intake E (kkal) P (g) KH (g) Ca (mg) Fe (mg) Vit A Vit C NASI Beras 178 2.1 40.6 5 0.5 0 0 110.8 197.22 2.327 44.985 5.54 0.554 0 0 JUS ALPUKAT Alpukat 85 0.9 7.7 10 0.9 28 13 272 231.2 2.448 20.944 27.2 2.448 76.16 35.36 Air 250.25 Gula 364 0 94 5 0.1 0 0 16.25 59.15 0 15.275 0.8125 0.01625 0 0 Susu Kental 336 8.2 55 275 0.2 175 1 13 43.68 1.066 7.15 35.75 0.026 22.75 0.13 OPOR AYAM Ayam 302 18.2 0 14 1.5 278 0 132,16 399 24.05 0.00 18.50 1.98 367.40 0.00 Tahu 392 5.4 28.4 17.4 1.2 50 7.6 88,92 349 4.80 25.25 15.47 1.07 44.46 6.76 Bumbu 39 1.5 0.2 36 0.8 0 2 9,4 4 0.14 0.02 3.38 0.08 0.00 0.19 Santan cair 122 2 7.6 25 0.1 0 2 75,5 92 1.51 5.74 18.88 0.08 0.00 1.51 Minyak 902 0 0 0 0 0 0 1,1 10 0 0 0 0 0 0 OSENG2 Sosis 452 14.5 2.3 28 1.1 0 0 77,83 352 11.29 1.79 21.79 0.86 0.00 0.00 Buncis 35 2.4 7.7 6.5 1.1 95 19 48,85 17 1.17 3.76 3.18 0.54 46.41 9.28 Jagung 33 2.2 7.4 7 0.5 20 8 8,96 3 0.20 0.66 0.63 0.04 1.79 0.72 Cabe 103 4.7 19.9 45 2.5 1658 70 2,36 2 0.11 0.47 1.06 0.06 39.13 1.65 B Merah 39 1.5 0.2 36 0.8 0 2 7,08 3 0.11 0.01 2.55 0.06 0.00 0.14 B. Putih 95 4.5 23.1 42 1 0 15 1,18 1 0.05 0.27 0.50 0.01 0.00 0.18 Gula 364 0 94 5 0.1 0 0 1,18 4 0.00 1.11 0.06 0.00 0.00 0.00 Minyak 902 0 0 0 0 0 0 1,18 11 0 0 0 0 0 0
2. Rendra Kusuma Tabel 8 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang Menu Makan Siang Individu Nasi 282 Opor ayam 144 Oseng-oseng buncis 128 Es alpukat 325 Nasi I. Intake 282 gr (100%) II. Intake mentah (beras) 282x0,417 = 117.6 III. Nilai Gizi Nasi Tabel 9 Asupan gizi dari intake nasi Jenis Pangan/intake Berat (gr) Energi (gr) Protein (gr) Fe (gr) Vit.A (RE) Vit.C (mg) Ca (mg) Lemak (g) Nasi 117.6 423 8 0,94 - - 7,06 0,1 OPOR AYAM I. Komposisi ayam : 686 tahu : 555 santan cair : 617 bumbu : 75 Minyak : 10 + 1943 II. % Distribusi 686 : 1943 = 0,35(35%) 555 : 1943 = 0,29(29%) 617 : 1943 = 0,32(32%) 75 : 1943 = 0,04(4%) 10 : 1943 = 0,005(0,5 %) + 1 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 35% x 144 =50,4 29% x 144 =41,76 32% x 144 =46,08 4% x 144 =5,76 0,5% x 144 =0,72 + = 144 IV. Intake mentah (EP) Ayam 50,4 x 1,6 = 80,64 g Tahu 41,76 x 1,3 = 54,29g Santan encer = 46,08 g Bumbu = 5,76 g Minyak = 0,72 V. Nilai gizi intake opor ayam ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 10 Asupan gizi dari intake opor ayam dan tahu No Jenis Pangan Berat (gr) Energi (gr) Protein (gr) Fe (gr) Vit.A (RE) Vit.C (mg) Ca (mg) Lemak (g) KH (g) 1 Ayam 80,64 141 8,51 0,70 130,02 - 6,55 11,69 0 2 Tahu 54,29 36,92 4,23 - - - 67,32 2,49 0,87 3 Santan encer 46,08 56,22 0,92 0,05 - 0,92 11,52 4,61 3,5 4 Minyak 0,72 1 0,01 0.001 - 0,01 0,18 0,72 0 OSENG-OSENG I. Komposisi Sosis : 142 Buncis : 281 Jagung : 121 Cabe : 7 Bawang merah : 35 Bawang putih : 6 Gula : 5 Masako : 9 Minyak : 5 garam : 0,5 + : 611,5 II. % Distribusi 142 : 611,5= 0,23 (23%) 281 : 611,5= 0,46 (46%) 121 : 611,5= 0,19(19%) 7 : 611,5= 0,01(1%) 35 : 611,5=0,06(6%) 6 : 611,5=0,009(0,9%) 5 : 611,5=0,008(0,8%) 9 : 611,5=0,01(1%) 5 : 611,5= 0,08 (0,8%) 0,5 : 611,5=0,0008(0,08%)+ = 100 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 23% x 128 = 29,44 46% x 128 = 58,88 19% x 128 = 24,32 1% x 128 =1,28 6% x 128 =7,68 0,9% x 128 =1,152 0,8% x 128 =1,024 1% x 128 =1,28 0,8% x 128 =1,024 0,08%x 128 =0,1024 + =128 g IV. Intake mentah (EP) Sosis 29,44x1,8 = 52,992 Buncis 58,88x0,9 = 52,992 Jagung 24,32x0,4 = 9,728 Cabe = 1,28 Bawang merah = 7,68 Bawang putih =1,152 Gula =1,024 Minyak =1,28 Masako =1,024 Garam =0,1024 I. Nilai gizi intake oseng-oseng ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 11 Asupan intake dari oseng-oseng No Jenis Pangan Berat (gr) Energi (gr) Protein (gr) Fe (gr) Vit.A (RE) Vit.C (mg) Ca (mg) Lemak (g) KH (g) 1 sosis 52,992 240 7,68 0,58 0 0 14,84 22,4 1,22 2 Buncis 52,992 17 1,14 0,52 45,31 9,06 3,09 0,09 3,67 3 jagung 9,728 3 0,21 0,05 1,94 0,78 0,68 0,01 0,72 4 Cabe 1,28 0 0,008 0,008 0,77 0,19 0,31 0,003 0,09 5 b.merah 7,68 3 0,11 0,005 0 0,14 2,48 0,02 0,01 6 b.putih 1,152 1 0,04 0,008 0 0,15 0,42 0,002 0,23 7 gula 1,024 4 0 0,001 0 0 0,05 0 0,96 8 Minyak 1,28 12 0 0 102,4 0 0 1,28 0 JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat : 272 g gula : 100 g Susu Coklat : 84 g Air :1500 g + 1956 g II. % Distribusi 272 : 1956 = 0,139 (13,9%) 100 : 1956 = 0,051 (5,1 %) 84 : 1956 = 0,043 (4,3%) 1500 : 1956 = 0,77 (77%) + = (100%) III. % Distribusi Konsumsi 13,9% x 325 =45,175 g 5,1% x 325 =16,575 g 4,3% x 325 =13,975 g 77% x 325 =250,25 g + = 325 g IV. Intake mentah (EP) Alpukat = 45,175 g Gula = 16,575 g susu coklat = 13,975 g air = 250,25 g V. Nilai gizi intake jus alpukat ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 12 Asupan intake dari jus alpukat No Jenis Pangan Berat (gr) Energi (gr) Protein (gr) Fe (gr) Vit.A (RE) Vit.C (mg) Ca (mg) Lemak (g) KH (g) 1 Alpukat 45,175 38 0,41 0,41 12,65 5,87 4,52 1,79 2,12 2 Gula 16,575 60 - 0,02 - - 0,83 0 15,58 3 Susu coklat 13,975 9 0,98 - - - 399,29 1,39 7,69
3. A. Nur Rahmah Tabel 13 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang Menu Makan Siang Individu Nasi 155 gram Opor ayam dan tahu Ayam = 0 gram Tahu = 86 gram Kuah = 17 gram Oseng-oseng 43 gram Jus alpukat 0 gram NASI I. Intake 155 gram (100% distribusi) II. Intake mentah (beras) 155 x 0,4 = 62 III. Nilai Gizi Nasi
Tabel 14 Asupan gizi intake dari nasi Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) Vit. A (gr) Vit. C (gr) Beras 178 2.1 0.1 40.6 5 0.5 0 0 62 71.2 0.8 0.0 16.2 2.0 0.2 0.0 0.0 OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi Ayam 0 g Tahu 555 g Bumbu 75 g Minyak 10 g Santan 617 g + 1257 g II. % Distribusi 0 : 1257 = 0 (0%) 555 : 1257 = 0,44 (44%) 75 : 1257 = 0,06 (6%) 10 : 1257 = 0,01 (1%) 617 : 1257 = 0,49 (49%) + 1 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 0% x 0 g = 0,0 g 44% x 86 g = 37,8 g 6% x 86 g = 5,2 g 1% x 86 g = 0,9 g 49% x 86 g = 42,1 g + 86 g IV. Intake mentah (EP) Daging ayam 0 x 1,6 = 0 g Tahu 37,8 x 1,3 = 49,14 g Bumbu = 5,2 g Minyak = 0,9 g Santan = 42,1 g V. Nilai Gizi Tabel 15 Asupan intake dari opor ayam dan tahu Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) Vit. A (gr) Vit. C (gr) Daging 302 18.2 25 0 14 1.5 278 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tahu 68 7.8 4.6 1.6 124 0 0 0 37,8 88.4 10.1 6.0 2.1 161.2 0.0 0.0 0.0 Minyak 902 0 100 0 0 0 8000 0 0,9 8.1 0.0 0.9 0.0 0.0 0.0 72.0 0.0 Santan 122 2 10 7.6 25 0.1 0 2 42,1 51.4 0.8 4.2 3.2 10.5 0.0 0.0 0.8
OSENG-OSENG I. Komposisi Sosis 142 g Buncis 281 g Jagung 121 g Cabe 7 g Bawang merah 35 g Bawang putih 6 g Gula 5 g Masako 9 g Minyak 5 g Garam 0,5 g + 611,5 g II. % Distribusi 142 : 611,5 = 0,23 (23%) 281 : 611,5 = 0,46 (46%) 121 : 611,5 = 0,20 (20%) 7 : 611,5 = 0,01 (1%) 35 : 611,5 = 0,06 (6%) 6 : 611,5 = 0,01 (1%) 5 : 611,5 = 0,01 (1%) 9 : 611,5 = 0,01 (1%) 5 : 611,5 = 0,01 (1%) 0,5 : 611,5 = 0 (0%) + (100%) III. % Distribusi Konsumsi 23% x 43 g = 9,89 g 46% x 43 g = 19,78 g 20% x 43 g = 8,6 g 1% x 43 g = 0,43 g 6% x 43 g = 2,58 g 1% x 43 g = 0,43 g 1% x 43 g = 0,43 g 1% x 43 g = 0,43 g 1% x 43 g = 0,43 g + 43 g IV. Intake mentah (EP) Sosis 9,89 x 1,8 = 17,8 g Buncis 19,78 x 0,9 = 17,8 g Jagung 8,6 x 0,4 = 3,44 g Cabe = 0,43 g Bawang merah = 2,58 g Bawang putih = 0,43 g Gula = 0,43 g Minyak = 0,43 g Masako = 0,43 g V. Nilai Gizi Tabel 16 Asupan gizi intake dari Oseng-oseng Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) Vit. A (gr) Vit. C (gr) Sosis 452 14.5 42.3 2.3 28 1.1 0 0 9,89 813.6 26.1 76.1 4.1 50.4 2.0 0.0 0.0 Buncis 35 2.4 0.2 7.7 6.5 1.1 95 19 19,78 31.5 2.2 0.2 6.9 5.9 1.0 85.5 17.1 Jagung 33 2.2 0.1 7.4 7 0.5 20 8 8,6 13.2 0.9 0.0 3.0 2.8 0.2 8.0 3.2 Cabe 31 1 0.3 7.3 29 0.5 71 18 0,43 0.11 0.00 0.00 0.03 0.11 0.00 0.26 0.07 Bawang merah 39 1.5 0.3 0.2 36 0.8 0 2 2,58 0.91 0.03 0.01 0.00 0.84 0.02 0.00 0.05 Bawang putih 95 4.5 0.2 23.1 42 1 0 15 0,43 0.36 0.02 0.00 0.09 0.16 0.00 0.00 0.06 Gula 364 0 0 94 5 0.1 0 0 0,43 1.57 0.00 0.00 0.40 0.02 0.00 0.00 0.00 Minyak 902 0 100 0 0 0 8000 0 0,43 3.88 0.00 0.43 0.00 0.00 0.00 34.40 0.00
4. Nilam Betarina Tabel 17 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang Menu Makan siang Individu Nasi Opor Ayam + Tahu Tumis Buncis, Jagung manis dan sosis Jus Alpukat 158 gr 135 gr 39 gr - NASI I. Intake Mentah (beras) 158 x 0,39 = 63,2 gr II. Nilai Gizi Nasi Tabel 18 Asupan intake dari nasi Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit. C (mg) Beras 63,2 178 71,2 2,1 0,84 0,1 0,04 40,6 16,24 5 2 0,5 0,2 - - - - OSENG-OSENG I. Komposisi Buncis 281 g Jagung 121 g Sosis 142 g Cabe 7 g Bawang merah 35 g Bawang putih 6 g Masako 9 g Gula 5 g Garam 0,24 g Minyak 5 g + 611,24 g II. Distribusi 281 : 606,24 = 0,396 (46 %) 121 : 606,24 = 0,20 (20 %) 142 : 606,24 = 0,23 (23 %) 7 : 606,24 = 0,01 (1 %) 35 : 606,24 = 0,06 (6 %) 6 : 606,24 = 0,01 (1 %) 9 : 606,24 = 0,01 (1 %) 5 : 606,24 = 0,01 (1 %) 0,24 : 606,24 = 0,0004 (0,04 %) 5 : 606,24 = 0,01 (1 %) + 100,04 (100 %) III. Distribusi Konsumsi 46% x 39 = 17,9 g 20 % x 39 = 7,8 g 23 % x 39 = 8,97 g 1 % x 39 = 0,39 g 6 % x 39 = 2,34 g 1 % x 39 = 0,39 g 1 % x 39 = 0,39 g 1 % x 39 = 0,39 g 0,04 % x 39 = 1,56 g 1 % x 39 = 0,39 g + 40,52 g IV. Intake Mentah (EP) Buncis = 17,9 x 1 = 17,9 g Jagung = 7,8 x 0,4= 3,12 g Sosis = 8,97x 1,8 = 16,2 g Cabe = 0,39 g Bawang merah = 2,34 g Bawang putih = 0,39 g Masako = 0,39 g Gula = 0,39 g Garam = 1,56 g Minyak = 0,39 g + 43,07 g
Tabel 19 Asupan intake dari oseng-oseng Intake Energi (Kal) Protein Lemak (g) KH (g) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit. C (mg) Hewani (g) Nabati (g) Buncis 17,9 g 35 5,6
OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi Ayam 686 g Tahu 555 g Santan 617 g Bawang merah 30 g Bawang putih 15 g Garam 5 g Kunyit 20 Ketumbar 5 g Minyak 10 g + 1943 g II. Distribusi 686 : 1943 = 0,35 (35 %) 555 : 1943 = 0,29 (29 %) 617 : 1943 = 0,32 (32 %) 30 : 1943 = 0,02 (2 %) 15 : 1943 = 0,01 (1 %) 5 : 1943 = 0,003 (0,3 %) 20 : 1943 = 0,01 (1 %) 5 : 1943 = 0,003 (0,3 %) 10 : 1943 = 0,01 (0,1 %) + 100,7 (100 %) III. Distribusi Konsumsi 35% x 135 = 47,3 g 29 % x 135 = 39,1 g 32 % x 135 = 43,2 g 2 % x 135 = 2,7 g 1 % x 135 = 1,35 g 0,3 % x 135 = 0,4 g 1 % x 135 = 1,35 g 0,3 % x 135 = 0,4 g 0,1 % x 135 = 0,135 g + 135,9 g IV. Intake Mentah (EP) Ayam = 48,6 x 1,1 = 53,5 g Tahu = 37,8 x 1,3 = 49,1 g Santan = 43,2 g Bawang merah = 2,7 g Bawang putih = 1,35 g Garam = 0,4 g Kunyit = 1,35 g Ketumbar = 0,4 g Minyak = 0,135 g + 152,1 g Tabel 20 Asupan intake dari opor ayam dan tahu Intake Energi (Kal) Protein Lemak (g) KH (g) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit. C (mg) Hewani (g) Nabati (g) Ayam 53,5 g 302 93,7 18,2 5,6
25 7,8
14 4,3 1,5 0,5 278 86,3
Tahu 49,1 g 68 33,4
7,8 3,8 4,6 2,3 1,6 0,8 124 60,9
Santan 43,2 g 122 52,7
2 0,9 10 4,3 7,6 3,3 25 10,8 0,1 0,04
2 0,9 Kunyit 1,35 g 63 0,9
2 0,03 2,7 0,04 9,1 0,1 24 0,3 3,3 0,04
1 0,01 Bawang merah 2,7 g 39 0,9
1,5 0,04 0,3 0,01 0,2 0,004 36 0,9 0,8 0,02 - - 2 0,05 Bawang putih 1,35 g 95 1,1
4,5 0,05 0,2 0,002 23,1 0,3
42 0,5
1 0,01 - - 15 0,2 Ketumbar 0,4 g - -
Garam 0,4 g - -
5,5 0,02 267 1,1 5,5 0,02
Minyak 0,135 g 870 1,2
1 0,002 1 0,002 98 0,1
5. Nur Indah F Ibrahim Tabel 21 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang Menu Makan Siang Individu Nasi 175 gram Opor ayam dan tahu 149 gram Oseng-oseng 35 gram Jus alpukat 74 gram NASI I. Intake 175 gram (100% distribusi) II. Intake mentah (beras) 175 x 0,4 = 70 III. Nilai Gizi Nasi Tabel 22 Asupan intake dari nasi Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) Vit. A (gr) Vit. C (gr) Beras 178 2.1 0.1 40.6 5 0.5 0 0 70 125 1.5 0.07 28.4 3.5 0.4 0.0 0.0 OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi Ayam 686 g Tahu 555 g Bumbu 75 g Minyak 10 g Santan 617 g + 1943 g II. % Distribusi 686 : 1943 = 0,35 (35%) 555 : 1943 = 0,29 (29%) 75 : 1943 = 0,04 (4%) 10 : 1943 = 0,01 (1%) 617 : 1943 = 0,31 (31%) + 1 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 35% x 149 g = 52,2 g 29% x 149 g = 43,2 g 4% x 149 g = 5,9 g 1% x 149 g = 1,5 g 31% x 149 g = 46,2 g + 149 g IV. Intake mentah (EP) Daging ayam 52,2 x 1,6 = 83,54 g Tahu 43,2 x 1,3 = 56,16 g Bumbu = 5,9 g Minyak = 1,5 g Santan = 46,2 g V. Nilai Gizi Tabel 23 Asupan intake dari opor ayam dan tahu Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) Vit. A (gr) Vit. C (gr) Daging 302 18.2 25 0 14 1.5 278 0 83,54 146 8,82 12,11 0 6,78 0,73 134,69 0 Tahu 68 7.8 4.6 1.6 124 0 0 0 56,16 38 4,38 2,58 0,89 69,63 0.0 0.0 0.0 Minyak 902 0 100 0 0 0 8000 0 1,5 14 0.0 1,5 0.0 0.0 0.0 120 0.0 Santan 122 2 10 7.6 25 0.1 0 2 46,2 56 0,92 4,62 3,51 11,55 0,05 0.0 0,92 OSENG-OSENG I. Komposisi Sosis 142 g Buncis 281 g Jagung 121 g Cabe 7 g Bawang merah 35 g Bawang putih 6 g Gula 5 g Masako 9 g Minyak 5 g Garam 0,5 g + 611,5 g II. % Distribusi 142 : 611,5 = 0,23 (23%) 281 : 611,5 = 0,46 (46%) 121 : 611,5 = 0,20 (20%) 7 : 611,5 = 0,01 (1%) 35 : 611,5 = 0,06 (6%) 6 : 611,5 = 0,01 (1%) 5 : 611,5 = 0,01 (1%) 9 : 611,5 = 0,01 (1%) 5 : 611,5 = 0,01 (1%) 0,5 : 611,5 = 0 (0%) + 1 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 23% x 35 g = 8,05 g 46% x 35 g = 16,1 g 20% x 35 g = 7,0 g 1% x 35 g = 0,35 g 6% x 35 g = 2,1 g 1% x 35 g = 0,35 g 1% x 35 g = 0,35 g 1% x 35 g = 0,35 g 1% x 35 g = 0,35 g + 35 g IV. Intake mentah (EP) Sosis 8,05 x 1,8 = 14,49 g Buncis 16,1 x 0,9 = 14,49 g Jagung 7 x 0,4 = 2,8 g Cabe = 0,35 g Bawang merah = 2,1 g Bawang putih = 0,35 g Gula = 0,35 g Minyak = 0,35 g Masako = 0,35 g V. Nilai Gizi Tabel 24 Asupan gizi intake dari oseng-oseng Intake Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) Vit. A (gr) Vit. C (gr) Sosis 452 14.5 42.3 2.3 28 1.1 0 0 14,49 65 2,10 6,13 0,33 4,06 0,16 0.0 0.0 Buncis 35 2.4 0.2 7.7 6.5 1.1 95 19 14,49 5 0,31 0,03 1 0,85 0,14 12,38 2,48 Jagung 33 2.2 0.1 7.4 7 0.5 20 8 2,8 1 0,06 0,002 0,21 0,19 0,014 0,56 0,22 Cabe 31 1 0.3 7.3 29 0.5 71 18 0,35 0 0,003 0,001 0,02 0,09 0,001 0,21 0,05 Bawang merah 39 1.5 0.3 0.2 36 0.8 0 2 2,1 1 0,03 0,006 0,004 0,68 0,02 0.00 0,04 Bawang putih 95 4.5 0.2 23.1 42 1 0 15 0,35 0 0,01 0,001 0,07 0,13 0,003 0.00 0,05 Gula 364 0 0 94 5 0.1 0 0 0,35 1 0.00 0.00 0,33 0,02 0,0003 0.00 0.00 Minyak 902 0 100 0 0 0 8000 0 0,35 3 0.00 0,35 0.00 0.00 0.00 28 0.00 JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat : 272 g gula : 100 g Susu Coklat : 84 g Air :1500 g + 1956 g II. % Distribusi 272 : 1956 = 0,14 (14%) 100 : 1956 = 0,05 (5 %) 84 : 1956 = 0,04 (4%) 1500 : 1956 = 0,77 (77%) + = 1 (100%) III. % Distribusi Konsumsi 14% x 74 =10,36 g 5% x 74 =3,7 g 4% x 74 = 2,96 g 77% x 74 =56,98 g + = 74 g IV. Intake mentah (EP) Alpukat = 10,36 g Gula = 3,7 g susu coklat = 2,96 g air = 56,98 g V. Nilai gizi intake jus alpukat ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 25 Asupan gizi intake dari jus alpukat No Jenis Pangan Berat (gr) Energi (gr) Protein (gr) Fe (gr) Vit.A (RE) Vit.C (mg) Ca (mg) Lemak (g) KH (g) 1 Alpukat 10,36 85 0,9 0,9 28 13 10 6,5 7,7 5 0,06 0,06 1,77 0,82 0,63 0,41 0,49 2 Gula 3,7 364 0 0,1 0 0 5 0 94 13 0 0,004 0 0 0,19 0 3,47 3 Susu coklat 2,96 336 8,2 0,2 137 1 275 7,9 55 10 0,24 0,01 4,06 0,03 8,14 0,23 1,63
6. Ai Kustiani Tabel 26 Makanan yang dikonsumsi waktu makan siang Menu Makan Siang Individu Nasi Opor ayam+tahu Oseng-oseng Jus alpukat 100 gram 117 gram 73 gram 325 gram NASI I. Intake 100 gram (100% distribusi) II. Intake mentah (beras) 100 x 0.417 = 41.7 gram III. Nilai gizi nasi Tabel 27 Asupan gizi intake dari nasi Intake
E (Kal) P (gr) L (gr) KH (gr) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit C (mg) Beras 41.7 178 74 2.1 0.9 0.1 0.04 40.6 16.9 5 2.1 0.5 0.2 0 0 0 0
OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi Daging ayam 686 g Tahu 555 g Minyak 10 g Santan cair 617 g Bawang merah 30 g Bawang putih 15 g Garam 5 g Kunyit 20 g Total 1943 g II. % Distribusi opor ayam + tahu Daging ayam 686 : 1943 = 0.35 x 117 = 41 g Tahu 555 : 1943 = 0.29 x 117 = 33.9 g Santan cair 617:1943 = 0.32 x 117 = 37.4 g Minyak 10:1943 = 0.005 x 117 = 0.59 g Bawang merah 30:1943 = 0.02x 117 = 1.8 g Bawang putih 15:1943 = 0.007x117 =0.9 g Garam 5:1943 = 0.003x117 = 0.3 Kunyit 20:1943 = 0.01x117 = 1.2 III. Intake Mentah (EP) Daging ayam 41 x 2.2 = 90.2 g Tahu 33.9 x 1.3 =44.1 g Minyak 0.59x1 = 0.59 g Santan cair 37.4x1 = 37.4 g Bawang merah 1.8x0.990 = 1.8 g Bawang putih 0.9x0.990 = 0.9 Garam 0.3x1 = o.3 Kunyit 1.2x1 = 1.2 Tabel 28 Nilai gizi intake opor ayam + tahu Intake
E (Kal) P (gr) L (gr) KH (gr) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit B (mg) Vit C (mg) Daging ayam 90.2 g 302 161 18.2 9.5 25 13 0 0 14 7.3 1.5 0.78 278 145.44 0.08 0.04 0 0 Tahu 44.1 g 68 30 7.8 3.4 4.6 2.01 1.6 0.7 124 54.7 0 0 0 0 0.06 0.03 0 0 Santan cair 5.84 g 122 7 2 0.1 10 0.6 7.6 0.4 25 1.5 0.1 0.006 0 0 0 0 2 0.1 Garam 0.3 g - - - - - - 267 80.1 - - - - - - - - - - Bawang merah 1.8 g 39 0.6 1.5 0.02 0.3 0.005 0.2 0.003 36 0.6 0.8 0.01 0 0 0 0 2 0.03 Bawang putih 95 0.8 1.5 0.01 0.2 0.002 23.1 0.18 42 0.33 1 0.008 0 0 0.1 0.0008 15 0.1 0.9 g Kunyit 1.2 g 364 2 0 0 0 0 94 0.6 5 0.03 0.1 0.0006 0 0 0 0 0 0 Minyak 0.59 g 870 5 1 0.006 1 0.006 98 0.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 OSENG-OSENG I. Komposisi (EP) Sosis = 142 g Buncis = 281 g Jagung =121 g Garam =5 g Bawang merah= 35 g Bawang putih = 6 g Gula = 5 g Minyak = 5 g Masako = 9 g Cabe = 7 g + Total = 616 g II. % Distribusi konsumsi oseng-oseng Sosis 142 : 616 = 0.23 (23%) Buncis 281 : 616 = 0.46 (46%) Jagung 121 : 616 = 0.2 (20%) Garam 5 : 616 = 0.008 (0.8%) Bawang merah35 : 616 = 0.06 (6%) Bawang putih 6 : 616 = 0.01 (1%) Gula 5 : 616 = 0.008 (0.8%) Minyak 5 : 616 = 0.008 (0.8%) Masako 9 : 616 = 0.01 (1%) Cabe 7 : 616 = 0.01 (1%) + Total = 100.00 (100%) III. Intake matang Sosis 23% x73 = 16.79 Buncis 46% x 73 = 33.58 Jagung 20% x 73 = 14.6 Garam 0.8% x 73 = 0.584 Bawang merah6% x 73 = 4.38 Bawang putih 1% x 73 = 0.73 Gula 0.8% x 73 = 0.584 Minyak 0.8% x 73 =0.584 Masako 1% x 73 = 0.73 Cabe 1% x 73 = 0.73 + Total = 73 IV. Intake mentah Sosis 16.79 x 1.3 = 21.8 Buncis 33.58 x 1 = 33.58 Jagung 14.6 x 0.4 = 5.84 Garam 0.584 x 1 = 0.584 Bawang merah4.38 x 0.990 = 4.3 Bawang putih 0.73 x 0.990 = 0.72 Gula 0.584 x 1 = 0.584 Minyak 0.584 x 1 =0.584 Masako 0.73 x 1 = 0.73 Cabe 0.73 x 1 = 0.73 Nilai gizi intake oseng-oseng Tabel 29 Asupan gizi intake dari oseng-oseng Intake
E (Kal) P (gr) L (gr) KH (gr) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit B (mg) Vit C (mg) Sosis 21.8 g 207 45 18.8 4.1 14 3.1 0 0 11 2.4 2.8 0.6 9 2 0.08 0.02 0 0 Buncis 33.58 g 35 11 2.4 0.7 0.2 0.06 7.7 2.3 6.5 1.96 1.1 0.33 95 28.7 0.08 0.02 19 5.7 Jagung 5.84 g 129 2 4.1 0.07 1.3 0.02 30.3 0.5 5 0.08 1.1 0.02 14 0.23 0.18 0.003 9 0.15 Garam 0.584 g - - - - - - 267 1.6 - - - - - - - - - - Bawang merah 4.32 g 39 1 1.5 0.05 0.3 0.01 0.2 0.007 36 1.2 0.8 0.03 0 0 0 0 2 0.07 Bawang putih 0.72 g 95 1 1.5 0.01 0.2 0.001 23.1 0.2 42 0.3 1 0.006 0 0 0.1 0.0006 15 0.1 Gula 0.584 g 364 2 0 0 0 0 94 0.6 5 0.03 0.1 0.0006 0 0 0 0 0 0 Minyak 0.584 g 870 5 1 0.006 1 0.006 98 0.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cabe 0.73 g 31 0.2 1 0.006 0.3 0.002 7.3 0.05 29 0.2 0.5 0.003 71 0.44 0.05 0.003 18 0.1 JUS ALPUKAT I. Komposisi (EP) Alpukat = 272 g Susu Kental = 84 g Gula = 100 g + Total = 456 g II. % Distribusi konsumsi Alpukat 272 : 456 = 0.60 (60%) Susu Kental 84 : 456 = 0.18 (18%) Gula 100 : 456 = 0.22 (22%) Total = 100.00 (100%) III. Intake matang Alpukat 60% x325 = 195 Susu Kental 18% x 325 = 58.5 Gula 22% x 325 = 71.5 + Total = 325 IV. Intake mentah Alpukat 195 Susu Kental 58.5 Gula 71.5 Tabel 30 Asupan gizi intake dari jus alpukat Intake
E (Kal) P (gr) L (gr) KH (gr) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (RE) Vit B (mg) Vit C (mg) Alpukat 195 g 85 101 0.9 1.1 6.5 7.7 7.7 9.2 10 11.9 0.9 1.1 28 33.3 0.05 0.06 13 15.5 Susu Kental 58.5 g 336 197 8.2 4.8 10 5.9 55 32 275 160.9 0.2 0.1 175 102.4 0.05 0.03 1 0.6 Gula 71.5 g 364 260 0 0 0 0 94 67.2 5 3.6 0.1 0.07 0 0 0 0 0 0
7. Debby Intake nasi 168 gr (100% distribusi) Intake mentah (beras) 168 x 0,417 = 70,06 Tabel 31 Intake dari nasi Intake Energi protein lemak KH Ca Fe Vit A Vit C Beras 360.0 6.8 0.7 78.9 6.0 0.80 0.0 0.0 70.06 252 4.76 0.49 55.28 4.20 0.56 0.00 0.00 OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi Ayam 686 Tahu 555 Bawang merah 30 Bawang putih 15 Kunyit 20 Ketumbar 5 Garam 5 Santan cair 717 Minyak 10 + Total 2043 II. % Distribusi Ayam 33% Tahu 27% Bawang merah 1% Bawang putih 1% Kunyit 1% Ketumbar 0,5% Garam 0,5% Santan cair 35% Minyak 1% + 100% III. % Distribusi konsumsi Ayam 33% x 132 = 43,56 Tahu 27% x 132 = 35,64 Bawang merah 1% x 132 = 1,32 Bawang putih 1% x 132 = 1,32 Kunyit 1% x 132 = 1,32 Ketumbar 0,5% x 132 = 0,66 Garam 0,5% x 132 = 0,66 Santan cair 35% x 132 = 46,2 Minyak 1% x 132 = 1,32 + 132 IV. Intake mentah Ayam 1,3 x 43,56 = 56,63 Tahu 1,3 x 35,64 = 46,33 Bawang merah = 1,32 Bawang putih = 1,32 Kunyit = 1,32 Ketumbar = 0,66 Garam = 0,66 Santan cair = 46,2 Minyak = 1,32 Tabel 32 Asupan gizi dari intake opor ayam dan tahu Intake Energi protein lemak KH Ca Fe Vit A Vit C Ayam 364.0 0.0 0.0 94.0 5.0 0.10 0.0 0.0 56.63 206 0.00 0.00 53.23 2.83 0.06 0.00 0.00 Tahu 302.0 18.2 25.0 0.0 14.0 1.50 78.0 0.0 46.33 81 4.89 6.72 0.00 3.76 0.40 20.96 0.00 bawang merah 39.0 1.5 0.3 0.2 36.0 0.80 0.0 2.0 1.32 0 0.02 0.00 0.00 0.43 0.01 0.00 0.32 bawang putih 95.0 4.5 0.2 23.1 42.0 1.00 0.0 15.0 1.32 1 0.05 0.00 0.27 0.49 0.01 0.00 0.17 Kunyit 63.0 2.0 2.7 9.1 24.0 3.30 0.0 1.0 1.32 1 0.02 0.03 0.09 0.25 0.03 0.00 0.01 Ketumbar 404.0 14.1 16.1 54.2 630.0 17.90 196.0 0.0 0.66 3 0.09 0.11 0.36 4.16 0.12 1.29 0.00 Garam 0 0 0 5.5 267 5.7 0 0 0.66 0 0.00 0.00 0.04 1.76 0.04 0.00 0.00 santan cair 122.0 2.0 10.0 7.6 25.0 0.10 0.0 2.0 46.2 56 0.92 4.62 3.51 11.55 0.05 0.00 0.92 Minyak 902.0 0.0 100.0 0.0 0.0 0.00 8000.0 0.0 1.32 12 0.00 1.32 0.00 0.00 0.00 105.60 0.00
OSENG-OSENG I. Komposisi Buncis 142 Sosis 281 Jagung muda 121 Cabe 7 Bawang merah 35 Bawang putih 6 Gula 5 Garam 1,4 Minyak 5 + Total 603,4 II. % Distribusi Buncis 23% Sosis 46% Jagung muda 20% Cabe 1% Bawang merah 5% Bawang putih 1% Gula 1% Garam 2% Minyak 1% + 100% III. % Distribusi konsumsi Buncis 23% x 60 = 13,8 Sosis 46% x 60 = 27,6 Jagung muda 20% x 60 = 12 Cabe 1% x 60 = 0,6 Bawang merah 5% x 60 = 3 Bawang putih 1% x 60 = 0,6 Gula 1% x 60 = 0,6 Garam 2% x 60 = 1,2 Minyak 1% x 60 = 0,6 + 60 IV. Intake mentah Buncis 1,8 x 13,8 = 24,84 Sosis 1 x 27,6 = 27,6 Jagung muda 0,4 x 12 = 4,8 Cabe = 0,6 Bawang merah = 3 Bawang putih = 0,6 Gula = 0,6 Garam = 1,2 Minyak = 0,6
Tabel 33 Asupan gizi dari intake oseng-oseng Intake Energi protein lemak KH Ca Fe Vit A Vit C buncis 30.0 2.2 0.2 6.4 107.0 0.50 54.0 8.0 27.6 8 0.61 0.06 1.77 29.53 0.14 14.90 2.21 sosis 452.0 14.5 42.3 2.3 28.0 1.10 0.0 0.0 24.84 112 3.60 10.51 0.57 6.96 0.27 0.00 0.00 jagung muda 33.0 2.2 0.1 7.4 7.0 0.50 30.0 8.0 4.8 2 0.11 0.00 0.36 0.34 0.02 1.44 0.38 cabe 23.0 0.7 0.3 5.2 14.0 0.40 39.0 84.0 0.6 0 0.00 0.00 0.03 0.07 0.00 0.19 0.41 bawang merah 90 39.0 1.5 0.3 0.2 36.0 0.80 0.0 3 1 0.04 0.01 0.01 0.97 0.02 0.00 0.05 bawang putih 95.0 4.5 0.2 23.1 42.0 1.00 0.0 15.0 0.6 1 0.02 0.00 0.12 0.22 0.01 0.00 0.08 gula 364.0 0.0 0.0 94.0 5.0 0.10 0.0 0.0 0.6 2 0.00 0.00 0.56 0.03 0.00 0.00 0.00 garam 0 0 0 5.5 267 5.7 0 0 1.2 0 0.00 0.00 0.07 3.20 0.07 0.00 0.00 minyak 902.0 0.0 100.0 0.0 0.0 0.00 8000.0 0.0 0.6 5 0.00 0.60 0.00 0.00 0.00 48.00 0.00 JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat 600 Gula pasir 90 Susu kental manis 84 Air 1500 + Total 2274 II. % Distribusi Alpukat 26% Gula pasir 4% Susu kental manis 4% Air 66% + Total 100% III. % Distribusi konsumsi Alpukat 26% x 325 = 84,5 Gula pasir 4% x 325 = 13 Susu kental manis 4% x 325 = 13 Air 66% x 325 =214,5 + Total 325 IV. Intake mentah Alpukat = 84,5 Gula pasir = 13 Susu kental manis = 13 Air =214,5 Tabel 34 Asupan gizi dari intake jus alpukat Intake Energi protein lemak KH Ca Fe Vit A Vit C alpukat 85.0 0.9 6.5 7.7 10.0 0.90 28.0 13 195 2.07 14.94 17.70 22.98 2.07 64.36 29.88 gula pasir 364.0 0.0 0.0 94.0 5.0 0.10 0.0 0.0 47 0.00 0.00 12.22 0.65 0.01 0.00 0.00 susu kental manis 336.0 8.2 10.0 55.0 275.0 0.20 175.0 1.0 44 1.07 1.30 7.15 35.75 0.03 22.75 0.13 air 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 0.0