You are on page 1of 10

PEMERIKSAAN

ASTRUP/ANALISA GAS DARAH




*
*
*
*
*
*
*
*
*
*




EFY AFIFAH, M.Kes
DKKD FIK UI


Pendahuluan

Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam paru.
Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas
darah (AGD) dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam
darah arteri dan mengukur pH-nya.

Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat
metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbnat yang disebabkan gangguan
metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahn tekanan parsial CO2 yang
disebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH
darah. pH darah akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer)
atau jika HCO3- /asidosis metabolik primer, pH darah akan naik /alkalosis jika PaCO2
/alkalosis respiratorik primer atau jika HCO3- /alkalosis metabolik primer.

Asidosis ada dua macam, yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, juga alkalosis ada dua
macam yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut
berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan jika kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam
dan telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH

Keseimbangan asam basa

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairn tubuh
lainnya Satuan derajat keasaman adalah pH, pH 7,0 adalah netral, pH> 7,0 adalah
basa/alkali dan pH dibawah 7,0adalah asam. Suatu asam kuat memmiliki pH yang sangat
rendah(hampir 1,0), sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas
14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan
secara seksama krena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang
serius terhadap beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang
dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2
(suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika
lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak CO2 dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan CO2
CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus
yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru
CO2 tsb dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak mengatur jumlah
CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Jika pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernapasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernapasan, maka pusat pernapasan dadn paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tsb, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis dan alkalosis

Asidosis adalah suatu keadaan dimana darh terlalu banyak mengandung asam atau
terlalu sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya pH darah
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya
pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan
petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolic dan respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolic dan alkalosis
metabolic disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam dan basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernapasan.

Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah, sehingga fungsi sel dan
enzim tubuh memburuk, kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.Alkalosis
akan menurunkan konsentrasi K dalam darah, sehingga afinitas HB-O2
meningkat. Akibatnya pelepasan O2 ke jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia
Kenaikan pCO2 akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi
pembuluh darah. Bila hal ini terjadi di otak maka aliran darah ke otak akan
meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial. Penurunan pCO2
(<25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga
aliran darah ke jaringan turun. Bila hal ini terjadi di otak maka akan terjadi
hipoksemia otak







Pemeriksaan ASTRUP/Analisa Gas Darah

Pengertian:
Astrup adalah suatu pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri

Tujuan:
- untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
- untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
- untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh

Lokasi pengambilan:
- arteri radialis
- arteri brakhialis
- arteri femoralis

Alat-alat:
- Disposibel 2,5 cc
- Perlak/alas
- Heparin
- Kapas alcohol
- Bak spuit
- Bengkok
- Penutup udara dari karet
- Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
- Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi: nama, tanggal dan
waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa

Perhatian khusus agar pemeriksaan akurat:
- pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan posisi
berbaring (bila dalam keadaan takut/gelisah akan menyebabkan hiperventilasi)
- pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen pada pasien
yang sedang pemberian terapi oksigen dan cantumkan kadar oksigen yang
diberikan
- akibat pengambilan darah hati-hati bila ada perdarahan dan hematoma akibat
pengambilan darah terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi
antikoagulan
- Jika AGD dilakukan pada hari bersamaan dengan rencana pemeriksaan
spirometri, darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri dilakukan (
bertujuan untuk menentukan diagnosa gagal napas)
- Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada formulir
permohonan pemeriksaan yang meliputi: nama, tanggal dan waktu, apakah
menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa.


Tehnik pengambilan darah:
- arteri radialis umumnya dapat dipakai meskipun arteri brakhialis juga dapat
digunakan
- bila menggunakan pendekatan arteri radialis, sebaiknya dilakukan uji Allen/tes
Allens (untuk pemeriksaan sistem kolateral pembuluh darah/areteri radialis)
Uji Allen:
- Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan kencang
- Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris
- Pasien diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat,
kemudian biarkan telapak tangan terbuka
- Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan
akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi
pembuluh kapiler tangan.
- Perhatian: bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen
negative, arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri.

Modifikasi uji Allen:
- Pemeriksa berhadapan dengan pasien, menggunakan kedua tangan untuk meraba
denyut arteri radialis dan ulnaris

Cara kerja:
- beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah
- pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
- usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan tapak tangan menghadap ke
atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar jaringan lunak terfiksasi oleh
ligament dan tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan
bantal kecil
- jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit
pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak
dan kedalaman pembuluh darah
- 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin
dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan
sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dn tidak ada gelembung udara
- pastikan denyutan /pulsasi dari arteri terbesar kemudian dengan memakai tangan
kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan
- lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut dengan kapas
alcohol
- setelah melakukan tindakan asepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada
daerah distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri. Jarum ditusukkan
membentuk sudut 30 dengan permukaan lengan dengan posisi lubang
jarum/bevel menghadap ke atas
- jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong
oleh tekanan darah.
- Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan (jangan terlalu cepat
karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah
arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatan sendiri
Ciri-ciri darah arteri: teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah
lebih terang dan darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit
- Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut jarum
dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama
5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk
pasien yang mendapat antikoagulan)
- Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan tempatkan
penutup udara pada spuit, putar spuit diantara telapak tangan untuk
mencampurkan heparin
- Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es/termos berisi air es
dan es batu (semprit dibungkus plastic agar air tidak masuk ke dalam semprit,
keadaan dingin (4 C) bertujuan memperkecil terjadinya perubahan
biokimiawi/proses metabolisme yang akan meningkatkan CO 2 kemudian
langsung dibawa ke laboratorium

Pengambilan darah arteri brakhialis:
- arteri brakhialis letaknya lebih dalam dari arteri radialis yaitu di fossa antecubiti.
Pengambilan dari arteri brakhialis harus dilakukan dengan memperhatikan letak
syaraf, jangan sampai mencederai nervus medianus yang letaknya berdampingan
dengan arteri brakhialis.
- Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku di hiperekstensikan
setelah meletakkan handuk di bawah siku
- Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
- Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
- Tusukkan jarum dengan sudut 45 dan lubang jarum menghadap ke atas, 5-10 mm
distal dari jari pemeriksa yang menekan pembuluh darah
- Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau lebih hingga
perdarahan terhenti

Nilai hasil astrup yang normal dan interpretasi

Range Interpretasi

pH 7,35-7,45 pH/ H mrnunjukkan jika pasien academic (pH< 7,35; H >45 atau
alkalemic (pH>7,45: H <35)

H 35-45
nmol/l
(nM)

See above
PO2 9,3- 13,3
kPa
(80-100)
mmHg
O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas secara tepat
(hipoksemia), PO2 < 60 mmHg suplemen oksigen harus
diberikan, PO2 <26 mmHg pasien berisiko akan kematian dan
harus diberikan oksigen dengan segera

PCO2 4,7-6.0
kPa
CO2 & P CO2 menunjukkan masalah pernapasan. Unmtuk
kecepatan metabolic yang konstan PCO2 ditentukan oleh ventilasi
(35-45)
mmHg
secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis respiratorik
menunjukkan underventilation, PCO2 yang rendah/alkalosis
respiratorik menunjukkan hiper/overventilasi
Tingkat PCO2 dapat menjadi ABN saat system respirasi bekerja
untuk mengkompensasi masalah metabolik untuk menormalkan pH
darah.
PCO2 yang meningkat diinginkan pada beberapa perubahan yang
berhubungan dengan kegagalan pernapasan yang dikenal sebagai
hipercapnia permissive

HCO3 22-26
mmol/l
Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah metabolic
/ketoasidosis, HCO# yang rendah menunjukkan metabolic asidosis,
HCO# yang tinggi menunjukkan metabolic alkalosis, tingakat
HCO3 dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja untuk
mengkompensasi masalah pernpasan dengan tujuan menormalkan
pH darah

Base
Excess
-3 to +3
mmol/l
BE digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari
perubahan asam dan basa dan menunjukkan apakah pasien
mempunyai asidosis metabolik/alkalosis metabolik
BEmenunjukkan junlah asam yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pH darah individu ke interval pH (7,35-7,45)
dengan jumlah CO2 pada nilai standar
BE > +3 menunjukkan pasien mempunyai darah yang
memerlukan peningkatan jumlah asam secara ABN untuk
mengembalikan pH ke netral (menunjukkan Alkalosis) atau
mengindikasikan pasien dengan asidosis metabolic/ primer atau
sekunder terhdap alkalosis respiratorik
BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, misal
kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk
mengembalikan pH kembali ke normal (pasien dengan metabolic
asidosis/ primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratoris)


Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevalusai nilai gas darah arteri sbb:

1 Evaluasi pH, pH <7, 35 asidosis
pH > 7, 45 alkalosis
pH = 7,4 normal
pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar normal atau pH yang
normal ini mungkin suatu indikasi ketidakseimbangan yang terkompensasi.
Ketidakseimbangn yang terkompensasi adalah suatu ketidakseimbang dimana tubuh
sudah mampu memperbaiki pH baik dengan perubahan respiratorik maupun metabolic
(tergantung pada masalah utama).

Contoh:
- Pasien dengan asidosis metabolic primer dimulai dengan kadar bikarbonat /HCO3 yang
rendah tapi dengan kadar CO2 yang normal .
Segera sesudah itu paru-paru mencoba mengkompensasi ketidakseimbangan dengan
mengeluarkan sejumlah besar CO2 /hiperventilasi

- Pasien dengan Asidosis respiratorik primer mulai dengan kadar CO2 yang tinggi
, segera sesudah itu ginjal mencoba mengkompensasi dengan mempertahankan
bikarbonat . Jika maneuver kompensasi mampu mengembalikan rasio bikarbonat
terhadap asam karbonat kembali menjadi 20:1kompensasi sempurna dan karenanya
pH normal akan tercapai

2. Menentukan penyebab primer gangguan dengan mengevaluasi PaCO2 dan HCO3
dalam hubungannya dengan pH

pH>7,4 alkalosis
a. jika PaCO2<40 mmHg gangguan primer adalah alkalosis respiratorik (situasi ini
timbul jika pasien mengalami hiperventilasidan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
ingat kembali bahwa CO2 terlarut dalam air menjadi asam karbonik, bagian asam dari
sistem buffer asam karbonik-bikarbonat)
b. jika HCO3 >24 mEq/L gangguan primer adalah alkalosis metabolic (situasi ini
timbul jika tubuh memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali,
bikarbonat adalah basa, atau bagian alkali dari system buffer asam karbonik bikarbonat)


pH< 7,4 asidosis
a. jika PaCO2>40 mmHggangguan utama adalah asidosis respiratorik (situasi ini
timbul jik pasien mengalami hipoventilasi dan karenanya menahan terlalu banyak
CO2, suatu substansi asam)
b. jika HCo3 <24 mEq/L gangguan primer adalah asidosis metabolic (situasi ini
timbul jika kadar bikarbonat tubuh turun, baik karena kehilangan langsung
bikarbonat atau karena penambahan asam seperti asam laktat atau keton)


3. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi
Hal ini dengan melihat nilai selain ganggguan primer. Jika nilai ini bergerak kea rah yang
sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan. Contoh:
pH PaCO2 HCO3
1. 7,20 60 mmHg 24 mEq/L
2. 7,40 60 mmHg 37 mEq/L

Analisa no 1. pH =7,20 turun PaCO2 =60 meningkat HCO3= 24 normal
(Menunjukkan asidosis respiratorik akut tanpa kompensasi)

Analisa no2 pH= 7,40normal Pa CO2=60 meningkat HCO3=37meningkat
(menunjukkan asidosis respiratorik kronis, kompensasi sudah terjadi dimana HCO3
meningkat ke kadar yang sesuai untuk menyeimbangkan PaCO2 yang tinggi dan
menghasilkan suatu pH yang normal).


Contoh lain:
1.pH =7,28
PaCO2= 28,8
HCO3= 11 mEq/L
BE=-3
Analisa: pH= 7,28turun /asidosis PaCO2= 28,8turun/alkalosis respiratorik
HCO3=11 turun/asidosis metabolic BE=-3/asidosis metabolic
(karena nilai HCO3 mengindikasikan adanya asidosis/mengikuti penyimpangan yang
terbesar dari nilai normal, maka proses gangguan primernya adalah asidosis metabolic
dan proses kompensasinya alkalosis respiratorik.

Perhatian:nilai penyimpangan yang mengikuti penyimpangan nilai normal pH dan
mempunyai nilai penyimpangan terbesar dari nilai normal merupakan identifikasi
ganguan primer

Evaluasi oksigenasi
- status oksigenasi pasien dikaji dengan melihat nilai PaO2 dan SaO2
- normal PaO2=80-100 mmHg
- normal SaO2= >95%(menunjukkan O2 jaringan adekuat
- jika PaO2 turun <60 mmHg dan SaO2 turun hipoksia





















Kepustakaan:

Analisis gas darah dan manajemen asam basa, diakses dari http://
hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan manajemen-asam-basa.html

Base excess, diakses dari wikipedia, the free encyclopedia

Brunner & Suddarth (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah( terjemahan) .
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Djojodibroto, D. (2009). Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC

Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam basa.(2008). Jakarta: Balai penerbit
FKUI

Keseimbangan asam basa.,diakses dari http://www.indonesiaindonesia.com/f/11140-
keseimbangan-asam-basa

You might also like