You are on page 1of 57

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

ELIMINASI URINE PADA Tn. A DENGAN CHF (Congestive


Heart Falue) MASA KELOLAAN 26 FEBRUARI S/D 28
FEBRUARI 2013 DI RUANG TERATAI RSU RA. KARTINI
JEPARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pembimbing : Ns. Biyanti Dwi Winarsih,S.Kep.,M.Kep



Disusun oleh :
1. M Nor Zamroni
2. Nailul Himmah
3. Tulus Yan A. W
4. Uliz Zuhafa
5. Wahyu Setyawati
6. Wulansari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2013
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN
ELIMINASI DI RUANG TERTAI RSUD RA KARTINI JEPARA
Jepara, Februari 2013

Menyetujui,


Pembimbing Klinik: Pembimbing Akademik:
Santi Nurhana S.Kep Ns. Biyanti Dwi Winarsih,S.Kep.,M.Kep



(....................) (....................)



Mengetahui,

Kepala Ruang Teratai Koordinator Bimbingan & Evaluasi
Edi Susilo S.Kep.,Ns.,M.Kep Diklat RSUD RA KARTINI JEPARA


(..) ()





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sebagai bahan seminar dalam Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia ini
dengan baik. Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan
gangguan eliminasi di ruang teratai RSUD Ra Kartini Jeparakami susun untuk
memenuhi Tugas Pratik Klinik Kebutuhan Dasar I.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Para dosen yang mengampu Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Cendekia Utama Kudus.
2. Edi susilo S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku kepala ruang Teratai RSU RA.
Kartini
3. Sholihul Huda S.Kep.,Ns selaku dosen koordinator PKKD 1.
4. Santi Nurhana S.Kep selaku pembimbing klinik 1.
5. Siswanto.AMK Selaku pembimbing klinik 2.
6. Teman-teman Stikes Cendekia Utama Kudus.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Jepara, Maret 2013


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa sisa metabolisme
tubuh, dapat melalui urine ataupun bowel, hal tersebut merupakan sebuah
proses yang esensial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan harus
terpenuhi. Terganggunya sebuah kebutuhan sasar tentunya akan dirasakan
seseorang sebagai sebuah ketidaknormalan dalam tubuh. Gangguan tersebut
membutuhkan serangkaian kegiatan keperawatanuntuk mengatasinya. Dalam
menyelesaiakan masalah atau gangguan serta memenuhi kebutuhan manusia
dalam aspek bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual, perawat memiliki
metodologi pemecahan masalah yang disebut dengan proses keperawatan.
Tentunya proses keperawatan tersebut tidak terlepas dari kegiatan kolaboratif
dengan team kesehatan lain.
Gangguan proses eliminasi urine merupakan masalah yang sering
terjadi sebagai alasan pasien datang ke layanan kesehatan untuk memperoleh
layanan kesehatan. Dalam kesempatan ini, kelompok akan mengambil kasus
kelolan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi
urine pada pasien CHF. CHF merupakan keadaan bila jantung bagian kanan
dan bagian kiri bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran
arah. Dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal
jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Di RSUD Jepara banyak
ditemukan pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi khususnya eliminasi
urine, terutama pasien CHF. Ruang Teratai RSUD Jepara merupakan ruang
rawat penyakit dalam. Diruangan tersebut,kelompok memilih kasus pasien
dengan gangguan eliminasi urine.
Dari berbagai faktor faktor tersebut, kami tertarik mengangkat kasus
CHF sebagai kasus seminar kelompok. Sehingga kami dapat mengetahui dan
mempelajari lebih dalam tentang gangguan kebutuhan eliminasi urine yang
dalam hal ini kususnya CHF untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan masalah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada kebutuhan eliminasi urine.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pembahasan dan seminar terkait asuhan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada kasus gangguan eliminasi
urine, diharapkan mahasiswa akan dapat :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar terkait asuhan
keperawatan pada gangguan eliminasi urine
b. Mahasiswa dapat menjelaskan metodologi asuhan keperawatan pada
pasien dengankebutuhan eliminasi urine
c. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan eliminasi urine














BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh.Pembuangan dapat melalui urin atau bowel.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)
Eliminasi urine normalnya adalah pengluaran cairan.Proses pengluaran
ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti
ginjal,ureter,dan uretra.
(Potter&Perry, 2005)
Kesimpulannya Eliminasi adalah proses pembuangan zat sisa
metabolisme yangb sudah tidak diperlukan oleh tubuh yang apabila tidak
dikeluarkan maka akan menimbulkan terganggunya fungsi-fungsi organ yang
ada dalam tubuh, yang akan menimbulkan penyakit, contohnya konstipasi dan
diare.

B. Anatomi dan Fisiologi
a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua,panjangnya 12,5
cm dan tebalnya 2,5 dan tebalnya 2,5 cm. beratnya kurang lebih 125 sampai
175 gram pada laki laki dan 115 sampai 155 gram pada wanita.
Ginjal terletak pada bagian rongga abdomen bagian atas setinggi
vertebrathorakal 11 da 12. Ginjal dilindungi oleh otot otot abdomen
jaringan lemak atau kapsul adipose.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi merangsang
produksi eritropoitin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada
sumsum tulang.
Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah.
Fungsi utama ginjal :
Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
Mengatur jumlah dan zat zat kimia dalam tubuh.
Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam garam serta
asam dan basa.
Menghasilkan rennin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah
Menghasilkan hormone eritropoitin yang menstimulasi pembentukan
sel sel darah merah disumsum tulang .
Membantu dalam pembentukan vitamin D.
( Tarwoto&Wartonah, 2006 )

b. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu
ke bladder melalui ureter. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot otot yang
distimulasi oleh tranmisi impuls elektrik berasal dari saraf otonom. Akibat
gerakan peristaltic urete maka didorong ke kandung kemih.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )
Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 30 cm
dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada
posisi retroperitronium untuk memasuki kandung kemih didalam rongga
panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar
dariureter ke kandung kemih umumnya steril.
( Potter&Perry, 2005 )


c. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine, terdiri atas 2
bagian yaitu bagian fundus atau body yang merupakan otot yang tersusun
dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan
uretra. (Tarwoto&Wartonah, 2006 )

Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi
dan tersususun atas jaringan otot serta merupakan tempat urine dan
merupakan organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih berada didalam
rongga panggul dibelakang simfisis publis. Pada pria , kandung kemih
terletak pada rectum bagian posterior dan pada wanita kandung kemih
terletak pada dinding uterus dan vagina.
(Potter&Perry, 2005 )

d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari
tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu
spintereksterna yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )

Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
kandung kemih melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine
yang mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. Membrane
mukosa melapisi uretra dan kelenjar uretra mensekresi lender ke dalam
saluran uretra. Lender dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak
mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal
mengelilingi uretra. ( Potter&Perry, 2005 )


C. Faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
a. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada
usia lanjut volume bladder berkurang, demikian juga wanita hamil sehingga
frekuensi berkemih juga akan sering.


b. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebahagian masyarakat hanya dapat miksi pada
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi
terbuka.
c. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
d. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat
berkemih menggunakan pot urin.
e. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blodder, otot abdomen dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untruk
berkemih juga akan berkurang.
f. Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat Anti Deuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat
meningkatkan pembuangan dan eskresi urine.
g. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ
kemih menimbulkan retensi urine.
h. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi
urine akan menurun.
i. Pengobatan
Penggunaan deuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.



j. Pemeriksaan diagnostik
Intravenous pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur
untuk mengurangi output urine. Cytocospy dapat menimbulkan edema local
pada uretra, spasme dan spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)

D. Masalah Eliminasi Urine
a. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
bladder untuk mengosongkan kanung kemih. Penyebab distensi bladder
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. normalnya 250-
400 ml.
b. Inkotinensia urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Ada 2 jenis inkontinensia :
Pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat
tekanan intraabdomen meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa.
Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien
terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian
bawah atau spasme bladder.
c. Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan karena ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter
eksternal.biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)



E. Perubahan Pola Berkemih
a. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
b. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
c. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih.
d. Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
e. Urinary suppression : kedaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara
tiba-tiba. Anuria (urine < 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-
500ml/24 jam). (Tarwoto&Wartonah, 2006)

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Pola berkemih
- Gejala dari perubahan berkemih
- Faktor yang mempengaruhi berkemih

b. Pemeriksaan fisik
- Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, trenderness, bising usus.
- Genetalia wanita : inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus,
keadaan atropi jaringan vagina.
- Genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
pembesaran skrotum.
c. Intake dan output cairan
- Kaji intake dan output cairan dalam satu hari (24 jam)
- Kebiasaan minum dirumah.
- Intake cairan infuse, oral, makanan, NGT
- Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan
cairan
- Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan urine (urinalisis)
Warna (N : jernih kekuningan)
Penampilan (N : jernih kekuningan)
Bau ( N : beraroma)
pH (N : 4,5-8,0)
Berat jenis (N : 1,005-1,030)
Glukosa (N : negatif)
Keton (N : kuman pathogen negatif)
2. Kultur urine (N : kuman pathogen negatif)
e. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Gangguan pola eliminasi urine : inkotinensia
Kemungkinan berhubungan dengan :
- Gangguan neuromuskuler
- Spasme bladder
- Trauma pelvic
- Infeksi saluran kemih
- Trauma medulla spinalis
Kemungkinan yang ditemukan :
- Inkotinensia
- Keinginan berkemih yang segera
- Sering ke toilet
- Menghindari minum
- Spasme bladder
- Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 500 ml
tujuan yang diharapkan :
- Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
- Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkotinensia urine
- Klien berkemih dalam keadaan rileks
Intervensi :
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : membantu mencegah distensi atau komplikasi
2. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : meningkaatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi
bladder
3. Kolaborasi dalam bladder training
Rasional : menguatkan otot dasar pelvis
4. Hindari faktor pencetus inkotinensia urine sperti cemas
Rasional : mengurangi atau menghindari inkotinensia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
Rasional : mengatasi faktor penyebab
6. Jelaskan tentang :
Pengobatan
Kateter
Penyebab
Tindakan lainya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan diharapkan pasien
lebih kooperatif
2. Retensi urine
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan
bladder secara tuntas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Obstruksi mekanik
b. Pembesaran prostat
c. Trauma
d. Pembedahan
e. Kehamilan


Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Tidak tuntasnya pengeluaran urine
b. Distensi bladder
c. Hipertropi prostat
d. Kanker
e. Infeksi saluran kemih
f. Pembedahan besar abdomen

Intervensi :
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Rasional : memonitor keseimbangan cairan
3. Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi
Rasional : menjaga deficit cairan
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam
Rasional : mencegah nokturia
5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan
Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan
berkemih
8. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : menguatkan otot pelvis
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional : mengeluarkan urine


Tujuan yang diharapkan :
a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam
b. Tanda dan gejala retensi urine tidak ada


Daftar Pustaka


Potter And Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. ECG : Jakarta
Wartonah Tarwoto. Kebutuhan Dasar Manusia. 2006. Jakarta : Salemba Medika


















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang : Teratai
Tanggal Pengkajian : 26-2-2013
Jam : 15.00 WIB
Diagnosa Medis : CHF
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bringin
Tanggal masuk RS : 17 Februari 2013

2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.U
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Bringin
B. Riwayat Keperawatan
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien datang ke IGD RSU RA KARTINI JEPARA pada hari minggu
17/2/2013 karena pasien merasakan pusing, sakit saat kencing, dada sesak
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada seluruh tubuh.
P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Seluruh tubuh dan pada scrotum
S: Sedang, dengan Skala 5
T: Nyeri timbul setiap 30 menit

3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mulai merasakan nyeri pada dadanya sekitar 2 bulan yang lalu,
saat itu pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat pereda nyeri.
Pengobatan tidak berhasil karena pasien masih merasakan nyeri,pucat, dan
lemas, sehingga keluarga pasien membawa pasien ke RSUD RA. Kartini pada
tanggal 17 februari 2013. Di bawa ke IGD pada jam 18.30 WIB pasien
diterima oleh perawat jaga dan dilakukan serangkaian pemeriksaan dan
pasien dipasang infuse RL 20 tpm, ceftriaxone 1x2 gram. pasien dipindahkan
ke ruang teratai untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.

4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah menderita penyakit paru-paru sejak 2
tahun yang lalu, dan hanya berobat di dokter dekat rumahnya, tidak ada
pengobatan secara rutin. pasien mengatakan dulu tidak menderita penyakit
jantung.



5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
paru-paru maupun jantung seperti yang diderita pasien saat ini, ayah pasien
mempunyai darah tinggi, tidak ada penyakit menular dalam keluarga pasien.

6. Riwayat alergi
Setelah dijelaskan tentang tanda-tanda alergi terhadap makanan
seperti gatal-gatal, pusing, mual muntah, Klien mengatakan tidak pernah
mengalami alergi terhadap makanan, klien juga tidak mempunyai alergi
terhadap obat antibiotic yang dibuktikan dengan skin test Pasien tidak
memiliki alergi terhadap obat atau makanan.


C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
a. Kesadaran : Composmentis
b. Vital sign
HR Frekuensi : 80 x/menit
Kekuatan : kuat
Reguler/irreguler : regular

RR Frekuensi : 26 x/menit
Reguler/irreguler : reguler
BP : 130/ 80 mmHg dengan posisi supinasi.
T : 6 per Aksila

c. Sakit/Nyeri
1. P: Nyeri pada scrotum
2. Q: Terasa cenut cenut
3. R: Seluruh tubuh dan pada scrotum
4. S: Sedang, dengan Skala 5
5. T: Nyeri timbul setiap 30 menit
d. Antopometri
1) TB : 165 cm : 1,65 m
2) BB : 120 kg
3) IMT : BB/TB
2

=
120/ 1.65
2
= 44,11 (Obesitas)
e. Status Personal Higine
Secara umum klien terlihat bersih, keluarga klien menyibini klien 2x
sehari.

2. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
a. Kepala Dan Leher
1) Kepala : mesochepal, rambut tidak mudah rontok, warna
rambut hitam
2) Wajah : alis mata simetris kanan dan kiri, warna kulit sawo
matang. Kemampuan melihat baik. Simetris.
3) Mata : sclera ikterik, kantung mata hitam, konjungtiva
anemis, penglihatan baik, pupil isokor.
4) Mulut : mukosa kering, keadaan lidah bersih tidak ada
kotoran.
5) Tenggorokan : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , terjadi
peningkatan JVP 4 cm
6) Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak ada cairan yang keluar,
pendengaran normal dibuktikan dengan pasien mendengarkan detik
jam.
7) Hidung : sejajar, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
cairan yang keluar ( sekret), kemampuan membau baik dibuktikan
dengan mencium bau parfum.
8) Leher : warna kulit sawo matang, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe, gerakan
menelan baik.

b. Dada
Sistem Pernafasan
1) Inspeksi dada
- RR : 26x/menit
- Warna kulit sawo matang
- Irama ireguler
- Bentuk dada simetris
- menggunakan otot pernafasan
2) Palpasi dada
- Tidak ada nyeri tekan, vocal vremitus dalam intensitas
getaran yang sama antara paru kanan dan kiri
3) Perkusi dada
- Sonor pada semua lapang paru dextra maupun sinistra
4) Auskultasi dada
- vesikuler di semua lapang paru

c. Sistem Kardiovaskuler
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak.
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada intercosta ke-
5 linea mid clavicula sinistra.
3) Perkusi : sonor pada intercosta ke 2 parasternum dekstra sampai
dengan intercosta ke-5 linea mid clavicula sinistra (tidak ada
pembesaran jantung)
4) Auskultasi : bunyi jantung s1 dan s2 normal, tidak ada bunyi
tambahan

d. Payudara
1) Inspeksi: simetris, warna kulit sawo matang, areola tidak ada lesi
2) Palpasi : Tidak terdapat nodul
e. Aksila:
1) Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi
f. Abdomen
1) Inspeksi : warna kulit sawo matang, bentuk cembung
2) Auskultasi : bising usus 15x/menit (normal)
3) Perkusi : tympani
4) Palpasi : tidak ada yeri tekan pada abdomen
g. Ekstremitas
1. Kekuatan otot

55555 55555
55555 55555

2. Rentan gerak: keterbatasan gerak pada kedua kaki
3. Oedema pada kedua kaki
4. Warna kulit sawo matang
5. Tidak ada lesi atau nyeri tekan
6. Keadaan kuku: terdapat sianosis.

h. Kelamin
1) Inspeksi: Oedema pada skrotum, trdapat luka pada penis dan skrotum.






3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
NO KEBUTUHAN
FUNGSIONAL
SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.














2.






Kebutuhan persepsi














Kebutuhan nutrisi





Dapat melihat jelas,
mendengarkan jelas,
penciuman baik.







Makan 2-3x sehari,menu
seadanya seperti: nasi
lauk dengan telur, ikan
dengan porsi penuh,
habis, dan makan sendiri.


BAB 1x sehari warna
kecoklatan, dengan
konsistensi agak
cair/basah. Bentuk
silinder, jumlah kurang
lebih 200 gram / BAB.
BAB secara mandiri
ditoilet.


Visual atau melihat
baik, pendengaran
baik dibuktikan
dengan
mendengarkan detak
jam , penciuman baik
dibuktikan dengan
mencium bau parfum.


Makan 2-3x sehari
dengan bubur dengan
porsi penuh, habis,
dan klien disuapi
keluarganya.


BAB tidak rutin
dengan warna
kecoklatan,
konsistensi berbentuk
lunak agak cair/basah.
berbentuk silinder,
jumlah kurang lebih
200 gram / BAB,





3.
























Kebutuhan eliminasi





















BAK lebih dari 6 x/hari .
Volume 1000ml/24 jam
berwarna kuning muda
dan bau tidak menyengat.
BAK dapat secara
mandiri di toilet.






Klien mengatakan tidur
pada pukul 23.00 WIB.
intensitas tidurnya sehari
semalam tidur 7jam/hari.
siang 2 jam, malam 5
jam. Tanpa harus
mengkonsumsi obat atau
makanan dan minuman
untuk menghantarkan
tidurnya.



BAB dengan pispot,
dibantu oleh
keluarganya.



BAK sedikit dengan
volume 300ml/24
jam, BAK setiap 4
jam sekali, dan
mengatakan nyeri
saat BAK. Berwarna
kuning muda, tidak
menyengat dan
dibantu dengan pispot
oleh keluarganya.


Klien mengatakan
sulit tidur, klien tidur
4 jam/hari pada
malam hari. kadang
bangun dengan tiba-
tiba karena ketidak
nyamanan fisik akibat
dari pembengkakan
tubuh terutama pada





















4.





















Kebutuhan istirahat
dan tidur




Klien mengatakan dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari.










Klien mengatakan mandi
2x sehari, gosok gigi 2x
sehari secara mandiri.




Klien dapat
melakukan ibadah
sendiri sesuai
ketentuan


Klien mengatakan baik-
baik,tidak .pernah
mengeluh

skrotum yang
mengganggu
kenyamanan.

Klien tidak bisa
beraktivitas, butuh
bantuan orang lain.
Karena terdapat nyeri
pada skrotum dan
seluruh tubuh.

P:Nyeri pada scrotum
Q : senut-senut
R : pada scrotum
S : sedang, 5
T : nyeri saat ditekan


Klien hanya disibin
2x sehari oleh
istrinya, oral gygiene.
kuku dipotong
seminggu sekali.


















5.





















Kebutuhan aktivitas













Klien dapat
berkomunikasi dengan
baik dengan keluarga
maupun lingkungan
sekitar.




Klien dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari

Klien tidak dapat
melakukan ibadah
karena keterbatasan
aktivitas


Klien mengeluh nyeri
P:Nyeri pada scrotum
Q : senut-senut
R : pada scrotum
S : sedang, 5
T : nyeri saat ditekan



Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik
dibuktikan dengan
klien dapat menjawab
segala pertanyaan
yang diberikan oleh
perawat















6.



















Kebutuhan personal
hygine.









Kebutuhan spiritual




Klien tidak dapat
bekerja
7.








8.










9.








Kebutuhan rasa aman
dan nyaman








Pola berkomunikasi



















10.










Pola bekerja
















D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 20-febuari-2013
Tanggal Pengkajian : 26-febuari-2013
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Nilai Satuan
Haemoglobin


9,6 Gr% 14-18
Leucocyt

N
7.900 Mm3 4000-10.000
Trombocyt


79.000 Mm3 150.000-400.000
Haemotocryt 30,0 % 30-48

Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Nilai Satuan
Cholesterol


63 Mg % 150-220
HDL


10 Mg% >39 - -
Triglyceride


53 Mg% 74-150
LDL 42,4 MG % < 150






Tanggal Pemeriksaan : 21-febuari-2013
Tanggal Pengkajian : 26-febuari-2013

Pemeriksaan
Hasil Nilai normal
Laki-laki
Nilai Satuan
Haemoglobin
Leucocyt
Thrombocyt
Haematocryt
9,8
8.800
62.000
27,7
gr%
mm
3
mm
3
%
14-15
4000-10.000
150.000-400.000
40-48

Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Laki-laki Nilai Satuan
Protein total

Albumin

Bilirubin total

Globulin

Bilirubin direct

Sgot

Sgpt
6,3

2,0

4,32

4,3

2,57

12,7

28
Gr%

Gr%

Mg%

Gr%

Mg%

Unit/l

Unit/l
6,0 8,0

3,5- 5,5

0- 1,1

1,5- 3,3

0-0,30

15-37

9-42


Terapi pemberian obat

Tanggal pengkajian : 26 Februari 2013
Tanggal pemberian obat : 23 Februari 2013

Obat :
1. Parenatal : Rl 12 tpm
2. Injeksi : Cefotaksim 2 X 1 gr
Ranitidin 3 X 50 mg
Lasix 2 X 10 mg
3. Diet : Bubur Rendah Garam
4. Oral : Hepamax 2 x1 tab
Urdanex 2x1 tab
ISDN 3x5 mg
Fucohelix 1x1 tab
Spironulaston 1x100 mg
Dulcolax 1x2 mg


Tanggal pemberian Obat : 21-3-2013
Tanggal pengkajian : 26 Februari 2013

1. Parenteral: Rl 12 tpm
2. Injeksi : Cefotaxim 2x1 gr
Ranitidin 3x50 mg
Lasix 2x20 mg
3. Diet : Bubur rendah garam
4. Oral : Aspilet 1x80 mg
Hepamax 2x1 tab
Urdanex 2x1 tab
ISDN 3x5 mg
Furcohelix 1x1 tab
Sproudafu 1x100 mg
Dulcolax: 1x2 mg
ANALISA DATA

Nama klien : Tn. A No RM : 489151
Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : bringin

No TGL/JAM DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1 26
Februari
2013
15.00 WIB
Ds: pasien mengatakan BAK
sedikit, dan terasa sakit saat
BAK
Do: BAK sedikit dengan
volume 300ml/24 jam, BAK
setiap 4 jam sekali, dan
mengatakan nyeri saat BAK.
Berwarna kuning muda, tidak
menyengat dan dibantu
dengan pispot oleh
keluarganya, tampak
pembesaran skrotum (oedema)
Retensi urine Penurunan
fungsi ginjal
2.










26
Februari
2013
16.05 WIB







DS: pasien mengeluh
badanya lemas, pasien
mengatakan dalam
melakukan aktivitas dibantu
oleh keluarganya.
DO: Rentan gerak:
keterbatasan gerak pada
kedua kaki, Oedema pada
kedua kaki.
kekuatan otot.
HR: 80x / menit, kuat,
Intoleransi
aktifitas









Ketidak
seimbangan
suplai O
2
ke
jaringan






















3















27
Februari
2013
16.05 WIB
regular.
RR: 26 x / menit. regular.
T: 36
0
C , per Aksila
BP: 130/80 mmHg


55555 55555
55555 55555

Tidak terdapat sianosis, O2
3 lpm. pemeriksaan
penunjang hemoglobin 9,8
gr%, Pasien tampak lemah


Ds:
-klien mengatakan nyeri pada
alat kelaminnya
P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S: Sedang, dengan Skala 5
T: Nyeri timbul setiap 30
menit
Do:
-klien tampak meringis
kesakitan.
-tampak udema skrotum
Terdapat lesi pada skrotum















nyeri





























Gejala infeksi














PRIORITAS DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan gejala infeksi
2. Retensi urine berhubungan dengan penurunan fungsi renal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
O
2
ke jaringan
























NURSING CARE PLANE

Nama klien : Tn. A No RM : 489151
Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : Bringin

Tanggal/ja
m
NOC INTERVENTION Ttd/na
ma
NIC ACTIFITY
26/2/2013
15.00
WIB











Setelah dilakukan
tindakan selama
3x24 jam,
diharapkan masalah
nyeri dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
- skala nyeri
berkurang
menjadi 0 2
- pasien
mengatakan
sudah tidak
merasakan nyeri
pada alat
kelaminnya
- pasien tampak
tenang dan tidak
meringis
1. Manageme
n nyeri









2. pemberian
analgetik


1. Mengajarkan pada
pasien tekhnik
nafas dalam jika
nyeri timbul
2. meringankan atau
mengurangi nyeri
sampai skala 2




1. penggunaan agens
farmakologi :
Lasix 2 x 10 mg























26
Februari
2013
15.15
WIB









kesakitan

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x 24
jam diharapkan
retensi urine dapat
teratasi dengan
kriteria hasil NOC:
-Klien dapat
berkemih secara
normal (1-
2cc/kgBB/jam)
- Tidak terjadi
penumpukan
cairan pada tubuh
(oedema)










3. Perawatan
retensi
urine







4. Menejemen
eliminasi
urine












1) Lakukan progam
pelatihan
pengosongan
kandung kemih
2) Pantau asupan dan
haluaran
3) Kaji balance cairan




1) Pantau eliminasi
urine meliputi
frekuensi,
konsistensi,
volume, warna,
bau
2) Beritahu pasien
tentang tanda dan
gejala infeksi
saluran kemih

3) Memantau
banyaknya cairan
yang masuk dan
keluar

















































Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x 24



5. Kateterisasi
urine





6. Pemberian
antibiotik







1) Monitor
aktivitas







2) Managemen


1) Memasang kateter
kedalam kandung
kemih untuk
sementara waktu
dalam pengeluaran
urine

1) Penggunaan agen
farmakologis
untuk meredakan
atau
menghilangkan
nyeri



1) Kaji tingkat
kemampuan
pasien untuk
berpindah dari
tempat tidur,
berdiri, ambulasi








26
Februari
2013
15.30
WIB








jam diharapkan
Intoleransi aktivitas
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil NOC:
- klien dapat
melakukan aktivitas
ringan sendiri,
seperti makan, ganti
baju, merawat diri,
dsb
- klien dapat
mengelola
energinya sendiri


energi










3) Terapi
aktivitas











1) Bantu klien dalam
menentukan
aktivitas yang dapat
dilakukan
2) Tentukan penyebab
keletihan
3) Pantau respons
kardiorespiratory
terhadap aktivitas
4) Pantau respons
oksigen pasien

1) Bantu pasien untuk
mengubah posisi
secara berkala
2) Rencanakan terapi
aktivitas bersama
pasien dan
keluarga yang
meningkatkan
kemandirian

IMPLEMENTASI
Nama klien : Tn. A No RM : 489151
Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : Bringim

Tangg
al/jam
Diagnos
a
Implementasi Respon Ttd
Nama
26/2/2
013
15.00




15.15






1,2,3






1







1) Memonitor vital sign






2) Mengajarkan pada
pasien tekhnik nafas
dalam jika nyeri timbul





S : -
O: klien kooperatif
BP : 140/80 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 26 x/menit
T : 37,4
o
C

S: klien mengatakan mau
untuk mengikuti
instruksi perawat
(relaksasi)
O:Pasien
kooperatif,pasien
mengikuti intruksi
dari perawat
















15.30





17.00








18.00



2





2








1,2,3




3) Memantau eliminasi
urine meliputi frekuensi,
volume, dan warna



4) Memasang kateter
kedalam kandung kemih
untuk pengeluaran urine






5) Memberikan obat
antibiotic, cefotaxin 2 x
1, Ranitidin 3 x1, lasix 2
x 10 mg



6) Mengkaji tingkat
S: klien mengatakan
BAK sedikit,
O: sehari BAK 2x.
volume 600 ml,
warna kuning pekat

S : pasien mengatakan
mau untuk dipasang
alat bantu BAK
O : klien tampak
meringis kesakitak
saat pemasangan



S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat
O : klien kooperatif



S : -




19.00






19.20











2






1









kemampuan pasien
untuk berpindah dari
tempat tidur, berdiri,
ambulasi


7) meringankan atau
mengurangi nyeri
sampai skala 2











8) Memantau banyaknya
cairan yang masuk dan
keluar

O : klien tampak
kesusahan dalam
berpindahn posisi
tidur, dan berdiri


S:Klien mengatakan
masih nyeri
P: Nyeri pada
scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S:Sedang, dengan
Skala 4
T: Nyeri timbul setiap
1 jam
O: Klien tampak
mringis kesakitan


S: klien mengatakan
minum 1 liter
perhari. Dan BAK
setiap 3 jam
O: klien terlihat





21.00







27/3/2
013
05.00








2







1,2,3











1) Memonitor vital sign







1) memantau eliminasi
urine meliputi
frekuensi, volume, dan
warna



2) Mengajarkan pada
pasien tekhnik nafas
dalam jika nyeri timbul



oedema.


S : -
O: klien kooperatif
BP : 130/80 mmHg
HR : 76 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36,8
o
C


S: klien mengatakan
BAK sedikit,
O: sehari BAK 3x.
volume 800 ml/ 24
jam warna kuning
pekat

S: pasien mengatakan
nyeri berkurang
setelah melakukan
teknik relaksasi

07.00






08.00








08.15


2






1








3






3) membantu klien dalam
menentukan aktivitas
yang dapat dilakukan
seperti melatih
pergerakan otot dengan
menggerakkan tangan
sedikit demi sedikit



1) memberikan asupan
makanan yang tinggi
energy





4) Menganjurkan
keluarga untuk
membantu aktivitas
klien


O:Pasien tampak tenang.




S: klien mengatakan
mau mengikuti saran
perawat
O: klien tampak
menggerakan
telapak tangan
pelan-pelan



S:klien mengatakan
makan setengah
porsi
O: klien tampak makan
4 sendok.










09.00







09.16










3







2








5) Memberikan obat
antibiotic, cefotaxin 2 x
1, Ranitidin 3 x1, lasix
2 x 10 mg


1) Memonitor vital sign







2) Memantau eliminasi
urine meliputi
frekuensi, volume, dan
warna





3) Memberikan asupan
S: keluarga mau
membantu klien
makan
O: keluarga klien
tampak membantu
makan



S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat
O : klien kooperatif



S : -
O: klien kooperatif
BP : 140/90 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 26 x/menit
T : 37,0
o
C




10.00






28/3/2
013
05.00





06.30



1,2,3






2,3







2

makanan yang tinggi
energy




4) Memberikan obat
antibiotic, cefotaxin 2 x
1, Ranitidin 3 x1, lasix
2 x 10 mg



S: klien mengatakan
BAK bertambah dari
hari sebelumnya
O: BAK 4x/24 jam.
volume 800 ml/24
jam, warna kuning
bening


S: klien mengatakan
makan setengah
porsi, tidak habis.
O: klien tampak makan
5 sendok.


S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat
O : klien kooperatif









07.00






09.00







3






1














PROGRESS REPORT
Nama klien : Tn. A No RM : 489151
Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : Bringim

Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi Ttd
nama
27/2/2013






1








2
S: klien mengatakan mau untuk
mengikuti instruksi perawat
(relaksasi)
O: Pasien kooperatif,pasien mengikuti
intruksi dari perawat
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2










01.00










02.00
















2







3







2,3

S: klien mengeluh tidak bisa
berkemih,secara normal, ( )
O: klien tampak mringis saat mengejan
saat berkemih, terdapat oedema
skrotum. sehari BAK 2x. volume
600 ml, warna kuning pekat
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 4



S: klien mengeluh bengkak pada
seluruh tubuh dan area kelamin
O: klien tampak kesulitan saat
bergerak, badan odema
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 4, 6


S: klien mengeluh badannya terasa
sakit saat berpindah posisi





















04.00







28-2-2013
23.00



















2







1




O: klien tampak kesulitan saat merubah
posisi
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 5, 6, 7


S: klien mengeluh badannya sedikit
lebih mendingan dari hari
sebelumnya
O: klien tampak sedikit bisa merubah
posisi, sehari BAK 3x/24 jam.
volume 800 ml/ 24 jam warna
kuning pekat
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2, 6, 7


S: klien mengeluh masih sedikit sakit
saat berkemih.
O: klien tampak mringis saat mengejan
waktu berkemih.
A: Masalah teratasi sebagian




















04.30








05.00

















2








3






P: lanjutkan intervensi 2, 4



S: Klien mengatakan masih nyeri
P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S:Sedang, dengan Skala 4
T: Nyeri timbul setiap 1 jam
O: Klien tampak mringis kesakitan
A: masalah belum teratsi
P: lanjutkan intervensi 1,2



S: klien mengatakan dapat melakukan
aktivitas ringan dapat mandiri
O: klien tampak dapat makan, minum
secara mandiri
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi yang lain

05.10








1-3-2013
19.00







20.15


1



S : klien mengatakan bengkak pada
tubuhnya sedikit berkurang
O : odema mengecil, klien tampak
sedikit bias bergerak ke kanan
dan ke k kiri
A : masalah tertasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 4


S : klien mengatakan mau untuk di
suntik dan minum obat
O : klien kooperatif
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi. 1, 2


















EVALUASI

Nama klien : Tn. A No RM : 489151
Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : bringim

Tanggal/jam Diagnose Evaluasi Ttd nama
1/3/2013
20.50










21.00







1







2









3

S : klien mengatakan mau untuk
di suntik dan minum obat
O : klien kooperatif
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi. 1, 2



S: klien mengungkapkan sedikit
sakit saat berkemih
O: klien tampak biasa saja,
terdapat udeme pada seluruh
tubuh dan scrotum, volume
urine, 800ml/hari
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi


S: klien mengatakan dapat



























22.20




















melakukan aktivitas ringan
secara mandiri
O: klien tampak dapat makan,
minum secara mandiri,
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi yang lain






BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Eliminasi merupakan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
lagi dibutuhkan oleh tubuh dalam proses aktivitasnya.
Eliminasi sangatlah penting artinya bagi tubuh kita, karena gangguan proses
eliminasi akan mengganggu aktivitas tubuh yang lain pula.
Jika dalam tubuh kita tidak ada proses eliminasi/pengeluaran, maka akan
terjadi pengakumulasian zat-zat sisa metabolisme yang nantinya hanya akan
menjadi pengganggu kegiatan tubuh individu.
Eliminasi fekal melibatkan seluruh organ pencernaan mulai dari mulut
sampai dengan anus.
Gangguan pada salah satu organ pencernaan akan mengubah proses
eliminasi secara normal.


2. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
eliminasi, kita mempunyai tujuan utama yaitu mengembalikan pola normal
eliminasi seorang pasien. Di samping itu, kita juga harus mengatasi masalah-
masalah sampingan yang timbul karena gangguan eliminasi tersebut.
Di dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hendaknya perawat
melaksanakannya sesuai dengan diagnosa keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA



Alimul A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika : Jakarta
Potter And Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. ECG : Jakarta
Wartonah Tarwoto. Kebutuhan Dasar Manusia. 2006. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, edisi 9. Jakarta : EGC

You might also like