You are on page 1of 87

i

PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH


SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus
albus) DALAM MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN
KANDUNGAN FOSFOR DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK
SKRIPSI
Oleh
Isna Widyaningsih
NPM 09320061
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMARANG
2013
ii
PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH
SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus
albus) DALAM MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN
KANDUNGAN FOSFOR DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK
Skripsi
Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh
Isna Widyaningsih
NPM 09320061
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMARANG
2013
iii
Halaman Persetujuan
Skripsi berjudul
PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH SEBAGAI
PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAM
MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGAKATKAN KANDUNGAN FOSFOR
DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK
yang disusun oleh
Isna Widyaningsih
NPM 09320061
Telah disetujui dan siap untuk diujikan
Semarang,..
Pembimbing I Pembimbing II
Endah Rita, S.Si, M.Si Dr. Mei Sulistyoningsih, M.Si
NPP.937001100 NPP. 936701099
iv
Halaman Pengesahan
Skripsi berjudul
PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH SEBAGAI
PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAM
MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN FOSFOR
DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Isna Widyaningsih
NPM 009320061
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada hari Senin, tanggal 29 Juli 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Nizaruddin, M.Si Endah Rita, S.Si, M.Si
NIP. 196803251994031004 NPP.937001100
AnggotaPenguji
1. Penguji I
Endah Rita, S.Si, M.Si (.)
NPP.937001100
2. Penguji II
Dr. Mei Sulistyoningsih, M.Si (..)
NPP. 936701099
3. Penguji III
Maria Ulfah, S.Si, M.Pd (.....................................................)
NPP. 108001296
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Siapa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Isna Widyaningsih
NPM : 09320061
Program Studi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN
CACING TANAH SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN
PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAM
MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN
KANDUNGAN FOSFOR DAN MENURUNKAN
KANDUNGAN LEMAK
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri dengan bantuan dari berbagai pihak, serta berbagai kutipan yang telah saya
sebutkan sumbernya, sehingga skripsi ini bukan plagiasi atau duplikasi dari karya
ilmiah lain yang saya akui sebagai hasil karya saya sendiri. Pernyataan ini saya
buat dengan sesugguhnya, apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan
bahwa skripsi ini bukan merupakan karya asli saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh, serta
sanksi lainnya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Semarang, .....Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
Isna Widyaningsih
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Keberhasilan dapat tercapai dengan adanya persiapan, kerja keras, dan
doa.
2. Tumbuhkanlah semangat dari diri sendiri sebelum datang semangat dari
orang lain.
3. Memberikan yang terbaik untuk mencapai hasil terbaik.
Persembahan:
Ucapan terimakasih dengan tulus,
kupersembahkan skripsi ini kepada:
1. Ayahku Isdi Tasihna, Ibuku Zaromah
dan adikku Istika Praja Wulandari yang
selalu ada di hati dan fikiranku
memberikan doa dan semangat
kepadaku.
2. Sahabatku Ira Restiana, Fajar Astuti,
Maediyana Sari, Rista Dwi Jayanti, Wiji
Astuti, Isma Khairulina, dan Evi
Damayanti.
3. Teman-temanku kelas A dan kelas B
yang memberikan semangat serta
mengajariku ketulusan dalam
persahabatan.
4. Bapak dan Ibu dosen IKIP PGRI
Semarang, yang telah memberikan ilmu
yang sangat berharga dan membimbing
demi kesempurnaan skripsi ini
5. Almamater IKIP PGRI Semarang.
vii
PENGARUH PEMBERIAN IKAN CETOL DAN CACING TANAH SEBAGAI
PAKAN TAMBAHAN PADA BELUT SAWAH ( Monopterus albus ) DALAM
MEDIA AIR BERSIH UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN FOSFOR
DAN MENURUNKAN KANDUNGAN LEMAK
Isna Widyaningsih
NPM 009320061
ABSTRAK
Ikan cetol dan cacing tanah memiliki kandungan fosfor dan lemak sehingga ikan
cetol dan cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan tambahan yang baik bagi
belut. Dengan penambahan ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan
pada belut (Monopterus albus) diharapkan dapat meningkatkan kandungan fosfor
dan menurunkan kandungan lemak.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian Ikan cetol dan
cacing tanah sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan belut (Monopterus
albus) pada media air bersih terhadap kandungan fosfor dan lemak dan
mengetahui dosis yang berbeda dengan besarnya kandungan fosfor dan lemak.
Mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan hasil penelitian ini pada
pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) Standar Kompetensi 2.
Memahami pentingnya proses metabolisme pada organisme dan Kompetensi
Dasar 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses metabolisme.
Penelitian dilakukan di Rejomulyo V no 11 Kecamatan rejosari Kabupaten
Semarang Timur dimulai bulan Januari 2013 s/d Maret 2013. Analis uji sampel
dilaksanakan di Laboratorium UNIKA Sogijaprnata Alamat Jl. Pawiyatan Luhur
Bendan Dhuwur Semarang 50133. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Parameter
yang diukur adalah kandungan fosfor dan lemak. Data yang diperoleh dianalisis
dengan Analisis Varians.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fosfor tertinggi pada perlakuan C
( X C = 1,954) yaitu perlakuan pellet 2,5 gr ditambah 1 gr ikan cetol dan 1 gr
cacing tanah sedangkan pada kandungan lemak tersebut yang memiliki nilai
terendah pada perlakuan A menghasilkan rata-rata ( X A = 0,566) yaitu perlakuan
pellet 4,5 g tanpa pemberian ikan cetol dan tanpa pemberian cacing tanah.
Kesimpulannya adalah pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah
pada belut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan lemak dan
fosfor.
Kata kunci: Belut sawah (Monopoterus albus), ikan cetol dan cacing tanah,
kandungan fosfor dan lemak.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulisan laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan.
Kepada segenap pihak yang telah membantu, penulis sampaikan ucapan
terimakasih yang tulus. Khususnya kepada:
1. Endah Rita, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
kesempatan, saran, petunjuk, dan bimbingan sejak persiapan penelitian
hingga laporan penelitian ini terselesaikan.
2. Dr. Mei Sulistyoningsih, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan kesempatan, saran, petunjuk, dan bimbingan sejak persiapan
penelitian hingga laporan penelitian ini terselesaikan.
3. Maria Ulfah, S.Si, M.Pd selaku dosen penguji 3 yang telah memberikan
kesempatan, saran, petunjuk, dan bimbingan demi kelengkapan skripsi ini
sehingga terselesaikan dengan baik.
4. Pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu dari
awal penelitian sampai selesainya penulisan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Semarang, Juni 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR JUDUL ..............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... v
LEMBAR PENGESAHAN. ..............................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Permasalahan........................................................................................... 3
C Tujuan Penelitian...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
E. Definisi Istilah ......................................................................................... 4
BAB II. TELAAH PUSTAKA ........................................................................... 6
A.Telaah Pustaka ........................................................................................ 6
1. Ikan Cetol .......................................................................................... 6
2. Cacing Tanah .................................................................................... 8
3. Pakan Tambahan............................................................................... 9
4. Belut Sawah (Monopterus albus).................................................... 10
x
5. Media Air Bersih ......................................................................... 12
6. Kandungan Fosfor.......................................................................... 15
7. Kandungan Lemak.......................................................................... 17
B. Kerangka Berfikir.................................................................................. 19
C. Paradigma Penelitian............................................................................. 20
D. Hipotesis................................................................................................ 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 22
A. Subjek.................................................................................................... 22
B. Bahan..................................................................................................... 22
C. Alat yang Digunakan............................................................................ 22
D. Variabel Penelitian................................................................................ 22
E. Parameter ............................................................................................... 23
F. Desain eksperimen................................................................................. 23
G. Prosedur pelaksanaan............................................................................ 25
H. Metode analisis data.............................................................................. 27
BAB VI. HASIL PENELITIAN....................................................................... 30
BAB V. PEMBAHASAN................................................................................. 34
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan Komposisi Kandungan Gizi Pada Belut Sawah Dengan Bahan
Makanan Lainnya ........................................................................................ 13
2. Pedoman Dosis Pembuatan Pakan. ............................................................... 24
3. Pedoman Pengelolaan Pakan......................................................................... 24
4. Data Kandungan Fosfor pada Belut Sawah (Monopterus albus)
dengan 4 Perlakuan dan 3 kali Ulangan ...................................................... 27
5. Data Kandungan Lemak pada Belut Sawah ( Monopterus
albus) dengan 4 Perlakuan dan 3 kali Ulangan ............................................ 27
6. Analisis Varian dari RAL (rancangan acak lengkap) ................................... 28
7. Kandungan fosfor pada Belut Sawah (Monopterus albus) ........................... 30
8. Analisis sidik ragam (RAL) Terhadap Kandungan Fosfor ........................... 31
9. Kandungan Lemak Pada Belut Sawah (Monopterus albus) ......................... 32
10. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Lemak........................ 33
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Paradigma Penelitian...................................................................... 20
2. Denah Rancangan Acak lengkap .................................................................. 25
3. Penataan Ember............................................................................................. 26
4. Diagram batang Kandungan fosfor pada pemeliharaan belut Sawah
(Monopterus albus) secara intensif pada media air bersih dengan
pemberian pakan ikan cetol dan cacing tanah .............................................. 31
5. Diagram batang Kandungan Lemak pada pemeliharaan belut Sawah
(Monopterus albus) secara intensif pada media air bersih dengan
pemberian pakan ikan cetol dan cacing tanah .............................................. 33
6. Benih Belut Sawah
7. Pemotongan Peralon
8. Penataan Belut Sawah dalam Ember
9. Pembuatan Pelet
10. Pencetakan pelet
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belut sawah masih banyak dihasilkan dari tangkapan alam. Perubahan
pola pertanian secara ekstrim dari organik ke non organik dan penangkapan besar-
besaran tanpa disertai upaya budidaya turut berperan menurunkan populasi belut
sawah alam (Junariyata, 2012 : 5).
Pembudidayaan belut sawah patut dijadikan ladang bisnis yang
menguntungkan. Kalau permintaan belut sawah hanya dipenuhi dari hasil
tangkapan alam pasti pasar akan sangat kewalahan dan menimbulkan permintaan
belut sawah yang semakin tinggi, oleh karena itu pembudidayaan belut sawah
perlu dilakukan. Produksi belut sawah di Indonesia hanya mengandalkan
tangkapan dari alam dan baru sedikit yang berasal dari budidaya sendiri (Warisno
dan Kres : 2010 : 3).
Prospek belut sawah cukup hebat dilihat dari potensi pemasaran, potensi
lahan, kandungan gizi, obat dan variasi makanan. Usaha budidaya belut sawah
memiliki modal dasar untuk dikembangkan menjadi lahan usaha. Budidaya belut
sawah harus digarap dengan ketekunan dan keterampilan tersendiri agar menuai
keberhasilan (Saparinto, 2009: 6).
Belut sawah ( Monopterus albus ) adalah hewan yang tergolong dalam
kelas ikan (pisces). Tubuh belut sawah menyerupai ular, yakni bulat memanjang
dan mempunyai kerangka dalam seperti yang dipunyai ular. Belut sawah tidak
bersisik dan seluruh tubuhnya dilapisi lendir. Belut sawah tergolong dalam kelas
ikan, namun belut sawah tidak mempunyai sirip (Muktiani, 2009: 5).
Pengelolaan dan penanganan budidaya belut sawah bisa dipelajari
dengan mudah dan cepat, hal tersebut tentu membutuhkan ketelitian, keseriusan
dan ketekunan. Populasi belut sawah di alam perlahan akan kembali normal.
Kandungan gizi dalam tubuh belut sawah tersebut dapat memperbaiki gizi
masyarakat.
2
Makanan belut sawah dapat diklasifikasikan atas kelas Insecta
(serangga), Oligochaeta (cacing-cacingan), Gastropoda (siput), dan Pisces (ikan).
Belut sawah yang masih anakan biasanya memangsa hewan-hewan kecil
(mikroorganisme), seperti protozoa, zooplankton, mikrocrustacea (daphnia), larva
serangga, kecebong, zoobentos, dan anakan ikan. Belut sawah dewasa menjadi
lebih agresif dan mampu memangsa hewan-hewan yang lebih besar, seperti katak,
serangga dewasa, kepiting sawah, bekicot, dan keong mas ( Muktiani, 2009:52).
Belut sawah lebih menyukai pakan alami seperti cacing tanah karena
cacing tanah mudah dicerna dan tidak memiliki tulang atau kulit yang keras
sehingga sangat mudah bagi belut sawah untuk memakannya selain itu biaya
produksi dapat hemat karena cacing tanah mudah untuk dibudidayakan
(Prihatman, 2000). Jenis ikan yang bisa diberikan kepada belut sawah adalah ikan
cetol. Ikan cetol bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai disekitar lokasi
pembudidayaan. Pertumbuhan belut sawah paling bagus jika diberi pakan berupa
ikan cetol (Hermawan, 2010: 42).
Budidaya belut sawah yang dilakukan dengan cara yang sederhana dan
pemeliharaan secara intensif akan menghasilkan belut sawah yang yang
berkualitas yaitu pada media 100% air bersih dan memberikan pakan tambahan
berupa ikan cetol dan cacing tanah.
Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan pada mata pelajaran Biologi
untuk Sekolah Menengah Atas kelas XII pada materi Metabolisme dan enzim
dengan Standar Kompetensi 2. Memahami pentingnya proses metabolisme pada
organisme. Kompetensi Dasar 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses
metabolisme.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
budidaya Belut sawah (Monopterus albus) dengan cara sederhana dan
menghasilkan belut sawah yang mempunyai kandungan gizi yang optimal.
Pemeliharaan belut sawah dilakukan secara intensif pada media air bersih dengan
pakan utama pelet dan pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah.
3
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah signifikasi pengaruh dari pemberian ikan cetol dan cacing
tanah sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan belut sawah
(Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan
kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak?
2. Bagaimanakah pengaruh pemberian pakan tambahan ikan cetol dan
cacing tanah pada belut sawah (Monopterus albus) dengan dosis yang
tepat dalam media air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor dan
menurunkan kandungan lemak?
3. Bagaimanakah wawasan implementasi hasil penelitian tentang pengaruh
pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah pada belut sawah
(Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan
kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak dalam pembelajaran
biologi di sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Melihat permasalahan diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui signifikasi pengaruh dari pemberian ikan cetol dan cacing
tanah sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan belut sawah
(Monopterus albus) pada media air bersih untuk meningkatkan
kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak.
2. Mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing
tanah pada belut sawah (Monopterus albus) dengan dosis yang tepat dalam
media air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor dan menurunkan
kandungan lemak.
3. Mengetahui wawasan implementasi hasil penelitian tentang pengaruh
pemberian pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah pada belut sawah
(Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan
kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak dalam pembelajaran
biologi di sekolah.
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya peternak belut sawah
tentang pengaruh pakan tambahan ikan cetol dan cacing tanah untuk
meningkatkan kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak belut
sawah (Monopterus albus) yang optimal pada pakan.
2. Menambah sumbangan pengetahuan pada bidang akademik dan
mahasiswa tentang pakan tambahan berupa ikan cetol dan cacing tanah
dalam menigkatkan kandungan fosfor dan menurunkan kandungan lemak
pada belut sawah.
3. Memberikan wawasan implementasi hasil penelitian pada pembelajaran
biologi pada materi metabolisme dan enzim.
E. Definisi Istilah
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari salah penafsiran
dalam judul skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Ikan Cetol Dan Cacing
Tanah Sebagai Pakan Tambahan Pada Belut Sawah ( Monopterus albus) Dalam
Media Air Bersih Terhadap Kandungan Fosfor dan Lemak, maka penulis
memberi batasan-batasan suatu definisi istilah yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ikan cetol
Ikan cetol banyak ditemukan disaluran-saluran air, atau bisa juga membeli
dipenjual ikan hias. Ikan ini terbukti cukup mudah dibudidayakan. Jantan dan
betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan bentuk tubuhnya,
maupun dari warnanya (dimorfisme seksual). Panjang total tubuh ikan betina
antara 4-6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 23 cm
(Http://Wikipedia.com).
2. Cacing tanah
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang. Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari
kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae (Roy, 2009: 69 ).
5
3. Pakan tambahan
Pakan tambahan adalah makanan tambahan yang diberikan belut sawah untuk
kelangsungan hidupnya, seperti aneka jenis ikan dan cacing. Hal ini berguna
untuk menghindari pengaruh produktivitas belut sawah yang tidak maksimal
akibat pemberian jenis pakan secara terus menerus (Muktiani, 2009: 85).
4. Belut sawah
Belut sawah memiliki panjang badan 20 kali tinggi tubuh .Letak permulaan
sirip punggung sedikit dibelakang perut. Sementara alat pernafasan belut sawah
dilengkapi dengan tiga lengkung insang. Rata-rata panjang tubuh maksimal
belut sawah mencapai 80 cm dan berat maksimal 400 g ( Saparinto, 2009: 43).
5. Media air bersih
Media air bersih adalah media atau faktor utama yang sangat berpengaruh pada
perkembangan belut sawah disaat pembesaran (Junariyata, 2012: 46).
6. Kandungan Fosfor
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada
metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan
gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Belut
sawah juga dua kali lipat fosfor pada telur (Muktiani, 2009: 21).
7. Kandungan Lemak
Lemak merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih berkerabat
karena sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini mempunyai
sifat umum yaitu: relatif tidak dapat larut dalam air, larut didalam pelarut non
polar. (Murray, Robert K, dkk, 2009:128).
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Telaah Pustaka.
1. Ikan Cetol
Ikan cetol (Poecilia reticulata) ditemukan oleh Robert John
Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris, di Trinidad pada
tahun 1850. Nama cetol digunakan sebagai nama populer untuk ikan ini.
Ikan cetol merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki
penampilan morfologis cukup menarik dan toleransi yang tinggi terhadap
kondisi perairan yang kurang baik. Ikan cetol hidup di perairan tawar, juga
mampu beradaptasi di perairan payau, serta pada kisaran suhu antara 25-28C
dengan pH sekitar 7,0. Ikan cetol bersifat omnivora dan memiliki panjang
tubuh sekitar 5-6 cm (Nelson 1984, dikutip oleh Utomo, 2008).
Klasifikasi ikan cetol :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Cyprinodonoidi
Sub Ordo : Poecilioidei
Family : Poecilidae
Genus : Poecilia
Spesies : Poecilia reticulata (Nelson dikutip oleh Utomo 2008).
Ikan cetol merupakan anggota suku Poecilidae yang berukuran kecil.
Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan bentuk
tubuhnya, maupun dari warnanya. Panjang total tubuh ikan betina antara 46
cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 23 cm.
Ikan cetol banyak ditemukan disaluran-saluran air, atau bisa juga
membeli dipenjual ikan hias. Ikan ini terbukti cukup mudah dibudidayakan.
Ikan cetol mudah menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di
7
Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan
selokan. Ikan cetol di berbagai daerah juga dikenal dengan aneka nama lokal
seperti gepi (Betawi), bungkreung (Sunda), cetol atau cithul (Jawa), klataw
(Banjarnegara) (Http//:Wikipedia.com).
Kandungan protein ikan cetol cukup tinggi yaitu 72,01 persen,
kandungan abu 15,94 persen, tidak mengandung serat kasar (Hermawan,
2010 :44). Kandungan fosfor ikan cetol 1,73 persen diperoleh dari Hasil uji
Laboratorium Imu Nutrisi Dan Pakan Universitas Diponegoro Semarang.
2. Cacing tanah
Cacing tanah merupakan salah satu jenis fauna yang termasuk ke
dalam kelompok hewan tingkat rendah dan merupakan kelompok annelid.
Cacing tanah banyak ditemukan di lingkungan terrestrial basah. Cacing tanah
bermanfaat bagi manusia, misalnya sebagai sumber pupuk organik,
peningkatan manfaat limbah organik, sumber protein hewani, bahan baku
obat dan kosmetik.
Klasifikasi cacing tanah :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Ordo : Haplotaxida
Family : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus (Palungkun, 1999).
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh
pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak
pada segmen 27-32. Jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga
tubuhnya lebih kecil. Besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang
dan silindris berwarna merah keunguan. (Http://id.wikipedia.com)
8
Cacing tanah digolongkan kedalam filum annelida dan kelas
oligochaeta, Bentuk tubuh cacing tanah panjang dan bersegmen menyerupai
cincin. Warnanya merah kecoklatan. Panjang tubuhnya mencapai 10-15 cm
dan berdiameter sekitar 0,5 cm. Cacing ini tidak memiliki kerangka luar.
Tubuhnya dilindungi oleh kutikula (kulit bagian terluar) dan tidak memiliki
alat gerak. Pergerakan cacing tanah hanya mengandalkan otot-otot yang
melingkari tubuhnya. Pergerakan cacing tanah juga dibantu oleh lendir yang
diproduksi oleh kelenjar epidermis pada tubuhnya. Lendir ini juga berguna
untuk melicinkan tubuhnya sehingga mempermudah gerakannya saat
membuat lubang kedalam tanah atau saat keluar dan masuk lubang ( Bachtiar,
2003:24).
Cacing tanah mengandung zat makanan dan mineral serta vitamin
sangat baik untuk tubuh manusia. Cacing tanah mengandung protein yang
tinggi dan mengandung enzim peroksidase, katalase dan selulase. Kandungan
fosfor pada cacing tanah yaitu 1 persen. Cacing tanah ini juga mengandung
vitamin yang bermanfaat bagi pertumbuhan ternak yang mengkonsumsi
(Palungkun,1999).
3. Pakan Tambahan
Pakan tambahan adalah makanan tambahan yang diberikan belut
sawah untuk kelangsungan hidupnya, seperti aneka jenis ikan dan cacing. Hal
ini berguna untuk menghindari pengaruh produktivitas belut sawah yang
tidak maksimal akibat pemberian jenis pakan secara terus menerus. Makanan
belut sawah adalah berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh
kedalam air, seperti siput, cacing, anak katak, dan anak ikan (Muktiani :
2009: 85).
Pakan yang diberikan pada sore hari karena belut sawah cenderung
suka mencari makan pada malam hari. Pakan yang diberikan pada media air
bersih sebagian besar sama seperti pada media lumpur, yaitu ikan-ikan kecil
(cetol), kecebong, serangga kecil ( laron/rayap), keong mas, cacing tanah dan
ayam yang dibakar. Pakan buatan yang bisa diberikan pada belut sawah
adalah pelet. Pemeliharaan belut sawah dengan media air bersih dapat
9
dipanen dalam periode 3-4 bulan, tergantung ukuran benih yang ditebar
(Sarwono, 2011:56).
Menurut Roy (2009: 17), Belut sawah termasuk hewan yang aktif
pada malam hari (nokturnal). Belut sawah akan keluar dari liangnya pada
malam hari untuk mencari makan. Secara umum makanan belut sawah dapat
diklasifikasikan atas kelas Insecta (serangga), Oligochaeta (cacing-cacingan),
Gastropoda (siput), dan Pisces (ikan). Pakan yang diberikan harus segar dan
hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung,
dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00.
Pada dasarnya belut sawah merupakan hewan nokturnal , aktif pada
malam hari walau siang hari juga makan. Pakan yang diberikan pada sore dan
malam hari bisa lebih banyak dibanding yang diberikan pagi dan siang hari.
Pakan bisa diberikan pada pukul 17.00 pagi, pukul 22.00 (Ciptanto, 2010:
62).
Pakan alami merupakan pakan yang berada di perairan yaitu golongan
hewan atau tumbuhan sedangkan pakan buatan yaitu pakan yang bisa dibuat
sendiri dari berbagai bahan bernilai protein tinggi. Bahan tersebut bisa dibuat
adonan selanjutnya dibentuk menjadi pelet.
Urutan kegiatan untuk memproduksi pakan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan formula kebutuhan gizi sesuai dengan jenis ikan yang di
budidaya.
b. Melakukan seleksi dan memilih bahan baku yang tepat
c. Menyiapkan bahan baku dengan pengeringan, menghilangkan bagian
yang bisa beracun dan menggilingnya sampai homogen.
d. Bahan baku ditimbang sesuai komposisi masing masing
e. Melakukan percampuran bahan baku
f. Pencetakan pelet sesuai dengan jenis ikan dan mulut ikan
g. Melakukan pengukusan agar pelet lebih stabil dalam air.
h. Melakukan pengeringan dan pendinginan. Pengeringan dilakukan
dengan pemanasan suhu 60C. Sedangkan pendinginan dilakukan
pada suhu kamar. Pakan siap dikemas dan disimpan. Penyimpanan
10
dilakukan pada ruangan yang bersih, tidak lembab dan sirkulasi
udara bagus.
4. Belut sawah
Belut sawah (Monopterus albus) adalah hewan yang tergolong dalam
kelas ikan (pisces). Bentuk tubuhnya menyerupai ular, yakni bulat
memanjang dan mempunyai kerangka dalam seperti yang dipunyai ular. Belut
sawah tidak bersisik dan seluruh tubuhnya dilapisi lendir. Belut sawah tidak
mempunyai sirip (Muktiani, 2009: 5).
Belut sawah termasuk ke dalam kelas pisces, akan tetapi ciri fisiknya
agak sedikit berbeda dengan kelas pisces lainnya, tubuhnya hampir
menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) memanjang. Sirip duburnya telah
mengalami perubahan bentuk menyerupai lipatan kulit tanpa adanya
penyangga jari-jari kuat atau lemah. Sirip dada dan sirip punggung hanya
berbentuk semacam guratan kulit yang halus. Bentuk ekor pendek dan badan
lebih panjang dari pada ekornya. Panjang belut sawah bisa mencapai 90 cm
sebanding dengan ukuran lingkar tubuhnya.
Klasifikasi Belut Sawah:
Kingdom : Animalia
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbrancoidae
Family : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Spesies : Monopterus albus (Roy, 2009 : 13).
Belut sawah memiliki panjang badan 20 kali tinggi tubuh. Letak
permulaan sirip punggung sedikit dibelakang perut. Alat pernafasan belut
sawah dilengkapi dengan tiga lengkung insang. Rata-rata panjang tubuh belut
sawah maksimal mencapai 80 cm dan berat maksimal 400g (Saparinto, 2009:
43).
11
Belut sawah bernafas dengan cara mengambil oksigen langsung dari
udara, belut sawah juga mampu menyerap oksigen melalui kulitnya.
Kemampuan ini didapat karena belut sawah memiliki alat pernafasan
tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulutnya. Alat
ini berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara, insang menghisap
oksigen dari dalam air. Kebiasaan menghirup langsung dari udara tampak
ketika belut sawah menyembul dari liang tempat tinggalnya. Belut sawah
yang dikenal sebagai hewan yang berasal dari tempat beriklim tropis ternyata
diketahui dapat bertahan hidup melewati musim dingin dengan suhu yang
sangat rendah. Belut sawah sangat suka dengan perairan yang bersih dan kaya
oksigen (Muktiani, 2009: 10-11). Belut sawah (Monopterus albus) adalah
salah satu jenis belut sawah yang banyak dijumpai di habitatnya berupa
sawah. Belut sawah mempunyai ciri-ciri fisik, antara lain warna kulit lebih
terang, mata lebih kecil, ukuran lebih kecil (belut sawah dewasa < 200 gram),
perbandingan diameter dan panjang badan adalah 1:2. Belut sawah banyak
dijumpai di pulau Jawa, Madura, dan Bali. Belut sawah termasuk alam
golongan hewan hermaprodit protogini, yaitu pada masih muda berkelamin
betina dan pada saat dewasa berkelamin jantan perubahan kelamin biasanya
terjadi pada usia antara 4 hingga 6 bulan. Perubahan kelamin dipengaruhi
oleh habitat belut sawah, jika dalam komunitas hanya terdapat dua ekor belut
sawah maka belut sawah yang berukuran lebih besar bertindak sebagai
pejantan dan yang lebih kecil bertindak seperti betina. Belut sawah jantan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: warna kulit lebih gelap, kepala lebih
besar dan tumpul, serta berukuran panjang lebih dari 40 cm. Belut sawah
betina mempunyai ciri-ciri warna kulit lebih cerah, kepala lebih kecil, dan
runcing, serta berukuran panjang 20-30 cm (Junariyata, 2012: 13-14).
12
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Kandungan Gizi Pada Belut Sawah
Dengan Bahan Makanan Lainnya
Zat gizi Belut sawah Ikan Mas Telur Daging Sapi
Kalori (kal) 82 69 146 207
Protein (g) 6,7 128 11,5 18,8
Lemak (g) 1 1,6 10,4 14
Karbohidrat (mg) 10,9 0 0,6 0
Fosfor (mg) 533 120 162 170
Kalsium (mg) 390 16 48,6 11
Zat besi (mg) 1,3 1,6 2,4 2,8
Vitamin a( IU) 0 37,6 27,8 9
Vitamin B1 (IU) 0 0,04 0,09 0,08
Air 79,6 64 66,6 66
Sumber: (Junariyata, 2012: 7)
5. Media air bersih
Air adalah faktor utama yang sangat berpengaruh pada
perkembangan belut sawah pada pembesaran dengan menggunakan kolam air
bersih. Air yang digunakan dalam budidaya belut sawah harus rutin dikontrol,
sehingga tidak mempengaruhi perkembangan belut sawah. Air yang layak
digunakan dalam budidaya belut sawah di air bersih adalah air yang jernih,
memiliki suhu antara 25-28C, dan air yang tidak mengandung zat-zat kimia
berbahaya. Aliran air kedalam kolam budidaya akan menambah kandungan
oksigen didalamnya dan sangat berpengaruh untuk perkembangan serta
pertumbuhan belut sawah, Jika kolam budidaya belut sawah tidak ada
sirkulasi air dan pembuangan, air cepat kotor/keruh, maka harus sering
mengganti air paling tidak 2 atau 3 hari sekali (Muktiani, 2009: 83:84).
Menurut Roy (2009 : 24-25), Derajad keasaman (pH) air yang ideal
bagi belut sawah adalah 5-7. Kandungan mineral di dalam air juga harus
benar-benar alami, yakni terbebas dari minyak atau limbah kimia. Pendapat
ini didukung oleh Junariyata (2012:46), Air yang mendukung kehidupan belut
sawah harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti bersih, tidak beracun,
mengandung banyak oksigen, bersih, pH antara 5-7 dan suhu antara 25-28C.
Kondisi perairan yang cocok untuk budidaya belut sawah adalah air
yang bersih dan kaya oksigen, terutama untuk benih yang masih kecil dengan
13
ukuran 1-2 cm. Belut sawah adalah binatang air yang selalu mengeluarkan
lendir dari tubuhnya. Pengeluaran lendir ini adalah mekanisme perlindungan
tubuhnya yang sensitif. Lendir yang keluar dari tubuh belut sawah cukup
banyak sehingga lama-kelamaan dapat berpengaruh pada air tempat hidupnya
(Junariyata, 2012: 31).
Belut sawah sudah bisa dibudidayakan dengan menggunakan media
air bersih. Belut sawah merupakan ikan habitat alaminya adalah perairan
berlumpur, belut sawah juga merupakan ikan yang hidupnya membutuhkan
air sebagai media hidupnya. Belut sawah dapat dibudidayakan pada media air
bersih menjadi sangat mungkin. Lingkungan harus tetap harus disesuaikan
dengan kebutuhan serta nutrisinya yang juga harus diperhatikan. Penggunaan
air bersih memiliki beberapa kelebihan sebagai media hidup belut sawah.
Berikut adalah beberapa kelebihan yang didapatkan dengan
menggunakan air bersih sebagai media hidup belut sawah diantaranya:
a. Kemudahan dalam melakukan pengontrolan terhadap belut sawah
yang dibesarkan, selain itu jika ada belut sawah yang terlihat sakit
atau mati, akan mudah terlihat sehingga bisa segera diambil dari
kolam budidaya.
b. Penebaran benih belut sawah lebih banyak jumlah belut sawah yang di
besarkan di kolam hingga bisa mencapai 30 kali lipat per m di
banding budidaya belut sawah di media lumpur.
c. Meminimalkan angka kanibalisme antara belut sawah satu dengan
yang lainya justru saling membutuhkan, dalam metode budidaya belut
sawah di air bersih, badan belut sawah adalah sebagai tempat untuk
saling melindungi dan sebagai tempat persembunyian.
d. Lebih efisien dan effektif, budidaya belut sawah di air bersih akan
menghemat lahan karena dalam pembuatan kolam dengan media air
bersih, bisa disusun menjadi 3 tingkat atau lebih. Pemberian pakan di
media air bersih juga tidak cuma-cuma karena setiap kita tebar
pakannya, belut sawah akan melihat sehingga belut sawah akan
langsung memangsanya ( Junariyata, 2012: 31).
14
Pasokan air bersih penting untuk sirkulasi air didalam kolam, baik
untuk pembibitan atau pembesaran belut sawah. Syarat air yang dibutuhkan
dalam budidaya belut sawah harus bersih, kaya oksigen, dan tidak terlalu
keruh. Selain itu, air yang bagus memiliki pH 6-7, yakni tidak asam tidak
basa, dengan begitu pertumbuhan belut sawah dapat maksimal (Hermawan,
2010: 11).
Pembesaran belut sawah dengan media air bersih juga tidak serta
merta hanya menebar benih pada media air bersih. Air bersih yang digunakan
juga harus memenuhi syarat media yang cocok bagi pertumbuhan belut
sawah. Air yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan belut sawah adalah
memiliki suhu antara 25-28C, tidak mengandung logam berat atau bahan
kimia berbahaya, serta memiliki pH yang tidak lebih dari 7 (Sarwono, 2011:
50).
Air yang harus dihindari adalah air yang sudah terkontaminasi,
seperti air yang sudah tercampur pestisida, air limbah rumah tangga dan air
limbah industri. Air sisa pakan seperti pelet yang tidak dibersihkan di dasar
kolam dapat merusak kondisi air (Hermawan, 2010: 11).
Air pemeliharaan harus diganti dengan frekuensi dua kali seminggu,
yaitu dengan cara membuang seluruh air dalam bak pemeliharaan hingga
habis dan menggantinya dengan air bersih. Pergantian air perlu dilakukan
sekaligus membersihkan sisa-sisa pakan agar tidak menjadi racun. Pergantian
air pada pagi hari juga bertujuan untuk menyediakan media yang segar dan
mengandung banyak oksigen sehingga usai pergantian air, belut sawah dapat
beristirahat dengan tenang dengan pasokan oksigen yang optimal.
Metabolisme tubuh belut sawah menjadi lebih baik dan belut sawah menjadi
segar serta tidak mudah terserang penyakit. Tinggi permukaan air pada wadah
juga harus dikontrol karena mempengaruhi kandungan oksigen dalam media.
Jika terlalu tinggi, pertukaran udara dengan air menjadi terhambat sehingga
belut sawah yang ada dibagian bawah akan lebih cepat merasa letih. Kondisi
tersebut membuat belut sawah merasa tidak nyaman dan mengalami stres.
15
Pergerakan belut sawah yang berlebihan juga mengakibatkan energinya
banyak terbuang sehingga pertumbuhan terhambat (Sarwono, 2011: 58-59).
6. Kandungan Fosfor
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh yaitu 1
persen dari berat badan. Kurang lebih 85 persen fosfor didalam tubuh terdapat
berbagai garam kalsium fosfat yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit didalam
tulang dan gigi. Hidroksiapatit memberi kekuatan pada tulang. Fosfat
selebihnya terdapat didalam sel tubuh, separuhnya didalam otot dan didalam
cairan ekstraselular. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan
RNA yang terdapat dalam tiap inti sel dan sitoplasma tiap sel hidup. Fosfat
organik dan fosfat memegang peranan penting dalam reaksi yang berkaitan
dalam penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenosin TriFosfat
(ATP) (Almatsier,2009).
Kebutuhan fosfor untuk anak-anak berfungsi untuk penunjang
perkembangan disaat pertumbuhan, 70 persen dari fosfor yang berada dalam
makanan dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan fosfor dibantu oleh vitamin D
dan diekskresikan dalam urin. Kekurangan fosfor mengakibatkan
demineralisasi tulang dan terjadi pertumbuhan yang kurang baik. Fosfor yang
berbentuk kristal kalsium fosfat yang terdapat dalam tubuh sebanyak 80
persen berada dalam tulang dan gigi (Poedjiadi, 2006).
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada
metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan
gusi untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Belut
sawah juga mengandung fosfor nilainya dua kali lipat fosfor pada telur.
Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang, jadi
konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium agar tulang menjadi kokoh
dan kuat (Muktiani,2011: 21).
Menurut Aminudin (1998), fosfor sangat penting peran biokimia dan
fisiologinya. Fosfor dideposit dalam tulang dalam bentuk kalsium
hidroksiapetite. Fosfor merupakan komponen dari fosfolipid yang
mempengaruhi permeabilitas sel dapat merupakan komponen dari mielin
16
pembungkus urat saraf, banyak transfer energi dalam sel melibatkan ikatan
fosfat yang kaya energi dalam ATP. Fosfat memegang peranan dalam sistem
buffer dari darah, mengakibatkan beberapa vitamin B (tiamin, niasin,
piridoksin, riboflavin, biotin, dan asam pantotenik) untuk membentuk
koenzim yang dibutuhkan dalam proses fosforilasi awal.
Metabolisme fosfor sebagian besar berhubungan dengan metabolisme
kalsium. Perbandingan Ca : P dalam makanan mempengaruhi absorpsi dan
ekskresi unsur-unsur ini, jika salah satu unsur ini berlebihan, ekskresi unsur
lainnya meningkat. Peningkatan metabolisme karbohidrat, seperti selama
absorpsi karbohidrat, diikuti oleh penurunan senyawa fosfat serum.
Penurunan yang serupa dapat terjadi selama absorpsi lemak (Harold A.
Harper, dkk, 1979: 606).
Fosfor merupakan unsur yang sangat banyak dujumpai di alam, secara
keseluruhan menempati peringkat ke-12 di bumi. Dijumpai dalam bentuk
ikatan kimia, biasanya dalam batuan fosfat, yang terutama terdiri dari
senyawa yang mengandung kalsium fosfat. Fosfor mempunyai sejumlah
peran yang sangat penting. Unit fosfat berperan dalam struktur DNA yang
mengatur reaksi kimia sel dan mentransformasi genetik dari satu generasi
kegenerasi selanjutnya. Unit fosfor juga dijumpai dalam fosfolipid dan sel
yang membentuk dinding sel.
7. Kandungan Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Oksigen dalam lemak lebih sedikit dari pada yang
terdapat dalam karbohidrat. Pembakaran lemak mengikat lebih banyak
oksigen sehingga panas yang dihasilkan lebih banyak. Lemak disimpan
dibawah kulit merupakan persediaan energi jangka panjang dan merupakan
insulasi dalam tubuh. Lemak merupakan bahan penting dalam membran sel
dan sifatnya tidak larut dalam air dimanfaatkan dalam sistem kedap air
sejumlah organisme (Irianto, 2004: 28).
Lemak merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih
berkerabat karena sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini
17
mempunyai sifat umum yaitu: relatif tidak dapat larut dalam air, larut
didalam pelarut non polar. Lemak merupakan konstituen diet penting bukan
hanya karena nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya
vitamin larut lemak dan asam lemak essensial didalam makanan (Murray, et
al, 2003: 148 dan 152).
Lemak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Trigliserida
merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul
asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda-beda), yang
membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air (Herlina, 2002: 12).
Lemak disimpan pada jaringan adiposa, tempat senyawa ini juga
berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan sekitar organ
tertentu. Kombinasi lipid dengan protein (lipoprotein) adalah konstituen sel
yang penting, yang terdapat baik di membran sel maupun mitokondria, dan
juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid dalam darah (Murray, et al, 2009
: 128).
Lipid dalam makanan terutama berupa triasil gliserol, dan mengalami
hidrolisis menjadi monoasilgliserol dan asam lemak di usus yang kemudian
mengalami re-estrifikasi di mukosa usus. Lipid di ekskresikan kedalam sistem
limfe lalu kealiran darah sebagai kilomikron yaitu lipoprotein plasma terbesar
(Murray, et al, 2009 : 143).
18
B. Kerangka Berpikir
Prospek belut sawah cukup hebat, ditilik dari potensi pemasaran,
potensi lahan, kandungan gizi sebagai makanan dan obat, variasi makanan,
dan tidak sulitnya cara budidaya, usaha budidaya belut sawah memiliki modal
dasar untuk dikembangkan menjadi lahan usaha. Budidaya belut sawah harus
digarap dengan ketekunan dan keterampilan tersendiri agar menuai
keberhasilan.
Belut sawah (Monopterus albus) adalah hewan yang tergolong dalam
kelas ikan (pisces). Tubuh belut sawah menyerupai ular, yakni bulat
memanjang dan mempunyai kerangka dalam seperti yang dipunyai ular. Belut
sawah mengandung gizi dan fosfor yang tinggi. Permintaan belut sawah yang
tinggi membuat peternak belut sawah berinisiatif untuk memelihara belut
sawah dengan media air bersih dan pemberian pakan utama maupun
tambahan secara intensif. Makanan alami yang dikonsumsi belut sawah sudah
tersedia di alam dan mudah untuk ditemukan. Makanan belut sawah tersebut
contohnya adalah cacing tanah dan ikan cetol.
Belut sawah dipelihara secara intensif dalam bak berisi air bersih
dengan kondisi lingkungan yang mendukung yaitu lingkungan yang tenang
dan teduh. Pemeliharaan intensif untuk meningkatkan kandungan fosfor dan
menurunkan kandungan lemak pada daging belut sawah diharapkan dapat
memenuhi gizi yang dibutuhkan masyarakat di Indonesia dan melestarikan
spesies belut sawah itu sendiri. Pemberian pakan belut sawah di atur antara
pakan tambahan berupa ikan cetol dan cacing tanah, sedangkan pakan utama
berupa pelet.
19
C. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian akan disajikan dalam bagan pada gambar berikut ini
:
D.
E.
Gambar 1. Diagram Paradigma Penelitian
Manajemen
Pakan
Permasalahan
Pemecahan
Masalah
Pemeliharaan
secara
intensif
Manajemen
Kondisi
Lingkungan
Hasil yang
diharapkan
Pakan
Tambahan ikan
cetol dan
cacing tanah
Pakan utama
( Pelet)
Lingkungan
yang tenang
Kolam bak
berisi air
bersih
Tempat yang
teduh
Belut sawah rendah
kandungan Fosfor
Belut sawah tinggi
kandungan Lemak
Belut sawah
dengan
kandungan
Lemak rendah
Belut sawah
dengan
kandungan
Fosfor tinggi
20
A. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
1. Hipotesis penelitian :
Pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan
berpengaruh untuk meningkatkan fosfor dan menurunkan kandungan
lemak pada belut sawah (Monopterus albus).
2. Hipotesis Statistik :
Guna kepentingan hipotesis diajukan hipotesis statistik sebagai berikut:
H
0
= Tidak ada pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah,sebagai
pakan tambahan berpengaruh untuk meningkatkan kandungan fosfor
dan menurunkan kandungan lemak pada belut sawah (Monopterus
albus).
H
A
= Ada pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan
tambahan berpengaruh untuk meningkatkan kandungan fosfor dan
menurunkan kandungan lemak pada belut sawah (Monopterus
albus).
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di jalan Rejomulyo V no.11, Kecamatan
Tembalang Kabupaten Semarang. Analisis parameter dilakukan di Laboratorium
Ilmu Pangan Jurusan Teknologi Pangan UNIKA SOEGIJAPRANATA
SEMARANG. Penelitian ini dilaksanakan dimulai Januari s/d Maret 2013.
B. Bahan Penelitian
1. Belut sawah : 45 ekor
2. Cacing tanah : 300 g
3. Ikan cetol : 100 g
4. Eceng Gondok : 18 buah
5. Garam : 3 bungkus
6. Air
7. Antibiotik Txcetracyclin
C. Alat Penelitian
1. pH meter : 1 buah
2. Termometer : 1 buah
3. Ember : 12 buah
4. Jaring : 2 buah
5. Jala (Wering ) : 3 m
6. Terpal : 2 m
7. Selang : 15 m.
D. Variabel Penelitian
Terdapat variabel utama yang diidentifikasikan menurut fungsinya dapat
dibedakan menjadi :
1. Variabel bebas
Penelitian ini variabel bebasnya adalah belut sawah (Monopterus albus), ikan
cetol dan cacing tanah.
2. Variabel Tergantung
22
Penelitian ini variabel tergantung adalah Kandungan Fosfor dan Lemak.
3. Variabel Kendali
Penilitian ini variabel kontrol adalah Konsentrasi jenis pakan, Media air
bersih, Suhu dan pH.
E. Parameter Penelitian
Pada penelitian ini parameter yang diamati adalah :
1. Kandungan fosfor pada belut sawah yang dihasilkan dari pemberian pakan
tambahan.
2. Kandungan lemak pada belut sawah yang dihasilkan dari berupa
pemberian pakan tambahan.
F. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian True-Experimental Research atau
eksperimental sesungguhnya karena bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu atau lebih
kelompok eksperimental satu atau lebih kelompok yang tidak dikenali kondisi
perlakuan.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Unit eksperimen dibagi menjadi beberapa kelompok. Jumlah kelompok
sama dengan jumlah ulangan. Setiap kelompok mengandung semua perlakuan
yang diberikan (Gomez K.A dan Gomez A.A, 1995).
Rancangan yang digunakan terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan,
sehingga ada 12 ember eksperimen dan ditempatkan secara acak kelompok.
Pengelompokan dilakukan pada seluruh materi percobaan secara merata sebelum
percobaan dimulai. Rancangan yang digunakan terdiri dari 4 perlakuan yaitu:
A : pelet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah
B : pelet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah
C : pelet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah
D : pelet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.
Cara untuk memberi makanan belut sawah agar pakan yang diberikan
memenuhi kebutuhan yang sesuai dosis maka, masing-masing pakan harus
23
dihomogenkan terlebih dahulu sehingga kebutuhan belut sawah diharapkan dapat
terpenuhi. Pelet yang digunakan dalam bahan pakan belut sawah adalah buatan
sendiri yang dikombinasikan dengan bahan-bahan sebagai berikut:
Tabel 2. Pedoman Dosis Pembuatan Pakan
Bahan Takaran
Cacing tanah 300 gram
Ikan cetol 100 gram
Tepung kanji 1000 gram
Bekatul 500 gram
Tepung ikan 500 gram
Air 2500 gram
Sumber : (Roy, 2006).
Adapun dosis dan cara dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Pedoman Pengelolaan Pakan
Bobot ikan (gram) Dosis Pemberian Pakan
(bobot tubuh per hari)
1 - 5 10 - 7
5 - 20 6 - 4
20 - 100 4 - 2,5
100 - 200 2,5 - 2
200 - 400 2 - 1,5
Sumber: (Ciptanto, 2010).
Jumlah pakan yang diberikan per hari berkisar antara 3 5 % berat total
biomassa ikan. Ikan dengan berat 50 gr/ekor jumlah pakan yang diberikan 5 %
dari biomassa ikan. Ikan dengan berat lebih dari 50 gr jumlah pakan yag diberikan
3 % biomassa ikan. Kebutuhan pakan ikan dapat di hitung dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Menentukan berat ikan per ekor ( A )
2. Menentukan jumlah populasi ikan dalam 1 ember ( B )
3. Menentukan dosis pemberian pakan per hari ( C )
4. Menghitung dengan cara B x A x C
5. Hasil dihitung bentuk hasil akhir dalam gram.
24
Pengamatan dilakukan setiap hari selama 11 minggu. Pengamatan setiap
2 minggu terhadap pH air. Pergantian air pada tiap-tiap ember dilakukan 2
minggu sekali. Uji kandungan fosfor dan lemak dilakukan pada akhir pengamatan
dengan melakukan uji laboratorium.
Gambar 2. Denah Rancangan Acak Lengkap
Keterangan :
Huruf : perlakuan
Angka : urutan tempat
Angka indeks : ulangan ke-
G. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap perencanaan
a. Merancang alat-alat dan bahan-bahan diperlukan untuk penelitian.
b. Mencari dan tinjau tempat penjualan alat-alat dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk penelitian.
c. Merancang dosis ikan cetol dan cacing tanah yang akan digunakan
sebagai perlakuan.
2. Persiapan
a. Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
penelitian.
b. Menyiapkan bibit belut sawah dan pakan tambahan pada belut sawah.
c. Mencuci ember yang akan digunakan.
d. Mengatur ember sesuai dengan parameter.
e. Merendam ember selama 1 minggu untuk menghilangkan bau plastik
yang terdapat didalamnya.
f. Memasang terpal sebagi penutup.
D
1
B
1
C
1
A
1
A
2
D
2
C
2
A
3
D
3
C
3
B
2
B
3
25
3. Pelabelan
a. Menyiapkan kertas stiker yang bertuliskan rancangan perlakuan dan
ulangan dengan spidol permanen.
b. Mentempelkan kertas stiker pada sisi ember.
c. Menutup label dengan lakban bersih.
4. Pencampuran
a. Mengambil pelet, ikan cetol dan cacing tanah dengan dengan takaran
yang sesuai dengan prosedur yang telah di tentukan sehingga pakan
berbentuk pelet.
5. Tahap pelaksanaan
a. Memasukkan bibit belut sawah sebanyak 5 ekor ke dalam masing
masing ember berdiameter 21 cm dengan tinggi air 10 cm, tinggi ember
18 cm , pH antara 78 dengan suhu 25
0
C-28
0
C.
b. Menetralkan kondisi belut sawah dalam ember dengan cara
memberikan pakan utama dengan dosis yang sama selama satu minggu
sebagai proses adaptasi kehidupan belut sawah.
c. Memasukkan ikan cetol, cacing tanah, tepung ikan, tepung kanji dan
bekatul yang sudah dihomogenkan sehigga berbentuk pelet kedalam
masing-masing ember.
d. Mengatur kandungan pH air dan mengecek keadaan belut sawah setiap
hari.
e. Mengganti air setiap 2 minggu sekali.
f. Menunggu sampai proses panen tiba.
g. Melakukan pengujian kandungan fosfor dan lemak.
D = 21 cm
T
air
= 10 cm
T = 18 cm
Suhu = 25-28C
Gambar 3. Penataan Dalam Ember.
Peralon panjang= 10 cm
Ember bahan plastik
26
H. Metode Analisis Data
Dari data pengamatan dan perhitungan tentang kandungan fosfor dan
lemak dengan pemberian pakan tambahan dalam berbagai dosis, maka dapat
dimasukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Data Kandungan Fosfor Pada Belut Sawah ( Monopterus albus) dengan 4
Perlakuan dan 3 Kali Ulangan.
Perlakuan Ulangan ke - Total /
perlakuan
Rataan
perlakuan 1 2 3
A
B
C
D
Jumlah umum
(G)
Rataan umum
Tabel 5. Data kandungan Kemak pada Belut Sawah ( Monopterus albus) dengan 4
Perlakuan dan 3 Kali Ulangan.
Perlakuan Ulangan ke - Total /
perlakuan
Rataan
perlakuan 1 2 3
A
B
C
D
Jumlah umum
(G)
Rataan umum
27
Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam ( analisis
varians) untuk data percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
banyaknya ulangan yang sama akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6. Analisis Varians dari RAL (Rancangan Acak Lengkap).
Sk Db Jk KT FH
F Tabel
5% 1%
Perlakuan t-1 JKP
Galat (rt-1) (t-1) JKG
Total rt-1 JKP+JKG
Sumber : Gomez, K.A dan Gomez, A.A: 1995
Keterangan :
t : Banyaknya perlakuan
r : Banyaknya ulangan
Sk : Sumber keragaman
JK : Jumlah kuadrat
KT : Kuadrat tengah
JKP : Jumlah kuadrat perlakuan
db : Derajat bebas
n : Jumlah pengulangan
FH : F
hitung.
Untuk menghitung :
a. Faktor koreksi (FK) =
b. Untuk menghitung jumlah kuadrat (JK)
JK Umum
JK perlakuan = F.K
JK Galat = JK umum JK perlakuan
Dimana : Xi : Pengukuran
n : Banyaknya peta percobaan
Ti : Jumlah perlakuan
G= x
c. Untuk menghitung Kuadrat Tengah (KT)
KT Perlakuan =
KT Galat =
28
d. Untuk menghitung F (beda uji nyata perbedaan perlakuan)
Nilai F diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
F =
Untuk menerima atau menolak hipotesis penelitian dengan kriteria sebagai
berikut :
Jika nilai F
hitung
> F
tabel
pada teraf nyata 5% atau 1% dinyatakan berbeda sangat
nyata signifikan, berarti H
0
ditolak H
A
diterima. Bila hasil uji F tersebut
dinyatakan beda nyata (signifikan), maka pengujian selanjutnya yaitu Uji Jarak
Ganda Duncan (UJGD) dengan rumus :
Rp =
Dimana sd =
Rp : Nilai t pada tabel
sd : Galat baku perbedaan rataan
s
2
: Ragam kuadrat tengah (KT)
r : Ulangan
t : Banyaknya perlakuan
p : Jarak
Sumber : Gomez, K.A dan Gomez, A.A: 1995
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing
tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media
air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor dan menurunkan kandungan
lemak adalah sebagai berikut:
A. Kandungan Fosfor
Data tentang pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai
pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media air bersih
terhadap pada belut sawah fosfor dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Kandungan Fosfor Pada Belut Sawah (Monopterus albus) (%)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Perlakuan
(T)
Rataan
Perlakuan
1 2 3
A 2, 020 1, 650 1, 429 5, 099 1, 700
B 1, 243 1, 633 1, 585 4, 641 1, 547
C 1, 126 2, 857 1, 881 5, 864 1, 954
D 1, 229 2, 016 1, 481 4, 726 1, 575
Jumlah
Umum
(G) 5, 618 8, 156 6, 376 20, 330 6, 776
Rataan
umum 1,449 2,039 1,594 1, 694
Keterangan :
A: pelet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah
B: pelet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah
C: pelet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah
D: pelet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.
Berdasarkan tabel 7. di atas dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian ikan
cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus
albus) dalam media air bersih terhadap kandungan fosfor memberikan hasil yang
tertinggi pada perlakuan C yaitu ( X C = 1,954) sedangkan yang paling rendah
terdapat pada perlakuan B yaitu ( X B = 1,547).
30
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat Histogram kandungan fosfor
sebagai berikut:
Gambar 4. Histogram Kandungan Fosfor pada Pemeliharaan Belut Sawah
(Monopterus albus) Secara Intensif pada Media Air Bersih dengan Pemberian
pakan Ikan Cetol dan Cacing Tanah.
Perhitungan homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik
ragam. Hasil analisis sidik ragam (RAL) terhadap kandungan fosfor dapat dilihat
dalam Tabel 8. di bawah ini :
Tabel 8. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Fosfor.
Sumber
Keragaman
(Sk)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(Jk)
Kuadrat
Tengah
(Kt)
F
Hitung
F
tabel
5% 1%
Perlakuan
3
0,31 1,103 0,407ts
4,07 7,59
Galat Percobaan
8
2,128 0,253
Umum
11
ts = tidak signifikan / beda nyata pada taraf nyata 5%
kk = 38,6 %
Berdasarkan tabel 8. Diketahui bahwa F
hitung
(0,407) <F
tabel
5% (4,07) Hal
ini menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh pemberian ikan
31
cetol dan cacing tanah, sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus
albus) berpengaruh terhadap kandungan fosfor diterima.
B. Kandungan Lemak
Berikut adalah data tentang pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing
tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media
air bersih terhadap kandungan lemak dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Kandungan Lemak pada Belut Sawah (Monopterus albus) (%)
Perlakan
Ulangan
Jmlah
Perlakuan
(T)
Ratan
Perlakuan
1 2 3
A 0,429 0,467 0,802 1,698 0,566
B 1,298 1,525 0,710 3,533 1,177
C 0,503 0,851 0,449 1,803 0,601
D 0,851 0,970 0,761 2,582 0,860
Jumlah
Umum (G) 3,081 3,813 2,722 9,616 3,204
Rataan
umum 0,770 0,953 0,680 0,801
Keterangan :
A : pelet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah
B : pelet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah
C : pelet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah
D : pelet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.
Berdasarkan tabel 9. Dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian ikan cetol
dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus)
dalam media air bersih terhadap kandungan lemak memberikan hasil yang
tertinggi pada perlakuan B yaitu ( X B = 1,177) sedangkan yang paling rendah
terdapat pada perlakuan A yaitu ( X A = 0,566).
Berdasarkan data tabel 9, maka dapat dibuat diagram batang kandungan
lemak sebagai berikut:
32
Gambar 5. Diagram Batang Kandungan Lemak pada Pemeliharaan Belut Sawah
(Monopterus albus) Secara Intensif pada Media Air Bersih dengan Pemberian
Pakan Ikan Cetol dan Cacing Tanah.
Perhitungan homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik
ragam. Hasil analisis sidik ragam (RAL) terhadap kandungan lemak dapat dilihat
dalam Tabel 10. di bawah ini :
Tabel 10. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Lemak
Sumber
Keragaman
(Sk)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(Jk)
Kuadrat
Tengah
(Kt)
F
Hitung
F
tabel
5% 1%
Perlakuan
3
0,274 0,241 3,492ts
4,07 7,59
Galat Percobaan
8
0,552 0,069
Umum
11
= Tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%
kk = 32,7 %
Berdasarkan tabel 10. diketahui bahwa F
hitung
(3,492) <F
tabel
5% (4,07) dan
F
tabel
1% (7,59) Hal ini menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan tidak ada
pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah, sebagai pakan tambahan pada
belut sawah (Monopterus albus) berpengaruh terhadap kandungan lemak
diterima.
33
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ikan cetol
dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus)
dalam media air bersih terhadap kandungan fosfor dan lemak dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Kandungan Fosfor pada Belut sawah (Monopterusalbus) :
Berdasarkan hasil analisis statistika tidak ada pengaruh pemberian ikan
cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus
albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan kandungan fosfor. Data
tersebut yang memiliki nilai kandungan fosfor tertinggi pada perlakuan C ( X C =
1,954) yaitu perlakuan pelet 2,5 g ditambah 1 gr ikan cetol dan 1 gr cacing tanah,
sedangkan rata-rata kandungan fosfor terendah pada perlakuan B menghasilkan
rata-rata ( X B = 1,547) yaitu perlakuan pelet 2,5 g ditambah 0,5 g ikan cetol dan
1,5 g cacing tanah. Perbedaan kandungan fosfor ini disebabkan pola pemberian
makan setiap belut sawah yang berbeda serta penyebaran sumber makanan yang
berbeda pula sehingga kandungan fosfor belut sawah dari masing-masing
perlakuan mendapat hasil yang berbeda pula. Perhitungan selengkapnya mengenai
kandungan fosfor pada belut sawah dapat dilihat pada lampiran 1.
Palungkun (1999: 12), Kandungan fosfor pada cacing tanah yaitu 1 persen.
Hasil uji Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Universitas Diponegoro Semarang
menyatakan bahwa kandungan ikan cetol yaitu 1,73 persen. Fosfor merupakan
mineral yang dibutuhkan ikan, karena sangat berperan dalam pembentuk tulang
dan berperan dalam proses metabolisme tubuh karena mampu menjaga tingkat
keasaman lambung. Penambahan fosfor dalam pakan buatan dapat memperbaiki
pertumbuhan ikan, kalsium dan fosfor dalam tubuh, dan nafsu makan (Afrianto
dan Liviawati, 2005:81). Menurut Mashuri, Sumarjan, dan Zaenal (2012) pakan
yang baik untuk belut sawah pada pemeliharaan dengan menggunakan air bersih
yaitu cacing tanah karena menunjukkan pertumbuhan berat 7,38 g dan panjang
34
5,61 cm yang tertinggi di antara pakan jenis yang lain. Hal ini disebabkan protein
cacing tanah memiliki nilai protein kasar yang tinggi yaitu 49,5%,
Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejunum bagian tengah dan masuk ke dalam
aliran darah melalui sirkulasi portal dan transport ini terjadi secara aktif yang
membutuhkan natrium, maupun secara difusi. Pengaturan absorpsi fosfat diatur
oleh 1,25-dehidroksikalsiferol. Fosfat ikut serta dalam siklus pengaturan derivat
aktif vitamin D3. Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan 1,25-
dehidroksikalsiferol dalam tubulus renalis dirangsang yang menyebabkan absorpsi
fosfat dari usus. Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal. Fosfat plasma
dengan jumlah 80 - 90% difiltrasi pada glomerulus ginjal, dan jumlah fosfat yang
diekskresi dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan
yang direabsorpsi oleh tubulus proksimal dan tubulus distal ginjal. 1,25
dehidroksikalsiferol merangsang reabsorpsi fosfat bersama kalsium dalam tubulus
proksimal. Tetapi hormon paratiroid mengurangi reabsorpsi fosfat oleh tubulus
renalis dan dengan demikian mengurangi efek 1,25- dehidroksikalsiferol pada
eksresi fosfat. Bila tidak ada efek kuat hormon paratiroid, ginjal mampu memberi
respon terhadap 1,25-dehidroksikalsiferol dengan pengambilan semua fosfat yang
difiltrasi. Absorpsi mineral dapat dipengaruhi oleh zat chelating (fitat dan oksalat),
protein, lemak, mineral lain, dan serat dalam makanan. Adanya asam fitat pada
pakan nabati mempengaruhi serapan fosfor. Amin et al (2011), menyatakan
bahwa fosfor yang terkandung dalam bahan baku nabati tidak mampu
dimanfaatkan oleh ikan karena keterbatasan enzim pemecah asam fitat yaitu
fitase. Ikan tidak mampu mencerna asam fitat oleh karenanya akan dilepas ke
perairan. Material pakan yang tidak dapat dicrena oleh ikan akan dikeluarkan
melalui feses (Amin, et al. 2011). Widya, (2011) menyatakan pakan nabati berupa
jamur kombucha yang diberikan pada ikan lele tidak dapat diserap oleh tubuh lele
.
35
B. Kandungan Lemak pada Daging Belut sawah (Monopterusalbus) :
Berdasarkan hasil analisis statistika tidak ada pengaruh pemberian ikan
cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus
albus) dalam media air bersih terhadap kandungan lemak. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian ikan cetol dan cacing tanah tidak memberikan
pengaruh terhadap rata-rata untuk menurunkan kandungan lemak pada
pemeliharaan belut sawah (Monopterus albus) dengan media air bersih.
Berdasarkan data kandungan lemak tersebut yang memiliki nilai tertinggi pada
perlakuan B ( X B = 1,177) yaitu perlakuan pelet 2,5 g ditambah 0,5 g ikan
cetol dan 1,5 g cacing tanah sedangkan rata-rata kandungan lemak terendah pada
perlakuan A menghasilkan rata-rata ( X A = 0,566) yaitu perlakuan pelet 4,5 g
tanpa pemberian ikan cetol dan tanpa pemberian cacing tanah.
Tidak adanya pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai
pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) terhadap kandungan lemak
disebabkan jenis pakan yang berbeda akan menyebabkan nilai nutrisi atau gizi
yang berbeda pula. Berdasarkan data hasil Uji Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan
Pakan Universitas Diponegoro Semarang Ikan cetol mengandung lemak sebesar
17, 56 persen dan kandungan lemak pada cacing tanah menurut Hermawan (
2010: 44) sebesar 7,32 persen. Lemak pada pakan penting bagi ikan, karena
berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan
fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu,
membantu dalam penyerapan vitamin yang terlarut dalam lemak, bahan baku
hormon dan untuk mempertahankan daya apung tubuh.
Lemak dalam bentuk trigliserida yang masuk dalam tubuh ikan akan
dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak yang
terbentuk akan segera diabsorpsi oleh tubuh melalui dinding usus halus dan
dengan perantara sistem jaringan darah dialirkan keseluruh organ tubuh. Asam-
asam lemak akan disusun kembali menjadi trigliserida (disimpan dalam jaringan
tubuh dalam bentuk trigliserida) (Afrianto dan Liviawati, 2005: 56). Lemak pada
36
pada pakan yang berlebihan menghasilkan bau tengik sehingga tidak disukai belut
sawah, hal ini akan mempengaruhi kadar lemak yang dapat diabsorpsi tubuh belut
sawah menjadi lebih sedikit. Kebutuhan zat makanan lain juga dibutuhkan untuk
pertumbuhan belut sawah seperti protein. Mashuri, Sumarjan, dan Zaenal (2012),
menyatakan bahwa pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas
proteinnya tetapi juga kualitasnya, serta kandungan zat gizi lainnya seperti lemak
juga berpengaruh dalam pertumbuhan. Bobot tubuh belut sawah meningkat dari 30
g menjadi 36 g. Pakan dengan kandungan lemak yang berlebihan tidak baik bagi
kualitas pakan menurut Afrianto (2005), kandungan lemak pada pakan buatan
sebaiknya tidak lebih dari 18 persen, sebagian besar ikan membutuhkan lemak
antara 4-8 persen. Menurut Soediaoetama, (2004: 101) lemak dalam makanan
tidak seluruhnya dicerna seluruhnya melainkan ada sebagian yang terbuang di
dalam tinja.
C. Wawasan Implementasi Hasil Penelitian Pembelajaran Biologi
Penelitian mengenai pengaruh pemberian ikan cetol dan cacing tanah
sebagai pakan tambahan pada belut sawah (Monopterus albus) dalam media air
bersih terhadap kandungan fosfor dan lemak dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran di sekolah terutama untuk siswa kelas XII pelajaran Biologi Sekolah
Menengah Atas (SMA).
Standar Kompetensi 2: Memahami pentingnya proses metabolisme pada
organisme.
Kompetensi Dasar : 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses
metabolisme
Skripsi ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana metabolisme
fosfor dan lemak pada tubuh belut sawah. Diimplementasikan pada kegiatan
pembelajaran dengan metode diskusi, presentasi dan tanya- jawab menggunakan
model pembelajaran Think Pair and Share atau kelompok berpasangan. Sintak
pembelajarannya yaitu Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, secara
berpasangan, kemudian siswa mendapat tugas menjelaskan fungsi enzim dalam
proses metabolisme dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan fungsi
37
enzim dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan ikan (belut sawah) dan
masing-masing kelompok mengerjakannya. Mempresentasikan hasil kerjasama
diskusi kelompoknya mengenai menjelaskan fungi enzim dalam proses
metabolisme dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan fungsi enzim
dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan ikan (belut sawah) setelah itu
siswa yang lain memperhatikan dan menanggapi hasil presentasi. Guru
merefleksi hasil pembelajaran dan membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran.
38
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
pemberian ikan cetol dan cacing tanah sebagai pakan tambahan pada belut
sawah (Monopterus albus) dalam media air bersih untuk meningkatkan
kandungan fosfor dan menurunkan lemak, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan ikan cetol dan cacing tanah yang dibutuhkan sebagai
pakan tambahan dalam pelet tidak dapat meningkatkan jumlah
kandungan fosfor pada belut sawah ( Monopterus albus).
2. Penambahan ikan cetol dan cacing tanah yang dibutuhkan sebagai
pakan tambahan dalam pelet tidak dapat menurunkan jumlah
kandungan lemak pada belut sawah ( Monopterus albus).
Dari keempat perlakuan hasil belut sawah yang ideal yaitu pada perlakuan
A dan perlakuan C, Karena perlakuan A paling rendah lemak dan tinggi
kandungan fosfor ke-2 dan perlakuan C tertinggi kandungan fosfor dan
terendah ke-2 kandungan lemaknya.
B. Saran
1. Sebelum melaksanakan penelitian hendaknya peneliti memiliki
pengetahuan dasar mengenai teori yang mendasari penelitian.
2. Bagi peternak belut sawah dapat menggunakan pakan ikan cetol dan
cacing tanah manakala suplemen makanan yang diperlukan belut sawah
tinggi dan ketersedian pakan tersebut melimpah. Peternak juga bisa
menggunakan pakan pelet saja manakala pakan yang lain harganya
mahal, hal ini akan mengurangi pengeluaran khususnya dalam budidaya
belut sawah.
3. Bagi pembaca skripsi ini yang akan melakukan penelitian lebih lanjut,
dapat menggunakan perlakuan jenis pakan yang berbeda, campuran
pakan yang berbeda serta dengan media berbeda pula maka akan
mendapatkan hasil penelitian yang lebih bervariasi lagi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E.,dan E. Liviawati.2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Utama: Jakarta.
Amin, M. Dedi, J dan Ing, Mokoginta. 2011. Penggunaaan Enzim Fitase untuk
Meningkatkan Ketersediaan Fosfor dari Sumber Bahan Nabati Pakan
dan Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias Sp. Jurnal Saintek Perikanan Vol.6.
no.2,2011:52-60
Bachtiar, Y. 2003. Menghasilkan Pakan Alami untuk Ikan Hias. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Ciptanto, S. 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Yoyakarta: ANDI
Gomez, A.A dan Gomez, K.A.1995.Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian. Jakarta : UI-Press.
Herlina, N. dan M. Hendra G. 2002. Lemak dan Minyak: 1
Hermawaan, I dan setiawan, W. 2010. Sukses Membibitkan Belut sawah di Lahan
Sempit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Irianto, D.P. 2004. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta : Andi Offset.
Junariyata, F. M. 2010. Usaha Pembibitan Belut sawah di Lahan Sempit. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Mashuri, Sumarjan dan Zaenal. A. 2012. Pengaruh Jenis Pakan yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Belut sawah (Monopterus albus).
Muktiani. 2009. Seri Peternakan Modern Menggeluti Bisnis Belut sawah.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Murray ,R. K, Darly. K G, dan Victor. W. R,.2009. Biokimia Harper. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Palungkun, R. 1999. Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Penebar
swadaya: Jakarta.
Poedjiadi, A dan Titin S. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Purnomo, H. 2011. Metodologi Penelitian. Semarang: IKIP PGRI Semarang.
40
Roy, R. 2009. Budi Daya dan Bisnis Belut sawah. Jakarta : PT Agromedia
Pustaka.
Saparinto, C. 2009. Panduan Lengkap Belut sawah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sarwono, B. 2011. Budi Daya Belut Sawah dan Sidat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Soediaoetama. D .A. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadap
Nisbah Kelamin Ikan Gapi(Poecilia reticulata Peter): 14
Warisno dan Kres, D. 2010. Budidaya Belut sawah dan Rawa di Kolam
Intensif dan Drum. Yogyakarta: Lily Publisher.
Widya, S. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Jamur Kombucha
sebagai Pakan Tambahan pada Lele Dumbo (Clarias gariepins) dalam
Pemeliharaan Intensif Terhadap Kandungan Lemak dan Kalsium.
41
LAMPI RAN
42
LAMPIRAN 1
DATA KANDUNGAN FOSFOR PADA BELUT (Monopterusalbus)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Perlakuan
(T)
Rataan
Perlakuan
1 2 3
A 2, 020 1, 650 1, 429 5, 099 1, 700
B 1, 243 1, 633 1, 585 4, 641 1, 547
C 1, 126 2, 857 1, 881 5, 864 1, 954
D 1, 229 2, 016 1, 481 4, 726 1, 575
Jumlah
Umum
(G) 5, 618 8, 156 6, 376 20, 330 6, 776
Rataan
umum 1,449 2,039 1,594 1, 694
Keterangan :
P1 : pellet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah
P2 : pellet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah
P3 : pellet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah
P4 : pellet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.
43
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN FOSFOR
PADA BELUT (Monopterusalbus)
1. db = derajat bebas
db Galat = t(r-1)
= 4(3-1)
= 8
db perlakuan = t 1
= 4 1
= 3
db total = t.r 1
= (4.3)-1
= 11
Keterangan = t : Banyaknya perlakuan
r : banyaknya kelompok / ulangan
2. Faktor Koreksi
3. Jumlah kuadrat (JK)
= (4,080) + (2,772) + (2,042) + (2,024) + (2.666) + (2,512) + (1,267)
+(8,162) + (3,538) + (1,510) + (4,064) + (2,193) 34,442
44
4.
JK perlakuan = F.K
5.
6. Kuadrat tengah (KT)
KT Perlakuan =
KT Galat =
7. F hitung
F hitung =
45
F Tabel = (db P = 3, db G = 8))
F Tabel 5% = 4,07
1% = 7,59
8. Koefisien Keragaman (KK)
46
LAMPIRAN 3
ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN FOSFORPADA BELUT
(Monopterusalbus)
SK Db JK KT F hitung F tabel
5% 1%
Perlakuan 3 0,310 1,103 0,407ts 4,07 7,59
Galat 8 2,028 0,253
Umum 11 2,338
Keterangan:
ts = Tidak Signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%
Kk =38,6%
47
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP
KANDUNGAN FOSFOR
P rp(0,05)
2 3,26
3 3,39
4 3,47
, nilai
Dimana :
= Ragam = Kuadrat Tengah Galat (KTG)
r =Ulangan
sd =
sd =
48
LAMPIRAN 5
DAFTAR UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP KANDUNGAN
FOSFOR
Perlakuan RataanHasil
Nilai
UJGD 5%
Selisih rata-rata nilaitiapperlakuan
C A D B
C 1,954 - - - - -
A 1,700 0,942 - -
-
D 1,575 0,980 -
-
B 1,547 1,003
-
Keterangan:
ts = Tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%
49
LAMPIRAN 6
DATA KANDUNGAN LEMAK PADA BELUT (Monopterusalbus)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Perlakuan
(T)
Rataan
Perlakuan
1 2 3
A 0,429 0,467 0,802 1,698 0,566
B 1,298 1,525 0,710 3,533 1,177
C 0,503 0,851 0,449 1,803 0,601
D 0,851 0,970 0,761 2,582 0,860
Jumlah
Umum (G) 3,081 3,813 2,722 9,616 3,204
Rataan
umum 0,770 0,953 0,680 0,801
Keterangan :
P1 : pellet 4,5 g + 0 g ikan cetol + 0 g cacing tanah
P2 : pellet 2,5 g + 0,5 g ikan cetol + 1,5 g cacing tanah
P3 : pellet 2,5 g + 1 g ikan cetol + 1 g cacing tanah
P4 : pellet 2,5 g + 1,5 g ikan cetol + 0,5 g cacing tanah.
50
LAMPIRAN 7
PERHITUNGAN ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN LEMAK
PADA BELUT (Monopterusalbus)
1. db = derajat bebas
db Galat = t (r-1)
= 4 (3-1)
= 8
db perlakuan = t 1
= 4 1
= 3
db total = t.r 1
= (4.3)-1
= 11
Keterangan = t : Banyaknya perlakuan
r : banyaknya kelompok / ulangan
2. Faktor Koreksi
3. J
JK perlakuan = F.K
51
4. Jumlah kuadrat (JK)
= (0,184) + (0,218) + (0,643) + (1,684) + (2,325) + (0,504) +
(0,253) +(0,274) + (0,201) + (0,724) + (0,940) + (0,579) 7,703
5.
6. Kuadrat tengah (KT)
KT Perlakuan =
KT Galat =
7. F hitung
F hitung =
52
F Tabel = (db P = 3, db G = 8))
F Tabel 5% = 4,07
1% = 7,59
8. Koefisien Keragaman (KK)
53
LAMPIRAN 8
ANALISIS SIDIK RAGAM KANDUNGAN LEMAK PADA BELUT
(Monopterusalbus)
SK Db JK KT F hitung F tabel
5% 1%
Perlakuan 3 0,274 0,241 3,492ts 4,07 7,59
Galat 8 0,552 0,069
Umum 11 0,826
Keterangan:
ts = tidak Signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%
Kk =32,7%
54
LAMPIRAN 9
PERHITUNGAN UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP
KANDUNGAN LEMAK
P rp(0,05)
2 3,26
3 3,39
4 3,47
, nilai
Dimana :
= Ragam = Kuadrat Tengah Galat (KTG)
r =Ulangan
sd =
sd =
55
LAMPIRAN 10
DAFTAR UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP KANDUNGAN
LEMAK
Perlakuan RataanHasil
Nilai
UJGD 5%
Selisih rata-rata nilaitiapperlakuan
B D C A
B 1,177 - - - - -
D 0,860 0,124 0,317* - - -
C 0,601 0,129 0,576* 0,259* - -
A 0,566 0,132 0,611* 0,294* 0,035ts -
Keterangan:
* = Signifikan / beda nyata pada taraf 5%
ts = Tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf 5%
56
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Identitas
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 NALUMSARI JEPARA
Mata Pelajaran : BIOLOGI
Kelas, Semester : XII / 1
Standar Kompetensi : 2. Memahami pentingnya proses metabolisme
pada organisme
Kompetensi Dasar : 2.1. Mendiskripsikan fungsi enzim dalam proses
metabolisme
Indikator Pencapaian Kompetensi :
a. Melalui pembelajaran siswa diharap dapat
menjelaskan struktur, fungsi dan cara kerja
enzim pada proses metabolisme pada
organisme dengan benar
b. Melalui pembelajaran siswa diharap dapat
menjelaskan fungsi enzim dalam proses
metabolisme lemak pada pencernaan ikan
(belut sawah).
Alokasi Waktu : 2x45 menit
B. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa diharap dapat menjelaskan struktur, fungsi dan cara kerja
enzim pada proses metabolisme pada organisme dengan benar
b. Siswa diharap dapat menjelaskan fungsi enzim dalam proses
metabolisme lemak pada pencernaan ikan (Belut sawah).
57
C. Materi Pembelajaran
Metabolisme dan enzim
Metabolisme pada organisme
Sifat dan ciri-ciri enzim
Fungsi enzim dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan
ikan (Belut sawah).
D. Strategi Pembelajaran
a) Metode : Diskusi, ceramah dan presentasi
b) Model pembelajaran : Think Pairs and Share
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan 1 (2 X 45 menit)
1. Kegiatan Awal
a) Orientasi:
Salam pembuka, presensi, doa dan menanyakan kesiapan
mengikuti pembelajaran(membiasakan untuk memiliki sikap
disiplin, danreligius)
b) Apersepsi
Guru menunjukkan beberapa aktivitas yang membutuhkan energi.
Guru menanyakan asal energi yang digunakan oleh tubuh dan
peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi di dalam sel?
c) Motivasi:.
Memahami pentingnya proses metabolisme dalam tubuh manusia
dengan menjawab pertanyaan guru (Menumbuhkan rasa ingin
tahu)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi :
58
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, secara berpasangan
(membiasakan siswa untuk disiplin)
Siswa mendapat tugas menjelaskan fungsi enzim dalam proses
metabolisme dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan
fungsi enzim dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan
ikan (belut sawah) ( menumbuhkan sikap gemar membaca dan
rasaingintahu).
Masing-masing kelompok mengerjakannya (membiasakan siswa
untuk memiliki sikapkomunikatif, tanggungjawab, danjujur).
Siswa mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
anggota kelompok dapat mengerjakannya / mengetahui
jawabannya ( membiasakan rasatanggungjawab)
Elaborasi:.
Siswa mempresentasikan hasil kerjasama diskusi kelompoknya
mengenai menjelaskan funngi enzim dalam proses metabolisme
dan macam-macam zat makanan dan menjelaskan fungsi enzim
dalam proses metabolisme lemak pada pencernaan ikan (belut
sawah) ( menumbuhkanrasatanggungjawab)
Siswa yang lain memperhatikan dan menanggapi hasil presentasi (
menumbuhkanrasaMenghargai Prestasi)
Konfirmasi:
Siswa bertanya jika ada hal yang belum faham( menumbuhkan
rasaingintahu)
siswa diberi penguatan menggunakan gambar atau video
3. Kegiatan Penutup
Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
Evaluasi hasil presentasi pada proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan
59
F. Sumber dan bahan Belajar
1. Pratiwi, D.A, Maryati. M, Srikini, Suharno, dan S. Bambang. 2006.
BIOLOGI SMA Jilid 3 untuk Kelas XII. Erlangga. Jakarta.
2. Http. Slide share.net
1. Bahan Presentasi :Video cara kerja enzim
2. Kertas manila, spidol, papan tulis, laptop,LCD.
G. Penilaian
a. Posedur : Postes
b. Jenis Tes : Tertulis
c. Bentuk Tes : Isian (Terlampir).
d.
PENILAIAN KOGNITIF
Teknis Skoring Lembar Diskusi Siswa (LDS)
Benar skor 5
Nilai akhir : 5 x 2 =10
Keterangan:
Skor 5 : Sangat Baik
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Sangat kurang.
Teknik Skoring
Nilai akhir : Skor Perolehan X 100
Skor maksimal
Teknik Skor yang Evaluasi
Pilihan Ganda = 10 x 1 = 10.
60
Aspek psikomotor : keaktifan siswa dalam mengikuti Presentasi dan
tanya jawab dari diskusi. Penilaian ini dilakukan dengan mengamati
seluruh kegiatan siswa satu per satu. Hasilnya dicatat untuk dimasukan
tabel penilaian.
Format penilaiannya sebagai berikut:
Hari/Tanggal : ....
Kelas/Semester : ....
Judul kegiatan : ....
Rubik penilaian
No Aspek yang dinilai Skor
1 Mengemukakan pendapat
- Selalu berpendapat dengan jelas dan benar
- Selalu berpendapat kurang jelas dan kurang benar
- Jarang berpendapat dan dan jelas dan benar
- Jarang berpendapat dan tidak jelas
- Tidak berpendapat
5
4
3
2
1
2 Bertanya
- Mengemukakan pertanyaan dengan jelas dan relevan
- Mengemukakan pertanyaan dengan jelas dan kurang relevan
- Mengemukakan pertanyaan kurang jelas dan tidak relevan
- Mengemukakan pertanyaan tidak jelas dan tidak relevan
- Tidak mengemukakan pertanyaan
5
4
3
2
1
61
3 Menjawab pertanyaan
- Menjawab pertanyaan dengan benar, jelas dan relevan
- Menjawab pertanyaan dengan benar, kurang jelas dan
kurang relevan
- Menjawab pertanyaan kurang benar tidak jelas dan kurang
relevan
- Menjawab pertanyaan tidak benar, tidak jelas dan tidak
relevan
- Tidak menjawab pertanyaan
5
4
3
2
1
Penskoran : skor max skor minimal
Rentang nilai
= 12 - 3
5
= 1,8 = 2
Penilaian :
11 12 : A
9 10 : B
7 8 : C
5 6 : D
62
PENILAIAN AFEKTIF
Kriteria skor
Siswa membentuk kelompok secara
berpasangan dengan tertib
Siswa dapat memahami tugas yang
diberikan guru
Siswa menggunakan buku referensi yang
sesuai dengan materi
Siswa dapat berinteraksi dengan baik
dengan pasangannya
Siswa dapat mengetahui jawaban yang
telah didiskusikan dengan benar
Jumlah
Mengetahui, Jepara, ...Juli 2013
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran,
Agung Nugroho S.Pd Isna Widyaningsih
NIP. 19700819 1995121001 NIM.09320061
63
Jawablah secara rinci dan jelas!
1. Jelaskan fungsi enzim dan teori mengenai cara kerja enzim!
2. Jelaskan proses metabolisme lemak kaitkan dengan enzim!
LEMBAR DISKUSI SISWA
64
#Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
A. Soal pilihan ganda
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang paling benar!
1. Reaksi-reaksi kimia dan perubahan-perubahan energi di dalam sel tubuh
makhluk hidup disebut....
a. Katabolisme
b. Anabolisme
c. Metabolisme
d. Desimilasi
e. Asimilasi
2. Mengapa enzim dikatakan sebagai biokatalisator?
a. Enzim dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia dan enzim
itu ikut bereaksi
b. Enzim dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia tetapi
enzim itu tidak ikut bereaksi
c. Enzim dapat mempercepat berlangsungnya reaksi katabolisme dan
enzim itu ikut bereaksi
d. Enzim dapat mempercepat berlangsungnya metabolisme dengan
cara mengubah struktur kimianya
e. Enzim dapat memperlambat berlangsungnya metabolisme tanpa
mengubah struktur kimianya
3. Tempat melekatnya substrat dan sekaligus tempat mereaksikan substrat
disebut...
a. Sisi aktif enzim
b. koenzim
c. holoenzim
d. gugus prostetik
e. Apoenzim.
EVALUASI
65
4. Bagaimana cara enzim dalam mempercepat reaksi kimia?
a. Menurunkan energi aktivasi
b. Menaiikan energi aktivasi
c. Menambah jumlah enzim
d. Menambah jumlah substrat
e. Menaikkan suhu
5. Perhatikan grafik berikut ini!
Berdasarkan grafik tersebut, pengaruh enzim adalah .
a. Meningkatkan energi aktivasi
b. Menurunkan energi aktivasi tanpa ikut bereaksi
c. Menurunkan energi aktivasi dengan ikut bereaksi
d. Menurunkan laju reaksi
e. Tidak berpengaruh terhadap reaksi
6. Bagaimanakan proses hidrolisis pemecahan lemak dalam bentuk
triasilgliserol?
a. Lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak
dan gliserol
b. Lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak
dan trigliserida
c. Lemak akan dihidrolisis dari menjadi asam lemak menjadi
trigliserida oleh oleh enzim lipase
66
d. Triasilgliserol diubah menjadi asam gliserol dan asam lemak oleh
enzim lipase
e. Asam gliserol diubah menjadi triasilgliserol dan asam lemak oleh
enzim lipase
7. Apakah peran Asam lemak esensial, bagi tubuh belut?
a. Membantu dalam penyerapan vitamin yang tidak terlarut dalam
lemak
b. Memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang
penting bagi organ tubuh tertentu
c. Membantu dalam reabsorpsi vitamin yang tiadak terlarut dalam
lemak
d. Menurunkan daya daya apung yang berlebihan pada tubuh belut
e. Menjaga daya tahan tubuh dan menurunkan daya apung pada
perairan
8. Melaluai apakah Asam lemak yang sudah terbentuk dan segera diabsorpsi
oleh tubuh?
a. Melalui dinding pembuluh darah
b. Melalui sirkulasi portral
c. Melalui jaringan lemak
d. Melalui dinding usus besar
e. Melalui dinding usus halus
9. Hormon apa yang berfungsi mengaktifkan enzim lipase?
a. Hormon gastrin
b. Hormon epineprin
c. Hormon kalsitokinin
d. Hormon paratiroid
e. Hormon perinefrin
10. Apakah fungsi garam empedu pada metabolisme lemak?
a. Memperluas permukaan lipid menjadi lebih sempit dan lebih
mudah dihirolisis oleh lipase
67
b. Mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi
partikel asam yang sangat besar.
c. Mempermudah dalam memecah asam-asam gliserol menjadi asam
lemak
d. Menambah jumlah enzim lipase yang terdapat pada dinding
dinding usus halus
e. Mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi
partikel lipid yang sangat kecil.

68
LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Metabolisme
Metabolisme (bahasa Yunani: , metabolismos,
perubahan) adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme,
termasuk yang terjadi di tingkat selular.
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi
kimia organik,
katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk
mendapatkan energi
anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-
molekul tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh.
[1]
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme
untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu
senyawa yang disebut sebagai hormon, dan dipercepat (dikatalisis) oleh
enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebut promoter
dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah
substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi
guna menghasilkan senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada
suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu
cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.
69
B. Pengertian Enzim.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme
hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa
yang berikatan dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai
berikut.
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif,
kemudian diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya,
tripsinogen yang disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah
satu peptidanya untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim
yang tidak aktif ini disebut zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu
sama lainnya menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat
digabungkan menjadi satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim
tersebut yaitu apoenzimdan koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan
panas, dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari
substrat yang sama dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari
enzimnya.
2. Koenzim.
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada
apoenzim. Akan tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan
70
dari apoenzim. Koenzim bersifattermostabil (tahan panas), mengandung
ribose dan fosfat. Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya,
Apabila koenzim NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka
reaksi yang terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai
akseptor hidrogen.
Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti
NAD atau donor dari gugus kimia, seperti ATP (Adenosin Tri Phosfat).
Gambar. Holoenzim, apoenzim, koenzim, dan substrat
Sifat-sifat enzim sebagai berikut.
a. Enzim mengalami denaturasi/kerusakan pada temperatur tinggi.
b. Efektif dalam jumlah kecil.
c. Tidak berubah pada waktu reaksi berlangsung.
d. Tidak memengaruhi keseimbangan, tetapi hanya mempercepat reaksi.
e. Spesifik untuk reaksi tertentu.
71
Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim sebagai
berikut.
Temperatur atau suhu umumnya enzim bekerja pada suhu yang optimum.
Apabila suhu turun, maka aktivitas akan terhenti tetapi enzim tidak rusak.
Sebaliknya, pada suhu tinggi aktivitas menurun dan enzim menjadi rusak.
Air
Air berperan dalam memulai kegiatan enzim. Contoh pada waktu biji
dalam keadaan kering kegiatan enzim tidak kelihatan. Baru setelah ada air,
melalui imbibisi mu-lailah biji berkecambah.
pH Perubahan pH dapat membalikkan kegiatan enzim, yaitu mengubah
hasil akhir kembali menjadi substrat.
Hasil akhir Kecepatan reaksi dalam suatu proses kimia tidak selalu
konstan. Misal, kegiatan pada awal reaksi tidak sama dengan kegiatan
pada pertengahan atau akhir reaksi. Apabila hasil akhir (banyak), maka
akan menghambat aktivitas enzim.
Substrat
Substrat adalah zat yang diubah menjadi sesuatu yang baru. Umumnya,
terdapat hubungan yang sebanding antara substrat dengan hasil akhir
apabila konsentrasi enzim tetap, pH konstan, dan temperatur konstan. Jadi,
apabila substrat yang tersedia dua kali lipat, maka hasil akhir juga dua kali
lipat.
Zat-zat penghambat adalah zat-zat kimia yang menghambat aktivitas kerja
enzim. Contoh, garam-garam dari logam berat, seperti raksa.
Contoh-contoh enzim dalam proses metabolisme sebagai berikut.
Enzim katalase. Enzim katalase berfungsi membantu pengubahan hidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen. Katalase 2H
2
O
2
2H
2
O + O
2
Enzim oksidase. Enzim oksidase berfungsi mempergiat penggabungan O
2
dengan suatu substrat yang pada saat bersamaan juga mereduksikan O
2
,
sehingga terbentuk H
2
O.
72
Enzim hidrase. Enzim hidrase berfungsi menambah atau mengurangi air
dari suatu senyawa tanpa menyebabkan terurainya senyawa yang
bersangkutan. Contoh: fumarase, enolase, akonitase.
Enzim dehidrogenase. Enzim dehidrogenase berfungsi memindahkan
hidrogen dari suatu zat ke zat yang lain.
Enzim transphosforilase. Enzim transphosforilase berfungsi memindahkan
H
3
PO
4
dari molekul satu ke molekul lain dengan bantuan ion Mg
2+
.
Enzim karboksilase. Enzim karboksilase berfungsi dalam pengubahan
asam organik secara bolak-balik. Contoh pengubahan asam piruvat
menjadi asetaldehida dibantu oleh karboksilase piruvat.
Enzim desmolase. Enzim desmolase berfungsi membantu dalam
pemindahan atau penggabungan ikatan karbon. Contohnya, aldolase dalam
pemecahan fruktosa menjadi gliseraldehida dan dehidroksiaseton.
Enzim peroksida. Enzim peroksida berfungsi membantu mengoksidasi
senyawa fenolat, sedangkan oksigen yang dipergunakan diambil dari
H
2
O
2
.
C. Proses Metabolisme Lipid (Lemak)
Lipid (lemak) terdapat dalam semua bagian tubuh terutama dalam
otak. Lipid (lemak) mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
metabolisme secara umum. Beberapa peranan biologi dari lipid sebagai
berikut.
1. Sebagai komponen struktur membran.
2. Sebagai lapisan pelindung pada beberapa jasad.
3. Sebagai bentuk energi cadangan.
4. Sebagai komponen permukaan sel yang berperan dalam proses kekebalan
jaringan.
5. Sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui membran.
Lipid yang terdapat sebagai bagian dari makanan hewan
merupakan campuran lipid yang sederhana (terpena dan steorida) dan yang
kompleks (triasilgliserol, fosfolipid, sfingolipid, dan lilin) berasal dari
tanaman maupun jaringan hewan. Dalam mulut dan lambung, lipid tadi
belum mengalami pemecahan yang berarti. Setelah berada dalam intestin,
73
lipid kompleks terutama triasilgliserolnya dihidrolisis oleh lipase menjadi
asam lemak bebas dan sisa. Enzim lipase diaktifkan oleh hormon
epineprin. Enzim ini dibantu oleh garam asam empedu (terutama asam
kholat dan taurokholat) yang disekresikan oleh hati. Fungsi garam tersebut
ialah mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi
partikel lipid yang sangat kecil. Oleh karena itu, permukaan lipid menjadi
lebih besar dan lebih mudah dihirolisis oleh lipase. Enzim ini tidak peka
terhadap larutan lemak sempurna. Reaksi hidrolisisnya berlangsung
sebagai berikut.
Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa lipase pankreas hanya
bisa menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 yang hasilnya
asam lemak bebas dan monoasil gliserol. Dengan bantuan misel-misel
garam empedu maka asam lemak bebas, monoasil gliserol, kolesterol, dan
vitamin membentuk sebuah kompleks yang kemudian menempel
(diabsorpsi) pada permukaan sel mukosal. Senyawa-senyawa tersebut
selanjutnya menembus membran sel mukosal dan masuk ke dalamnya.
Misel-misel garam empedu melepaskan diri dan meninggalkan permukaan
sel mukosal.
74
Gambar 6. Benih Belut Sawah
Gambar 7. Pemotongan Peralon
Gambar 8. Penataan Belut Sawah dalam Ember
75
Gambar 9. Pembuatan Pelet
Gambar 10. Pencetakan pelet

You might also like