You are on page 1of 36

EMERGENCY NURSING

TRAUMA ABDOMEN
















Oleh
Kelompok 3
1. Nurhayat Ahmadsyah Putra 12507020911001
2. Raudatul Inayah 12507020911004
3. Agung Prasetyo 12507020911011
4. Edy Prasetya 12507020911017
5. Yessy Kornitasari 12507020911036



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena dengan bimbingan dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Trauma Abdomen. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Emergency Nursing.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
kali ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ns. M. Fathony, MNS sebagai pembimbing yang telah membimbing
penulisan makalah ini hingga terselesaikan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah Trauma
Abdomen ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun
tulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran sehingga kami dapat berbenah diri dan dapat
memberikan yang terbaik.


Malang, September 2013

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
2.1 Difinisi ..................................................................................... 4
2.2 Etiologi ..................................................................................... 5
2.3 Pathofisiologi ........................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis .................................................................... 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 7
2.6 Penanganan Pre dan In-hospital ............................................... 11
2.7 Asuhan Keperawatan ............................................................... 15
2.8 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 16
BAB 3 TINJAUAN KASUS ....................................................................... 19
BAB 4 PENUTUP ...................................................................................... 30
4.1. Kesimpulan .............................................................................. 30
4.2. Saran ........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA


iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja
baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam
penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk
masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan
menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut. Penderita gawat darurat
adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada
dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu
pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian
maupun kecacatan (PPGD Basic 2, 2009)
Klasifikasi pertolongan korban harus termasuk dalam kasus
gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal. Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan
segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya
gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara
anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-
organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus
kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan
saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna
bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi
korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian (PPGD Basic 2,
2009)
Kematian karena trauma akibat kecelakaan di jalan raya 75%
disebabkan oleh trauma abdomen. Sedangkan penyebab lainnya adalah
terjatuh dari tempat ketinggian, penganiayaan karena senjata tajam atau
peluru, dan kecelakaan olah raga. Oleh karena hal tersebut di atas akan
menyebabkan kerusakan dan robekan pada organ-organ dalam abdomen
yang menyebabkan kematian. Trauma abdomen akan ditemukan pada
25% penderita multi trauma, seringkali pada trauma abdomen
penentuan diagnostik sering terlambat. Adanya trauma abdomen yang
tidak terdeteksi sering kali menyebabkan kematian yang sebanarnya hal
tersebut dapat dicegah (Tim YAGD 118, 2011).
Oleh karena itu kita perlu memahami informasi pengetahuan
dan pemahaman yang cukup dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan
pada system pencernaan secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal
tersebut dapat kita hindari.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan penatalaksanaan trauma abdomen?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan penatalaksanaan trauma abdomen.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi konsep trauma abdomen
2. Mengidentifikasi penatalaksanaan trauma abdomen
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Memberikan tambahan pengetahuan sebagai bekal dalam
mengaplikasikan teori dalam praktek nyata saat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kegawatdaruratan trauma abdomen.



1.4.2 Bagi Pasien dan Keluarga
Mendapatkan layanan kesehatan terutama pelayanan
keperawatan yang berkwalitas sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas akibat trauma abdomen
1.4.3 Profesi Lain
Meningkatkan kepercayaan dalam penanganan pasien dengan
kasus trauma abdomen secara bersama-sama.
















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Trauma Abdomen
Trauma adalah cedera pada tubuh akibat pemajanan akut tubuh
ke suatu bentuk energy atau akibat ketiadaan suatu bahan essensial
misalnya oksigen dan panas (Gruendemann,2006). Trauma abdomen
didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk.

2.2 Klasifikasi Trauma Abdomen
Berdasarkan tempat terjadinya cedera pada trauma abdomen,
bagian yang harus diwaspadai yaitu:
A. Organ intra abdomen
Ada yang terdapat dalam rongga peritoneum serta
ekstraperitonial yang terdapat pada intra peritoneal adalah
Hepar, Lien, Gaster,usus halus dan sebagian kolon.
B. Organ ekstra peritoneal
Terdidi dari ginjal, ureter, pancreas, duodenum,sebagian besar
kolon asendendann desenden (terutama rectum) , vesika urinaria
serta uterus.
Hepar dan lien merupakan organ padat yang tidak mempunyai
lumen sehingga trauma pada kedua organ ini akan mendesak kedalam
rongga peritoneum. Keadaan ini dikenal sebagai hemoperitonium.
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
A. Trauma tajam/penetrasi
1. Luka tembak
2. Luka tusuk
B. Trauma tumpul/non-penetrasi
1. Kompresi
2. Hancur akibat kecelakaan
3. Sabuk pengaman
4. Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ. Beberapa gambaran akibat trauma abdomen diantaranya
penurunan bising usus, hingga tidak adanya bising usus, distensi
abdomen, nyeri tekan, kekakuan otot abdomen atau nyeri lepas,
hipotensi hingga shok dan sepsis.

2.3 Etiologi
Menurut (Tim YAGD 118 2011) Trauma abdomen bisa
disebabkan karena trauma tajam dan trauma tumpul, trauma tajam
sering disebabkan oleh luka tikam luka bacok atau luka tembak. Pada
kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak
terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh
klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen.
Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka
tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ
internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang
merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau
sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan
benda tajam atau luka tembak.

2.4 Biomekanika
Jika terjadi trauma tajam/penetrasi atau tumpul/non-penetrasi
kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien
akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung
sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi,
tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma
abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis
umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-
tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil
hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan
bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan. Pada
trauma abdomen, dapat terjadi akibat kecelakaan yang menenai
kendaraan bermotor serta pejalan kaki, tindak kekerasan seperti
penyerangan dan kecelakaan terjatuh. Cedera tumpul abdomen terjadi
akibat energi mekanis yang meliputi gaya eksternal (percepata serta
deselarasi) dan gaya internal (penekanan serta penarikan), aorta
merupakan contoh yang baik. Deselerasi (gaya eksternal) membuat
struktur yang anatomi yang terfikasi, seperti aorta torakalis desendens,
rentan terhadap cedera, dan tekanan yang merobek (gaya internal) akan
mengakibatkan ruptur aorta.
Sedangkan pada trauma tembus dapat terjadi akibat tusukan,
luka tembak, atau lontaran benda tajam. Pada kasus luka tusuk,
cedera tersebut berkaitan dengan panjang alat yang digunakan untuk
menusuk, sudut tempat masuknya dan ketika kekuatan atau gaya
tusukan tersebut bekerja. Kerusakan jaringan yang terjadi karena
peluru berkaitan dengan masa serta bentuknya, velositas peluru
fragmentasi dan jaringan yang tergeser. Sebanyak 96%-98% luka
tembak yang menembus abdomen akibatkan cedera intraabdomen
yang signifikan (oman 2008).

2.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma
abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda
ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan
oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

2.6 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan diagnostik
1. Radiologi
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan
preforasi abdomen. Paling tidak diambil 2 radiografi, meliputi
radiografi abdomen posisi supine dan foto dada posisi erect atau left
lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang sedikit
dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi
tersebut selama 5-10 menit sebelum foto diambil.
Pada foto polos abdomen atau foto dada posisi tegak, terdapat
gambaran udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit
(semilunar shadow) diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma
kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di
anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen
antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Pada
posisi lateral dekubitus kanan, tampak triangular sign seperti segitiga
(triangular) yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi
miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-
ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi
abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang
meliputi falciform ligament sign dan Rigler`s sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri dimana
udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hati dan
permukaan peritoneum dan dapat digunakan untuk setiap pasien yang
sangat sakit.
Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi
pneumoperitoneum kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar
yang berkaitan dengan lebih dari 1000 ml udara bebas. Gambaran
pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:
1) Football sign, yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara
di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak
membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen
falsiformis sehingga memberi jejak seperti bola sepak.
2) Gas-relief sign, Rigler sign, dan double wall sign yang
memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara
di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.
3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya
tidak terlihat pada foto polos abdomen. Urachus memiliki
opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak intraabdomen
lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak
melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah
bagian bawah abdomen yang berjalam dari kubah vesika urinaria
ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada
apeks.
4) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah
epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah
pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.
5) Telltale triangle sign menggambarkan daerah segitiga udara
diantara 2 lingkaran usus dengan dinding abdomen.
6) Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal
(melalui prosesus vaginalis yang paten).
7) Udara di dalam sakus lesser dapat terlihat, terutama jika perforasi
dinding posterior abdomen.
8) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum
sigmoid dapat terjadi yang berkaitan dengan tanda
pneumoperitoneum
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30%
yang lebih disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik
yang tidak adekuat. Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama
pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen. Udara
sesedikit 1 ml dapat dideteksi dengan foto polos, baik foto torak posisi
berdiri atau foto abdomen posisi left lateral decubitus.
Pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami perforasi
tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Diagnosis
banding biasanya meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi
ulkus. Sebagai tambahan pemeriksaan, sekitar 50 ml kontras terlarut air
diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi
berbaring miring ke kanan.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada
hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara
bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital, (urinalysis untuk deteksi adanya hematuri
dengan mikroskopik dan gros) yang merupakan indikasi adanya injury
pada ginjal).
5. IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus
dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini
hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
Patah tulang pelvis
. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai
berikut :
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
8. X Ray study, AP Chest dan Pelvic.
9. Uretrogram, cystogram (kontras).
B. Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.

2.6 PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL
A. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi.
Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.
1. Airway (A)
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala
dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
2. Breathing (B)
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3. Circulation (C)
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP
adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
a. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Segera kirim kerumah sakit jika terjadi nyeri tekan di daerah
abdomen, nyeri lepas, kekakuan otot abdomen, distensi,
penurunan bising usus, hipotensi hingga penurunan kesadaran.
b. Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau
bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekan.
7. Kirim ke rumah sakit.
B. Hospital
1. Trauma tajam/penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya
secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini
sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi
Ini dilakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada :
fraktur pelvis
trauma non-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah
diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolo
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).
d. Bila terjadi trauma pelvic hal itu tidak dioperasi tetapi fiksasi
ekternal untuk menstabilkan fraktur dilakukan di kamar operasi.








PATHWAY
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi/tajam & Non-Penetrasi/tumpul.

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom) Resiko infeksi

Menekan saraf peritonium Nyeri

Terjadi perdarahan jar.lunak dalam rongga abdomen

Hipotensi,HR&RR,crt>3, suhu Motilitas usus menurun

Syok hipovolemik Distendet/ Nyeri

Gangguan vol.cairan Disfungsi usus/aliran isi usus
terganggu
dan eloktrolit < kbthn tubuh
Refluks usus output cairan
berlebih/muntah

Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik
Gangguan mobilitas fisik



2.7 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar, adalah :
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola
napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas termasuk air way breething.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
3. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.

Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.

Tujuan : Nyeri teratasi
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien.
2. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan
perhatian
4. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
2. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi
resiko infeksi.
3. Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.
4. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar

Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan
yang berhasil pada waktu lalu
R/ koping yang baik akan mengurangi ansietasi
2. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut dan berikan penangana
R/ mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi
masalah dan untuk memberikan penjelasan kepada klien.
3. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit
R/ apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan, klien mengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam
menghadapi situasi
5. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/ memotifasi klien

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan kien
3. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/ melatih otot-otot klien
4. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tn P usia 24 tahun. 30 menit yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika
sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda
motor klien menabrak pohon. Klien terjatuh dengan posisi dada dan perut
kanan membentur stang motor sehingga bagian perut klien mengalami luka
tusuk dikuadran kanan bawah dan mengalami perdarahan yang aktif.
Kemudian klien dilarikan ke IGD Rumah Sakit Saeful Anwar oleh orang yang
ada pada saat kejadian. Klien kemudian mendapatkan penanganan segera
oleh tim emergency RSSA.
Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Umur : 24 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jln.merjosari gang selamat No 13 Malang.
Tangga&Jam Pengkajian : 3 oktober 2013 Jam 12.00 WIB.

2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun
Alamat : Sumbersari Malang.
Hubungan dengan klien : Teman.

3. Riwayat Penyakit
1. Kesadaran/KU : Apatis /Lemah
2. GCS : E
2
V
2
M
5

3. Penggolongan triage : P1 (Emergency), RR : 28x/mnt, S: 36,6 C



4. Primary Survei
a. Keluhan klien saat ini : Klien mengerang kesakitan karena terdapat
luka tusuk pada perut bagian kanan bawah dan mengalami
perdarahan aktif.
b. Sumber informasi : Ibu Klien dan Observasi perawat.
c. Airway : Tidak terdapat sumbatan jalan napas
d. Breathing : tidak terdapat Terdapat suara tambahan,
pergerakan dinding dada simetris, lobus kiri kanan vesikuler, RR : 26
x/mnt, tidak terdapat pebesaran vena jugularis
e. Circulation : TD : 90/60 mmhg, S : 36,6 C, CRT> 3 dtK,
membrane mukosa bibir kering, akral teraba dingin.
f. Disabiliti : kesadaran apatis, GCS : E
2
V
2
M
5


5. Secondary survey
a. Tanda-tanda vital
- TD : 90/60mmhg
- N : 90 x/mnt
- RR : 26 x/mnt
- S : 36,6
0
C
b. Saign and Simptom
- Alergi : Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki alergi baik terhadap
alergi makanan maupun obat-obatan
- Medication : Ibu klien mengatakan klien tidak mendapatkan
pengobatan selama 6 bulan terakhir.
- Past of illness: Ibu klien mengatakan klien tidak pernah menderita
penyakit yang serius selama 1 tahun terakhir.
- Last meal : Ibu klien mengatakan sebelum berangkat kerja klien
tidak sempat untuk sarapan, terkahir klien makan pada pukul 20.00
WIB malem tadi.
- Event : klien mengalami luka tusuk pada perut bagian bawah
saat mengendari sepeda motor.





a. Pemeriksaan fisik
ORGAN INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUKULTASI
Kepala
Bentuk kepala
normal(normosepali)
Penyebaran rambut
merata,
- Tidak ada
nyeri tekan
- Tidak ada
lesi

Mata
Letak simetris, ada
pembekakan,
konjungtiva anemis,
pupil ishokor,sclera
putih
Ada edema
Hidung
Letak simetris, tidak
terdapat polip,ada
secret.
Tidak terdapat
edema, tidak
terdapat masa

Telinga
Simetris, dan sejajar
dengan mata, tidak
ada serumen
Tidak ada
nyeri tekan

Mulut
Mukosa bibir kering,
gigi 2 tanggal akibat
terbentur ketika
kecelakaan .
Tidak terdapat
edema dan
masa.

Leher
Letak simetris, tidak
ada pembesaran
vena jugularis, tidak
ada pembesaran
tiroid, dan kelenjar
limfe, tidak ada lesi
Tidak ada
edema, tidak
ada masa

Dada
Simetris, kulit
tampak kotor,
terdapat lesi pada
dada
Pergerakan
dinding dada
simetris
Terdengar
suara vesikuler
di lobus kiri
dan kanan
Abdomen

- Simetris, terdapat
luka tusuk pada
Terdapat nyeri
tekan,
Bising usus 4
X/menit








Ekstermitas atas
perut kuadran
bawah,terdapat
perdarahan
sekitar 300cc,
terdapat memar,
terlihat kotor,
adanya
pembengkakan.
- Warna kulit sama
dengan kulit
sekitar

- Tangan tampak
kotor.
- Terdapat lesi ,
- Turgor kulit baik,

Ekstermitas
bawah
- Terdapat udem
- Terdapat lesi dan
tampak kotor.
- Ekstermitas
teraba dingin















b. Analisa Data
NO SIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. DO: Simetris, terdapat luka
tusuk pada perut kuadran
bawah,terdapat perdarahan
sekitar 300cc, terdapat
memar, terlihat kotor,
adanya pembengkakan.

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi/tajam & Non-
Penetrasi/tumpul.

Terjadi perforasi lapisan
abdomen

(kontusio, laserasi, jejas,
hematom)

Terjadi perdarahan

Syok Hipovolemik
Syok Hipovolemik
2 DS: Klien mengerang
kesakitan karena terdapat
luka tusuk pada perut
bagian kanan bawah

DO:
- Terdapat luka tusuk
pada perut kuadran
bawah,terdapat
perdarahan sekitar
300cc, terdapat memar
- Terdapat nyeri tekan,
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi/tajam & Non-
Penetrasi/tumpul.

Terjadi perforasi lapisan
abdomen

(kontusio, laserasi, jejas,
hematom)

Menekan saraf
peritoneum

Nyeri

Nyeri Akut


3 DS:
DO :
- Terdapat luka tusuk
pada perut kuadran
bawah,terdapat
perdarahan sekitar
300cc, terdapat memar

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi/tajam & Non-
Penetrasi/tumpul.

Terjadi perforasi lapisan
abdomen

(kontusio, laserasi, jejas,
hematom)

Resiko infeksi

Resiko Infeksi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Syok Hipovolemik berhubungan dengan Trauma.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik di tandai dengan adanya
luka tusuk pada perut bagian bawah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan







C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DO: Simetris, terdapat luka
tusuk pada perut kuadran
bawah,terdapat perdarahan
sekitar 300cc, terdapat
memar, terlihat kotor,
adanya pembengkakan
NOC: Risk Control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam syok
hipovolemik tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
- Faktor resiko tidak
terjadi
- Terjadi perubahan
status kesehatan

1. Monitor terjadi perdarahan,dehidrasi,
dan perdarahan persisten
2. Monitor tekanan darah sistol apakah
kurang dari 90 mmHg atau hipertensi
3. Monitor tanda dan gejala syok
hipovolemik, peningkatan HR,
penurunan peripheral perfusion
4. Optimalkan posisi pasien untuk
meningkatkan perfusi
5. Beri infus isotonic,critaloid atau koloid
6. Beri oksigen
7. Monitor hemoglobin dan hematocrit
8. Mencegah kehilangan volume darah
(tekanan darah dan perdarahan)
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan
jaringan

DS: Klien mengerang
kesakitan karena terdapat
luka tusuk pada perut
bagian kanan bawah

NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan
tinfakan keperawatan
selama . Pasien tidak
mengalami nyeri, dengan
kriteria hasil:
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu








DO:
- Terdapat luka tusuk
pada perut kuadran
bawah,terdapat
perdarahan sekitar
300cc, terdapat memar
- Terdapat nyeri tekan,
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur



ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri: ...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali




Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi

DS:
DO :
- Terdapat luka tusuk
pada perut kuadran
bawah,terdapat
perdarahan sekitar
300cc, terdapat memar

NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection
control
Risk control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama pasien tidak
mengalami infeksi
dengan kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal

NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi
antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam




D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl dan Jam Implementasi Respon TTD
03/10/2013
Jam 12.05
Memonitor terjadi
perdarahan,dehidrasi, dan
perdarahan persisten
Memonitor tekanan darah
memberikan oksigen
Memonitor hemoglobin dan
hematocrit
Mencegah kehilangan volume
darah (tekanan darah dan
perdarahan)
S :
O :Terdapat perdarahan 300 cc,
warna darah kehitaman, tidak ada
pembenkuan, karakteristik darah
cair.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

12.10 WIB Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Membantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
S : klien mengatakan nyeri sedikit
berkurang
O : klien masih gelisah
klien masih tampak merintih
kesakitan
A :
masalah teratasi sebagian
P :

Mengkontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Mengurangi faktor presipitasi
nyeri
Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik

lanjutkan intervensi di bangsal
12. 15 WIB Mempertahankan teknik aseptif
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Mempertahankan teknik isolasi
k/p
Melakukan Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Memonitor adanya luka
Mendorong masukan cairan
Menorong istirahat
Mengkaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam


S :
O : Terdapat luka tusuk yang
terbuka,
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi








BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cidera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cidera atau kerusakan sruktur dan fungsi organ intra
abdominal yang terletak antara diafragma dan pelvic. Trauma abdomen
terbagi dalam dua jenis, yaitu trauma tajam yang disebabkan oleh luka
tembak dan luka tusuk, dan trauma tumpul yang disebabkan oleh kompresi,
hancur akibat kecelakaan, dan cidera akselerasi. Tanda tanda pada trauma
abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas, dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis dan pasien
bisa jatuh dalam keadaan shok.
Penatalaksanaan gawat darurat trauma abdomen terdiri dari
penatalaksanaan pre hopital yaitu Air way(A), Bretting(B), dan Circulasi(C)
serta penatalaksanaan in hospital yang merupakan terapi difinitif dari trauma
abdomen itu sendiri yaitu lapatratomi.
Dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan didapatkan tiga diagnosa
actual yaitu resiko perdarahan , nyeri akut, dan resiko infeksi.
4.2 Saran.
Dalam kasus emergency waktu adalah hal yang paling penting dalam
menentukan kelangsungan hidup penderita, adanya trauma atau benturan di
daerah abdomen segeralah memeriksakan kesehatannya pada tempat
kesehatan untuk menghindari kemungkinan keterlambatan penatalaksanaan
yang bisa berakibat penurunan prognosa.
Dalam melakukan tindakan penanganan emergency pada penderita
trauma abdomen selalu menrapkan prinsip CBA, karena sangat penting untuk
memastikan sirkulasi penderita dalam keadaan stabil.


DAFTAR PUSTAKA

Advances in Abdominal Trauma Jennifer L. Isenhour, MDa,b,*, John Marx,
MDa,b aDepartment of Emergency Medicine, Carolinas Medical
Center, 1000 Blythe Boulevard,
Charlotte, NC 28203, USA bDepartment of Emergency Medicine, University of
North Carolina, P.O. Box 32861,Charlotte, NC 28232-2861, USA
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3.
Jakarta : EGC
Gruendemann,B, 2006. Buku Ajar KeperawatanPerioperatif Vol.2. EGC:
Jakarta.
http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/
10,09,2012,13.10am
Oman k. 2008. Panduan belajar keperawatan emergensi. EGC : Jakarta
RSHS, Tim PPGD, 2009. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD Basic
2). RSHS Bandung.
Tommy Sunartomo,2010, DASAR PENANGANAN PENDERITA GAWAT
BASIC GENERAL EMERGENCY LIFE SUPPORT (B GELS)
LAB./SMF Anestesiologi dan Reanimasi RSUD dr. Soetomo-FK Unair-
Surabaya

You might also like