You are on page 1of 9

69

ANALISIS PENGAWET BENZOAT DIHITUNG SEBAGAI ASAM BENZOAT


DALAM MINUMAN ISOTONIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI
ANALYSIS OF BENZOAT PRESERVATIVE
ASSUMED AS BENZOAT ACID IN ISOTONIC BEVERAGES WITH
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
Mardiyono
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127
ABSTRAK
Benzoat merupakan pengawet organik yang berfungsi sebagai bahan pengawet
untuk mencegah pertumbuhan mikrobia (anti mikrobia). Asam benzoat lebih
efektif sebagai pengawet dibandingkan natrium benzoat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui berapakah kadar pengawet benzoat. Percobaan dilakukan
dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik, kolom C18, maks
227 nm, eluen buffer natrium asetat : metil sianida (85:15), kecepatan alir 1,0
ml/menit. Pertama, mencari panjang gelombang maksimum (maks) dari 220
nm-260 nm interval 2 nm, pemilihan komposisi fase gerak, uji kualitatif, membuat
kurva kalibrasi asam benzoat konsentrasi yang digunakan 25ppm ; 50 ppm ; 100
ppm dan 160 ppm. Konsentrasi uji perolehan kembali (upk) 17,30 ppm; 56,60
ppm; dan 105,20 ppm, masing-masing konsentrasi upk dilakukan pengulangan 3
kali. Terakhir menetapkan kadar benzoat ditetapkan sebagai asam benzoat
dalam 5 jenis minuman isotonik sebagai sampel. Sampel yang mengandung
pengawet benzoat adalah sampel A : 113,93750,30 ppm dan sampel B :
99,82280,07 ppm, sedangkan sampel C, sampel D, dan sampel E tidak
mengandung pengawet benzoat. Hasil tersebut sesuai PerMenKes RI No.
722/MEN.KES/PER/IX/88.
Kata kunci : Benzoat, minuman isotonik, KCKT
ABSTRACT
Benzoat exists as organic preservative used as food preservative agent whose
function is to prevent microbial growth (anti microbe). Benzoat acid performs
more effectively as a preservative. This observation is aimed to find out whether
a certain isotonic beverage contains benzoat preservative and how high is the
proportion of benzoat preservative assumed as benzoat acid. Observation is run
using reversed phase of High Performance Liquid Chromatography (HPLC),
column C18, lmax 227 nm, eluen buffer acetat natrium : CH3CN (85 : 15), flow
speed 1,0 ml/minute. First, searching for maximum wave-length (l max) from 220
to 260 nm with 2 nm interval, qualitative test, deciding the condition of motion
phase, make benzoat acid calibrating with concentration 25 ppm; 50 ppm; 100
ppm; and 160 ppm. The concentration of re-gaining test for 17,28 ppm; 56,62
ppm; and 105,22 ppm, done in 3 times repetitions to determine benzoat
preservative proportion as benzoat acid in 5 samples of isotonic beverages.
Reversed phased of HPLC method can be likely used to analyze benzoat
preservative. Samples that contains benzoat preservative is sample A
:113,93750,30 ppm and sample B : 99,82280,07 ppm while sample C, sample
D and sample E contain no benzoat preservative. The result gained is acceptable
70
as the amount of preservative does not exceed maximum limit to PerMenKes RI
No. 722/MEN.KES/PER/X/88.

Keywords : Benzoat, isotonic beverages, HPLC

PENDAHULUAN
Pertumbuhan perusahaan makanan dan minuman kemasan di Indonesia
telah mendorong terjadinya perubahan perilaku makan masyarakat. Banyak
makanan dan minuman kemasan yang diproduksi terutama memperhatikan
aspek selera, sehingga makanan dan minuman tersebut disukai oleh kaum tua
maupun muda. Minuman soft drink yang rasanya menyengat pun ternyata bisa
dinikmati oleh anak balita (Wahjuningsih, 2003).
Masyarakat tertarik bukan hanya pada aspek apakah bahan makanan
memberikan citarasa enak? Apakah anak-anak mau menikmati makanan yang
disajikan? lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal apakah bahan
makanan yang dikonsumsi itu baik untuknya dan komponen apa saja yang
terdapat didalamnya. Minuman isotonik merupakan salah satu contoh bahan
makanan atau minuman yang diproduksi oleh pabrik pada umumnya
menggunakan bahan tambahan makanan (food additives) termasuk didalamnya
adalah bahan pengawet yang secara sengaja ditambahkan kedalam suatu
produk makanan atau minuman. Maksud dari penambahan tersebut adalah untuk
menjaga kualitas dan karena melalui jalur pemasaran yang cukup panjang untuk
sampai kekonsumen sehingga diperlukan umur penyimpanan yang lebih lama,
seandainya dalam proses pembuatan kurang bersih, maka akan memacu
timbulnya pertumbuhan bakteri dan jamur-jamur yang dapat mengganggu
kesehatan
Akhir-akhir ini masyarakat tengah diramaikan dengan berita penarikan
sejumlah produk minuman isotonik. Kasus ini menjadi aktual setelah Komite
Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet) pada pertengahan november 2006
mengumumkan temuan fakta tentang penggunaan bahan pengawet pada
minuman kemasan. Berbagai opini yang berkembang dimasyarakat simpang siur
mengenai kasus ini (http://www.republika.co.id/).
Minuman isotonik harus memiliki sifat-sifat yang secara cepat
mengosongkan perut dan tinggi penyerapannya di dalam usus. Kedua sifat ini
dipengaruhi oleh kadar dan jenis karbohidrat/gula yang digunakan di dalam
minuman tersebut. Karena karbohidrat pada kadar < 5 % tidak cukup
memberikan kalori untuk meningkatkan efisiensi olahraga, demikian halnya jika >
10 % akan mencegah pengosongan perut, oleh karena itu menurut Dedi Fardiaz,
Ketua PATPI Pusat, menyarankan minuman isotonik sebaiknya mengandung 6-8
% karbohidrat.
Penggunaan bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah sulfit, nitrit, BHA atau BHT dan benzoat. Pemakaian bahan pengawet dari
satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet bahan makanan dapat
dibebaskan dari kehidupan mikrobia baik yang bersifat pathogen yang dapat
menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobia
non pathogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan misalnya
pembusukan. Sisi lain bahwa pada dasarnya bahan pengawet adalah senyawa
kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama makanan yang
dikonsumsi, bila pemakaian dan dosisnya tidak diatur dan diawasi kemungkinan
besar akan menimbulkan efek yang bersifat langsung misalnya keracunan
71
ataupun efek yang tidak langsung atau kumulatif misalnya bahan pengawet yang
digunakan bersifat karsinogenik (Tranggano dkk., 1991). Benzoat mempunyai
toksisitas yang sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, karena
mempunyai mekanisme detoksifikasi yang efisien. Benzoat sejauh ini tidak
mempunyai efek teratogenik (cacat bawaan) dan efek karsinogenik jika
dikonsumsi melalui mulut (Wahjuningsih, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahan pengawet asam
benzoat, asam benzoat dipilih di samping sebagai pengawet yang diizinkan
karena sering digunakan dalam makanan. Penelitian ini menggunakan metode
analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman isotonik bernutrisi
yang beredar di daerah Surakarta yang diantaranya : Zporto (sampel A), Optima
Sweat Grape (sampel B), Powerade Isotonik (sampel C), Pocari Sweet (sampel
D), dan Vitazone (sampel E). aquabidestilata, asam benzoat p.a, buffer natrium
asetat, CH
3
CN, glukosa, natrium klorida, larutan natrium hidroksida, kloroform,
gas N
2
, H
2
SO
4.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah HPG PDA-Knauer HPLC,
spektrofotometer UV Shimadzu Model 1210, labu ukur 10ml, labu ukur 25 ml dan
100 ml, pipet volum ; 10,0 ml, batang pengaduk, karet penghisap/syringe, kertas
saring, neraca analitik elektrik, Erlenmeyer, corong dan beaker glass.

Pemilihan kondisi fase gerak
Menyuntikkan larutan standar asam benzoat 20 l dengan konsentrasi 10 ppm
kealat KCKT dengan menggunakan panjang gelombang maksimum (227 nm)
dengan fase gerak buffer natrium asetat dan metil sianida (85 : 15) dan ( 90 : 10 )
dengan laju aliran 1 ml/menit, dengan menggunakan metode gradient.

Uji kualitatif
Pada penelitian ini menggunakan metode waktu retensi sebagai uji kualitatifnya.
Metode waktu retensi dapat dilakukan dengan menyuntikan larutan baku ke alat
KCKT. Larutan standar asam benzoat dengan konsentrasi 10 ppm 30 disuntikkan
ke alat KCKT dengan volume injek 20 l, fase gerak buffer natrium asetat : metil
sianida ( 85 : 15 ), kecepatan alir 1 ml/menit dan menggunakan panjang
gelombang 227 nm.

Pembuatan kurva kalibrasi
Menimbang 15 mg baku pembanding asam benzoat dengan seksama
dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 ml, melarutkan dalam sedikit etanol kocok
sampai larut ditambahkan aquabidestilata sampai tanda batas dikocok sampai
homogen. Membuat pengenceran baku dengan konsentrasi 25 ppm; 50 ppm;
100 ppm; dan 160 ppm. Masing-masing konsentrasi disuntikkan ke alat KCKT
sebanyak satu kali sebesar 20 l, fase gerak buffer natrium asetat : metil sianida
( 85 : 15 ), kecepatan alir 1 ml/menit dan panjang gelombang maksimum 227 nm.
Kurva kalibrasi merupakan hubungan antara luas puncak dengan konsentrasi
asam benzoat standart. Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ).


72

Penetapan kadar sampel
Sampel minuman dipipet 50 ml, ditambah larutan NaOH 25 ml, dimasukkan
kedalam corong pisah dan dieksraksi dengan kloroform sebanyak 50 ml selama
2 menit (fase kloroform dibuang). Diatur pH menjadi 2,42 dengan H
2
SO
4
pekat.
Diekstraksi kembali dengan kloroform 25 ml 2 menit, ditampung fase kloroform
ekstraksi diulangi dengan 10 ml kloroform selama 2 menit, tampung fase
kloroform. Ditampung dalam cawan penguap dikeringkan dengan N
2
(supaya
lebih cepat kering) diatas waterbath kemudian ditambahkan aquabidestilata 25
ml untuk sampel A dan sampel E, sedangkan untuk sampel B, sampel C, dan
sampel D diperlakukan sama dengan cara diatas hanya volumenya dicukupkan
sebanyak 10 ml. Kemudian menyuntikkan 20 l sampel A, sampel B, sampel C,
sampel D, dan sampel E tersebut kealat KCKT sebanyak 3 kali. Luas alas yang
diperoleh dibandingkan dengan luas alas baku pembanding dan kadar dihitung
dengan menggunakan kurva kalibrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan komposisi fase gerak
Hasil pemilihan fase gerak dari buffer natrium asetat : metal sianida ( 85:15 ) dan
( 90:10 ) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pemilihan komposisi fase gerak

buffer natrium asetat : metil
sianida
(85:15 )
buffer natrium asetat : metil
sianida
(90:10 )
N HETP tR N HETP tR
526,43 0,028 2,868 467,42 0,032 3,243

Uji kualitatif
Pada uji kualitatif dilakukan untuk menegaskan keberadaan pengawet
benzoat sebagai asam benzoat dalam sampel minuman isotonik dengan
membandingkan waktu retensi standart dengan sampel. Hasil selengkapnya
pada tabel 2

Tabel 2. Waktu retensi

Bahan Uji Waktu retensi (tR)
Larutan Standar Asam Benzoat 2,868
Sampel A 2,883
Sampel B 2,893
Sampel C -
Sampel D -
Sampel E -

Berdasarkan waktu retensi yang dihasilkan dapat diketahui bahwa sampel A
dan sampel B mengandung asam benzoat dibuktikan dengan hampir samanya
waktu retensi dengan waktu retensi standart dan untuk sampel C, sampel D dan
73
sampel E tidak mengandung asam benzoat karena waktu retensi tersebut tidak
muncul peak/puncak.

Pembuatan kurva kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi berdasarkan luas area dari larutan standard
dengan variasi konsentrasi larutan asam benzoat, hasilnya dapat dilihat pada
tabel 3 dan gambar kurva kalibrasi ditunjukkan pada gambar 1, kurva kalibrasi
menunjukkan hasil yang linier. Untuk penetapan kadar asam benzoat pada batas
25-160 ppm, dengan persamaan garis : Y = a + b X
Keterangan : a : intersep = 3.698.092,924 Y : luas puncak
b : slope X : kadar

Tabel 3. Luas area larutan standar asam benzoate

No. Konsentrasi (ppm) Luas area (mAU)
1. 25 4.800.616
2. 50 7.309.874
3. 100 10.409.604
4. 160 13.640.823

















Berdasarkan data diatas kemudian dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) pada persamaan
garis linier Y = 3.698.092,924 + 63.786,7024 x, hasilnya dapat dilihat pada tabel
4.
Tabel 4. Data Perhitungan LOD dan LOQ

Konsentrasi
(ppm)
Luas area (mAU) Y (Y Y)
25 4.800.616 5.292.760,484 2,4211 x 10
11

50 7.309.874 6.887.428,044 1,7846 x 10
11
100 10.409.604 10.076.763,16 1,1078 x 10
11

160 13.640.823 13.903.965,31 6,9244 x 10
11

Jumlah 6,0069 x
10
11

Gambar 1. Kurva Kalibrasi
74


Penetapan Kadar Benzoat yang dihitung sebagai Asam Benzoat
Hasil analisis asam benzoat terhadap lima sampel minuman isotonik
bahwa sampel A dan sampel B menunjukkan hasil yang positif adanya asam
benzoat dan sampel C, sampel D, dan sampel E menunjukkan hasil yang negatif
adanya asam benzoat. Kadar asam benzoat dari masing-masing sampel dapat
dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Kadar Benzoat sebagai Asam Benzoat dalam Sampel
No. Nama
Sampel
Luas Area
(mAU)
Konsentrasi
(ppm)
Rata-rata SD
(ppm)

1.

A
10.952.405 113,7277
113,9375
0,30
10.979.164 114,1472
11.013.654 114,6879

2.

B
10.062.191 99,7715
99,8228 0,07 10.104.882 100,0288
10.068.733 99,8741

3.

C
- -
- - -

4.

D
- -
- - -

5.

E
- -
- - -

Gambar berikut menunjukkan salah satu contoh hasil kromatogram dari
larutan standard asam benzoat (standard ke-3) dan sampel minuman isotonik
A (percobaan ke-3), B (percobaan ke-2), C (percobaan ke-1) berturut-turut
ditunjukkan pada gambar 2 sampai dengan gambar 5.




















Gambar 2. Kromatogram dari larutan standard asam benzoat (standard ke-3)

75


















































Gambar 3. Sampel minuman isotonik A (percobaan ke-3)
Gambar 4. Sampel minuman isotonik B (percobaan ke-2)
76




























Fase gerak dengan menggunakan metode sistem elusi gradient yaitu
elusi dilakukan dengan pelarut pengembang campur yang perbandingannya
berubah dalam waktu tertentu. Pada penelitian ini menggunakan sistem elusi
tekanan tinggi, dalam sistem ini pencampuran larutan pengembang dilakukan
dengan memakai pompa-pompa bertekanan tinggi dari masing-masing botol,
setelah itu langsung dielusikan ke dalam kolom, dimana fase gerak A = larutan
buffer natrium asetat pada pompa A dan fase gerak B = metil sianida pada
pompa B dan pemilihan fase gerak yang tepat dilihat berdasarkan hasil
pemisahannya yang baik. Hasil percobaan diperoleh komposisi fase gerak buffer
natrium asetat : metil sianida (85:15) dengan kecepatan alir 1 ml/menit. Dipilih
kecepatan alir 1 ml/menit karena waktu optimasinya atau waktu analisisnya cepat
yaitu kurang dari 3 menit, tepatnya peak muncul pada 2,8 menit.
Koefisien korelasi (r) yang dihasilkan adalah 0,993152 dengan
persamaan linier y = 3.698.092,924 + 63.786,7024 x. Angka koefisien korelasi
dapat menunjukkan kadar luas puncak dalam setiap satuan kadar terletak dalam
satu garis lurus, dan kadar sampel dibuat dalam satuan ppm.
Uji kualitatif dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi salah satunya dilihat dari waktu retensi (tR). Pada penelitian ini waktu
retensi asam benzoat adalah 2,868 menit. Waktu retensi tersebut didapat dengan
menggunakan fase gerak buffer natrium asetat : metil sianida ( 85 : 15) dengan
kecepatan alir 1 ml/menit, jika menggunakan fase gerak buffer natrium asetat :
metil sianida ( 90 : 10) dengan kecepatan alir yang sama maka diperoleh waktu
Gambar 5. Sampel minuman isotonik C (percobaan ke-2)
77
retensi yang dihasilkan 3,243 menit, jadi menggunakan fase gerak buffer natrium
asetat : metil sianida ( 90 : 10) dengan kecepatan alir 1 ml/menit.
Analisa kuantitatif dengan metode baku luar, selain menggunakan regresi
linier untuk menghitung kadar sampel, juga dihitung LOD (Limit of Detection)
diperoleh hasil batas deteksi sebesar 25,7752 ppm yang menunjukkan kadar
terendah dari suatu sampel yang masih dapat dideteksi dan LOQ (Limit of
Quantitation) diperoleh hasil batas kuantitatif sebesar 85,9175 ppm yang
menunjukkan kadar terendah dari suatu sampel yang masih dapat digunakan
untuk penetapan kadar.
Hasil pemeriksaan diperoleh kenyataan bahwa dari lima sampel minuman
isotonik hanya sampel A dan sampel B yang menggunakan pengawet benzoat
dianalisis sebagai asam benzoat dan pada sampel C, sampel D, dan sampel E
tidak mengandung pengawet asam benzoat dan hasil penetapan kadar pengawet
asam benzoat yaitu sampel A = 113,9375 0,30 ppm dan sampel B = 99,8228
0,07 ppm.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan :
1. Analisa kualitatif terhadap beberapa sampel minuman isotonik ternyata sampel
A, sampel B mengandung pengawet benzoat yang dianalisis sebagai asam
benzoat, sedangkan pada sampel C, sampel D dan sampel E tidak
mengandung pengawet benzoat.
2. Kadar kandungan pengawet benzoat yang dihitung sebagai asam benzoat
dalam sampel A = 113,9375 0,30 ppm dan sampel B = 99,8228 0,07 ppm.
3. Data hasil analisis dari lima sampel minuman isotonik yaitu sampel A dan B
mengandung pengawet benzoat, sedangkan sampel C, sampel D dan sampel
E tidak mengandung pengawet benzoat dan untuk kadar sampel A dan
sampel B tidak melebihi batas maksimum pemakaian yang ditetapkan dalam
PerMenKes RI No : 722/MEN.KES/PER/IX/88 yaitu 600 mg/kg (600 ppm).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim, 1982, Petunjuk Teknis Manuskrip Standar SII, Departemen
Perindustrian Indonesia. Anonim, 1988, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia no. 722/MEN.KES/PER/VI/88, Jakarta.
Kartasubrata, J., dan Suprapto, E. S. M., 1988, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
Kursus Metoda Analisa Kimia Instrumental dan Aplikasinya, Puslitbang
Kimia Terapan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Priyanto, G, 1987, Teknik Pengawetan Pangan, Proyek
Peningkatan/Pengembangan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tranggono, dkk, 1991, Buku dan Monograf Bahan Tambahan Makanan (food
addictive), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Wahjuningsih, S, B, 2003, Jurnal Ilmiah Sainteks Vol.X No.3, Unir, Semarang
Winarti, S, 2006, Minuman Kesehatan, Trubus Agri sarana, Surabaya.

You might also like